Anda di halaman 1dari 34

BAB III

ANALISIS PUTUSAN PERKARA PIDANA

Nomor : 3/Pid.Sus/2019/PN.Kbj

A. Kasus Posisi

1. Identitas Terdakwa

Nama Lengkap : Yogi Hamdani

Tempat lahir : Berastagi

Umur/Tanggal Lahir : 30 tahun/ 12 Maret 1984

Jenis Kelamin : Laki-laki.

Kewarganegaraan : Indonesia.

Tempat Tinggal : Lembah Berkah Kel.Gundaling Kec.Berastagi

Kab.Karo

A g ama : Islam.

Pekerjaan : Wiraswasta

2. Dakwaan Jaksa

Bahwa Terdakwa Yogi Hamdani pada hari Selasa tanggal 28 Agustus

2018 sekira pukul 09.00 Wib atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam

bulan Agustus tahun 2018, tepatnya di kedai kopi milik Dedi Tarigan (dpo)
yang terletak di Lembah Berkah Kel. Gundaling I Kec. Berastagi Kab. Karo,

atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah

hukum Pengadilan Negeri Kabanjahe, “Setiap Penyalahguna Narkotika

Golongan I bagi diri sendiri” Perbuatan tersebut dilakukan oleh Terdakwa

dengan cara-cara sebagai berikut :

Bahwa pada awalnya pada hari Selasa tanggal 28 Agustus 2018 sekira

pukul 08.30 wib terdakwa datang ke kedai kopi milik Dedi Tarigan (dpo),

kemudian terdakwa bertemu dengan Abdi Apriadi Ginting (dilakukan

penuntutan terpisah) yang menjaga kedai kopi milik Dedi Tarigan (dpo)

tersebut. Terdakwa kemudian memesan teh kepada Abdi Apriadi Ginting dan

oleh Abdi Apriadi Ginting (dilakukan penuntutan terpisah) kemudian berkata

kepada terdakwa “kalau mau ganja beli kertasnya dulu”. Terdakwa kemudian

menyerahkan uang Rp. 2000 (dua ribu rupiah) kepada Abdi Apriadi Ginting

(dilakukan penuntutan terpisah) dan oleh Abdi Apriadi Ginting (dilakukan

penuntutan terpisah) kemudian mengambil sebagian ganja yang dimilikinya

kemudian mencampurkannya dengan tembakau rokok lucky strike lalu

kemudian membakar dan menghisap ganja tersebut. Setelah selesai menghisap

ganja tersebut, Abdi Apriadi Ginting kemudian menyerahkan sisa lintingan

ganja tersebut kepada terdakwa untuk terdakwa hisap. Pada saat terdakwa

sedang mengisap ganja, datang Boy Sandi Sitepu (dilakukan penuntutan

terpisah) dan memesan teh kepada Abdi Apriadi Ginting (dilakukan

penuntutan terpisah).
Bahwa kemudian pada hari Selasa tanggal 28 Agustus 2018 sekira

pukul 09.00 Wib terdakwa ditangkap oleh saksi Dermawan Sitepu dan saksi

Sujatmiko yang telah memperoleh informasi dari masyarakat bahwa di kedai

kopi milik Dedi Tarigan (dpo) yang terletak di Lembah Berkah Kel.

Gundaling I Kec. Berastagi Kab. Karo sering terjadi tindak pidana Narkotika

kemudian melakukan pengecekan dan melakukan penangkapan terhadap

terdakwa Yogi Hamdani.

Bahwa pada saat dilakukan penangkapan terhadap terdakwa turut

diamankan barang bukti berupa 1 (satu) linting rokok lucky strike diduga

berisikan narkotika jenis ganja seberat brutto 0,60 (nol koma enam puluh)

gram, 1 (satu) bungkus kertas tik tak merek Nicon. Bahwa terdakwa mengakui

kepada para saksi dari kepolisian bahwa barang butki yang ditemukan tersebut

adalah milik terdakwa yang terdakwa peroleh dari Abdi Apriadi Ginting

(dilakukan penuntutan terpisah).

Bahwa adapun tujuan terdakwa membeli narkotika jenis ganja tersebut

adalah untuk dipergunakan sendiri dan adapun cara terdakwa menggunakan

narkotika jenis ganja tersebut adalah dengan cara mengambil tembakau rokok

Lucky Strike dan kemudian mengambil sebagian serbuk ganja tersebut dan

mencampurnya lalu membalut dengan kertas tiktak kemudian membakar

dengan mancis lalu menghisapnya seperti menghisap rokok kemudian

mengeluarkan asapnya dari hidung dan mulut.


Bahwa barang bukti yang ditemukan bersama dengan terdakwa

dilakukan penimbangan dan mempunyai hasil berdasarkan Berita acara

penimbangan dari Pegadaian No. 233/IL.1.11.10136/2018 tanggal 28 Agustus

2018, yang surat tersebut menerangkan pada pokoknya telah ditimbang:

1 (satu) linting rokok Lucky Strike yang tembakaunya diduga telah

dicampur dengan serbuk narkotika jenis ganja setelah ditimbang seberat 0,60

(nol koma enam puluh) gram.

Bahwa barang bukti yang ditemukan bersama dengan terdakwa

dilakukan pemeriksaan di Laboratorium dan mempunyai hasil berdasarkan

Surat Berita Acara Analisis Laboratorium Barang Bukti Narkotika No. Lab:

10243/NNF/2018 tanggal 18 September 2018, yang surat tersebut pada

pokoknya menerangkan yaitu telah melakukan pemeriksaan terhadap:

a. 1 (satu) bungkus plastik berisi 1 (satu) puntung rokok dengan berat

netto 0,60 (nol koma enam puluh) gram.

b. 1 (satu) botol plastik berisi 25 (dua puluh lima) ml urine yang barang

bukti A, dan B adalah milik Terdakwa Yogi Hamdani

Dari hasil analisis tersebut pada BAB IV, kami pemeriksa mengambil

kesimpulan bahwa barang bukti A dan B milik terdakwa Yogi Hamdani

adalah:

Barang bukti A dan B benar ganja dan terdaftar dalam Golongan I

(satu) nomor urut 08 dan nomor urut 09 Lampiran I Undang – Undang

Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.


