Anda di halaman 1dari 13

Dikutip dari buku Teori Bilangan untuk Mahasiswa PGSD karangan Linda Vitoria (2019)

4. SIFAT-SIFAT OPERASI HITUNG PADA BILANGAN BULAT

Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa Mampu menerapkan sifat-sifat operasi hitung dalam melakukan penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan.

Pendahuluan
Perhatikan hadits berikut ini.

dikutip dari https://konsultasisyariah.com/20042-cara-dzikir-rasulullah.html


Hadits di atas menjelaskan tentang menggunakan ruas-ruas pada tangan kanan untuk berdzikir.
Misalnya Dzikir Subhanallah, Alhamdulillah, dan Allahu Akbar yang masing-masing dibaca 33 kali
setiap selesai shalat fardhu.
Tuliskan operasi hitung campuran untuk perhitungan Dzikir Subhanallah berdasarkan hadits di atas.

Pada himpunan bilangan riil dapat dilakukan operasi-operasi hitung seperti penjumlahan,
pengurangan, perkalian, pembagian, penarikan akar, perpangkatan, dan lain-lain. Berikut ini
akan dibahas beberapa definisi yang berkaitan dengan operasi hitung pada bilangan, dimulai
dari bilangan cacah.

4.1 Operasi Hitung pada Bilangan Cacah


1. Misalkan p dan q adalah bilangan cacah. Penjumlahan p dan q ditulis p + q. Hasilnya
adalah cacah gabungan himpunan yang memiliki p buah anggota dan himpunan yang
memiliki q buah anggota.
Contoh: 3 + 5 = 8
15 + 28 = ....
7 + .... = 16
.... + .... = 27
.... + .... = ....

1
Dikutip dari buku Teori Bilangan untuk Mahasiswa PGSD karangan Linda Vitoria (2019)

Operasi penjumlahan bilangan cacah bersifat tertutup, artinya hasil penjumlahan dua
bilangan cacah adalah bilangan cacah juga.
2. Operasi pengurangan merupakan lawan dari operasi penjumlahan. Pengurangan
bilangan cacah p – q = r adalah lawan dari penjumlahan q + r = p. Dapat ditulis,
p – q = r ⇔ p = q + r. Dibaca: p – q = r jika dan hanya jika p = q + r.
Contoh: 5 – 2 = 3 ⇔ 5 = 2 + 3
6 – 4 = .... ⇔ 6 = 4 + ....
7 – .... = .... ⇔ 7 = .... + ....
.... – .... = .... ⇔ .... = .... + ....
Bagaimana dengan pengurangan dua bilangan yang sama?
Contoh: 12 – 12 = 0 ⇔ 12 = 12 + 0
6–6=0
.... – .... = 0

Dapat disimpullkan bahwa pengurangan dua bilangan yang sama menghasilkan 0.


Secara umum dapat ditulis p – p = 0.
Operasi pengurangan bilangan cacah tidak memenuhi sifat tertutup. Hal ini
karena hasil pengurangan dua bilangan cacah bisa berupa bilangan cacah, namun bisa
juga bukan bilangan cacah. Coba berikan contohnya.

3. Operasi perkalian dua bilangan cacah p × q adalah penjumlahan berulang q sebanyak


p kali. Ditulis:
p × q = q + q + q + ... + q

sebanyak p kali

contohnya: 2 × 4 = 4 + 4 = 8
4×2=2+2+2+2=8
3 × 5 = .... + .... + .... = ....
5×6=
7×1=
Operasi perkalian bilangan cacah memenuhi sifat tertutup.

2
Dikutip dari buku Teori Bilangan untuk Mahasiswa PGSD karangan Linda Vitoria (2019)

4. Operasi pembagian merupakan kebalikan dari operasi perkalian. Pembagian dua


bilangan cacah p ÷ q = r adalah kebalikan dari p = q × r. Atau dapat ditulis sebagai
berikut, p ÷ q = r ⇔ p = q × r. Dibaca: p ÷ q = r jika dan hanya jika p = q × r.

