Anda di halaman 1dari 11

Vol. I No. 2 Juli Tahun 2016 No.

ISSN 2548-7884

DILEMA PENERAPAN
BUSINESS JUDGMENT RULE DALAM
TRANSAKSI KOMERSIAL BUMN
Prasetio

Program Studi Magister Ilmu Hukum,


Pascasarjana, Universitas Al Azhar Indonesia,
Komplek Masjid Agung Al-Azhar, Jl. Sisingamangaraja,
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, 12110

pprasetio@gmail.com

Abstrak-Direksi BUMN dalam melakukan transaksi dan/atau investasi guna mencapai pendapatan
(revenue) dan pertumbuhan (growth) Perseroan dapat dihadapkan kepada situasi yang dilematis
yang menimbulkan keragu-raguan dalam mengambil keputusan. Hal ini diakibatkan karena
tumpang-tindihnya pengaturan tentang keuangan negara dalam berbagai ketentuan perundang-
undangan pada saat mengidentifikasi atau pun menafsirkan kerugian bisnis. UU Perseroan
Terbatas melindungi direksi dari pertanggungjawaban atas setiap tindakan yang mengakibatkan
timbulnya kerugian perseroan, sepanjang tindakan tersebut dilakukan dengan itikad baik, dengan
kehati-hatian yang wajar, serta untuk kepentingan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.
Konsep ini dikenal sebagai doktrin Business Judgment Rule. Namun jika dihadapkan kepada fakta
yang terjadi dalam tatanan praktis terkait tindak pidana korupsi, perlindungan kepentingan
hukum direksi berdasarkan prinsip business judgment rule cenderung diabaikan dan tidak pernah
diterapkan. Hasil penelitian adalah sebagai berikut: keputusan bisnis direksi persero untuk
melakukan restrukturisasi transaksi komersial persero khususnya yang terkait dengan transaksi
dan/atau investasi dilakukan berdasarkan fiduciary duty yang memenuhi unsur-unsur doktrin
BJR dengan menerapkan sistim pengendalian internal (internal control-system) yang efektif,
manajemen risiko yang mengutamakan kualitas proses kehati-hatian (prudent risk management)
dan kebijakan akuntansi manajemen maupun keuangan yang konservatif, serta sistim pengawasan
(audit) internal maupun eksternal persero yang independen. Kerugian persero atau corporate loss
yang diakibatkan dari penerapan BJR tidak merupakan kerugian negara tetapi kerugian
perusahaan yang lazim disebut risiko bisnis. Ketidakharmonisan peraturan perundang-undangan
saat ini menimbulkan ketidakpastian hukum dan risiko bagi para direksi persero untuk
mengambil keputusan bisnis mengingat dalam praktiknya doktrin BJR telah diabaikan.

Kata kunci: BUMN, restrukturisasi, risiko bisnis, dan business judgment rule

Abstract-In performing transactions and/or investments in order to achieve company revenue and
growth, directors for State Owned Enterprise might be facing a dillematic situation that raised
hesitations in taking strategic decision. It is caused by an overlapping of state financial
arrangements in various legislative provisions in identifying or interpreting, what the meaning of
business loss or corporate loss and state loss are. Company law protected directors from liability in
any actions resulting company loss, as long as all actions conducted goodwill, reasonable prudence
and for the interest regarding the aims and objectives of the company as well. This concept is being
acknowledged as a doctrine of business judgment rule (BJR). However, being confronted to the
facts that occurred in the practical arrangements related to corruption act, the protection of the
26
Vol. I No. 2 Juli Tahun 2016 No. ISSN 2548-7884

legal interests of the directors under BJR principle was tending to be disregarded and never
implemented in some cases. The result of the research are as follow: directors for State Owned
Enterprise restructuring Persero commercial agreements particularly transaction and/or
investment had to be conducted under fiduciary duty that comply to business judgment rule as
doctrine which applying efective internal control, prudent risk management process, conservative
management & financial accounting policy and independently internal and/or external audit
system. A State Owned Enterprise loss or corporate loss resulting from the implementation of
business judgment rule did not constitute a state loss, but a corporate loss which was commonly
called as business risk. Existing legislation disharmony has led to legal uncertainty and risk for
State Owned Enterprise directors when taking a business decision since in practice the
implementation of BJR doctrine has been disregarded.

Keywords: BUMN (State Own Enterprises), restructuring, business risk, and business judgment
rule