Bahwa terdakwa tidak memiliki izin dari pihak yang berwenang untuk

menyalahgunakan Narkotika Golongan I bukan tanaman bagi diri sendiri

tersebut. Perbuatan terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam

pidana dalam Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

B. Putusan Hakim

1. Alat Bukti Dan Keterangan Saksi

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dakwaannya Penuntut Umum

telah mengajukan Saksi-saksi sebagai berikut:

a. Saksi Sujatmiko,

Di bawah sumpah, yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut :

(1) Bahwa benar Saksi menerangkan sewaktu dimintai keterangannya

dalam keadaan sehat jasmani dan rohani bersedia dimintai keterangan

dan memberikan keterangan yang sebenarnya.

(2) Bahwa benar saksi mengerti apa sebabnya diperiksa dan dimintai

keterangan saat sekarang ini sehubungan dengan tindak pidana

Narkotika yang dilakukan oleh Yogi Hamdani.

(3) Bahwa benar saksi mendapatkan laporan dari masyarakat, dan

kemudian saksi langsung ke TKP yang terletak di Lembah Berkah

Kel. Gundaling I Kec. Berastagi Kab. Karo tepatnya di kedai kopi

milik Dedi Tarigan dan kemudian melakukan penangkapan kepada diri


terdakwa. Bahwa adapun terdakwa ditangkap oleh pihak Kepolisian

dikarenakan pada saat para saksi melakukan pengecekan terhadap

lokasi tersebut ditemukan 1 (satu) linting rokok lucky strike diduga

berisi narkotika jenis ganja setelah ditimbang seberat brutto 0,60 (nol

koma enam puluh) gram. Adapun penangkapan terhadap terdakwa

dilakukan pada hari Selasa tanggal 28 Agustus 2018 sekira pukul

09.00 Wib dan adapun yang tangkap pada saat itu adalah terdakwa

Yogi Hamdani, saksi Abdi Apriadi Ginting dan saksi Boy Sandi

Sitepu.

(4) Bahwa pada saat dilakukan penangkapan turut diamankan barang

bukti berupa 1 (satu) linting rokok lucky strike diduga berisi narkotika

jenis ganja seberat brutto 0,60 (nol koma enam puluh) gram, dan 1

(satu) bungkus kertas tik tak merek Nicon.

(5) Bahwa benar menurut pengakuan terdakwa kepada saksi barang bukti

tersebut adalah milik terdakwa yang terdakwa peroleh dari saksi Abdi

Apriadi Ginting.

(6) Bahwa benar terdakwa tidak memiliki izin untuk memiliki dan

menyimpan narkotika tersebut.

(7) Bahwa benar saksi membenarkan semua BAP.

(8) Bahwa terdakwa membenarkan semua keterangan saksi tersebut.

b. Saksi Dermawan Sitepu, yang keterangannya di bacakan dimuka

persidangan, yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut :


(1) Bahwa benar Saksi menerangkan sewaktu dimintai keterangannya

dalam keadaan sehat jasmani dan rohani bersedia dimintai keterangan

dan memberikan keterangan yang sebenarnya.

(2) Bahwa benar saksi mengerti apa sebabnya diperiksa dan dimintai

keterangan saat sekarang ini sehubungan dengan tindak pidana

Narkotika yang dilakukan oleh Yogi Hamdani.

(3) Bahwa benar saksi mendapatkan laporan dari masyarakat, dan

kemudian saksi langsung ke TKP yang terletak di Lembah Berkah

Kel. Gundaling I Kec. Berastagi Kab. Karo tepatnya di kedai kopi

milik Dedi Tarigan dan kemudian melakukan penangkapan kepada

diri terdakwa.

(4) Bahwa adapun terdakwa ditangkap oleh pihak Kepolisian dikarenakan

pada saat para saksi melakukan pengecekan terhadap lokasi tersebut

ditemukan 1 (satu) linting rokok lucky strike diduga berisi narkotika

jenis ganja setelah ditimbang seberat brutto 0,60 (nol koma enam

puluh) gram. Adapun penangkapan terhadap terdakwa dilakukan pada

hari Selasa tan ggal 28 Agustus 2018 sekira pukul 09.00 Wib dan

adapun yang tangkap pada saat itu adalah terdakwa Yogi Hamdani,

saksi Abdi Apriadi Ginting dan saksi Boy Sandi Sitepu.

(5) Bahwa pada saat dilakukan penangkapan turut diamankan barang

bukti berupa 1 (satu) linting rokok lucky strike diduga berisi narkotika
jenis ganja seberat brutto 0,60 (nol koma enam puluh) gram, dan 1

(satu) bungkus kertas tik tak merek Nicon.

(6) Bahwa benar menurut pengakuan terdakwa kepada saksi barang bukti

tersebut adalah milik terdakwa yang terdakwa peroleh dari saksi Abdi

Apriadi Ginting.

(7) Bahwa benar terdakwa tidak memiliki izin untuk memiliki dan

menyimpan narkotika tersebut.

(8) Bahwa terdakwa membenarkan semua keterangan saksi tersebut.

c. Saksi Boy Sandi Sitepu, di bawah sumpah sesuai ajaran agama Islam,

yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut :

(1) Bahwa benar Saksi menerangkan sewaktu dimintai keterangannya

dalam keadaan sehat jasmani dan rohani bersedia dimintai keterangan

dan memberikan keterangan yang sebenarnya.

(2) Bahwa benar saksi mengerti apa sebabnya diperiksa dan dimintai

keterangan saat sekarang ini sehubungan dengan tindak pidana

Narkotika yang dilakukan oleh Yogi Hamdani.

(3) Bahwa benar pada awalnya pada hari Selasa 28 Agustus 2018 sekira

pukul 08.30 wib, saksi pergi ke kedai milik Dedi Tarigan untuk

membeli teh manis setelah sampai di kedai tersebut, saksi melihat

terdakwa Yogi Hamdani sudah berada di kedai tersebut sambil

mengkonsumsi 1 (satu) linting rokok Lucky Strike yang berisikan

narkotika jenis ganja. Tidak lama berselang saksi melihat 4 (empat)


orang mendatangi kedai milik Dedi Tarigan dan kemudian langsung

melakukan penangkapan terhadap terdakwa Yogi Hamdani, saksi Boy

Sandi Sitepu dan Abdi Apriadi Ginting.

(4) Adapun penangkapan terhadap terdakwa dilakukan pada hari Selasa

tanggal 28 Agustus 2018 sekira pukul 09.00 Wib.

