Anda di halaman 1dari 2

AKSI

Basa Jawa merupakan salah satu bahasa yang unik. Dalam


Bahasa Jawa ada tingkatan-tingkatan yang harus diketahui bagi para
penggunanya. Secara garis besar ada 3 tingkatan dalam Bahasa Jawa.
Tingkatan dari paling bawah untuk seumuran maupun digunakan untuk
yang lebih tua kepada yang lebih muda yang disebut dengan Basa Ngoko.
Tingkatan berikutnya lebih halus dari tingkatan sebelumnya, yang disebut
dengan Krama Madya. Krama Madya biasanya digunakan dari orang yang
lebih muda kepada orang yang lebih tua. Tingkatan yang terakhir adalah
tingkatan yang paling halus dan tingkatan yang paling atas yakni Krama
Inggil. Krama Inggil ini digunakan dari orang yang lebih muda kepada
orang yang lebih tua, maupun seumuran untuk menghormati maupun
memuliakan orang yang diajak berbicara, misalnya peserta didik kepada
guru. Ironisnya, hampir semua peserta didik lebih memilih menggunakan
Basa Ngoko untuk berbicara kepada gurunya maupun orang yang lebih tua
karena dianggap lebih mudah dan sudah menjadi kebiasaan.

Bahasa Jawa sendiri sebetulnya telah menjadi mata pelajaran yang


wajib diberikan kepada peserta didik khususnya Jenjang Sekolah Dasar
dalam rangka Nguri-Uri Kebudayaan Jawa. Namun, waktu yang digunakan
untuk pelajaran Bahasa Jawa tidak banyak, hanya 2 JP atau 2x35 menit
dalam seminggu. Itupun harus menyesuaikan dengan kompetensi yang
harus dicapai pada masing-masing kelas. Sehingga tidak hanya Basa
Krama yang diajarkan, tetapi juga menyangkut segala hal yang berkaitan
dengan Kebudayaan Jawa. Terlebih lagi jika di lingkungan rumah dan
masyarakat tidak membiasakan menggunakan Basa Krama sebagai
bahasa keseharian. Sehingga bisa dikatakan bahwa pemahaman siswa
mengenai Basa Krama sangatlah kurang. Maka dari itu, penulis
membagikan praktik baik Pembentukan Karakter Peserta Didik Melalui
Basa Krama dengan Penggunaan Media Random Wheel.

Dalam praktik baik yang dilakukan, penulis mengawali kegiatan


dengan pembiasaan. Pembiasaan ini dilakukan dengan mengajak peserta
didik untuk menyapa setiap bertemu dengan kepala sekolah maupun guru
dengan menggunakan Basa Krama. Jika ini diterapkan setiap hari, maka
mindset siswa akan tertanam bahwa mereka harus menyapa kepada orang
yang lebih tua dengan bahasa yang halus setiap kali bertemu. Contoh
kalimat yang diucapkan misalnya “sugeng enjing pak / bu“ yang berarti
selamat pagi pak / bu. Pembiasaan berikutnya adalah dengan mengajak
siswa bernyanyi. Nyanyian ini memiliki lirik ber-Basa Krama yang isinya
tentang unggah-ungguh atau sikap keseharian yang dianggap sepele dan
jarang untuk diungkapkan dewasa ini. Sepotong lirik dibagian akhir
berbunyi berikut “yen lepat nyuwun pangapunten” yang berarti jika salah
maka minta maaflah.

Selain melakukan pembiasaan, penulis juga menggunakan media


IT berupa Random Wheel. Random Wheel adalah media roda putar yang
dibuat dengan menggunakan aplikasi berbasis website yaitu Wordwall. Ada
banyak pilihan yang bisa digunakan, tetapi disini penulis memilih
menggunakan Random Wheel. Bentuk dari Random Wheel ini adalah roda
yang dapat diputar, ditiap bagian dari rodanya bertuliskan kata dalam Basa
Ngoko. Langkah yang dilakukan pada tahapan ini adalah dengan membagi
siswa ke dalam beberapa kelompok berisikan 4-5 peserta didik secara
heterogen. Kemudian tiap kelompok dibagikan tablet yang berisi aplikasi
berbasis website wordwall, berupa Random Wheel yang telah disediakan.
Bagi peserta didik dalam kelompok yang mendapat giliran, maka peserta
didik maju ke depan kelas dan berhak untuk memutar roda tersebut. Ketika
roda berhenti, maka peserta didik tersebut mengartikan kata yang
didapatnya ke dalam Basa Krama. Kemudian kata yang telah diartikan
tersebut disusun menjadi sebuah kalimat yang runtut yang secara
keseluruhan menggunakan Basa Krama. Hal ini dilakukan dengan tujuan
agar peserta didik terbiasa belajar menggunakan Basa Krama dengan cara
yang menyenangkan. Ketika peserta didik senang maka akan lebih cepat
memahami Basa Krama yang mungkin belum diketahui sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai