PROPOSAL SKRIPSI
Pembimbing I Pembimbing II
(Sugijanto Dipl. PT, Ftr, M. Fis, Sp.F.OM) (Nuraini Diah Noviati, S.Ft., M.Biomed)
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat yang
begitu banyak sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang
berjudul “Hubungan Pemakaian High Heels Dengan Resiko Plantar Facitis Pada
Pegawai Bank”. Pembuatan skripsi ini disusun sebagai salah satu kewajiban untuk
memenuhi persyaratan gelar Sarjana Fisioterapi.
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
iv
2. High Heels ....................................................................................... 20
a. Definisi...................................................................................... 20
b. Bagian-Bagian Sepatu hak tinggi.............................................. 21
c. Resiko Pemakaian High Heels .................................................. 22
d. Hubungan Sepatu Hak Tinggi Dengan Risiko Terjadinya
Plantar Fasciitis ........................................................................ 23
3. Lama Berdiri ..................................................................................... 24
a. Definisi...................................................................................... 24
b. Kategori Lama Berdiri .............................................................. 24
c. Hubungan lama berdiri dengan risiko terjadinya plantar
fasciitis ........................................................................................ 24
B. Kerangka Berfikir ..................................................................................... 25
C. Kerangka Konsep ...................................................................................... 28
D. Hipotesis ................................................................................................... 29
5
DAFTAR GAMBAR
6
DAFTAR SKEMA
7
DAFTAR TABEL
8
DAFTAR SINGKATAN
9
BAB I
PENDAHULUAN
1
dan shock absorption yang buruk. Faktor anatomic dan mekanik yang
mempengaruhi antara lain kelainan panjang tungkai, ketebalan bantalan
tumit, peningkatan ketebalan plantar fascia, abnormalitas pada arcus di
kaki, ketidakseimbangan otot, dan penurunan lingkup gerak sendi
dorsofleksi ankle.
Indeks Massa Tubuh sendiri sangat beperan dalam munculnya
kejadian plantar fasciitis dimana semakin meningkatnya berat badan
seseorang, maka akan semakin meningkat pula tekanan pada daerah kaki,
hal inilah yang akan menyebabkan terjadinya stres biomekanik pada sendi
dan struktur pendukung jaringan lunak pada daerah disekitar telapak kaki
yang dapat memicu peradangan pada fascia plantaris dan menyebabkan
timbulnya nyeri plantar fasciitis.
Faktor fasciitis plantaris dapat terjadi yaitu kelebihan berat badan
(obesitas) 65 % usia 40- 50 tahun wanita lebih banyak dari pada pria,
kehamilan, kesalahan biomekanik kaki/kelainan bentuk kaki/arkus kaki
yang datar, degenerasi, aktivitas berlebihan/ penguluran yang berlebihan
sering terjadi pada atlit dan pekerja toko, pekerja pabrik dan perawat (Herli,
Siti Muawanah Dan Muhammad Azhari, 2021a).
Resiko plantar fasciitis salah satunya adalah dapat terjadi pada
pegawai bank Banten Cabang Rangkasbitung. Bank merupakan sebuah
lembaga keuangan dimana dalam melaksanakan kegiatannya dibutuhkan
pegawai-pegawai yang ahli dan profesional dibidangnya. Salah satu posisi
yang memiliki peranan dalam pelayanan adalah Sales Officer. Tugas
seorang sales officer di Bank adalah mencari nasabah dan menawarkan
produk yang dimiliki dalam dunia perbankan pegawai perempuan terkesan
lebih menonjol dari segi penampilan salah satunya tuntutan penggunaan
sepatu high heels pada pegawai Wanita. Hal ini dilakukan pihak manajemen
bank sebagai salah satu upaya menarik minat masyarakat agar tertarik
menjadi nasabah.
Sepatu memiliki bentuk yang demikian beragam. Salah satu jenis
sepatu yang banyak diminati wanita adalah sepatu dengan hak yang tinggi
2
(Anam, 2015). Ketika kaki miring ke depan, beban yang jauh lebih besar
ditransfer ke arah jari kaki, yang meningkatkan kemungkinan kerusakan
pada jaringan lunak di bawahnya yang menopang kaki(Kumar et al., 2015).
Penggunaan sepatu hak tinggi jauh lebih menarik dibandingkan wanita
dengan sepatu yang datar (Guéguen et al., 2016b). Penggunaan sepatu hak
tinggi tetap digunakan oleh wanita walaupun menimbulkan rasa tidak
nyaman dan berpotensi menimbulkan cedera dikarenakan peraturan dari
tempat kerja(Barnish & Barnish, 2016).
Sales officer yang dianggap memiliki resiko lebih tinggi dibanding
posisi lainnya di bank. Dalam sehari seorang sales officer berada dalam
posisi berdiri kurang lebih adalah 8 jam sehari mengunakan sepatu hak
tinggi dalam waktu yang cukup lama dan kondisi kaki yang tidak nyaman.
Kaki berfungsi sebagai sentra tekanan tubuh, oleh karena itu pada daerah
tumit dan telapak kaki cenderung mengalami gangguan fungsi gerak yang
beragam, keluhan yang sering dijumpai salah satunya adalah Plantar
fasciitis(Wulan & Rahayu, Astriani, 2016). Plantar fasciitis merupakan
salah satu penyebab nyeri paling sering di daerah tumit pada orang dewasa.
Nyeri yang muncul biasanya paling terasa saat pertama kali berdiri pada
pagi hari, atau setelah menumpu pada kedua kaki dalam jangka waktu yang
lama. Indeks massa tubuh (IMT) salah satu faktor yang dinilai dapat
berkontribusi dalam timbulnya plantar fasciitis umumnya dapat
menimbulkan tanda dan gejala pada seseorang yang mengalaminya terjadi
adalah nyeri tajam pada bagian tumit, bengkak serta nyeri semakin
memberat ketika beraktivitas.