(5) Bahwa pada saat dilakukan penangkapan turut diamankan barang

bukti berupa 1 (satu) linting rokok lucky strike diduga berisi narkotika

jenis ganja seberat brutto 0,60 (nol koma enam puluh) gram, dan 1

(satu) bungkus kertas tik tak merek Nicon pada diri terdakwa Yogi

Hamdani.

(6) Bahwa benar barang bukti tersebut adalah milik terdakwa yang

terdakwa peroleh dari saksi Abdi Apriadi Ginting.

(7) Bahwa benar terdakwa tidak memiliki izin untuk memiliki dan

menyimpan narkotika tersebut.

(8) Bahwa benar saksi membenarkan semua BAP.

(9) Bahwa terdakwa membenarkan semua keterangan saksi tersebut.

Bahwa Terdakwa di persidangan telah memberikan keterangan yang

pada pokoknya sebagai berikut: Bahwa benar Terdakwa menerangkan

sewaktu dimintai keterangannya dalam keadaan sehat jasmani dan rohani

bersedia dimintai keterangan dan memberikan keterangan yang sebenarnya.


Bahwa benar pada awalnya pada hari Selasa tanggal 28 Agustus 2018

sekira pukul 08.30 wib terdakwa datang ke kedai kopi milik Dedi Tarigan

(dpo), kemudian terdakwa bertemu dengan Abdi Apriadi Ginting (dilakukan

penuntutan terpisah) yang menjaga kedai kopi milik Dedi Tarigan (dpo)

tersebut. Terdakwa kemudian memesan teh kepada Abdi Apriadi Ginting dan

oleh Abdi Apriadi Ginting (dilakukan penuntutan terpisah) kemudian berkata

kepada terdakwa “kalau mau ganja beli kertasnya dulu”. Terdakwa kemudian

menyerahkan uang Rp. 2000 (dua ribu rupiah) kepada Abdi Apriadi Ginting

(dilakukan penuntutan terpisah) dan oleh Abdi Apriadi Ginting (dilakukan

penuntutan terpisah) kemudian mengambil sebagian ganja yang dimilikinya

kemudian mencampurkannya dengan tembakau rokok lucky strike lalu

kemudian membakar dan menghisap ganja tersebut. Setelah selesai menghisap

ganja tersebut, Abdi Apriadi Ginting kemudian menyerahkan sisa lintingan

ganja tersebut kepada terdakwa untuk terdakwa hisap. Pada saat terdakwa

sedang mengisap ganja, datang Boy Sandi Sitepu (dilakukan penuntutan

terpisah) dan memesan teh kepada Abdi Apriadi Ginting (dilakukan

penuntutan terpisah) Kemudian pada hari Selasa tanggal 28 Agustus 2018

sekira pukul 09.00 Wib terdakwa ditangkap oleh saksi Dermawan Sitepu dan

saksi Sujatmiko yang telah memperoleh informasi dari masyarakat bahwa di

kedai kopi milik Dedi Tarigan (dpo) yang terletak di Lembah Berkah Kel.

Gundaling I Kec. Berastagi Kab. Karo sering terjadi tindak pidana Narkotika
kemudian melakukan pengecekan dan melakukan penangkapan terhadap

terdakwa Yogi Hamdani.

Bahwa pada saat dilakukan penangkapan terhadap terdakwa turut

diamankan barang bukti berupa 1 (satu) linting rokok lucky strike diduga

berisikan narkotika jenis ganja seberat brutto 0,60 (nol koma enam puluh)

gram, 1 (satu) bungkus kertas tik tak merek Nicon. Bahwa terdakwa mengakui

kepada para saksi dari kepolisian bahwa barang butki yang ditemukan tersebut

adalah milik terdakwa yang terdakwa peroleh dari Abdi Apriadi Ginting

(dilakukan penuntutan terpisah)

Bahwa benar terdakwa tidak memiliki izin untuk memiliki dan

menyimpan narkotika tersebut.

Bahwa Penuntut Umum mengajukan barang bukti sebagai berikut:

1. 1 (satu) linting rokok Lucky Strike yang tembakaunya diduga telah

dicampur dengan serbuk narkotika jenis ganja setelah ditimbang

seberat 0,60 (nol koma enam puluh) gram.

2. 1 (satu) bungkus kertas tik tak merek Nicon.

Bahwa berdasarkan alat bukti dan barang bukti yang diajukan

diperoleh fakta fakta hukum sebagai berikut: Bahwa pada awalnya pada hari

Selasa tanggal 28 Agustus 2018 sekira pukul 08.30 wib terdakwa datang ke

kedai kopi milik Dedi Tarigan (dpo), kemudian terdakwa bertemu dengan

Abdi Apriadi Ginting (dilakukan penuntutan terpisah) yang menjaga kedai

kopi milik Dedi Tarigan (dpo) tersebut. Terdakwa kemudian memesan teh
kepada Abdi Apriadi Ginting dan oleh Abdi Apriadi Ginting (dilakukan

penuntutan terpisah) kemudian berkata kepada terdakwa “kalau mau ganja

beli kertasnya dulu”. Terdakwa kemudian menyerahkan uang Rp. 2000 (dua

ribu rupiah) kepada Abdi Apriadi Ginting (dilakukan penuntutan terpisah) dan

oleh Abdi Apriadi Ginting (dilakukan penuntutan terpisah) kemudian

mengambil sebagian ganja yang dimilikinya kemudian mencampurkannya

dengan tembakau rokok lucky strike lalu kemudian membakar dan menghisap

ganja tersebut. Setelah selesai menghisap ganja tersebut, Abdi Apriadi Ginting

kemudian menyerahkan sisa lintingan ganja tersebut kepada terdakwa untuk

terdakwa hisap. Pada saat terdakwa sedang mengisap ganja, datang Boy Sandi

Sitepu (dilakukan penuntutan terpisah) dan memesan teh kepada Abdi Apriadi

Ginting (dilakukan penuntutan terpisah)

Bahwa kemudian pada hari Selasa tanggal 28 Agustus 2018 sekira

pukul 09.00 Wib terdakwa ditangkap oleh saksi Dermawan Sitepu dan saksi

Sujatmiko yang telah memperoleh informasi dari masyarakat bahwa di kedai

kopi milik Dedi Tarigan (dpo) yang terletak di Lembah Berkah Kel.

