Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PENDIDIKAN PPKN

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN,IDENTITAS


NASIONAL,HUBUNGAN NEGARA DAN KONSTITUSI DAN
DEMOKRASI INDONESIA

Di susun Oleh :

 Raka Aulia Mas : 2018870065


 Achmad Fatwa Maulana : 2018870082
 Faiz Ma’ruf : 2018870070
 M Khaerul Azhari : 2018870060

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN OLAHRAGA
JAKARTA
2018
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya saat hidup dikalangan
masyarakat luas. Pembekalan pendidikan kepada peserta didik di indonesia dengan
pemupukan nilai-nilai sikap dan kepribadian sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung
didalam sila-sila Pancasila, yang bertujuan untuk menumbuhkan cinta tanah air, dengan
berwawasan kebangsaan yang luas.

Masyarakat dan pemerintah berupaya untuk meningkatkan kualitas hidup, terutama kepada
generasi muda penerus bangsa untuk hidup lebih berguna dan bermakna, serta mampu
mengantisipasi perkembangan dan perubahan masa depannya. Hal ini sangat memerlukan
pembekalan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berlandaskan nilai-nilai yang
terkandung dalam sila-sila pancasila dan nilai budaya bangsa. Oleh karena itu untuk
mempelajari nilai-nilai dasar Negara sebagai dasar dari nilai-nilai yang terkandung dalam sila
Pancasila seharusnya secara sadar setiap manusia memiliki motivasi bahwa pendidikan
kewarganegaraan yang diberikan kepada mereka sebagai indivudu, anggota keluarga, anggota
masyarakat, dan sebagai warga Negara yang terdidik serta tekad untuk mewujudkannya.

Pendidikan kewarganegaraan yang diberikan tidak hanya teori saja melainkan harus
memberikan sentuhan moral dan bersikap sosial. Sentuhan moral dan sosial akan mendapat
perhatian besar agar pengajaran pendidikan kewarganegaraan mampu menuju sasaran tujuan
yaitu membentuk pola generasi muda yang baik dan bertanggung jawab, melahirkan generasi
muda yang memiliki rasa nasionalisme dan patriotisme yang tinggi.

Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengingatkan kita akan pentingnya


nilai-nilai hak dan kewajinan suatu warga negara agar setiap hal yang di kerjakan sesuai
dengan tujuan dan cita-cita bangsa dan tidak melenceng dari apa yang di harapkan.
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penulisan makalah ini yaitu:

1. Apa saja teori belajar dan pembelajaran PPKn?


2. Apa itu Ilmu Kewarganegaraan(IKN),Pancasila,PKn,dan,PPKn?
3. Apa itu Identitas Sosial?
4. Apa hubungan Negara dan konsitusi?
5. Jelaskan tentang Demokrasi Indonesia!
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Belajar dan Pembelajaran PPKn

 Teori Belajar Behaviorisme


Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi
fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata
lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu
dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa
sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.

Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :
1. Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum
belajar, diantaranya:
Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka
hubungan Stimulus – Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan
efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus-
Respons.
 Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan
organisme itu berasal dari pendayagunaan satuan pengantar (conduction unit),
dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
 Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan
semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila
jarang atau tidak dilatih.

2. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov


Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum
belajar, diantaranya :
1. Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua
macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai
reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
2. Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang
sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa
menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
3. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung
merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
 Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus
penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
 Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat
melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan
perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.

Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah
sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam
operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang
ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang
meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja
diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.

 Teori Belajar Kognitif Piaget


Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran
konstruktivisme .Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai
rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan
perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi
empat tahap yaitu : (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan
(4) formal operational. Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan
individu yaitu asimilasi dan akomodasi. James Atherton (2005) menyebutkan bahwa
asisimilasi adalah “the process by which a person takes material into their mind from the
environment, which may mean changing the evidence of their senses to make it fit” dan
akomodasi adalah “the difference made to one’s mind or concepts by the process of
assimilation”
Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk
melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman
sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru.Guru hendaknya banyak memberikan
rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif,
mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :


1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru
mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik.
Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi
dengan teman-teman.
 Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau
konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan
dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler,
ada tujuh prinsip organisasi yang terpenting yaitu :
1. Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship); yaitu menganggap bahwa
setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang.
Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warna dan sebagainya membedakan
figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka akan terjadi
kekaburan penafsiran antara latar dan figure.
2. Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun
ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
3. Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan
dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.
4. Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada
dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.
5. Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya
bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan cenderung membentuk keseluruhan yang
baik berdasarkan susunan simetris dan keteraturan; dan
6. Ketertutupan (closure) bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola
obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.

Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :


1. Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam
perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan
tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau
peristiwa.
2. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang
terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas
makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat
penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan
pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya
memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
3. Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku
bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan
dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta
didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari
tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami
tujuannya.
4. Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan
lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki
keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
B. Ilmu Kewarganegaraan,Pancasila,PKn,PPKn,danKurikulum PPkn SD

