1. Definisi
Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu “Skizo” yang artinya retak atau
pecah (split), dan “frenia” yang artinya jiwa, dengan demikian seseorang yang
menderita gangguan jiwa Skizofrenia adalah orang yang mengalami keretakan
jiwa atau keretakan kepribadian (splitting of personality) (Yosep, 2016).
Skizofrenia merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai di mana-mana
sejak dahulu kala. Sebelum Kraepelin tidak ada kesatuan pendapat mengenai
berbagai gangguan jiwa yang sekarang dinamakan skizofrenia (Sutejo, 2016).
Gangguan Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi
area fungsi individu, termasuk berpikir dan berkomunikasi, menerima, dan
menginterprestasikan realitas, merasakan dan menunjukkan emosi, dan beperilaku
dengan sikap yang dapat diterima secara sosial (Natsir., 2011).
Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu
gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi,
pikiran, afek, dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan kemampuan
intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun defisit kognitif tertentu dapat
berkembang kemudian (Maramis, 2014). Skizofrenia hebefrenik atau disebut juga
hebefrenia, permulaannya perlahan-lahan dan sering timbul pada masa remaja
atau antara 15–25 tahun. Gejala yang menyolok adalah gangguan proses berfikir,
gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi. Gangguan psikomotor seperti
8
perilaku kekanak-kanakan sering terdapat pada jenis ini. Waham dan perilaku
kekerasan banyak sekali.
2. Etiologi
9
dipisahkan dari orang tua sejak lahir, anak dari kedua orang tua skizofrenia 40%.
Pada kembar monozigot 47%, sedangkan untuk kembar dizigot sebesar 12%.
c. Faktor Psikososial
Menurut Prabowo (2014) teori yang terkait dengan factor psikososial yaitu :
1) Teori perkembangan
Epidemiologi
Di tinjau dari diagnosa atau jenis skizofrenia, jenis skizofrenia terbanyak terdapat pada
skizofrenia paranoid sebanyak 40,8%, kemudian diikuti dengan skizofrenia residual
sebanyak 39,4%; skizofrenia hebrefenik sebanyak 12%; skizofrenia katatonik sebanyak
3,5%; skizofrenia tak terinci sebanyak 2,1%; skizofrenia lainnya sebanyak 1,4%; dan
yang paling sedikit adalah skizofrenia simpleks sebanyak 0,7%
10
Faktor Risiko
Gangguan jiwa skizofrenia tidak terjadi dengan sendirinya. Banyak faktor yang
berperan terhadap kejadian skizofrenia. Faktor-faktor yang berperan terhadap kejadian
skizofrenia antara lain faktor genetik, biologis, biokimia, psikososial, status sosial
ekonomi, stress, serta penyalahgunaan obat.
a. Umur
Umur 25-35 tahun kemungkinan berisiko 1,8 kali lebih besar menderita
skizofrenia dibandingkan umur 17-24 tahun.
b. Jenis kelamin
c. Pekerjaan
11
d. Status perkawinan
e. Konflik keluarga
f. Status ekonomi
12