Anda di halaman 1dari 2

Nama : R.

Irgi Ghiffari Raino

Npm : 221010684

Kelas / Semester : O / 3

Dosen Pengampu : Rahdianasyah, S.H.,M.H

1. Bagaimana jika perusahaan tidak melaksanakan RUPS, lalu dikaitkan dengan pasal
374 KUHP

Jawab :
RUPS adalah forum yang sangat penting dalam sebuah perusahaan, di mana
pemegang saham dapat memberikan persetujuan terhadap keputusan-keputusan
krusial, seperti perubahan anggaran dasar, pembagian dividen, atau pergantian direksi.

Pertama, dari segi hukum perusahaan, ketidaklaksanaan RUPS dapat menyebabkan


kelambatan dalam mengambil keputusan strategis yang mungkin diperlukan untuk
kelangsungan bisnis. Selain itu, ini dapat menciptakan ketidakpastian hukum dan
ketidakjelasan terkait kepemimpinan perusahaan.

Apabila Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tidak dilaksanakan, hal ini dapat
menimbulkan sejumlah konsekuensi hukum dan masalah korporasi. RUPS memiliki
peran penting dalam pengambilan keputusan perusahaan, termasuk perubahan struktur
perusahaan, kebijakan keuangan, dan pengangkatan atau pemecatan direksi. Jika
RUPS tidak dilaksanakan, maka keputusan-keputusan strategis ini mungkin tidak
dapat diambil atau disahkan.

Dalam konteks hukum pidana, penggelapan sebagaimana diatur dalam Pasal 374
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) di Indonesia dapat menjadi masalah
serius jika terkait dengan kegiatan perusahaan. Penggelapan mencakup tindakan
menggelapkan barang atau uang yang dimiliki oleh orang lain dan menyalahgunakan
kepercayaan yang diberikan. Jika terdapat dugaan penggelapan dalam konteks
perusahaan, penyelidikan hukum mungkin diperlukan.

Proses penyelidikan terkait dengan tidak dilaksanakannya Rapat Umum Pemegang


Saham (RUPS) dapat melibatkan beberapa tahapan. Pertama-tama, otoritas penyelidik
atau penegak hukum akan menerima laporan atau pemberitahuan terkait
ketidaklaksanaan RUPS. Setelah menerima informasi tersebut, mereka akan
melakukan pendekatan awal untuk memahami konteks dan relevansi pelanggaran.
Langkah selanjutnya adalah melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen
resmi perusahaan, seperti akta perusahaan, anggaran dasar, dan dokumen RUPS
terkait. Penyelidik juga dapat memeriksa catatan keuangan perusahaan untuk
mengetahui dampak ketidaklaksanaan RUPS terhadap aspek keuangan perusahaan.

Dalam konteks penggelapan yang mungkin terjadi akibat tidak dilaksanakannya


RUPS, penyelidik akan fokus pada indikasi kecurangan atau manipulasi keuangan.
Mereka dapat memeriksa transaksi keuangan, pembayaran, dan arus kas perusahaan
untuk mengidentifikasi potensi penyalahgunaan keuangan. Selain itu, pemeriksaan
terhadap peran individu-individu dalam perusahaan, terutama yang terlibat dalam
pengambilan keputusan terkait RUPS, akan dilakukan.

Penting untuk diketahui bahwa masalah ketidaklaksanaan RUPS sendiri belum tentu
secara langsung terkait dengan penggelapan. Namun, jika dalam penyelidikan
ditemukan indikasi adanya kegiatan penggelapan, penyelidik dapat mengaitkannya
dengan ketidaklaksanaan RUPS. Dalam hal ini, Pasal 374 KUHP (Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana) dapat menjadi dasar hukum.

Pasal 374 KUHP mengatur mengenai penggelapan, yaitu tindak pidana yang
dilakukan oleh seseorang yang dengan sengaja menguasai barang milik orang lain
secara melawan hukum, dengan maksud untuk mempergunakan atau untuk orang lain.
Jika penyelidikan mengarah pada temuan bahwa tidak dilaksanakannya RUPS terkait
dengan upaya menggelapkan keuangan perusahaan, maka pelaku dapat dikenai sanksi
sesuai ketentuan pidana yang ada dalam Pasal 374 KUHP.

Proses penyelidikan ini melibatkan kerjasama antara berbagai pihak, termasuk otoritas
penyelidik, auditor keuangan, dan pihak yang memiliki kepentingan terkait
perusahaan. Selain itu, ketelitian dan kewaspadaan diperlukan agar dapat
mengidentifikasi dan membuktikan keterlibatan pihak-pihak tertentu dalam tindak
pidana penggelapan.

Anda mungkin juga menyukai