Anda di halaman 1dari 12

Dakwatun : Jurnal Manajemen Dakwah, Vol 1, No 2 (2022)

PERAN METODE USWAH GURU DALAM


MENUMBUHKEMBANGKAN KARAKTER SISWA DI SMK
PROF. SURYONO SUMBERPUCUNG MALANG

Siti Nurjanah
Universitas Islam Raden Rahmat, sitinurjanah160572@gmail.com

_________________________

Abstract
This study aims to describe the role and implementation of the PAI teacher uswah method in developing the
character of students at Prof. Vocational School. Suryono, Sumberpucung District and the obstacles faced. This
study uses a qualitative analysis method with a case study approach. The result of the role of the uswah method is
that Islamic religious education teachers are part of the role model needed to develop student character, the
effectiveness of using this method can be realized when there are two things, namely equipping teachers with
various uswah methods as an intervention in character building in familiarizing students In carrying out habituation
to various attitudes, various character education programs will be successful if the inhibiting factors can be
minimized such as a less conducive environment and the absence of the role of parents involved in character
building programs.
Keywords:
Method, Uswah, Teacher, Character
__________________________

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran dan implementasi metode uswah guru PAI dalam menumbuh-
kembangkan karakter siswa di SMK Prof. Suryono Kecamatan Sumberpucung beserta kendala-kendala yang
dihadapi. Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Hasil dari peran
metode uswah ini adalah guru pendidikan agama islam merupakan bagian dari keteladanan yang diperlukan untuk
menumbuhkembangkan karakter siswa, efektifitas penggunaan metode ini dapat terwujud manakala terdapat dua hal
yakni membekali guru-guru dengan berbagai metode uswah sebagai intervensi dalam pembangunan karakter dalam
membiasakan anak didik menjalankan pembiasaan pada berbagai sikap, berbagai program pendidikan karakter akan
dapat berhasil apabila faktor penghambat dapat diminimalisir seperti lingkungan yang kurang kondusif dan tidak
adanya peran orang tua yang dilibatkan dalam program pembangunan karakter.
Kata Kunci:
Metode, Uswah, Guru, Karakter
Siti Nurjanah Peran Metode Uswah Guru

PENDAHULUAN siswa- siswinya setiap hari, karena siswa suka


Peran keteladanan guru sangat berpengaruh meniru dari perlakuan, perkataan dan sikap
di dalam menumbuhkembangan karakter guru-gurunya.
siswa. Hal ini bisa di tunjukkan dari Metode pembiasaan juga perlu diterapkan
performan Guru terutama Guru PAI, saat oleh guru maupun sekolah dalam proses
mengajar guru harus pandai-pandai dalam menumbuh-kembangkan karakter siswa, bila
menjaga sikap untuk memberikan contoh yang seorang anak terbiasa dengan sifat-sifat terpuji
terbaik, mengajarkan nilai moral pada maka hal itu akan selalu tertanam dan diingat
pelajaran, jujur pada diri sendiri dan terbuka oleh siswa-siswi untuk melakukannya.
pada kesalahan, melaksanakan kewajiban Dari ungkapan tersebut bisa kita simpulkan
dengan penuh tanggung jawab dan kesadaran bahwa dalam menumbuh-kembangkan
tinggi, sopan dan santun dan lain sebagainya. karakter siswa metode pembiasaan harus juga
Dengan demikian, sikap siswa di sekolah diterapkan oleh guru, karena segala sikap,
tidak terlepas dari peran guru, utamanya Guru perbuatan dan ucapan yang baik akan dicontoh
PAI, karena apa yang dilakukan siswa akan oleh siswa dan siswinya.
kembali kepada apa yang ditunjukkan oleh Adapun hasil wawancara dan observasi
guru. Bukankah murid adalah cerminan guru, dengan guru kelas berkenaan dengan
anak adalah cerminan orangtuanya, rakyat keteladanan Guru PAI sekolah yaitu:
adalah cerminan pemimpinnya. Sehingga ada Keteladanan itu memberikan contoh yang
interaksi timbal balik antara guru dan siswa. baik kepada siswa-siswi, jika guru
Sehingga pada akhirnya, hasil belajar siswa menginginkan siswa memiliki sikap disiplin
akan menentukan apakah setelah siswa dan berprilaku baik, maka guru harus terlebih
mengikuti pembelajaran akan berubah kearah dahulu memberikan contoh, seperti yang
yang lebih baik atau sebaliknya, baik itu dicontohkan oleh Guru PAI yaitu sederhana
pengetahuan, keterampilan maupun sikap dalam berhias , berpakaian rapi dan sopan,
siswa. ramah, bila bertemu teman guru atau siswa
Sehingga dalam pendidikan Islam banyak selalu menyapa, mendidik siswa dengan
metode yang bisa diterapkan dan digunakan sangat sabar, keluar dan masuk kelas sesuai
dalam menumbuhkembangkan karakter siswa. jadwal dan jamnya, memiliki sopan santun,
Diantaranya metode menumbuhkembangkan melakukan kegiatan-kegiatan positif lainnya.
karakter siswa yang digunakan oleh Guru PAI Menurut Ida Fitria Ningsih, Guru Mapel
SMK Prof. Suryono Sumberpucung adalah Administrasi Umum, wawancara pada Senin,
metode uswah dan pembiasaaan. 20 Juni 2022, Jangan kita berharap bisa
Metode uswah adalah memberikan teladan membentuk manusia yang berkarakter
atau contoh yang baik kepada siswa atau sementara kepribadian kita masih tidak baik.
peserta didik didalam kehidupan sehari-hari Jadi dalam menerapkan keteladanan itu harus
(Mubarok, 2019). Metode ini merupakan dimulai dari diri sendiri, dimulai dari hal-hal
pedoman untuk bertindak dalam kecil, sehingga anak-anakpun bisa
merealisasikan tujuan dari pendidikan. Siswa mencontohnya.
cenderung meneladani gurunya, ini hendaknya Dari hasil wawancara bersama guru
dilakukan oleh semua ahli pendidikan, ditanyakan kembali kepada Kepala Sekolah
dasarnya karena secara psikologis pelajar yang diwakili oleh wakil kepala sekolah
memang senang meniru, tidak saja yang baik, berkenaan dengan keteladanan guru PAI di
tetapi yang tidak baikpun juga ditiru (Tafsir, sekolah, yaitu:
2000). Menurut Balkis Ekabella, wakil Kepala
Dari penjelasan di atas, bahwa memberikan Sekolah staf Kesiswaan, wawancara pada
uswah atau contoh yang baik kepada siswa Senin Rabu, 22 Juni 2022, Keteladanan guru
dapat membentuk karakter siswa. Semua guru itu harus lahir dari diri sendiri seorang guru,
harus mampu mencontohkan yang baik kepada karena keteladanan itukan mengambil contoh