B. Identifikasi Masalah
Dari hasil observasi awal penulis, ditemui beberapa keluhan nyeri
pada tumit pegawai bank Banten Cabang Rangkasbitung Banten Cabang
Rangkasbitung. Khususnya pegawai bank Banten Cabang Rangkasbitung
wanita pada posisi Sales Officer. Selama melakukan tugas sebagai seorang
sales officer di Bank mereka lebih banyak berdiri dibandingkan duduk.
3
Dengan penggunaan sepatu berhak tingi / high heels dalam jangka waktu
lama itulah salah satunya yang menjadi penyebab nyeri pada tumit belakang
penggunanya. Meskipun mereka berusaha untuk menahan rasa sakitnya
dengan melepas sepatu di saat jam-jam istirahat, tetap saja rasa sakit itu
akan muncul lagi setelah high heels digunakan lagi.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti merumuskan beberapa
masalah yang akan diteliti , yaitu :
1. Apakah lama berdiri berpengaruh pada resiko plantar fascitis?
2. Apakah ukuran tinggi high heels berpengaruh pada resiko plantar
fascitis?
3. Apakah mereka yang tidak menggunakan high heels tidak memiliki
resiko plantar fasciitis?
4. Apakah terdapat hubungan pemakaian high heels dengan resiko plantar
fascitis pada pegawai bank Banten Cabang Rangkasbitung?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian ini adalan untuk mengetahui hubungan
pemakaian high heels dengan resiko plantar facitis pada Pegawai bank
Banten Cabang Rangkasbitung.
2. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui hubungan pemakaian high heels dengan resiko
plantar fascitis pada pegawai bank Banten Cabang Rangkasbitung?
2. Untuk mengetahui yang menjadi penyebab pemakaian high heels
dapat beresiko terhadap terjadinya plantar fascitis pada pegawai
bank Banten Cabang Rangkasbitung?
4
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi peneliti
a. Melalui penelitian ini. Peneliti dapat mengetahui hubungan
pemakaian high heels dengan resiko plantar facitis pada pegawai
bank Banten Cabang Rangkasbitung.
b. Membuktikan apakah ada hubungan pemakaian high heels dengan
resiko plantar facitis pada pegawai bank Banten Cabang
Rangkasbitung.
2. Manfaat bagi institusi pelayanan fisioterapi
Sebagai referensi tambahan untuk mengetahui hubungan antara
pemakaian high heels dengan resiko plantar facitis pada pegawai bank
Banten Cabang Rangkasbitung
3. Manfaat bagi institusi pendidikan fisioterapi
a. Dengan adanya penulisan ini dapat menambah pengetahuan tentang
hubungan pemakaian high heels dengan resiko plantar facitis pada
pegawai bank Banten Cabang Rangkasbitung.
b. Dapat menjadi dasar penelitian dan ilmu pengembangan pada
fisioterapi.
5
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis
1. Plantar fasciitis
a. Definisi
Plantar fasciitis adalah rasa nyeri di karenakan oleh iritasi
degenerative insertion plantar fascia pada bagian medial di tuberositas
calcanei. Young C. In the Clinic Plantar Fasciitis Prevention Treatment
Tool Kit CME Questions. American College of Physicians.
2012,(Pertiwi, Risa Desak, dkk, 2021). Nyeri yang dirasakan bersifat
lokal dan merupakan penyebab utama nyeri pada tumit bawah (Riddle
DL, Pulisic M, Pidcoe P, Johnson RE. Risk factors for plantar fasciitis:
A matched case-control study. J Bone Jt Surg - Ser A. 2003;85(5):872–
7,(Pertiwi, Risa Desak, dkk, 2021) . Plantar fasciitis merupakan salah
satu penyakit degeneratif yang bersifat progresif (Martin RL, Davenport
TE, Reischl SF, McPoil TG, Matheson JW, Wukich DK, et al. Heel pain
- Plantar fasciitis: Revision 2014. J Orthop Sports Phys Ther.
2014;44(11):A1–33.,(Pertiwi, Risa Desak, dkk, 2021).
Plantar fasciitis adalah suatu peradangan pada plantar
fascia.”Plantar” adalah telapak kaki.”Fascia” adalah jaringan pita yang
sangat tebal (fibrosa) yang membentang dibawah kulit dan membentuk
pembungkus bagi otot dan berbagai organ tubuh.”itis” adalah
peradangan. Plantar fasciitis adalah sindroma nyeri tumit berhubungan
dengan peradangan atau iritasi pada fascia plantaris dengan kerobekan
kecil pada daerah yang melekat pada tulang tumit. Rasa sakit pada
bagian tumit sering tejadi ,dalam pemeriksaan fungsi tidak menunjukaan
adanya kelainan tetapi hanya terdapat rasa nyei saat ditekan pada daerah
setempat. Plantar fasciitis yang kronis dapat menyebabkan terbentuknya
osteofit pada calcaneus bagian medial (De wo’t,1994) (Danilo Gomes de
Arruda, 2021).
6
Plantar fasciitis merupakan peradangan pada pita jaringan
(plantar fascia) yang memanjang dari tumit hingga jari kaki (Foot Health
Facts, 2020). Sekitar dua juta orang di Amerika Serikat yang
mengalami nyeri di bagian kaki. Terdapat 10% di antaranya merupakan
plantar fasciitis dimana 83% dari pasien tersebut merupakan orang
dewasa yang aktif bekerja berusia antara 25 hingga 65 tahun (Sung et al,
2020)(Pradnyandari, Kadek Shinta, Et.all, 2022)
Plantar fasciitis merupakan suatu kondisi dimana terjadi
peradangan pada fascia plantaris (Muawanah S, Selviani I,
2018;1(2):47–59(Herli, Siti Muawanah Dan Muhammad Azhari,
2021b),(Sidarta, 2022), Fascia plantaris sendiri merupakan sebuah
ligament datar yang membentang dari tulang calcaneus hingga ke tulang
metatarsal yang berguna untuk mempertahankan berat dari tubuh.
