Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Marmer, sebagai bahan bangunan yang indah dan mewah, melibatkan proses
pemotongan dan pemrosesan yang intensif untuk menciptakan produk akhir yang
memikat mata. Namun, di balik kemegahan itu, terdapat tantangan serius terkait
pengelolaan limbah potongan marmer. Limbah ini tidak hanya mencakup serpihan
dan partikel halus, tetapi juga memberikan peluang kreatif untuk pengolahan lebih
lanjut. Transformasi limbah potongan marmer menjadi ubin bukan hanya merupakan
solusi berkelanjutan untuk pengurangan limbah, tetapi juga membuka pintu inovasi
dalam industri pengolahan marmer.

Pemotongan marmer seringkali menghasilkan limbah berupa serpihan dan


potongan-potongan kecil yang, jika tidak dikelola dengan baik, dapat menyebabkan
dampak lingkungan yang merugikan. Dari sisi ekonomi, limbah ini juga dapat
dianggap sebagai potensi yang belum dimanfaatkan sepenuhnya. Oleh karena itu,
perlu dilakukan upaya untuk menjembatani kesenjangan antara pengelolaan limbah
dan pemanfaatannya sebagai sumber daya.

Mengubah limbah potongan marmer menjadi ubin adalah pilihan yang


menarik dan berpotensi memberikan manfaat ganda. Dengan pendekatan yang tepat,
limbah ini dapat diolah menjadi ubin marmer yang dapat digunakan kembali dalam
proyek konstruksi, desain interior, atau seni. Proses ini bukan hanya menciptakan
produk yang bernilai tambah, tetapi juga membantu mengurangi tekanan pada sumber
daya alam dan lingkungan.

Pengolahan limbah potongan marmer menjadi ubin mencerminkan komitmen


terhadap praktik berkelanjutan. Selain itu, langkah ini dapat meningkatkan efisiensi

1
operasional, mengingat limbah yang sebelumnya dianggap sebagai beban dapat
diubah menjadi sumber pendapatan atau pengurangan biaya produksi.

Meskipun ide pengolahan limbah menjadi ubin marmer memberikan peluang


yang menarik, masih ada tantangan teknis, ekonomi, dan regulasi yang perlu diatasi.
Bagaimana menciptakan proses yang efisien dan ramah lingkungan tanpa
mengorbankan kualitas produk adalah salah satu pertanyaan utama yang perlu
dijawab.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana peroses pembuatan limbah potongan marmer menjadi ubin?
b. Bagaimana pemanfaatan limbah potongan marmer menjadi ubin dapat
mengurangi dampak lingkungan yang di timbulkan oleh pembuangan limbah
marmer?

1.3 Batasan Masalah


a. Pengolahan berfokus pada pembuatan ubin dari limbah potongan marmer.
Limbah dari proses poles atau fisnishing tidak diikut sertakan.

1.4 Tujuan

a. Membuat ubin dari potongan limbah marmer .


b. Mengetahui kualitas ubin yang dihasilkan dari limbah potongan marmer
sesuai dengan standar industri dan kebutuhan konsumen.

1.5 Manfaat Kerja Praktek Lapangan


Manfaat dari pelaksanaan kerja praktek ini adalah sebagai berikut:

Menyelesaikan salah satu tugas sebagai syarat-syarat untuk memenuhi atau mengikuti
kurikulum Jurusan Teknik Industri Politeknik Aceh Selatan.

2
1. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan yang sesuai dengan bidang Teknik
Industri sehingga dapat menetapkan dan membandingkan antara ilmu teoritis
yang diperoleh dibangku kuliah dengan proses yang terjadi dilapangan.
2. Menambah kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama dengan mereka yang
berasal dari tingkatan sosial yang beragam khususnya dilingkungan industri.
3. Menambah pengalaman sebagai bekal pengalaman kelas jika telah menyelesaikan
pendidikan dan mengabdikan ilmu yang telah diperoleh kepada masyarakat.