Contoh: 12 ÷ 3 = 4 ⇔ 12 = 3 × 4
10 ÷ 2 = .... ⇔ 10 = 2 × ....
21 ÷ .... = 7 ⇔ 21 = .... × 7
.... ÷ .... = 6 ⇔ .... = .... × 6
.... ÷ .... = .... ⇔ .... = .... × ....

Bagaimana hasil pembagian dua bilangan yang sama?


Contoh: 2 ÷ 2 = 1 ⇔ 2 = 2 × 1
3 ÷ 3 = ....
.... ÷ .... = ....

Apa yang dapat disimpulkan tentang pembagian dua bilangan yang sama?
…………………………………………………………..
Operasi pembagian bilangan cacah tidak bersifat tertutup karena hasil
pembagiannya bisa berupa bilangan cacah, namun bisa pula bukan bilangan cacah.
Berikan contohnya.

4.2 Operasi Hitung pada Bilangan Bulat


Himpunan bilangan bulat merupakan perluasan dari himpunan bilangan cacah. Himpunan
bilangan bulat terdiri atas bilangan cacah dan bilangan bulat negatif. Definisi-definisi serta
sifat-sifat operasi hitung yang berlaku pada bilangan cacah juga berlaku pada bilangan bulat
ditambah dengan sedikit perluasan.
Penjumlahan dan perkalian bilangan bulat memenuhi sifat tertutup, sama seperti bilangan
cacah. Namun, sifat pengurangan bilangan bulat berbeda dengan pengurangan bilangan cacah.
Pengurangan bilangan cacah tidak bersifat tertutup sedangkan pengurangan bilangan bulat
bersifat tertutup. Hal ini karena pengurangan dua bilangan bulat menghasilkan bilangan bulat
pula. Contohnya, 3 – 2 = ....
4 – 5 = ....
2 – (–3) = ....
–6 – 7 = ....

3
Dikutip dari buku Teori Bilangan untuk Mahasiswa PGSD karangan Linda Vitoria (2019)

Bagaimana dengan operasi pembagian bilangan bulat, apakah memenuhi sifat tertutup?
Perhatikan contoh berikut.
8 ÷ 4 = ....
3 ÷ 2 = ....
–12 ÷ 6 = ....
–9 ÷ 4 = ....
Dari contoh-contoh di atas, apa yang dapat Anda simpulkan tentang sifat pembagian bilangan
bulat?

4.3 Operasi Hitung Bilangan Rasional


Himpunan bilangan rasional merupakan perluasan dari himpunan bilangan bulat. Himpunan
bilangan rasional terdiri atas bilangan bulat dan pecahan. Definisi-definisi serta sifat-sifat
operasi hitung yang berlaku pada bilangan bulat juga berlaku pada bilangan rasional ditambah
dengan sedikit perluasan.
Pada bilangan bulat, penjumlahan, pengurangan, dan perkalian memenuhi sifat
tertutup. Hal ini juga berlaku pada bilangan rasional. Pembagian bilangan bulat tidak
memenuhi sifat tertutup, namun pembagian bilangan rasional memenuhi sifat tertutup karena
hasil pembagian dua bilangan rasional adalah bilangan rasional pula.
Contohnya,
14 ÷ 7 = ....
5 ÷ 15 = ....
–8 ÷ 0,5 = ....
%
3 ÷ & = ....
' %
(
÷ ) = ....

Disamping sifat tertutup yang dibahas di atas, terdapat sifat-sifat operasi hitung lainnya yaitu
sifat komutatif, asosiatif, distributif, unsur identitas dan invers. Berikut akan dibahas satu
persatu.