Peradangan pada fascia plantaris tersebut muncul karena adanya
microtrauma secara berulang, yang menyebabkan terjadinya peradangan
di daerah sekitar fascia plantaris yang pada akhirnya akan memberikan
rasa nyeri pada individu tersebut (Johnson RE, Haas K, Lindow K,
Shields R.. 2014;33(4):198–204,(Sidarta, 2022).
Plantar fasciitis sendiri merupakan salah satu penyebab nyeri
paling sering di daerah tumit pada orang dewasa. Nyeri plantar fasciitis
paling sering muncul di daerah sekitar tumit atau pada derah lengkung
kaki. Nyeri yang muncul biasanya paling terasa saat pertama kali
berjalan beberapa langkah pada pagi hari, atau setelah berjalan, berlari,
atau berdiri untuk waktu yang lama. Nyeri yang dirasakan awalnya
tajam, dan bisa berkurang atau menjadi lebih tumpul setelah aktivitas
ringan. Nyeri plantar fasciitis ini dapat menyerang salah satu telapak
kaki atau mungkin kedua nya.
7
atau sebanyak 2 juta kasus per tahun di USA. Sedangkan di Indonesia
belum ada jumlah angka yang pasti mengenai prevalensi plantar fasciitis,
penelitian plantar fasciitis di Indonesia masih terus dalam pengembangan
dan semakin bertambah. Kasus plantar fasciitis masih kurang diketahui
masyarakat umum di Indonesia, akibat minimnya informasi yang
diketahui oleh masyarakat membuat kurangnya kepedulian terhadap
kesehatan kaki (Afifah, I., & Sopiany, H. M., 2017).
Plantar Fasciitis adalah gangguan sistem muskuloskeletal yang
paling sering terjadi pada telapak kaki kaki dan mempengaruhi plantar
fasia. Prevalensi Plantar Fasciitis lebih sering terjadi pada wanita
dibandingkan dengan pria. Pada rentang usia 45-64 tahun, 1,19%
keluhan plantar fasciitis adalah dialami oleh wanita dan 0,47% pada pria
[Nahin, 2018)(Khotimah et al., 2021). Menurut Thompson et al., setiap
tahun, 1 juta orang yang bekerja di kantor lama menderita penyakit
Plantar Fasciitis (Thompson, 2014;114(12):900–6,(Khotimah et al.,
2021).
c. Etiologi
Plantar fasciitis disebabkan adanya mikrotrauma akibat strain
berulang pada plantar fascia (Roever, 2016)(Afitha & Wulandari, Irine
Dwitasari, 2021). Namun diketahui juga bahwa plantar fasciitis dapat
disebabkan oleh berbagai macam faktor (multifactorial) dan sangat
kompleks. Beberapa peneliti telah meneliti berbagai faktor terkait
dengan kejadian plantar fasciitis. Adapun faktorfaktor yang terkait
dengankejadian plantar fasciitis diantaranya:
1) Faktor Intrinsik
a) Usia
Usia merupakan salah satu faktor terjadinya plantar
fasciitis, perubahan degeneratif terkait usia membuat
terjadinya penurunan elastisitas fascia yang berhubungan
dengan penurunan kemampuan menyerap tekanan goncangan
pada kaki (Beeson, 2014)(Danilo Gomes de Arruda, 2021).
8
b) Jenis Kelamin
Plantar fascitiis lebih banyak ditemukan pada
perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini disebabkan karena
perbedaan struktural dan aktivitas pada laki-laki dan
perempuan (Kirkpatrick et al., 2017)(Sidarta, Nuryani, 2022).
2) Faktor Ekstrinsik
a) Sepatu Hak Tinggi
Pemakaian sepatu hak tinggi membuat kaki condong ke
arah depan sehingga menyebabkan otot gastrocnemius
memendek. Mengenakan sepatu hak tinggi dianggap
meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami cedera
pergelangan kaki sisi lateral (Kumar et al., 2015).
b) Berdiri Lama
Berdiri lama merupakan salah satu faktor penyebab
terjadinya plantar fasciitis, dimana durasi kerja yang cukup
lama serta intensitas yang tinggi dalam pekerjaan membuat
risiko cedera pada kaki menjadi tinggi (Sung et al.,
2020)(Pradnyandari, Kadek Shinta, Et.all, 2022).
c) Indeks Massa Tubuh (IMT)
Indeks massa Tubuh (IMT) turut mempengaruhi
kesehatan manusia khususnya pada kaki dimana menyebabkan
nyeri kaki, cedera kaki dan deformitas kaki. Salah satu
deformitas pada kaki yang berhubungan dengan meningkatnya
IMT adalah plantar fasciitis (Sandi & Andini, Redina, 2019).
3) Faktor Resiko
Plantar fasciitis menyebabkan rasa tidak nyaman dan
nyeri saat beraktivitas. Nyeri biasanya muncul pada bagian tumit
saat pertama kali berdiri setelah istirahat dan biasanya sensasi
nyeri timbul di pagi hari. Rasa nyeri yang timbul seperti sensasi
tertusuk namun rasa nyeri dapat mereda ketika berjalan. Rasa
sakit mereda tetapi tidak pernah sepenuhnya hilang sepanjang
9
hari dan diperburuk oleh aktivitas seperti berjalan atau olahraga
yang lama. Nyeri pada bagian tumit yang terasa seperti nyeri
menusuk pada langkah pertama ketika pagi hari, rasa nyeri dapat
berkurang ketika berjalan. Namun rasa nyeri dapat terasa kembali
apabila terlalu lama berdiri atau dari posisi duduk ke posisi
berdiri(Cutts et al., 2012).
d. Patofisiologi
Plantar fasciitis bermula dari tekanan secara terus menerus pada
plantar fascia, sehingga terjadi penurunan fleksibilitas dari plantar
fascscia dan terjadi pemendekan otot-otot gastrocnemius dan soleus.
Lemahnya otot-otot intrinsik kaki dan yang utama yakni otot tibialis
anterior, tibialis posterior pada kaki. Serta semakin bertambahnya
berat badan atau aktivitas yang berat, kekurangan propriosepsi atau
adanya deformitas dari struktur kaki. Hal tersebut akan
mengakibatkan tarikan pada fascia, sehingga terjadi robekan dan
timbul iritasi pada fascia plantaris. Hal tersebut akan mengakibatkan
tarikan pada fascia, sehingga terjadi robekan dan menyebabkan
radang pada plantar fascia. Dampak dari berdiri yang lama atau
berjalan lama dan tekanan yang berlebihan dari plantar fascia akan
mengakibatkan perubahan pada serabut collagen yang akan
menyebabkan kandungan air menurun. Penurunan kandungan air
serta gerakan diantara serabut collagen menyebabkan jaringan
menjadi kurang elastis dan menjadi lebih rapuh, selain itu
berlebihannya produksi fibroblast saat fase produksi akan membentuk
10
jaringan fibros yang tidak beraturan sehingga menimbulkan
terjadinya abnormal crosslink yang akan menimbulkan perlengketan
pada jaringan. Terjadinya abnormal crosslink disertai dengan
peradangan pada plantar fascia akan menimbulkan nyeri tekan pada
plantar fascia (Tahrian. et al., 2012)(Cutts et al., 2012).
e. Patomekanik
Pembebanan berlebihan memicu cedera dan inflamasi berulang
yang akhirnya menyebabkan penebalan dan hilangnya fleksibilitas
plantar fascia. Plantar fascitiis merupakan suatu inflamasi plantar
fascia yang disebabkan oleh cedera yang berulang. Terjadi akibat
penguluran yang berlebihan dan penekanan saat kaki menyangga
beban berat badan hingga mengakibatkan fascia mengalami
kerobekan-kerobekan kecil pada jaringan (Sidarta, Nuryani, 2022).
Plantar fasciitis diawali lesi pada soft tissue disisi plantar
apponeorosis yang letaknya di bawah tuberositas calcaneus. gangguan
calf muscle kemudian terjadi muscle imbalance dalam
mempertahankan keseimbangan berjalan, berlari dan melompat yang
menyebabkan rasa nyeri karena plantar fasciitis. Akibatnya otot deep
posterior tibia akan bekerja lebih berat saat ankle masuk fase mid
stance ke toe off ketika sedang berjalan dan berlari. Sehingga otot
akan cepat lelah dan beban saat kontraksi berlebihan secara terus
menerus akan mengakibatkan microtear pada otot fascia, semakin
lama akan membentuk jaringan fibrous yang mengakibatkan
menurunnya jumlah kontraktil sehingga kekuatan otot pun menurun.
11
pola jalan yang akan berubah menjadi antalgic gait. Selain ketegangan
pada otot m. gastrocnemius dan m. soleus dapat menyebabkan
terjadinya plantar fasciitis. Ketegangan otot m. gastrocnemius dan m.
soleus akan mengakibatkan ankle lebih eversi pada saat heel strike dan
push off sehingga terjadi keterbatasan gerak supinasi pada midfoot.
Dengan adanya keterbatasan pada gerak midfoot maka kekuatan
absorbsi berat badan dan gaya regang pada fascia akan menurun dan
akan terjadi robekan pada fascia.
12
yang merupakan lapisan jaringan penyambung fascia profunda
dorsum pedis yang padat, kaku dan juga melekat pada batas-batas
kaki (Latt et al., 2020). Nyeri fascia plantaris terjadi pada bagian
belakang tumit sehingga mengganggu aktivitas berjalan. Hal itu
dikarenakan terjadinya penguluran atau adanya beban yang
berlebihan padaarkus longitudinal.
13
yang berjalan dari arah posterior calcaneus kemudian melalui
talus, navicular dan 3 cuneiforme ke arah anterior sampai 3
metatarsal pertama. Talus merupakan dari puncak arkus yang
sering dikenal sebagai keystone yang merupakan penerimaan
berat badan tubuh. Keystone merupakan bagian yang terpenting
dari arkus dan biasanya merupakan puncak atau sentral dari
arkus. Kadang arkus ini menjadi datar selama penumpuan berat
badan dan kembali melengkung selama tidak terjadi penumpuan
ini yang disebut fleksibel flat foot. Arkus ini di persatukan oleh
ligamen, otot dan didukung oleh musculus tibialis posterior dan
anterior.
Secara normal, arkus ini tidak pernah menyentuh
tanah/lantai. Arkus ini akan lebih jelas terlihat pada posisi
nonweighbearing dibandingkan pada posisi weighbearing
(Guéguen et al., 2016a)
14
dan brevis dan di support juga oleh musculus peroneus longus
dan brevis.
15
berorigo di condylus lateralis dan ½ bagian proksimal atau 2/3
facies lateralis corpus tibia juga melekat di membran interossea,
serta dipertemukan dalam fascia dan di septum intermusculare
yang berbatasan dengan m. ekstensor digitorum longus.
Berinsertio di facies medialis dan facies plantaris os. cuneiform I
dan basis os. metatarsal I. Musculus mendapat inervasi dari
poroneus profundus yang mengandung serabut-serabut n.
lumbalis ke-4 dan 5 serta n. sacralis ke-1.
5) M. Tibialis Posterior
Disebut juga sebagai m. tibialis posticus. Berfungsi untuk
supinasi dan plantar fleksi pedis. Musculus ini berorigo di
seluruh facies posterior membrana interossea, melekat juga di
bagian lateral facies posterior corpus ossis tibia dan melekat
juga di 2/3 bagian proksimal facies medialis fibulae. Musculus
ini berinsertio yang melekat di tuberositas ossis navicularis
menuju ke tiga ossa cuneiforme, os. cuboideum dan basis ossa
metatarsalia II, III dan IV. Musculus ini berinervasi dari n.
tibialis yang mengandung serabut-serabut n. lumbalis ke-5 dan
n.sacralis ke-1.
6) M. Gastrocnemius
Letaknya paling superficial, berfungsi untuk plantar
fleksi pedis, fleksi cruris serta cenderung untuk supinasi pedis.
Musculus ini berorigo dengan dua caput medial yang melekat ke
condylus femoralis melalui tendo yang kuat. Dimana caput
mediale yang lebih besar melekat di cekungan di bagian
proksimal dan bagian posterior condylus medialis. Caput
lateralis yang kecil melekat di cekungan bagian lateral
condylusdan pada facies posterior ossis femoris tepat di sebelah
proksimal bagian lateral condylus. Kedua caput ini melekat di
capsula articulatio genus. Musculus ini di inervasi oleh n. tibialis
yang mengandung serabut- serabut n. sacralis ke-1 dan 2.
16
7) M. Soleus
Terletak di profunda m. gastrocnemius, berfungsi untuk
plantar fleksi pedis. Origonya melekat di permukaan posterior
caput fibulae dan juga di 1/3 proksimal permukaan posterior
corpus ossis fibulae serta melekat di linea poplitea dan 1/3
tengah tepi medial, tepi medial tibia. Berinsertio dengan m.
gastrocnemius bersama-sama membentuk tendo calcaneus
melekat di tuber calcanei, dimana membentuk massa muskuler
yang disebut dengan m. triscep surae disebut juga dengan
tendon calcaneus atau tendo achillus.
8) M. Peroneus Longus
Terletak di bagian proksimal sisi lateral cruris, terletak
lebih superficial dibanding dengan m. peroneus brevis.
Berfungsiuntuk pronasi dan plantar fleksi pedis. Origo melekat
pada caput dan 2/3 bagian proksimal fibulae. Insersio melekat di
sisi lateral basis os metatarsal I dan sisi lateral os. cuneiforme
medial.Muscular ini di inversi oleh n. Peroneus superficialis,
mengandung serabut-serabut n. lumbalis ke-4 dan ke-5 serta n.
sacralis ke-1
9) M. Peroneus Brevis
Musculus ini ditutupi oleh m. peroneus longus dan
merupakan muscul us terkecil dan terpendek di antara keduanya.
Otot ini bekerja seperti m. peroneus longus. Origo melekat di
bagian distal facies lateralis corpus ossis fibulae. Berinsersio
yang melekat pada tuberositas ossis metatarsal V disisi
lateralnya. Musculus ini mendapat inervasi dari n. lumbalis ke-4
dan 5 serta n. sacralis ke-1
Arcus Longitudinalis Lateralis ini rendah, dibentuk oleh
calcaneus, cuboideum, dan ossa metatarsalia keempat dan kelima.
Selama berjalan perbatasan lateral kaki berfungsi menerima dan
menanggung berat tubuh sebelum arcus longitudinalis medialis ikut
17
berperan. Arcus ini berposisi atau merata di permukaan engsel antara
IV berbentuk kubus dan metatarsal V
18
h. Pemeriksan Fisioterapi
Tabel 2.1 Pemeriksaan Fisioterapi
Jenis pemeriksan Nyeri plantar facitis
Anamesis Terdapat nyeri tekan pada plantar facia ,stress /aktifitas
berlebih menyebabkan peradangan pada plantar facia
dan memendeknya gastrocnemius dan acchilles.
Nyeri pada perlekatan plantar fascia di tuberositas
inferior calcaneus.
The Foot and Ankle Outcome Score
(FAOS) adalah salah satu kuesioner dengan lima item,
termasuk gejala dan gejala, rasa nyeri,ADL, olahraga,
rekreasi, dan kualitas hidup. Interpretasi FAOS ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai FAOS maka
kemampuan fungsional seseorang semakin baik
(Khotimah et al., 2021)
Jenis pemeriksan Nyeri plantar facitis
Inspeksi Melalui pengamatan arkus atau lengkung kaki, baik
pada saat non weightbearing maupun weightbearing
(Giovanni dan Greishberg, 2007), kelemahan pada
flat foot tidak mampu menahan beban , penampakan
calcaneus vagus.
Pemeriksaan Rontgen
penunjang
Pemeriksaan ultrasonografi atau USG
Pemeriksaan penunjang lain seperti MRI atau EMG
19
2. High Heels
a. Definisi
High heels adalah jenis sepatu yang didesain dengan hak yang
tinggi sehingga tumit akan lebih tinggi daripada jari kaki (Apparel
Search, 2017,(Sugiharti, 2021). Penggunaan high heels dapat
menjadikan wanita terlihat lebih elegan, dan lebih menarik (Guéguen
et al., 2016a). Namun, penggunaan high heels tidak berbanding lurus
dengan pengetahuan masyarakat mengenai cara penggunaan sepatu ini
dengan baik dan benar(Sugiharti, 2021).
High heels adalah suatu benda yang menarik perhatian banyak
orang terutama kaum perempuan. Dengan hak-nya yang tinggi, high
heels bisa membuat penampilan perempuan terlihat lebih sempurna dan
berkarakter.
Hak tinggi merupakan alas kaki yang memiliki tumit lebih
tinggi dari jari kaki dan membuat pemakainya tampak lebih
tinggi(Barnish & Barnish, 2016). Sepatu hak tinggi memiliki beragam
jenis bentuk yang menarik. Bentuknya bukan hanya membuat orang
yang memakainya terlihat semakin tinggi dan juga akan nampak lebih
anggun dan feminim(Barnish & Barnish, 2016).