PENDAHULUAN menyangkut keuangan negara dalam berbagai


peraturan perundang-undangan menimbulkan
Menyimak UU Perseroan Terbatas, terdapat suatu kerancuan dan kesenjangan nilai dalam
doktrin business judgment rule sebagai salah satu pengukuran kinerja direksi, juga risiko hukum
prinsip yang memberi perlindungan bagi direksi yang dihadapi dalam menjalankan fungsinya.
dari pertanggungjawaban atas setiap tindakan yang Kerancuan dan kesenjangan norma dalam
diambilnya yang mengakibatkan timbulnya pengukuran kinerja direksi tersebut, jelas menjadi
kerugian perseroan, sepanjang tindakan tersebut dilema atau pilihan antara dua soal yang sulit bagi
dilakukan dengan itikad baik, dengan kehati-hatian direksi dalam melakukan berbagai transaksi untuk
yang wajar, untuk kepentingan sesuai dengan mencapai revenue dan growth perseroan. Dalam
maksud dan tujuan perseroan. Doktrin business aspek hukum perseroan, pengukuran kinerja dan
judgment rule tersebut dapat dijumpai dalam Pasal pertanggungjawaban direksi dalam menjalankan
97 ayat (5) UU Perseroan Terbatas yang fungsinya sebagai pengelola atau pengurus
menyatakan: perseroan, dilakukan melalui mekanisme dan
lembaga RUPS, baik itu RUPS Tahunan maupun
“Anggota Direksi tidak dapat dipertanggung- RUPS lainnya (sering disebut atau dikenal sebagai
jawabkan atas kerugian Perseroan apabila dapat RUPS Luar Biasa, dilakukan sesuai dengan
dibuktikan: (a) kerugian tersebut bukan karena kebutuhan dan kepentingan perseroan).
kesalahan atau kelalaiannya; (b) telah melakukan
pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian Kegiatan transaksi dan/atau investasi yang
untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan dilakukan direksi untuk mendorong pertumbuhan
tujuan Perseroan; (c) tidak mempunyai benturan dan kemajuan perseroan, tidak tertutup
kepentingan baik langsung maupun tidak langsung kemungkinan salah satu diantaranya tidak sesuai
atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan dengan apa yang direncanakan sebelumnya, dalam
kerugian; dan (d) telah mengambil tindakan untuk arti pada transaksi tersebut terjadi kerugian
mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian keuangan perseroan atau corporate loss yang
tersebut.” dengan logika dan pengujian yang wajar dan patut,
digolongkan sebagai kerugian bisnis. Namun
Namun jika dihadapkan kepada fakta yang terjadi kenyataannya dalam corporate loss tersebut tidak
dalam tatanan praktis terkait tindak pidana korupsi tertutup kemungkinan atau bahkan sering sekali
maka perlindungan kepentingan hukum direksi menjadi objek pemeriksaan aparat penegak hukum
berdasarkan doktrin business judgment rule dalam hal ini Kepolisian, Kejaksaan dan atau
tersebut, cenderung diabaikan dan tidak Komisi Pemberantasan Korupsi, serta
diterapkan. Adanya tumpang tindih pengaturan kemungkinan pemeriksaan tersebut sampai kepada
27
Vol. I No. 2 Juli Tahun 2016 No. ISSN 2548-7884

tahap persidangan di pengadilan. Akibatnya setiap kebijakan atau keputusan bisnis atau
peristiwa corporate loss yang tergolong sebagai transaksi yang mengakibatkan kerugian bagi
kerugian bisnis tersebut, sering dianggap atau perusahaan, selama kebijakan atau keputusan
dapat dipersamakan sebagai kerugian negara atau bisnis atau transaksi bisnis tersebut dilakukan
state loss. Kerancuan dan ketidaksamaan dengan itikad baik, penuh kehati-hatian, kejujuran
pemahaman seperti ini, mengakibatkan risiko sejalan dengan tanggung jawab dan wewenangnya.
hukum yang timbul dan menimpa direksi, menjadi Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas
sesuatu hal yang sangat tidak dapat diperkirakan maka dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya
(unpredictable), termasuk kemungkinan berhenti BJR merupakan aturan (doctrine atau
atau diberhentikan dari jabatannya. Kondisi ini presumption) yang memberikan kekebalan atau
bukan saja memberi dilema bagi direksi, tetapi perlindungan bagi manajemen perseroan (direksi)
menimbulkan pengaruh yang negatif bagi dari setiap tanggung jawab yang lahir sebagai
pertumbuhan usaha atau corporate growth, akibat dari transaksi atau kegiatan yang dilakukan
khususnya apabila dihadapkan kepada kondisi olehnya sesuai dengan batas-batas kewenangan
persaingan dalam bisnis yang dikelola perseroan. dan kekuasaan yang diberikan kepadanya, dengan
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka rumusan pertimbangan bahwa kegiatan tersebut telah
masalah yang dapat dikemukakan adalah sebagai dilakukan dengan memperhatikan standar kehati-
berikut: hatian dan itikad baik serta bertanggungjawab.
1. Apakah restrukturisasi transaksi komersial PT
(Persero) khususnya yang terkait dengan Perhitungan direksi dalam melakukan
transaksi dan/atau investasi memiliki karakter restrukturisasi transaksi komersial persero harus
business judgment rule? didasarkan perhitungan yang cermat, matang dan
2. Apakah setiap ”corporate loss” dari PT hati-hati. Dalam mengambil keputusan, direksi
(Persero) yang diakibatkan dari business harus mengumpulkan dan menganalisa semua
judgment rule harus digolongkan pada informasi yang diperlukan serta memperhitungkan
kerugian keuangan negara? semua risiko yang mungkin timbul. Direksi harus
3. Apakah pemberlakukan business judgment mampu memberikan keputusan untuk bertindak
rule dalam pengelolaan PT (Persero) sebagai apabila menghadapi pilihan apakah lebih baik
kekuatan ekonomi nasional tergantung pada menghadapi risiko yang mungkin timbul setelah
peraturan perundang-undangan lain? mengetahui adanya kemungkinan tingkat
pengembalian proyek (project financial return)
TINJAUAN PUSTAKA yang menguntungkan ataukah lebih baik
menghindari risiko. Karenanya direksi BUMN
Business Judgment Rule (BJR) adalah salah satu dituntut untuk dapat memahami manajemen risiko
dari beberapa doktrin dalam hukum perusahaan sebagai bentuk penerapan prinsip kehati-hatian
yang harus dijalankan oleh direksi perseroan serta tata kelola perusahaan yang baik.
terbatas guna memenuhi fiduciary duty. Doktrin
ini pada awalnya digunakan dalam hukum Untuk membantu memperhitungkan risiko ini,
perusahaan negara Amerika Serikat. Negara diperlukan adanya pihak yang menangani
Amerika Serikat sebagai penganut sistem hukum manajemen risiko, yang merupakan unit
common law, memiliki yurisprudensi sumber independen untuk membentuk business judgment
hukum utama. BJR, menurut Angela Scheeman, yang baik. Pembentukan unit independen ini
merupakan doktrin yang mengajarkan bahwa merupakan syarat utama untuk memitigasi
direksi perseroan tidak bertanggungjawab atas kemungkinan terjadinya fraud di dalam perseroan
kerugian yang timbul dari suatu tindakan sebagai bentuk penerapan six eyes principle
pengambilan keputusan, apabila tindakan tersebut (prinsip yang dikenal di dalam pengendalian intern
didasarkan pada itikad baik dan hati-hati. perusahaan yang memisahkan antara unit pengusul
transaksi komersial dengan unit independen
Jadi BJR adalah perlindungan hukum bagi direktur sebagai pengkaji serta unit pemberi persetujuan
dan jajarannya dari pertanggungjawaban atas yang dalam hal ini adalah direksi). Istilah lain dari
28
Vol. I No. 2 Juli Tahun 2016 No. ISSN 2548-7884