Ilmu Kewarganegaraan
Sebagai suatu istilah telah banyak mengalami perubahan. Paling tidak, sejak
diperkenalkannya pendidikan dalam rangka nation and character building telah
dikenal istilah Burgerkunde, Ilmu Kewarganegaraan, Kewarganegaraan,Civics, Kewargaan
Negara, Pendidikan Kewargaan Negara dan dalam Pasal 37 ayat 1 Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikenal dengan istilah Pendidikan
Kewarganegaraan.
Kewargaan Negara sebagai suatu istilah dipakai secara resmi pada tahun 1967
dengan Instruksi Direkur Jendral Pendidikan Dasar Nomor 31 tahun 1967 tanggal 28 Juni
1967. Dari Seminar Nasional Pengaiaran dan Pendidikan Civics di Tawangmangu Surakarta
1972 ditegaskan bahawa Civics diganti dengan Ilmu Kewargaan Negara. Ilmu
Kewarganegaraan sebagai mata kuliah pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn) dibedakan dengan Pendidikan Kewargaan Negara yang merupakan
terjemahan dari Civics Education.
Ilmu Kewarganegaraan adalah suatu disiplin ilmu yang objek studinya mengenai
peranan warga negara dalam bidang spiritual, sosial ekonomi, politis, yuridis, kultural dan
hankam sesuai dan sejauh yang diatur dalam Pembukaan dan UUD 1945. Pendidikan
Kewarganegaraan adalah suatu program pendidikan yang tujuan utamanya membina warga
Negara yang lebih baik menurut syarat-syarat, criteria dan ukuran ketentuan Pembukaan
Unang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang bahannya salah satunya
diambilkan dari Ilmu Kewarganegaraan. Dengan demikian, apabila dicermati lebih jauh, Ilmu
Kewarganegaraan dan Pendidikan Kewarganegaraan memiliki persamaan dan perbedaan.
Persamaan antara Ilmu Kewarganegaraan dan Pendidikan Kewarganegaraan terletak pada
objek materianya, yakni warga negara, khususnya demokrasi politik atau peranan warga
Negara, hubungan warga Negara dengan Negara. Perbedaan Ilmu Kewarganegaraan dan
Pendidikan Kewarganegaraan terletak pada objek formanya atau focus perhatiannya. Ilmu
Kewarganegaraan sebagai ilmu yang deskriptif, sehingga pusat perhatiannya pada deskripsi
peranan warga Negara dan hubungan warga egara dengan Negara. Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai ilmu yang bersifat normative, sehingga pusat perhatiannya terletak
pada pembinaan peranan warga negara atau pendewasaan warga negara.

Ilmu Kewarganegaraan (Civics) dalam. perkembangannya sebagai ilmu memiliki banyak


definisi antara lain:
1. Civics: the study of city government and the duties of citizens (The Advanced Learner's
Dictionary of Current English, 1954)
2. Civics: the element of political science or that science dealing with right and duties of
citizens (Dictionary of Education, 1956)
3. Civics: the departement of political science dealing with rights and duties of citizens (Webster's
New Collegiate Dictionary, 1954)
4. Civics : the science right and duties of citizenship, esp, as the subjec of a school course ( A
Dictionary of American,1956 )
5. Civics : Science of government (Webster's New Coneise Dictionary)
6. Civics : the science of citizenship-the relation of man to man in organized collection-the
individual to the State (Creshore. Education.VII, 18861887)
7. Civics : the study of government and citizenship that is, the duties right and priviledge of
citizens (Edmonson, 1968)
Dari definisi tersebut kiranya dapat disimpulkan bahwa Civics atau Ilmu
Kewarganegaraan menyangkut hal-hal sebagai berikut:
1. Kedudukan dan peranan warga negara
2. Hak dan kewajiban warga negara
3. Pemerintahan
4. Negara
5. Sebagai bagian dari Ilmu Politik, mengambil bagian demokrasi politik (political democracy).

Pengertian Pancasila
Secara etimologis istilah “Pancasila” berasal dari Sansekerta dari India (bahasa kasta
Brahmana) adapun bahasa rakyat biasa adalah bahasa Prakerta. Menurut Muhammad Yamin,
dalam bahasa sansekerta perkataan “Pancasila” memilki dua macam arti secara leksikal yaitu
“panca” artinya “lima”
“syila” vokal I pendek artinya “batu sendi”, “alas”, atau “dasar”\
“syiila” vokal i pendek artinya “peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau yang
senonoh”
Kata-kata tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia terutama bahasa Jawa diartikan “susila
“ yang memilki hubungan dengan moralitas. Oleh karena itu secara etimologis kata
“Pancasila” yang dimaksudkan adalah adalah istilah “Panca Syilla” dengan vokal i pendek
yang memilki makna leksikal “berbatu sendi lima” atau secara harfiah “dasar yang memiliki
lima unsur”. Adapun istilah “Panca Syiila” dengan huruf Dewanagari i bermakna 5 aturan
tingkah laku yang penting.
Secara Historis
Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama dr. Radjiman
Widyodiningrat, mengajukan suatu masalah, khususnya akan dibahas pada sidang tersebut.
Masalah tersebut adalah tentang suatu calon rumusan dasar negara Indonesia yang akan
dibentuk. Kemudian tampilah pada sidang tersebut tiga orang pembicara yaitu Mohammad
Yamin, Soepomo dan Soekarno.

Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam siding tersebut Ir. Soekarno berpidato secara lisan (tanpa
teks) mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia. Kemudian untuk memberikan nama
“Pancasila” yang artinya lima dasar, hal ini menurut Soekarno atas saran dari salah seorang
temannya yaitu seorang ahli bahasa yang tidak disebutkan namanya.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, kemudian
keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945 disahkannya Undang-Undang Dasar 1945
termasuk Pembukaan UUD 1945 di mana didalamnya termuat isi rumusan lima prinsip atau
lima prinsip sebagai satu dasar negara yang diberi nama Pancasila.
Sejak saat itulah perkataan Pancasila menjadi bahasa Indonesia dan merupakan istilah umum.
Walaupun dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah “Pancasila”, namun
yang dimaksudkan Dasar Negara Republik Indonesia adalah disebut dengan istilah
“Pancasila”. Hal ini didasarkan atas interpretasi historis terutama dalam rangka pembentukan
calon rumusan dasar negara, yang secara spontan diterima oleh peserta sidang secara bulat.

