Anda di halaman 1dari 4

Muhammad Zaidaan Hilmi – 00000052670

FM632 – A
Indonesia Film History

1. Terdapat 3 ciri khas perfilman Indonesia di masa Orde Baru menurut David
Hanan. Apa saja ciri khas tersebut dan jelaskan masing-masing berikut
contoh-contoh filmnya serta mengapa film-film tersebut menjadi sesuatu yang
khas di masa Orde Baru.

Dalam buku "Film Indonesia: Dekade 1970-an: Orde Baru dan Kekuasaan"
Karya David Hanan, terdapat tiga karakteristik utama dalam perfilman Indonesia
pada masa Orde Baru. Pertama, Film-film propaganda menjadi ciri khas utama,
diproduksi oleh pemerintah atau perusahaan yang terafiliasi dengan pemerintah,
dengan tujuan menyebarkan ideologi Orde Baru seperti nasionalisme, popularitas,
kebangsaan, dan anti-komunisme. Contoh-contoh seperti “Pasukan Berani Mati”
dirilis pada tahun 1983, “Pagar Betis” tahun 1982, dan “Tanah Airku” Tahun 1980
mencerminkan upaya pemerintah untuk menanamkan nilai-nilai Orde Baru kepada
masyarakat, sekaligus berperan dalam membentuk citra Indonesia di mata dunia.

Kedua, selain film propaganda, dalam periode Orde Baru, perfilman Indonesia kerap
menghasilkan beberapa Film eksperimental. Karya-karya ini, biasanya diproduksi
oleh sutradara-sutradara muda yang berhasrat untuk menggali potensial baru dalam
seni film, menjadi ungkapan yang khas dan representasi dari kebebasan berekspresi
para sineas Indonesia. Tidak hanya menantang batasan konvensional dalam aspek
bentuk dan narasi, film-film eksperimental ini juga memiliki peran yang penting
dalam mempromosikan kemajuan seni film di Indonesia selama masa Orde Baru,
menyumbangkan variasi dan inovasi ke dalam arena perfilman yang terbatas oleh
kebijakan pemerintah.

Selain film-film propaganda dan eksperimental, perfilman Indonesia pada masa Orde
Baru juga didominasi oleh Film-film komersial. Film-film ini, yang umumnya
berkisar pada drama, popularitas, komedi, dan laga, diproduksi oleh perusahaan
swasta dengan tujuan meraih keuntungan finansial. Contoh-contoh seperti “Si Manis
Jembatan Ancol” tahun 1973 dan “Si Kabayan Sabar Sukur” tahun 1980
menciptakan hiburan yang populer di kalangan masyarakat umum dan turut
membentuk budaya populer Indonesia. Kesemuanya menciptakan keragaman
dalam perfilman Indonesia, mencerminkan dinamika serta kompleksitas seni dan
budaya di tengah keterbatasan kebebasan berekspresi pada masa Orde Baru.

Sumber:

David Hanan. (2005). Film Indonesia: Dekade 1970-an: Orde Baru dan Kekuasaan.
Jakarta: Pustaka Obor.

https://www.its.ac.id/news/2022/03/30/menilik-dinamika-sinema-indonesia-dalam-
garis-masa/
2. Pengekangan kebebasan berekspresi di bidang seni (termasuk perfilman)
terjadi sepanjang masa Orde Baru. Jelaskan pernyataan tersebut, disertai
contoh peristiwa.

Selama era Orde Baru di Indonesia (1966-1998), terjadi pembatasan yang


substansial terhadap kebebasan berekspresi di berbagai sektor, termasuk seni dan
perfilman, yang diterapkan oleh pemerintahan Orde Baru. Langkah-langkah tersebut
diambil dengan tujuan menjaga stabilitas dan keamanan negara. Pembatasan
terhadap kebebasan berekspresi di bidang seni tercermin dalam berbagai peristiwa
yang menunjukkan kontrol ketat pemerintah terhadap ekspresi kreatif masyarakat.
Contoh yang nyata adalah penyensoran yang diterapkan pada karya seni dan film, di
mana kritik terhadap pemerintah atau ideologi yang berbeda sering kali dihilangkan
atau dibatasi. Selain itu, penerapan norma-norma ketat dan pandangan estetika
yang diinginkan oleh rezim juga berdampak besar pada perkembangan seni yang
bersifat kritis dan inovatif. Dengan demikian, pembatasan terhadap kebebasan
berekspresi dalam seni pada masa Orde Baru menciptakan tantangan yang besar
bagi perkembangan budaya dan kreativitas di Indonesia.