Dakwatun : Jurnal Manajemen Dakwah, Vol 1, No 2 (2022) 79


Siti Nurjanah Peran Metode Uswah Guru

baik dari gurunya, maka dari itu kita harus penampilan yang sederhana, selalu bersikap
memberikan contoh yang baik untuk mereka, baik, ramah dan sopan, datang tepat waktu,
misalnya guru datang kesekolah tepat waktu, sabar menghadapi siswa, tidak suka marah-
membiasakan 5S (senyum, sapa, salam, sopan marah, telaten dalam menghadapi siswa”.
santun) sholat dhuha dan sholat dzuhur Dari hasil wawancara dan observasi di
berjamaah, pelaksanaan doa Bersama 1 bulan atas yang memberikan informasi,
sekali (Hanny Widyanti, 2014). menunjukkan bahwa ada kesinambungan
Selanjutnya, hal yang sama ditanyakan bahwa guru harus terlebih dahulu membentuk
kepada guru lainnya berkaitan dengan kepribadian diri yang mulia, karena menurut
keteladanan guru PAI disekolah, yaitu: pandangan siswa bahwa segala perbuatan yang
Menurut Dinar, Guru Mapel Program dilakukan oleh guru adalah baik, maka siswa
Keahlian Perhotelan , wawancara pada Kamis, menjadikan guru sebagai contoh atau teladan
24 Juni 2022, “Keteladanan guru itu sangatlah yang harus ditiru, siswa meneladani segala
penting, karena dari guru siswa banyak belajar sikap, tindakan, dan perilakunya guru, baik
dan mencontoh tentang bersikap dan dalam bentuk sifat, perkataan dan
berprilaku karena seorang guru akan selalu perbuatannya.
menjadi contoh bagi siswanya, baik dikelas, Guru memberikan teladan kepada siswa
disekolah, dan diluar lingkungan sekolah pun dengan memberikan ucapan, perbuatan dan
seorang guru apalagi Guru PAI akan menjadi tingkah laku yang baik yang bisa dijadikan
pusat perhatian bagi siswa, maka dari itu guru contoh, ada menunjukkan perubahan karakter
PAI dan guru-guru yang lain harus siswa. Orang yang meniru atau mencontoh
melakukan beberapa kegiatan. Diantaranya berusaha mengikuti apa yang dijadikannya
guru mengajarkan kedisiplinan, jujur, contoh (Mustofa, 2019).
bertanggungjawab, datang tepat waktu, Penelitian ini merupakan penelitian
bertutur kata baik, menyayangi siswa, tegas kualitatif yang fokus pada manusia sebagai
serta menjaga kebersihan, karena murid sangat objeknya atau instrumen dalam sebuah
meniru sikap dan tingkah laku gurunya.” penelitian. Dalam penelitian kualitatif
Kemudian, pertanyaan yang sama berupaya menghasilkan data deskriptif yang
ditanyakan kembali kepada waka humas berupa kata-kata baik tertulis maupun lisan
berkenaan dengan keteladanan guru PAI di dari para narasumber sekaligus mengamati
sekolah, yaitu: perilaku mereka (Perdana & Pakili, 2020).
Menurut Ebti Prihatni, waka Humas, Metode pengumpulan data yang digunakan
wawancara pada hari Selasa, 14 Juni 2022, yakni observasi dan wawancara kepada
Guru PAI di sekolah sudah memberikan narasumber. Setelah itu melakukan analisis
contoh yang baik untuk murid-murid, gurunya data secara terus menerus dengan melakukan
disiplin, selalu mengingatkan siswa untuk reduksi data, penyajian data dan penarikan
sholat lima waktunya. Dan jika ada siswa yang kesimpulan agar memberikan jawaban nyata
ada problem akan diselesaikan dengan guru dari permasalahan yang ditemukan (Indrawan,
BK disekolah. Tidak bersalaman laki dengan 2016).
perempuan yang bukan mukhrimnya. Semua
peraturan dan tata tertib sekolah harus HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan oleh semua warga sekolah. Implementasi Peran Metode Uswah Guru
Selanjutnya hal yang sama di tanyakan Pendidikan Agama Islam Dalam
kembali kepada salah satu siswa SMK Prof. Menumbuh-Kembangkan Karakter Siswa
Suryono, berkenaan dengan keteladanan Guru Menumbuh kembangkan karakter siswa
PAI di sekolah, yaitu : terwujud dalam kegiatan sehari-hari. Seperti
Menurut Betris Divaloorensia, siswa kelas yang setiap hari dilakukan oleh para siswa
XI Pht, wawancara pada hari Kamis, 16 Juni setiap akan memulai pembelajaran selalu di
2022,“Bu Ulil sebagai guru PAI memiliki awali dengan membaca doa dan menghafal 3

