Lkir 2019 Fin
Lkir 2019 Fin
BMA (Bitter Melon Antivirus) dari Buah Pare (Momordica charantia L.) untuk
Membunuh Paramyxovirus Penyebab Gondok (Struma)
Hana Zahra
MAN 1 PEKANBARU
TAHUN 2019
FORM ABSTRAK
JUDUL : BMA (Bitter Melon Antivirus) dari Buah Pare (Momordica charantia L.)
1. Objek penelitian berupa
untuk Membunuh Paramyxovirus Penyebab Gondok (Struma) Manusia
o Hewan
o Tumbuhan
BIDANG : Ilmu Pengetahuan Hayati o Pembuatan Alat
KATEGORI : Botani o Lain-lain
memakai akar pare sebagai obat secara terus-menerus. Oleh karena Catatan:
itu, penelitian ini bertujuan untuk menggunakan buah pare sebagai Hapus yang tidak perlu
A. LATAR BELAKANG
Penyakit gondok (struma) merupakan penyakit yang sering dialami oleh masyarakat di
Indonesia. Data riset yang dilakukan IMS health pada tahun 2015 menunjukkan bahwa
Indonesia menempati peringkat pertama dengan penderita gondok tertinggi di Asia Tenggara
dengan penderita mencapai lebih dari 1,7 juta. Dari jumlah penderita yang menyadari
gangguannya, hanya satu persen yang menjalani pengobatan, tidak termasuk yang belum
terdiagnosa. Penyakit gondok terdapat dalam daftar penyakit metabolik terbanyak kedua
setelah diabetes mellitus. Penderita gondok lebih sering diderita perempuan dibanding laki-
laki. Dalam survei yang dilakukan Merk Serono (2015), Prof. Dr. dr. Achmad Rudjianto,
SpPD KEMD, Ketua PERKENI mengatakan, “Indonesia mempunyai beberapa daerah
endemis gangguan tiroid.”
Buah pare (Momordica charantia L.) merupakan tanaman sayuran yang tidak terlalu
disukai oleh sebagian orang karena rasanya yang pahit, walaupun rasa pahit tersebut dapat
merangsang selera makan. Pare mengandung vitamin A, B, dan C serta dapat memperlancar
fungsi pencernaan dalam tubuh. Pare tetap banyak dijajakan di pasar-pasar tradisional hingga
pasar swalayan (supermarket). Pembelinya pun beragam dari berbagai kalangan masyarakat.
Masyarakat di desa biasanya mengonsumsi rebusan akar pare sebagai obat tradisional
untuk penyakit gondok. Mereka juga mengonsumsi rebusan akar pare secara berkala selama
satu bulan, dengan ketentuan pada 4 hari pertama mereka harus mengkonsumsi 1 gelas
dengan 7 akar pare dan penggunaan akar akan berkurang satu per 4 harinya. Namun,karena
pare ini merupakan tanaman pangan, kita tidak bisa menggunakan akar pare terus menerus
karena akar merupakan penopang bagi tumbuhan. Oleh karena itu, peneliti ingin mencoba
mengganti bagian akar pare dengan buahnya sebagai obat untuk mengatasi penyakit gondok,
dan mencari tahu kandungan yang dapat membunuh paramyxovirus.
B. IDENTIFIKASI DAN RUMUSAN
Apakah buah pare bisa menggantikan akarnya sebagai antivirus untuk penyakit
gondok?
Mengapa penggunaan akar pare akan berkurang satu setiap 4 hari? Apa
pengaruhnya?
Apakah perebusan akar pare untuk mengobati gondok adalah cara yang tepat?
Kandungan apa yang terdapat di akar pare yang dapat membunuh paramyxovirus?
B. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah mencari kandungan pada akar pare yang dapat membunuh
paramyxovirus dan akan dibandingkan dengan buahnya. Dan juga peneliti ingin mengetahui
apakah jumlah akar yang digunakan mempengaruhi proses penyembuhan.
C. KEBAHARUAN
Selama ini, para peneliti telah menemukan bahwa penyebab penyakit gondok (struma)
adalah paramyxovirus, tapi saat ini virus tersebut hanya bisa dicegah melalui vaksin. Oleh
karena itu, peneliti ingin menemukan metode pengobatan baru dari bahan pangan alami dan
merealisasikan obat-obatan tradisional untuk penyakit gondok (struma).
D. HIPOTESIS
Hipotesis dari penelitian ini adalah buah pare (Momordica charantia L.) dapat
menggantikan akar pare sebagai antivirus untuk penyakit gondok (struma), dengan kurun
waktu yang berbeda.
E. KAJIAN PUSTAKA
1. Pare (Momordica charantia L)
Momordica charantia, umumnya dikenal dengan pare adalah tanaman obat dari
family Cucurbitaceae. Secara tradisional, telah digunakan sebagai obat untuk penyakit
HIV, diabetes, kanker, radang sendi, gangguan hati, dan masalah lambung (Do Manh
Cuong dkk, 2018).