4.4 Sifat Komutatif (Pertukaran)


Urutan mengerjakan sesuatu terkadang mempengaruhi hasil. Misalnya memakai kaus kaki
sebelum memakai sepatu berbeda hasilnya jika urutannya diubah, yaitu memakai sepatu dulu
baru kaus kaki. Tetapi, terkadang urutan tidak mempengaruhi hasil. Misalnya saat membuat

4
Dikutip dari buku Teori Bilangan untuk Mahasiswa PGSD karangan Linda Vitoria (2019)

segelas air manis, memasukkan gula sebelum air maupun memasukkan air sebelum gula,
hasilnya tetap sama. Begitu pula bila kita berjalan 3 langkah, lalu berjalan lagi 5 langkah,
hasilnya akan sama jika kita berjalan 5 langkah terlebih dahulu, kemudian 3 langkah. Pada
operasi hitung, apabila urutan pengerjaan tidak mempengaruhi hasil (tetap memberikan hasil
yang sama), maka operasi seperti itu dikatakan bersifat komutatif.
Untuk memeriksa sifat komutatif operasi hitung pada bilangan riil, lengkapilah tabel
berikut ini dan bandingkan hasil pada kolom kiri dan kolom kanan.
Penjumlahan

4+7= 7+4=

2 + (–3) = –3 + 2 =

5,2 + 6,9 = 6,9 + 5,2 =

–4,6 + 0,8 = 0,8 + (–4,6) =

( (
1+)= )
+1=

Pengurangan
4–7= 7–4=

2 – (–3) = –3 – 2 =

5,2 – 6,9 = 6,9 – 5,2 =

–4,6 – 0,8 = 0,8 – (–4,6) =

( (
1–)= )
–1=

Perkalian
4×7= 7×4=

5
Dikutip dari buku Teori Bilangan untuk Mahasiswa PGSD karangan Linda Vitoria (2019)

2 × (–3) = (–3) × 2 =

5,2 × 6,9 = 6,9 × 5,2 =

–4,6 × 0,8 = 0,8 × –4,6 =

( (
1×)= )
×1 =

Pembagian
6÷3= 3÷6=

8 ÷ (–2) = –2 ÷ 8 =

4 ÷ 0,5 = 0,5 ÷ 4 =

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa operasi penjumlahan memenuhi sifat komutatif.
Secara umum ditulis, 𝑝 + 𝑞 = 𝑞 + 𝑝.
Apakah operasi perkalian memenuhi sifat komutatif?
Secara umum dapat ditulis, 𝑝 × 𝑞 = .... × ....
Apakah operasi pengurangan memenuhi sifat komutatif?
Apakah operasi pembagian memenuhi sifat komutatif?

Sifat komutatif dapat memudahkan kita pada saat melakukan operasi hitung penjumlahan dan
perkalian. Contohnya, 6 + 148. Soal ini lebih mudah dihitung dengan menukarkan tempat
kedua suku penjumlahan menjadi 148 + 6. Dengan cara bersusun ke bawah dapat ditulis,
148
6+
....
Untuk perkalian contohnya, 34 × 1652. Soal ini juga lebih mudah dihitung dengan menukarkan
tempatnya menjadi
1652
34 ×
.......

6
Dikutip dari buku Teori Bilangan untuk Mahasiswa PGSD karangan Linda Vitoria (2019)

4.5 Sifat Asosiatif (Pengelompokan)


Hasil penjumlahan tiga bilangan tidak bergantung pada cara kita mengelompokkan ketiga
bilangan tersebut. Contohnya, penjumlahan 2 + 3 + 4 dapat dilakukan dengan menjumlahkan
2 + 3 terlebih dahulu kemudian hasilnya dijumlahkan dengan 4; dapat pula dilakukan dengan
menjumlahkan 3 + 4 terlebih dahulu, baru kemudian dijumlahkan dengan 2. Cara yang pertama
ditulis sebagai berikut.
(2 + 3) + 4
Sedangkan cara yang kedua ditulis sebagai berikut.
2 + (3 + 4)
Keduanya memberikan hasil yang sama. Yaitu (2 + 3) + 4 = 2 + (3 + 4) = 9. Oleh karena itu
dikatakan operasi penjumlahan memenuhi sifat asosiatif.
Secara umum ditulis, (𝑝 + 𝑞) + 𝑟 = 𝑝 + (𝑞 + 𝑟).