3
BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Profil Singkat UPT Marmer dan Granit


Kabupaten Aceh Selatan, dengan ibu kota Kabupaten Tapaktuan adalah
bagian dari Provinsi Aceh. Geografis daerah ini berada pada posisi antara 2° -4°
Lintang Utara (LU) dan 96° - 90° Bujur Timur (BT) yang terletak di daerah
Pegunungan Leuser dan Pantai Samudera Hindia.

Kabupaten Aceh Selatan berbatas langsung dengan Kabupaten Aceh Tenggara


di sebelah Utara, di sebelah Selatan dengan Samudera Indonesia, sebelah barat
dengan Kabupaten Aceh Barat Daya, dan sebelah Timur dengan Kabupaten Singkil
dan Kota Subulussalam. Luas wilayah Kabupaten Aceh Selatan sebesar 4.005,10 km².
Sebagian besar daerah ini merupakan daratan dengan ketinggian diatas 500 meter
diatas permukaan laut (dpl), berupa hutan berbukit-bukit dengan tingkat kemiringan
curam sampai terjal.

Kabupaten Aceh Selatan dianugerahi oleh Allah SWT kekayaan alam yang
berlimpah baik kekayaan alam yang dapat diperbarui (renewable) maupun kekayaan
alam yang tidak dapat diperbarui (non renewable). Sumber daya mineral tersebut
diantaranya sepe galian logam (galian B), bahan ini pada dasarnya cukup banyak dan
bervariasi terkandung dan terdapat di perut bumi Aceh Selatan namun umumnya
belum dieksplorasi dan ekploitasi. Bahan galian logam yang sudah diketahui dan
sudah mulai dieksplorasi dan dieksploitasi adalah ketersediaan logam mulia (emas),
biji besi, batu marmer, dan batu granit.

4
Khusus pada penambangan serta pengolahan batu marmer dan granit,
Kabupaten Aceh Selatan memiliki sumberdaya alam yang melimpah. Sumberdaya
tersebut terdapat di 50% luas wilayah Aceh Selatan dimulai dari Labuhan haji,
Sawang, Samadua, Tapaktuan, sebagian besar wilayah Kluet dan Trumon.
Ketersediaan sumberdaya ini dapat dieksplorasi hingga ratusan tahun.

Dengan potensi alam yang sangat besar itu, tentunya Politeknik Aceh Selatan
harus mengambil peran penting dalam pemanfaatannya sebagai poros bangkitnya
industri dan pendidikan vokasi berbasis teknologi untuk meningkatkan daya saing
dan nilai tambah produksi alam Aceh pada umumnya dan khususnya Aceh Selatan
serta Pesisir Pantai Barat Selatan Aceh.

Permintaan terhadap produk batu marmer ini akan terus meningkat seiring
bertambahnya laju pertumbuhan ekonomi dan iklim investasi. Salah satu produk
turunan yang potensial adalah produksi kerajinan marmer, berupa meja, kursi, pot
bunga dalam berbagai ukuran, piring, gelas dan lain-lain.

Saat ini produksi kerajinan batu marmer di Indonesia hanya terdapat di


Tulung Agung Jawa Timur dan beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan. Politeknik
Aceh Selatan diharapkan mampu menjadi corong perindustrian produksi batu
marmer, sehingga menjadi sentra industri di Wilayah Sumatera dapat diperoleh
dengan mudah serta dapat meningkatkan pengembangan wilayah, peningkatan
income perkapita dan pendapatan daerah. Produk kerajinan batu marmer diharapkan
menjadi primadona baru bagi masyarakat dan menjadi oleh-oleh alternatif selain
produk olahan pala.

Politeknik Aceh Selatan sebagai lembaga pendidikan akan bersinergi untuk


meningkatkan sumberdaya manusia melalui pelatihan-pelatihan kepada alumni dan
masyarakat sekitar untuk menumbuh kembangkan minat entrepreneurship melalui
usaha skala rumah tangga (home industry). Kegiatan ini akan terus memacu
kreatifitas dalam pemanfaatan batu marmer yang mempunyai nilai jual tinggi (added
value).

