Anda di halaman 1dari 11

PERENCANAAN PENYALURAN AIR BUANGAN DOMESTIK SISTEM

TERPUSAT DI KECAMATAN X, KABUPATEN Y

DISUSUN OLEH:
RAHMA S

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR TABEL iv
BAB I PENDAHULUAN I-1
1.1 Latar Belakang I-1
1.2 Identifikasi Masalah I-1
1.3 Pembatasan Masalah I-1
1.4 Rumusan Masalah I-1
1.5 Rumusan Tujuan I-1
1.6 Rumusan Manfaat I-2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-2
2.1 Air Limbah Domestik II-2
2.2 Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik II-2
2.3 Kriteria Perencanaan II-3
2.3.1 Fluktuasi Pengaliran (Flow Rate) II-3
2.3.2 Kecepatan, Kemiringan, dan Diameter Pipa II-3
2.3.3 Kedalaman dan Kemiringan Saluran II-3
2.3.4 Profil Pipa dan Pemilihan Bahan II-4
BAB III METODOLOGI PERENCANAAN III-4
3.1 Tempat dan Waktu III-4
3.2 Pengambilan Data Primer dan Sekunder III-4
3.2.1 Data Primer III-5
3.2.2 Data Sekunder III-5
3.3 Teknik Analisis Data III-5
DAFTAR PUSTAKA III-6

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar II-1 Kurva Hidrolik II-3


Gambar III-1 Peta Wilayah Perencanaan III-4

3
DAFTAR TABEL

Tabel II-1 Parameter Kualitas Air Limbah Domestik II-2


Tabel III-1 Metode Identifikasi Wilayah Perencanaan III-4

4
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan air oleh manusia akan menghasilkan air buangan berupa air limbah
domestik yang terdiri dari black water dan grey water. Air buangan harus dikelola dengan baik.
Apabila tidak dikelola dengan baik, air buangan dapat mencemari lingkungan termasuk badan
air penerima seperti sungai, danau, laut dan sebagainya yang dalam waktu tertentu akan
merusak keseimbangan ekosistem. Akibatnya, terjadi masalah pada kesehatan penduduk dan
bertambahnya biaya pengolahan air minum oleh perusahaan air minum serta dampak negatif
lainnya.
Bertambahnya jumlah penduduk mengakibatkan meningkatnya kebutuhan air yang
sejalan dengan meningkatnya jumlah air limbah domestik. Hal ini terjadi pada Kabupaten Y.
Kabupaten Y merupakan wilayah yang berada di Jawa Timur dengan jumlah penduduk sebesar
1.344.038 jiwa dimana jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar 0,96% dari tahun
sebelumnya. Peningkatan jumlah penduduk ini juga diiringi dengan peningkatan timbulan air
limbah yang harus dikelola. Kabupaten Y memiliki catatan bahwa pengelolaan air limbah
belum dilaksanakan secara optimal. Air limbah domestik yang dihasilkan langsung dibuang ke
saluran drainase sehingga menyebabkan bau yang tidak sedap. Pengelolaan air limbah terpusat
hanya difokuskan pada klaster industri tahu dan belum melayani untuk buangan domestik.
Oleh karena itu, untuk menghindari hindari dampak yang berkepanjangan akibat tidak
adanya sistem penyaluran air buangan yang baik, maka diperlukan suatu perencanaan
penyaluran air buangan dan pengelolaan air limbah di wilayah studi yaitu di Kecamatan X yang
merupakan wilayah dengan area beresiko tinggi air limbah di Kabupaten Y. Perencanaan ini
akan disesuaikan dengan kondisi wilayah dan masyarakat setempat.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Air buangan domestik langsung dibuang pada saluran drainase perkotaan sehingga
menimbulkan bau yang tidak sedap.
2. Sistem pengelolaan air limbah belum melayani masyarakat secara luas dan hanya berfokus
pada industri tahu.
1.3 Pembatasan Masalah
1. Wilayah pelayanan penyaluran air buangan adalah Kecamatan X.
2. Pengelolaan air buangan dilakukan dengan sistem off site.
3. Limbah yang disalurkan dalam sistem ini adalah limbah domestik rumah tangga.
1.4 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi umum kecamatan X sebagai wilayah perencanaan?
2. Bagaimana kondisi eksisting sarana sanitasi dan lingkungan Kecamatan X?
3. Bagaimana perencanaan sistem penyaluran air buangan di Kecamatan X?
1.5 Rumusan Tujuan
1. Mengetahui kondisi umum Kecamatan X sebagai wilayah perencanaan.
2. Mengetahui kondisi eksisting sarana sanitasi dan lingkungan di Kecamatan X.
3. Merencanakan sistem penyaluran air buangan di Kecamatan X.
1.6 Rumusan Manfaat
1. Penulis

