Di susun Oleh :
Masyarakat dan pemerintah berupaya untuk meningkatkan kualitas hidup, terutama kepada
generasi muda penerus bangsa untuk hidup lebih berguna dan bermakna, serta mampu
mengantisipasi perkembangan dan perubahan masa depannya. Hal ini sangat memerlukan
pembekalan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berlandaskan nilai-nilai yang
terkandung dalam sila-sila pancasila dan nilai budaya bangsa. Oleh karena itu untuk
mempelajari nilai-nilai dasar Negara sebagai dasar dari nilai-nilai yang terkandung dalam sila
Pancasila seharusnya secara sadar setiap manusia memiliki motivasi bahwa pendidikan
kewarganegaraan yang diberikan kepada mereka sebagai indivudu, anggota keluarga, anggota
masyarakat, dan sebagai warga Negara yang terdidik serta tekad untuk mewujudkannya.
Pendidikan kewarganegaraan yang diberikan tidak hanya teori saja melainkan harus
memberikan sentuhan moral dan bersikap sosial. Sentuhan moral dan sosial akan mendapat
perhatian besar agar pengajaran pendidikan kewarganegaraan mampu menuju sasaran tujuan
yaitu membentuk pola generasi muda yang baik dan bertanggung jawab, melahirkan generasi
muda yang memiliki rasa nasionalisme dan patriotisme yang tinggi.
Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :
1. Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum
belajar, diantaranya:
Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka
hubungan Stimulus – Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan
efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus-
Respons.
Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan
organisme itu berasal dari pendayagunaan satuan pengantar (conduction unit),
dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan
semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila
jarang atau tidak dilatih.
Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah
sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam
operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang
ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang
meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja
diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.
Ilmu Kewarganegaraan
Sebagai suatu istilah telah banyak mengalami perubahan. Paling tidak, sejak
diperkenalkannya pendidikan dalam rangka nation and character building telah
dikenal istilah Burgerkunde, Ilmu Kewarganegaraan, Kewarganegaraan,Civics, Kewargaan
Negara, Pendidikan Kewargaan Negara dan dalam Pasal 37 ayat 1 Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikenal dengan istilah Pendidikan
Kewarganegaraan.
Kewargaan Negara sebagai suatu istilah dipakai secara resmi pada tahun 1967
dengan Instruksi Direkur Jendral Pendidikan Dasar Nomor 31 tahun 1967 tanggal 28 Juni
1967. Dari Seminar Nasional Pengaiaran dan Pendidikan Civics di Tawangmangu Surakarta
1972 ditegaskan bahawa Civics diganti dengan Ilmu Kewargaan Negara. Ilmu
Kewarganegaraan sebagai mata kuliah pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn) dibedakan dengan Pendidikan Kewargaan Negara yang merupakan
terjemahan dari Civics Education.
Ilmu Kewarganegaraan adalah suatu disiplin ilmu yang objek studinya mengenai
peranan warga negara dalam bidang spiritual, sosial ekonomi, politis, yuridis, kultural dan
hankam sesuai dan sejauh yang diatur dalam Pembukaan dan UUD 1945. Pendidikan
Kewarganegaraan adalah suatu program pendidikan yang tujuan utamanya membina warga
Negara yang lebih baik menurut syarat-syarat, criteria dan ukuran ketentuan Pembukaan
Unang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang bahannya salah satunya
diambilkan dari Ilmu Kewarganegaraan. Dengan demikian, apabila dicermati lebih jauh, Ilmu
Kewarganegaraan dan Pendidikan Kewarganegaraan memiliki persamaan dan perbedaan.