Sepatu hak tinggi (high heels) merupakan simbol kuat
seksualitas wanita modern untuk meningkatkan daya tarik wanita
terhadap pria. Selain itu, Sepatu berperan menunjang aktivitas
seorang wanita dan memiliki fungsi kesehatan serta estetika. Sepatu
yang baik harus memenuhi kedua fungsi itu. Dari segi kesehatan,
sepatu melindungi dan menjaga kebersihan kaki serta membantu kaki
menopang tubuh (Wulan & Rahayu, Astriani, 2016).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sepatu hak
tinggi/high heels adalah suatu jenis sepatu dengan alas kaki yang
memiliki ketinggian tertentu pada bagian tumit sehingga pemakainya
tampak terlihat lebih tinggi dan lebih anggun serta feminim.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan sepatu hak tinggi banyak
20
digunakan oleh wanita diantaranya sebagai berikut:
1) Sepatu hak tinggi membuat wanita terlihat lebih tinggi.
2) Sepatu hak tinggi membuat penampilan lebih menarik.
3) Sepatu hak tinggi dapat meningkatkan percaya diri.
4) Sepatu hak tinggi dapat mempercantik dengan pakaian yang
dikenakan.(Parmentier, 2016).
1) Counter
Bagian belakang tumit kaki, berfungsi untuk memperkeras
bagianbelakang sepatu dan membentuk struktur sepatu.
2) Heel
Sebutan untuk bagian sepatu yang posisinya persis di
bawah tumit,heel menjadi ukuran tinggi rendahnya sepatu.
3) Sole
Bagian bawah sepatu yang bersentuhan dengan lantai.
4) Toe Box
Bagian dari sepatu untuk menutupi dan melindungi jari-jari
kaki. Bentuk ujung sepatu diklasifikasikan menjadi tiga 13
jenis (A) bulat, (B) persegi dan (C) runcing (Parmentier, 2016).
21
Gambar 2.7 Bentuk ujung depan sepatu
(Sumber: Branthwaite, 2013)(Parmentier, 2016)
22
2010)(Sugiharti, 2021).
Penggunaan high heels juga dapat memberikan stres
berlebih pada fascia plantaris karena terdapat penguluran berlebih dan
peningkatan tegangan sehingga terjadi inflamasi pada ligamen fascia
plantaris. Salah satu gambaran klinisnya yaitu ditemukan nyeri di
dekat perlekatan antara plantar fascia dan tulang calcaneus (National
Health Service, 2012) (Sugiharti, 2021)
23
3. Lama Berdiri
a. Definisi
Prolonged standing is often cited as a causative factor for heel
pain based on the theory that prolonged tensile loading of the plantar
fascia exposes individuals to the condition. However, no previous study
has adequately define prolonged standing. Even on the information
obtained from the medical website on the Internet, prolonged standing
is stated as one of the risk factor that causing plantar fasciitis. (Berdiri
lama adalah sering dikutip sebagai faktor penyebab tumit nyeri
berdasarkan teori bahwa beban tarik yang berkepanjangan dari plantar
fascia menghadapkan individu pada kondisi tersebut. Namun, belum
ada penelitian sebelumnya cukup mendefinisikan berdiri lama. Bahkan
pada informasi yang diperoleh dari situs medis di Internet, berdiri lama
dinyatakan sebagai salah satu faktor risiko yang menyebabkan plantar
fasciitis.(Afifah, I., & Sopiany, 2017)
24
lama berdiri lebih dari 4 jam sehari. Di zona ini, lama berdiri
menunjukkan peningkatan ketegangan otot dan risiko kesehatan,
sehingga membutuhkan segera tindakan untuk mengurangi
ketegangan otot.
B. Kerangka Berpikir
Plantar fasciitis adalah nyeri yang disebabkan oleh iritasi
degeneratif (insertion plantar fascia pada bagian medial di tuberositas
calcaneus. Nyeri yang dirasakan bersifat lokal dan merupakan
penyebab utama nyeri pada tumit bawah. Plantar fasciitis merupakan
salah satu penyakit degeneratif yang bersifat progresif. Fascia
plantaris terletak di permukaan telapak kaki, membentang dari
calcaneus ke arah jari-jari kaki. Kondisi pada plantar fasciitis
disebabkan karena penggunaan fascia plantaris yang berlebih,
meningkatkan aktivitas fisik dan usia. Penguluran yang berlebihan
atau over stretch fascia plantaris dapat menyebabkan kerobekan yang
akan menimbulkan peradangan pada fascia plantaris, tepatnya
mengenai pada bagian posterior calcaneus yang terkadang dapat juga
25
terjadi pada bagian anteromedial tuberositas calcaneus.
Fasciitis Plantaris merupakan nyeri tumit yang disebabkan
peradangan atau iritasi pada fascia plantaris. Fasciitis plantaris
ditandai dengan adanya keluhan nyeri pada tumit saat injakan pertama
di pagi hari, saat berjalan nyeri biasanya akan lebih berkurang.
Namun rasa sakit kemungkinan dirasakan lagi saat berdiri lama atau
bangun dari posisi duduk. Rasa sakit biasanya dibagian depan dan
dasar tumit. Pada tumit dengan posisi yang salah yaitu cenderung ke
arah posterolateral menyebabkan fascia lebih ter-stretch sehingga
menyebabkan iritasi pada fascia plantar, misalkan penggunaan alas
kaki yang tidak tepat seperti highheels atau alas kaki yang keras
menyebabkan fascia lebih terulur dalam jangka waktu lama. Oleh
karena itu, tumit dan telapak kaki cenderung mengalami gangguan
gerak dan fungsi, salah satunya adalah faciitis plantaris.
Plantar fasciitis menjadi penyebab utama pada nyeri tumit
yang di alami oleh orang dewasa. Selain nyeri pada tumit plantar
fasciitis juga menimbulkan nyeri pada bagian telapak kaki, hal ini
karena fascia plantaris membentang di sepanjang telapak kaki. Nyeri
pada telapak kaki biasanya disebabkan karena penggunaan alas kaki
yang tidak tepat dan menekan fascia terus menerus sehingga akan
menyebabkan peradangan.