Secara Terminologis
Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 itu telah melahirkan negara Republik
Indonesia. Untuk melengkapi alat-alat perlengkapan negara sebagaimana lazimnya negara-
negara yang merdeka, maka panitia Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) segera
mengadakan sidang. Dalam sidangnya tanggal 18 Agustus 1945 telah berhasil mengesahkan
UUD negara Republik Indonesia yang dikenal dengan UUD 1945. Adapun UUD 1945 terdiri
atas dua bagian yaitu Pembukaan UUD 1945 dan pasal-pasal UUD 1945 yang berisi 37 pasal,
1 aturan Aturan Peralihan yang terdiri atas 4 pasal dan 1 Aturan Tambahan terdiri atas 2 ayat.

Dalam bagian pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat alinea tersebut tercantum
rumusan Pancasila sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia
Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 inilah yang secara
konstisional sah dan benar sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang disahkan oleh
PPKI yang mewakili seluruh rakyat Indonesia.
PENGERTIAN PKn

Secara bahasa, istilah “Civic Education” oleh sebagian pakar diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia menjadi Pendidikan Kewargaan dan Pendidikan Kewarganegaraan. Istilah
“Pendidikan Kewargaan” diwakili oleh Azra dan Tim ICCE (Indonesian Center for Civic
Education) dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, sebagai pengembang Civic
Education pertama di perguruan tinggi. Penggunaan istilah “Pendidikan Kewarganegaraan”
diwakili oleh Winataputra dkk dari Tim CICED (Center Indonesian for Civic Education),
Tim ICCE (2005: 6).

Menurut Kerr (Winataputra dan Budimansyah, 2007:4), mengemukakan bahwa Citizenship


education or civics education didefinisikan sebagai berikut:
Citizenship or civics education is construed broadly to encompass the preparation of young
people for their roles and responsibilities as citizens and, in particular, the role of education
(trough schooling, teaching, and learning) in that preparatory process.

Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan dirumuskan


secara luas untuk mencakup proses penyiapan generasi muda untuk mengambil peran dan
tanggung jawabnya sebagai warga negara, dan secara khusus, peran pendidikan termasuk di
dalamnya persekolahan, pengajaran dan belajar, dalam proses penyiapan warga negara
tersebut. Cogan (1999:4) mengartikan civic education sebagai "...the foundational course
work in school designed to prepare young citizens for an active role in their communities in
their adult lives", maksudnya adalah suatu mata pelajaran dasar di sekolah yang dirancang
untuk mempersiapkan warga negara muda, agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif
dalam masyarakatn¬ya.

Menurut Zamroni (Tim ICCE, 2005:7) mengemukakan bahwa pengertian Pendidikan


Kewarganegaraan adalah:
Pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis
dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru,
bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga
masyarakat. Demokrasi adalah suatu learning proses yang tidak dapat begitu saja meniru dari
masyarakat lain. Kelangsungan demokrasi tergantung pada kemampuan mentransformasikan
nilai-nilai demokrasi.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
Azrah (2003:9) mengatakan bahwa : "Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan
adalah merapakan program yang tujuan utamanya untuk mernbina warga negara yang lebih
baik menurut kriteria dan ukuran pembukaan Undang Undang Dasar 1945".
Depdikbud (1994:2)
Pendidikan Pancasila dan Kewargenaraan adalah suatu bidang studi atau mata pelajaran yang
digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan rnelestarikan nilai luhur moral yang
berakar pada 6angsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku
maupun berbagai anggota masyarakat dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Berdasarkan kutipan di atas Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan itu adalah
mltuk membentuk perilaku seseorang juga membekali siswa dengan budi pekerti,
pengetahuan kemampuan dasar yang diandalkan oleh bangsa dan negara.
C.S.T. Kansil (1994:7) menyatakan bahawa”:
Tujuan dan sasaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah untuk meningkatkan
pengetahuan dan pengembangan kemampuan memahami menghayati dan meyakini nilai-nilai
Pancasila sebagai pecioman berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara sehingga menjadi warga negara yang bertangnggung jawab dan dapat diandalkan
serta memberi bekal kemampuan untuk belajar lebih lanjut.
Dari kutipan diatas kita simpulkan bahwa untuk mencapai tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan diperluJkan kerja sama yang baik antara guru dengan siswa dalam kegiatan
belajar mengajar. Dalam kerja sama tersebut siswa dibawa semakin dapat dengan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan cara ini siswa alkan lebih aktif dan lebih
efektif belajar di sekolah maupun di rumah mengerjakan tugas-tugasnya yang diberikan oleh
guru yang bersangkutan.
Mata pelajaran kewarganegaraan merupakan sarana yang dipakai pemerintah untuk
menanamkan nilai-nilai budaya bangsa dan mengenai kebijakan yang dapat menjadi
pengetahuan peserta didik sehingga mempunyai kesadaran untuk membangun negara dan
bangsa Indonesia.
Kewarganegaraan dipandang sebagai mata pelajaran yang memegang
peranan penting dalam membentuk warga negara yang baik sesuai dengan filsafat bangsa dan
konstitusi negara Republik Indonesia. Kewarganegaraan yang membentuk warga negara yang
baik, maka selain mencakup dimensi pengetahuan, karakteristik mata pelajaran
kewarganegaraan, ditandai dengan pemberian penekanan pada dimensi sikap dan
keterampilan (civics).
Disamping itu PPKn juga dimaksudkan membekali peserta didik dengan budi pekerti,
pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara ctengan
negara serta pendidikan pendahul.uan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat
diandalkan. Ualam penjelasan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional dikatakan bahwa “Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk
membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah
air".
C. Identitas Nasional

