Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA MASA REMAJA DAN


PRANIKAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik BD7001 Asuhan Kebidanan


Holistik pada Masa Remaja dan Pranikah

Oleh :

AYU UKHVIYATI
P07124523055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA

2023
ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat


rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Laporan yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Holistik pada Masa Remaja dan Pranikah”. Tersusunnya laporan
pendahuluan ini tentunya tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Heni Puji Wahyuningsih, S.SiT., M.Keb, selaku ketua jurusan


kebidanan sekaligus dosen pembimbing akademik yang telah memberikan
kesempatan dan bimbingan atas terlaksananya Praktik Asuhan Kebidanan
Holistik pada Masa Remaja dan Pranikah.
2. Munica Rita Hernayanti, S.SiT., Bdn., M.Kes, selaku ketua prodi
pendidikan profesi bidan yang telah memberikan kesempatan atas
terlaksananya Praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada Masa Remaja dan
Pranikah.
3. Huriyah S.ST., Bdn, selaku pembimbing lahan yang telah memberikan
arahan serta bimbingan selama Praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada
Masa Remaja dan Pranikah..

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan


dalam penulisan laporan pendahuluan ini. Oleh sebab itu, segala kritik dan
saran yang membangun dari pembaca. Demikian yang bisa penulis sampaikan,
semoga Laporan Pendahuluan ini dapat menambah khazanah ilmu
pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat luas.

Yogyakarta, 6 September 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ................................Error! Bookmark not defined.


KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
BAB I TINJAUAN TEORI..................................................................................... 1
A. Remaja............................................................................................... 1
B. Kesehatan Reproduksi ....................................................................... 3
C. Anemia .............................................................................................. 4
D. Pathway Anemia ............................................................................. 11
E. Kewenangan Bidan ......................................................................... 12
BAB II TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN ....................................... 14
A. Pengkajian data subyektif ............................................................... 14
B. Pengkajian data obyektif ................................................................. 17
C. Rencana Tindakan atau Penatalaksanaan ........................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21

iv
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. Remaja
1. Definisi Remaja
Remaja adalah kelompok orang yang berumur 10-20 tahun.
Masa remaja merupakan masa terjadinya perubahan besar dan cepat
pada proses pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial. Masa ini
berperan besar menentukan masa depan bangsa, karena remaja
perempuan sebagai calon ibu memiliki risiko kehamilan dan
persalinan, serta terpapar kepada masalah kesehatan lain yang
berdampak pada kesehatan mental, keadaan ekonomi dan
kesejahteraan sosial jangka panjang. 11
Remaja merupakan masa dimana terjadi transisi dari masa anak-
anak menjadi masa dewasa, dimana pada masa tersebut terjadi masa
perubahan perkembangan. Perubahan perkembangan yang dimaksud
yaitu aspek fisik, psikis, dan psikososial.12 Masa remaja adalah titik
balik dalam hidup manusia yang menghubungkan masa anak-anak dan
dewasa. Masa remaja disebut juga periode penghubung atau transisi
masa kecil dengan dewasa. Selama periode ini terjadi perubahan besar
dan penting dalam kematangan fungsi spiritual dan fisik,terutama fungsi
seksual.13 Remaja (adolescence) menurut World Health Organization
(WHO) adalah periode usia antara 10–19 tahun, sedangkan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut kaum muda (youth)
untuk usia 15–24 tahun. Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya,
masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap, yaitu: masa awal remaja
(10–12 tahun), masa remaja tengah (13–15 tahun), dan masa remaja
akhir (16–19 tahun). Definisi ini kemudian disatukan dalam
terminologi kaum muda (young people) yang mencakup usia 10–24
tahun.14

1
2. Tahap Perkembangan Remaja
Nelson cit Kliegman (2019) membagi fase remaja menjadi 3
yaitu remaja awal (10-13 tahun), remaja (14-17 tahun), dan remaja
akhir (18-21 tahun). Milestrones perkembangan remaja dari Nelson
dijabarkan pada tabel 1 berikut:

Tabel 1. Tahapan Perkembangan

Variabel Remaja Awal Remaja Tengah Remaja Akhir


Rentang 10-13 tahun 14-17 tahun 18-21 tahun
Usia
Fisik Perempuan : Perempuan : Kecepatan pematangan
Karakteristik Puncak dari fisik menurun dan
seks kecepatan meningkatnya massa
sekunder (payudara, pertumbuhan, otot pada laki-laki
rambut kemaluan, menarche
dan ketiak), (apabila belum
dimulain mengalami) Laki-laki :
ya growth spurt. Growth spurt,
Laki-laki : karakteristik seks
Testis dan organ sekunder, mimpi basah,
genital membesar tumbuh rambut di
badan dan wajah, suara
berubah, komposisi
tubuh berubah,
dan jerawat
Kognitif a. Penalaran konkrit a. Muncul pemikiran a. Berorientasi ke
dan b. Egosentris abstrak masa depan
Moral c. Tidak b. Memikirkan hasil b. Idealis
memikirkan akibat di masa depan c. Mampu berpikir
dari namun sulit untuk secara mandiri
keputusann mengambil d. Kontrol impuls
ya sekarang keputusan meningkat
d. Mengikuti c. Emosi yang kuat e. Penilaian atas
peraturan hanya bisa mendorong risiko dan
supaya tidak untuk pengambilan keuntungan
dihukum keputusan meningkat
d. Mampu melihat f. Bisa membedakan
dari sudut pandang hukum dan moral
orang lain

2
Konsep a. Sibuk a. Peduli dengan a. Body Image lebih
Diri dengan perubahan daya tariknya stabil
tubuhnya b. Introspeksi b. Daya tarik
b. Mulai sadar diri mungkin masih
dengan menjadi
penampilan dan perhatiannya
daya tariknya c. Konsolidasi
identitas
Keluarga c. Kebutuhan a. Konflik antara a. Pemisahan
akan privasi kendali dan emosional dan fisik
meningkat kemandirian dari keluarga
d. Mengeksplorasi b. Berusaha untuk b. Otonomi
batas- batas otonomi yang lebih meningkat
c. Pembentukan
antara besar hubungan kembali
bergantung dan c. Pemisahan dari antara dewasa dan
mandiri orang tua meningkat orang tua

B. Kesehatan Reproduksi
1. Definisi Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat yang menyeluruh,
meliputi aspek fisik, mental dan sosial, dan bukan sekedar tidak
adanya penyakit atau gangguan di segala hal yang berkaitan dengan
sistem reproduksi, fungsinya maupun proses reproduksi itu sendiri.
Dengan demikian kesehatan reproduksi menyiratkan bahwa setiap
orang dapat menikmati kehidupan seks yang aman dan menyenangkan,
dan mereka memiliki kemampuan untuk bereproduksi, serta memiliki
kebebasan untuk menetapkan kapan dan seberapa sering mereka ingin
bereproduksi.17
2. Permasalahan Kesehatan Reproduksi Remaja dan Cara Mengatasinya
Perilaku seksual merupakan salah satu bentuk perilaku manusia
yang sangat berhubungan dengan kesehatan reproduksi seseorang.
Secara umum terdapat 4 (empat) faktor yang berhubungan dengan
kesehatan reproduksi,yaitu:13
a. Faktor Sosial ekonomi, dan demografi. Faktor ini berhubungan
dengan kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan
ketidaktahuan mengenai perkembangan seksual dan proses

3
reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil.
b. Faktor budaya dan lingkungan, antara lain adalah praktik
tradisional yang berdampak buruk terhadap kesehatan reproduksi,
keyakinan banyak anak banyak rejeki, dan informasi yang
membingungkan anak dan remaja mengenai fungsi dan proses
reproduksi.
c. Faktor psikologis, keretakan orang tua akan memberikan dampak
pada kehidupan remaaj, depresi yang disebabkan oleh
ketidakseimbanganhormonal.
d. Faktor biologis, antara lain cacat sejak lahir, cacat pada saluran
reproduksi, dan sebagainya.

C. Anemia
1. Definisi Anemia
Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin
(Hb) dalam darah lebih rendah dari normal. Hemoglobin adalah salah
satu komponen dalam sel darah merah/eritrosit yang berfungsi untuk
mengikat oksigen danmenghantarkannya ke seluruh sel jaringan tubuh.
Anemia umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik, gizi yang
buruk atau gangguan penyerapan nutrisi oleh usus. Juga dapat
menyebabkan seseorang mengalami kekurangan darah. Faktor risiko
terjadinya anemia memang lebih besar pada perempuan di bandingkan
kaum pria. Cadangan besi dalam tubuh perempuan lebih sedikit
daripada pria sedangkan kebutuhan per harinya justru lebih tinggi.
Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi anemia pada
remaja sebesar 32 %, artinya 3-4 dari 10 remaja menderita anemia. Hal
tersebut dipengaruhi oleh kebiasaan asupan gizi yang tidak optimal,
pemilihan makanan yang kurang tepat dan kurangnya aktifitas fisik.
Anemia ditandai dengan tanda-tanda lemah, letih, lesu, lelah, tidak
bergairah dan kemampuan konsentrasi menurun. Anemia adalah
Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb)

4
dalam sel darah merah lebih rendah dari normal.18

Tabel 1. Klasifikasi Anemia menurut Kelompok Umur


Populasi Non Anemia (gr/dL)

Anemia Ringan Sedang Berat


(g/dL)
Anak 12-14 tahun 12 11,0 – 11,9 8,0 – 10,9 < 8,0
Perempuan tidak 12 11,0 – 11,9 8,0 – 10,9 < 8,0

hamil (≥ 15 tahun)
Sumber : WHO, 201119

2. Gejala Anemia
Gejala yang sering ditemui pada penderita anemi adalah 5 L
(Lesu, Letih, Lemah, Lelah, Lalai), disertai sakit kepala dan pusing,
mata berkunang-kunang, mudah mengantuk, cepat lelah serta sulit
berkonsentrasi. Secara klinis penderita anemia ditandai dengan pucat
pada muka, kelopak mata, bibir, kulit, kuku dan telapak tangan.18
3. Patofisiologi Anemia
Sel darah merah atau eritrosit adalah sel yang sangat penting
untuk makhluk hidup. Sel eritrosit termasuk sel yang terbanyak
didalam tubuh manusia. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu berada
dalam pembuluh darah sehingga dapat menjalakan fungsinya sebagai
pembawa oksigen, mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi dan
mekanisme hemostatis. Darah teridiri dari dua komponen utama,
pertama plasma darah yaitu bagian darah yang terdiri dari air, elektrolit
dan protein darah, kedua sel-sel darah merah yang terdiri dari sel darah
merah (eritrosit), sel darah putih (lekosit) dan keping darah
(trombosit).
Pembentukan dan pematangan eritrosit didalam sumsum tulang
selama 7 hari. Dalam darah perifer inti umumnya sudah hilang.
Retikulosit adalah sel eritrosit termuda yang mengandung RNA, yang
jumlahnya cukup untuk menggantikan eritrosit yang mati. Kira-kira
5
10% dari eritrosit dalam darah perifer adalah retikulosit hal ini hanya
1% dari jumlah rangka hidup eritrosit. Sedangkan panjang masa hidup
eritrosit setelah pelepasan 34 dari sumsum tulang kurang lebih 120 hari
sampai mengalami penuaan dan dekstruksi.
Proses penghancuran eritrosit terjadi karena proses penuan
(senescene) dan proses patologis (hemolisis). Hemolisis yang terjadi
pada eritrosit akan mengakibatkan terurainya komponen-komponen
hemoglobin menjadi dua komponen yaitu komponen protein,
komponen yang globinnya dikembangkan ke pool protein dan dapat
digunakan kembali. Kedua komponen heme, yang dipecah menjadi
dua yaitu besi dan bilirubin. Besi akan dikembalikan ke pool besi dan
digunakan ulang. Bilirubin akan di ekskresikan melalui hati dan
empedu.18
Mekanisme dasar terjadinya anemia dalam tubuh disebabkan 3
proses uatam yaitu kurangnya produksi sel darah merah yang sehat
oleh “Pabrik” nya, kehilangan sel darah merah dalam jumlah besar dan
dihancurkannya sel darah merah dalam jumlah yang besar dalam tubuh
itu sendiri. Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan
sumsum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau
keduanya. Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat kekurangan
nutrisi, pajanan toksik, tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang
tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau
hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat
akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel
darah merah normal 35 atau akibat beberapa faktor diluar sel darah
merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah
merah (disolusi) terjadi terutama dalam sistem fagositik atau dalam
sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil
samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan
masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin.

6
Pemberian TTD pada rematri dan WUS melalui suplementasi
yang mengandung sekurangnya 60 mg elemental besi dan 400 mcg
asam folat. Pemberian suplementasi ini dilakukan dibeberapa tatanan
yatu fasyankes, institusi Pendidikan, tempat kerja dan KUA/tempat
ibadah lainnya.
4. Pengobatan penyakit penyerta seperti KEK, Malaria, TBC, HIV
Pada kasus ini peranan bidan sangat penting sebagai sumber
informasi akan ketidak tahuan dan sikap terkait kesehatan. Peranan
bidan menajlankan tugasnya sebagai edukator, bidan sebagai konselor,
bidan sebagai motivator, bidan sebagai pelaksana, bidan sebagai
pemberi asuhan, dan bidan sebagai evaluator. plasma (konsentrasi
normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan
ikterik pada sklera.18
Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai dengan menipisnya
simpanan zat besi (ferritin) dan bertambahnya absorpsi zat besi yang
digambarkan dengan meningkatnya kapasitas pengikatan zat besi.
Tahap yang lebih lanjut berupa habismya simpanan zat besi,
berkurangnya kejenuhan transferrin, berkurangnya jumlah protoporpirin
yang diubah menjadi darah dan akan diikuti dengan menurunnya kadar
ferritin serum. Akhirnya terjadi anemia dengan cirinya yang khas yaitu
rendahnya kadar Hb.18
5. Etiologi Anemia
Etiologi Anemia defisiensi besi secara umum dibagi 4 :
a. Asupan zat besi
Rendahnya asupan zat besi sering terjadi pada orang-
orang yang mengkonsumsi bahan makananan yang kurang
beragam dengan menu makanan yang terdiri dari nasi, kacang-
kacangan, daging, unggas, ikan yang merupakan sumber zat besi.
Gangguan defisiensi besi sering terjadi karena susunan makanan
yang salah baik jumlah maupun kualitasnya yang disebabkan oleh
kurangnya penyediaan pangan, distribusi makanan yang kurang

7
baik, kebiasaan makan yang salah, kemiskinan dan ketidak tahuan.
b. Penyerapan zat besi
Diet yang kaya zat besi tidaklah menjamin ketersediaan zat
besi dalam tubuh karena banyaknya zatbesi yang diserap sangat
tergantung dari jenis zat besi dan bahan makanan yang dapat
menghambat dan meningkatkan penyerapan besi.
c. Kebutuhan meningkat
Kebutuhan akan zat besi akan meningkat pada masa
pertumbuhan seperti pada bayi, anak-anak, remaja, kehamilan dan
menyusui. Kebutuhan zat besi juga meningkat pada kasus-kasus
pendarahan kronis yang disebabkan oleh parasit.
d. Kehilangan zat besi
Kehilangan zat besi melalui saluran pencernaan, kulit dan
urin disebutkehilangan zat besi basal. Pada wanita selain kehilangan
zat besi basal juga kehilangan zat besi melalui menstruasi. Di
samping itu kehilangan zat besi disebabkan pendarahan oleh infeksi
cacing di dalam usus.
6. Diagnosis Anemia
Penegakkan diagnosis anemia dilakukan dengan pemeriksaaan
laboratorium kadar hemoglobin/Hb dalam darah dengan menggunakan
metode Cyanmethemoglobin. Hal ini sesuai dengan Permenkes Nomor
37 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pusat
Kesehatan Masyarakat. Rematri dan WUS menderita anemia bila kadar
hemoglobin darah menunjukkan nilai kurang dari 12 g/dL.20

8
7. Klasifikasi anemia
Klasifikasi anemia menurut kelompok umur :
Populasi Non anemia Anemia (g/L)
(g/dL) Ringan Sedang Berat
Anak 6-59 bulan 11 10.0-10.9 7.0-9.9 <7.0
Anak 5-11 tahun 11.5 11.0-11.4 8.0-10.9 <8.0
Anak 12-14 tahun 12 11.0-11.9 8.0-10.9 <8.0
Perempuan tidak hamil 12 11.0-11.9 8.0-10.9 <8.0
(≥15 tahun)
Ibu hamil 11 10.0-10.9 7.0-9.9 <7.0
Laki-laki ≥ 15 tahun 13 11.0-12.9 8.0-10.9 <8.0
Sumber : WHO, 201120

8. Komplikasi Anemia
Komplikasi anemia adalah:
a. Kelelahan berat, bila anemia cukup parah seseorang mungkin
merasasangat lelah sehingga tidak bisa menyelesaikan tugas sehari-
hari
b. Komplikasi kehamilan, wanita hamil dengan anemia defisiensi
folat mungkin lebih cenderung mengalami komplikasi, seperti
kelahiranprematur
c. Masalah jantung, anemia dapat menyebabkan detak jantung cepat
atau ireguler (aritmia). Bila seseorang menderita anemia, jantung
harus memompa lebih banyak darah untuk mengimbangi
kekurangan. 21
9. Pencegahan dan Penatalaksanaan Anemia
Upaya pencegahan dan penatalaksanaan anemia dilakukan
dengan memberikan asupan zat besi yang cukup kedalam tubuh untuk
meningkatkan pembentukan hemoglobin. Upaya yang dapat dilakukan
adalah:

9
a. Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi
Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi dengan
pola makan bergizi seimbang, yang terdiri dari aneka ragam
makanan, terutama sumber pangan hewani yang kaya zat besi
dengan jumlah yang cukup sesuai dengan AKG. Selain itu juga
perlu meningkatkan sumber pangan nabati yang kaya zat besi,
walaupun penyerapannya lebih rendah dibanding dengan hewani.
Makanan yang kaya sumber zat besi dari hewani contohnya hati,
daging dan unggas, sedangkan dari nabati yaitu sayuran berwarna
hijau tua dan kacang- kacangan. Untuk meningkatkan penyerapan
zat besi dari sumber nabati perlu mengonsumsi bua-buahan yang
mengandung vitamin C seperti jeruk, jambu. Penyerapan zat besi
dapat dihambat oleh zat lain, seperti tanin, fosfor, serat, kalsium,
dan fitat.
b. Fortikasi bahan makanan dengan zat besi
Fortifikasi bahan makanan yaitu menambahkan satu atau
lebih zat gizi kedalam pangan untuk meningkatkan nilai gizi pada
pangan tersebut. Penambahan zat gizi dilakukan pada industry
pangan, untuk itu disarankan membaca label kemasan untuk
mengetahui apakah bahan makanan tersebut sudah difortifikasi
dengan zat besi. Makanan yang sudah difortifikasi antara lain
tepung terigu, minyak goreng, mentega, dan beberapa snack. Zat
besi dan vitamin mineral lain juga dapat ditambahkan dalam
makanan yang disajikan dirumah tangga dengan bubuk tabor gizi
atau dikenal juga denganMultiple Micronutrient Powder.
c. Suplementasi zat besi
Pada keadaan dimana zat besi dari makanan tidak
mencakupi kebutuhan terhadap zat besi, perlu didapat dari
suplementasi zat besi. Pemberian suplementasi zat besi secara rutin
selama jangka waktu tertentu bertujuan untuk meningkatkan kadar
hemoglobin secara cepat, dan perlu dilanjutkan untuk

10
meningkatkan simpanan zat besi di dalam tubuh. Suplementasi
tablet tambah darah pada remaja putri dan wanita usia subur
merupakan salah satu upaya pemerintah Indonesi untuk
memenuhi asupan zat besi. Pemberian tablet tambah darah
dengan dosis yang tepat dapat mencegah anemia dan meningkatkan
cadangan zat besi di dalam tubuh.22

D. Pathway Anemia

Kekurangan Perdarahan hemolisis


nutrisi (destruksi sel darah)

Kegagalan Kehilangan
sumsum tulang sel darah
merah

Anemia (Hb turun)

Pertahanan sekunder Absorbsi pencernaan


Resistensi aliran
tdk adekuat menurun
darah perifer
Anoreksia
Penurunan Resiko Infeksi
transport O2 Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh

Hipoksia Lemah lesu

Intoleransi Aktivitas

Ketidakefektifan perfusi Pusing


Gangguan fungsi
jaringan perifer otak

Gambar 1. Pathway Anemia 26

11
E. Kewenangan Bidan
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.01.07/Menkes/320/2020 Tentang Standar Profesi Bidan, bidan harus
memiliki Keterampilan Klinis Dalam Praktik Kebidanan:

1. Melakukan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas pada


remaja, masa sebelum hamil, kesehatan reproduksi dan seksualitas
perempuan yang fisiologis.
2. Melakukan identifikasi kasus yang bermasalah remaja, masa sebelum
hamil, kesehatan reproduksi dan seksualitas perempuan.
3. Melakukan skrining terhadap masalah dan gangguan pada remaja,
masa sebelum hamil, kesehatan reproduksi dan seksualitas perempuan.
4. Melakukan edukasi dan konseling berbasis budaya dan etiko legal
terkait hasil skrining pada remaja, masa sebelum hamil, kesehatan
reproduksi dan seksualitas perempuan.
5. Melakukan kolaborasi dengan profesi terkait masalah yang dihadapi
pada remaja, masa sebelum hamil, kesehatan reproduksi dan seksualitas
perempuan.
6. Melakukan dukungan terhadap perempuan dan keluarganya dalam
setiap memberikan pelayanan kebidanan remaja, masa sebelum hamil,
kesehatan reproduksi dan seksualitas perempuan.
7. Melakukan keterampilan dasar praktik klinis kebidanan dalam
memberikan pelayanan pada remaja, masa sebelum hamil, masa hamil,
kesehatan reproduksiperempuan dan seksualitas.

Bidan memiliki peranan dan kewenangan dalam penanggulangan


anemia yaitu :

1. Memberikan pendidikan tentang gizi seimbang


Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) pilar yang pada
dasarnya merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara
zat gizi yang keluar dan zat gizi yang masuk dengan memantau berat
badan secara teratur. Prinsip gizi seimbang tersebut yaitu

12
mengonsumsi aneka ragam pangan, membiasakan perilaku hidup
bersih, melakukan aktivitas fisik, memantau Berat Badan (BB) secara
teratur untuk mempertahankan berat badan normal.
2. Suplementasi Tablet Tambah Darah
Pemberian TTD pada rematri dan WUS melalui suplementasi
yang 12 mengandung sekurangnya 60 mg elemental besi dan 400 mcg
asam folat.Pemberian suplementasi ini dilakukan di beberapa tatanan
yaitu fasyankes, institusi pendidikan, tempat kerja dan KUA/tempat
ibadah lainnya c.
3. Pengobatan penyakit penyerta seperti KEK, Malaria, TBC, HIV
Pada kasus ini peranan bidan sangat penting sebagai sumber
informasi akan ketidak tahuan dan sikap terkait kesehatan. Peranan
bidan menajlankan tugasnya sebagai edukator, bidan sebagai konselor,
bidan sebagai motivator, bidan sebagai pelaksana, bidan sebagai
pemberi asuhan, dan bidan sebagai evaluator.

13
BAB II
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN`

A. Pengkajian data subyektif


Pengkajian berisi semua informasi atau keluhan yang telah dikaji
dari klien ketika pertama kali datang ke tenaga kesehatan, mencakup
keluhan utama, riwayat penyakit/kesehatan, hasil laboratorium.19
Data obyektif adalah data yang didapat dari observasi dan
pemeriksaan dengan menggunakan standar yang diakui.
1. Pemeriksaan umum
Pemeriksaan umum menurut Varney (2012)20 meliputi:
a. Keadaan umum
Data ini didapat dengan mengamati keadaan pasien secara
keseluruhan. Hasil pengamatan yang dilaporkan kriterianya adalah
sebagai berikut :
1) Baik
Jika pasien memperlihatkan respons yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain serta secara fisik pasien tidak
mengalami ketergantungan dalam berjalan.
2) Lemah
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak
memberikan respons yang baik terhadap lingkungan dan oang
lain, dan pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri.
b. Kesadaran
1) Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita
dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari
keadaan komposmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan
koma (pasien tidak dalam keadaan sadar).
c. Tanda – Tanda Vital
1) Tekanan darah : normal 90/60 mmHg hingga 120/80 mmHg
2) Nadi : Denyut nadi 60-100 kali per menit
3) Pernafasan : normal 12-20 kali per menit
14
4) Suhu : suhu normal 36,5-37,2 derajat Celcius
5) Berat badan. KEK yaitu keadaan patologis akibat kekurangan
zat gizi, nafsu makan berkurang, pusing lemas, pucat, lingkar
lengan < 23,5, dan berat badan < 45 kg.
6) Tinggi badan
7) LILA : normal ≥ 23,5 cm. KEK yaitu keadaan patologis akibat
kekurangan zat gizi, nafsu makan berkurang, pusing lemas,
pucat, lingkar lengan < 23,5, dan berat badan < 45 kg
8) IMT : IMT untuk memprediksi derajat lemak tubuh dan
pengukurannya direkomendasikan federal untuk
mengklarifikasi kelebihan berat badan dan obesitas. Cara
mengukur IMT dihitung dengan membagi berat badan dalam
kilogram dengan kuadrat tinggi badannya dalam meter
(kg/m2). IMT Normal berada pada nilai 18,5 - 22,9.
d. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : Dikaji ukuran, bentuk, kontur, kesimetrisan kepala,
kesimetrisan wajah, lokasi struktur
2) Rambut : Dikaji warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak
3) Muka : Dikaji apakah pucat atau tidak
4) Telinga : Dikaji ada pembesaran atau tidak, ketajaman
pendengaran, letak telinga di kepala, bentuk, ada tonjolan atau
tidak, ada rabas pada aurikula dan autium atau tidak, edema
atau tidak, ada lesi atau tidak, adanya sumbatan atau benda
asing pada saluran pendengaran eksterna atau tidak.
5) Mata : Dikaji kelopak mata edema atau tidak, ada tanda-tanda
infeksi atau tidak, warna konjungtiva, warna sklera, ukuran dan
bentuk serta kesamaan pupil.
6) Hidung : Dikaji ada nafas cuping hidung atau tidak,
kesimetrisan, ukuran, letak, rongga hidung bebas sumbatan
atau tidak, ada polip atau itak, ada tanda-tanda infeksi atau
tidak.

15
7) Mulut, Dikaji :
a) bibir (warna dan integritas jaringan seperti lembab/kering),
b) lidah (warna, kebersihan)
c) gigi (kebersihan, karies, gangguan pada mulut).
8) Leher : Dikaji kesimetrisan, ada/tidaknya nyeri tekan,
ada/tidaknya pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran kelenjar
limfe, dan ada/tidaknya bendungan vena jugularis.
9) Ketiak : Dikaji tentang ada/tidaknya pembesaran kelenjar limfe
10) Payudara : Simetris atau tidak, bersih atau kotor, ada retraksi
atau tidak, untuk mengetahui ada tidaknya kelainan pada
payudara
11) Abdomen : Ada luka bekas operasi atau tidak
12) Genetalia eksterna : Ada oedema atau tidak, ada
pembengkakan kelenjar bartholini atau tidak.
13) Ekstermitas : Ada varices atau oedema pada tangan
maupun kaki atau tidak.
e. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan kadar hemoglobin. Penegakkan diagnosis
anemia dilakukan dengan pemeriksaaan laboratorium kadar
hemoglobin/Hb dalam darah dengan menggunakan metode
Cyanmethemoglobin. Hal ini sesuai dengan Permenkes Nomor 37
Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pusat
Kesehatan Masyarakat. Rematri dan WUS menderita anemia bila
kadar hemoglobin darah menunjukkan nilai kurang dari 12 g/dL.

16
B. Pengkajian data obyektif
Data obyektif adalah data yang didapat dari observasi dan
pemeriksaan dengan menggunakan standar yang diakui.