Gundaling I Kec. Berastagi Kab. Karo sering terjadi tindak pidana Narkotika

kemudian melakukan pengecekan dan melakukan penangkapan terhadap

terdakwa Yogi Hamdani.

Bahwa pada saat dilakukan penangkapan terhadap terdakwa turut

diamankan barang bukti berupa 1 (satu) linting rokok lucky strike diduga

berisikan narkotika jenis ganja seberat brutto 0,60 (nol koma enam puluh)
gram, 1 (satu) bungkus kertas tik tak merek Nicon. Bahwa terdakwa mengakui

kepada para saksi dari kepolisian bahwa barang butki yang ditemukan tersebut

adalah milik terdakwa yang terdakwa peroleh dari Abdi Apriadi Ginting

(dilakukan penuntutan terpisah)

Bahwa adapun tujuan terdakwa membeli narkotika jenis ganja tersebut

adalah untuk dipergunakan sendiri dan adapun cara terdakwa menggunakan

narkotika jenis ganja tersebut adalah dengan cara mengambil tembakau rokok

Lucky Strike dan kemudian mengambil sebagian serbuk ganja tersebut dan

mencampurnya lalu membalut dengan kertas tiktak kemudian membakar

dengan mancis lalu menghisapnya seperti menghisap rokok kemudian

mengeluarkan asapnya dari hidung dan mulut.

Bahwa barang bukti yang ditemukan bersama dengan terdakwa

dilakukan penimbangan dan mempunyai hasil berdasarkan Berita acara

penimbangan dari Pegadaian No. 233/IL.1.11.10136/2018 tanggal 28 Agustus

2018, yang surat tersebut menerangkan pada pokoknya telah ditimbang:

1 (satu) linting rokok Lucky Strike yang tembakaunya diduga telah

dicampur dengan serbuk narkotika jenis ganja setelah ditimbang seberat 0,60

(nol koma enam puluh) gram.

Bahwa barang bukti yang ditemukan bersama dengan terdakwa

dilakukan pemeriksaan di Laboratorium dan mempunyai hasil berdasarkan

Surat Berita Acara Analisis Laboratorium Barang Bukti Narkotika No. Lab:
10243/NNF/2018 tanggal 18 September 2018, yang surat tersebut pada

pokoknya menerangkan yaitu telah melakukan pemeriksaan terhadap:

a. 1 (satu) bungkus plastik berisi 1 (satu) puntung rokok dengan berat

netto 0,60 (nol koma enam puluh) gram

b. 1 (satu) botol plastik berisi 25 (dua puluh lima) ml urine yang barang

bukti A, dan B adalah milik Terdakwa Yogi Hamdani

"Dari hasil analisis tersebut pada BAB IV, kami pemeriksa mengambil

kesimpulan bahwa barang bukti A dan B milik terdakwa Yogi Hamdani

adalah: Barang bukti A dan B benar ganja dan terdaftar dalam Golongan I

(satu) nomor urut 08 dan nomor urut 09 Lampiran I Undang – Undang

Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Bahwa terdakwa tidak memiliki izin dari pihak yang berwenang untuk

menyalahgunakan Narkotika Golongan I bukan tanaman bagi diri sendiri

tersebut.

2. Tuntutan Hakim

Bahwa Terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum dengan

dakwaan yang berbentuk alternatif, sehingga Majelis Hakim dengan

memperhatikan fakta-fakta hukum tersebut diatas memilih langsung dakwaan

alternatif ketiga sebagaimana diatur dalam Pasal 127 ayat (1) huruf a

UndangUndang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika., yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut :

1. Setiap Orang;
2. Menyalahgunakan Narkotika Golongan I bagi diri sendiri

Bahwa terhadap unsur-unsur tersebut Majelis Hakim

mempertimbangkan sebagai berikut:

Ad.1. Unsur Setiap Orang

Bahwa pada dasarnya sama dengan pengertian "barang siapa "

sebagaimana dipakai dan dikenal dalam perumusan pasal-pasal dalam

Kitab Undang-undang Hukum Pidana ;

Bahwa setiap orang, dimaksud sebagai orang perorangan

termasuk Koorporasi, sebagai subyek hukumnya yang dapat

melakukan perbuatan hukum, mempunyai hak dan kewajiban serta

dapat mempertanggung jawabkan akibat dari perbuatannya ;

Bahwa terpenuhi atau terbuktinya unsur-unsur setiap orang

dalam pasal ini, cukup apabila terdakwa diajukan di persidangan

adalah orang yang berdasarkan bukti permulaan yang cukup, diduga

sebagai pelaku tindak pidana sebagaimana dirumuskan dalam unsur-

unsur berikutnya ;

Bahwa dengan kata lain, bahwa terdakwa yang dihadapkan

dipersidangan adalah benar sebagai orang yang sungguhsungguh

dimaksudkan sebagai orang yang diduga oleh Penuntut Umum sebagai

Pelaku dari tindak pidana yang didakwakan. Pemeriksaan untuk

membuktikan bahwa benar Terdakwa yang diajukan dipersidangan

adalah orang yang dimaksudkan sebagai orang yang diduga sebagai


pelaku dari peristiwa pidana yang dirumuskan dalam dakwaan Jaksa

Penuntut Umum, dilakukan dengan pemeriksaan identitas atau jati diri

terdakwa;

Bahwa pembuktian unsur setiap orang, hanya sebatas

pengajuan bahwa terdakwa yang dihadapkan dipersidangan adalah

orang-orang yang diduga sebagai pelaku dari suatu peristiwa pidana,

dalam hal ini tindak pidana Narkotika, Pembuktian unsur setiap orang,

tidak memasuki subtansi wilayah peristiwa pidananya. Oleh karena itu

seandainya unsur setiap orang terbukti, tidak sekali-kali dimaksudkan

bahwa orang-orang tersebut sebagai pelaku, tetapi baru sebatas sebagai

orang yang diduga ; dengan demikian, terbukti atau tidaknya terdakwa

sebagai pelaku, setelah dibuktikan kebenaran adanya peristiwa

pidananya dan terdakwa benar sebagai pelaku dari peristiwa pidana

tersebut ;

Bahwa dipersidangan berdasarkan keterangan terdakwa

yang membenarkan identitas dan jati dirinya sebagai mana yang

tertera dalam identitas terdakwa dalam surat dakwaan. Demikian pula,

pernyatan dari Penuntut Umum, bahwa Terdakwa adalah person atau

orang yang dimaksud oleh Penuntut Umum sebagai orang yang sama

dengan orang yang sejak awal penyidikkan sebagai terdakwa;

Bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas Majelis

Hakim berpendapat bahwa, terdakwa yang dihadapkan dipersidangan


adalah benar orang-orang yang sungguh-sungguh dimaksud sebagai

Terdakwa oleh Penuntut Umum, Dengan demikian unsur “setiap

orang” telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum.