Pengertian Identitas Nasional merupakan suatu kumpulan nilai budaya yang tumbuh serta
berkembang di dalam macam-macam aspek kehidupan dari ratusan suku yang ada dan dihimpun
dalam satu kesatuan seperti Indonesia yang kebudayaan nasional itu dengan acuan pancasila &
Bhineka Tunggal Ika yang merupakan dasar dan arah pengembangannya.
Hakikat Identitas Nasional di dalam kehidupan berbangsa & bernegara pancasila merupakan
yang aktualisasinya yang tercerminkan dalam penataan kehidupan kita yang dalam arti yang luas,
misalnya pada aturan perundang-undangan ataupun moral yang dengan secara normatif
diterapkan di dalam bermasyarakat atau berinteraksi , baik itu di dalam tataran nasional ataupun
internasional .
Dengan hal tersebut nilai-nilai budaya yang tercermin pada identitas nasional itu bukanlah barang
jadidalam kebekuan normatif dan juga domatis, melainkan ialah sesuatu yang terbuka dan yang
cenderung terus-menerus bersemi disebebakan karena adanya hasrat menuju untuk kemajuan
yang dimiliki oleh masyarakat. Konsekuensi & implikasinya ialah identitas nasional adalah
sesuatu yang terbuka untuk ditafsir dengan diberi makna baru supaya tetap relevan serta
fungsional di dalam kondisi aktual yang berkembang di dalam bermasyarakat.

Unsur Unsur Identitas Nasional


Unsur- unsur identitas nasional Indonesia ini merujuk pada suatu bangsa yang majemuk.
Kemajemukan tersebut merupakan gabungan dari unsur unsur pembentuk identitas nasional yang
meliputi , ialah :
Suku Bangsa adalah salah satu dari unsur dalam pembentuk identitas nasional. Suku tersebut
merupakan Golongan sosial yang khusus yang memiliki sifat askriptif (ada sejak lahir), yang
mana sama halnya dengan golongan umur & jenis kelamin. Indonesia khususnya, Memiliki
banyak sekali suku bangsa / kelompok etnis dengan ± 300 dialek bahasa.
Agama.
Bangsa Indonesia dikenal dengan masyarakat yang agamis (didasarkan pada nilai agama).
Agama-agama yang tumbuh serta berkembang di Indonesia adalah agama islam, katholik, kristen,
hindu, budha serta kong hu cu.
Kebudayaan.
Pengetahuan manusia ialah sebagai makhluk sosial yang isinya ialah perangkat-perangkat
atauapun model-model pengetahuan yang dengan secara kolektif digunakan oleh pendukung-
pendukung untuk menerjemahkan atau menafsirkan serta memahami lingkungan yang dihadapi
dan juga digunakan ialah sebagai rujukan maupun pedoman untuk dapat bertindak (dalam bentuk
kelakukan serta benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.
Bahasa.
Bahasa adalah sebagai sistem perlambang yang dengan secara arbiter dibentuk atas unsur-unsur
bunyi ucapan manusia serta digunakan sebagai sarana untuk dapat berinteraksi antarmanusia.
Di Indonesia terdapat banyak sekali bahasa namun Bahasa Indonesia merupakan bahasa
pemersatu bangsa.

Dari 4 unsur identitas nasional di atas, dapat kita dirumuskan pembagiannya menjadi 3 bagian
antara lain :
1. Identitas Fundamental, pancasila ialah sebagai falsafat bangsa, dasar negara serta ideologi
negara.
2. Identitas Instrumental, adalah isi UUD 1945 serta tata perundang-undangannya. Dalam
Identitas instrumental ini, bahasa yang digunakan ialah bahasa Indonesia, bendera
negara Indonesia adalah merah putih, lambang negara Indonesia adalah Garuda
Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika., lagu kebangsaan Indonesia yakni
Indonesia Raya.
3. Identitas Alamiah, meliputi negara kepulauan serta pluralisme didalam suku, budaya,
bahasa serta agama dan juga kepercayaan.

Dari 4 unsur identitas nasional di atas, dapat kita dirumuskan pembagiannya menjadi 3 bagian
antara lain :

1. Identitas Fundamental, pancasila ialah sebagai falsafat bangsa, dasar negara serta ideologi
negara.
2. Identitas Instrumental, adalah isi UUD 1945 serta tata perundang-undangannya. Dalam
Identitas instrumental ini, bahasa yang digunakan ialah bahasa Indonesia, bendera
negara Indonesia adalah merah putih, lambang negara Indonesia adalah Garuda
Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika., lagu kebangsaan Indonesia yakni
Indonesia Raya.
3. Identitas Alamiah, meliputi negara kepulauan serta pluralisme didalam suku, budaya,
bahasa serta agama dan juga kepercayaan.

D. HUBUNGAN NEGARA DAN KONSTITUSI


Hubungan Negara dengan konstitusi
Dasar negara berkedudukan sebagai norma hukum tertinggi negara dan menjadi sumber bagi
pembentukan norma-norma hukum di bawahnya, salah satunya adalah konstitusi.
Hubungan antara dasar negara dan konstitusi nampak pada gagasan dasar, cita-cita dan
tujuan negara yang terdapat dalam pembukaan UUD suatu negara. Dasar negara Indonesia
adalah Pancasila. Dasar negara Pancasila merupakan pandangan bangsa Indonesia yang
mengandung nilai-nilai luhur bangsa dalam menentukan konsep dasar dari cita-cita bangsa.
Dengan demikian secara tidak langsung Pancasila mengikat bangsa Indonesia dalam praktik
kenegaraan.
Berbeda dengan konstitusi. Konstitusi memuat bangunan negara dan sendi-sendi
pemerintahan negara. Konstitusi bisa tertulis dan tidak tertulis. Konstitusi tertulis disebut
Undang-Undang Dasar (UUD). Oleh karena itu konstitusi negara RI adalah UUD 1945.

