Kelompok : 5 (Lima)
Anggota
1. Bagus Hadhi Prabowo
2. Dimas Adiputra Irawadi
3. Revalina Nurul Safitri
4. Shifa Sulistianingsih
5. Suci Amelia
6. Zahra Lindu Pinastika Suryanto
2023/2024
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................i
1. Polidaktili........................................................................................................................3
2. Brakidaktili.....................................................................................................................5
3. Sindaktili.........................................................................................................................6
4. Talasemia........................................................................................................................7
5. Dentinogenesis imperfecta.............................................................................................8
1. Albino..............................................................................................................................9
2. Siklemia.........................................................................................................................11
1. Buta Warna..................................................................................................................12
2. Hemofilia.......................................................................................................................14
3. Distrofi Otot..................................................................................................................15
4. Anodontia......................................................................................................................17
1. Hypertrichosis..............................................................................................................18
GLOSARIUM.........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................24
i
A. SIFAT FISIK MANUSIA
Sifat-sifat manusia yang terkait autosom dapat disebabkan oleh gen dominan
ataupun resesif. Penurunan yang ditentukan oleh gen resesif ditandai dengan adanya
pelompatan generasi dalam munculnya suatu karakter pada individu, sedangkan gen
dominan ditandai dengan penurunan secara berkesinambungan atau tidak terjadinya
pelompatan generasi dalam pemunculannya. (Arsal, 2012).
Variasi genetik adalah variasi yang terjadi pada genom suatu organisme baik
pada basa nukleotida, gen ataupun kromosom. Variasi genetik pada tingkat dasar
ditunjukkan oleh perbedaan pada urutan basa nukleotida (adenin, timin, guanin dan
sitosin) yang membentuk DNA di dalam sel (Harrison et al., 2004; Achyar et al.,
2021).
Faktor lingkungan mempengaruhi sifat yang tampak (fenotip), disamping
ditentukan oleh faktor genetiknya (genotip). Dengan kita mengetahui gejala fenotip
maka kita dapat mengamati variasi sifat pada manusia, khususnya sifat yang tampak.
Selain itu, kita bisa membandingkan persamaan dan perbedaan sifat yang terbanyak
dalam suatu populasi, misalnya populasi dalam kelas (Klug et al., 2011).
Ciri-ciri variasi fenotip tersebut meliputi; ujung daun telinga (cuping) yang
bebas dan melekat, ibu jari yang dapat membengkok dan yang tidak, rambut yang
tidak lurus dan yang lurus, adanya rambut pada ruas tengah pada jari-jari tangan dan
tidak ada rambut, golongan darah : A, B, AB, dan O, dan lesung pipi. Lesung pipi
memang merupakan variasi otot wajah yang diwariskan secara genetis. Sifat genetis
ini bahkan digologkan sebagai gen yang dominan (Winchester, 1951). Artinya, jika
salah satu dari orang tua punya lesung pipi, kemungkinan besar anaknya juga.
Gen yang dominan (diberi simbol dengan huruf kapital) selalu muncul sebagai
sifat yang nampak. Gen yang resesif (diberi simbol dengan huruf kecil) hanya bisa
muncul sebagai sifat yang nampak bila berpasangan dengan gen yang resesif lagi.
Jadi, genotip AA atau Aa akan muncul sebagai fenotip A. Sedangkan gen a hanya
akan muncul sebagai fenotip a bila genotipnya aa. Organisme yang mempunyai dua
gen yang sama pada satu lokus (AA atau aa) disebut homozigot, sedangkan yang
mempunyai pasangan gen alternatif (Aa) disebut heterozigot. Gen alternatif (A atau a)
disebut alel. (Any Suhaeny, M. Si, 2021)
Sebuah alel adalah salah satu dari dua atau lebih bentuk-bentuk alternative
sebuah gen yang dapat berada pada satu lokus. Sebuah alel adalah salah satu bentuk
1
varian gen pada lokus tertentu, atau lokasi, pada suatu kromosom. Alel berbeda
menghasilkan variasi dalam pewarisan sifat seperti warna rambut, warna mata atau
golongan darah. (Any Suhaeny, M. Si, 2021). Berikut adalah tabel penurunan sifat
pada alel dominan dan alel resesif.