Ad.2. Unsur Menyalahgunakan Narkotika Golongan I bagi diri sendiri

Bahwa menurut ketentuan dalam pasal 1 angka 15 Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,

yang dimaksud dengan Penyalah Guna adalah setiap orang yang

menggunakan Narkotika tanpa hak atau melawan hukum. Melawan

hak adalah Melawan hukum, tidak berhak atau bertentangan dengan

Hukum. (R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

serta Komentar-komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Politea,

Bogor, 1993. Hal 256).

Bahwa berdasarkan pasal 7 Undang-Undang RI Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika menyebutkan “Narkotika hanya dapat

digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi”. Selanjutnya dalam

Pasal 8 ayat (1) UndangUndang RI Nomor 35 tahun 2009

menyebutkan Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk

kepentingan pelayanan kesehatan. Pasal 8 ayat (2) menyebutkan dalam

jumlah terbatas, Narkotika Golongan I dapat digunakan untuk

kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan

untuk reagensia diagnostic serta reagensia laboratorium setelah


mendapat persetujuan Menteri atas rekomendasi Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan.

Bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dalam

pemeriksaan di persidangan berupa keterangan saksi-saksi, surat, dan

keterangan terdakwa bahwa benar pada awalnya pada hari Selasa

tanggal 28 Agustus 2018 sekira pukul 08.30 wib terdakwa datang ke

kedai kopi milik Dedi Tarigan (dpo), kemudian terdakwa bertemu

dengan Abdi Apriadi Ginting (dilakukan penuntutan terpisah) yang

menjaga kedai kopi milik Dedi Tarigan (dpo) tersebut. Terdakwa

kemudian memesan teh kepada Abdi Apriadi Ginting dan oleh Abdi

Apriadi Ginting (dilakukan penuntutan terpisah) kemudian berkata

kepada terdakwa “kalau mau ganja beli kertasnya dulu”. Terdakwa

kemudian menyerahkan uang Rp. 2000 (dua ribu rupiah) kepada Abdi

Apriadi Ginting (dilakukan penuntutan terpisah) dan oleh Abdi

Apriadi Ginting (dilakukan penuntutan terpisah) kemudian mengambil

sebagian ganja yang dimilikinya kemudian mencampurkannya dengan

tembakau rokok lucky strike lalu kemudian membakar dan menghisap

ganja tersebut. Setelah selesai menghisap ganja tersebut, Abdi Apriadi

Ginting kemudian menyerahkan sisa lintingan ganja tersebut kepada

terdakwa untuk terdakwa hisap. Pada saat terdakwa sedang mengisap

ganja, datang Boy Sandi Sitepu (dilakukan penuntutan terpisah) dan

memesan teh kepada Abdi Apriadi Ginting (dilakukan penuntutan


terpisah), kemudian pada hari Selasa tanggal 28 Agustus 2018 sekira

pukul 09.00 Wib terdakwa ditangkap oleh saksi Dermawan Sitepu dan

saksi Sujatmiko yang telah memperoleh informasi dari masyarakat

bahwa di kedai kopi milik Dedi Tarigan (dpo) yang terletak di Lembah

Berkah Kel. Gundaling I Kec. Berastagi Kab. Karo sering terjadi

tindak pidana Narkotika kemudian melakukan pengecekan dan

melakukan penangkapan terhadap terdakwa Yogi Hamdani.

Bahwa barang bukti yang ditemukan bersama dengan terdakwa

dilakukan pemeriksaan di Laboratorium dan mempunyai hasil

berdasarkan Surat Berita Acara Analisis Laboratorium Barang Bukti

Narkotika No. Lab: 10243/NNF/2018 tanggal 18 September 2018,

yang surat tersebut pada pokoknya menerangkan yaitu telah

melakukan pemeriksaan terhadap 1 (satu) bungkus plastik berisi 1

(satu) puntung rokok dengan berat netto 0,60 (nol koma enam puluh)

gram dan 1 (satu) botol plastik berisi 25 (dua puluh lima) ml urine.

Dari hasil analisis tersebut pada BAB IV, pemeriksa mengambil

kesimpulan bahwa barang bukti Barang bukti tersebut adalah benar

mengandung Metamfetamina dan terdaftar dalam Golongan I (satu)

nomor urut 61 Lampiran I Undang – Undang Republik Indonesia No.

35 Tahun 2009 tentang Narkotika Dengan demikian unsur

“Menyalahgunakan Narkotika Golongan I bagi diri sendiri” telah

terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum.


Bahwa oleh karena semua unsur dari Pasal 127 ayat (1) huruf a

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika., telah terpenuhi, maka Terdakwa haruslah dinyatakan telah

terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana

sebagaimana didakwakan dalam dakwaan alternatif ketiga.

Bahwa dalam perkara ini terhadap Terdakwa telah dikenakan

penangkapan dan penahanan yang sah, maka masa penangkapan dan

penahanan tersebut harus dikurangkan seluruhnya dari pidana yang

dijatuhkan;

Bahwa oleh karena Terdakwa ditahan dan penahanan terhadap

Terdakwa dilandasi alasan yang cukup, maka perlu ditetapkan agar

Terdakwa tetap berada dalam tahanan;

Bahwa terhadap barang bukti yang diajukan di persidangan

untuk selanjutnya dipertimbangkan sebagai berikut:

Bahwa barang bukti berupa

1. 1 (satu) linting rokok Lucky Strike yang tembakaunya diduga

telah dicampur dengan serbuk narkotika jenis ganja setelah

ditimbang seberat 0,60 (nol koma enam puluh) gram

2. 1 (satu) bungkus kertas tik tak merek Nicon yang telah

dipergunakan untuk melakukan kejahatan dan dikhawatirkan

akan dipergunakan untuk mengulangi kejahatan, maka perlu

ditetapkan agar barang bukti tersebut dimusnahkan.


Bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa, maka

perlu dipertimbangkan terlebih dahulu keadaan yang memberatkan dan

yang meringankan Terdakwa;

Keadaan yang memberatkan:

- Perbuatan Terdakwa tidak mendukung program Pemerintah

dalam pemberantasan Narkotika.

Keadaan yang meringankan:

- Terdakwa mengaku menyesal dan berjanji tidak akan

mengulangi lagi perbuatannya

- Terdakwa kooperatif selama persidangan

Bahwa oleh karena Terdakwa dijatuhi pidana maka haruslah

dibebani pula untuk membayar biaya perkara; Memperhatikan, Pasal

127 ayat (1) huruf a Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika dan Undang-undang Nomor 8 Tahun

1981 tentang Hukum Acara Pidana serta peraturan

perundangundangan lain yang bersangkutan;

MENGADILI

(1) Menyatakan terdakwa YOGI HAMDANI terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana "Penyalahgunaan

Narkotika Golongan I Bukan Tanaman untuk dirinya sendiri"

sebagaimana Dakwaan Alternatif Ketiga.


(2) Menjatuhkan pidana kepada terdakwa oleh karena itu dengan pidana

penjara selama 3 (tiga) tahun.

(3) Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani

terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

(4) Menetapkan terdakwa tetap ditahan.

(5) Menetapkan barang bukti berupa;

1. 1 (satu) linting rokok Lucky Strike yang tembakaunya diduga telah

dicampur dengan serbuk narkotika jenis ganja setelah ditimbang

seberat 0,60 (nol koma enam puluh) gram

2. 1 (satu) bungkus kertas tik – tak merek Nicon dirampas untuk

dimusnahkan

(6) Membebankan kepada terdakwa biaya perkara sejumlah Rp2.000,00

(dua ribu rupiah).

C. Analisis Putusan Perkara Pidana Nomor : 3/Pid.Sus/2019/PN.Kbj

1. Analisis Mengenai penerapan unsur-unsur delik pada Putusan Perkara

Nomor : 3/Pid.Sus/2019/PN.Kbj

Mengatasi hal sebagaimana diuraikan dalam rumusan masalah, maka

kita harus melihat dari pasal yang hakim gunakan dalam memutusakan

Perkara Pidana Nomor : 3/Pid.Sus/2019/PN.Kbj. Pasal yang hakim gunakan

yaitu pasal 127 ayat (1) sebagai berikut :


Setiap penyalahguna narkotika golongan I bagi diri sendiri dipidana

dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun.

Unsur pidana yang terdapat dalam pasal tersebut ialah:

a. Setiap penyalahguna

Karena unsur “setiap penyalahguna” telah dipertimbangkan dalam

dakwaan dan telah terbukti maka dianggap bahwa unsur “penyalahguna”

telah terbukti dan terpenuhi pada Terdakwa.

Berdasarkan fakta di persidangan bahwa Terdakwa YOGI

HAMDANI adalah subjek hukum yang dalam kondisi sehat dan tidak

terganggu jiwanya sehingga oleh hukum dianggap cakap atau mampu

bertanggung jawab (toerekeningsvatbaar).

Menurut penulis unsur delik “Penyalahguna” pada terdakwa YOGI

HAMDANI telah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku karena,

Terdakwa YOGI HAMDANI adalah orang yang menjadi subyek hukum

yang kepadanya dapat dimintai pertanggung jawaban menurut hukum atas

perbuatan yang dilakukannya.

Bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dipersidangan

bahwa terdakwa YOGI HAMDANI sebagai orang yang telah didakwa

oleh Penuntut Umum karena melakukan suatu tindak pidana dan terdakwa

mengakui seluruh identitas yang sesuai dalam surat dakwaan Penuntut

Umum sebagaimana ketentuan pasal 155 ayat (1) KUHAP.


“Pasal 155 ayat 1, berbunyi “Pada permulaan sidang, hakim ketua
sidang menanyakan kepada terdakwa tentang nama lengkap, tempat
lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat
tinggal, agama dan pekerjaannya serta mengingatkan terdakwa
supaya memperhatikan segala sesuatu yang didengar dan dilihatnya
di sidang”.

Dan terdakwa dalam keadaan sehat jasmani dan rohani serta dapat

menjawab dan mendengar setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya

sehingga terdakwa tergolong mampu secara hukum dapat

mempertanggung jawabkan perbuatannya, berdasarkan uraian tersebut

maka unsur Penyalahguna telah terpenuhi.

b. Narkotika golongan I

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2018 tentang

Perubahan Penggolongan Narkotika, berikut contoh jenis narkotika

berdasarkan golongannya, antara lain:

Narkotika golongan I : opium, tanaman koka, daun koka, kokain

mentah, heroina, metamfetamina dan tanaman

ganja;

Narkotika golongan II : ekgonina, morfin metobromida dan morfina;

Narkotika golongan III : etilmorfina, kodeina, polkodina, dan propiram.

Jika dilihat dari Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2018

tentang Perubahan Penggolongan Narkotika, yang mana terdakwa telah

memenuhi unsur Narkotika golongan 1 yaitu Ganja


c. Bagi diri sendiri

Sesuai dengan keterangan terdakwa di persidangan bahwa adapun

tujuan terdakwa membeli narkotika jenis ganja tersebut adalah untuk

dipergunakan sendiri dan adapun cara terdakwa menggunakan narkotika

jenis ganja tersebut adalah dengan cara mengambil tembakau rokok

Lucky Strike dan kemudian mengambil sebagian serbuk ganja tersebut

dan mencampurnya lalu membalut dengan kertas tiktak kemudian

membakar dengan mancis lalu menghisapnya seperti menghisap rokok

kemudian mengeluarkan asapnya dari hidung dan mulut oleh karna itu

unsur “Bagi diri sendiri” telah tepenuhi.

2. Analisis Terhadap Sanksi Pidana Yang Dijatuhkan Terhadap Pelaku

Tindak Pidana Penyalaguna Narkotika Pada Putusan Perkara Nomor :

3/Pid.Sus/2019/PN.Kbj.