Menurut Hafizah,2013 Dasar negara dan konstitusi mempunyai hubungan secara :


a. Keterkaitan Secara Filosofis
Secara filosofis, konstitusi bangsa Indonesiaselalu didasarkan ada filosofifilosofi bangsa.
Para pendiri negara Republik Indonesia yang arif dan bijaksana telah berhasil meletakkan
dasar negara yang kokoh dan kuat, yaitu Pancasila. Pancasila digali dari bumi Indonesia
sendiri dan mewariskan landasan konstitusional kepada bangsanya. Kemudian, pada tanggal
18 Agustus 1945 dalam siding Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
b. Keterkaitan Secara Yuridis
Secara Yuridis, konstitusi negara RI mengandung pokok-pokok pikiran dasar negara yang
diwujudkan dalam bentuk pasal-pasal konstitusi negara RI.
c. Keterkaitan Secara Sosiologi
Secara sosiologis, konstitusi khendaknya dapat menampung seluruh nilai-nilai yang
berkembang dalam masyarakat karena dasar negara merupakan prinsip-prinsip dasar dalam
menjalankan kehidupan bernegara karena mengandung nilai-nilai luhur bangsa di suatu
negara.
Dalam 3 UUD yang pernah berlaku di Indonesia, yaitu UUD 1945, Konstitusi RIS 1949, dan
UUDS 1950. semua pembukaan atau mukadimahnya mencantumkan Pancasila. Tidak
semua bangsa di suatu negara dapat merumuskan dasar negaranya secara jelas dan tegas
dalam bagian pembukaan konstitusi seperti bangsa Indonesia.

Nilai-nilai Pancasila menjiwai Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang diuraikan


secara terperinci dalam pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan dalam pasal-pasal UUD
1945.
Oleh karena itu, UUD 1945 yang memuat nilai dasar Pancasila dijadikan landasan konstitusi
rakyat, dan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Hal tersebut harus
diketahui dan dipahami serta dihayati oleh bangsa Indonesia.

 Hubungan dasar negara dan konstitusi di Indonesia


Dapat dilihat dari hubungan antara sila-sila pancasila yang termuat pada pembukaan UUD
1945 dengan pasal-pasal yang termuat dalam batang tubuh UUD 1945.
Pasal-pasal UUD adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran yang ada dalam pembukaan
UUD 1945 (Sulaiman,2013).

E.Demokrasi Indonesia
 Arti Demokrasi

Demokrasi berasal dari kata Yunani demos dan kratos. Demos artinya rakyat. kata kratos
berarti pemerintahan. Jadi, demokrasi berarti pemerintahan rakyat,yaitu pemerintahan yang
rakyatnya memegang peranan yang sangat menenentukan.

Kata demokrasi merujuk kepada konsep kehidupan negara atau masyarakat, dimana warga
negara dewasa turut berpartisipasi dalam pemerintahan melalui wakilnya yang diplih melalui
pemilu. Pemerintahan di Negara demokrasi juga mendorong dan menjamin kemerdekaan
berbicara, beragarna, berpendapat, berserikat setiap warga Negara, menegakanruleoflaw,
adanya pemerintahan menghormati hak-hak kelompok minoritas; dan masyarakat warga
Negara memberi peluang yang sama untuk mendapatkan kehidupan yang layak.

 Manfaat Demokrasi

Demokrasi dapat memberi manfaat dalam kehidupan masyarakat yang demokratis, yaitu:
1. Kesetaraan sebagai warga Negara. Disini demokrasi memperlakukan semua orang adalah
sama dan sederajat. Prinsip kesetaraan menuntut perlakuan sama terhadap pandangan-
pandangan atau pendapat dan pilihan setiap warga Negara.
2. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan umum. Kebijakan dapat mencerminkan keinginan
rakyatnya. Semakin besar suara rakyat dalam menentukan semakin besar pula
kemungkinan kebijakan itu menceminkan keinginan dan aspirasi rakyat.
3. Pluralisme dan kompromi. Demokrasi mengisyaratkan kebhinekaan dan kemajemukan
dalam masyarakat maupun kesamaan kedudukan diantara para warga Negara. Dalam
demokrasi untuk mengatasi perbedaan-perbedaan adalah lewat diskusi, persuasi,
kompromi, dan bukan dengan paksanaan atau pameran kekuasaan.
4. Menjamin hak-hak dasar. Demokrasi menjamin kebebasan-kebebasan dasar tentang hak-
hak sipil dan politis; hak kebebasan berbicara dan berekspresi, hak berserikat dan
berkumpul, hak bergerak, dsb. Hak-hak itu memungkinkan pengembangan diri setiap
individu dan memungkinkan terwujudnya keputusan-keputusan kolektif yang lebih baik.
5. Pembaruan kehidupan social. Demokrasi memungkinkan terjadinya pembawan kehidupan
social. Penghapusan kebijakan-kebijakan yang telah usang secara rutin dan pergantian para
politisi dilakukan dengan cara yang santun, dan damai. Demokrasi memuluskan proses alih
generasi tanpa pergolakan.

 Ciri-Ciri Sistem Demokrasi

Ciri-ciri sistem demokrasi dimaksudkan untuk membedakan penyelenggaraan pemerintahan


Negara yang demokratis, yaitu:

1. Memungkinkan adanya pergantian pemerintahan secara berkala;


2. Anggota masyarakat memiliki kesempatan yang sama menempati kedudukan dalam
pemerintahan untuk masa jabatan tertentu, seperti; presiden, menteri, gubemurdsb;
3. Adanya pengakuan dan anggota masyarakat terhadap kehadiran tokoh-tokoh yang sah yang
berjuang mendapatkan kedudukan dalam pemerintahan; sekaligus sebagai tandingan bagi
pemerintah yang sedang berkuasa;
4. Dilakukan pemilihan lain untuk memilih pejabat-pejabat pemerintah tertentu yang
diharapkan dapat mewakili kepentingan rakyat tertentu;
5. Agar kehendak masing-masing golongan dapat diketahui oleh pemenntah atau anggota
masyarakat lain, maka harus diakui adanya hak menyatakan pendapat (lisan, tertulis,
pertemuan, media elektronik dan media cetak, dsb);
6. Pengakuan terhadap anggota masyarakat yang tidak ikut serta dalam pemilihan umum.

Ciri-ciri kepribadian yang demokratis:

(1) Menerima orang lain;

(2) terbuka terhadap pengalaman dan ide-ide baru;

(3) bertanggungjawab;

(4) Waspada terhadap kekuasaan;

(5) Toleransi terhadap perbedaan-perbedaan;


(6) Emosi-emosinya terkendali;

(7) Menaruh kepercayaan terhadap lingkungan

 Nilai-Nilai Demokrasi

Untuk menumbuhkan keyakinan akan baiknya system demokrasi, maka harus ada pola
perilaku yang menjadi tuntunan atau norma nilai-nilai demokrasi yang diyakini masyarakat.
Nilai-nilai dan demokrasi membutuhkan hal-hal sebagai berikut:

1. Kesadaran akan puralisme. Masyarakat yang hidup demokratis harus menjaga


keberagaman yang ada di masyarakat. Demokrasi menjamin keseimbangan hak dan
kewajiban setiap warga Negara.
2. Sikap yang jujur dan pikiran yang sehat. Pengambilan keputusan didasarkan pada prinsip
musyawarah prinsip mufakat, dan mementingkan kepentingan masyarakat pada umumnya.
Pengambilan keputusan dalam demokrasi membutuhkan kejujuran, logis atau berdasar akal
sehat dan sikap tulus setiap orang untuk beritikad baik.
3. Demokrasi membutuhkan kerjasamaantarwarga masyarakat dan sikap serta itikad baik.
Masyarakat yang terkotak-kotak dan penuh curiga kepada masyarakat lainnya
mengakibatkan demokrasi tidak berjalan dengan baik.
4. Demokrasi membutuhkan sikap kedewasaan. Semangat demokrasi menuntut kesediaan
masyarakat untuk membenkan kritik yang membangun, disampaikan dengan cara yang
sopan dan bertanggung jawab untuk kemungkinan menerima bentuk-bentuk tertentu.
5. Demokrasi membutuhkan pertimbangan moral. Demokrasi mewajibkan adanya keyakinan
bahwa cara mencapai kemenangan haruslah sejalan dengan tujuan dan berdasarkan moral
serta tidak menghalalkan segala cara. Demokrasi memerlukan pertimbangan moral atau
keluhuran akhlak menjadi acuan dalam berbuat dan mencapal tujuan.

 Prinsip Demokrasi

Suatu Negara dikatakan demokratis apabila system pemerintahannya mewujudkan prinsip-


pnnsip demokrasi. Robert. Dahi (Sranti, dkk; 2008) menyatakan terdapat beberapa prinsip
demokrasi yang harus ada dalam system pemerintahan Negara demokrasi, yaltu:

1. Adanya control atau kendali atas keputusan pemerintah. Pemerintah dalam mengambil
keputusan dikontrol oleh lembaga legislative (DPR dan DPRD).
2. Adanya pemilihan yang teliti dan jujur. Demokrasi dapat berjalan dengan baik apabila
adanya partisipasi aktif dan warga Negara dan partisipasi tersebut dilakukan dengan teliti
dan jujur.Warga Negara diberi informasi pengetahuan yang akurat dan dilakukan dengan
jujur.
3. Adanya hak memilih dan dipilih. Hak untuk memilih, yaitu memberikan hak pengawasan
rakyat terhadap pemerintahan, serta memutuskan pilihan terbaik sesuai tujuan yang ingin
dicapai rakyat. Hak dipilih yaitu memberikan kesempatan kepada setiap warga Negara
untuk dipilih dalam menjalankan amanat dari warga pemilihnya.
4. Adanya kebebasan menyatakan pendapat tanpa ancaman. Demokrasi membutuhkan
kebebasan dalam menyampaikan pendapat, bersenkat dengan rasa aman.
5. Adanya kebebasan mengakses informasi. Dengan membutuhkan informasi yang akurat,
untuk itu setiap warga Negara harus mendapatkan akses informasi yang memadai. Setiap
keputusan pemerintah harus disosialisasikan dan mendapatkan persetujuan DPR, serta
menjadi kewajiban pemenntah untuk memberikan inforrnasi yang benar.
6. Adanya kebebasan berserikat yang terbuka. Kebebasan untuk berserikat ini memberikan
dorongan bagi warga Negara yang merasa lemah, dan untuk memperkuatnya
membutuhkan teman atau kelompok dalam bentuk serikat.