Darah merupakan salah satu bagian tubuh yang memiliki banyak fungsi
penting. Darah adalah cairan tubuh yang terdiri atas beberapa komponen utama, yaitu
plasma, sel darah merah, sel darah putih, dan platelet. (Nuraini, Muflikhah, &
Nurkasanah, 2022).
Golongan darah merupakan salah satu substansi genetik yang ada dalam tubuh
manusia. Masing-masing orang tua akan mewariskan salah satu alel golongan
darahnya kepada anak mereka. Sistem golongan darah ABO diperkenalkan oleh Karl
Landsteiner pada tahun 1901, diketahui bahwa setiap individu mempunyai
karakteristik golongan darah yang dibedakan menjadi golongan darah grup A, B, dan
O.
2
Sehingga masing-masing individu akan memiliki salah satu dari empat golongan darah
A, B, AB atau O. (Poltekkes Palembang, 2021)
Penggolongan darah dengan sistem ABO ditentukan oleh ada atau tidak
adanya antigen A atau antigen B yang terekspresikan pada sel darah merah serta ada
atau tidaknya antibody A atau antibody B yang terdapat di dalam serum/plasma.
Berdasarkan system golongan darah ABO, golongan darah terdiri atas 4 golongan
darah yaitu golongan darah A, B, AB, dan O (Maharani & Noviar, 2018).
Penurunan sifat golongan darah sistem ABO dari orang tua ke anak.
♂ Ibu
A B O
Ayah A A AB A
B AB B B
O A B O
1. Polidaktili
3
Polidaktili adalah kelainan anggota tubuh yang ditandai dengan adanya jari
tambahan di tangan. Polydactyly diklasifikasikan menjadi 2 kategori besar seperti
polydactyly sindrom dan non-sindrom.
a. Polidaktili postaxial terjadi di bagian luar tangan atau kaki, dimana digit kelima
berada. Di tangan, ini disebut sisi ulnaris. Ini adalah jenis polidaktili yang paling
umum.
b. Polidaktili preaksial terjadi di bagian dalam tangan atau kaki, dimana ibu jari atau
jempol jari berada. Di tangan, ini disebut sisi radial.
c. Polidaktili sentral terjadi di jari tengah tangan atau kaki, ini adalah tipe yang
paling tidak umum.
Pp Pp
Gamet (G1) : P, p P, p
2 Pp (polidaktili) 50%
1 pp (normal) 25%
4
2. Brakidaktili
Orang yang heterozigot hanya memiliki dua ruas jari karena ruas jari
tengah pendek dan tambah bersatu dengan ruas jari lain. Orang normal ber genotip
bb. Berikut adalah penurunan sifat brakidaktili dari orang tua ke anak.
Brakidaktili Brakidaktili
Gamet (G1) : B, b B, b
2 Bb (brakidaktili) 50%
1 bb (brakidaktili) 25%
5
3. Sindaktili
4. Talasemia
7
mempunyai anak pasien talasemia beta minor sebesar 50%. Sedangkan orang
tuanya membawa gen talasemia beta minor (pembawa sifat) maka mereka dapat
kemungkinan 50% anaknya talasemia beta minor, 25% talasemia beta minor, dan
25% sisanya sehat. (Rujito, 2019)
Berikut adalah penurunan sifat talasemia dari orang tua ke anak.
Talasemia Talasemia
Gamet (P2) : T, t T, t
2 Tt (talasemia) 50%
1 tt (normal) 25%
5. Dentinogenesis Imperfecta
8
Terjadi karena mutasi Terjadi karena mutasi Terjadi karena mutasi
dari gen COLIA1 atau dari gen DSPP. dari gen DSPP.
COLIA2.
1. Albino
Albino bukanlah penyakit yang popular. Penyakit ini datang tidak memandang
jenis kelamin. Albino adalah kelainan pigmen kulit bawaan yang disebabkan
karena kurang atau tidak adanya pigmen melanin dalam kulit. Keadaan tersebut
bersifat genetik atau diwariskan.
Albino adalah murni penyakit genetik, bukan infeksi dan tidak dapat ditularkan
melalui kontak fisik ataupun melalui transfusi darah. Penyakit albino disebabkan
karena devensiasi tyrosinase yang diturunkan secara genetik dan bisa juga
disebabkan oleh perkawinan silang antar makhluk hidup yang menghasilkan gen
homozygot resesif (Christy, 2010).
9
Kurangnya pigmen yang nyata pada kulit, rambut, dan mata dapat
menimbulkan kerusakan pada penderitanya jika terkena sinar matahari.
(Soepardiman, 2010). Karenanya, orang yang terlahir dengan albino tidak bisa
bergerak bebas seperti orang lainnya karena kulit dan mata orang dengan albino
sangat rentan dan sensitif terbakar terhadap sinar matahari. Sehingga jarang sekali
melihat orang dengan albino bermain-main di bawah cahaya matahari yang terik
dan menyengat.
Untuk keluar rumah, orang dengan albino harus memakai jaket dan kacamata
hitam yang bisa menghindarkannya 2 dari serangan sinar matahari. Matanya pun
memiliki kelainan seperti rabundan juling serta tak tahan melihat cahaya yang
terang.
Albino Albino
Gamet (P2) : A, a A, a
2 Aa (albino) 50%
1 aa (normal) 25%
10
2. Siklemia
Anemia sel sabit (siklemia) merupakan suatu kelainan pada darah yang
disebabkan karena adanya perubahan asam amino ke-6 pada rantai protein globin
β yang menyebabkan adanya perubahan bentuk dari sel darah merah menjadi
serupa dengan sabit, yang disebut dengan HbS. (Sadikin, Mohamad, 2001)
Anemia yang berasal dari kata dalam bahasa Yunani anhaimia yang secara
harfiah berarti tanpa darah (Beutler E, 2001) ini memiliki beberapa macam jenis
yang dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya.
Secara garis besar, anemia dapat dibedakan menjadi 4 kelompok (Roberts I,
Montalembert M, 2008) yaitu: 1) anemia yang disebabkan oleh cacat atau masalah
yang ada pada faktor konstitusional dari sel darah merah; 2) anemia yang
disebabkan oleh defisiensi atau kekurangan bahan-bahan yang berasal dari luar
tubuh; 3) anemia karena kehilangan sel darah merah yang baik dan sehat; dan 4)
anemia yang disebabkan karena adanya reaksi autoimun dari tubuh.
Bersadarkan klasifikasi anemia di atas, anemia sel sabit termasuk dalam jenis
anemia yang pertama, yaitu anemia yang disebabkan oleh cacat pada factor
konstitusional pada sel darah merah, dalam hal ini adalah cacat pada hemoglobin,
yang disebut dengan istilah hemoglobinopathy.
Menurut Benz EJ (2001), penyakit sel sabit sebenarnya dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu: 1) penyakit sel sabit heterozigot; dan 2) penyakit sel sabit
homozigot.
Untuk penyakit sel sabit heterozigot, hemoglobin yang terdapat dalam darah
pasien tidak hanya HbS saja, melainkan bisa saja ada bentuk kelainan hemoglobin
yang lain seperti HbC, HbD, HbE, maupun β-thalassemia. Sebaliknya, dalam
11
darah pasien penderita penyakit sel sabit homozigot hanya terdapat satu kelainan
hemoglobin, yaitu HbS. Kelainan homozigot ini justru merupakan kelainan yang
paling parah bila dibandingkan dengan kelainan heterozigot. (Beutler, 2001)
Berikut adalah penurunan sifat siklemia dari orang tua ke anak.
Parental (P1) : Sksk >< Sksk
Siklemia Siklemia
Gamet (G1) : Sk, sk Sk, sk
Filal (F1) : 1 SKSK (siklemia) 25%
2 Sksk (siklemia) 50%
1 sksk (normal) 25%
1. Buta Warna
Buta warna adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel
kerucut mata untuk menangkap suatu spectrum warna tertentu yang disebabkan
oleh faktor genetis.
Buta warna merupakan kelainan genetika yang diturunkan dari orang tua
kepada anaknya, kelainan ini sering juga sebut sex linked, karena kelainan ini
dibawa oleh kromoson X. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta
warna. Hal inilah yang membedakan anatara penderita buta warna pada laki-laki
dan perempuan. Seorang perempuan terdapat istilah ‘pembawa sifat’, hal ini
menunjukan ada satu kromosom X yang membawa sifat buta warna.
Perempuan dengan pembawa sifat, secara fisik tidak mengalami kelainan buta
warna sebgaimana wanita normal pada umumnya, tetapi wanita dengan pembawa
sifat berpotensi menurunkan faktor buta warna kepada anaknya kelak. Apabila
kedua kromoson X mengandung faktor buta warna maka seorang wanita tersebut
menderita buta warna. (Hartono, R. C. 2013)
Menurut Randy Viyata dkk (2014), Tes buta warna Ishihara terdiri dari
lembaran yang di dalamnya terdapat titik-titik dengan berbagai warna dan ukuran.
Titik-titik berwarna tersebut disusun sehingga membentuk lingkaran yang
didalamnya terdapat titik-titik dengan pola membentuk angka maupun.Warna titik-
titik itu dibuat sedemikian rupa sehingga orang buta warna tidak akan berhasil
melihat angka maupun garis yang ada. Di ruangan dengan penerangan yang cukup,
pasien diminta melihat plate dan diminta untuk mengidentifikasi atau
12
menyebutkan angka yang terdapat pada titiktitik warna berbentuk lingkaran tidak
lebih dari 10 detik. Pada orang normal, di dalam lingkaran akan tampak angka
tertentu. Tetapi pada orang buta warna, yang tampak dalam lingkaran tersebut
akan berbeda seperti yang dilihat oleh orang normal atau ia tidak bisa melihat
angka yang ada.
Tahapan yang terdapat dalam pemeriksaan. Tes Buta Warna menggunakan
Metode Ishihara, Ratri Widianingsih dkk (2010), yaitu :
1. Menggunakan buku Ishihara 14 Plate.
2. Yang Perlu Diperhatikan:
- Cahaya pada ruang pemeriksaan harus cukup
- Waktu pengamatan untuk menjawab setiap gambarnya selama 5 detik.
3. Pada tes pembacaan buku Ishihara dapat disimpulkan hasil diantaranya :
- Buta Warna
- Tidak Buta Warna
13
angka
Berikut adalah penurunan sifat buta warna dari orang tua ke anak.
Parental (P1) : Bwbw >< Bwbw
Buta warna Buta warna
Gamet (G1) : Bw, bw Bw, bw
Filal (F1) : 1 BwBw (buta warna) 25%
2 Bwbw (buta warna) 50%
1 bwbw (buta warna) 25%
2. Hemofilia
Hemofilia merupakan gangguan pembekuan darah yang bersifat turunan
(herediter) terbanyak di dunia saat ini dan didasari oleh penurunan genetik secara
X-linked recessive.
3. Distrofi Otot
Asal usul nama duchenne muscular dystrophy berasal dari seorang ahli saraf
dari Perancis yang bernama Guillaume Benjamin Amand Duchenne (1806 –
1875), dimana beliau menggambarkan penyakit ini pada tahun 1860-an. Duchenne
muscular dystrophy merupakan kelainan otot yang paling sering. Kelainan tersebut
merupakan penyakit x-linked yang disebabkan oleh mutasi gen dystrophin. Peyakit
ini ditandai oleh kelemahan otot maksimal, degenerasi progresif dan infi ltrasi
lemak di otot. Kreatin kinase meningkat pada stadium awal sebagaimana juga
enzim hepar.
a. Distrofi otot duchenne merupakan jenis distrofi otot yang sering terjdi. Gejala
awal yang biasanya muncul pada usia 5 tahun dimulai dengan melemahnya
otot pada kaki dan lengan atas. Hal ini menyebabkan penderita akan kesulitan
15
untuk berjalan, sering terjatuh, mengalami nyeri dan kaku otot, dn memiliki
postur tubuh yang buruk.
b. Distrofi otot becker merupakan jenis distrofi otot yang mirip dengan
duchenne.Distofi ini terjadi pada rentang usia 11-25 tahun ditandai dengan
melemahnya otot pada sekitar kaki dan lengan. Distrofi jenis ini tidak terlalu
parah. Gejala yang muncul, yaitu jalan jinjit, sering mengalami kram otot, dan
kesulitan untuk berdiri.