six eyes principle dalam terminologi pengendalian METODE PENELITIAN


intern adalah segregation of dutie . Saat ini di
beberapa persero telah terbentuk adanya tim yang Metode pendekatan yang digunakan dalam
menangani manajemen risiko tersebut. Dengan penulisan ini adalah pendekatan normatif empiris
manajemen risiko dapat diketahui cara- melalui penelitian kepustakaan (library research)
cara/metode yang tepat untuk menghindari atau serta penelitian lapangan (field research) yang
mengurangi kerugian yang diderita perseroan (risk terkait dengan aspek hukum perseroan dan BUMN
mitigation), sebagai akibat ketidakpastian (Persero).
terjadinya peristiwa yang merugikan. Namun
demikian, future can not be predicted, masa depan HASIL DAN PEMBAHASAN
merupakan hak prerogative Tuhan. Tidak ada satu
manusia pun yang dapat dengan penuh konsisten I. Karakter Business Judgment Rule dalam
dan kebenaran mengetahui masa depan. Restrukturisasi Transaksi Komersial PT
(Persero)
Dalam melakukan restrukturisasi transaksi
komersial persero khususnya yang terkait dengan Perhitungan direksi dalam melakukan
transaksi dan/atau investasi, maka direksi harus restrukturisasi transaksi komersial persero
menerapkan prinsip good corporate governance harus didasarkan perhitungan yang cermat,
sebagaimana dimaksud dalam UU BUMN. matang dan hati-hati. Dalam mengambil
Fiduciary relationship antara direksi dengan keputusan, direksi harus mengumpulkan dan
perseroan membebankan kewajiban bagi direksi menganalisa semua informasi yang diperlukan
untuk melakukan usaha terbaiknya sehingga serta memperhitungkan semua risiko yang
menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi mungkin timbul. Direksi harus mampu
stakeholder, termasuk di dalamnya adalah memberikan keputusan untuk bertindak
pemegang saham (shareholders), yang dalam hal apabila menghadapi pilihan apakah lebih baik
ini adalah Negara Republik Indonesia. menghadapi risiko yang mungkin timbul
setelah mengetahui adanya kemungkinan
Dengan adanya doktrin business judgment rule tingkat pengembalian proyek (project financial
bagi direksi dalam melaksanakan tugas dan return) yang menguntungkan ataukah lebih
tanggung jawabnya sebagai pengurus perseroan, baik menghindari risiko. Karenanya direksi
maka pertimbangan dari direksi tidak dapat BUMN dituntut untuk dapat memahami
diganggu gugat atau ditolak oleh pengadilan atau manajemen risiko sebagai bentuk penerapan
oleh para pemegang saham. Direksi tidak dapat prinsip kehati-hatian serta tata kelola
dibebani tanggung jawab atas akibat-akibat yang perusahaan yang baik.
timbul karena telah diambilnya suatu keputusan
bisnis dikarenakan dalam mengambil keputusan, Dengan adanya doktrin business judgment rule
direksi telah melakukan pertimbangan matang (BJR) bagi direksi dalam melaksanakan tugas
(pre-assessment). Hal ini didasarkan pada dan tanggung jawabnya sebagai pengurus
pemahaman bahwa, memperkirakan masa depan perseroan, maka pertimbangan dari direksi
secara konsisten merupakan hal yang tidak tidak dapat diganggu gugat atau ditolak oleh
mungkin, dan dunia bisnis penuh dengan pengadilan atau oleh para pemegang saham.
ketidakpastian. Analisa pre-assessment tentunya Direksi tidak dapat dibebani tanggung jawab
sangat berbeda dengan analisa post-audit yang atas akibat-akibat yang timbul karena telah
biasa dilakukan oleh badan pemeriksa atau diambilnya suatu keputusan bisnis
auditor, mengingat pre-assessment berkaitan dikarenakan dalam mengambil keputusan,
dengan masa depan yang merupakan misteri direksi telah melakukan pertimbangan matang
sementara post-audit berkaitan dengan peristiwa (pre-assessment). Hal ini didasarkan pada
yang telah terjadi. pemahaman bahwa, memperkirakan masa
depan secara konsisten merupakan hal yang
tidak mungkin, dan dunia bisnis penuh dengan
29
Vol. I No. 2 Juli Tahun 2016 No. ISSN 2548-7884