Persamaan antara Ilmu Kewarganegaraan dan Pendidikan Kewarganegaraan terletak pada
objek materianya, yakni warga negara, khususnya demokrasi politik atau peranan warga
Negara, hubungan warga Negara dengan Negara. Perbedaan Ilmu Kewarganegaraan dan
Pendidikan Kewarganegaraan terletak pada objek formanya atau focus perhatiannya. Ilmu
Kewarganegaraan sebagai ilmu yang deskriptif, sehingga pusat perhatiannya pada deskripsi
peranan warga Negara dan hubungan warga egara dengan Negara. Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai ilmu yang bersifat normative, sehingga pusat perhatiannya terletak
pada pembinaan peranan warga negara atau pendewasaan warga negara.
Pengertian Pancasila
Secara etimologis istilah “Pancasila” berasal dari Sansekerta dari India (bahasa kasta
Brahmana) adapun bahasa rakyat biasa adalah bahasa Prakerta. Menurut Muhammad Yamin,
dalam bahasa sansekerta perkataan “Pancasila” memilki dua macam arti secara leksikal yaitu
“panca” artinya “lima”
“syila” vokal I pendek artinya “batu sendi”, “alas”, atau “dasar”\
“syiila” vokal i pendek artinya “peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau yang
senonoh”
Kata-kata tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia terutama bahasa Jawa diartikan “susila
“ yang memilki hubungan dengan moralitas. Oleh karena itu secara etimologis kata
“Pancasila” yang dimaksudkan adalah adalah istilah “Panca Syilla” dengan vokal i pendek
yang memilki makna leksikal “berbatu sendi lima” atau secara harfiah “dasar yang memiliki
lima unsur”. Adapun istilah “Panca Syiila” dengan huruf Dewanagari i bermakna 5 aturan
tingkah laku yang penting.
Secara Historis
Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama dr. Radjiman
Widyodiningrat, mengajukan suatu masalah, khususnya akan dibahas pada sidang tersebut.
Masalah tersebut adalah tentang suatu calon rumusan dasar negara Indonesia yang akan
dibentuk. Kemudian tampilah pada sidang tersebut tiga orang pembicara yaitu Mohammad
Yamin, Soepomo dan Soekarno.
Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam siding tersebut Ir. Soekarno berpidato secara lisan (tanpa
teks) mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia. Kemudian untuk memberikan nama
“Pancasila” yang artinya lima dasar, hal ini menurut Soekarno atas saran dari salah seorang
temannya yaitu seorang ahli bahasa yang tidak disebutkan namanya.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, kemudian
keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945 disahkannya Undang-Undang Dasar 1945
termasuk Pembukaan UUD 1945 di mana didalamnya termuat isi rumusan lima prinsip atau
lima prinsip sebagai satu dasar negara yang diberi nama Pancasila.
Sejak saat itulah perkataan Pancasila menjadi bahasa Indonesia dan merupakan istilah umum.
Walaupun dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah “Pancasila”, namun
yang dimaksudkan Dasar Negara Republik Indonesia adalah disebut dengan istilah
“Pancasila”. Hal ini didasarkan atas interpretasi historis terutama dalam rangka pembentukan
calon rumusan dasar negara, yang secara spontan diterima oleh peserta sidang secara bulat.
Secara Terminologis
Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 itu telah melahirkan negara Republik
Indonesia. Untuk melengkapi alat-alat perlengkapan negara sebagaimana lazimnya negara-
negara yang merdeka, maka panitia Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) segera
mengadakan sidang. Dalam sidangnya tanggal 18 Agustus 1945 telah berhasil mengesahkan
UUD negara Republik Indonesia yang dikenal dengan UUD 1945. Adapun UUD 1945 terdiri
atas dua bagian yaitu Pembukaan UUD 1945 dan pasal-pasal UUD 1945 yang berisi 37 pasal,
1 aturan Aturan Peralihan yang terdiri atas 4 pasal dan 1 Aturan Tambahan terdiri atas 2 ayat.
Dalam bagian pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat alinea tersebut tercantum
rumusan Pancasila sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia
Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 inilah yang secara
konstisional sah dan benar sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang disahkan oleh
PPKI yang mewakili seluruh rakyat Indonesia.
