Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENDEKATAN PSIKOLOGI KESEHATAN PADA BALITA SEHAT


Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Dalam Pelayanan Kebidanan Komunitas
PEMBIMBING: Munayarokh, S.Pd, M.Kes

DISUSUN OLEH:
Agung Nur Cahyani P174.24.510.001
Cahya Wulandari P174.24.510.004
Dyah Mulyawati P174.24.510.009
Heny Dyah Susanti P174.24.510.015
Krista Widyawati T P174.24.510.021
Kristina Wulandari P174.24.510.022
Nelly Mariam P174.24.510.028
Nila Analisa P P174.24.510.030
Nina Hadnisari P174.24.510.031
Ria Wikantari P174.24.510.036
Ristyana Aisyatul M P174.24.510.038
Siti Aminah P174.24.510.041
Wahyuni P174.24.510.048

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


PRODI DIV KEBIDANAN KOMUNITAS MAGELANG
2008

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya
antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini
mungkin sejak anak masih di dalam kandungan. Upaya kesehatan ibu yang dilakukan
sebelum dan selama hamil sampai melahirkan, ditujukan untuk menghasilkan keturunan
yang sehat dan lahir dengan selamat (intact survival). Upaya kesehatan yang dilakukan
sejak anak masih didalam kandungan sampai lima tahun pertama kehidupannya,
ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan
kualitas hidup agar anak mencapai tumbuh kembang optimal baik fisik, mental,
emosional maupun social serta memiliki inteligensi majemuk sesuai dengan potensi
genetiknya.
Berbeda dengan otak orang biasa, otak balita lebih (bawah lima taun) lebih plastis.
Plastisitas otak pada balita mempunyai sisi positif dan negatif. Sisi positif nya, otak
balita lebih terbuka untuk proses pembelajaran dan pengkayaan. Sisi negatifnya, otak
balita lebih peka terhadap lingkungan utamanya lingkungan yang tidak mendukung
seperti asupan gizi yang tidak adekuat. Kurang stimulasi yang tidak mendapat pelayanan
kesehatan yang memadai. Oleh karena masa lima tahun pertama kehidupan merupakan
masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan masa ini berlangsung sangat pendek
serta tidak dapat diulang lagi, maka masa balita disebut sebagai “masa keemasan”.
(golden period), jendela kesempatan (window of opportunity) dan masa kritis (critical
period).
Mengingat jumlah balita di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 10% dari selur
populasi, maka sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita
diIndonsia perlu mendapat perhatian serius yaitu mendapat gizi yang baik, stimulasi yang
memadai serta pengetahuan tentang psikologi sehingga mampu mendukung dan
mengintervensi secara dini perkembangan balita.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui pendekatan psikologi kesehatan pada balita sehat
2. Tujuan khusus
a) Mengetahui pengertian dari psikologi dan penjelasannya
2
b) Mengetahui pengertian balita
c) Mengetahui perkembangan balita
d) Mengetahui stimulasi balita
e) Mengetahui Pendekatan psikologi yang dapat diterapkan pada balita

3
BAB II
ISI

A. Psikologi
Menurut Bimo (2001) dalam Eko suryani (2008) Psikologi (dari bahasa yunani
kuno:psyche=jiwa dan logos= kata) dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang
mempelajari jiwa/mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/ mental secara langsung
karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan
ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau
kegiatannya, sehingga psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku dan proses mental.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa psikologi sebagai studi ilmiah
mengenai proses perilaku dan proses-proses mental. Psikologi merupakan salah satu
dari ilmu perilaku dan ilmu sosial.
Psikologi yaitu ilmu tentang perilaku manusia atau aktifitas-aktifitas manusia
yang merupakan manifestasi dari kehidupan jiwanya
B. Balita
Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai Balita merupakan salah satu
periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita dimulai dari
satusampai dengan lima tahun,atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 12-
59 bulan.
C. Perkembangan Balita
Dalam membahas pendekatan psikologis kesehatan pada balita sehat kita harus
mengetahui tahapan perkembangan balita sehat. Hal ini bertujuan agar kita tidak
salah dalam melakukan pendekatan psikologis.
1. Pengertian Perkembangan
Menurut Suryani(2008) perkembangan merupakan perubahan-perubahan
psiko-fisik sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik
pada anak ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam passage
waktu tertentu menuju kedewasaan. Perkembangan dapat diartikan juga
bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan
kemandirian.
2. Ciri Perkembangan
a. Perkembangan menimbulkan perubahan