Untuk mengukur pelaksanaan pemerintahan demokrasi, perlu diperhatikan beberapa


parameter demokrasi, yaitu:

1. Pembentukan pemerintahan melalui pemilu. Pembentukan pemerintahan dilakukan dalam


sebuah pemilihan umum yang dilaksanakan dengan teliti dan jujur.
2. Sistem pertanggungjawaban pemerintah. Pemerintahan yang dihasilkan dan pemilu harus
mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan dalam periode tertentu.
3. Penganturansystem dan distribusi kekuasaan Negara. Kekuasaan Negara dijalankan secara
distributive untuk menghindari penumpukan kekuasaan dalam satu tangan (legislative,
eksekutiv, dan yudikatif).
4. Pengawasan oleh rakyat. Demokrasi membutuhkan system pengawasan oleh rakyat
terhadap jalannya pemerintahan, sehingga terjadi mekanisme yang memungkinkan
chekandbalance terhadap kekuasaan yang dijalankan eksekutif dan legislative.
5. Jenis-Jenis Demokrasi

Terdapat beberapa jenis demokrasi yang disebabkan perkembangan dalam pelaksanaannya


diberbagai kondisi dan tempat. Oleh karena itu, pembagian jenis demokrasi dapat dilihat dari
beberapa hat, sebagai berikut:

1. Demokrasi berdasarkan cara menyampaikan pendapat. Temiasuk jenis demokrasi ini terdiri
dari:

1. Demokrasi langsung. Rakyat secara langsung diikutsertakan dalam proses pengambilan


keputusan untuk menjalankan kebijakan pemerintahan.
2. Demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan. Demokrasi ini dijalankan oleh
rakyat melalui wakil rakyat yang dipilihnya melalui pemilu. Aspirasi rakyat disalurkan
melalui wakil-wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan rakyat.
3. Demokrasi perwakilan dengan system pengawasan langsung dari rakyat (referendum) yang
dapat diklasifikasi; a) referendum wajib; b) referendum tidak wajib; dan C) refendum
fakultatif.
4. Demokrasl formal. Demokrasi ini disebut juga demokrasi liberal, yaitu secara hukum
menempatkan semua orang dalam kedudukan yang sama dalam bidang politik, tanpa
mengurangi kesenjangan ekonorni.
5. Demokrasi material. Demokrasi ini memandang manusia mempunyai kesamaan dalam
bidang sosial ekonomi, sehingga persamaan bidang politik tidak menjadi prioritas.
Demokrasi material dikembangkan di Negara sosialis-komunis.
6. Demokrasi campuran. Demokrasi ini merupakan campuran dan kedua demokrasi tersebut
Demokrasi ini berupaya menciptakan kesejahteraan seluruh rakyat dengan menempatkan
persamaan derajat dan hak setiap orang.
7. Demokrasi liberal, yaitu memberikan kebebasan yang luas pada individu. Campur tangan
pemerintah diminimalkan bahkan ditolak. Pemerintah bertindak atas dasar konstitusi
(hukum dasar).
8. Demokrasi rakyat atau demokrasi proletar. Demokrasi ini bertujuan menyejahterakan
rakyat. Negara dibentuk tidak mengenal perbedaan kelas. Semua warga Negara
mempunyai persamaan dalam hukum dan politik.

 Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia

Dalam perjalanan sejarah bangsa, ada empat macam demokrasi di bidang politik yang pernah
diterapkan dalam kehidupan ketatanegaraan Indonesia, yaitu:

1. Demokrasi Parlementer (liberal)

Demokrasi ini dipraktikan pada masa berlakunya UUD 1945 periode pertama (1945-1949)
kemudian dilanjutkan pada bertakunya Konstitusi Republik Indonesia Serikat (UUD RIS)
1949 dan UUDS 1950. Demokrasi ini secara yuridis resmi berakhir pada tanggal 5 Juti 1959
bersamaan dengan pemberlakuan kembal UUD 1945.

Pada masa berlakunya demokrasi parlementer (1945-1959), kehidupan politik dan


pemerintahan tidak stabil, sehingga program dari suatu pemerintahan tidak dapat dijalankan
dengan baik dan berkesinambungan. Timbulnya perbedaan pendapat yang sangat mendasar
diantara partai politik yang ada pada saat itu.

2. Demokrasi Terpimpin

Mengapa lahir demokrasi terpimpin?, yaitu lahir dari keinsyafan, kesadaran, dan keyakinan
terhadap keburukan yang diakibatkan oleh praktik demokrasi parlementer (liberal) yang
melahirikan terpecahnya masyarakat, baik dalam kehidupan politik maupun dalam tatanan
kehidupan ekonomi.

Secara konsepsional, demokrasi terpimpin memiliki kelebihan yang dapat mengatasi


permasalahan yang dihadapi masyarakat. Hal itu dapat dilihat dan ungkapan Presiden
Soekarno ketika memberikan amanat kepada konstituante tanggal 22 April 1959 tentang
pokok-pokok demokrasi terpimpin, antara lain;

1. Demokrasi terpimpin bukanlah dictator


2. Demokrasi terpimpin adalah demokrasi yang cocok dengan kepribadian dan dasar hidup
bangsa Indonesia
3. Demokrasi terpimpin adalah demokrasi disegala soal kenegaraan dan kemasyarakatan yang
meliputi bidang politik, ekonomi, dan social
4. Inti daripada pimpinan dalam demokrasi terpimpin adalah permusyawaratan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan.
5. Oposisi dalam arti melahirkan pendapat yang sehat dan yang membangun diharuskan
dalam demokrasi terpimpin.

