Anda di halaman 1dari 9

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Dosen Pengampu : Susi A. Patmawati, S.Pd., M.Pd

Di susun oleh Kelompok 3 :

202334024
1. Sitti Shufina Andy
202334027
2. Firda Asmarani
3. Duwi Lutfiani 202334025

4. Nayu Julia Biloro 202334030


5. Nur Siti Mualo 202334031
6. Fitrianti Welemuly 202334028
7. Faradiba Safiti Wailusu 202334026
8. Adetiani Ikhmaya 202334033
9. Roi Hukunala (Tidak kerja)
202334023
10. Fitra Wance (Tidak kerja)
202334029
11. Natalia Boky (Tidak kerja)
202334032
12. Rianti La Imu (Tidak Kerja)
2023340022

JURUSAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN ILMU KEWARGANEGARAAN


FAKULITAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang maha esa atas rahmat dan
karunianya sehingga kami masih di berikan kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini
guna untuk memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah Pendidikan Pancasila semoga
makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca.

Dalam penulisan makalah ini ,kami tentu saja tidak dapat menyelesaikan sendiri tanpa
bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu ,kami mengucapkan terimakasih kepada dosen
pengampu Ibu Susi A. Patmawati, S.Pd., M.Pd . kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna karena masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,kami dengan
segala kerendahan hati meminta maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang membangun
perbaikan dan penyempurnaan kedepannya.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih dan semoga materi yang ada dalam makalah ini
dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi para pembaca.

Ambon,30 september 2023


Kelompok
DAFTAR ISI

Kata pengantar..........................................................................2
Daftar isi..........................................................................3
Bab I. Pendahuluan..........................................................................4
1.1 Latar belakang..........................................................................4
1.2 Rumusan masalah..........................................................................4
Bab II. Pembahasan
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat..........................................................................5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Filsafat adalah sebuah bidang ilmu pengetahuan yang mencari dan menyelediki hakikat
segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Oleh sebab itu, menurut Sunoto (1995), dengan
mencari atau menanyakan hakikat, sari, esensi atau inti segala sesuatu, maka jawaban yang
didapatkan berupa kebenaran yang hakiki. Segala itu, juga, hal ini diperkuat Noorsyam
(2009), yang menyatakan nilai-nilai filsafat merupakan derajat tertinggi pemikiran untuk
menemukan hakikat kebenaran. Sementara itu, menurut Bagus (1996:242), bahwa istilah
‘filsafat’ berasal dari bahasa Yunani (philosophia), tersusun dari kata philos yang berarti cinta
atau philia yang berarti persahabatan, tertarik kepada kata sophos yang berarti kebijaksanaan,
pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, intelegensi. Dengan demikian, philosophia
atau filsafat secara harfiah berarti cinta kebijaksanaan atau kebijaksanaan.

Dalam pengertiannya sebagai pengetahuan yang menembus dasar-dasar dari segala sesuatu,
filsafat memiliki empat cabang kelimuan yang utama, yaitu :

a. Metafisika; cabang filsafat yang mempelajari asal mula seagala sesuatu yang ada dan
yang mungkin ada
b. Epistemologi; bagian dari teori sains.
c. Aksiologi; cabang yang berkonsenstrasi pada gagasan nilai.
d. Alasan ; bagian dari penalaran yang mengandung standar penalaran normal.

1.2 Rumusan masalah

 Bagaimana pentingnya kajian Pancasila sebagai Sistem Filsafat?


 Bagaimana Pancasila sebagai Sistem Filsafat?
 Apa saja Dinamika dan tantangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pentingnya Kajian Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Pentingnya pancasila sebagai filsafat tersebut dipergunakan sebagai pedoman hidup


sehari hari (whay of life atau Weltanschauung) agar hidup bangsa Indonesia dapat mencapai
kebahagiaan lahir dan batin baik di dunia maupun di akhirat (salam,1988:23-24). Sebagai
filsafat,pancasila sebagai dasar ontologis , epistemologis, dan aksiologis, seperti di uraikan di
bawah ini.

1. Dasar Ontologis Pancasila

Pada bagian ini menjelaskan terkait dasar – dasar ontologis pancasila yang menunjukkan
secara jelas bahwa pancasila itu benar benar ada dalam realitas dengan identitas yang jelas.
Oleh sebab itu , filsafat akan mengkaji dasar otologis pancasila sehingga memperoleh
beberapa bagian , yaitu :
a. Status istilah yang di gunakan ;
b. Isi dan susunan sila sila;
c. Tata hubungan dan
d. Kedudukan.