Dakwatun : Jurnal Manajemen Dakwah, Vol 1, No 2 (2022) 80


Siti Nurjanah Peran Metode Uswah Guru

surat pendek. Kegiatan memimpin doa dan juga begitu menunjukkan keramahan dan
membaca 3 surat pendek ini di dipimpin oleh saling bersahabat, membuat saya jadi betah di
salah satu siswa, yang pelaksanannya secara sekolah, dan mengikuti semua kegiatan yang
bergantian setiap harinya. ada di sekolah, dengan rasa gembira”.
Untuk kegiatan Sholat dhuha dilaksanakan Dari hasil wawancara dan observasi
setiap pagi mulai pukul 07.00 sampai pukul dengan guru BK dan siswa diatas, bahwa
07.30, pelaksanaannya secara bergiliran antar peran guru sangatlah penting, karena anak
kelas. Kalau sholat dhuha dilaksanakan oleh melihat dan mencontoh apa yang menjadi
kelas X, maka siswa kelas XI dan XII yang kebiasaan gurunya disekolah, hal inilah yang
melaksanakan sholat dhuhur berjamaah. sangat diperlukan bagi siswa yaitu keteladanan
Kecuali pada hari jum’at, karena pulang guru PAI dalam memberikan pembiasaan-
sebelum dhuhur. pembiasaan baik kepada siswa guna
Adapun hasil wawancara dan observasi menumbuh-kembangkan karakter siswa.
dengan guru bimbingan konseling berkaitan Implementasi metode keteladanan yang
dengan Implementasi peran metode uswah dilakukan oleh guru PAI di SMK Prof.
guru PAI kepada siswa ada yang menunjukkan Suryono sebagai upaya menumbuh-
perubahan karakter siswa di sekolah, yaitu: kembangkan karakter peserta didik, salah
menurut Bu Debi Rahmawati, guru BK, satunya adalah untuk menumbuhkan karakter
wawancara pada rabu, 22 Juni 2022,“Biasanya disiplin. Metode keteladanan tersebut sudah
di kelas ada beberapa siswa yang suka diterapkan sejak lama. Menumbuhkan karakter
berbicara kasar sama teman satu kelasnya, disiplin melalui metode keteladanan ini
saya tegur dan beri arahan. Sekarang bertujuan agar anak dapat terbiasa dengan pola
Alhamdulillah, saya dengar tidak ada siswa kehidupan yang baik dengan teladan yang
tersebut berbicara kasar lagi sama teman diberikan oleh guru-gurunya di sekolah. Selain
sekelasnya. Saya menasehati tidak hanya pada itu, agar peserta didik dapat terdorong hatinya
siswa yang bermasalah tapi saya juga untuk selalu disiplin dalam hal apapun yang
memberikan arahan kepada siswa saya satu sudah diterapkan ataupun sudah dilakukan di
kelas agar senantiasa menjadi anak yang sekolah maupun dirumah.
berbudi luhur, berkata sopan sama orang yang Kendala Implementasi Metode Uswah
lebih tua,disiplin, dan tidak saling mencela Dalam Menumbuh-Kembangkan Karakter
dan tidak berkata kotor. Saya juga selalu siswa
mengingatkan untuk selalu menjaga Faktor penghambat merupakan faktor yang
sholatnya”. menjadi kendala dalam pelaksanaan
Selanjutnya, wawancara kepada siswa pendidikan karakter di SMK Prof. Suryono.
berkaitan dengan memberikan teladan kepada Hal ini seperti faktor kepribadian anak di
siswa ada menunjukkan perubahan karakter lingkungan luar Sekolah yang kurang baik
siswa, yaitu: menurut Rizki Kurnia R , siswa terbawa ke dalam lingkungan Sekolah, seperti
kelas XI, wawancara pada jum’at , 24 Juni perkataan dan tingkah laku beberapa peserta
2022,“Kalau istirahat saya melaksanakan didik yang kurang sopan. Selain itu, faktor
sholat dhuha, karena dari kelas satu saya lain seperti adanya peserta didik yang broken
sudah terbiasa dengan guru-guru untuk home sehingga sangat mengganggu aktifitas
melaksanakan sholat dhuha. Melihat guru- belajar peserta didik, dan juga beberapa orang
gurunya semangat dan disiplin saya jadi tua wali yang kurang ikut berperan dalam
semangat untuk selalu datang tepat waktu bekerjasama dan ikut membina anak-anaknya.
juga. Dan saya suka datang lebih pagi karena Ada hal lain yang juga menjadi kendala
lingkungan sekolah yang baik, di sambut implematasi menumbuh kan karakter siswa.
Bapak/Ibu guru dengan sangat ramah, ada Seperti yang di sampaikan oleh salah satu
senyum, sapa, salam yang saya dapati, tiap guru: menurut Ida Fitria Ningsih, Guru Mapel
datang dan berada di sekolah. Teman-teman Administrasi Umum, wawancara pada Senin,