1. Pemeriksaan umum
Pemeriksaan umum menurut Varney (2012) meliputi:
a. Keadaan umum
Data ini didapat dengan mengamati keadaan pasien secara
keseluruhan. Hasil pengamatan yang dilaporkan kriterianya
adalah sebagai berikut :
1) Baik
Jika pasien memperlihatkan respons yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain serta secara fisik pasien tidak
mengalami ketergantungan dalam berjalan.
2) Lemah
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak
memberikan respons yang baik terhadap lingkungan dan oang
lain, dan pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan
sendiri.
b. Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita
dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan
komposmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan koma
(pasien tidak dalam keadaan sadar).
c. Tanda – Tanda Vital
1) Tekanan darah : normal 90/60 mmHg hingga 120/80 mmHg
2) Nadi : Denyut nadi 60-100 kali per menit
3) Pernafasan : normal 12 - 20 kali per menit
4) Suhu : suhu normal 36,5-37,2 derajat Celcius
5) Berat badan. KEK yaitu keadaan patologis akibat kekurangan
zat gizi, nafsu makan berkurang, pusing lemas, pucat, lingkar
lengan < 23,5, dan berat badan < 45 kg.
17
6) Tinggi badan
7) LILA : normal ≥ 23,5 cm. KEK yaitu keadaan patologis
akibat kekurangan zat gizi, nafsu makan berkurang, pusing
lemas, pucat, lingkar lengan < 23,5, dan berat badan < 45 kg.
8) IMT : IMT untuk memprediksi derajat lemak tubuh dan
pengukurannya direkomendasikan federal untuk
mengklarifikasi kelebihan berat badan dan obesitas. Cara
mengukur IMT dihitung dengan membagi berat badan dalam
kilogram dengan kuadrat tinggi badannya dalam meter
(kg/m2). IMT Normal berada pada nilai 18,5 - 22,9. (10)
d. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : Dikaji ukuran, bentuk, kontur, kesimetrisan kepala,
kesimetrisan wajah, lokasi struktur
2) Rambut : Dikaji warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak
3) Muka : Dikaji apakah pucat atau tidak
4) Telinga : Dikaji ada pembesaran atau tidak, ketajaman
pendengaran, letak telinga di kepala, bentuk, ada tonjolan atau tidak,
ada rabas pada aurikula dan autium atau tidak, edema atau tidak, ada
lesi atau tidak, adanya sumbatan atau benda asing pada saluran
pendengaran eksterna atau tidak.
5) Mata : Dikaji kelopak mata edema atau tidak, ada tanda-tanda
infeksi atau tidak, warna konjungtiva, warna sklera, ukuran dan
bentuk serta kesamaan pupil.
6) Hidung : Dikaji ada nafas cuping hidung atau tidak, kesimetrisan,
ukuran, letak, rongga hidung bebas sumbatan atau tidak, ada polip
atau itak, ada tanda-tanda infeksi atau tidak.
7) Mulut, Dikaji :
(1) bibir (warna dan integritas jaringan seperti lembab / kering ),
(2) lidah (warna, kebersihan)
(3) gigi (kebersihan, karies, gangguan pada mulut).

18
8) Leher : Dikaji kesimetrisan, ada/tidaknya nyeri tekan, ada/tidaknya
pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran kelenjar limfe, dan
ada/tidaknya bendungan vena jugularis.
9) Ketiak : Dikaji tentang ada/tidaknya pembesaran kelenjar limfe
10) Payudara : Simetris atau tidak, bersih atau kotor, ada retraksi atau
tidak, untuk mengetahui ada tidaknya kelainan pada payudara
11) Abdomen : Ada luka bekas operasi atau tidak
12) Genetalia eksterna : Ada oedema atau tidak, ada pembengkakan
kelenjar bartholini atau tidak.
13) Ekstermitas : Ada varices atau oedema pada tangan maupun kaki
atau tidak.
e. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan kadar hemoglobin. Penegakkan diagnosis anemia
dilakukan dengan pemeriksaaan laboratorium kadar hemoglobin/Hb
dalam darah dengan menggunakan metode Cyanmethemoglobin
(WHO, 2001). Hal ini sesuai dengan Permenkes Nomor 37 Tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat.
Rematri dan WUS menderita anemia bila kadar hemoglobin darah
menunjukkan nilai kurang dari 12 g/dL.

C. Rencana Tindakan atau Penatalaksanaan


1. Menjelaskan pada klien tentang keadaan dan hasil pemeriksaan.
2. Melakukan recall makanan yang dikonsumsi selama 1 hari penuh
untuk menilai asupan gizi yang dikonsumsi pasien.
3. Memberikan KIE tentang anemia dan KEK.
4. Memberikan KIE kepada Ibu tentang gizi seimbang dan nutrisi yang
diperlukan untuk meningkatkan berat badan menjadi normal.
5. Menurut Proctor (2006), pengetahuan gizi prakonsespi merupakan
faktor penting dalam mempersiapkan kehamilan. Ini bertujuan untuk
mencegah terjadinya kekurangan asupan zat gizi selama kehamilan.
6. Menganjurkan ibu untuk meningkatkan variasi dari jumlah makanan.

