EARTH BRIDGE
Geo-Challenge Competition 2017 – Kuya Smeaton
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan proposal “Design and
Configuration of Earth Bridge” dengan baik.
Laporan ini berisi mengenai perencanaan desain dari sebuah prototype earth
bridge. Adapun tujuan dari pembuatan proposal ini, untuk menentukan desain
paling optimum pada prototype earth bridge dalam menerima beban yang
diberikan. Dalam proses pembuatan makalah ini, banyak kesulitan yang kami
dapatkan. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu sehingga proposal ini dapat diselesaikan tepat waktu:
Kami menyadari bahwa proposal ini masih memiliki kekurangan, baik dari segi
isi maupun penyampaiannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun sebagai bahan masukan bagi kami untuk penyusunan proposal
selanjutnya.
i
Harapan kami adalah proposal ini dapat menjadi masukan dan pembelajaran
bagi kami dan para peserta lain dalam mendesain earth bridge. Dengan demikian,
proposal ini membantu kami dalam mengerti konsep earth bridge secara baik.
Penulis
ii
Executive Summary
iii
Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, dilakukan pemodelan dengan
menggunakan software Plaxis 2D 8.6. Dengan menggunakan software
Plaxis, didapatkan beban untuk deformasi 10 mm adalah 5,3 kg. Berdasarkan hasil
analisis menggunakan kedua software tersebut, beban untuk deformasi 10 mm
ditentukan sebesar 5 kg (diambil nilai minimum agar mendapatkan hasil yang lebih
konservatif).
iv
v
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II ..................................................................................................................... 4
vi
2.7 Daya Dukung pada Fondasi ................................................................... 22
PEMBAHASAN ................................................................................................... 26
BAB IV ................................................................................................................. 58
PENUTUP ............................................................................................................. 58
vii
DAFTAR GAMBAR
BAB II
BAB III
viii
Gambar 3. 8 Langkah 6 ......................................................................................... 41
Gambar 3. 9 Langkah 7 ......................................................................................... 42
Gambar 3. 10 Langkah 8 ....................................................................................... 42
Gambar 3. 11 Langkah 9 ....................................................................................... 43
Gambar 3. 12 Langkah 10 ..................................................................................... 43
Gambar 3. 13 Langkah 11 ..................................................................................... 44
Gambar 3. 14 Langkah 12 ..................................................................................... 44
Gambar 3. 15 Fungsi Koordinat pada Desain Arch .............................................. 35
Gambar 3. 16 Pemodelan Beban Kompresi Akibat Tanah ................................... 35
Gambar 3. 17 Distribusi Tegangan dengan Metode Elastisitas ............................ 37
Gambar 3. 18 Distribusi Tegangan dengan Metode Trapesium ........................... 38
Gambar 3. 19 Grafik Perbandingan antara Beban dengan Deformasi .................. 46
ix
DAFTAR TABEL
BAB II
BAB III
x
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunaan infrastruktur saat ini dituntut untuk menerapkan teknologi
terbarukan yang mengharuskan pembangunan terlaksana dengan efektif dan efisien
dari segi waktu, manfaat dan biaya atau pembangunan yang berbasiskan sustainable
development. Permasalahan kemacetan merupakan isu utama dalam ilmu teknik
sipil yang harus diselesaikan. Pembangunan fly over merupakan salah satu solusi
untuk menjawab permasalahan kemacetan akibat konflik di simpang-simpang
jalan. Earth Bridge merupakan teknologi yang dapat diterapkan dalam
pembangunan fly over dalam suatu simpang jalan. Dengan konsep Earth Brigde,
yaitu jembatan dengan konsep soil-steel bridge, menjawab tantangan pembangunan
yang efektif dan efisien. Earth Bridge hadir dengan struktur utama Corrugated
Steel sebagai penopang beban diatas void dan tanah sebagai timbunan yang
kemudian akan mendistribusikan beban ke Corrugated Steel hingga ke fondasi.
Konsep Earth Bridge sesuai dengan kondisi kota Bandung yang pada
umumnya dilapisi oleh tanah clay yang memiliki daya dukung relatif rendah karena
jika dibandingkan dengan struktur box girder, Earth Bridge memiliki beban mati
yang lebih kecil karena menggunakan konsep timbunan ringan.
1.2 Tujuan
Menentukan konfigurasi Earth Bridge yang efektif dalam menopang beban
CBR hingga defleksi 10 mm.