ketidakpastian. Analisa pre-assessment persetujuan RUPS, dan melaporkan hasil


tentunya sangat berbeda dengan analisa post- auditnya hanya kepada RUPS pula.
audit yang biasa dilakukan oleh badan
pemeriksa atau auditor, mengingat pre- Konsep kerugian menurut akuntansi dapat
assessment berkaitan dengan masa depan yang diketahui melalui penyusunan laba rugi
merupakan misteri sementara post-audit dikenal adanya konsep penandingan (matching
berkaitan dengan peristiwa yang telah terjadi. concept) yaitu membandingkan beban dengan
Apabila merujuk pada doktrin hukum business pendapatan yang dihasilkan selama periode
judgment rule, sepanjang transaksi komersial terjadinya beban dan pendapatan tersebut.
yang dilakukan para anggota direksi dalam Apabila jumlah beban yang terjadi dalam
melaksanakan pengurusan persero telah periode waktu tertentu lebih besar daripada
memenuhi prinsip-prinsip di atas, serta sesuai jumlah pendapatan yang dihasilkan, maka
dengan maksud dan tujuan pembentukan perusahaan akan mengalami kerugian. Laba
persero, maka para anggota direksi tersebut bersih merupakan jumlah dalam laporan laba
secara umum telah terlindungi. Keputusan rugi apabila pendapatan melebihi beban. Laba
bisnis para anggota direksi itupun tidak dapat merupakan kelebihan pendapatan atas beban
diperiksa pengadilan, terlepas dari hasil akhir yang dikeluarkan dalam proses menghasilkan
yang didapatkan, apakah perseroan mengalami pendapatan. Laba juga bisa diartikan jumlah
kerugian ataukah keuntungan. Namun rupiah bersih yang diperoleh setelah semua
demikian, business judgment rule juga tetap pendapatan dan untung dikurangi dengan
memberikan perlindungan hukum bagi pihak semua biaya dan rugi. Rugi bersih merupakan
yang dirugikan untuk mengajukan tuntutan pengurangan bersih pada modal pemilik yang
hukum kepada pengambil keputusan dalam hal berasal dari kegiatan mencari laba. Rugi juga
keputusan tidak dilakukan berdasarkan bisa diartikan sebagai jumlah dalam laporan
prinsip-prinsip di atas. rugi laba apabila pendapatan kurang dari
beban.
Dalam praktiknya negara selaku pemegang
saham pada PT (Persero) merasa dirugikan, Syarat adanya perbuatan melawan hukum
karenanya melalui Jaksa Penuntut Umum, dalam melakukan penyelidikan terhadap suatu
dilakukan penuntutan atas pelaku perbuatan transaksi komersial atas dugaan tindak pidana
maupun pengambilan keputusan yang korupsi pada dasarnya tidak memiliki landasan
dianggap menyebabkan terjadinya kerugian di yuridis serta meniadakan doktrin BJR. Tanpa
pihak pemegang saham tersebut. Karena adanya bukti bahwa telah terjadi kecurangan
kerugian yang ditimbulkan tersebut dianggap dalam perseroan atau yang lebih dikenal
sebagai kerugian negara, maka terhadap dengan sebutan piercing the corporate veil
pribadi pelaku terkait diajukan tuntutan tindak maka sulit untuk mengajukan tuntutan secara
pidana korupsi. JPU telah mencampuradukkan pribadi kepada para direksi dan atau
kasus dalam ranah perdata ke dalam kasus komisaris. Dengan demikian pengambilan
pidana korupsi. JPU berlandaskan hasil audit keputusan direksi sepanjang telah dilakukan
dari BPK secara sepihak telah menyimpulkan sesuai dengan governance yang berlaku
bahwa negara memiliki kewenangan untuk (sesuai anggaran dasar, penerapan risk
ikut campur dalam pengelolaan dan management berupa six eyes principle, serta
pengurusan perseroan yang menurut hukum pengendalian intern yang konservatif dan
perusahaan dikategorikan sebagai hubungan efektif) maka pengambilan keputusan direksi
keperdataan antara para pemegang saham tersebut bukanlah merupakan pelanggaran
dengan direksi dan komisaris perusahaan. hukum.
Pemeriksaan laporan keuangan perusahaan
tidaklah menjadi kewenangan BPK meskipun
BPK dapat saja melakukannya sepanjang
diminta oleh para pemegang saham melalui
30
Vol. I No. 2 Juli Tahun 2016 No. ISSN 2548-7884