5
2.2 Kegiatan WorkShop

a. Pemotongan dengan mesin Single Cutter

Setelah blok-blok marmer sampai di pabrik pengolahan selanjutnya diangkat


dengan krane dan diletakkan diatas meja dorong setelah itu blok marmer dipotong
dengan ketebalan 1 m³. Pada proses pemotongan tersebut membutuhkan waktu 60
menit per kubus.

b. Proses Pemotongan Siku dan Ukuran

Pada proses pemotongan siku dan ukuran ini yang dipotong adalah balok marmer
dengan ukuran sesuai kebutuhan. Bagi pengrajin marmer di Aceh Selatan, bahan
dasar marmer yang akan diolah dapat dipoduksi oleh workshop Politeknik Aceh
Selatan.

c. Proses Pembubutan

Setelah dipotong menjadi ukuran yang kecil maka langkah selanjutnya adalah
pembubutan untuk membentuk lekuk-lekuk benda yang diinginkan. Proses ini
membutuhkan mesin bubut dengan spresifikasi sesuai dengan ukuran benda yang
akan dibentuk.

d. Proses Polisher

Proses Polisher adalah proses terakhir dari serangkaian tahapan pengerjaan


marmer. Untuk mendapatkan warna dan aura yang maksimal pada permukaan batu
marmer maka Proses Polisher harus dilakukan secara berurutan sesuai standarisasi.

 Polisher pertama menggunakan Abrasive GC 80, berfungsi untuk meghaluskan


kekasaran bekas potongan dari mata bubut. Proses ini berlangsung sekitar 15
menit (tergantung pada kekasaran permukaan).

6
 Polisher kedua menggunakan Abrasive GC 120, berfungsi untuk menghaluskan
permukaan marmer lebih dari GC 80. Proses ini berlangsung sekitar 10 mnt.
Polisher ketiga menggunakan Abrasive GC 220, berfungsi untuk memunculkan
permukaan yang rata dari kadar batu marmer dan lebih halus dari GC 120.
 Proses ini berlangsung selama 10 menit. Polisher keempat menggunakan
Abrasive GC 320, berfungsi untuk memancing permukaan batu marmer agar
mengkilap. Setelah proses berlangsung beberapa menit taburkan serbuk Mapely
kepermukaan batu marmer selanjutnya di polis kembali selama beberapa menit,
ini berfungsi untuk mempertahankan usia kilap pada permukaan batu tersebut.

7
BAB III
DASAR TEORI
3.1 Pengertian Pemanfaatan
Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan Pemanfaatan adalah
dari kata manfaat arti: proses, cara, perbuatan memanfaatkan yaitu supaya
mempertahankan sifat bermanfaat yang berkesinambungan. Pemanfaatan merupakan
turunan kata dari kata ’Manfaat’, yakni suatu penghadapan yang semata-mata
menunjukan kegiatan menerima. Penghadapan tersebut pada umumnya mengarah
pada perolehan atau pemakaian yang hal-hal yang berguna baik di pergunakan secara
langsung maupun tidak langsung agar dapat bermanfaat. Dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia, mengatakan bahwa: ”Pemanfaatan adalah hal, cara, hasil kerja
dalam memanfaatkan sesuatu yang berguna”. Definisi lain dari manfaat yakni :
manfaat merupakan harapan sama artinya dengan explore penghadapan semata-mata
menunjukan suatu kegiatan menerima. Ada dua hal yang mendorong munculnya
suatu pemanfaatan, yaitu :
1. Adanya oposisi terhadap pandangan deterministis tentang efek media massa.
2. Sedangkan yang kedua yaitu adanya keinginan untuk lepas dari debat yang
berkepanjangan tentang selera media massa.

3.2 Pengertian Ubin

Ubin adalah material padat yang biasanya digunakan untuk lantai atau
dinding, terbuat dari berbagai bahan seperti keramik, batu alam, atau porselen.
Mereka memiliki sifat keras dan tahan lama, cocok untuk digunakan di berbagai
ruang.

Keunggulan ubin sebagai material bangunan antara lain kekuatan, ketahanan


terhadap abrasi dan tahan lama, serta kemudahan dalam perawatan. Selain itu, ubin
juga memiliki beragam pilihan warna dan motif yang memungkinkan untuk
menciptakan berbagai desain yang menarik dan estetis.