19
7. Memberikan suplemen zat besi bila diperlukan. Suplementasi tablet
tambah darah pada remaja putri dan wanita usia subur merupakan
salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk memenuhi asupan zat
besi. Pemberian tablet tambah darah dengan dosis yang tepat dapat
mencegah anemia dan meningkatkan cadangan zat besi di dalam
tubuh.
8. Menganjurkan ibu untuk hidup sehat.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Kusnadi FN. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia


dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri. J Med Hutama.
2021;03(01):1293–8.
2. Waluyo D, Daud A. Hubungan Kebiasaan Makan dengan Kejadian
Anemia pada Remaja Putri di Desa Poowo Barat Kabupaten Bone
Bolango. Gema Wiralodra. 2022;12(1):32–42.
3. Putra R, Supadi J, Wijaningsih W. Pengaruh Pemberian Edukasi Gizi
terhadap Pengetahuan dan Sikap Mengenai Anemia pada Remaja
Putri. J Ris Gizi. 2019;7(2):75–8.
4. Sianipar S, Suryagustina S, Paska M. Effect of Health Education
using Media Audio Visual on Knowledge about Anemia in
Adolescent Women in High School. J Heal Sci Gorontalo.
2023;5(1):119–31.
5. Muhayari A, Ratnawati D. Hubungan antara Status Gizi dengan
Kejadian Anemia. JIlmu Farm. 2019;4(4):563–70.
6. Yuniarti W. Anemia in Chronic Kidney Disease Patients. J Heal Sci
Gorontalo[Internet]. 2021;5(2):341–7. Available from:
https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/gojh%0Aes/article/view/11632
7. Malaka N, Irwan I, Ahmad Z. Factors Associated with the Incidence
of Anemia in Pregrant Women in Tapa Public Health Center
Working Area. J Heal Sci Gorontalo.2023;7(1):143–52.
8. Stephanie F, Yudhya EM, Purwara LD, Angkasa D, Wahyuni Y.
Asupan zat gizi dan kadar hemoglobin pada ibu hamil. Media Gizi
Pangan. 2021;28.
9. Balitbangkes. Laporan Provinsi DI Yogyakarta. Riskesdas; 2018.
10. Nim S. LAPORAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN
PRAKONSEPSI PADA Nn A DENGAN ANEMIA RINGAN DI
PMB SUPRIYATI TAHUN 2021. 2021
11. Nedra W, Soedjatmiko S, Firmansyah A. Kesiapan Fisik dan
Pengetahuan Remaja Perempuan Sebagai Calon Ibu dalam Membina
Tumbuh Kembang Balita dan Faktor- faktor yang Mempengaruhinya.
Sari Pediatr. 2016;8(3):209.
12. Rahayu A, Noor MS, Yulidasari F, Rahman F, Putri AO. Buku ajar
kesehatan reproduksi remaja dan lansia. Surabaya: Airlangga
University Press; 2019.
13. Meilan N. Kesehatan reproduksi remaja: implementasi PKPR dalam
83 teman sebaya.Wineka Media; 2018.
14. Kusmiran E. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta:
Salemba Medika;2014.
15. Kusmiran, E. kesehatan reproduksi remaja. Medika S, editor. jakarta;
2016.

21
16. Ulfah K, Widayani W, Juariah, Sumarna. Modul peserta didik:
edukasi kesehatan reproduksi dan seksual pada remaja tunanetra.
2022.
17. Sofyani H. Modul Praktik PLS. 2015.
18. Dewiyanti S. Manajemen Asuhan Kebidanan pada Wanita Subur
dengan Anemia. Jakarta: EGC; 2016. 1–23 p.
19. WHO. Haemoglobin concentration for the diagnosis of anemia and
assessment of severity. World Health Organization, editor. Geneva:
World Health Organization;2011.
20. KKR I. Revisi Buku Pencegahan dan Penanggulangan Anemia.
Revisi Bukupencegahan dan penanggulangan anemia.
21. Sugeng Jitowiyono. Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru Press;
2018.
22. Dieny FF, Jauharany FF, Fitranti DY, Tsani AFA, Rahadiyanti A,
Kurniawati DM, et al. Kualitas diet, kurang energi kronis (KEK), dan
anemia pada pengantin wanita di Kabupaten Semarang. J Gizi
Indonesia. 2020;8(1):1.
23. Telisa I, Eliza E. Asupan zat gizi makro, asupan zat besi, kadar
haemoglobin dan risiko kurang energi kronis pada remaja putri.
AcTion Aceh Nutr J. 2020;5(1):80.
24. Contesa AY, Wathan FM, Yonola S. No Title. Hub Pengetahuan,
Lama Menstruasi dan Status Gizi dengan Kejadian Anemia pada
Mahasiswi Kebidanan Reguler di Univ Kader Bangsa Palembang
Tahun 2022. 2022;6(1).
25. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman pencegahan dan
penanggulangan anemia pada remaja putri dan wanita usia subur
(WUS). KEMENKES. 2018.
26. Nurarif AH, Kusuma H. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : Medt Action
Publishing; 2013

22

Anda mungkin juga menyukai