ISSN 2548-7884
DILEMA PENERAPAN
BUSINESS JUDGMENT RULE DALAM
TRANSAKSI KOMERSIAL BUMN
Prasetio
pprasetio@gmail.com
Abstrak-Direksi BUMN dalam melakukan transaksi dan/atau investasi guna mencapai pendapatan
(revenue) dan pertumbuhan (growth) Perseroan dapat dihadapkan kepada situasi yang dilematis
yang menimbulkan keragu-raguan dalam mengambil keputusan. Hal ini diakibatkan karena
tumpang-tindihnya pengaturan tentang keuangan negara dalam berbagai ketentuan perundang-
undangan pada saat mengidentifikasi atau pun menafsirkan kerugian bisnis. UU Perseroan
Terbatas melindungi direksi dari pertanggungjawaban atas setiap tindakan yang mengakibatkan
timbulnya kerugian perseroan, sepanjang tindakan tersebut dilakukan dengan itikad baik, dengan
kehati-hatian yang wajar, serta untuk kepentingan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.
Konsep ini dikenal sebagai doktrin Business Judgment Rule. Namun jika dihadapkan kepada fakta
yang terjadi dalam tatanan praktis terkait tindak pidana korupsi, perlindungan kepentingan
hukum direksi berdasarkan prinsip business judgment rule cenderung diabaikan dan tidak pernah
diterapkan. Hasil penelitian adalah sebagai berikut: keputusan bisnis direksi persero untuk
melakukan restrukturisasi transaksi komersial persero khususnya yang terkait dengan transaksi
dan/atau investasi dilakukan berdasarkan fiduciary duty yang memenuhi unsur-unsur doktrin
BJR dengan menerapkan sistim pengendalian internal (internal control-system) yang efektif,
manajemen risiko yang mengutamakan kualitas proses kehati-hatian (prudent risk management)
dan kebijakan akuntansi manajemen maupun keuangan yang konservatif, serta sistim pengawasan
(audit) internal maupun eksternal persero yang independen. Kerugian persero atau corporate loss
yang diakibatkan dari penerapan BJR tidak merupakan kerugian negara tetapi kerugian
perusahaan yang lazim disebut risiko bisnis. Ketidakharmonisan peraturan perundang-undangan
saat ini menimbulkan ketidakpastian hukum dan risiko bagi para direksi persero untuk
mengambil keputusan bisnis mengingat dalam praktiknya doktrin BJR telah diabaikan.
Kata kunci: BUMN, restrukturisasi, risiko bisnis, dan business judgment rule
Abstract-In performing transactions and/or investments in order to achieve company revenue and
growth, directors for State Owned Enterprise might be facing a dillematic situation that raised
hesitations in taking strategic decision. It is caused by an overlapping of state financial
arrangements in various legislative provisions in identifying or interpreting, what the meaning of
business loss or corporate loss and state loss are. Company law protected directors from liability in
any actions resulting company loss, as long as all actions conducted goodwill, reasonable prudence
and for the interest regarding the aims and objectives of the company as well. This concept is being
acknowledged as a doctrine of business judgment rule (BJR). However, being confronted to the
facts that occurred in the practical arrangements related to corruption act, the protection of the
26
Vol. I No. 2 Juli Tahun 2016 No. ISSN 2548-7884
legal interests of the directors under BJR principle was tending to be disregarded and never
implemented in some cases. The result of the research are as follow: directors for State Owned
Enterprise restructuring Persero commercial agreements particularly transaction and/or
investment had to be conducted under fiduciary duty that comply to business judgment rule as
doctrine which applying efective internal control, prudent risk management process, conservative
management & financial accounting policy and independently internal and/or external audit
system. A State Owned Enterprise loss or corporate loss resulting from the implementation of
business judgment rule did not constitute a state loss, but a corporate loss which was commonly
called as business risk. Existing legislation disharmony has led to legal uncertainty and risk for
State Owned Enterprise directors when taking a business decision since in practice the
implementation of BJR doctrine has been disregarded.