Dakwatun : Jurnal Manajemen Dakwah, Vol 1, No 2 (2022) 81


Siti Nurjanah Peran Metode Uswah Guru

20 Juni 2022, Masih ada kendala yang saya dalam membentuk karakter anak. Oleh
perhatikan yaitu masih ada sebagian siswa karenanya, metode dan cara-cara yang
yang belum melaksanakan keteladanan yang memenuhi kawasan koginisi semata kiranya
dicontohkan oleh Guru PAI, sehingga perlu ditinjau dan dikaji ulang. Orientasi
menyebabkan iri bagi siswa yang sudah pembelajaran bertitik tolak pada upaya
melakukannya. pengembangan kualitas hati yang bersih dan
Dalam sebuah pendidikan karakter banyak sehat melalui berbagai pembiasaan. Kegiatan
sekali yang harus diperhatikan oleh pendidik. pendidikan karakter dilaksanakan dalam tiga
Dalam kegiatan penanaman dan pembinaan ranah. Pertama, pengembangan nilai-nilai
tersebut para pendidik memiliki tugas dan karakter yang diintegrasikan ke dalam
tanggung jawab atas keberhasilan pendidikan. kegiatan belajar mengajar (KBM) di dalam
Bukan hanya mengenai strategi pembinaan kelas. Ranah kedua, memadukan pendidikan
yang diterapkan ataupun target yang akan karakter dengan aktivitas ko-kurikuler,
dicapai saja, tetapi pendidik juga harus ekstrakurikuler maupun budaya sekolah.
mengevaluasi secara keseluruhan terhadap Ranah ketiga, melibatkan wali murid untuk
program yang telah dilakukan. turut membangun pembiasaan yang selaras
Evaluasi pelaksanaan pendidikan karakter dengan yang dikembangkan di sekolah.
merupakan sebuah kegiatan mengevaluasi atau Lebih lanjut, sejumlah rekomendasi yang
mengoreksi hal-hal yang terjadi atau dilakukan perlu dilakukan dalam membangun atau
selama kegiatan pendidikan karakter tersebut. menumbuh-kembangkan karakter siswa di
Hal ini dilakukan untuk mengetahui kelebihan SMK Prof. Suryono ataupun di sekolah-
dan kekurangan dari pendidikan yang telah sekolah lain pada umumnya peneliti jabarkan
berlangsung, dengan harapan dapat melakukan dalam tulisan berikut ini.
hal yang lebih baik untuk pendidikan karakter a. Menanamkan nilai-nilai keagamaan dan
selanjutnya. budaya luhur
Berbagai Program Pembelajaran Demi Masyarakat Indonesia adalah masyarakat
Membangun Potensi Dan Karakter Siswa beragama. Nilai-nilai keluhuran budaya-
Upaya membangun karakter dilaksanakan kejujuran, kebersamaan, pengorbanan dan
melalui dua pendekatan yaitu, proses kerja keras sesuai tuntutan Ilahi-turut
intervensi dan juga melalui peran metode mewarnai perilaku masyarakat Indonesia sejak
uswah oleh guru PAI dan pembiasaan- jaman dahulu. Sikap sopan santun, ramah,
pembiasaan oleh murid atau siswa. Proses suka menolong sesama dan hormat kepada
intervensi dikembangkan dan dilaksanakan yang lain merupakan sendi-sendi kehidupan
melalui kegiatan belajar mengajar yang masyarakat Indonesia. Oleh karena itu,
sengaja dirancang untuk mencapai tujuan kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa
pembentukan karakter dengan menerapkan selalu didasari pada ajaran agama dan
berbagai kegiatan terstruktur. Dalam proses kepercayaannya.
pembelajaran tersebut guru sebagai pendidik Keteladanan diberikan apabila siswa
sekaligus sebagai sosok panutan bertemu dengan guru maupun dengan teman
(keteladanan). yang lain, terbiasa bersikap ramah, senyum ,
Sedangkan melalui proses pembiasaan mengucap salam dan meyapa dengan bahasa
atau habituasi, diciptakan dan ditumbuhkan yang baik. Ajakan untuk selalu sabar jika
aneka situasi dan kondisi yang berisi aneka mendapat kesulitan dan selalu bersyukur jika
penguatan yang memungkinkan siswa di mendapat kenikmatan turut membangun
sekolah, di rumah, dan di lingkungan karakter anak di sekolah. Hal ini dilakukan
masyarakatnya membiasakan diri berperilaku melalui aneka permainan, nyanyian, cerita
sesuai nilai yang diharapkan. Mendidik anak teladan dan juga pembiasaan.
pada era sekarang ini cukup berat (Hawi, Melalui kegiatan bakti sosial, dana yang
2017). Pengaruh lingkungan sekitar demikian terkumpul di bagikan kepada anak-anak

Dakwatun : Jurnal Manajemen Dakwah, Vol 1, No 2 (2022) 82


Siti Nurjanah Peran Metode Uswah Guru

yatim, fakir miskin yang sengaja diundang ke merangsang secara visual, dengan cara
sekolah untuk kegiatan tersebut. Melalui diisi berbagai hasil karya anak, misalnya
program ini, siswa ditumbuhkan kepedulian lukisan, foto, patung, dan karya-karya lain.
dan kesetiakawanan sosial. Anak boleh memilih karya yang akan
b. Menciptakan lingkungan belajar yang dipajang, dan boleh diganti sesuai dengan
kondusif dan menyenangkan keinginannya. Anak juga dilibatkan
Membangun karakter hanya bisa dilakukan mengusahakan bahan-bahan untuk menata
apabila lingkungan belajar di sekolah, (juga di kelasnya. Hal ini diharapkan dapat
rumah), sangat kondusif. Sekolah adalah memberikan tantangan bagi anak untuk
“tempat untuk bersenang-senang”, dimana mengembangkan bakat dan potensinya.
anak merasa nyaman, merasa senang di e) Guru merupakan nara sumber, bukan
sekolah sehingga proses belajar menjadi polisi, atau dewa. Anak harus
efektif (Saputro et al., 2019). Bukan menghormati guru, tetapi merasa aman
sebaliknya, sekolah menjadi tempat yang dan nyaman dengan guru.
sangat ditakuti oleh anak-anak. Apabila ada f) Anak perlu merasa bebas untuk
anak-anak yang sudah mogok sekolah, yang mendiskusikan masalah secara terbuka
takut dengan gurunya, berarti sekolah itu telah baik dengan guru maupun dengan teman
menjadi tempat yang tidak kondusif untuk sebaya.
tempat belajar dan untuk membentuk karakter g) Kerjasama selalu lebih baik daripada
anak. Jika sekolah adalah tempat yang kompetisi.
menyenangkan, otak anak akan sangat h) Pengalaman belajar hendaknya dekat
terangsang untuk bisa berkembang dengan dengan pengalaman dari dunia nyata.
baik. Sehingga, selain anak cepat menyerap Anak perlu dilibatkan dalam merancang
pelajarannya, karakter anak juga akan kegiatan belajar dan boleh membawa
terbentuk dengan bagus. bahan-bahan dari rumah.
Oleh karena itu, agar karakter anak Konsep Pembelajaran Integratif (Integrated
terbentuk, iklim sekolah harus diciptakan Learning)
sedemikian rupa sehingga anak-anak Pendekatan integratif mendasarkan dari
semangat untuk belajar. Beberapa cara yang asumsi bahwa anak-anak, operasi berfikirnya
dapat dilakukan, agar sekolah menjadi tempat adalah konkret, manipulatif dan terpadu
yang menyenangkan bagi anak, serta menjadi (Piaget). Oleh karena itu, pembelajaran yang
lingkungan yang kondusif untuk membangun relevan untuk anak-anak adalah pembelajaran
karakter anak didik, diantaranya sebagai integratif. Materi pelajaran yang selama ini
berikut, Pola pembelajaran di sekolah abstrak di awang-awang dijadikan konkret dan
menggunakan paradigma “student centre” relevan dengan kehidupan sehari-hari.
dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip: Penyatuan pembelajaran seperti ini merupakan
a) Belajar sangat penting dan sangat prakondisi penerapan konsep pendidikan
menyenangkan. integratif.
b) Anak patut dihargai dan disayangi sebagai Setiap topik dibahas secara komprehensif
pribadi yang unik. dari berbagai dimensi sesuai taraf pikir anak.
c) Anak hendaknya menjadi pelajar yang Mengkaji buah sawo di kebun, menanam dan
aktif. Mereka perlu didorong untuk mengamati tumbuh kembang sayur bayam di
membawa pengalaman, gagasan, minat lahan tanam, mencermati dan memberi makan
dan bahan mereka di kelas. ikan di kolam akan mengantar anak pada
d) Anak perlu merasa nyaman dan memiliki aspek pengembangan kognitif, afektif,
kebanggaan di kelas. Ruang kelas adalah psikomotor, akhlaq hingga karakter. Mengajak
milik anak dan mereka dilibatkan untuk anak mengamati anak ayam yang baru
mengaturnya. Contohnya, ruang kelas menetas jelas tidak hanya membutuhkan ilmu
dibuat semenarik mungkin dan pengetahuan tetapi juga menyaksikan