4
Pertumbuhan terjadi bersamaam dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan
disertai dengan perubahan fungsi.
b. Perkembangan pada tahap awal menentukan tahap selanjutnya
Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia
melewati tahapan sebelumnya.
c. Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
Sebagaimana pertumbuhan perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi
organ dan perkembangan pada masing-masing anak.
d. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan
Ketika pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun berlangsung
demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi, dan
lain-lain. Anak yang sehat, bertambah umur, bertambah berat badannya, dan
tinggi badannya dan kepandainya.
e. Perkembangan mempunyai pola yang tetap
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap,
yaitu:Perkembang terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian
mengarah kearah anggota tubuh.Perkembangan terjadi lebih dahulu di
daerah proksimal lalu berkembang di daerah distal seperti jari-jari yang
mempunyai kemampuan gerak halus.
f. Perkembangan mempunyai tahap yang berurutan.
Tahap-tahap perkembangan anak mengikuti pola yang teratur dan
berurutan. Tahap tersebut tidak dapat terjadi terbalik.
3. Prinsip perkembangan
a. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar.
Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya,
sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar merupakan
perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar, anak
memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan dan
potensi yang dimiiki anak.
b. Pola perkembangan dapat diramalkan
Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan
demikian perkembangan seorang anak dapat diramalkan. Perkembangan
berlangsung dari tahapan umum ke spesifik dan terjadi berkesinambungan.
4. Tahapan Perkembangan
a. Umur 12-18 bulan
1) Berdiri sendiri tanpa berpegangan
2) Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri lagi
3) Berjalan mundur 5 langkah

5
4) Memanggil ayah dengan kata “papa” memangil ibu dengan kata
“mama”
5) Menumpuk 2 kubus
6) Memasukkan kubus di kotak
7) Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis/merengek, anak bisa
mengeluarkan suara yang menyenangkan atau menarik tangan bunya.
8) Memperlihatkan rasa cemburu / bersaing
b. Umur18-24 bulan
1) Berdiri sendiri tanpa berpegangan.
2) Berjalan tanpa terhuyung-huyung.
3) Bertepuk tangan, melambai-lambai
4) Menumpuk 4 buah kubus.
5) Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.
6) Menggelindingkan bola kearah sasaran
7) Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti
8) Membantu atau menirukan pekerjaan rumah tangga
9) Memegang cangkir sendiri, belajar makan minum sendiri
c. Umur 24-36 bulan
1) Jalan naik tangga sendiri
2) Dapat bermain dan menendang bola kecil
3) Mencoret-coret pensil pada kertas
4) Bicara dengan baik menggunakan 2 kata
5) Dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta.
6) Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama dua benda
atau lebih.
7) Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat
piring jika diminta.
8) Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah
9) Melepas pakaianya sendiri.
d. Umur 36-48 bulan
1) Berdiri satu kaki 2 detik
2) Melompat dua kaki diangkat
3) Mengayuh sepeda roda tiga
4) Menggambar garis lurus
5) Menumpuk 8 buah kubus
6) Mengenal 2-4 warna
7) Menyebut nama, umur, tempat
8) Mengerti arti kata diatas, dibawah, di depan.
9) Mendengarkan cerita
10) Mencuci dan mengerimgkan tangan sendiri
11) Bermain bersama teman, mengikuti atran permainan
12) Mengenakan sepau sendiri
13) Mengenakan celana panjang, kemeja, baju
e. Umur 48-60 bulan
1) Berdiri 1 kaki 6 detik
2) Melompat-lompat satu kaki
3) Menari
4) Menggambar tanda silang
6
5) Menggambar lingkaran
6) Menggambar orang dengan tiga bagian tubuh
7) Mengancing baju atau pakaian boneka
8) Menyebut nama lengkap tanpa dibantu
9) Senang menyebut kata-kata baru
10) Senang bertanya tentang sesuatu
11) Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar
12) Bicaranya mudah dimengerti
13) Bisa membandingkan atau membedakan sesuatu dari ukuran dan
bentuknya.
14) Menyebut angka menghitung jari
15) Menyebut nama-nama hari
16) Berpaaian sendri tanpa bantuan
17) Menggosok gigi tanpa dibantu
18) Bereaksi tenang dan tidak rewel ketika ditinggal ibu.
D. Stimulasi
1. Pengertian
Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak usia 0-5 tahun agar
anak tumbuh dan berkembang secara optimal.
2. Prinsip Dasar Dalam Stimulasi
a) Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta kasih
b) Selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang baik
c) Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak
d) Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi,
bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman.
e) Lakukan stimulasi anak secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak
f) Gunakan alat bantu sederhana, aman dna ada disekitar anak.
g) Anak selalu diberi pujian bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya.
3. Tahapan Stimulasi Pada Anak
a) Umur 12-18 bulan
1) Semakin mengenalkan anak dengan berbagai macam suara, bunyi, seperti
misalnya suara mobil, motor, kucing, anjing, dsb. Mengenalkan pula pada
suara-suara yang sering didengarnya sehari-hari, seperti pintu terbuka-
tertutup, suara air, suara angin berdesir di pepohonan, kertas dirobek,
benda jatuh, dsb.
2) Sering membacakan buku-buku yang sangat sederhana namun sarat
dengan cerita yang menarik untuk anak dan gambar serta warna yang "eye
catching". Menunjukkan obyek-obyek yang terlihat di buku, menyebutkan
namanya, menjelaskan apa yang sedang dilakukannya, bagaimana jalan
ceritanya. Meminta kepada anak untuk mengulang nama yang disebutkan,
dan jangan lupa, memberi pujian jika ia berhasil mengingat dan
mengulang nama yang disebutkan.