Plantar fasciitis disebabkan adanya mikrotrauma akibat strain
berulang pada plantar fascia(Hyuck Weon & Gyu Cha, 2018). Namun
diketahui juga bahwa plantar fasciitis dapat disebabkan oleh berbagai
macam faktor (multifactorial) dan sangat kompleks. Beberapa peneliti
telah meneliti berbagai faktor terkait dengan kejadian plantar
fasciitis. Adapun faktor-faktor yang terkait dengan kejadian plantar
fasciitis diantaranya, faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik.
Plantar fasciitis dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain indeks massa tubuh (IMT) berlebih, kerja yang berhubungan
dengan aktivitas weight bearing, dan shock absorption yang buruk.
26
Faktor anatomi yang mempengaruhi antara lain kelainan panjang
tungkai, ketebalan bantalan tumit, peningkatan ketebalan plantar
fascia, abnormalitas pada arcus di kaki, ketidakseimbangan otot,
calcaneal spur, dan penurunan lingkup gerak sendi dorsofleksi ankle.
Penurunan lingkup gerak sendi dorsofleksi ankle dapat terjadi akibat
beberapa faktor antara lain pemendekan pada tendon Achilles dan
ketegangan otot posterior kaki bagian bawah.
Plantar fasciits dapat terjadi pada semua usia terutama pada
pertengahan usia dan lanjut usia. Ada beberapa faktor yang lebih
beresiko selain usia yaitu pekerjaan atau aktivitas yang lebih banyak
berdiri atau berjalan, waktu penggunan high heels, obesitas,
kehamilan, diabetes melitius, penggunaan sepatu kurang tepat serta
aktivitas fisik yang berlebihan seperti atlit.
Penggunaan sepatu hak tinggi membuat beban tubuh menjadi
condong ke arah depan sehingga membuat penekanan pada jari kaki
yang dapat menyebabkan suatu inflamasi pada fascia plantaris yang
khususnya mengenai sisi medial calcaneus dan mungkin juga dapat
membuat perubahan permanen dari struktur kaki sehingga dapat
terjadi deformitas kaki dan lama pengunaan pemakaian sepatu hak
tinggi yang disebut plantar fasciitis.
Berikut kerangka berpikir penulis sajikan dalam bentuk diagram
berikut ini:
27
Pegawai Bank
Kelemahan Peregangan/
tingkat stress
Pemendekan
Inflamasi
Nyeri
abnormal
Plantar Fasciitis
28
1. Lama berdiri
2. Penggunaan sepatu
Kejadian plantar
hak tinggi fascitiis
29
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan pendekatan deskripsi kuantitatif yang
termasuk dalam penelitian analisis dengan Teknik observasi. Penelitian
kuantitatif deskriptif digunakan untuk menggambarkan, menjelaskan, atau
meringkaskan berbagai kondisi, situasi, fenomena, atau berbagai variabel.
Teknik observasi digunakan untuk mendapatkan data dari tempat penelitian
dan peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data (Sugiyono,
2018:13).
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelatif. Studi korelasi
adalah metode penelitian yang dilakukan untuk menentukan keterkaitan
diantara variabel (Nakale et al., 2018) Studi korelasi merupakan metode
penelitian yang dilakukan untuk menentukan keterkaitan diantara 2 variabel.
Dalam hal ini akan memaparkan hasil pengukuran resiko plantar fasciitis
akibat lama pemakaian high heels yang diukur melalui khusus Test dengan
Windlass Test dan hasil pengukuran tinggi hak sepatu dengan penggaris.
Pengukuran tersebut digunakan untuk mengetahui hubungan lama
pemakaian high heels terhadap resiko plantar fasciitis pegawai bank Banten
Cabang Rangkasbitung Kabupaten Lebak.
30
3. Desain Penelitian
Desain penelitian ini merupakan penelitian analitik korelatif dengan
menggunakan desain cross-sectional untuk mengetahui hubungan lama
pemakaian high heels terhadap resiko plantar fasciitis pada pegawai bank
Banten Cabang Rangkasbitung cabang Rangkasbitung. Pada penelitian ini
variable lama pemakaian high heels merupakan independent dan resiko
plantar fasciitis yang merupakan variable dependent yang dilakukan pada
suatu saat tertentu. Hal ini berarti bahwa setiap subjek hanya dilakukan tiga
kali pengukuran pada saat penelitian. Dengan tekhnik sampling non
probably sampling tepatnya purposive sampling. Desain penelitian
dijelaskan dalam skema berikut :
X
PR
31
Rangkasbitung Kabupaten Lebak, yang berdasarkan kriteria inklusi.
b. Kriteria sample
1) Kriteria Inklusi (kriteria penerimaan)
Menurut (Yeni et al., 2022), kriteria inklusi adalah kriteria atau
ciriciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat
diambil sebagai sampel. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
a) Subjek merupakan pegawai di Bank Cabang Rangkasbitung
Kabupaten Lebak.
b) Subjek bersifat kooperatif (mampu dan bersedia memberikan data
apa adanya)
c) Berjenis kelamin perempuan
d) Usia 20-25
e) Menandatangani inform consent sehingga dapat menjadi responden
dalam penelitian.
2) Kriteria Ekslusi (kriteria penolakan )
Menurut(Yeni et al., 2022), kriteria eksklusi adalah dengan
menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang tidak memenuhi
kriteria inklusi. Kriteria penolakan sampel dalam penelitian ini adalah:
a) Riwayat pernah terkena cidera tumit.
b) Terdapat fraktur pada ekstremitas bawah.
c) Subjek tidak bersedia menjadi responden.
d) Subjek sedang hamil.
3) Kriteria drop out
Kriteria pengguguran adalah kriteria dimana sampel bisa
dianggap tidak dapat diteruskan penelitiannya karena kriteria berikut :
a) Tidak berkerja sama dengan penelitian.
32
b) Menyatakan mengundurkan diri dari penelitian dengan alasan
apapun.
D. Instrumen Penelitian
1. Variabel Penelitian
a. Variabel bebas
Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah lama
pemakaian high heels.
b. Variabel terikat
Variabel terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah resiko plantar
fasciitis.