Pare tumbuh di dataran rendah, hutan hujan, hutan tepi sungai, belukar, dan
jumlahnya berlimpah. Panjang batangnya dapat mencapai 5 meter, batang bersegi 5
dengan sulur tunggal. Pare terdiri dari 45 jenis dan gidup di daerah tropis. Di Asia hanya
ditemukan 5-7 jenis, dan kebanyakan jenisnya ditemukan di bagian besar Afrika
(Rendiani, 2014).
Berdasarkan uji fitokimia yang dilakukan Aulya (2012) pada ekstrak etanol buah
pare, terdapat kandungan flavonoid, saponin, alkaloid, dan glikosida. Flavonid
menghambat sejumlah proses perkembangan sel di dalam tubuh melalui penghambatan
sejumlah reaksi enzimatik, saponin bersifat sinositik terutama terharap sel yang
mengalami pembelahan (Nurliani, 2007). Sedangkan bijinya mengandung asam lemak,
asam butirat, asam palmitate, asam linoleate, dan asam stearate (Rendiani, 2014). Pare
digunakan sebagai anthelmentik, antibakteri, antibiotik, anti-diabetes, anti-inflamasi,
anti-mikroba, antimycobacterial, antioksidan, antitumor, penyembuhan luka, antiulcer,
antivirus, hipoglikemik dan stimulan imun (Rashmi, 2019).
2. Penyakit gondok
Menurut Trident Press International dalam bukunya yang berjudul The New
International Standart Medical & Health Encyclopedia (2005) penyakit gondok
merupakan kelainan ringan pada sebagian besar anak-anak, disebabkan oleh virus dan
mengalami inkubasi mulai dari 2 hingga 3 minggu. Gondok adalah infeksi virus sistemik
akut, dan temuan klinis yang paling signifikan adalah peradangan kelenjar saliva yang
tidak penyembuhan, terutama satu atau kedua kelenjar parotis (Alison, 2012). Gejala
yang paling dikenal adalah kelenjar bengkak yang melibatkan rahang. Kelenjar yang
biasanya terkena adalah kelenjar parotis-kelenjar ludah besar di bawahnya. Sekitar 20-
40% infeksi bersifat asintomatik dan hampir 50% infeksi mempunyai gejala klinis non-
spesifik terutama pada anak usia kurang dari 5 tahun. Gondok jarang menimbulkan
komplikasi yang berat, seperti meningoensefalitis yang biasanya menyerang orang
dewasa (Soedarmo dkk, 2010).
Gondok menyebar melalui droplet. Virus terdapat di dalam air liur dari 7 hari
sebelum dan 7 hari sesudah pembengkakan kelenjar parotis. Infeksi dapat terjadi selama
masa kanak-kanak, tapi apabila gondo menyerang orang dewasa, biasanya akan
menyebabkan penyakit yang lebih parah (Lousiana Departemen of Health and Hospitals,
2011).
Virus gondok (paramyxovirus) merupakan famili dari Paramyxoviridae dan genus
Rubillavirus merupakan virus RNA pleomorfik. Virus gondok bersifat imunotipe tunggal
dan manusia merupakan satu-satunya penjamu. Saat ini terdapat 12 genotipe virus
gondok yang telah diketahui (Senanayake SN, 2008). Virus gondok menyebabkan
mekrosis pada sel yang terinfeksi (Soedarmo dkk, 2010).
Paramyxovirus memiliki ukuran mulai dari 100 hingga 300 nm. Virus memiliki RNA
dan 7 protein, dan juga mengandung glycoprotein termasuk hemagglutinin-
neuraminidase (HN), hemolysis cell fusion antigen (F), dan pembungkus luar, protein
(M). Protein yang keempat (SH) bisa juga menjadi membrane-associated. Terdapat tiga
bagian dalam: nucleocapsid protein (SH), phospoprotein (P), dan protein yang besar.
Hanya ada satu tipe antigenik virus gondok, yakni Polymerase Chain Reaction (PCR)
yang telah mendeteksi virus gondok dari berbagai daerah.
F. METODE PENELITIAN
Adapun metode yang peneliti gunakan merupakan metode penelitian kuantitatif,
dengan metode studi laboratorium. Lalu peneliti akan mengekstrak akar dan buah pare
sesuai dengan data yang telah dikumpulkan. Ekstraksi yang dilakukan dengan metode
maserasi. Maserasi adalah melarutnya bahan kandungan simplisia dari sel yang rusak,
yang terbentuk pada saat penghalusan, ektraksi (difusi) bahan kandungan dari sel yang
masih utuh. Metode ini merupakan cara ekstraksi yang paling sering digunakan karena
pengerjaannya sederhana dan alatnya yang mudah ditemukan (Kurniasari, 2010).