1
Penyusunan perencanaan ini dapat menambah wawasan bagi penulis dalam hal pengelolaan
air buangan sehingga diharapkan ilmu atau wawasan yang telah didapat dalam proses
penyusunan perencanaan ini dapat diterapkan untuk masa yang akan mendatang.
2. Pemerintah
Hasil dari penyusunan perencanaan ini dapat dijadikan studi literatur dalam perencanaan
penyaluran air buangan oleh dinas terkait di Kabupaten Y.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air Limbah Domestik
Menurut Peraturan Menteri PUPR Republik Indonesia Nomor 04/PRT/M/2017 tentang
Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik, Air Limbah Domestik adalah air
limbah yang berasal dari usaha dan/atau kegiatan pemukiman, rumah makan, perkantoran,
perniagaan, apartemen, dan asrama. Air limbah domestik yang berasal dari sektor rumah tangga
dapat berupa grey water dan black water. Grey water berasal dari kegiatan pencucian atau
memasak. Sedangkan untuk black water berasal dari kegiatan kakus. Air limbah domestic
memiliki karakteristik tertentu seperti pH, BOD, COD, TSS, minyak dan lemak, ammonia,
serta total coliform yang digunakan untuk menentukan baku mutu. Baku mutu air limbah
domestik tercantum dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 68
Tahun 2016 sebagai berikut:
Tabel II-1 Parameter Kualitas Air Limbah Domestik
Parameter Satuan Kadar Maksimum
pH - 6–9
BOD mg/L 30
COD mg/L 100
TSS mg/L 30
Minyak dan Lemak mg/L 5
Ammonia mg/L 10
Total Coliform Jumlah/100mL 3000
Debit L/org/hari 100
Sumber: Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.68 Tahun 2016
2.2 Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik
Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) adalah serangkaian kegiatan
pengelolaan air limbah domestic dalam satu kesatuan dengan prasarana dan sarana pengelolaan
air limbah domestic. Sistem ini dibagi menjadi 3 sub bagian yaitu sub-sistem pelayanan, sub-
sistem pengumpulan, dan sub-sistem pengolahan terpusat. Sub-pelayanan merupakan sarana
dan prasarana untuk menyalurkan air limbah domestic dari sumbernya yang dilengkapi dengan
pipa tinja, pipa nontinja, bak penangkap lemak, pipa persil, bak control, dan bak inspeksi.
Subsistem pengumpulan adalah sarana dan prasarana untuk menyalurkan air limbah domestic
melalui perpipaan dari sistem pelayanan ke sistem pengelolaan terpusat dan dilengkapi dengan
pipa retikulasi, pipa induk, dan pelengkapnya. Sedangkan sarana dan prasarana untuk
mengolah air limbah domestic yaitu sub-sistem pengolahan terpusat. SPALD juga dibagi
menjadi dua jenis sebagai berikut:
− SPALD Setempat (SPALD-S) adalah sistem pengelolaan yang dilakukan dengan mengolah
limbah domestic di sumber dan lumpur hasil olahan akan diangkut dengan sarana
pengangkut ke subsistem pengolahan lumpur tinja.
− SPALD Terpusat (SPALD-T) adalah sistem pengelolaan yang dilakukan dengan
mengalirkan air limbah domestic dari lokasi sumber secara kolektif ke sub-sistem
pengolahan terpusat untuk diolah sebelum dibuang ke badan air permukaan.