Menentukan konfigurasi fondasi yang dapat mendukung beban rencana
Earth Bridge.
1
Menentukan beban untuk deformasi 10 mm.
Menentukan daya dukung dan faktor keamanan pada fondasi
Menentukan analisis stabilitas struktur
2
Kerangka Berpikir
3
BAB II
DASAR TEORI
4
kekakuan tanah, permeabilitas tanah atau koefisien konsolidasi, kuat geser
selimut tiang, dan kapasitas daya dukung ujung tiang.
Berikut adalah jenis pengujian yang dilakukan beserta metode yang digunakan:
5
Memiliki kekuatan dan kekakuan yang besar jika dibandingkan dengan
massanya yang relatif ringan.
6
2.2.2. Tanah atau Pasir
Tanah atau pasir digunakan sebagai timbunan diatas baja bergelombang
yang akan menyalurkan gaya dari beban diatasnya. Interaksi antara baja
bergelombang dan timbunan pasir menjadi hal penting yang harus diperhatikan
tekait keberhasilan struktural Earth Bridge. Material timbunan ini harus mengalami
pemadatan hingga mencapai kondisi kadar air optimum atau 90% dari massa jenis
kering optimum.
Timbunan pasir harus ditempatkan secara seimbang di kedua sisi
struktur agar tidak menimbulkan gaya momen tambahan pada struktur. Timbunan
pasir berfungsi untuk mendistribusikan beban agar beban yang tersalur kepada baja
bergelombang dapat tereduksi.
7
Timbunan ringan bisa dipasang tegak hingga mencapai tinggi 8
meter tanpa harus memasang dinding penahan tanah, yang mana hal
ini bisa mengatasi permasalahan keterbatasan lahan.
Timbunan ringan tidak memerlukan pemadatan sehingga bisa
mempercepat waktu konstruksi.
Penggunanan timbunan ringan diatas struktur baja bergelombang
dapat mengurangi berat konstruksi sehingga mengurangi dimensi
dan jumlah fondasi yang diperlukan.
8
Gambar 2. 3 Pemanfaatan Karton GreyBoard
9
Tabel 2. 5 Spesifikasi Material Karton
Dari grafik diatas, dapat disimpulkan bahwa karton memiliki sifat tarik
dan tekan yang berbeda jika arah pembebanan berbeda. Begitu pula dengan
tegangan tarik dan tekan, karton memiliki spesifikasi yang berbeda, yaitu memiliki
tahanan yang lebih besar dalam arah tarik jika dibandingkan dengan tekan.
Deformasi yang terjadi adalah deformasi non-linier dan didominasi oleh regangan
10
plastis, karena sifatnya yang non-linier, penentuan tengangan maksimumnya cukup
sulit. Jika diberikan gaya tekan sekitar 15 MPa, regangan elastis yang terjadi
berkisar antara 1,25 ‰ - 7 ‰.
11
suatu pembebanan. Dalam keadaan terkompaksi, secara umum pasir Ottawa
mampu menerima tengangan normal hingga 13.8 MPa atau 2000 psi. Berikut adalah
grafik tegangan-regangan pasir Ottawa:
12
Tabel 2. 6 Properti Material Pasir Ottawa
13
Tabel 2. 8 Sudut Friksi Pasir Ottawa
Sifat mekanik lainnya dair pasir Ottawa adalah nilai sudut friksi pasir
Ottawa dalah berkisar antara 28˚ hingga 31˚ dan berat volume keringnya (ϒdry)
adalah 17 kN/m3 sedangkan berat jenisnya 2710 kg/m3. Selain mempunyai bentuk
yang rounded sehingga dapat memperkuat tanahan, pasir Ottawa memiliki
distribusi gradasi jenis well-graded yang turut mendukung nilai tahanannya
terhadap suatu pembebanan.
14
Sumber:https://engineeringrome.wikispaces.com/A+look+into+the+longevity+of+Roman+Engineering
15
1. Cek minimum cover yang diperbolehkan
Berdasarkan CSPI Handbook of Steel Drainage and Highway
Construction minimum cover telah ditentukan dalam tabel berikut berdasarkan
beban yang bekerja pada elemen struktur:
3. Perhitungan tekanan akibat beban mati dan beban hidup pada pipa
Saat ketingian dari cover sama atau lebih besar dari bentang struktur maka
beban terfaktor digunakan dalam menentukan persentase beban yang diterima
oleh pipa. Pada umumnya, jika tanah dikompaksi dengan 85% Standar Proctor
Density maka digunakan faktor 0,86. Faktor beban , K , diaplikasikan pada
perhitungan beban total sehingga didapat desain tekanan yang bekerja di pipa,
Pv. Jika ketinggian cover lebih kecil daripada bentang struktur maka beban
total yang ada bekerja seluruhnya pada pipa (K=1,0).