8
3.3 Pengertian Marmer

Marmer adalah jenis batuan metamorf yang terbentuk dari batuan kapur yang
mengalami metamorfisme karena tekanan dan panas tinggi di bawah permukaan
bumi. Marmer ditandai dengan tekstur yang halus dan berkilau serta pola unik yang
dihasilkan oleh mineral-mineral seperti kalsit dan dolomit.

Marmer telah digunakan sejak zaman kuno sebagai bahan bangunan dan seni
karena keindahannya. Selain itu, marmer juga dikenal karena kekuatan dan
ketahanannya terhadap abrasi, membuatnya menjadi pilihan yang populer untuk
lantai, dinding, meja, patung, dan berbagai produk seni dan arsitektur lainnya.

3.4 Limbah Potongan Marmer

Limbah potongan marmer adalah sisa dari proses pemotongan, pengolahan,


atau pengerjaan marmer yang dihasilkan dalam industri pengolahan batu alam.
Limbah ini dapat berupa potongan-potongan kecil, serpihan, atau butiran-butiran
halus yang terbentuk selama proses pemotongan atau pengerjaan marmer menjadi
berbagai produk, seperti ubin, lantai, dinding, dan elemen arsitektur lainnya.

Pemanfaatan limbah potongan marmer menjadi semakin penting dalam


konteks keberlanjutan karena dapat mengurangi dampak lingkungan negatif dari
industri pengolahan batu alam. Dengan mengolah limbah potongan marmer menjadi
produk yang bernilai tambah seperti ubin, dapat mengurangi volume limbah yang
masuk ke tempat pembuangan akhir dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya
alam.

9
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Proses Pengolahan Limbah Potongan Marmer Menjadi Ubin

Proses pembuatan ubin dari limbah potongan marmer melibatkan serangkaian


langkah yang terstruktur dan terinci, sebagai berikut:

No Gambar Penjelasan
1 Limbah potongan marmer dikumpulkan dari
berbagai sumber seperti pabrik pengolahan
batu. Kemudian, limbah tersebut dipisahkan
dari material lain seperti tanah dan debu
menggunakan alat pemisah.
2 Potongan-potongan marmer yang telah
terkumpul dibersihkan dari kotoran dan dipilih
berdasarkan kualitasnya. Potongan yang
berkualitas baik dipilah untuk dijadikan bahan
baku utama pembuatan ubin.
3 Potongan-potongan marmer dipotong menjadi
ukuran yang diinginkan menggunakan gergaji
atau mesin pemotong otomatis. Selama proses
ini, diperhatikan untuk meminimalkan
pemborosan dan memperoleh hasil yang
konsisten.
4 Potongan-potongan marmer yang telah
ditempatkan dalam cetakan kemudian
dipadatkan dan diatur dengan rapi agar sesuai
dengan desain yang diinginkan. Proses ini dapat
dilakukan secara manual dengan tangan atau

10
menggunakan alat pemadat otomatis.
5 Potongan marmer yang telah di masukan
cetakan, Selanjutnya menuangkan semen
kedalam cetakan tersebut dan diratakan hingga
masuk ke sela-sela cetakan dan merapikan
permukaan cetakannya
6 Marmer yang sudah mengeras akan di lepaskan
dari cetakkannya dan mendiamkan marmer
tersebut selama satu sampai dua hari didalam
ruangan dan tidak terkena sinar matahari
langsung agar mengeras secara optimal
7 Marmer yang didiamkan dan mengeras secara
optimal akan di ratakan permukaan nya dengan
menggunakan grinda poles sampai permukaan
nya halus dan rata
8 Selanjutnya pemberian resin pada permukaan
ubin marmer, Resin memiliki peran penting
dalam meningkatkan daya tahan dan
penampilannya. Resin membentuk lapisan
pelindung yang melindungi ubin dari
kerusakan, goresan, dan noda. Selain itu, resin
juga meningkatkan kekerasan ubin,
memperkuat strukturnya, dan mengisi cela serta
retakan kecil.