7
3) Menyebutkan nama-nama benda, warna dan bentuk pada setiap obyek
yang dilihatnya.
4) Mengenalkan dengan angka dengan kegiatan seperti menghitung benda-
benda sederhana yang sedang dibuat permainan. Lakukan itu dalam
suasana yang santai dan nyaman agar anak tidak merasa ada tekanan
keharusan untuk menguasai kemampuan itu.
b) Umur 24-36:
1) Mulai mengenalkan anak pada perbendaharaan kata yang menerangkan
sifat atau kualitas. Seperti "baik, indah, cantik, dingin, banyak, sedikit,
asin, manis, nakal, jelek", dsb. Caranya, pada saat kita mengucapkan suatu
kata tertentu, sertailah dengan kualitas tersebut, misalnya "anak baik, anak
manis, anak pintar, baju bagus, boneka cantik, anak nakal, roti manis",
dsb.
2) Mulai mengenalkan padanya kata-kata yang menerangkan keadaan atau
peristiwa yang terjadi: sekarang, besok, di sini, di sana, kemarin, nanti,
segera, dsb.

3) Mengenalkan kata-kata yang menunjukkan tempat: di atas, di bawah, di


samping, di tengah, di kiri, di kanan, di belakang, di pinggir; Hal ini bisa
melakukannya dengan menggunakan contoh gerakan. Banyak model
permainan yang dapat digunakan untuk menerangkan kata-kata tersebut,
bahkan dengan permainan, akan jauh lebih menyenangkan baginya.

4) Jangan menyetarakan perkembangan anak satu dengan anak-anak lainnya


karena tiap anak mempunyai dan mengalami hambatan yang berbeda-
beda. Jadi, jika ada anak kurang lancar dan fasih berbicara, janganlah
kemudian menekannya untuk lekas-lekas mengoptimalkan
kemampuannya. Keadaan ini hanya akan membuatnya stress.
c) Umur 36-48 :
1) Menghindari sikap mengkoreksi kesalahan pengucapan kata anak secara
langsung, karena itu akan membuatnya malu dan malah bisa mematahkan
semangatnya untuk belajar dan berusaha. Hal lain yang bisa dilakukan
adalah mengulangi kata-kata tersebut secara jelas seolah kita

8
mengkonfirmasi apa yang dimaksudkannya. Dengan demikian, ia akan
memahami kesalahannya tanpa merasa harus malu.
2) Pada usia ini, seorang anak sudah mulai bisa mengerti penjelasan
sederhana. Oleh sebab itu, kita bisa mulai mencoba untuk mengajaknya
mendiskusikan soal-soal yang sangat sederhana; dan tanyakan apa
pendapatnya tentang persoalan itu. Dengan cara itu, kita melatih cara dan
proses penyelesaian masalah pada anak setahap demi setahap. Hasil dari
tukar pendapat itu sebenarnya juga mempertinggi self-esteem anak karena
ia merasa pendapatnya didengarkan oleh orang dewasa.
3) Mulai mengeluarkan kalimat yang panjang dan kompleks, agar ia mulai
belajar meningkatkan kemampuannya dalam memahami kalimat. Untuk
mengetahui apakah ia memahami atau tidak, kita bisa melihat respon dan
reaksinya; jika ia melakukan apa yang kita inginkan, dapat diartikan ia
cukup mengerti kalimat tersebut.
4) Anak-anak sangat menyukai kegiatan berbisik karena hal itu permainan
mengasikkan buat mereka sebagai salah satu cara mengekspresikan
perasaan, dan keingintahuan.
5) Pakailah cerita-cerita dongeng dan fabel yang sebenarnya mencerminkan
dunia anak kita dan memakainya sebagai suatu cara untuk mengajarkan
banyak hal tanpa menyinggung perasaannya. Dengan mendongeng kita
mengenalkan padanya konsep-konsep tentang moralitas, nilai-nilai, sikap
yang baik dan jahat, keadilan, kebajikan dan pesan-pesan moral lainnya.
Jadikanlah saat-saat bersama anak sebagai masa yang menyenangkan,
ceria, santai dan segar. Buatlah ini menjadi kebiasaan di waktu-waktu
tertentu, seperti sebelum tidur atau di waktu sore hari.
E. Pendekatan psikologi yang dapat diterapkan pada balita meliputi:
1. Pengasuhan.
Model pengasuhan yang otoritatif (memotivasi kebebasan berkembang dan
mengarahkan batasan yang jelas) lebih bisa mengantarkan anak menjadi lebih
percaya diri dari pada yang cuek atau yang sedikit-sedikit “jangan”.
Sikap cuek bisa membahayakan anak secara jiwa atau fisik. Kalau dia sampai
menyentuh benda-benda berbahaya, mungkin dia akan trauma lalu tidak mau
mencoba bereksplorasi lagi (jera). Sama bahayanya dengan pengasuhan yang
sedikit-sedikit “jangan” (Overparenting). Kata itu akan membangun pembatas di