16
Beban pada pipa dirumuskan sebagai berikut :
K = Faktor beban
17
Gaya ini disebut, kompresi ring yang merupakan gaya yang bekerja pada
permukaan dinding pipa. Gaya kompresi ring ini bekerja secara tangential
dengan dinding pipa. Pada struktur konvensional dimana struktur berbentuk
setengah lingkaran, maka perhitungan yang ada menjadi :
𝑆
𝐶 = 𝑃𝑣 .
2
Di mana: C = Gaya kompresi ring (Kn/m)
Pv = Tekanan desain (kPa)
S = Bentang atau diameter (m)
𝐷 2 𝐷
𝑓𝑏 = 279,6 − (574,3𝑥10−6 ) ( 𝑟 ) , saat 294 < 𝑟 < 500
(34𝑥106 ) 𝐷
𝑓𝑏 = 𝐷 2
, saat > 500
( ) 𝑟
𝑟
18
Luas permukaan dinding yang dibutuhkan, A , dihitung dengan
menggunakan tegangan kompresi yang bekerja pada dinding, C, dan tegangan
ijin yang ada, fc.
𝐶
𝐴=
𝑓𝑐
Di mana: A = Area dinding yang dibutuhkan (mm2/mm)
C = Gaya kompresi ring (Kn/m)
fc = Tegangan ijin (MPa)
19
Tegangan pada tanah yang ditinjau tergantung pada beban yang diberikan,
kedalaman tanah dari beban yang diberikan, dan beberapa faktor lain.
.
20
Tabel 2. 10 Nilai variasi dari ∆σz/q dengan 2z/B untuk nilai 2x/B
21
2.7 Daya Dukung pada Fondasi
Fondasi yang pada umumnya digunakan dalam earth bridge adalah
fondasi jenis strip footing. Strip footing adalah fondasi dangkal yang menerus.
Menurut Terzaghi, Fondasi didefenisikan sebagai fondasi dangkal jika kedalaman
fondasi dari telapak fondasi hingga ke tanah dasar lebih kecil atau sama dengan
lebar fondasi tersebut (Df ≤B).
Daya dukung tanah (bearing capacity) adalah kekuatan tanah untuk
menahan suatu beban yang bekerja. Beban tersebut pada umumnya disalurkan
melalui fondasi. Sedangkan daya dukung batas tanah (ultimate bearing capacity)
adalah beban yang disalurkan melalui fondasi yang mengakibatkan terjadinya
kegagalan atau keruntuhan geser pada tanah.
Terdapat 3 kemungkinan pola keruntuhan tanah, yaitu:
Keruntuhan geser umum (General Shear Failure),
Pada keruntuhan geser umum, kondisi kesetimbangan plastis terjadi
penuh diatas failure plane dan muka tanah di sekitarnya mengembang
(naik). Keruntuhan geser umum terjadi secara langsung (tiba-tiba) pada qu.
Biasanya keruntuhan jenis ini terjadi pada tanah dengan kompresibilitas
rendah (padat dan kaku)
22
Gambar 2. 13 Keruntuhan Geser Setempat
1
𝑞𝑢 = 𝑐 ′ 𝑁𝑐 + 𝑞𝑁𝑞 + 𝛾 𝐵𝑁𝛾 (𝐺𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑙 𝑠ℎ𝑒𝑎𝑟 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒)
2
2 ′ 1
𝑞𝑢 = 𝑐 𝑁𝑐′ + 𝑞𝑁𝑞′ + 𝛾 𝐵𝑁𝛾 ′ (𝐿𝑜𝑐𝑎𝑙 𝑆ℎ𝑒𝑎𝑟 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒)
3 2
23
q = γ Df
24
Gambar 2. 15 Faktor Daya Dukung pada Kondisi Undrained
Untuk kondisi undrained dengan ϕ = 0 dan τf = cu, faktor daya dukung adalah Nγ =
0, Nq = 1 dan Nc = 5,7. Maka rumus daya dukung tanah menjadi:
𝑞𝑢 = 5,7 𝑐𝑢 + 𝑞
25
BAB III
PEMBAHASAN
26
2.5, ϒpasir = 6-9 kN/m3 atau 6,9 kN/m3 untuk jenis solidboard. Hasil yang didapatkan
dari percobaan tidak jauh berbeda dengan referensi yang kami dapatkan, sehingga
digunakan ϒkarton = 692 kg/m3 atau 6,79 kN/m3.