G. DAFTAR PUSTAKA
Alison MK. 2012. Netter’s Infectious Disease. Elsevier Inc.
https://www.sciencedirect.com/sdfe/pdf/download/eid/3-s2.0-
B9781437701265000112/first-page-pdf [13 Februari 2019].
Aulya S. 2012. Adsorpsi, Emulsifikasi dan Antibakteri Ekstrak Daun Pare (Momordica
charantia L.). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor.
Do Manh Cuong, Soon Jae Kwon, Jin Jeon, Yun Ji Park, Jong Jeok Park, Jong Un Park.
2018. Identification and Characterization of Phenylpropanoid Biosynthetic Genes and
Their Accumulation in Bitter Melon (Momordica charantia). www.mdpi.com/molecules
[13 Februari 2019].
Kasper DL, Fauci AS. 2010. Harrison’s Infection Disease. 956. The MsGraw-Hill
Companies. United States
Kharisma FN. 2019. Aktivitas Sitotoksik Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia
L.) terhadap Sel Kanker MCF-7 dan T47D. [Skripsi]. Surakarta: Fakultas Farmasi,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. 2007. Mason W. Mumps. Nelson
Textbook of Pediatrics, Edisi ke-18. 1341-4. Philadelphia, Saunders.
Kurniasari E. 2008. Metode Ekstraksi.
https://www.academia.edu/24271970/Metode_Ekstraksi?auto=download [1 Mei
2019]
Kurniasari E. 2010.
Merck Serono. 2015. Thyroid Disease Study. Dilakukan oleh IMS Health atas nama Merck
Serono. http://tiroidindonesia.com/wp-content/uploads/2015/06/Indonesian-Thyroid-
Awareness-press-release_010615_CLEAN-IND.pdf [28 Februari 2019].
Nurliani A. 2007. Penelusuran Potensi Antifertilitas Kulit Kayu Durian (Durio ziberthinus
Murr). Melalui skrining fitokimia. Seminar Sains dan Terapan Kimia, pp. 53-58.
[Skripsi]. Banjarbaru: Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Lambung Mangkurat.q12
Office of Public, Lousiana Departement of Health and Hospitals. 2011. Mumps: Infectious
Disease Epidemiology Section. www.infectiousdisease.dhh.lousiana.gov [29 April
2019].
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. 2015. Situasi dan Analisis Penyakit
Tiroid. www.depkes.go.id [12 Februari 2019].
Radji M, Biomed M. 2010. Imunologi dan Virologi, Edisi Pertama. PT ISFI Penerbitan.
Jakarta Barat.
Rashmi S, Varsha K. 2019. Assessment of Wound Healing Potential of Momordica
charantia, Pongamia Glabra and Their Combination With Piper nigrum on Anemic
Albino Rats using Excision Wound Model. http://ajpp.in/uploaded/p257.pdf [1 Mei
2019].
Rendiani D. 2014. Isolasi Senyawa Flavonoid pada Buah Pare (Momordica charantia L.)
yang Memiliki Aktivitas Antioksidan. [Skripsi]. Bandung: Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Bandung.
Senanayake SN. 2008. Mumps: a Resurgent Disease with Protean Manifestation. 189:456-6.
MJA.
Soedarmo S, Garna H, Hadinegoro SR, Satari HI. 2010. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri
Tropis Edisi Kedua, Cetakan Kedua. Badan Penerbit IDAI. Jakarta.
BIODATA PESERTA
Ketua Tim
Nama : Hana Zahra
Sekolah : MAN 1 PEKANBARU
Alamat Sekolah : Jl. Bandeng No 51 A, Marpoyan Damai, Pekanbaru
Alamat Rumah : Jl. Karyawan Ujung, Perum. Mutiara Hati Blok B9, Pekanbaru
Tempat Lahir : Pekanbaru
Tanggal Lahir : 10 Agustus 2003
Jenis Kelamin : Perempuan
Kelas : X MSC 1
Nomor HP : 081277943643
Email : hanazahra501@gmail.com
Anggota Tim
Nama : Aisha Almira Zahra
Sekolah : MAN 1 PEKANBARU
Alamat Sekolah : Jl. Bandeng No 51 A, Marpoyan Damai, Pekanbaru
Alamat Rumah : Jl. Serai Perum. Harmoni Blok F4, Pekanbaru
Tempat Lahir : Pekanbaru
Tanggal Lahir : 12 Juli 2003
Jenis Kelamin : Perempuan
Kelas : X MSC 1
Nomor HP : 081374755338
Email : aishalmiraa@gmail.com
Kelas : X MIA
Ayah :
Budhi Anto
Ibu : PNS
Kelas : X MIA
Kegemaran : Menonton
Ayah :
Dr. Syafruddin Hitam
Ibu : Afrida
Ayah : Dokter