Keywords: BUMN (State Own Enterprises), restructuring, business risk, and business judgment
rule
tahap persidangan di pengadilan. Akibatnya setiap kebijakan atau keputusan bisnis atau
peristiwa corporate loss yang tergolong sebagai transaksi yang mengakibatkan kerugian bagi
kerugian bisnis tersebut, sering dianggap atau perusahaan, selama kebijakan atau keputusan
dapat dipersamakan sebagai kerugian negara atau bisnis atau transaksi bisnis tersebut dilakukan
state loss. Kerancuan dan ketidaksamaan dengan itikad baik, penuh kehati-hatian, kejujuran
pemahaman seperti ini, mengakibatkan risiko sejalan dengan tanggung jawab dan wewenangnya.
hukum yang timbul dan menimpa direksi, menjadi Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas
sesuatu hal yang sangat tidak dapat diperkirakan maka dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya
(unpredictable), termasuk kemungkinan berhenti BJR merupakan aturan (doctrine atau
atau diberhentikan dari jabatannya. Kondisi ini presumption) yang memberikan kekebalan atau
bukan saja memberi dilema bagi direksi, tetapi perlindungan bagi manajemen perseroan (direksi)
menimbulkan pengaruh yang negatif bagi dari setiap tanggung jawab yang lahir sebagai
pertumbuhan usaha atau corporate growth, akibat dari transaksi atau kegiatan yang dilakukan
khususnya apabila dihadapkan kepada kondisi olehnya sesuai dengan batas-batas kewenangan
persaingan dalam bisnis yang dikelola perseroan. dan kekuasaan yang diberikan kepadanya, dengan
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka rumusan pertimbangan bahwa kegiatan tersebut telah
masalah yang dapat dikemukakan adalah sebagai dilakukan dengan memperhatikan standar kehati-
berikut: hatian dan itikad baik serta bertanggungjawab.
1. Apakah restrukturisasi transaksi komersial PT
(Persero) khususnya yang terkait dengan Perhitungan direksi dalam melakukan
transaksi dan/atau investasi memiliki karakter restrukturisasi transaksi komersial persero harus
business judgment rule? didasarkan perhitungan yang cermat, matang dan
2. Apakah setiap ”corporate loss” dari PT hati-hati. Dalam mengambil keputusan, direksi
(Persero) yang diakibatkan dari business harus mengumpulkan dan menganalisa semua
judgment rule harus digolongkan pada informasi yang diperlukan serta memperhitungkan
kerugian keuangan negara? semua risiko yang mungkin timbul. Direksi harus
3. Apakah pemberlakukan business judgment mampu memberikan keputusan untuk bertindak
rule dalam pengelolaan PT (Persero) sebagai apabila menghadapi pilihan apakah lebih baik
kekuatan ekonomi nasional tergantung pada menghadapi risiko yang mungkin timbul setelah
peraturan perundang-undangan lain? mengetahui adanya kemungkinan tingkat
pengembalian proyek (project financial return)
TINJAUAN PUSTAKA yang menguntungkan ataukah lebih baik
menghindari risiko. Karenanya direksi BUMN
Business Judgment Rule (BJR) adalah salah satu dituntut untuk dapat memahami manajemen risiko
dari beberapa doktrin dalam hukum perusahaan sebagai bentuk penerapan prinsip kehati-hatian
yang harus dijalankan oleh direksi perseroan serta tata kelola perusahaan yang baik.
terbatas guna memenuhi fiduciary duty. Doktrin
ini pada awalnya digunakan dalam hukum Untuk membantu memperhitungkan risiko ini,
perusahaan negara Amerika Serikat. Negara diperlukan adanya pihak yang menangani
Amerika Serikat sebagai penganut sistem hukum manajemen risiko, yang merupakan unit
common law, memiliki yurisprudensi sumber independen untuk membentuk business judgment
hukum utama. BJR, menurut Angela Scheeman, yang baik. Pembentukan unit independen ini
merupakan doktrin yang mengajarkan bahwa merupakan syarat utama untuk memitigasi
direksi perseroan tidak bertanggungjawab atas kemungkinan terjadinya fraud di dalam perseroan
kerugian yang timbul dari suatu tindakan sebagai bentuk penerapan six eyes principle
pengambilan keputusan, apabila tindakan tersebut (prinsip yang dikenal di dalam pengendalian intern
didasarkan pada itikad baik dan hati-hati. perusahaan yang memisahkan antara unit pengusul
transaksi komersial dengan unit independen
Jadi BJR adalah perlindungan hukum bagi direktur sebagai pengkaji serta unit pemberi persetujuan
dan jajarannya dari pertanggungjawaban atas yang dalam hal ini adalah direksi). Istilah lain dari
28
Vol. I No. 2 Juli Tahun 2016 No. ISSN 2548-7884
II. Penggolongan ”Corporate Loss” Dari PT dan di dalam contoh itu ada kaedah yang
(Persero) yang Diakibatkan dari Business mengatakan bahwa kebijakan secara tepat itu
Judgment Rule Menjadi Kerugian Keuangan di dasarkan atas “kelaziman dalam dunia
Negara usaha sejenis“. Kelaziman dalam dunia usaha
sejenis ini secara teoritis sulit diberikan
Lingkup norma hukum perbuatan “mengurus“ kriterianya atau ukurannya. Di dalam praktik
Perseroan itu pada dasarnya ada dua yaitu: tidak tertutup kemungkinan dapat diberikan
beheer van daden dan beschikking van daden. tafsiran secara luas atau sempit. Oleh sebab itu
Yang biasanya dirumuskan dalam Anggaran perlu “kearifan“ pengurus sebagai organ
Dasar PT adalah kaedah “beschikking daden“ perseroan yang diberi tugas, wewenang dan
dengan kaedah “larangan”. Di dalam UU tanggung jawab mengurus perseroan. Menurut
Perseroan Terbatas juga terdapat rumusan hemat Penulis, kebijakan yang dipandang
“beschikking daden“ sebagaimana dapat tepat adalah kebijakan yang dapat
dilihat di dalam ketentuan Pasal 102 ayat (1) mendatangkan keuntungan bagi perseroan,
yang mengatakan bahwa Direksi wajib kebijakan yang berguna bagi kepentingan PT.