27
Tabel 3. 3 Rekapitulasi Spesifikasi Material
Berikut merupakan hasil analisis dari beberapa konfigurasi desain dari Earth Bridge
Detail Konfigurasi
Box Culvert
28
P
29
Dengan pemodelan beban yang sama menghasilkan defleksi lebih kecil
dibanding box culvert
Kemungkinan kegagalan di sambungan kecil
Kegagalan akibat tekuk cukup besar jika dalam proses pengerjaan kurang
berhati-hati
C. Konfigurasi dengan bentuk segitiga
30
D. Konfigurasi dengan Culvert bersudut
31
b. Konfigurasi Struktur Portal
32
3.5 Preliminary Desain
Setelah mengetahui karakteristik setiap alternatif, kemudian ditentukan
dimensi-dimensi dari beberapa alternatif yang telah disesuaikan dengan batasan
desain sebagai berikut:
33
Sedangkan untuk struktur bawah, bentuk fondasi yang digunakan adalah
bentuk persegi yang berada pada titik tengah bagian struktur bawah sehingga
seimbang dalam menahan beban yang disalurkan oleh struktur atas. Fondasi diberi
pengaku agar lebih kuat menahan beban.
34
kuat dan sumbu lemah karton). Safety factor ini juga mengakomodasi beberapa
ketidaktepatan dalam proses perancangan seperti, asumsi spesifikasi material,
analisis struktur atas dan bawah, ada ketidaksempurnaan dalam perakitan prototype
dan faktor-faktor lainnya.
H=15-Z
15 cm
(x,y,z)
(0,0,0)
27,5 cm
Beban Kompresi
35
Koordinat titik Gaya Tekan Tanah Rata-rata gaya per segmen Gaya Tekan Tanah Gaya Kompresi
H(cm)
X Y Z (kN/m2) Segmen kN/m2 N/cm2
0,00 0 0,00 15,00 2,55 1 2,406 0,241 3,459
0,67 0 1,69 13,31 2,26 2 2,127 0,213 3,058
1,54 0 3,28 11,72 1,99 3 1,867 0,187 2,684
2,61 0 4,75 10,25 1,74 4 1,630 0,163 2,342
3,85 0 6,08 8,92 1,52 5 1,418 0,142 2,039
5,25 0 7,24 7,76 1,32 6 1,237 0,124 1,778
6,78 0 8,21 6,79 1,15 7 1,089 0,109 1,565
8,43 0 8,98 6,02 1,02 8 0,975 0,098 1,402
10,15 0 9,55 5,45 0,93 9 0,898 0,090 1,291
11,94 0 9,89 5,11 0,87 10 0,860 0,086 1,236
13,75 0 10,00 5,00 0,85 11 0,860 0,086 1,236
15,56 0 9,89 5,11 0,87 12 0,898 0,090 1,291
17,35 0 9,55 5,45 0,93 13 0,975 0,098 1,402
19,07 0 8,98 6,02 1,02 14 1,089 0,109 1,565
20,72 0 8,21 6,79 1,15 15 1,237 0,124 1,778
22,25 0 7,24 7,76 1,32 16 1,418 0,142 2,039
23,65 0 6,08 8,92 1,52 17 1,630 0,163 2,342
24,89 0 4,75 10,25 1,74 18 1,867 0,187 2,684
25,96 0 3,28 11,72 1,99 19 2,127 0,213 3,058
26,83 0 1,69 13,31 2,26 20 2,406 0,241 3,459
27,50 0 0,00 15,00 2,55 0 0
𝐺𝑎𝑦𝑎(𝑖 + 1) − 𝐺𝑎𝑦𝑎(𝑖)
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑒𝑔𝑚𝑒𝑛 = = 2,406 𝑘𝑁/𝑚2
2
𝑆 27,5
𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖 = 𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 𝑥 = 0,241 𝑥 = 3,459 𝑁/𝑐𝑚2
2 2
36
menghitung besar tegangan yang diterima, digunakan metode seperti pada subbab
2.6
B = 5 cm
Z = 5cm
Maka nilai, 2z/B= 2 dan 2x/B =0. Dari tabel 2. (yang distribusi beban) maka didapat
𝚫𝝈𝒛
= 𝟎, 𝟓𝟓 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝚫𝝈𝒛 = 𝟎, 𝟓𝟓 𝒒
𝒒
Dapat dilihat tegangan yang akan diterima oleh model corrugated steel adalah 0,55
dari beban yang diberikan.