Jika di lihat dari unsur-unsur pasal 127 ayat (1) memang terdakwa

telah memenuhi unsur-unsur tersebut namun hakim juga harus melihat di

ayat ke dua (2) dan ketiganya (3) yang merupakan satu kesatuan dari pasal

127. Di ayat ke (2) tertulis dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), hakim wajib memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 54, Pasal 55, dan Pasal 103, maka ketika hakim memutuskan

perkara haruslah melihat dan memperhatikan pasal 54, Pasal 55, dan Pasal

103. Pasal-pasal tersebut mewajibkan dan memberikan pedoman bagi hakim


untuk menempatkan pengguna narkotika ke dalam lembaga rehabilitasi

medis dan sosial.

Pasal 54 Pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan Narkotika

wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

Pasal 55

(1) Orang tua atau wali dari Pecandu Narkotika yang belum cukup
umur wajib melaporkan kepada pusat kesehatan masyarakat,
rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi
sosial yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk mendapatkan
pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi medis dan
rehabilitasi sosial.
(2) Pecandu Narkotika yang sudah cukup umur wajib melaporkan diri
atau dilaporkan oleh keluarganya kepada pusat kesehatan
masyarakat, rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi medis dan
rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk
mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi
medis dan rehabilitasi sosial.

Pasal 103

(1) Hakim yang memeriksa perkara Pecandu Narkotika dapat:


1. memutus untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani
pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi jika
Pecandu Narkotika tersebut terbukti bersalah melakukan
tindak pidana Narkotika; atau
2. menetapkan untuk memerintahkan yang bersangkutan
menjalani pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi
jika Pecandu Narkotika tersebut tidak terbukti bersalah
melakukan tindak pidana Narkotika.
(2) Masa menjalani pengobatan dan/atau perawatan bagi Pecandu
Narkotika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
diperhitungkan sebagai masa menjalani hukuman.
(3) tertulis dalam hal Penyalah Guna sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban
penyalahgunaan Narkotika, Penyalah Guna tersebut wajib
menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.
Di ayat 3 ini dipertegas bahwa penyalahguna yang terbukti sebagai

korban penyalahgunaan narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan

rehabilitasi sosial.

Oleh karena itu setelah melihat fakta-fakta persidangan dalam kasus

tersebut yang mana terdakwa terbukti hanya sebagai penyalahguna sekaligus

korban penyalahgunaan narkotika dan bukan sebagai pengedar maka

sepatutnya korban tidak di jerat dengan putusan pidana penjara melainkan di

rehabilitasi.

Dalam hal ketentuan rehabilitasi selain ada di pasal 127 ayat (2) dan

(3), pasal 54, pasal 55, pasal 103, juga ada di pasal 56, pasal 57, pasal 58,

pasal 59, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 :

1) Pasal 37 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997

2) Pasal 38 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997

3) Pasal 39 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997

Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia (SEMA) Nomor

04 Tahun 2010 Tentang Penempatan Penyalahgunaan, Korban

Penyalahgunaaan dan Pecandu Narkotika Kedalam Lembaga Rehabilitasi

Medis dan Rehabilitasi Sosial.

Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia (SEMA) Nomor

03 Tahun 2011 Tentang Penempatan Korban Penyalahgunaan Narkotika di

dalam Lembaga Rehabilitasi Medis Dan Rehabilitasi Sosial.


Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2011

Tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika.

Peraturan Bersama Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia,

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Menteri Sosial

Republik Indonesia, Jaksa Agung Republik Indonesia, Kepala Kepolisian

Negara Republik Indonesia, Kepala Badan Narkotika Nasional Republik

Indonesia.

Nomor : 01/PB/MA/III/2014

Nomor : 03 Tahun 2014

Nomor : 11 Tahun 2014

Nomor : 3 Tahun 2014

Nomor : Per-005/A/JA/03/2014

Nomor : 1 Tahun 2014

Nomor : PerBer/01/III/2014/BNN

Tentang Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan

Narkotika ke dalam Lembaga Rehabilitasi.

Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor PER-

029/A/JA/12/2015 Tentang Petunjuk Teknis Penanganan Pecandu Narkotika

Dan Korban Penyalahgunaan Narkotika Ke Dalam Lembaga Rehabilitasi.

Menetapkan barang bukti berupa 1 (satu) linting rokok Lucky Strike

yang tembakaunya diduga telah dicampur dengan serbuk narkotika jenis

ganja setelah ditimbang seberat 0,60 (nol koma enam puluh) gram. Dan 1
(satu) bungkus kertas tik – tak merek Nicon. Menjatuhkan pidana kepada

terdakwa YOGI HAMDANI oleh karena itu dengan pidana penjara selama 3

(tiga) tahun, menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah

dijalani terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan,

menetapkan terdakwa tetap ditahan dan membebankan kepada terdakwa

biaya perkara sejumlah Rp2.000,00 (dua ribu rupiah).

Berkaca pada putusan yang telah diuraikan diatas, menyulut pemikiran

yang kontradiktif antara aturan yang ada dengan praktik yang berjalan

dilapangan. Memenjarakan penyelahguna narkotika telah menyalahi aturan

Undang-undang Narkotika dan peraturan lainnya yang berkaitan.

Berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia (SEMA)

Nomor 04 Tahun 2010 Tentang Penempatan Penyalahgunaan, Korban

Penyalahgunaaan dan Pecandu Narkotika Kedalam Lembaga Rehabilitasi

Medis dan Rehabilitasi Sosial.

Pasal 2 huruf b :

Pada saat tertangkap tangan sebagaimana disebutkan pada huruf a

ditemukan barang bukti pemakaian 1 (satu) hari dengan perincian sebagai

berikut:

1) Kelompok metamphetamine (shabu) berat netto 1 gram

2) Kelompok MDMA (ekstasi) berat netto 2,4 gram-8 butir

3) Kelompok Heroin berat netto 1,8 gram

4) Kelompok Kokain berat netto 1,8


5) Kelompok Ganja berat netto 5 gram

6) Daun Koka berat netto 5 gram

7) Meskalin berat netto 5 gram

8) Kelompok Psilosybin berat netto 3 gram

9) Kelompok LSD (d-lysergic acid diethylamide) berat netto 2 gram

10) Kelompok PCP (phencyclidine) berat netto 3 gram

11) Kelompok Fentanil berat netto 1 gram

12) Kelompok Metadon berat netto 0,5 gram

13) Kelompok Morfin berat netto 1,8 gram

14) Kelompok Petidin berat netto 0,96 gram

15) Kelompok Kodein berat netto 72 gram

16) Kelompok Bufrenorfin berat netto 32 mg

Menanggapi Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia

(SEMA) Nomor 04 Tahun 2010 Tentang Penempatan Penyalahgunaan,

Korban Penyalahgunaaan dan Pecandu Narkotika Kedalam Lembaga

Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial, Pasal 2 huruf b yang berisikan

bahwa ketika barang bukti dalam kelompok Ganja itu kurang dari 5 gram

maka seyogiyanya terdakwa digolongkan sebagai Penyalahgunaan, Korban

penyalahgunaaan dan Pecandu Narkotika kemudian hukumannya pun

seharusnya direhabilitasi bukan dipenjara.