Berdasarkan pokok pikiran tersebut demokrasi terpimpin tidak bertentangan dengan


Pancasila dan UUD 1945 serta budaya bangsa Indoesia. Namun dalam praktiknya, konsep-
konsep tersebut tidak direalisasikan sebagaimana mestinya, sehingga seringkali menyimpang
dan nilai-riilai Pancasila, UUD 1945, dan budaya bangsa. Penyebabnya adalah selain terletak
pada presiden, juga karena kelemahan legislative sebagai patner dan pengontrol eksekutiI
serta situasi socialpoltik yang tidak menentu saat itu.

3. Demokrasi Pancasila Pada Era Orde Baru

Demokrasi Pancasila mengandung arti bahwa dalam menggunakan hak-hak demokrasi


haruslah disertai rasa tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa menurut agama dan
kepercayaan masing-masing, menjunjung tinggi nilal-nilal kemanusiaan sesuai dengan
martabat dan harkat manusia, haruslah menjamin persatuan dan kesatuan bangsa,
mengutamakan musyawarah dalam menyelesaian masalah bangsa, dan harus dimanfaatkan
untuk mewujudkan keadilan social. Demokrasi Pancasila berpangkal dari kekeluargaan dan
gotong royong. Semangat kekeluargaan itu sendiri sudah lama dianut dan berkembang dalam
masyarakat Indonesia, khususnya di masyarakat pedesaan.

Mengapa lahir demokrasi Pancasila? Munculnya demokrsi Pancasila adalah adanya berbagai
penyelewengan dan permasalahan yang di alami oleh bangsa Indonesia pada berlakunya
demokrsi parlementer dan demokrasi terpimpin. Kedua jenis demokrasi tersebut tidak cocok
doterapkan diindonesia yang bernapaskan kekeluargaan dan gotong royong.

Sejak lahirnya orde baru di Indonesia diberlakukan demokrasi Pancasila sampai saat ini.
Meskipun demojrasi ini tidak bertentangan dengan prinsip demokrasi konstitusional, namun
praktik demokrasi yang dijalankan pada masa orde baru masih terdapat berbagai
peyimpangan yang tidak ejalan dengan ciri dan prinsip demokrasi pancasila, diantaranya:

1) Penyelenggaraan pemilu yang tidak jujur dan adil

2) Penegakkan kebebasan berpolitik bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS)

3) Kekuasaan kehakiman (yudikatif) yang tidak mandiri karena para hakim adalah
anggota PNS Departemen Kehakiman

4) Kurangnya jaminan kebebasan mengemukakan pendapat

5) System kepartaian yang tidak otonom dan berat sebelah

6) Maraknya praktik kolusi, korupsi, dan nepotisme

7) Menteri-menteri dan Gubernur di angkat menjadi anggota MPR

4. Demokrasi Pancasila Pada Era Orde Reformasi

Demokrasi yang dijalankan pada masa reformasi ini masih tetap demokrasi pancasila. Namun
perbedaanya terletak pada aturan pelaksanaan. Berdasarkan peraturan perundang-undangan
dan praktik pelaksanaan demokrasi, terdapat beberapa perubahan pelaksanaan demokrasi
pancasila dari masa orde baru pelaksanaan demokrasi pada masa orde reformasi sekarang ini
yaitu :

1. Pemilihan umum lebih demokratis


2. Partai politik lebih mandiri
3. Lembaga demokrasi lebih berfungsi
4. Konsep trias politika (3 Pilar Kekuasaan Negara) masing-masing bersifat otonom penuh.
Adanya kehidupan yang demokratis, melalui hukum dan peraturan yang dibuat be\rdasarkan
kehendak rakyat, ketentraman dan ketertiban akan lebih mudah diwujudkan. Tata cara
pelaksanaan demokrasi Pancasila dilandaskan atas mekanisme konstitusional karena
penyelenggaraan pemeritah Negara Republik Indonesia berdasarkan konstitusi.

Demokrasi pancasila hanya akan dapat dilaksanakandengan baik apabila nilai-nilai yang
terkandung didalamnya dapat dipahami dan dihayati sebagai nilai-nilai budaya politik yang
mempengaruhi sikap hidup politik pendukungnya.

Catatan penting : kegagalan Demokrasi Pancasila pada zaman orde baru, bukan berasal dari
konsep dasar demokrasi pancasila, melainkan lebih kepada praktik atau pelaksanaanya yang
mengingkari keberadaan Demokrasi Pancasila
BAB III
PENUTUP

Setiap manusia atau warga negara memang punya hak memperoleh


pendidikan (right for education) yang layak, namun setiap warga negara atau setiap diri
manusia juga berkewajiban melaksanakan pendidikan yang berkualitas bagi diri dan anak-
anaknya.

Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu upaya edukasi yang


bertujuan membentuk sikap dan perilaku kalangan pelajar atau subyek edukasi supaya
menjadi sumberdaya manusia yang unggul di bidang keilmuan, kebangsaan, dan
moralitas. Keunggulan ini, bilamana terwujud akan menjadi penentu kualitas
kehidupan bangsa dan negara. Dalam ajaran Islam, pendidikan demikian jelas menjadi model
pendidikan yang diharuskan diselenggarakan, karena upaya melakukan perubahan di
sektor edukasi akan berpengaruh besar terhadap peningkatan kualitas sumberdaya
manusia.
DAFTAR PUSTAKA

 https://luthfiya-09.blogspot.com/2013/11/hubungan-negara-dan-konstitusi.html
 https://www.pendidikanku.org/2016/11/pengertian-identitas-nasional.html
 https://tugasakhiramik.blogspot.com/2013/03/pengertian-pendidikan-kewarganegaraan.html
 https://mohammadalihasan13.blogspot.com/
 https://ainamulyana.blogspot.com/2015/11/teori-belajar-dan-pembeajaran.html

Anda mungkin juga menyukai