PENGERTIAN PKn
Secara bahasa, istilah “Civic Education” oleh sebagian pakar diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia menjadi Pendidikan Kewargaan dan Pendidikan Kewarganegaraan. Istilah
“Pendidikan Kewargaan” diwakili oleh Azra dan Tim ICCE (Indonesian Center for Civic
Education) dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, sebagai pengembang Civic
Education pertama di perguruan tinggi. Penggunaan istilah “Pendidikan Kewarganegaraan”
diwakili oleh Winataputra dkk dari Tim CICED (Center Indonesian for Civic Education),
Tim ICCE (2005: 6).
Pengertian Identitas Nasional merupakan suatu kumpulan nilai budaya yang tumbuh serta
berkembang di dalam macam-macam aspek kehidupan dari ratusan suku yang ada dan dihimpun
dalam satu kesatuan seperti Indonesia yang kebudayaan nasional itu dengan acuan pancasila &
Bhineka Tunggal Ika yang merupakan dasar dan arah pengembangannya.
Hakikat Identitas Nasional di dalam kehidupan berbangsa & bernegara pancasila merupakan
yang aktualisasinya yang tercerminkan dalam penataan kehidupan kita yang dalam arti yang luas,
misalnya pada aturan perundang-undangan ataupun moral yang dengan secara normatif
diterapkan di dalam bermasyarakat atau berinteraksi , baik itu di dalam tataran nasional ataupun
internasional .
Dengan hal tersebut nilai-nilai budaya yang tercermin pada identitas nasional itu bukanlah barang
jadidalam kebekuan normatif dan juga domatis, melainkan ialah sesuatu yang terbuka dan yang
cenderung terus-menerus bersemi disebebakan karena adanya hasrat menuju untuk kemajuan
yang dimiliki oleh masyarakat. Konsekuensi & implikasinya ialah identitas nasional adalah
sesuatu yang terbuka untuk ditafsir dengan diberi makna baru supaya tetap relevan serta
fungsional di dalam kondisi aktual yang berkembang di dalam bermasyarakat.
Dari 4 unsur identitas nasional di atas, dapat kita dirumuskan pembagiannya menjadi 3 bagian
antara lain :
1. Identitas Fundamental, pancasila ialah sebagai falsafat bangsa, dasar negara serta ideologi
negara.
2. Identitas Instrumental, adalah isi UUD 1945 serta tata perundang-undangannya. Dalam
Identitas instrumental ini, bahasa yang digunakan ialah bahasa Indonesia, bendera
negara Indonesia adalah merah putih, lambang negara Indonesia adalah Garuda
Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika., lagu kebangsaan Indonesia yakni
Indonesia Raya.
3. Identitas Alamiah, meliputi negara kepulauan serta pluralisme didalam suku, budaya,
bahasa serta agama dan juga kepercayaan.
Dari 4 unsur identitas nasional di atas, dapat kita dirumuskan pembagiannya menjadi 3 bagian
antara lain :
1. Identitas Fundamental, pancasila ialah sebagai falsafat bangsa, dasar negara serta ideologi
negara.
2. Identitas Instrumental, adalah isi UUD 1945 serta tata perundang-undangannya. Dalam
Identitas instrumental ini, bahasa yang digunakan ialah bahasa Indonesia, bendera
negara Indonesia adalah merah putih, lambang negara Indonesia adalah Garuda
Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika., lagu kebangsaan Indonesia yakni
Indonesia Raya.
3. Identitas Alamiah, meliputi negara kepulauan serta pluralisme didalam suku, budaya,
bahasa serta agama dan juga kepercayaan.
E.Demokrasi Indonesia
Arti Demokrasi
Demokrasi berasal dari kata Yunani demos dan kratos. Demos artinya rakyat. kata kratos
berarti pemerintahan. Jadi, demokrasi berarti pemerintahan rakyat,yaitu pemerintahan yang
rakyatnya memegang peranan yang sangat menenentukan.
Kata demokrasi merujuk kepada konsep kehidupan negara atau masyarakat, dimana warga
negara dewasa turut berpartisipasi dalam pemerintahan melalui wakilnya yang diplih melalui
pemilu. Pemerintahan di Negara demokrasi juga mendorong dan menjamin kemerdekaan
berbicara, beragarna, berpendapat, berserikat setiap warga Negara, menegakanruleoflaw,
adanya pemerintahan menghormati hak-hak kelompok minoritas; dan masyarakat warga
Negara memberi peluang yang sama untuk mendapatkan kehidupan yang layak.
Manfaat Demokrasi
Demokrasi dapat memberi manfaat dalam kehidupan masyarakat yang demokratis, yaitu:
1. Kesetaraan sebagai warga Negara. Disini demokrasi memperlakukan semua orang adalah
sama dan sederajat. Prinsip kesetaraan menuntut perlakuan sama terhadap pandangan-
pandangan atau pendapat dan pilihan setiap warga Negara.
2. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan umum. Kebijakan dapat mencerminkan keinginan
rakyatnya. Semakin besar suara rakyat dalam menentukan semakin besar pula
kemungkinan kebijakan itu menceminkan keinginan dan aspirasi rakyat.
3. Pluralisme dan kompromi. Demokrasi mengisyaratkan kebhinekaan dan kemajemukan
dalam masyarakat maupun kesamaan kedudukan diantara para warga Negara. Dalam
demokrasi untuk mengatasi perbedaan-perbedaan adalah lewat diskusi, persuasi,
kompromi, dan bukan dengan paksanaan atau pameran kekuasaan.
4. Menjamin hak-hak dasar. Demokrasi menjamin kebebasan-kebebasan dasar tentang hak-
hak sipil dan politis; hak kebebasan berbicara dan berekspresi, hak berserikat dan
berkumpul, hak bergerak, dsb. Hak-hak itu memungkinkan pengembangan diri setiap
individu dan memungkinkan terwujudnya keputusan-keputusan kolektif yang lebih baik.
5. Pembaruan kehidupan social. Demokrasi memungkinkan terjadinya pembawan kehidupan
social. Penghapusan kebijakan-kebijakan yang telah usang secara rutin dan pergantian para
politisi dilakukan dengan cara yang santun, dan damai. Demokrasi memuluskan proses alih
generasi tanpa pergolakan.
(3) bertanggungjawab;
Nilai-Nilai Demokrasi
Untuk menumbuhkan keyakinan akan baiknya system demokrasi, maka harus ada pola
perilaku yang menjadi tuntunan atau norma nilai-nilai demokrasi yang diyakini masyarakat.
Nilai-nilai dan demokrasi membutuhkan hal-hal sebagai berikut:
Prinsip Demokrasi
1. Adanya control atau kendali atas keputusan pemerintah. Pemerintah dalam mengambil
keputusan dikontrol oleh lembaga legislative (DPR dan DPRD).
2. Adanya pemilihan yang teliti dan jujur. Demokrasi dapat berjalan dengan baik apabila
adanya partisipasi aktif dan warga Negara dan partisipasi tersebut dilakukan dengan teliti
dan jujur.Warga Negara diberi informasi pengetahuan yang akurat dan dilakukan dengan
jujur.
3. Adanya hak memilih dan dipilih. Hak untuk memilih, yaitu memberikan hak pengawasan
rakyat terhadap pemerintahan, serta memutuskan pilihan terbaik sesuai tujuan yang ingin
dicapai rakyat. Hak dipilih yaitu memberikan kesempatan kepada setiap warga Negara
untuk dipilih dalam menjalankan amanat dari warga pemilihnya.
4. Adanya kebebasan menyatakan pendapat tanpa ancaman. Demokrasi membutuhkan
kebebasan dalam menyampaikan pendapat, bersenkat dengan rasa aman.
5. Adanya kebebasan mengakses informasi. Dengan membutuhkan informasi yang akurat,
untuk itu setiap warga Negara harus mendapatkan akses informasi yang memadai. Setiap
keputusan pemerintah harus disosialisasikan dan mendapatkan persetujuan DPR, serta
menjadi kewajiban pemenntah untuk memberikan inforrnasi yang benar.