meminta persetujuan RUPS untuk: a. UU Perseroan Terbatas memberikan
mengalihkan kekayaan Perseroan; atau b. kelonggaran untuk dijabarkan sendiri dalam
menjadikan jaminan utang kekayaan praktik asalkan hal itu sesuai dengan norma-
Perseroan, yang merupakan lebih dari 50 % norma kelaziman dalam dunia usaha sejenis.
(lima puluh persen) jumlah kekayaan bersih
Perseroan dalam 1 (satu) transaksi atau lebih, Dalam perkembangan baru sekarang ini yang
baik yang berkaitan satu sama lain maupun mulai memandang penting penerapan prinsip
tidak. Perbuatan “mengalihkan dan tata kelola perusahaan yang baik (Good
menjadikan jaminan utang kekayaan PT“ Corporate Governance), disamping
adalah contoh perbuatan beschikking dalam kepentingan pemegang saham dan
hukum PT. Secara a contrario, kaedah yang kepentingan PT sendiri, masih ada
tidak dirumuskan di dalam Anggaran Dasar kepentingan lain dalam PT, seperti
dengan ketentuan harus mendapat persetujuan kepentingan karyawan, kepentingan pihak ke
RUPS atau Dewan Komisaris, perbuatan tiga atau kreditur, kepentingan negara dan
tersebut masuk dalam lingkup perbuatan sebagainya. Filosofi pengaturan demikian
pengurusan. Perbuatan itu adalah perbuatan adalah bertujuan memberikan perlindungan
yang biasa sehari-hari dilakukan oleh Direksi hukum kepada Perseroan dan sekaligus kepada
dalam mengurus PT. pemegang saham secara intern. Jika pemegang
saham atau pihak ketiga atau orang di luar PT
Ketentuan Pasal 92 ayat (2) UU Perseroan ada yang merasa dirugikan atas perbuatan
Terbatas mengatur bahwa direksi berwenang Direksi, maka Pihak tersebut berdasarkan alas
menjalankan pengurusan sesuai dengan hak umum “perbuatan melawan hukum“
kebijakan yang dipandang tepat dalam batas menurut Pasal 1365 KUHPerdata dapat saja
UU dan/atau Anggaran Dasar. Yang dimaksud melakukan gugatan ke Pengadilan Negeri
dengan “kebijakan yang dipandang tepat“ kepada Direksi yang bersangkutan.
adalah kebijakan yang antara lain didasarkan
pada keahlian, peluang yang tersedia, dan Kerugian negara mempunyai implikasi
kelaziman dalam dunia usaha sejenis. korupsi jika kerugian negara tersebut
Kebijakan yang dipandang tepat di dalam disebabkan perbuatan melawan hukum atau
Pasal 92 ayat (2) UU Perseroan Terbatas ini penyalahgunaan wewenang. Disamping itu,
secara teoritis masuk dalam kategori “blanket kerugian negara dapat terjadi pula karena
norm“ (open norm) . Apa yang dimaksud pertimbangan bisnis yang tidak tepat. Misal
dengan “kebijakan yang dipandang tepat“ untuk keperluan stok BBM supaya tidak
hanya diberikan contoh secara demonstratif terjadi kekurangan, BUMN pada saat ini
(tidak limitatif) dengan kata-kata ”antara lain” membeli solar sebanyak 1000 ton dengan
31
Vol. I No. 2 Juli Tahun 2016 No. ISSN 2548-7884
harga Rp. 600 juta/ton, keesokan harinya Manajemen risiko dipersamakan perannya
ternyata solar mengalami penurunan harga sebagai bentuk dari perencanaan (planning),
menjadi Rp. 500 juta/ton. Dalam situasi sedangkan akuntansi diartikan sebagai bentuk
demikian Persero tersebut mengalami pengendalian dari rencana, yaitu organizing,
kerugian Rp. 100 juta/ton tetapi kerugian actuating, dan controlling. Dalam fungsi
tersebut hanya semata-mata karena pengawasan termasuk di dalamnya adalah
pertimbangan bisnis, tidak dapat dinyatakan audit, baik internal maupun eksternal. Apabila
melakukan perbuatan hukum yang merugikan seluruh rangkaian tersebut telah dijalankan
keuangan negara. Langkah yang tepat harus oleh direksi atau pun pimpinan manajemen
dilakukan oleh aparat hukum adalah mengkaji perusahaan maka kepadanya diberikan
apakah direksi dalam menjalankan pembebasan tanggung jawab atas potensi
kewenangannya telah memenuhi business risiko bisnis dan risiko hukum yang terjadi di
judgment rule (Pasal 97 ayat (5) UU Perseroan masa depan.