Ontologis memeiliki hal hal yang mutlak ,yaitu terdiri atas susunan kodrat raga dan jiwa,
jasmani dan rohani,sifat kodrat manusia sebagai mahluk indifidu dan sosial ,serta kedudukan
kodrat manusia sebagai mahluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai mahluk Tuhan yang maha
esa

terkait dengan pancasila merupakan suatu kesatuan , menurut Notonegoro (1983:32)maka


lebih seyogianya dan tempat untuk menulis istilah pancasila tidak sebagai dua kata “Panca
Sila”, akan tetapi sebagai satu kata “Pancasila”. Istilah pancasila yang di ambil dari kitap
sutasoma sudah menjadi identitas bangsa Indonesia dan bukanlah suatu istilah yang
disampaikan oleh Ir.soekarno pda sidang BPUPKI, melainkan yang ada dalam alinea keempat
pembukaan UUD 1945. Bila dilihat dari sejarah tertentu pancasila dapat di simpulkan bahwa
pancasila sebagai dasar filsafat negara . menurut Notonegoro (1983:25),menjelaskan bahwa
pancasila terdiri dari empat macam sebab (causa) menurutnya dapat digunakan untuk
menetapkan pancasila sebagai dasar filsafat negara, yaitu:

a. Sebab berupa materi( causa material );


b. Sebab berupa bentuk ( causa formalis);
c. Sebab berupa tujuan ( causa finalis);
d. Sebab berupa asal mula karya ( causa eficient ).

2. Dasar Epistemologis Pancasila


Epistemologis pancasila memiliki keterkaitan dengan sumber dasar pengetahuan pancasila.
Salam (1998:29), menulis bahwa eksistensi pancasila di bangun sebagai apstraksi dan
penyederhanaan terhadap realitas yang ada dalam masyarakat bangsa Indonesia dengan
lingkungan yang heterogen, multikultur, dan multietetnik dengan cara menggali nilai-nilai
yang memiliki kemiripan dan kesamaan untuk memecahkan masalah yang di hadapi
masyarakat bangsa Indonesia.
Isu-isu yang dihadapi bangsa Indonesia antara lain keinginan untuk mendapatkan pendidikan,
ketentraman, toleransi, dan kedamaian merupakan urgensi yang sangat di harapkan oleh
masyarakat Indonesia. Pancasila hadir sebagai reaksi atau jawaban atas keadaan yang terjadi
dan sekaligus merupakan harapan masyarakat Indonesia yang membetulkan kehidupan yang
sejahtera seperti yang di alami oleh kerajaan majapahit dahulu. Pancasila juga di yakini akan
menjadi metode ampuh untuk menjawab tantangan hidup yang di lihat oleh masyarakat
Indonesia.
Pancasila lahir dan bersumber dan sejarah peradaban manusia Indonesia atau leluhur manusia
Indonesia yang ada sejak dahulu sampai saat itu, oleh sebab itu sifat-sifat manusia Indonesia
datang dari manusia Indonesia sendiri dan merupakan sifat asli manusia Indonesia
Secara eksplisit, pancasila di pandang sebagai pengetahuan, yang sila-silanya merupakan
cerminan dan sifat-sifat normal yang ada dan di klaim oleh masyarakat yang majemuk dan
heterogen, adalah epistemologi sosial.
Pancasila sebagai pengetahuan dapat dilihat dari latar belakang sejarah penyusunan pancasila.
Bila mengikuti latar belakang sejarah kebudayaan yang di hubungkan dengan lahirnya
Pancasila sebagai dasar pemikiran kondisi Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka tata
letaknya dapat dikemukakan sebagai berikut.

3.Dasar Aksiologis Pancasila

Pada bagian ini membahas terkait dasar aksiologis pancasila. Pancasila tidak dapat di
pisahkan dari individu-individu Indonesia sebagai dasar, karena pancasila adalah suatu nilai
yang di berikan tetapi merupakan nilai yang di buat oleh manusia Indonesia.
Nilai- nilai yang terkandung di dalam pancasila seperti nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan,
milai persatuan, nilai kerakyatan, dan universal. Oleh karena sifatnya umum atau universal,
maka nilai-nilai tersebut bukan saja di miliki oleh masyarakat Indonesia, akan tetapi juga di
miliki masyarakat dunia. Pancasila sebagai nilai instrumental mengandung tujuan dan
merupakan bantalan bahwa selama ini di habiskan untuk memahami standar negara, harus
menyesuaikan dengan kualitas yang ada pada kualitas alam surgawi, kemnusiaan, solidaritas,
sistem aturan, mayoritas, dan sipil kemanusiaan. Sebagai nilai instrumental, pancasila tidak
hanya mencerminkan kepribadian individu Indonesia, tetapi juga berfungsi sebagai metode
( sarana ) dalam mencapai tujuan, bahwa dalam memahami tujuan negara, indinesia
menggunakan strategi yang murni, adil dan berakulturasi, bersatu padu, dan egaliter, yang
menghargai musyawarah dalam mencapai mufakat, dan hak-hak keperdataan bagi setiap
individu Indonesia.