1
2.3 Kriteria Perencanaan
Kriteria perencanaan terdiri dari fluktuasi pengaliran, kecepatan, kemiringan pipa,
diameter pipa, kedalaman saluran, kemiringan saluran, profil pipa, pemilihan bahan saluran,
dan perlengkapan saluran. Berikut adalah penjelasan dari setiap kriteria desain penyaluran air
buangan:
2.3.1 Fluktuasi Pengaliran (Flow Rate)
Fluktuasi terjadi karena adanya perbedaan yang signifikan terhadap timbulan air limbah
domestic dikarenakan faktor kegiatan dalam penggunaan air. Pemakaian air rata-rata setiap
orang adalah 100 – 200 L/org/hari. Dapat diasumsikan bahwa air limbah yang dihasilkan
sebesar 80% dari pemakaian air bersih.
2.3.2 Kecepatan, Kemiringan, dan Diameter Pipa
Kecepatan dan kemiringan pipa adalah unsur yang mendukung aliran agar terjadi self
cleansing sehingga tidak terjadi endapan di pipa. Kecepatan aliran penyaluran air buangan
harus memenuhi syarat sebesar 0,6 m/s – 3 m/s. Kecepatan juga dipengaruhi oleh koefisien
pipa dimana koefisien pipa yang diperbolehkan yaitu n = 0,0009 (pipa PVC) daa n=0,0013
(pipa HDPE). Kecepatan juga dapat diatur dengan mengubah diameter pipa. Diameter pipa
dapat ditentukan dengan menggunakan rumus manning dan memperhatikan kurva hidrolik pipa
air buangan.

Gambar II-1 Kurva Hidrolik


Sumber: Buku A SPALDT
2.3.3 Kedalaman dan Kemiringan Saluran
Kedalaman pipa disesuaikan dengan fungsi pipa. Pipa persil diletakkan 0,45 m – 1,00
m dari permukaan tanah. Pipa persil berfungsi untuk mengalirakn air limbah domestic menuju
sub-sistem pengumpul. Pipa servis diletakkan 1,00 – 1,20 m dari permukaan tanah. Pipa servis
berperan dalam mengalirkan air limbah domestic dari pipa lateral ke pipa induk. Pipa awal
lateral diletakkan pad 1,00 – 1,20 m dari permukaan tanah. Peletakan pipa juga harus
memperhatikan kemiringannya agar kecepatan yang dihasilkan memenuhi syarat.
2.3.4 Profil Pipa dan Pemilihan Bahan
Pipa merupakan perlengkapan utama dalam penyaluran air buangan. Bahan dan jenis
pipa harus dipertimbangkan dengan seksama. Pemilihan bahan pipa memperhatikan kondisi
lapangan, topografi tanah, koefisien gesekan, sifat aliran dalam pipa, lifetime, kekuatan

2
struktur, dan sebagainya. Pipa yang digunakan dalam penyaluran air buangan adalah pipa jenis
PVC, HDPE, dan semen.
BAB III
METODOLOGI PERENCANAAN
3.1 Tempat dan Waktu
Perencanaan akan dilakukan di Kecamatan X, Kabupaten Y, Jawa Timur. Penyusunan
perencanaan akan dimulai tanggal 18 November 2021 dan dilaksanakan selama 3 bulan.