Dakwatun : Jurnal Manajemen Dakwah, Vol 1, No 2 (2022) 83


Siti Nurjanah Peran Metode Uswah Guru

peristiwa kemahakuasaan Allah yang amat sendiri, disiplin dan sosialisasi serta
menggetarkan kalbu. Melalui pola belajar memperoleh keterampilan dasar yang berguna
seperti tersebut , rasa ingin tahu anak akan untuk kelangsungan hidupnya.
terpupuk, motivasi belajarpun tumbuh. Pembiasaan
Penanaman nilai-nilai karakter juga Penanaman nilai-nilai karakter memerlukan
terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran yang pembiasaan. Artinya sejak usia dini, anak
aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan. mulai dibiasakan mengenal mana perilaku atau
Konsep Pembelajaran Kooperatif tindakan yang baik dan mana yang buruk,
(Cooperative Learning) mana yang boleh dilakukan mana yang tidak
Pembelajaran kooperatif memberi sehingga diharapkan selanjutnya menjadi
keseimbangan yang baru di tengah model sebuah kebiasaan (habit). Perlahan-lahan
pembelajaran konvensional yang cenderung sikap/nilai-nilai luhur yang ditanamkan
individualistik, yang mengunggulkan tersebut akan terinternalisasi ke dalam dirinya
kompetisi sampai-sampai anak kerap menjadi dan membentuk kesadaran sikap dan tindakan
tertekan dan terasing. sampai usia dewasa.
Oleh karena itu, kehidupan yang cenderung Pembiasaan yang dilakukan oleh
individualis perlu diantisipasi dengan lingkungan sekolah dilakukan oleh kepala
mengasah rasa tanggung jawab bersama dan sekolah, guru, tenaga kependidikan dan murid
menumbuhkan empati sosial. Untuk itu pola bersama-sama sebagai suatu komunitas untuk
cooperative learning (belajar bekerja sama) membuat komitmen bersama dalam
diterapkan. Melalui permainan dinamika membiasakan budaya positif di lingkungan
kelompok, tutor sebaya, saling membantu, sekolah. Kegiatan pembiasaan di sekolah
bermain dan makan siang bersama, potensi dapat dilaksanakan melalui kegiatan sebagai
anak sebagai makhluk sosial terbangun. Nilai- berikut:
nilai karakter kerjasama, bersahabat, toleransi a. Kegiatan rutin sekolah
dan peduli sosial, juga dapat ditumbuhkan. Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang
c. Menggunakan berbagai media dan sumber dilakukan anak terus menerus dan konsisten
belajar setiap saat. Karakter erat kaitannya dengan
Setiap kegiatan untuk menstimulasi habit atau kebiasaan yang kerap
perkembangan potensi dan karakter anak, dimanifestasikan dalam tingkah laku.
perlu memanfaatkan berbagai media dan Berhubung karakter adalah habit atau
sumber belajar, antara lain lingkungan alam kebiasaan, maka membentuk karakter
sekitar atau bahan-bahan yang sengaja memerlukan latihan yang terus menerus.
disiapkan oleh guru. Karakter adalah ibarat “otot”, dimana “otot-
Anak tidak hanya berkegiatan di dalam otot” karakter akan menjadi lembek apabila
kelas, tetapi juga belajar di ruang terbuka, tidak pernah dilatih, dan akan kuat dan kokoh
alam bebas maupun di arena bermain edukatif. kalau sering dipakai. Seperti seorang
Dalam konteks alam modern, anak tetap binaragawan yang terus menerus berlatih
perlu dikenalkan dengan alam yang untuk membentuk ototnya, “otot-otot karakter
mengitarinya. Anak perlu diajak memasuki juga akan terbentuk dengan praktek-praktek
alamya, mempelajari semua keterampilan latihan yang akhirnya akan menjadi kebiasaan
yang dibutuhkan untuk bisa survive di (habit).
dalamnya, mengakrabkan kembali dengan Contoh kegiatan ini adalah, pembiasaan
habitat dan kehidupan sosialnya. mengucap salam apabila bertemu guru, tenaga
d. Mengembangkan kecakapan hidup kependidikan, atau teman. Melalui kegiatan
Proses pembelajaran diarahkan untuk beribadah bersama atau shalat bersama,
mengembangkan kecakapan hidup melalui berdoa waktu mulai dan selesai berkegiatan. .
penyiapan lingkungan belajar yang menunjang Pembiasaan hidup bersih dan sehat dilakukan
berkembangnya kemampuan menolong diri dengan pemeriksaan kebersihan badan (kuku,