c. Distrofi kongenital merupakan distrofi yang sudah ada sejak lahir. Distofi jenis
ini ditandai dengan tidak berkembangnya fungsi motoric. Gejala yang terjadi
adalah melemahnya otot, tidak mampu duduk atau berdiri tanpa bantuan, tidak
mampu mengontrol anggota gerak, mengalami scoliosis, memiliki bentuk kaki
yang berbeda, da kesulitan untuk menelan.
d. Distrofi miotonik merupakan distrofi yang muncul pada usia 20-30 tahun.
Gangguan ini sering terjadi di sekitar wajah dan leher. Distrofi jenis ini dapat
mempengaruhi otak dan organ yang memproduksi hormone. Gejala yang
mucul yaitu wajah mengendur, kurus, memiliki dagu runcing, leher seperti
leher angsa yang kurus dan sulit digerakkan, mengalami kesulitan menelan,
dan mengalami alopecia (kerontokan rambut berlebihan) dini.
e. Distrofi otot facioscapulohumeral merupakan distrofi otot yang muncul di usia
remaja. Biasanya distrofi ini terjadi pada bagian otot wajah, bahu, dan lengan
atas. Gejala yang terjadi seperti kesulitan untuk mengunyah, bahu miring,
memiliki bentuk mulut yang tidak normal, dan bahu terlihat seperti sayap.
f. Distrofi otot limb-girdle merupakan distrofi yang terjadi pada usia anak-anak
sampai remaja. Biasanya distrofi ini terjadi di sekitar pinggul, tetapi dapat juga
terjadi di leher. Gejala yang terjadi, yaitu kesulitan untuk berdiri dan berjalan,
kesulitan dalam membawa barang yang berat, dan mudah terjatuh.
g. Distrofi otot oculopharyngeal merupakan distrofi yang baru muncul pada usia
40 tahun. Distrofi ini menyerang otot wajah, leher, dan bahu. Gejala yang
terjadi, yaitu kelopak mata turun, kesulitan dalam menelan, mengalami
perubahan suara, memiliki masalah dalam penglihatan, gangguan jantung, dan
kesulitan dalam berjalan.
Berikut adalah penurunan sifat distrofi otot dari orang tua ke anak.
4. Anodontia
17
yang salah dari lapisan ectodermal pada kelainan ini juga mempengaruhi
rambut, kuku, kelenjar lemak, keringat, dan ludah.
b. Partial anodontia adalah kelainan kongenital yang menyebabkan tidak adanya
satu atau beberapa gigi. Tidak ada kecenderungan yang sama dalam sebuah
keluarga dan dibutuhkan pemeriksaan radiografi untuk memastikan gigi
tesebut memang tidak ada ataukah tidak erupsi. Kelainan ini sering terjadi
pada gigi permanen yaitu molar 3 rahang atas dan rahang bawah, incivius
lateral rahang atas, dan premolar 2 rahang bawah.
Anodontia Anodontia
1. Hypertrichosis
18
Menurut Healthline (2020) dalam buku TREND & ISSUE KEPERAWATAN
VOL : 2 Keperawatan Medikal Bedah, Maternitas, Jiwa, Komunitas, Gawat
Darurat, Gerontik & Anak yang ditulis oleh Ns. Helly M. Katuuk mengatakan
bahwa hypertrichosis (disebut juga sebagai Ambras syndrome) merupakan kondisi
pertumbuhan rambut yang berlebihan, baik di seluruh bagian tubuh maupun di
area tubuh tertentu. Kelainan ini juga dikenal sebagai Werewolf syndrome, karena
dalam kasus yang cukup parah penampilan penderitanya akan menyerupai
werewolf atau manusia serigala. Pertumbuhan rambut pada penyakit
hypertrichosis ini tidak berkaitan dengan hormon androgen sehingga penyakit ini
dapat terjadi pada pria maupun wanita.
Menurut Katuuk dkk. Jika dilihat dari letak terjadinya, hypertrichosis
diklasifikasikan menjadi 2, yaitu.
a. Hypertrichosis umum, yaitu kelainan pertumbuhan rambut yang terjadi di
seluruh tubuh.
b. Hypertrichosis lokal, yaitu kelainan pertumbuhan rambut yang hanya terjadi di
bagian tertentu saja.