Terbatas) ataukah tidak? Kerugian yang terjadi
dalam pengambilan keputusan profesional III. Ketergantungan Pemberlakuan Business
(BUMN atau BUMD) tidak boleh dianggap Judgment Rule Dalam Pengelolaan PT
sebagai suatu tindakan sengaja yang setara (Persero) Terhadap Peraturan Perundang-
dengan melakukan financial fraud, melainkan undangan Lain.
masih dalam tataran kesalahan pengelolaan.
Persero memang bertujuan profit oriented, Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian
namun demikian dalam prakteknya dapat juga sebelumnya mengenai keberadaan doktrin
mengalami kerugian. Jika kerugian tersebut business judgment rule di Indonesia, UU
masih dalam lingkup rule and regulation, Perseroan Terbatas tidak menyebutkan secara
maka perbuatan tersebut tidak berimplikasi tegas tentang pengaturan business judgment
pidana. rule maupun fiduciary duty. Namun para ahli
berpendapat bahwa doktrin business judgment
Richard Posner dalam teori economic analysis rule dianut oleh ketentuan Pasal 97 Ayat (5)
of law atau yang lebih dikenal sebagai teori UU Perseroan Terbatas. Direksi tidak
analisa ekonomi dalam hukum. Posner bertanggung jawab atas kerugian yang dialami
menggambarkan analisis ekonomi dari hukum perseroan apabila dapat membuktikan bahwa:
sebagai teori hukum, akan tetapi analisis 1. Kerugian tersebut bukan merupakan
ekonomi tersebut juga dapat dipandang kesalahan atau kelalaiannya;
sebagai teori keadilan ketika dia mengatakan 2. Telah melakukan pengurusan dengan
bahwa ”the most common meaning of justice itikad baik dan hati-hati untuk kepentingan
is efficiency”. Apabila dikaitkan dengan perseroan semata, serta sesuai dengan maksud
ketentuan Pasal 97 ayat (5) UU Perseroan dan tujuan perseroan;
Terbatas maka direksi dan manajemen 3. Tidak mempunyai benturan kepentingan;
perusahaan dalam pengambilan keputusan 4. Telah mengambil tindakan yang
bisnis harus menerapkan itikad baik dan diperlukan untuk mencegah timbul atau
kehati-hatian. Itikad baik dan kehati-hatian ini berlanjutnya kerugian tersebut.
diterjemahkan sebagai kesesuaian proses
pengambilan keputusan dengan kebijakan dan Ketentuan Pasal 11 UU BUMN mengatur
proses bisnis (business process) yang telah bahwa pengelolaan Persero dilakukan
ditetapkan oleh perusahaan. Kebijakan ini berdasarkan UU Perseroan Terbatas. Ratio
diterapkan dengan disiplin tinggi. Makna legis-nya, apabila terjadi kerugian Persero atau
itikad baik dan kehati-hatian dalam Pasal 97 corporate loss yang diakibatkan dari
ayat (5) UU Perseroan Terbatas harus penerapan business judgment rule maka
diartikan sebagai penerapan ilmu ekonomi kerugian tersebut tidak merupakan kerugian
yakni manajemen risiko dan akuntasi dalam negara tetapi kerugian perusahaan sebagai
setiap pengambilan keputusan bisnis. konsekuensi terhadap adanya risiko bisnis.