Dakwatun : Jurnal Manajemen Dakwah, Vol 1, No 2 (2022) 84


Siti Nurjanah Peran Metode Uswah Guru

telinga, rambut, dan lain-lain) , budaya cuci sopan, kasih sayang, perhatian terhadap
tangan, budaya menggosok gigi, serta aksi peserta didik, jujur, menjaga kebersihan.
bersih-bersih lingkungan yang rutin dilakukan Anak-anak pada usia remaja seperti di
di sekolah. Kemandirian juga ditanamkan sekolah menengah sesungguhnya sudah dapat
dengan pembiasaan menata sepatu dan tas menerima pandangan orang lain, terutama
pada tempatnya, mengembalikan dan orang dewasa. Anak bisa menghormati
merapikan alat bermain setelah digunakan, otoritas dan sangat mempercayai orang
belajar makan dan mencuci piring sendiri , tua/guru, sehingga penekanan pentingnya
agar perlahan-lahan membentuk kesadaran perilaku baik dan sopan akan sangat efektif.
sikap dan mejadi habit sampai usia dewasa. Misalnya keteladanan guru pada saat
b. Kegiatan spontan bersalaman pagi di gerbang sekolah yang
Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang rutin dilakukan, untuk menyambung kasih
dilakukan secara spontan pada saat itu juga. sayang. Guru memberikan keteladanan dengan
Kegiatan ini biasa dilakukan pada saat guru menyambut kedatangan anak di depan pintu
dan tenaga kependidikan yang lain mengetahui gerbang. Dengan senyum dan salam yang
adanya perbuatan yang kurang baik dari anak selalu terucap, anak-anak membalas dengan
yang harus dikoreksi pada saat itu juga, salam dan mencium tangan guru. Kemudian
sehingga anak tidak akan melakukan tindakan guru memberikan afirmasi-afirmasi positif,
yang tidak baik itu. Contoh kegiatan antara menghargai setiap gerak perubahan perilaku
lain: membuang sampah tidak pada anak, sebagai upaya penguatan agar anak
tempatnya, berteriak-teriak sehingga lebih termotivasi memunculkan perilaku
mengganggu pihak lain, berkelahi, mengambil baiknya. Guru juga tersenyum dan
barang teman tanpa ijin, berlaku tidak sopan, menyambut pengantar atau orang tua yang
dan sebagainya. mengantar putra-putrinya, ini sekaligus untuk
Kegiatan spontan berlaku untuk perilaku meyakinkan bahwa putra-putri mereka aman
dan sikap anak yang tidak baik dan yang baik, bersama guru-guru di sekolah. Kegiatan pagi
sehingga perlu dipuji, misalnya: menolong yang sederhana tersebut dimaksudkan untuk
orang lain, memperoleh prestasi dalam olah menumbuhkan rasa hormat kepada orang tua,
raga atau kesenian, berani menentang atau nilai-nilai kebersamaan, peduli dan rasa
mengkoreksi perilaku teman yang tidak sayang terhadap sesama. Hal tersebut
terpuji. Serta perlu dikoreksi apabila dicontohkan langsung oleh guru sebagai sosok
melakukan hal yang tidak baik. panutan bagi anak.
c. Keteladanan d. Pengkondisian
Keteladanan adalah perilaku dan sikap guru Untuk mendukung keterlaksanaan
dan tenaga kependidikan yang lain dalam pendidikan karakter, maka sekolah harus
memberikan contoh terhadap tindakan- dikondisikan sebagai pendukung kegiatan itu.
tindakan yang baik sehingga diharapkan Sekolah harus mencerminkan kehidupan nilai-
menjadi panutan bagi anak untuk nilai dan karakter yang diinginkan. Misalnya,
mencontohnya (Judiani, 2010). Jika guru dan membiasakan toilet yang selalu bersih, bak
tenaga kependidikan yang lain menghendaki sampah ada di berbagai tempat dan selalu
agar anak berperilaku dan bersikap sesuai dibersihkan, slogan yang berisi ajakan berbuat
dengan nilai-nilai karakter bangsa maka guru baik, sekolah terlihat rapi dan alat-alat
dan tenaga kependidikan yang lain adalah permainan ditempatkan dengan teratur.
orang yang pertama dan utama memberikan Memadukan Pendidikan Karakter dengan
contoh berperilaku dan bersikap sesuai dengan Kegiatan Terencana Sekolah
nilai-nilai itu. Pendidikan karakter dapat dilaksanakan
Misalnya, berpakaian rapi, datang tepat melalui berbagai kegiatan sekolah yang diikuti
pada waktunya, bekerja keras, bertutur kata seluruh anak, guru, kepala sekolah, dan tenaga

Dakwatun : Jurnal Manajemen Dakwah, Vol 1, No 2 (2022) 85


Siti Nurjanah Peran Metode Uswah Guru

kependidikan di sekolah , serta direncanakan Menurut teori perkembangan kepribadian,


sejak awal tahun pelajaran. setiap individu tumbuh dan berkembang
Contoh kegiatan yang dapat dimasukkan ke dipengaruhi oleh beberapa faktor utama
dalam program sekolah adalah lomba diantaranya faktor pengalaman (proses
menyanyi bertema cinta tanah air, pentas seni belajar), faktor kebudayaan dan faktor
anak bersama orang tua, pameran hasil karya keluarga yang meliputi sikap/kondisi sosial
anak didik bertema budaya dan karakter ekonomi keluarga, posisi anak dalam keluarga,
bangsa, mengundang berbagai narasumber serta bagaimana sifat dan perlakuan orang tua.
berhubungan dengan budaya dan karakter Terdapat beberapa kecenderungan arah
bangsa. perkembangan kepribadian yang dipengaruhi
Melalui kegiatan ekstrakurikuler , misalnya, oleh faktor-faktor di atas, diantaranya yaitu
seni tari, seni suara, seni musik, seni rupa. a. Bila anak hidup di dalam suasana penuh
Kegiatan ekstrakurikuler selain dapat dengan kritik, dia belajar untuk
menajamkan kecakapan anak juga dapat menyalahkan orang
menumbuhkan nilai-nilai karakter pada anak. b. Bila anak hidup di dalam suasana penuh
Mengembangkan pula potensi kreativitas dan kekerasan, dia belajar untuk berkelahi
rasa percaya diri anak. c. Bila anak hidup di dalam suasana penuh
Kunjungan ke rumah teman (home visit) olok-olok, dia belajar menjadi seorang
maupun kunjungan ke sekolah lain, bertujuan yang pemalu
agar anak dapat bersosialisasi dan d. Bila anak hidup di dalam suasana yang
mengembangkan rasa empati terhadap sesama. memalukan, dia belajar untuk selalu
Berkegiatan di alam bebas dengan out bound, merasa bersalah
anak dapat bermain dalam arena yang e. Bila anak hidup di dalam suasana yang
edukatif, menarik, dan menantang.Sehingga penuh toleransi, dia belajar untuk menjadi
nilai-nilai kepemimpinan, keberanian, kerja seorang penyabar.
keras dan kerjasama dapat dikembangkan pada f. Bila anak hidup di dalam suasana penuh
anak. dengan dukungan, dia belajar untuk
Kegiatan lain yang dapat dilakukan adalah menjadi seorang yang percaya diri
kunjungan ke tempat-tempat yang g. Bila anak hidup di dalam suasana penuh
menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air, pujian dan penghargaan, dia belajar untuk
menumbuhkan semangat kebangsaan. Serta menghargai orang lain
melakukan bakti sosial untuk menumbuhkan h. Bila anak hidup di dalam suasana
kepedulian dan kesetiakawanan sosial. kejujuran, dia belajar mengenal keadilan
Keterlibatan Orang Tua/Wali murid juga i. Bila anak hidup di dalam suasana yang
sangat mempengaruhi. Bagaimana karakter aman, dia belajar untuk mempercayai
dibentuk, tergantung dari bagaimana seorang orang lain
anak dibesarkan. Ketika anak berusia di bawah j. Bila anak hidup di dalam suasana yang
lima tahun misalnya, disitulah dasar-dasar memuaskan jiwanya, dia belajar untuk
kepribadian diletakkan. Peran orang tua begitu menyenangi dirinya.
besar dalam pembentukan karakter anak. k. Bila anak hidup di dalam suasana yang
Menurut Ratna Megawangi, pendidikan moral penuh dengan penerimaan dan
hingga anak berusia 2 tahun dapat dilakukan persahabatan, dia belajar untuk
hanya dengan memberikan cinta dan kasih mendapatkan kasih sayang di dalam dunia
sayang sebesar-besarnya kepada anak. ini.
Memasuki usia 2 – 3 tahun, anak sudah dapat Siswa atau anak perlu diberikan sebanyak
diperkenalkan pada sopan santun serta mungkin kebaikan, stimulus yang memadai,
perbuatan baik-buruk, bahkan mereka sudah serta pola pengasuhan yang tepat. Orang tua
memiliki perasaan empati terhadap kesulitan dapat memberikan pengertian betapa
atau penderitaan orang lain. pentingnya “cinta” dalam melakukan sesuatu.