Hypertrichosis normal
Gamet (G1) : H, H H, h
2 Hh (normal) 50%
19
20
GLOSARIUM
Autosom : jenis kromosom yang menentukan tubuh, seperti warna rambut, warna
kulit, dan bentuk tubuh.
Basa nukleotida : bagian pada DNA dan RNA yang dapat terlibat dalam pemasangan
basa (lihat pula pasangan basa).
Basa nukleotida : bagian pada DNA dan RNA yang dapat terlibat dalam pemasangan
basa.
Buta warna : kondisi ketika mata tidak mampu melihat warna secara normal.
Diuretik : obat untuk membuang kelebihan garam dan air dari dalam tubuh
melalui urine
DNA : molekul yang memuat seluruh instruksi genetik yang dibutuhkan oleh
semua organisme dalam seluruh siklus hidupnya.
Ektodermal dysplasia : kelompok kelainan genetik beragam yang melibatkan cacat pada
rambut, kuku, gigi, kulit, kelenjar, mata, bahkan tenggorokan.
Fenotip : ciri khas fisik yang terbentuk karena gabungan dari genotip dan
pengaruh lingkungan.
Fibrin : protein berupa serat-serat benang yang tidak larut dalam plasma pada
proses penggumpalan darah atau pembekuan darah.
Fotofobia : kondisi mata terasa sakit atau tidak nyaman ketika melihat cahaya
terang
Gen dominan : gen yang dapat menutupi ekspresi gen lain, sehingga sifat yang
dibawa muncul pada individu.
Gen homozigot resesif : hasil perpaduan dua gen resesif dari dua sel kelamin.
21
Gen resesif : gen yang tertutupi oleh gen dominan sehingga sifat yang dibawanya
tidak muncul pada keturunannya.
Gen : gen adalah unit dasar pewarisan genetik yang diturunkan dari orang
tua pada keturunannya.
Genetika : cabang biologi yang mempelajari pewarisan sifat gen pada organisme
maupun suborganisme.
Hemofilia : kondisi medis yang ditandai dengan sulitnya darah untuk membeku.
Ichtyosis : ekelompok gangguan kulit yang ditandai dengan kering, bersisik, atau
kulit menebal
22
Mutasi gen : suatu perubahan yang terjadi pada nukleotida DNA, yang membawa
“pesan” di suatu gen tertentu.
Plasma darah : komponen darah berbentuk cairan berwarna kuning yang menjadi
medium sel-sel darah, di mana sel darah ditutup.
Porphyria cutanea tarda : kondisi kelainan darah yang langka yang terjadi ketika tubuh tidak
memiliki cukup enzim tertentu untuk membuat heme
Sel kerucut : sel penerima sinar di dalam retina mata yang bertanggung jawab
terhadap penglihatan warna.
Sikle cell trait : penyakit sel sabit adalah kelompok gangguan yang diwariskan ketika
sel-sel darah merah meliukkan menjadi berbentuk sabit.
Variabilitas fenotipik : informasi yang penting untuk menentukan keberhasilan seleksi dalam
rangkaian program pemuliaan tanaman
23
Vasodilator : golongan obat yang digunakan untuk melebarkan pembuluh darah
Vellus : rambut pendek, tipis, sedikit berwarna, dan hampir tidak terlihat.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
Harrison, I., M. Laverty & E. Sterling. 2004. Genetic Diversity. Connexions
module:
Hartono, R. C. (2013). Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Buta Warna Berbasis
Android. Sebuah Kajian Pustaka, 120-126.
Hay S : Insiden malformasi kongenital yang dipilih di Iowa. Am J
Epidemiol 1971; 94 : 572–584.
Jaing TH, Chang TY, Chen SH, Lin CW, Wen YC, Chiu CC. Molecular
genetics of β-thalassemia. Medicine. 2021;100(45):e27522.
doi:10.1097/MD.0000000000027522 7.