II. Penggolongan ”Corporate Loss” Dari PT dan di dalam contoh itu ada kaedah yang
(Persero) yang Diakibatkan dari Business mengatakan bahwa kebijakan secara tepat itu
Judgment Rule Menjadi Kerugian Keuangan di dasarkan atas “kelaziman dalam dunia
Negara usaha sejenis“. Kelaziman dalam dunia usaha
sejenis ini secara teoritis sulit diberikan
Lingkup norma hukum perbuatan “mengurus“ kriterianya atau ukurannya. Di dalam praktik
Perseroan itu pada dasarnya ada dua yaitu: tidak tertutup kemungkinan dapat diberikan
beheer van daden dan beschikking van daden. tafsiran secara luas atau sempit. Oleh sebab itu
Yang biasanya dirumuskan dalam Anggaran perlu “kearifan“ pengurus sebagai organ
Dasar PT adalah kaedah “beschikking daden“ perseroan yang diberi tugas, wewenang dan
dengan kaedah “larangan”. Di dalam UU tanggung jawab mengurus perseroan. Menurut
Perseroan Terbatas juga terdapat rumusan hemat Penulis, kebijakan yang dipandang
“beschikking daden“ sebagaimana dapat tepat adalah kebijakan yang dapat
dilihat di dalam ketentuan Pasal 102 ayat (1) mendatangkan keuntungan bagi perseroan,
yang mengatakan bahwa Direksi wajib kebijakan yang berguna bagi kepentingan PT.
meminta persetujuan RUPS untuk: a. UU Perseroan Terbatas memberikan
mengalihkan kekayaan Perseroan; atau b. kelonggaran untuk dijabarkan sendiri dalam
menjadikan jaminan utang kekayaan praktik asalkan hal itu sesuai dengan norma-
Perseroan, yang merupakan lebih dari 50 % norma kelaziman dalam dunia usaha sejenis.
(lima puluh persen) jumlah kekayaan bersih
Perseroan dalam 1 (satu) transaksi atau lebih, Dalam perkembangan baru sekarang ini yang
baik yang berkaitan satu sama lain maupun mulai memandang penting penerapan prinsip
tidak. Perbuatan “mengalihkan dan tata kelola perusahaan yang baik (Good
menjadikan jaminan utang kekayaan PT“ Corporate Governance), disamping
adalah contoh perbuatan beschikking dalam kepentingan pemegang saham dan
hukum PT. Secara a contrario, kaedah yang kepentingan PT sendiri, masih ada
tidak dirumuskan di dalam Anggaran Dasar kepentingan lain dalam PT, seperti
dengan ketentuan harus mendapat persetujuan kepentingan karyawan, kepentingan pihak ke
RUPS atau Dewan Komisaris, perbuatan tiga atau kreditur, kepentingan negara dan
tersebut masuk dalam lingkup perbuatan sebagainya. Filosofi pengaturan demikian
pengurusan. Perbuatan itu adalah perbuatan adalah bertujuan memberikan perlindungan
yang biasa sehari-hari dilakukan oleh Direksi hukum kepada Perseroan dan sekaligus kepada
dalam mengurus PT. pemegang saham secara intern. Jika pemegang
saham atau pihak ketiga atau orang di luar PT
Ketentuan Pasal 92 ayat (2) UU Perseroan ada yang merasa dirugikan atas perbuatan
Terbatas mengatur bahwa direksi berwenang Direksi, maka Pihak tersebut berdasarkan alas
menjalankan pengurusan sesuai dengan hak umum “perbuatan melawan hukum“
kebijakan yang dipandang tepat dalam batas menurut Pasal 1365 KUHPerdata dapat saja
UU dan/atau Anggaran Dasar. Yang dimaksud melakukan gugatan ke Pengadilan Negeri
dengan “kebijakan yang dipandang tepat“ kepada Direksi yang bersangkutan.
adalah kebijakan yang antara lain didasarkan
pada keahlian, peluang yang tersedia, dan Kerugian negara mempunyai implikasi
kelaziman dalam dunia usaha sejenis. korupsi jika kerugian negara tersebut
Kebijakan yang dipandang tepat di dalam disebabkan perbuatan melawan hukum atau
Pasal 92 ayat (2) UU Perseroan Terbatas ini penyalahgunaan wewenang. Disamping itu,
secara teoritis masuk dalam kategori “blanket kerugian negara dapat terjadi pula karena
norm“ (open norm) . Apa yang dimaksud pertimbangan bisnis yang tidak tepat. Misal
dengan “kebijakan yang dipandang tepat“ untuk keperluan stok BBM supaya tidak
hanya diberikan contoh secara demonstratif terjadi kekurangan, BUMN pada saat ini
(tidak limitatif) dengan kata-kata ”antara lain” membeli solar sebanyak 1000 ton dengan
31
Vol. I No. 2 Juli Tahun 2016 No. ISSN 2548-7884

harga Rp. 600 juta/ton, keesokan harinya Manajemen risiko dipersamakan perannya
ternyata solar mengalami penurunan harga sebagai bentuk dari perencanaan (planning),
menjadi Rp. 500 juta/ton. Dalam situasi sedangkan akuntansi diartikan sebagai bentuk
demikian Persero tersebut mengalami pengendalian dari rencana, yaitu organizing,
kerugian Rp. 100 juta/ton tetapi kerugian actuating, dan controlling. Dalam fungsi
tersebut hanya semata-mata karena pengawasan termasuk di dalamnya adalah
pertimbangan bisnis, tidak dapat dinyatakan audit, baik internal maupun eksternal. Apabila
melakukan perbuatan hukum yang merugikan seluruh rangkaian tersebut telah dijalankan
keuangan negara. Langkah yang tepat harus oleh direksi atau pun pimpinan manajemen
dilakukan oleh aparat hukum adalah mengkaji perusahaan maka kepadanya diberikan
apakah direksi dalam menjalankan pembebasan tanggung jawab atas potensi
kewenangannya telah memenuhi business risiko bisnis dan risiko hukum yang terjadi di
judgment rule (Pasal 97 ayat (5) UU Perseroan masa depan.
Terbatas) ataukah tidak? Kerugian yang terjadi
dalam pengambilan keputusan profesional III. Ketergantungan Pemberlakuan Business
(BUMN atau BUMD) tidak boleh dianggap Judgment Rule Dalam Pengelolaan PT
sebagai suatu tindakan sengaja yang setara (Persero) Terhadap Peraturan Perundang-
dengan melakukan financial fraud, melainkan undangan Lain.
masih dalam tataran kesalahan pengelolaan.
Persero memang bertujuan profit oriented, Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian
namun demikian dalam prakteknya dapat juga sebelumnya mengenai keberadaan doktrin
mengalami kerugian. Jika kerugian tersebut business judgment rule di Indonesia, UU
masih dalam lingkup rule and regulation, Perseroan Terbatas tidak menyebutkan secara
maka perbuatan tersebut tidak berimplikasi tegas tentang pengaturan business judgment
pidana. rule maupun fiduciary duty. Namun para ahli
berpendapat bahwa doktrin business judgment
Richard Posner dalam teori economic analysis rule dianut oleh ketentuan Pasal 97 Ayat (5)
of law atau yang lebih dikenal sebagai teori UU Perseroan Terbatas. Direksi tidak
analisa ekonomi dalam hukum. Posner bertanggung jawab atas kerugian yang dialami
menggambarkan analisis ekonomi dari hukum perseroan apabila dapat membuktikan bahwa:
sebagai teori hukum, akan tetapi analisis 1. Kerugian tersebut bukan merupakan
ekonomi tersebut juga dapat dipandang kesalahan atau kelalaiannya;
sebagai teori keadilan ketika dia mengatakan 2. Telah melakukan pengurusan dengan
bahwa ”the most common meaning of justice itikad baik dan hati-hati untuk kepentingan
is efficiency”. Apabila dikaitkan dengan perseroan semata, serta sesuai dengan maksud
ketentuan Pasal 97 ayat (5) UU Perseroan dan tujuan perseroan;
Terbatas maka direksi dan manajemen 3. Tidak mempunyai benturan kepentingan;
perusahaan dalam pengambilan keputusan 4. Telah mengambil tindakan yang
bisnis harus menerapkan itikad baik dan diperlukan untuk mencegah timbul atau
kehati-hatian. Itikad baik dan kehati-hatian ini berlanjutnya kerugian tersebut.
diterjemahkan sebagai kesesuaian proses
pengambilan keputusan dengan kebijakan dan Ketentuan Pasal 11 UU BUMN mengatur
proses bisnis (business process) yang telah bahwa pengelolaan Persero dilakukan
ditetapkan oleh perusahaan. Kebijakan ini berdasarkan UU Perseroan Terbatas. Ratio
diterapkan dengan disiplin tinggi. Makna legis-nya, apabila terjadi kerugian Persero atau
itikad baik dan kehati-hatian dalam Pasal 97 corporate loss yang diakibatkan dari
ayat (5) UU Perseroan Terbatas harus penerapan business judgment rule maka
diartikan sebagai penerapan ilmu ekonomi kerugian tersebut tidak merupakan kerugian
yakni manajemen risiko dan akuntasi dalam negara tetapi kerugian perusahaan sebagai
setiap pengambilan keputusan bisnis. konsekuensi terhadap adanya risiko bisnis.
32
Vol. I No. 2 Juli Tahun 2016 No. ISSN 2548-7884