9
dalam diri anak sehingga membuat dia tidak percaya diri saat mencoba hal-hal
baru. Pada tahap ini sangat mudah untuk mempengaruhi anak dengan kata 'tidak',
karena balita selalu terlibat dalam masalah. Tetapi jika orangtua bersikap seperti
itu, seorang anak segera belajar untuk mengabaikan semua kata 'tidak'. " Jadi
sangat bijaksana untuk membatasi kata 'tidak' untuk hal-hal yang penting dalam
kehidupan balita. Untuk membatasi kata 'tidak', tingkatkan keselamatan anak di
rumah. Sebagai contoh, tutup outlet listrik, simpanlah peralatan kebersihan di luar
jangkauan anak, mengikat bersama-sama tombol-tombol di lemari stereo, jauhkan
patung porselen mahal dari pinggir meja, tempatkan tanaman di ruangan lain
sehingga tanah tidak termakan atau menyebar ke seluruh rumah, menutup ujung
tajam meja dengan busa, dan mengunci pintu ruang bawah tanah sehingga anak
tidak jatuh saat menuruni tangga. Semakin dapat menjaga keselamatan anak di
rumah, ibu dan anak akan menjadi semakin bahagia. Jadi, yang lebih aman adalah
merangsang anak untuk bereksperimen, namun dengan pendampingan yang
memadai.
2. Komunikasi.
Model komunikasi yang asertif (sopan, menghormati, dan kuat) lebih bisa
mengantarkan anak menjadi lebih percaya diri ketimbang yang agresif
(menyerang) atau pasif (kurang hangat). Komunikasi yang terlalu korektif (selalu
mengkritik anak), lebih-lebih disertai sikap yang menjatuhkan, dapat membuat
anak merasa tidak pantas untuk mampu. Ini akan membangun keminderan anak.
Sama jeleknya juga dengan komunikasi yang kurang hangat. Anak kita butuh
pujian yang mendidik saat dia berhasil mencapai sesuatu (berprestasi), misalnya
bisa mengambil barang yang kita suruh. Jika kita dingin-dingin saja, ini kurang
memotivasi dia untuk bereksplorasi dan berprestasi.
3. Kualitas kedekatan.
Jika mungkin, hindari menitipkan anak 11 jam sehari, lima hari dalam seminggu
di penitipan anak. Balita butuh ikatan dengan orangtuanya dan ingin dipuja selama
tahap ini untuk pertumbuhannya ... pekerja penitipan anak tidak akan memuja
anak Anda dan terbatas hanya mengerjakan kewajibannya. Hal ini menyadari
bahwa beberapa keluarga memiliki sedikit pilihan, tetapi lakukan apa yang Anda
bisa untuk menghindari anak untuk menghabiskan waktu 11-jam sehari jauh dari
ibu dan ayah. Sebagai contoh, beberapa orangtua mengandalkan kerabat atau
kakek-nenek untuk menjemput mereka dari tempat penitipan anak dan dengan
demikian memperpendek waktu balita jauh dari keluarga. Kedekatan yang
10
membuat anak merasa aman dan nyaman lebih bisa mengantarkan anak menjadi
lebih percaya diri ketimbang kedekatan yang membuat anak merasa tidak aman.
Meski kita bisa mengatakan bahwa semua orangtua itu pasti dekat dengan
anaknya, tetapi kualitas kedekatannya tidak bisa disamaratakan. Ada yang hanya
dekat secara fisik tetapi batinnya jauh. Ada kedekatan yang membuat jiwa anak
merasa aman, tapi ada yang malah sebaliknya. Misalnya karena orangtua kurang
bisa memahami jiwa anaknya lalu menimbulkan cekcok sehingga anak malah
merasa terancam dengan orang dewasa di sekitarnya.Kedekatan yang demikian
dapat membuat anak berkesimpulan bahwa dia hidup di dunia yang dipenuhi
ancaman sehingga dia berkesempatan membangun kekhawatiran. Secara umum,
untuk membangun rasa percaya diri, balita kita membutuhkan kasih sayang yang
membuat dia merasa aman, lingkungan yang aman, kedekatan yang membesarkan
hatinya, serta kebebasan berkembang yang membuat dia bisa menjajal berbagai
eksperimentasi (merasakan atau membuktikan pengalaman baru)