Berikut adalah beberapa contoh peristiwa yang menunjukkan pengekangan


kebebasan berekspresi di bidang seni pada masa Orde Baru:

- Pembredelan media massa:


Pada tahun 1974, pemerintah Orde Baru membubarkan 11 surat kabar dan
majalah yang dianggap kritis terhadap pemerintah. Pada tahun 1984,
pemerintah Orde Baru mencabut izin terbit majalah Tempo karena
menerbitkan artikel yang kritis terhadap proyek Waduk Kedung Ombo.

- Sensor film:
Pemerintah Orde Baru menerapkan sensor ketat terhadap film-film yang
beredar di Indonesia.Film-film yang dianggap mengandung unsur politik yang
sensitif, kritik terhadap pemerintah, atau adegan seks dan kekerasan dilarang
beredar.

- Pembubaran Organisasi Seni:


Pada tahun 1978, rezim Orde Baru mengambil langkah drastis dengan
membubarkan Lekra, sebuah organisasi seni dan budaya yang memiliki
afiliasi dengan Partai Komunis Indonesia. Kemudian, pada tahun 1985, giliran
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), organisasi bantuan
hukum yang tampil kritis terhadap kebijakan pemerintah, juga dibubarkan oleh
pemerintah Orde Baru.

- Penangkapan dan Penahanan Seniman:


Tahun 1974 menjadi saksi bagi penangkapan dan penahanan seniman Wiji
Thukul, yang ditahan tanpa proses pengadilan karena aktivitas politiknya
yang dianggap mencemarkan. Pada tahun 1994, giliran aktivis dan seniman
Jeihan Sukmantoro yang ditangkap dan dipenjarakan karena menyebarkan
pamflet kritis terhadap pemerintah. Keberanian seniman dalam menyuarakan
kritik atau pandangan yang berbeda dihargai dengan tindakan represif,
menciptakan iklim ketidakbebasan yang merugikan bagi perkembangan seni
dan budaya di Indonesia. Akibatnya, banyak seniman merasa terkekang dan
terbatas dalam berkarya, mengakibatkan stagnasi signifikan dalam kemajuan
seni dan budaya di tanah air.

Sumber: https://www.rri.co.id/opini/360753/film-dan-kebebasan-berekspresi

3. As Di kurun waktu antara 1992 – 1998, perfilman Indonesia mengalami yang


dikenal sebagai “mati suri”. Jelaskan maksud dari pernyataan tersebut
berserta konteks dan penyebabnyad

Pada kurun waktu antara 1992-1998, perfilman Indonesia mengalami


periode yang dikenal sebagai "mati suri." Istilah ini merujuk pada kondisi di mana
industri film Indonesia hanya mampu memproduksi 2-3 film setiap tahun. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk ketidakmampuan menghadapi
persaingan dengan film asing dan intervensi politik. Ketatnya aturan penyiaran
pada era Orde Baru juga turut berkontribusi terhadap kondisi tersebut Meskipun
demikian, keberadaan Hari Film Nasional dan keberhasilan beberapa film seperti
"Cinta dalam Sepotong Roti" dan "Ada Apa dengan Cinta" menandai kebangkitan
kembali industri film Indonesia

Sumber: Q.A. Nesia. (2023). Sejarah Perkembangan Film di Indonesia dari


Masa ke Masa. Jurnal Karena.id

4. Salah satu fenomena perfilman Indonesia di masa pasca-reformasi 1998


adalah tumbuhnya "komunitas film". Jelaskan, apa itu "komunitas film",
konteks dan perannya dalam perkembangan sejarah film Indonesia di masa
pasca-reformasi, serta siapa atau peristiwa apa saja yang terkait dengannya.

Komunitas film merupakan sekelompok individu atau organisasi Non-


Government Organization (NGO) yang terlibat dalam kegiatan terkait film, seperti
produksi, distribusi, dan diskusi. Di masa pasca-reformasi 1998, tumbuhnya
komunitas film di Indonesia menjadi penting dalam menghidupkan kembali industri
film. Mereka berperan dalam memfasilitasi pertukaran ide, pelatihan, dan
kolaborasi antarpara sineas, serta mempromosikan film-film Indonesia secara
independen.

Sumber: Cinema Poetica Research Center


Beberapa peristiwa dan tokoh terkait dengan tumbuhnya komunitas film di
Indonesia antara lain adalah munculnya film "Petualangan Sherina" dan "Ada Apa
dengan Cinta?" yang sukses di pasaran. Selain itu, adanya aksi protes di Taman
Ismail Marzuki yang diinisiasi oleh pembuat Indonesia (MFI) juga menjadi salah
satu peristiwa yang terkait dengan perkembangan komunitas film di Indonesia.
Peran komunitas film ini turut membantu mengubah peta perfilman Indonesia dan
memainkan peran penting dalam kebangkitan kembali industri film Tanah Air.

Anda mungkin juga menyukai