4.2 Manfaat Pemanfaatan Limbah Potongan Marmer Menjadi Ubin

Pemanfaatan limbah potongan marmer menjadi ubin tidak hanya memberikan


solusi terhadap masalah limbah industri, tetapi juga membawa berbagai manfaat
signifikan

11
4.2.1 Pengurangan Limbah

Proses ini mengurangi volume limbah yang dibuang ke tempat pembuangan


akhir, mengurangi tekanan terhadap lingkungan dan menciptakan siklus produksi
yang lebih berkelanjutan.

4.2.2 Penghematan Sumber Daya

Dengan memanfaatkan limbah potongan marmer sebagai bahan baku,


pemanfaatan sumber daya alam dapat dioptimalkan, mengurangi ketergantungan pada
tambang batu alam dan menghemat sumber daya primer.

4.2.3 Nilai Ekonimis

Transformasi limbah menjadi produk bernilai tambah, seperti ubin marmer,


menciptakan peluang ekonomi baru. Hal ini tidak hanya mengurangi biaya
pembuangan limbah, tetapi juga meningkatkan pendapatan perusahaan.

4.2.4 Inovasi Berkelanjutan

Pemanfaatan limbah potongan marmer menjadi ubin mendorong inovasi


dalam industri pengolahan batu alam menuju praktik berkelanjutan. Ini menciptakan
kesadaran akan pentingnya memanfaatkan sumber daya dengan bijak dan
meminimalkan dampak lingkungan.

12
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dalam penelitian ini, proses pengolahan limbah potongan marmer menjadi
ubin telah dibahas secara rinci. Dengan mengacu pada teori pemanfaatan, dijelaskan
bahwa penggunaan limbah potongan marmer sebagai bahan baku untuk ubin tidak
hanya memberikan manfaat lingkungan dengan mengurangi limbah industri, tetapi
juga memberikan berbagai keuntungan ekonomis dan inovasi berkelanjutan.
Langkah-langkah dalam pengolahan limbah potongan marmer menjadi ubin
telah diuraikan dengan jelas, mulai dari pengumpulan limbah hingga tahap
penyelesaian dengan pemberian resin. Proses ini menunjukkan bahwa limbah
potongan marmer dapat diolah menjadi produk bernilai tambah dengan kualitas yang
baik.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, beberapa saran dapat diajukan untuk
pengembangan lebih lanjut dalam pemanfaatan limbah potongan marmer menjadi
ubin:
1. Penelitian Lanjutan: Dilakukan penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan
efisiensi dan kualitas dalam proses pengolahan limbah potongan marmer
menjadi ubin, termasuk pengembangan teknologi dan metode yang lebih
ramah lingkungan.
2. Kerjasama Industri: Menggalakkan kerjasama antara industri pengolahan
batu alam dan produsen ubin untuk memperluas pemanfaatan limbah
potongan marmer dan menciptakan rantai pasok yang berkelanjutan.

13
3. Edukasi dan Kesadaran: Memberikan edukasi dan meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya pemanfaatan limbah dan praktik berkelanjutan
dalam industri batu alam.
4. Regulasi dan Kebijakan: Menyusun regulasi dan kebijakan yang mendukung
pemanfaatan limbah potongan marmer secara mandiri atau melalui insentif
untuk industri yang mengadopsi praktik berkelanjutan.
.

14
DARTAR PUSTAKA

[1] [1] Doddy Setia Graha, (1987), Batuan dan Mineral. marmer

[2] S. Widjaja dalam "Buku Ajar Ilmu Tanah" (2008) ubin

[3]

[4]

[5]

LAMPIRAN

DOKUMENTASI:

15
Gambar 1 mesin Thresher Gambar 2 crossIing Gambar 3 proses crossing
(penebah) MPD

Gambar 4 penimbah contoh Gambar 5 pemilihan sample Gambar 6 buah dalam, buah luar
sample MPD dan buah tengah

16
Gambar 7 buah abnormal Gambar 8 buah normal Gambar 9 penimbang buah
abnormal

Gambar 10 buah normal Gambar 11 daging dikumas dengan Gambar 12 penimbang


pisau daging buah

17
Gambar 13 penimbah daging Gambar 14 penumbuk daging Gambar 15 gambar proses
yang dikupas dengan pisau buah posnir

Gambar 16 proses open

18

Anda mungkin juga menyukai