RINGKASAN TESIS
Oleh:
INDIRA ARDANARESWARI
13/356082/PSA/07641
dapat ditelusuri pada sejarah perfilman dan politik Indonesia sejak pasca
masyarakat, dimulai dari media populer seperti film. Dari titik ini, imaji
1
seks mulai diatur demi membentuk perilaku dengan menekan pemikiran
jaringan industri film dunia yang rumit dan kompleks. Indonesia mulai
tahun 1950an. Orang-orang film aktif membaur dalam forum film dan
Indonesia pada fiksi gambar bergerak yang disebut sebagai film nasional.
dengan minoritas Tionghoa dan India terjadi dengan segera dan film
2
distributor dan produser, baik yang komersialis maupun yang idealis
film sampai para bintang film. Secara tidak disadari mereka menjadi
Kecondongan ini salah satunya ditunjukan melalui film populer Tiga Dara
di tahun 1956, yang disebut sebagai hasil kompromi Usmar Ismail akibat
sensor film di era Seokarno ini tergambar pada film yang dibuat segera
berjudul Antara Bumi dan Langit, hasil kerja sutradara bernama Huyung
cinta antara gadis Indo bermana Grace dengan pribumi Abidin, publikasi
3
usaha ini menjadi sandungan ketika sebuah foto publikasi saat kedua
daya tarik seksual pada publisitas film sudah menjadi gagasan yang
menikmati proses ini sebagai bagian dunia kerja pada wilayah publik dan
massal film dalam negeri dari film asing pasca rekapitalisasi industri
sulit dicapai.
4
pemerintahan yang terdiri dari simpatisan PKI, terutama film-film dari
daya tarik paras dan tubuh perempuan melalui opini tentang ekspresi
ini salah satunya berkat suara tidak berkenan Soekarno terhadap krisis
tidak seharusnya hanya ditujukan pada represi masa Orde Baru. Sebab
5
film impor sebagai standar. Pada masa Orde Baru, resistensi itu dibentuk
serta atas sponsor bank dan unit lembaga pemerintah. Sistem produksi
sosialis ini ditinggalkan begitu saja ketika film impor masuk kembali
yang berasal dari Hong Kong dan Taiwan. Dampak kemunculan film-film
Unsur perfilman global yang nampak jelas ialah toleransi pada isu
6
dilanda krisis yang kemudian menciptakan pola produksi film eksploitasi
krisis industri pasca blokade film asing di tahun 1964 sampai 1967. Di
Kong – Macao, Orang-orang Liar, serta beberapa hasil kerja DPFN tidak
apresiasi seksualitas.
7
kapital produksi. Kompromi ini harus dilakukan lantaran latarbelakang
bagi para tenaga ahli pembuat film pilihan berkarya cukup terbatas
imaji seksual.
Politik Seksual
tahun 1970an.
Ledakan industri novel roman pop pada periode yang sama juga
8
pemekaran kultur roman dan sastra populer yang dengan segera ditarik
yang paling ampuh membentuk pola pikir romantis generasi muda yang
digagas pada tema film produksi Tuty Soeprapto Romlah. Politik seksual
pada industri film ini tergambar jelas di dalam pidato Menteri Penerangan
pendidikan seks.
9
pergaulan bebas di antaranya: Akibat Pergaulan Bebas (1977), Akibat
tahun 1980an. Beberapa saat setelah Kode Etik Produksi Film di sahkan
pada tahun 1981, monopoli perfilman asing kembali atas izin pemerintah
samping itu laki-laki sebagai sosok pahlawan dan pembela, atau bahkan
10
bertugas menyebarkan tradisi sinematik dengan merekonstruksi simbol-
simbol seksual.
11