Dakwatun : Jurnal Manajemen Dakwah, Vol 1, No 2 (2022) 86


Siti Nurjanah Peran Metode Uswah Guru

Menekankan nilai-nilai agama yang memulai pembelajaran selalu di awali dengan


menjunjung tinggi cinta dan pengorbanan. membaca doa dan menghafal 3 surat pendek.
Mengajak anak merasakan apa yang dirasakan Kegiatan memimpin doa dan membaca 3 surat
oleh orang lain. Orang tua juga dapat pendek ini di dipimpin oleh salah satu siswa,
membantu anak berbuat sesuai dengan yang pelaksanannya secara bergantian setiap
harapan-harapan orang tua., tidak semata harinya.
karena ingin mendapat pujian atau Implementasi metode keteladanan yang
menghindari hukuman. Menciptakan dilakukan oleh guru PAI di SMK Prof.
hubungan yang mesra, agar anak peduli Suryono sebagai upaya menumbuh-
terhadap keinginan dan harapan-harapan orang kembangkan karakter peserta didik, salah
tua. Orang tua perlu mengingatkan pentingnya satunya adalah untuk menumbuhkan karakter
rasa sayang antar anggota keluarga dan disiplin. Metode keteladanan tersebut sudah
memperluas rasa sayang tersebut ke luar diterapkan sejak lama. Menumbuhkan karakter
keluarga, yakni terhadap sesama. Orang tua disiplin melalui metode keteladanan ini
juga perlu memberikan contoh perilaku dalam bertujuan agar anak dapat terbiasa dengan pola
hal menolong dan peduli orang lain. kehidupan yang baik dengan teladan yang
Hal tersebut merupakan upaya melibatkan diberikan oleh guru-gurunya di sekolah. Selain
orang untuk turut membangun pembiasaan itu, agar peserta didik dapat terdorong hatinya
yang selaras dengan yang dikembangkan d untuk selalu disiplin dalam hal apapun yang
sekolah. Orang tua tidak boleh masa bodoh sudah diterapkan ataupun sudah dilakukan di
dengan pendidikan putra-putrinya di sekolah. sekolah maupun dirumah.
Orang tua harus aktif mendukung dan turut Kendala Implementasi Metode Uswah
mengembangkan potensi sang anak. Ada Dalam Menumbuh-Kembangkan Karakter
beberapa kegiatan yang melibatkan peran serta siswa, Faktor penghambat merupakan faktor
orang tua dalam rangka membina anak lebih yang menjadi kendala dalam pelaksanaan
berkarakter diantaranya mengajak pendidikan karakter di SMK Prof. Suryono.
menggambar bersama antara anak dengan Hal ini seperti faktor kepribadian anak di
orang tuanya. Orang tua juga diharapkan lingkungan luar Sekolah yang kurang baik
intensif membangun komunikasi dan terbawa ke dalam lingkungan Sekolah, seperti
keakraban dengan anaknya, antara lain dengan perkataan dan tingkah laku beberapa peserta
mendongeng sebelum tidur, karena didik yang kurang sopan. Selain itu, faktor
komunikasi hal yang sangat penting dalam lain seperti adanya peserta didik yang broken
setiap elemen dan perilaku manusia (Perdana, home sehingga sangat mengganggu aktifitas
2019). belajar peserta didik, dan juga beberapa orang
Sekolah juga memberikan kesempatan tua wali yang kurang ikut berperan dalam
kepada wali murid untuk turut berpartisipasi bekerjasama dan ikut membina anak-anaknya.
dalam kegiatan sekolah. Salah satunya dengan Dalam sebuah pendidikan karakter banyak
menjadi guru tamu, yang turut menanamkan sekali yang harus diperhatikan oleh pendidik.
nilai-nilai karakter pada anak. Ini juga Dalam kegiatan penanaman dan pembinaan
merupakan salah satu dari metode uswah atau tersebut para pendidik memiliki tugas dan
keteladanan. tanggung jawab atas keberhasilan pendidikan.
Bukan hanya mengenai strategi pembinaan
KESIMPULAN yang diterapkan ataupun target yang akan
Implementasi Peran Metode Uswah Guru dicapai saja, tetapi pendidik juga harus
Pendidikan Agama Islam Dalam Menumbuh- mengevaluasi secara keseluruhan terhadap
Kembangkan Karakter Siswa, Menumbuh program yang telah dilakukan.
kembangkan karakter siswa terwujud dalam Evaluasi pelaksanaan pendidikan karakter
kegiatan sehari–hari. Seperti yang setiap hari merupakan sebuah kegiatan mengevaluasi atau
dilakukan oleh para siswa setiap akan mengoreksi hal-hal yang terjadi atau dilakukan