Gambar III-1 Peta Wilayah Perencanaan

3.2 Pengambilan Data Primer dan Sekunder


Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode sebagai berikut:
1. Metode literatur yakni metode pengumpulan data yang dilakukan dengan membaca dan
mempelajari literatur yang terkait untuk digunakan sebagai acuan atau pedoman dalam
pembahasan objek studi.
2. Metode pengamatan yaitu metode pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan
secara langsung di lokasi pelaksanaan perencanaan.
Tabel III-1 Metode Identifikasi Wilayah Perencanaan
Jenis Data Sumber Data Metode Perolehan Data Data yang Diperoleh
Luas Wilayah BPS Metode Literatur Luas Total Wilayah
(Pengambilan Data di BPS) Pelayanan
Topografi BPS Metode Literatur Elevasi dan Kontur
(Pengambilan Data di BPS) Permukaan Tanah
Hidrogeologi BPS Metode Literatur Data Struktur Tanah
(Pengambilan Data di BPS)

3.2.1 Data Primer


Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber asli atau secara
langsung. Untuk mendapatkan data-data primer tersebut dilakukan melalui:

3
1. Survei Real Demand yaitu survei masing-masing kecamatan dengan minimal 30 responden
dengan menggunakan software Mwater yang dilakukan secara online dengan foto dan titik
GPS.
2. Survei lokasi IPAL dan sistem sanitasi setempat.
3. Survei jalan, jembatan, rel kereta api yang digunakan dalam saluran pipa.
4. Survei sempadan jalan.
5. Survei tracking GPS area pelayanan dan foto geotagging.
3.2.2 Data Sekunder
Suatu perencanaan sistem penyaluran air buangan yang baik dibuat dengan
mengumpulkan mengenai data-data penunjang atau yang biasa disebut dengan istilah data
sekunder antara lain:
1. Kondisi iklim, mencakup: Variasi temperature, curah hujan, musim penghujan, dan musim
kemarau.
2. Kondisi daerah, mencakup: Topografi, geologi, termasuk kestabilan tanah, kemiringan
lahan, hidrogeologi termasuk fluktuasi tinggi muka air tanah, mudah tidaknya tergenang air
atau banjir.
3. Kondisi kependudukan, mecakup: Jumlah penduduk saat ini dan proyeksi masa depan,
kondisi kesehatan berdasarkan umur, tingkat kepadatan penduduk, kepadatan dan pola
pertumbuhan penduduk, tipe rumah penghunian dan pola kepemilikan.
4. Kondisi sanitasi lingkungan, mencakup: tingkat pelayanan air bersih, cara pembuangan
kotoran yang ada, fasilitas drainase yang sudah ada, fasilitas air buangan yang sudah ada,
permasalahan lingkungan yang ada.
5. Faktor Sosial dan Budaya, mencakup: Persepsi masyarakat, sikap dan penggunaan terhadap
fasilitas sanitasi.
6. Alasan masyarakat untuk menerima atau menolak setiap usaha perbaikan kualitas
lingkungan, mencakup: Tingkat pendidikan masyarakat, faktor keagamaan dan budaya,
sikap terhadap reklamasi sumber-sumber daya yang ada.
3.3 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data digunakan untuk mengkaji lebih lanjut data fisik, sosial, dan
ekonomi pada daerah perencanaan. Data tersebut nantinya akan dikaitkan dengan proses
perencanaan sistem penyaluran air buangan yang akan dilakukan. Sehingga pada akhirnya
diharapkan akan diperoleh suatu perencanaan yang dibangun atas dasar pertimbangan data
yang dianalisis.
Dalam perencanaan ini, dilakukan Teknik analisis data sebagai berikut:
1. Perhitungan jumlah penduduk
2. Penentuan blok pelayanan
3. Penentuan jalur alternatif untuk penyaluran air buangan.
4. Perhitungan debit air buangan
5. Perhitungan dimensi saluran air buangan
6. Perhitungan debit penggelontoran
7. Penyusunan gambar menggunakan QGIS dalam pembuatan peta ( Peta Administratif,
Hidrologi, Tata Guna Lahan, Topografi, dan Jenis Tanah) serta menggunakan AutoCad
dalam pembuatan perencanaan fisik bangunan adatu Detail Engineering Design (DED).
8. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya.

4
4. DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Buku A Panduan Perencanaan Teknik
Terinci Sub-Sistem Pelayanan dan Sub-Sistem Pengumpulan, 2018.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Buku Utama Pedoman Perencanaan
Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat (SPALD-T), 2018
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor
04/PRT/M/2017 Tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik

Anda mungkin juga menyukai