Adapun kerugian suatu Persero merupakan didalilkan dapat merugikan kerugian negara.
bentuk kerugian yang sering terjadi dalam Dapat dikatakan telah terjadi salah pengertian
dunia usaha, khususnya dalam kondisi dunia dan penerapan apa yang dimaksud dengan
usaha saat ini yang sangat kompetitif. Persero keuangan negara. Begitu juga tidak ada yang
tunduk kepada rezim hukum keperdataan salah dengan pengertian keuangan negara
khususnya UU BUMN dan tidak berada di dalam UU Keuangan Negara. Pasal 1 Angka 1
bawah rezim hukum pidana khususnya UU UU Keuangan Negara menyatakan keuangan
No. 31 Tahun 1999 yang telah diubah dengan negara adalah semua hak dan kewajiban
UU No. 20 Tahun 2001 Tentang negara yang dapat dinilai dengan uang, serta
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, segala sesuatu baik berupa uang maupun
meskipun telah terjadi kerugian pada Persero barang yang dapat dijadikan milik negara
tersebut. berhubung dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut.
Apabila kekayaan negara dipisah lalu
diserahkan kepada BUMN selaku korporasi Konsisten dengan konsep pemisahan kekayaan
yang tunduk pada aturan Hukum Perdata (UU di atas, Erman Rajagukguk juga berpendapat
Perseroan Terbatas), berarti hak milik sudah bahwa kekayaan negara yang dipisahkan
berpindah kepada BUMN, selanjutnya risiko dalam BUMN dalam lahirnya berbentuk
pun juga berpindah. Saat menerima saham yang dimiliki negara, bukan harta
penyerahan benda kekekayaan negara, lalu kekayaan BUMN tersebut. Menurut Erman
menjadi pemilik, maka demi menangkal risiko Rajagukguk, kerancuan mulai terjadi dari
yang muncul di belakang hari BUMN yang Penjelasan UU Keuangan Negara berkaitan
diwakili oleh Direksi, akan secara hati-hati, dengan pengertian dan ruang lingkup
jujur, dan cermat akan mengelola aset keuangan negara yang menyatakan:
miliknya dengan seksama. Dalam bisnis
meskipun misalnya sudah berhat-hati dan jujur “Pengertian yang digunakan dalam
namun tetap rugi, maka ini memang risiko merumuskan Keuangan Negara adalah dari
bisnis. Artinya jika dalam korporasi timbul sisi obyek, subyek, proses, dan tujuan. Dari
kerugian maka hal tersebut merupakan risiko sisi obyek yang dimaksud dengan Keuangan
bisnis, dan yang menanggung adalah korporasi Negara meliputi semua hak dan kewajiban
sebagai pemilik aset yang dijadikan transaksi negara yang dapat dinilai dengan uang,
saat melaksanakan bisnis. Berarti kerugian termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang
yang timbul itu adalah kerugian BUMN fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan
sebagai korporasi, sedangkan negara yang negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu
sudah menyerahkan kepemilikan asetnya, baik berupa uang, maupun berupa barang yang
tidak dapat mengklaim kerugian korporasi itu dapat dijadikan milik negara berhubung
sebagai kerugian negara, mengingat negara dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
bukan lagi pemilik benda/aset tersebut, yang tersebut. Dari sisi subyek dimaksud dengan
berarti juga tidak lagi harus memikul risiko. keuangan negara meliputi seluruh obyek
Disinilah adagium hukum berlaku bahwa sebagaimana tersebut di atas dimiliki negara,
pemiliklah yang memikul risiko atas benda dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat,
miliknya, bukan negara yang sudah Pemerintah Daerah, Perusahaan
melepaskan kepemilikannya lewat negara/daerah, dan badan lain yang ada
levering/penyerahan yang sudah dilakukannya kaitannya dengan keuangan negara. Dari sisi
dari awal pemisahan. proses, Keuangan Negara mencakup seluruh
rangkaian kegiatan yang berkaitan
Erman Rajagukguk menambahkan, dalam pengelolaan obyek sebagaimana tersebut di
kenyataannya sekarang ini tuduhan korupsi atas mulai dari perumusan kebijakan dan
juga dikenakan terhadap tindakan direksi pengambilan keputusan sampai dengan
BUMN dalam transaksi-transaksi yang pertanggungjawaban. Dari sisi tujuan,
33
Vol. I No. 2 Juli Tahun 2016 No. ISSN 2548-7884