6. Adanya kebebasan berserikat yang terbuka. Kebebasan untuk berserikat ini memberikan
dorongan bagi warga Negara yang merasa lemah, dan untuk memperkuatnya
membutuhkan teman atau kelompok dalam bentuk serikat.
1. Demokrasi berdasarkan cara menyampaikan pendapat. Temiasuk jenis demokrasi ini terdiri
dari:
Dalam perjalanan sejarah bangsa, ada empat macam demokrasi di bidang politik yang pernah
diterapkan dalam kehidupan ketatanegaraan Indonesia, yaitu:
Demokrasi ini dipraktikan pada masa berlakunya UUD 1945 periode pertama (1945-1949)
kemudian dilanjutkan pada bertakunya Konstitusi Republik Indonesia Serikat (UUD RIS)
1949 dan UUDS 1950. Demokrasi ini secara yuridis resmi berakhir pada tanggal 5 Juti 1959
bersamaan dengan pemberlakuan kembal UUD 1945.
2. Demokrasi Terpimpin
Mengapa lahir demokrasi terpimpin?, yaitu lahir dari keinsyafan, kesadaran, dan keyakinan
terhadap keburukan yang diakibatkan oleh praktik demokrasi parlementer (liberal) yang
melahirikan terpecahnya masyarakat, baik dalam kehidupan politik maupun dalam tatanan
kehidupan ekonomi.
Mengapa lahir demokrasi Pancasila? Munculnya demokrsi Pancasila adalah adanya berbagai
penyelewengan dan permasalahan yang di alami oleh bangsa Indonesia pada berlakunya
demokrsi parlementer dan demokrasi terpimpin. Kedua jenis demokrasi tersebut tidak cocok
doterapkan diindonesia yang bernapaskan kekeluargaan dan gotong royong.
Sejak lahirnya orde baru di Indonesia diberlakukan demokrasi Pancasila sampai saat ini.
Meskipun demojrasi ini tidak bertentangan dengan prinsip demokrasi konstitusional, namun
praktik demokrasi yang dijalankan pada masa orde baru masih terdapat berbagai
peyimpangan yang tidak ejalan dengan ciri dan prinsip demokrasi pancasila, diantaranya:
3) Kekuasaan kehakiman (yudikatif) yang tidak mandiri karena para hakim adalah
anggota PNS Departemen Kehakiman
Demokrasi yang dijalankan pada masa reformasi ini masih tetap demokrasi pancasila. Namun
perbedaanya terletak pada aturan pelaksanaan. Berdasarkan peraturan perundang-undangan
dan praktik pelaksanaan demokrasi, terdapat beberapa perubahan pelaksanaan demokrasi
pancasila dari masa orde baru pelaksanaan demokrasi pada masa orde reformasi sekarang ini
yaitu :
Demokrasi pancasila hanya akan dapat dilaksanakandengan baik apabila nilai-nilai yang
terkandung didalamnya dapat dipahami dan dihayati sebagai nilai-nilai budaya politik yang
mempengaruhi sikap hidup politik pendukungnya.
Catatan penting : kegagalan Demokrasi Pancasila pada zaman orde baru, bukan berasal dari
konsep dasar demokrasi pancasila, melainkan lebih kepada praktik atau pelaksanaanya yang
mengingkari keberadaan Demokrasi Pancasila
BAB III
PENUTUP
https://luthfiya-09.blogspot.com/2013/11/hubungan-negara-dan-konstitusi.html
https://www.pendidikanku.org/2016/11/pengertian-identitas-nasional.html
https://tugasakhiramik.blogspot.com/2013/03/pengertian-pendidikan-kewarganegaraan.html
https://mohammadalihasan13.blogspot.com/
https://ainamulyana.blogspot.com/2015/11/teori-belajar-dan-pembeajaran.html