37
Gambar 3. 6 Distribusi Tegangan dengan Metode Trapesium
Δ𝜎𝑧 𝐵
=
𝑞 𝐵′
𝟓
𝚫𝝈𝒛 = 𝒙 𝒒 = 𝟎. 𝟑𝟑𝟑𝒒
𝟏𝟓
Dapat dilihat tegangan yang akan diterima oleh model corrugated steel adalah
0,333 dari beban yang diberikan.
Dari 2 metode yang dilakukan dan dari refrensi dari American Railway
Engineering Association (AREA) didapatkan 3 nilai perbandingan nilai tegangan
yang diterima corrugated steel terhadap tegangan asli. Untuk mendapatkan hasil
yang lebih konservatif digunakan nilai terbesar yaitu:
𝚫𝝈𝒛 = 𝟎, 𝟔 𝒒
38
titik kritis yang perlu ditinjau stabilitasnya yaitu titik dimana beban CBR bekerja,
titik di struktur pelengkung, dan titik di fondasi.
Gambar 3. 7 Langkah 1
Gambar 3. 8 Langkah 2
Pemasukan kondisi awal. Kondisi awal yang diberikan adalah tanah bawah
terlebih dahulu
39
Gambar 3. 9 Langkah 3
Gambar 3. 10 Langkah 4
40
Pemilihan titik yang ditinjau (titik kritis)
A
E B C D
Gambar 3. 11 Langkah 5
Titik yang ditinjau adalah titik tengah pada model corrugated steel (A), titik
tengah pada fondasi (C, E), dan titik ujung fondasi (B, D)
Selanjutnya dilakukan perhitungan
Gambar 3. 12 Langkah 6
41
Pemunculan gambar pola deformasi pada model Earth Bridge
Gambar 3. 13 Langkah 7
42
Gambar 3. 15 Diagram Deformasi vs Tegangan pada B
43
Gambar 3. 17 Diagram Deformasi vs Tegangan pada D
Dari gambar dan diagram tegangan dan deformasi dapat disimpulkan, bahwa
kestabilan struktur ditentukan oleh titik tengah pada model corrugated steel bukan
pada fondasi.
44
3.8 Beban Maksimum Struktur
Deformasi 10 mm diukur dengan asumsi tanah di atas model corrugated
mengikuti deformasi dari titik tengah struktur. Asumsi ini dapat digunakan dengan
meninjau analisis stabilitas pada Subbab 3.7. Digunakan software SAP2000 untuk
menganalisis struktur untuk mendapatkan beban P yang menimbulkan deformasi
10 mm pada struktur. Berikut merupakan langkah pengerjaan dari SAP2000:
45
Gambar 3. 19 Grafik Perbandingan antara Beban dengan Deformasi
46
Beban tersebut dimodelkan sebagai beban lingkaran untuk menyesuaikan
dengan luasan piston CBR yang berdiameter 5 cm, sehingga beban yang dapat
diterima struktur untuk deformasi 10 mm adalah sebagai berikut:
50𝑁 𝑘𝑁
𝑃= = 25,5
1 2 𝑚2
4 𝜋 ∗ 0,05
Dari hasil analisis software SAP2000 didapat reaksi perletakkan sebesar 707 kN /
10,3 kN/m2
47
3.9 Pemodelan Earth Bridge dengan Plaxis
Pada subbab ini dilakukan penentuan beban untuk menghasilkan
deformasi 10 mm pada tanah diatas model CMP. Seluruh struktur Earth Bridge
beserta tanh dimodelkan dengan Plaxis 2 D. Pemodelan dengan Plaxis ini dilakukan
untuk membandingkan hasil beban pada Plaxis dengan hasil beban dengan
pemodelan pada SAP untuk menghasilkan nilai yang lebih akurat. P
48
Namun, pada tahap ini diberikan beban hingga terjadinya deformasi 10
mm. Pada tahap ini deformasi ditinjau pada titik di atas CMP (titik G) sesuai dengan
titik peninjauan deformasi.