Untuk memeriksa apakah pengurangan, perkalian, dan pembagian juga memenuhi sifat
asosiatif, lengkapilah tabel berikut ini kemudian bandingkan hasil di kolom kanan dan di kolom
kiri.

Pengurangan
(7 – 5) – 4 = 7 – (5 – 4) =
(2 – (–1)) – 3 = 2 – (–1 – 3) =

( % ( %
/2 ) − (2 − 1 = 2 ) − /( − 12 =

(4,6 – 3,2) – 0,5 = 4,6 – (3,2 – 0,5) =

Perkalian
(3 × (–2)) × 4 = 3 × (–2 × 4) =

( % ( %
/2 ) × (2 × (– 3) = 2 ) × /( × (−3)2 =

(4 × 2,4) × 0,5 = 4 × (2,4 × 0,5) =

7
Dikutip dari buku Teori Bilangan untuk Mahasiswa PGSD karangan Linda Vitoria (2019)

Pembagian
(6 ÷ 3) ÷ 2 = 6 ÷ (3 ÷ 2) =

(−8 ÷ 4) ÷ (−3) = −8 ÷ (4 ÷ (−3)) =

' % ' %
/( ÷ 1 ) 2 ÷ 4 = (
÷ /1 ) ÷ 42 =

Apakah operasi pengurangan bersifat asosiatif?


Apakah operasi perkalian bersifat asosiatif?
Apakah operasi pembagian bersifat asosiatif?

Sama halnya dengan sifat komutatif, sifat asosiatif juga memudahkan kita dalam
menghitung hasil penjumlahan dan perkalian. Contohnya, penjumlahan 53 + 86 + 47 + 24 lebih
mudah dilakukan dengan menukar tempat dan mengelompokkan suku-suku penjumlahannya
menjadi (53+47) + (86+24) = 100 + 110 = 210. Begitu juga perkalian 4 × 39 × 25 lebih mudah
dihitung dengan (4 × 25) × 39 = 100 × 39 = 3900.

4.6 Unsur Identitas


Dalam matematika, 0 dan 1 adalah bilangan yang istimewa. Diskusikan kasus-kasus berikut
ini untuk melihat keistimewaan 0 dan 1.
a. Menjumlahkan suatu bilangan positif atau negatif dengan 0.
Contoh: a. 5 + 0 = 0 + 5 = ....
c. –6 + 0 = 0 + (–6) = ....
c. 1235 + 0 = 0 + 1235 = ....
Kesimpulan:

b. Mengurangkan suatu bilangan positif atau negatif dengan 0.


Contoh: a. 5 – 0 = ....
b. –24 – 0 = ....
c. 450 – 0 = ....
Kesimpulan:

c. Mengalikan suatu bilangan positif atau negatif dengan 0.


Contoh: a. 2 × 0 = 0 × 2 = ....

8
Dikutip dari buku Teori Bilangan untuk Mahasiswa PGSD karangan Linda Vitoria (2019)

b. −3 × 0 = 0 × (−3) = ....
c. 1000 × 0 = 0 × 1000 = ....
Kesimpulan:

d. Membagi suatu bilangan positif atau negatif dengan 0.


Contoh: a. 4 : 0 = ....
b. –3 : 0 = ....
c. 120 : 0 = ....
Kesimpulan:
e. Membagi 0 dengan suatu bilangan positif atau negatif.
Contoh: a. 0 : 12 = ....
b. 0 : (–5) = ....
c. 0 : 100 = ....
Kesimpulan:

f. Mengalikan bilangan positif atau negatif dengan 1.


Contoh: a. 3 × 1 = 1 × 3 =....
b. –30 × 1 = 1 × −30 = ....
c. 1000 × 1 = 1 × 1000 = ....
Kesimpulan:

g. Membagi suatu bilangan positif atau negatif dengan 1.