Selain itu, nilai-nilai pancasila mengandung nilai idealitas dan nilai relitas. Nilai idealitas
yaitu cita-cita yang di inginkan untuk mencapai titik sementara itu, nilai realitas yaitu nilai
yang berkaitan dengan aktifitas yang sudah berlangsung dalam kehidupan sehari oleh
manusia Indonesia. Menurut kaelan ( 2002 ;128 ), bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam
sila satu sampai empat pancasila merupakan cita-cita, harapan, dan dambaan bangsa
indoensia yang akan di wujudkan dalam kehdupannya.

Oleh karna itu, sebagai mana di kutip oleh kaelan ( 2002;129 ), Diyarkara menyatakan bahwa
bagi bangsa Indonesia, pancasila merupakan sein im sollen. Pancasila adalah harapan dan
fantasi, namun menjadi kenyataan bagi masyarakat Indonesia. Sifat- sifat yang terkandung
dalam pancasila memiliki berbagai tingkatan dan muatan. Meskipun demikian, sifat-sifat ini
tidak bertentangan satu sama lain, bahkan saling melengkapi. Hal ini dengan alasan bahwa
sebagai suatu substansi pancasila merupakan suatu kesatuan utuh, atau suatu ketuhanan yang
kodrati.

c. Esensi Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


Esensi atau inti dari Pancasila sebagai sistem filsafat dapat di lihat dari dua pendekatan, yaitu:
1. Pertama, inti dari sila ketuhanan yang Maha Esa adalah adanya keyakinan kepada
Tuhan maksudnya manusia Indonesia memiliki keyakinan kepada Tuhan dengan
memiliki kebebasan untuk memeluk agama yang di dalam agama tersebut menuntut
dan menjadi penghubung manusia dengan Tuhan yang Maha Esa.
2. Kedua, inti dari sila kedua kemanusiaan yang adil dan beradab, menurut Notonagoro
(1955:50), bahwa manusia monopluralis memiliki tiga sifat dasar, melekat, adab, dan
hadir dalam diri manusia.
a. Kedudukan kodrat manusia, sebagai pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk
Tuhan;
b. Susunan kodrat manusia, terdiri dari jiwa (unsurnya akal atau cipta untuk tujuan
kebenaran; rasa untuk tujuan keindahan jiwa; serta karsa untuk tujuan kebaikan
jiwa) dan jasmani;
c. Sifat kodrat manusia, sebagai makhluk individu dan makhluk sosial susunan
kodrat (jiwa, raga).
Menurut Notonagoro (1967:28), rumus bagi isi sila-sila Pancasila sebagai Dasar
falsafah Negara dalam rangkaian kesatuan ini adalah sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan yang berkemanusiaan yang adil
dan beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan Yang di pimpin
oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan yang
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kemanusiaan yang berketuhanan
yang Maha Esa yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang di
pimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan
yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Persatuan Indonesia adalah persatuan yang perketuhanan yang Maha Esa,
yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berkerakyatan yang di
pimpin oleh hikmah kebijasanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan
yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
4. Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan adalah kerakyatan yang berketuhanan yang
Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab (jurnal filsafah, vol.
39, nomor 1, april 2006) yang berpersatuan Indonesia dan berkeadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah keadilan sosial yang
berketuhanan yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab,
yang berkerakyatan yang di pimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan yang berpersatuan Indonesia.

D. Dinamika Dan Tantangan Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

1. Dinamika Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


Unsur-unsur pancasila sebagai kerangka filsofis pancasila sebagai
kerangka filsafat bertemu dengan unsur unsur yang menyertainya. Pada
masa pemerintahan soekarno, pancasila sebagai kerangka filsofis dikenal
dengan nama “ filosofissche grondslang”.pemikiran ini merupakan refleksi
soekarno tentang pengaturannya untuk menata negara Indonesia yang
merdeka . pemikiran ini mendapat reaksi positif dari berbagai kalangan ,
khususnya dalam rapat inti BPUPKI , tepat nya pada tanggal 1 juni 1945.
Meski demikian , kemungkinan filosofissche groundslang, belum
tergambarkan secara tuntas , lebih banyak pepatah politik yang menarik di
dalam nya .
Pada masa soeharto,keddudukan pancasila sebagai kerangka filosofis di
buat dalam tajuk yang lebih masuk akal (untuk situasi ini istilah yang lebih
cocok adalah weltamschauung). Hal ini mengandung makna bahwa nalar
pancasila tidak hanya di tunjukan untuk mencari kebenaran dan
kecerdasan , tetapi sekaligus di manfaatkan sebagai penunjang kehidupan
sehari hari.

Anda mungkin juga menyukai