Katuuk, H. M., & Djafar, R. H. (2022). TREND & ISSUE KEPERAWATAN
VOL : 2 Keperawatan Medikal Bedah, Maternitas, Jiwa, Komunitas, Gawat Darurat,
Gerontik & Anak. Klaten: Lakeisha. Halaman: 26-28.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/243/2021 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
Tatalaksana Hemofilia. 2021
Klug, W. S., Cummings, M. R., Spencer, C. A., & Palladino, M. A. (2011).
Concepts of Genetict. California, USA: Pearson Press.
m12158.
Maharani, E. A., & Noviar, G. (2018). Bahan Ajar teknologi Lalboraltorium
Medis “Imunohemaltologi dan Bank Darah” PPSDM-BPPSDMK. Jakarta (ID):
Kementrialn Kesehaltan RI.
Nabila, E., Nita, S., & Larasati, V. (2017). Faktor Risiko Sindaktili dan
Polidaktili pada Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan di Instalasi Bedah RSUP Dr.
Mohammad Hoesin dan RSAD Dr. A. K. Gani Periode 1 Januari 2013- 30 Juni 2017.
Majalah Kedokteran Sriwijaya, Th. 49 Nomor 3, Juli 2017. Universitas Sriwijaya.
Nuraini, F. R., Muflikhah, N. D., & Nurkasanah, S. (2022). Pemeriksaan
Golongan Darah Sistem ABO pada Mahasiswa STIKes Rajekwesi Bojonegoro. Jurnal
Abdi Insani, 9(2), 490.
Nurul Rafiqua, 01 Juni, 2021. SehatQ.
https://cms.sehatq.com/public/img/disease_img/hemofilia-1556013859.jpg . Diakses
pada 06 Agustus 2023.
Poltekkes Kemenkes Palembang. (2021). GAMBARAN GOLONGAN DARAH
SISTEM ABO DAN RHESUS. Journal of Medical Laboratory and Science, I(1), 17.
doi: 10.36086/medlabscience.v1i1
26
Putri, FM. (2023). Fisiologi dan Anatomi Manusia. Yogyakarta: Anak Hebat
Indonesia. Halaman: 14-16.
Quetta Population. World Journal of Zoology. 10 (3): 237-240.
Razzaq, R., Safoora, K., Shandana, Nabeela, T., and Naheed, S. 2015. Tongue
Rolling, Folding, Cheek Dimple and Chin Cleft; Study of a Morphogenetic Traits in
Reiss, M. (1999). The genetics of hand-clasping: A review and a familial
study. Annals of Human Biology, 26(1), 39-48.
Rejeki, D., S., S., Pradani, P., Nurhayati, N., Supriyanto, (2014). Model
Prediksi Kebutuhan Darah untuk Penderita Talasemia Mayor. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional. 8(7). 295-299.
Resa Eka Ayu Sartika, 24 Oktober, 2021. KOMPAS.com.
https://health.kompas.com/penyakit/read/2021/10/24/110000068/anemia-sel-sabit# .
Diakses pada 06 Agustus 2023.
Saprudin, N., Sudirman, M., R., (2019). Peningkatan Pengetahuan Orang Tua
tentang perawatan Pasca Transfusi pada Anak Talasemia Melalui Pemberian
Komunikasi Informasi Edukasi Berbasis Audio Visual. Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti
Husada: Healtyh Sciences. 10(1). 88-93.
Suhartono, Antonius Winoto. (2015). Manifestasi Klinis, Aspek Genetica
Molekuler dan Management Dentinogenesis Imperfekta. Article Journal of Dentistry
Indonesia, ISSN 1693-9697. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
Temtamy SA, McKusick VA : Syndactyly. Dalam: Genetika Malformasi
Tangan . New York: Alan R Liss, 1978; 301–322.
Weatherall DJ. The Evolving Spectrum of the Epidemiology of Thalassemia.
Hematol Oncol Clin North Am. 2018;32(2):165-175. doi:10.1016/j.hoc.2017.11.008
Yaqin, A. & Ami, M. S. (2021). Modul pembelajaran biologi berbasis
pendekatan kontekstual materi hereditas pada manusia untuk peserta didik
SMA/MA/sederajat kelas XII. Jombang: LPPM Universitas KH. A. Wahab Hasbullah.
Halaman: 13.
27