Contoh: a. 27 : 1 = ....
b. –50 : 1 = ....
c. 1500 : 1 = ....
Kesimpulan:
h. Membagi 1 dengan suatu bilangan positif atau negatif.
Contoh: a. 1 : 2 = ....
b. 1 : 4 = ....
c. 1 : (–50) = ....
Kesimpulan:

9
Dikutip dari buku Teori Bilangan untuk Mahasiswa PGSD karangan Linda Vitoria (2019)

Kasus a di atas menunjukkan keistimewaan 0 sebagai unsur identitas penjumlahan. Sedangkan


kasus f menunjukkan 1 sebagai unsur identitas perkalian. Hal ini dapat didefinisikan sebagai
berikut.

Unsur Identitas
0 adalah unsur identitas penjumlahan karena menjumlahkan dengan 0 tidak mengubah
hasil penjumlahan. Secara umum ditulis, 𝑝 + 0 = 0 + 𝑝 = 𝑝

1 adalah unsur identitas perkalian karena mengalikan dengan 1 tidak mengubah hasil
perkalian. Secara umum ditulis, 𝑝 × 1 = 1 × 𝑝 = 𝑝

Catatan. Operasi pengurangan dan pembagian tidak memiliki unsur identitas.

4.7 Invers
Dalam operasi hitung dikenal istilah invers penjumlahan dan invers perkalian. Untuk
memahami makna invers penjumlahan, lengkapi perhitungan berikut ini.
1 + .... = 0, maka invers penjumlahan dari 1 adalah ....
24 + .... = 0, maka invers penjumlahan dari 24 adalah ....
–3 + .... = 0, maka invers penjumlahan dari –3 adalah ....
( (
&
+ .... = 0, maka invers penjumlahan dari & adalah ....
% %
− ' + .... = 0, maka invers penjumlahan dari − ' adalah ....

Invers penjumlahan dari suatu bilangan adalah lawan dari bilangan itu. Apabila suatu bilangan
dijumlahkan dengan invers penjumlahannya maka hasilnya 0. Secara umum ditulis,
𝑝 + (−𝑝) = 0.

Untuk memahami makna invers perkalian, lengkapi perhitungan berikut ini.


2 × .... = 1, maka invers perkalian dari 2 adalah ....
−5 × .... = 1, maka invers perkalian dari −5 adalah ....
( (
)
× .... = 1, maka invers perkalian dari ) adalah ....
% %
− ' × .... = 1, maka invers perkalian dari − ' adalah ....

3,5 .... = 1, maka invers perkalian dari 3,5 adalah ....

10
Dikutip dari buku Teori Bilangan untuk Mahasiswa PGSD karangan Linda Vitoria (2019)

Invers perkalian dari suatu bilangan adalah kebalikan (reciprocal) dari bilangan tersebut.
Apabila suatu bilangan dikalikan dengan kebalikannya maka hasilnya 1. Secara umum ditulis,
%
𝑝 × > = 1.

4.8 Sifat Distributif


Untuk memahami sifat distributif, perhatikan operasi hitung berikut ini.
4 × (3 + 5) = … (–2 + 6) × (–7) = …
(4 × 3) + (4 × 5) = … (–2 × (–7)) + (6 × (–7)) = …

Hasil perhitungan di atas menunjukkan berlakunya sifat distributif (penyebaran), yaitu


p × (q + r) = (p × q) + (p × r) dan
(p + q) × r = (p × r) + (q × r)

Sifat distributif memudahkan kita dalam melakukan operasi hitung. Contohnya, 25 × 42 dapat
diselesaikan sebagai berikut.
25 × 42 = 25 × (40 + 2)
= (25 × 40) + (25 × 2)
= 1000 + 50
= 1050
Contoh lain, 36 × 5 dapat diselesaikan sebagai berikut.
36 × 5 = (30 + 6) × 5
= (30 × 5) + (6 × 5)
= 150 + 30
= 180