49
Setelah dilakukan perhitungan, dimodelkan pola keruntuhan dan
diagram perpindahan vertikal dengan tegangan.
50
Dapat dilihat nilai deformasi maksimum yang dapat dicapai adalah 1,6
mm, karena tanah di atas struktur pada model telah runtuh (keatas). Akibatnya
Plaxis tidak dapat melakukan pembacaan deformasi pada titik tinjau. Oleh karena
itu, dilakukan ekstrapolasi pada grafik yang didapat hingga mencapai deformasi 10
mm.
51
Uy (mm) Beban (KN/m2)
1,607466665 15,54290126
1,624178769 15,57745862
1,632550246 15,59601836
1,640929516 15,61583016
1,645137337 15,62573517
1,653557155 15,63726707
2 16,11175992
3 17,48137359
4 18,85098725
5 20,22060091
6 21,59021458
7 22,95982824
8 24,3294419
9 25,69905557
10 27,06866923
25
20
15
10
0
-2 0 2 4 6 8 10 12
Dapat dilihat nilai pada deformasi pada 10 mm adalah 27,1 kN/m2 atau
sebesar 5,32 kg.
52
Lebar fondasi (B) = 12,5 cm = 0,125 m
Jarak dasar fondasi ke permukaan tanah dasar (Df) = 5cm = 0,05 m
Dengan batasan desain yang diberikan, lebar fondasi lebih besar daripada
jarak dasar fondasi ke permukaan tanah (Df<B). Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa jenis fondasi yang digunakan merupakan fondasi dangkal.
Untuk nilai parameter tanah, diambil sesuai nilai pada refrensi pada sub
sebelumnya, sebagai berikut:
Perhitungan:
1
𝑞𝑢 = 𝑐 ′ 𝑁𝑐 + 𝑞𝑁𝑞 + 𝛾 𝐵𝑁𝛾
2
1
𝑞𝑢 = 0 𝑥 37,16 + 0,85 𝑥 22,46 + 𝑥17 𝑥 0,125 𝑥 19,13
2
𝑞𝑢 = 39,416 𝐾𝑁/𝑚2
53
Nq = 8,31
Nγ = 4,39
1
𝑞𝑢 = 𝑐 ′ 𝑁𝑐 + 𝑞𝑁𝑞 + 𝛾 𝐵𝑁𝛾
2
2 1
𝑞𝑢 = 𝑥 0 𝑥 18,99 + 0,85 𝑥 8,31 + 𝑥17 𝑥 0,125 𝑥 4,39
3 2
𝑞𝑢 = 11,727 𝐾𝑁/𝑚2
Diambil nilai kapasitas daya dukung dari local shear failure agar lebih konservatif.
Dari subbab 3.8 didapat nilai reaksi perletakkan didapat nilai 10,3 kN/m2. Maka
faktor keamanan yang didapat adalah
𝑞𝑢 11,272
𝑆𝐹 = = = 1,1
𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 10,3
54
Pemodelan kondisi awal pada Plaxis
Kondisi awal pada pemodelan ini adalah tanah
55
Maka nilai bearing capacity yang didapat dari hasil Plaxis adalah:
𝑞𝑢 = 𝑆𝐹 𝑥 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛
Dari hasil yang didapatkan dapat disimpulkan fondasi amandan tidak akan
mengalami kegagalan
Faktor Perhitungan
SAP + Plaxis Plaxis Error
Pembanding Manual
Beban yang
memberikan
- 5 kg 5,32 kg 6,4 %
deformasi 10
mm
SF untuk
daya dukung 1,10 - 1,23 11,8%
vertikal
56
Beban yang memberikan deformasi 10 mm pada struktur adalah beban 5 kg agar
hasil yang didapat lebih konservatif. Dan untuk nilai faktor keamanan daya dukung
baik dari perhitungan manual maupun Plaxis menghasilkan nilai yang aman.
57
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan dan perencanaan yang kami lakukan, dapat disimpulkan
ditengahnya.
58
Daya dukung fondasi dengan menggunakan teori Terzaghi adalah 11,272
kN/m2 dengan faktor keamanan 1,1 dan dengan Plaxis 12,67 kN/m2 dengan
ataupun titik lainnya ditunjukan oleh deformasi yang lebih besar pada
4.2 Saran
Berikut beberapa saran yang dapat diberikan :
59
DAFTAR PUSTAKA
60
LAMPIRAN
61