Ketika hakim memenjarakan Penyalahguna, Korban penyalahgunaaan

dan Pecandu narkotika maka hakim telah menyalahi aturan Undang-undang


narkotika dan peraturan Perundang-undangan lainnya yang berkaitan,

dimana hal tersebut mengatur Penyalahgunaan, Korban penyalahgunaaan

dan Pecandu narkotika seharusnya direhabilitasi. Kemudian mengapa pada

akhirnya Penyalahgunaan, Korban penyalahgunaaan dan Pecandu narkotika

yang barang buktinya dibawah ketentuan SEMA Nomor 4 Tahun 2010

kebanyakan dipenjaran bukan direhabilitasi itu dikarenakan banyakanya

penggunaan pasal keranjang sampah turut andil dalam penyimpangan Pasal

127 Undang-Undang Narkotika dimana seharusnya terdakwa selaku pecandu

atau korban penyalahgunaan narkotika dapat direhabilitasi. Namun, karena

pasal keranjang sampah digunakan sebagai pasal berlapis Pasal 127 Undang-

Undang Narkotika, membuat pecandu atau korban penyalahgunaan

narkotika dijatuhi pidana penjara.

Dalam UU Narkotika dan dipertegas dalam SEMA terkait posisi

sentral dari hakim, yaitu dalam hal hakim dapat menempatkan terpidana atau

bagi pengguna yang terbukti tidak bersalah namun masuk dalam kategori

pengguna, dapat ditempatkan ke tempat rehabilitasi. Dengan kata lain, hakim

dapat menempatkan seseorang dalam tempat rehabilitasi apapun status

hukumnya sepanjang terbukti seseorang yang masuk dalam proses peradilan

pidana itu membutuhkan rehabilitasi.

Pasal 54 sampai dengan Pasal 59 UU Narkotika mengatur mengenai

rehabilitasi bagi pengguna narkotika, selain juga tersebar dalam berbagai

pasal lainnya.
Pasal 54 UU Narkotika menyatakan bagi pecandu narkotika dan

korban penyalahgunaan narkotika, rehabilitasi bersifat wajib. Seharusnya

sifat rehabilitasi yang wajib ini menjadi patokan utama bagi aparat penegak

hukum serta hakim dalam melakukan tindakan terhadap pengguna narkotika.

Pasal 54 UU Narkotika berhubungan erat dengan Pasal 127 UU

Narkotika. Dalam Pasal 127 ayat (2) UU Narkotika disebutkan bahwa hakim

wajib memperhatikan ketentuan Pasal 54, Pasal 55, dan Pasal 103 UU

Narkotika dalam menjatuhkan putusan. Namun, meskipun bersifat wajib,

dalam pelaksanaannya sangat bergantung pada penyidik dan penuntut

umum.

Apabila Penuntut Umum tidak menggunakan ketentuan Pasal 127 UU

Narkotika dalam dakwaan atau tuntutan, maka penempatan pengguna

narkotika di lembaga rehabilitasi sulit untuk dilakukan. Termasuk kondisi

yang paling fatal seperti didalam kasus ini, dimana hakim memutus

menggunakan Pasal 127 UU Narkotika namun tidak mempertimbangkan

ketentuan rehabiltasi sebagaimana tercantum dalam pasal 54 UU Narkotika.

Begitu juga dengan kecenderungan penuntut umum dan hakim yang

lebih memandang pengguna narkotika sebagai pelaku kejahatan. Dasarnya

adalah bahwa tidak mungkin seorang penyalahguna, dalam tindakan

penyalahgunaannya tersebut, dirinya tidak membawa, membeli, menyimpan

dan memiiki narkoba, terlebih apabila pelaku tertangkap dan ditemukan


barang bukti. Dengan pemahaman tersebut maka otomatis penerapan pasal-

pasal rehabilitasi sulit untuk diterapkan.29

Padahal UU Narkotika memberikan ruang yang cukup besar bagi

hakim dalam memberikan putusan rehabilitasi. Dalam Pasal 103 UU

Narkotika disebutkan bahwa:

(1) Hakim yang memeriksa perkara Pecandu Narkotika dapat:

a. memutus untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani

pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi jika Pecandu

Narkotika tersebut terbukti bersalah melakukan tindak pidana

Narkotika; atau

b. menetapkan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani

pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi jika Pecandu

Narkotika tersebut tidak terbukti bersalah melakukan tindak pidana

Narkotika.

(2) Masa menjalani pengobatan dan/atau perawatan bagi Pecandu

Narkotika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diperhitungkan

sebagai masa menjalani hukuman.”

Dari hasil dakwaan penuntut umum dan putusan hakim didapatkan

bahwa pasal yang digunakan adalah pasal yang tidak dapat menempatkan

pengguna dalam rehablitasi, dengan menempatkan Pasal 114 dalam dakwaan

29
A.R. Sujono dan Bony Daniel, Komentar dan Pembahasan UU No. 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika, Op.Cit., hlm. 121.
primer dan dakwaan subsidair Pasal 111 dan dakwaan yang ketiga pasal 127

ayat (1), dari kecenderungan formulasi pasal dakwaan yang di pilih oleh

penuntut umum, dan hakim memilih pasal 127 ayat (1) dalam memvonis

tanpa mengindahkan ayat (2) (3) juga pasal-pasal yang terkait rehabilitasi,

maka dapat dikatakan bahwa pendekatan pemidanaan penjara terhadap

pengguna narkotika lebih dominan dibandingkan dengan menempatkan

pengguna dalam lembaga rehabilitasi baik secara medis maupun sosial, itu

berarti bertentangan dengan pasal-pasal rehabilitasi bagi pengguna juga UU

dan peraturan-peraturan terkait lainnya.

Anda mungkin juga menyukai