32
Vol. I No. 2 Juli Tahun 2016 No. ISSN 2548-7884
Adapun kerugian suatu Persero merupakan didalilkan dapat merugikan kerugian negara.
bentuk kerugian yang sering terjadi dalam Dapat dikatakan telah terjadi salah pengertian
dunia usaha, khususnya dalam kondisi dunia dan penerapan apa yang dimaksud dengan
usaha saat ini yang sangat kompetitif. Persero keuangan negara. Begitu juga tidak ada yang
tunduk kepada rezim hukum keperdataan salah dengan pengertian keuangan negara
khususnya UU BUMN dan tidak berada di dalam UU Keuangan Negara. Pasal 1 Angka 1
bawah rezim hukum pidana khususnya UU UU Keuangan Negara menyatakan keuangan
No. 31 Tahun 1999 yang telah diubah dengan negara adalah semua hak dan kewajiban
UU No. 20 Tahun 2001 Tentang negara yang dapat dinilai dengan uang, serta
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, segala sesuatu baik berupa uang maupun
meskipun telah terjadi kerugian pada Persero barang yang dapat dijadikan milik negara
tersebut. berhubung dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut.
Apabila kekayaan negara dipisah lalu
diserahkan kepada BUMN selaku korporasi Konsisten dengan konsep pemisahan kekayaan
yang tunduk pada aturan Hukum Perdata (UU di atas, Erman Rajagukguk juga berpendapat
Perseroan Terbatas), berarti hak milik sudah bahwa kekayaan negara yang dipisahkan
berpindah kepada BUMN, selanjutnya risiko dalam BUMN dalam lahirnya berbentuk
pun juga berpindah. Saat menerima saham yang dimiliki negara, bukan harta
penyerahan benda kekekayaan negara, lalu kekayaan BUMN tersebut. Menurut Erman
menjadi pemilik, maka demi menangkal risiko Rajagukguk, kerancuan mulai terjadi dari
yang muncul di belakang hari BUMN yang Penjelasan UU Keuangan Negara berkaitan
diwakili oleh Direksi, akan secara hati-hati, dengan pengertian dan ruang lingkup
jujur, dan cermat akan mengelola aset keuangan negara yang menyatakan:
miliknya dengan seksama. Dalam bisnis
meskipun misalnya sudah berhat-hati dan jujur “Pengertian yang digunakan dalam
namun tetap rugi, maka ini memang risiko merumuskan Keuangan Negara adalah dari
bisnis. Artinya jika dalam korporasi timbul sisi obyek, subyek, proses, dan tujuan. Dari
kerugian maka hal tersebut merupakan risiko sisi obyek yang dimaksud dengan Keuangan
bisnis, dan yang menanggung adalah korporasi Negara meliputi semua hak dan kewajiban
sebagai pemilik aset yang dijadikan transaksi negara yang dapat dinilai dengan uang,
saat melaksanakan bisnis. Berarti kerugian termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang
yang timbul itu adalah kerugian BUMN fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan
sebagai korporasi, sedangkan negara yang negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu
sudah menyerahkan kepemilikan asetnya, baik berupa uang, maupun berupa barang yang
tidak dapat mengklaim kerugian korporasi itu dapat dijadikan milik negara berhubung
sebagai kerugian negara, mengingat negara dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
bukan lagi pemilik benda/aset tersebut, yang tersebut. Dari sisi subyek dimaksud dengan
berarti juga tidak lagi harus memikul risiko. keuangan negara meliputi seluruh obyek
Disinilah adagium hukum berlaku bahwa sebagaimana tersebut di atas dimiliki negara,
pemiliklah yang memikul risiko atas benda dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat,
miliknya, bukan negara yang sudah Pemerintah Daerah, Perusahaan
melepaskan kepemilikannya lewat negara/daerah, dan badan lain yang ada
levering/penyerahan yang sudah dilakukannya kaitannya dengan keuangan negara. Dari sisi
dari awal pemisahan. proses, Keuangan Negara mencakup seluruh
rangkaian kegiatan yang berkaitan
Erman Rajagukguk menambahkan, dalam pengelolaan obyek sebagaimana tersebut di
kenyataannya sekarang ini tuduhan korupsi atas mulai dari perumusan kebijakan dan
juga dikenakan terhadap tindakan direksi pengambilan keputusan sampai dengan
BUMN dalam transaksi-transaksi yang pertanggungjawaban. Dari sisi tujuan,
33
Vol. I No. 2 Juli Tahun 2016 No. ISSN 2548-7884
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4f4af4
49cbb9b/prof-dr-nindyo-pramono-sh--ms-
brancaman-pidana-dalam-hukum-bisnis, 2012.
(Diakses pada 30 Desember 2012)
Posner, Richard A., Economic Analysis of Law,
Fourth Edition, Little, Brown And Company,
Boston Toronto London, 1992
36