2. Definisi konseptual
a. Plantar faciitis adalah peradangan yang terjadi pada plantar facia
akibat penguluran berlebih pada plantar facia yang menyebabkan
inflamasi fascia plantaris yang khususnya mengenai sisi medial
calcaneus. Pemakaian high heels membuat pemakainya terlihat lebih
tinggi dan anggun. Sedangkan lama bediri kegiatan tubuh berada dalam
satu postur yang sama dalam waktu tertentu.
b. Sepatu Hak Tinggi
Sepatu hak tinggi/high heels adalah suatu jenis sepatu dengan alas kaki
yang memiliki ketinggian tertentu pada bagian tumit sehingga
pemakainya tampak terlihat lebih tinggi dan lebih anggun serta feminim
c. Lama Berdiri
Lama berdiri merupakan kegiatan tubuh berada dalam satu postur yang
sama dalam waktu tertentu
3. Definisi operasional
a. Pengukuran Tinggi Hak
Sepatu hak tinggi diukur dari dasar tumit hingga sejajar dengan jari kaki
menggunakan penggaris pita berskala cm.
Tes prosedur pengukurannya dijelaskan sebagai berikut :
1) Alat dan fasilitas :
a) Penggaris
33
b) Alat tulis dan kertas
2) Prosedur :
a) Peneliti mempersiapkan alat yang digunakan yaitu penggaris dan
alat tulis
b) Sampel diminta untuk berdiri dengan punggung dan kepala
menempel tegak lurus dengan tembok, tungkai bawah ekstensi
penuh dengan telapak kaki menempel pada boks.
b. Pengukuran Lama Berdiri
Data diperoleh melalui kuisioner yang berisi pertanyaan kepada
responden
c. Prosedur pemeriksaan plantar fasciitis
Tahapan pemeriksaan resiko plantar fasciitis melalui khusus test dengan
Windlass Test (lihat tabel 3.1)
Pengukuran resiko plantar fasciitis dengan Windlass Test,
dijelaskan sebagai berikut :
1) Alat dan fasilitas :
a) Dinding tinggi
b) Roll meteran
c) Kapur berwarna
d) Alat tulis dan kertas
2) Prosedur :
a) Posisi responden berdiri diatas stool atau kursi.
b) Posisi peneliti berada di samping tungkai responden yang akan di
tes
c) Posisikan kaki responden dimana head metatarsal bertumpu pada
tepi stool sambil responden meletakan berat badan diatas tungkai
d) Selanjutan dorso fleksikan ibu jari responden secara pasif
Interpretasi : Test positif jika responden mesara nyeri atau nyeri
bertambah pada insersio fascia plantar(Afitha & Wulandari, Irine
Dwitasari, 2021)
34
Tes windlass dilakukan pada pasien dengan cara meminta pasien
berdiri berjinjit. Dalam sebuah studi oleh De Garceau et al, pasien
harus weight bearing selama uji windlass (gambar 2.10) meningkatkan
sensitivitas tes dari 13,6% menjadi 31,8%.
35
Gambar 3.2 Windlass test (Arisandy, 2019)(Bolgla et al., 2004)
E. Teknik Analisis Data
Analisis data atau pengolahan data merupakan satu langkah penting
dalam penelitian. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis statistic, dengan menggunakan system SPSS (Statistical Product and
Service Solution) versi 21. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain :
1. Uji normalitas
Untuk mengetahui apakah populasi berdistribusi normal maka digunakan
uji normalitas. Uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov
Test. Sebagai patokan untuk uji normalitas adalah dilihat dari nilai
probabilitasnya (p), jika nilai p > nilai α (0,05) maka data berdistribusi
normal. Sebaliknya, jika p < nilai α (0,05) maka data berdistribusi tidak
normal.
2. Uji hipotesis
Karena data berdistribusi normal, pengujian hipotesis dianalisis dengan uji
parametrik menggunakan uji Pearson Product Moment Test untuk
mengetahui pilihan uji korelasi arah hubungan antara dua variable. Adapun
hipotesis yang diajukan yaitu :
Ho : Tidak terdapat hubungan lama pemakaian high heels terhadap
resiko plantar fasciitis pada pegawai bank Banten Cabang
Rangkasbitung.
36
H1 : Terdapat hubungan lama pemakaian high heels terhadap resiko
plantar fasciitis pada pegawai bank Banten Cabang
Rangkasbitung.
Berdasarkan buku Sopiyudin Dahlan (2014) nilai kekuatan hubungan (r)
dapat dintepretasikan sebagai berikut:
37
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal :
Aras, Djohan, Ahmad, Arisandi, Ahmad, Hasnia. Physical Therapy Special Test
II. - Surakarta: Widya Physio Publishing, 2019. Text.
John V. Thompson, DO; Sundeep S. Saini, OMS IV; Christopher W. Reb, DO;
and Joseph N. Daniel D. Diagnosis and Management of Plantar Fasciitis. J
Am Osteopath Assoc. 2014;114(12):900–6
Johnson RE, Haas K, Lindow K, Shields R. Plantar fasciitis: What is the diagnosis
and treatment? Orthop Nurs. 2014;33(4):198–204
38
Trojian T, Tucker AK. Plantar Fasciitis. Am Fam Physician. 2019 Jun
15;99(12):744-750. PMID: 31194492.
Wulan, Anggraeni Janar Rahayu, Astriani, 2016, Risiko Pemakaian Sepatu Hak
Tinggi bagi Kesehatan Tungkai Bawah The Health Risks of Wearing High
Heeled Shoes for The Legs. Jurnal Majority, Volume 5. Nomor 3,
September 2016,22
Web Site :
https://www.gleneagles.com.sg/id/specialties/medical-specialties/orthopaedic-
surgery-sports-medicine/foot-pain
https://flexfreeclinic.com/infokesehatan/detail/40?title=plantar-fasciitis-nyeri-
pada-tumit
39