Keuangan Negara meliputi seluruh kebijakan, disimpulkan bahwa UU 31 Tahun 1999


kegiatan dan hubungan hukum atau mengartikan keuangan negara dari sudut
penguasaan obyek sebagaimana tersebut di objeknya, sedangkan UU Keuangan Negara
atas dalam rangka pemerintahan negara. mengartikan keuangan negara dari subjeknya.
Bidang pengelolaan Keuangan Negara yang Dari sisi ini siapapun yang terlibat dalam
demikian luas dapat dikelompokkan dalam sub pelaksanaan hukum tidak menggunakan
bidang pengelolaan fiskal, sub bidang pendekatan atau kriteria yang sama, dapat
pengelolaan moneter, dan sub bidang. dipastikan dalam pelaksanaannya akan
Pengelolaan kekayaan negara yang menimbulkan permasalahan.
dipisahkan”.
Menurut Ridwan Khairandy, jika aparat
Dalam pengamatan Nindyo Pramono, dari penegak hukum masih menganut paham
definisi keuangan negara yang dirumuskan kekayaan BUMN adalah kekayaan negara,
kedua undang-undang di atas dapat dilihat negara juga harus bertanggungjawab terhadap
adanya definisi keuangan negara yang di seluruh utang yang dimiliki BUMN. APBN
dalamnya memasukkan kekayaan negara akan terkuras untuk membayar utang-utang
sebagai bagian keuangan negara, namun kedua BUMN yang begitu besar. Sangat
undang-undang itu tidak memberikan tolok disayangkan dalam perkembangan hukum di
ukur yang sama tentang unsur-unsur apa dari Indonesia saat ini, telah terjadi
keuangan negara. UU No. 31 Tahun 1999 ketidakharmonisan diantara peraturan
memberikan batasan atau tolok pengertian perundang-undangan yang berlaku. Menurut
yang sangat luas yaitu meliputi seluruh Nindyo Pramono, ketidakharmonisan ini
kekayaan negara dalam bentuk apapun, antara lain terjadi pada peraturan perundangan
sedangkan UU Keuangan Negara memberikan sebagaimana dijelaskan di atas, yaitu UU
batasan keuangan negara yang lebih sempit Perseroan Terbatas dengan undang-undang
yaitu semua hak dan kewajiban negara yang lain tentang Tipikor, BPK, Keuangan Negara,
dapat dinilai dengan sejumlah uang. Perbendaharaan Negara, Pasar Modal, atau
BUMN. Peraturan yang masuk lingkungan
Dari dua definisi itu saja orang dapat berdebat. hukum bisnis itu kadang saling bertentangan
Jika mengacu kepada UU No. 31 Tahun 1999, pada segi tertentu. Ketidakharmonisan
keuangan negara berarti seluruh keuangan acapkali terjadi saat penggabungan rezim
negara, sedangkan jika mengacu kepada UU hukum perdata dengan rezim hukum pidana.
Keuangan Negara, keuangan negara berarti Beberapa perbuatan yang sifatnya perdata
hak dan kewajiban negara. Samakah makna ditarik-tarik untuk masuk ke ruang pidana.
hukumnya “seluruh kekayaan negara” dengan Akibatnya, muncul perbedaan persepsi ketika
“hak dan kewajiban negara”? Jawabannya normanya diterapkan dalam praktik. Selain itu
pasti beda. Di satu sisi wujudnya atau tidak sedikit peraturan yang terkesan
unsurnya adalah seluruh kekayaan atau dapat mengabaikan doktrin business judgment rule.
diperluas dengan istilah seluruh harta Karenanya diperlukan suatu reformasi hukum
kekayaan negara. Di sisi yang lain wujud atau segera.
unsurnya adalah hak dan kewajiban. Jika
dikaji lebih lanjut, hak dan kewajiban itu erat
kaitannya dengan subjek hukum. Menurut
hukum, hanya subjek hukum menyandang hak
dan kewajiban. PT (Persero) adalah subjek
hukum, karena PT (Persero) adalah badan
hukum. Harta kekayaan adalah sesuatu atau
objek yang dapat dimiliki atau dikuasai oleh
subjek hukum yang menyandang hak dan
kewajiban itu. Dari uraian di atas dapat
34
Vol. I No. 2 Juli Tahun 2016 No. ISSN 2548-7884