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembinaan tumbuh kembang anak yang difokuskan pada kegiatan stimulasi, dan
pendekatan psikologi pada balita merupakan upaya yang sangat mendasar dan teramat
penting dalam meletakkan dasar-dasar kepribadian manusia, kemampuan berbicara,
kemandirian dan kemampuan beradaptasi pada sosial budayanya
B. Saran
Diharapkan dapat menggunakan dan menambahkan media lain dalam
mengembangkan kemampuan bahasa dan bicara balita sesuai dengan karakter
balitanya seperti alam dan permainan
Orang tua sebaiknya waspada terhadap ambisi diri yang bisa menyebabkan
masalah emosional pada balita

12
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2005. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi Deteksi, Interfensi


Dini Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Departeman Kesehatan RI.
Suryani, Eko. 2008. Psikologi Ibu dan Anak. Yogyakarta: Fitramaya.
www.psikologi-kesehatan.go.id
www.fisher-price.com
www.balita-anda.com
www.wikipedia.co.id

13
ROLE PLAY
TENTANG
PSIKOLOGI KESEHATAN PADA BALITA SEHAT

Udara yang segar berhembus menyelimuti kota magelang yang asri. Di sebuah desa
tampaklah ibu-ibu yang membawa balitanya datang ke Posyandu kenanga untuk melakukan
penimbangan pada balitanya,
Ibu pirah (kader 1) : waduh-waduh….. ibu-ibu sudah pada siap datang ke posyandu….
Ni…
Ibu desi (ibu balita 1) : sampun to bu….. kan supaya tidak terlambat…
Ibu pirah : ya…bagus…. Mari bu sama-sama berangkatnya,,,
Ibu tiu (ibu balita 2) : ibu duluan saja…kita masih menunggu bu jono…
Ibu desi : kalo begitu saya duluan ya… bu, permisi…
Posyandu ternyata sudah ramai didatangi oleh balita-balita yang akan menimbang. Dan
berbagai penyuluhanpun telah dilakukan mulai dari penyuluhan ibu hamil, bayi sampai anak-
anak.
Ibu bidan (An.Keisya) :mari ibu bayinya ditimbang dulu, (setelah penimbangan bayi ) ibu
setelah saya timbang anak ibu ternyata dalam batas normal. Putra
ibu seumur An.keisya umur 2 th seharusnya sudah beraktifitas atau
bermain seperti mencoret coret pensil pada kertas dan bicara dengan
baik dan menggunakan 2 kata, dapat bermain menendang bola kecil.
Ibu bidan(An.Arif) : mari ibu bayinya ditimbang dulu….. ini penimbangannya dalam batas
normal dan sudah bisa beraktifitas seperti menggambar garis lurus,
melompat dengan kedua kaki.” Ayo dik…kakinya diangkat, coba
lompat.. bagus…bagus
Ibu bidan(An.Rivaldo) : ayo….giliran adek… em…..bagus ini …umurnya 5tahun sudah
bisa menggambar lingkaran, mencorat-coret ditembok….itu sudah
menandakan perkembangan yang bagus… tapi tolong jangan
dilarang… dengan kata-kata “tidak” karena akan mengganggu
sikapnya kelak dewasa….dalam batas yang baik kalau
me,peringatkannya..dengan nada yang lembut

Setelah selesai penimbangan ibu bidan mulai menerangkan bagaimana cara pendekatan yang
baik pada balitanya. Dengan seksama ibu-ibu memperhatikan dengan baik dan ada yang
saling berdiskusi bersama bidan. Akhirnya posyandu selesai ibu-ibu pulang dengan hati
senang.

14
15

Anda mungkin juga menyukai