Dakwatun : Jurnal Manajemen Dakwah, Vol 1, No 2 (2022) 87


Siti Nurjanah Peran Metode Uswah Guru

selama kegiatan pendidikan karakter tersebut. menumbuh-kembangkan karakter siswa di


Hal ini dilakukan untuk mengetahui kelebihan SMK Prof. Suryono ataupun di sekolah-
dan kekurangan dari pendidikan yang telah sekolah lain pada umumnya peneliti jabarkan
berlangsung, dengan harapan dapat melakukan dalam tulisan berikut ini: Menanamkan nilai-
hal yang lebih baik untuk pendidikan karakter nilai keagamaan dan budaya luhur,
selanjutnya. Menciptakan lingkungan belajar yang
Berbagai Program Pembelajaran Demi kondusif dan menyenangkan, Konsep
Membangun Potensi Dan Karakter Siswa, Pembelajaran Integratif (Integrated Learning),
Upaya membangun karakter dilaksanakan Konsep Pembelajaran Kooperatif
melalui dua pendekatan yaitu, proses (Cooperative Learning).
intervensi dan juga melalui peran metode
uswah oleh guru PAI dan pembiasaan- DAFTAR PUSTAKA
pembiasaan oleh murid atau siswa.. Proses Hanny Widyanti, M. T. Y. (2014).
intervensi dikembangkan dan dilaksanakan Pembentukan Karakter Siswa Melalui
melalui kegiatan belajar mengajar yang Program Lima S (Senyum, Sapa, Salam,
sengaja dirancang untuk mencapai tujuan Sopan, Santun) Di SMA Negeri 1
pembentukan karakter dengan menerapkan Sidoarjo. Jurnal Kajian Moral Dan
berbagai kegiatan terstruktur. Dalam proses Kewarganegaraan, 3(2), 784–798.
pembelajaran tersebut guru sebagai pendidik https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index
sekaligus sebagai sosok panutan .php/30/article/view/9267
(keteladanan). Hawi, A. (2017). Tantangan Lembaga
Sedangkan melalui proses pembiasaan Pendidikan Islam. Tadrib: Jurnal
atau habituasi, diciptakan dan ditumbuhkan Pendidikan Agama Islam, 3(1), 143–161.
aneka situasi dan kondisi yang berisi aneka https://doi.org/https://doi.org/10.19109/T
penguatan yang memungkinkan siswa di adrib.v3i1.1388
sekolah, di rumah, dan di lingkungan Indrawan, R. (2016). Metode Kuantitatif dan
masyarakatnya membiasakan diri berperilaku Kualitatif, dan Campuran Untuk
sesuai nilai yang diharapkan. Mendidik anak Manajemen, Pembangunan dan
pada era sekarang ini cukup berat (Hawi, Pendidikan (CET ke 2). Refika Aditama:
2017). Pengaruh lingkungan sekitar demikian http://senayan.iain-
dalam membentuk karakter anak. Oleh palangkaraya.ac.id/index.php?p=show_d
karenanya, metode dan cara-cara yang etail&id=12309&keywords=
memenuhi kawasan koginisi semata kiranya Judiani, S. (2010). Implementasi Pendidikan
perlu ditinjau dan dikaji ulang. Orientasi Karakter di Sekolah Dasar Melalui
pembelajaran bertitik tolak pada upaya Penguatan Pelaksanaan Kurikulum.
pengembangan kualitas hati yang bersih dan Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan,
sehat melalui berbagai pembiasaan. Kegiatan 16(9), 280–289.
pendidikan karakter dilaksanakan dalam tiga https://doi.org/https://doi.org/10.24832/jp
ranah. Pertama, pengembangan nilai-nilai nk.v16i9.519
karakter yang diintegrasikan ke dalam Mubarok, A. A. S. A. Al. (2019). Metode
kegiatan belajar mengajar (KBM) di dalam Keteladanan dalam Pendidikan Islam
kelas. Ranah kedua, memadukan pendidikan terhadap Anak di Pondok Pesantren. Al-
karakter dengan aktivitas ko-kurikuler, Ta’dib: Jurnal Kajian Ilmu
ekstrakurikuler maupun budaya sekolah. Kependidikan, 12(2), 306–321.
Ranah ketiga, melibatkan wali murid untuk https://doi.org/http://dx.doi.org/10.31332/
turut membangun pembiasaan yang selaras atdbwv12i2.1447
dengan yang dikembangkan di sekolah. Mustofa, A. (2019). Metode Keteladanan
Lebih lanjut, sejumlah rekomendasi yang Perspektif Pendidikan Islam.
perlu dilakukan dalam membangun atau CENDEKIA: Jurnal Studi Keislaman,

Dakwatun : Jurnal Manajemen Dakwah, Vol 1, No 2 (2022) 88


Siti Nurjanah Peran Metode Uswah Guru

5(1), 23–42.
https://doi.org/https://doi.org/10.37348/ce
ndekia.v5i1.63
Perdana, D. A. (2019). PELAYANAN
KOMUNIKASI PERBANKAN DAN
KEPUASAN NASABAH (PERSPEKTIF
KOMUNIKASI ISLAM). ICJ: Islamic
Communication Journal, 4(2), 226–243.
https://doi.org/10.21580/icj.2019.4.2.395
9
Perdana, D. A., & Pakili, D. M. O. (2020).
Perilaku Organisasi melalui Dakwah
terhadap Perkembangan Manajemen
Partai Keadilan Sejahtera Wilayah
Gorontalo. Tazkir: Jurnal Penelitian
Ilmu-Ilmu Sosial Dan Keislaman, 6(2),
311–328.
https://doi.org/https://doi.org/10.24952/ta
zkir.v6i2.3004
Saputro, A., Santika, R. R., & Putra, B. C.
(2019). Pelatihan Digital Imaging Dan
Photoshop Untuk Guru Dan Staf Kiddie
Planet Preschool Di Jakarta Utara.
Proceeding SINTAK, 3(1), 402–410.
https://doi.org/978-602-8557-20-7
Tafsir, A. (2000). Ilmu Pendidikan Dalam
Perspektif Islam. Remaja Rosdakarya.
https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.a
spx?id=647460

Dakwatun : Jurnal Manajemen Dakwah, Vol 1, No 2 (2022) 89

Anda mungkin juga menyukai