4.9 Sifat Ketertambahan.


Misalkan p, q, dan r adalah bilangan real. Jika p = q, maka p + r = q + r. Sifat ini dinamakan
sifat ketertambahan, yaitu menambahkan bilangan yang sama pada kedua ruas penjumlahan.
Contoh:
1. Tentukan nilai m yang memenuhi 3 + m = 12.
Soal ini diselesaikan dengan menerapkan sifat ketertambahan, yaitu kedua ruas ditambah
dengan –3 sebagai berikut.
3 + m + (–3) = 12 + (–3),

11
Dikutip dari buku Teori Bilangan untuk Mahasiswa PGSD karangan Linda Vitoria (2019)

m = 9.
Dalam penyelesaian soal seperti di atas, terkadang kita tidak menuliskan lagi langkah
penambahan (–3) pada kedua ruas, namun langsung ditulis seperti ini:
3 + m = 12
m = 12 – 3
m=9

2. Tentukan nilai k yang memenuhi.


a) k – 3 = 8
k = 8 + ...
k = ....

b) 2k + 4 = 10 + k
2k – k = .... – ....
k = ....

4.10 Sifat Ketergandaan


Misalkan p, q dan r adalah bilangan real. Jika p = q, maka p × r = q × r. Sifat ini dinamakan
sifat ketergandaan, yaitu mengalikan bilangan yang sama pada kedua ruas perkalian.
Contoh:
1. Tentukan nilai m yang memenuhi 8m = 24.
Soal ini diselesaikan dengan menggunakan sifat ketergandaan, yaitu kedua ruas dikalikan
%
dengan invers dari 8 yaitu ?
% %
8m × ? = 24 × ? ,

m = 3.
Atau secara ringkas dapat ditulis seperti berikut ini.
8m = 24
')
m= ?
=3

2. Tentukan nilai p yang memenuhi


a) 9p – 3 = 15 b) 10 – 3p = 4p + 3
9p = ............
p = ......

12
Dikutip dari buku Teori Bilangan untuk Mahasiswa PGSD karangan Linda Vitoria (2019)

Soal Latihan

1. Bacalah isi terjemahan Surat Al-Baqarah (2) ayat 196. Operasi hitung apakah yang
terdapat dalam ayat tersebut?

2. Durasi puasa berbeda-beda untuk tiap-tiap negara. Menurut situs cnnindonesia.com, rata-
rata durasi puasa di Indonesia adalah 13 jam dalam sehari, sedangkan di Finlandia 20 jam.
Jika bulan puasa tahun ini Budi menjalankan 15 hari puasanya di Indonesia dan 15 hari
lagi di Finlandia, berapa total jam ia berpuasa?

3. Lingkari Benar (B) atau Salah (S) pada pernyataan-pernyataan berikut ini. Apabila salah,
tuliskan jawaban yang benarnya.
a. B – S Perkalian bilangan cacah bersifat asosiatif.
b. B – S Pengurangan bilangan asli bersifat tertutup.
%
c. B – S Invers penjumlahan dari 10 adalah %@

d. B – S Invers perkalian dari 25 adalah –25


e. B – S Operasi-operasi yang memenuhi sifat komutatif adalah penjumlahan,
pengurangan dan perkalian bilangan rasional.

4. Pada soal berikut ini, terapkan sifat komutatif dan asosiatif dalam menghitung hasilnya.
a. 47 + 58 + 12
b. 34 + 23 + 46 + 17
c. 4 × 3,4 × 5

5. Tentukan nilai k.
a. 5 – k = 16 – 2k
b. 4k – 8 = k + 19
c. 3,5 + 2k = 7,7

6. Sifat apakah yang ditunjukkan pada persamaan di bawah ini?


a. (a + b) + ((−c) + c) = a + b
i. ((−c) × a) + ((−c) × b) = (−c) × (a + b)
j. (−a) + (−b + b) + c = (−a) + c
k. (a × (−c)) + (b × (−c)) = (a + b) × (−c)

13

Anda mungkin juga menyukai