KESIMPULAN Kekhawatiran ini dapat berujung pada penundaan


bahkan peniadaan pengambilan keputusan yang
Pertama, keputusan bisnis direksi persero untuk dapat menyebabkan terhentinya perkembangan
melakukan restrukturisasi transaksi komersial Persero dan menyebabkan Persero menjadi
persero khususnya yang terkait dengan transaksi stagnan bahkan mundur dalam sistem
dan/atau investasi dilakukan berdasarkan fiduciary perekonomian Indonesia yang pada gilirannya
duty yang memenuhi unsur-unsur doktrin BJR akan menghambat tujuan didirikannya Persero
dengan menerapkan sistim pengendalian internal sebagai salah satu pelaku ekonomi dalam sistem
(internal control-system) yang efektif, manajemen perekonomian nasional, disamping usaha swasta
risiko yang mengutamakan kualitas proses kehati- dan koperasi.
hatian (prudent risk management) dan kebijakan
akuntansi manajemen maupun keuangan yang DAFTAR PUSTAKA
konservatif, serta sistim pengawasan (audit)
internal maupun eksternal persero yang Ali, Masyhud, Manajemen Risiko, Strategi
independen. Direksi dalam mengambil keputusan Perbankan dan Dunia Usaha Menghadapi
harus sudah memperoleh masukan yang Tantangan Globalisasi Bisnis, PT Raja Grafindo
selayaknya diperlukan terkait dengan keputusan Persada, Jakarta, 2006.
yang akan diambil dan pula telah menempuh
proses atau langkah-langkah yang sewajarnya Erman Rajagukguk, Nyanyi Sunyi Kemerdekaan
dalam pengambilan keputusan bisnis berdasarkan Menuju Indonesia Negara Hukum Demokratis,
pada itikad baik, dengan pengertian bahwa tidak Lembaga Studi Hukum dan Ekonomi Universitas
ada seorang pun dari anggota direksi yang Indonesia, Depok, 2006
mengetahui bahwa akibat dari keputusan tersebut
akan menimbulkan kerugian bagi perseroan secara Khairandy, Ridwan, Perseroan Terbatas: Doktrin,
nyata, yang diakibatkan dari suatu perbuatan Peraturan Perundang-undangan, dan
curang atau melawan hukum. Kedua, kerugian Yurisprudensi, Edisi Revisi, Total Media,
persero atau corporate loss yang diakibatkan dari Yogyakarta, 2009
penerapan BJR tidak merupakan kerugian negara
tetapi kerugian perusahaan yang lazim disebut Man Sastrawidjaja, Kedudukan Kekayaan PT
risiko bisnis. Persero tunduk kepada rezim hukum (Persero) Dalam Rezim UU No. 17 Tahun 2003
keperdataan khususnya UU BUMN dan tidak Tentang Keuangan Negara Sebuah Pemikiran dari
berada di bawah rezim hukum pidana khususnya Sisi Hukum Bisnis, Komplasi Hukum Bisnis, CV
UU No. 31 Tahun 1999 yang telah diubah dengan Keni bekerjasama dengan FH Unpad, Bandung,
UU No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan 2012
Tindak Pidana Korupsi, meskipun telah terjadi
kerugian pada Persero tersebut. Kerugian yang Romli Atmasasmita, Globalisasi dan Kejahatan
timbul tidak secara otomatis menjadi kerugian Bisnis, Cetakan ke-1, Kencana, Jakarta, 2010
Persero mengingat ada dana cadangan perusahaan www.hukumonline.com, “Tanggulangi Krisis Eks
yang bisa digunakan untuk menutupnya. Ketiga, Dirut Merpati Dipidana”, 2012. (Diakses pada 30
masalah penyelesaian kasus Persero yang telah Juli 2012)
mengalami kerugian bisnis bukanlah semata-mata
merupakan masalah hukum melainkan masalah Carl S. Warren, (et al), Accounting Principle,
pendekatan dari sudut ekonomi terhadap hukum South-Western of Thomson Learning, 2005
(economic analysis of law) sebagaimana yang Suwardjono, Akuntansi Pengantar, BPFE,
dikemukakan oleh Richard Posner. Yogyakarta
Ketidakharmonisan peraturan perundang-
undangan saat ini menimbulkan ketidakpastian Philips E. Fees, (et al), 1997, Accounting
hukum dan risiko bagi para direksi persero untuk Principle, South-Western Publishing Co.
mengambil keputusan bisnis mengingat dalam
praktiknya doktrin BJR telah diabaikan.
35
Vol. I No. 2 Juli Tahun 2016 No. ISSN 2548-7884

Pitlo, Het Verbintenissen Recht naar het


Nederland Burgerlijk Wetboek, Gouda Quint,
Arnhem, 1964

Nur Basuki Minarno, dalam Puslitbang Hukum


dan Peradilan Mahkamah Agung Republik
Indonesia, dengan Iqbal, Moch, sebagai
Koordinator Peneliti, Laporan Penelitian, Makna
“uang Negara” dan “Kerugian Negara” dalam
Putusan Pidana Korupsi Kaitannya Dengan
BUMN/Persero, Penerbit Balitbang Pendidikan
dan Pelatihan Hukum dan Peradilan Mahkamah
Agung Republik Indonesia, Jakarta, 2010

Isnaeni, “Hukum Sebagai Bingkai Bisnis”, Artikel,


Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya,
2012

Nindyo Pramono, Kekayaan Negara Yang


Dipisahkan Menurut UU Nomor 19 Tahun 2003
tentang BUMN, dalam Sri Rejeki Hartono, et.al,
ed, Permasalahan Seputar Hukum Bisnis:
Persembahan kepada Sang Maha Guru, Tanpa
Penerbit, Yogjakarta, 2006

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4f4af4
49cbb9b/prof-dr-nindyo-pramono-sh--ms-
brancaman-pidana-dalam-hukum-bisnis, 2012.
(Diakses pada 30 Desember 2012)
Posner, Richard A., Economic Analysis of Law,
Fourth Edition, Little, Brown And Company,
Boston Toronto London, 1992

36

Anda mungkin juga menyukai