Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH

PENTINGNYA FITOTERAPI TERHADAP KESEHATAN


SISTEM GASROINTESTINAL

MIKHAEL TIMANTA
GINTING
25
XII F1A

SMA XAVERIUS 1 JAMBI


2024

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan lancar.
Penulis juga mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada Ibu Yoani Juita Sumasari,
S.Pd, M.Pd, Gr, selaku guru pembimbing mata pelajaran Bahasa Indonesia yang selalu
memberikan arahan dan pengawasan dalam penyusunan makalah ini. Penulis
juga ,mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat yang tidak dapat penulis
sebutkan semua, terima kasih atas bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Secara singkat, makalah ini membahas mengenai hal-hal terkait dengan website
beasiswa online dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari yang berdampak secara
signifikanbagi masyarakat Indonesia terutama di bidang pendidikan. Penyusunan makalah
dilakukan dalam rangka pemenuhan tuntutan ujian praktik pelajaran Bahasa Indonesia berbasis
Kurikulum
Merdeka kelas XII-F1A jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XII yang diselenggarakan

di SMA Xaverius 1 Jambi


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................2
BAB I PEMBUKA....................................................................4
1. LATAR BELAKANG........................................................4
2. RUMUSAN MASALAH....................................................7
3. TUJUAN PENELITIAN...................................................7
BAB II........................................................................................8
ISI...............................................................................................8
1. Sistem Kerja Pencernaan..................................................8
2. Stomatitis, Gingivits, Glostis.............................................9
2.1. Gambaran klinis............................................................9
3. Dispepsia...........................................................................14
3.1 Gambaran Klinis.........................................................14
3.2 Fitoterapi Dispepsia....................................................15
4. Flatulens............................................................................20
4.1 Gambaran Klinis.........................................................20
4.2 Karminatif...................................................................21
5. Gastritis.............................................................................24
5.1 Gambaran Klinis.........................................................24
5.2 Fitoterapi Gastritis dan Peptic Ulcer........................25
5.3 Ulcer healing plants Antasida....................................25
6. Kinetosis............................................................................29
6.1 Gambaran Klinis.........................................................29
6.2 Antikinetosis................................................................29
7. Konstipasi.........................................................................31
7.1 Gambaran klinis..........................................................31
7.2 Laksatif........................................................................32
7.3 Antrakuinon................................................................32
BAB III.....................................................................................41
PENUTUP................................................................................41
1 Kesimpulan.......................................................................41
2 Saran.................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA..............................................................43
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS.............................44
LAMPIRAN.............................................................................45
BAB I
PEMBUKA

1. LATAR BELAKANG

Sejak zaman dahulu sampai sekarang, tumbuhan trlah memberikan banyak manfaat bagi
kehidupan manusia, baik untuk keperluan sehari-hari maupun sebagai obat . Selanjutnya
Capasso et al., 2003 memaparkan saat memasuki abad ke-20, kira-kira 100 tahun yang lalu,
pabrik farmasi terlibat aktif dalam perkembangan ekstraksi, penelitian, dan pemasaran senyawa
aktif yang berasal dari tumbuhan obat. Saat hubungan antara struktur kimia dan aktivitas biologi
mulai diketahui, ilmu “empiris” mulai memberikan jalan pada desain obat ysng ‘rasional” .
Pendekatan yang dilakukan oleh industri farmasi untuk mengedintifikasi, menguju, dan
mengembangkan obat baru yang potensial ini benar benar berhasil karena adanya kerjasama
intelektual antara bidang kimia(misalnya bidang kimia medisinal), farmakognosi ( juga disebut
dengan botani medisinal), dan farmakologi. Pada awalnya, fokus penelitian adalah pada molekul
analog atau homolog, tapi dengan berkembangnya ilmu prngrtahuan dan teknologi, perhatian
mulai bergesel keoada hal sintesis senyawa obat baru. Sejalan dengan berkembang nya obat
sintesis, tumbuhan obat mulai menghilang secara cepat dari sebagian besar Negara Indusrti
termasuk Amerika, Canada, Australia, dan Inggris. Pengobatan herbal masih digunakan tetapi
dalam umummnya dalam peran yang kecil dibandingkan dengan senyawa obat murni yang
dihasilan dari pengobatan modern.

Saat ini ada ketertarikan baru terhadap obat herbal, meskipun masih ada penolakan pada.
Trend untuk kembali pada hal yang lebih natural ini berlawanan dengan ilmu pengobatan
modern, dimana hal ini telah disadari oleh WHO, yang telah mengkampanyekan untuk
mengembangkan penelitian dan penggunaan yang lebih baik pada tumnbuhan obat,sehingga
berhasil mengembangkan ilmu yang bernama fitoterapi.
Obat herbal berasal dari penggunaan tumbuhan liar pada zaman dahulu. Tergantung pada
kondisi dan daerah dimana tumbuhan tersebut tumbuh, kandungan zat aktif dapat bervariasi.
Saat ini dengan adanya pengendalian pengolahan tumbuhan obat bahkan meningkatkan
kualitasnya secara genetik; memungkinkan untuk mengembangkan dan memasarkan tumbuhan
obat dengan varietas dan kuantitas yang banyak, komposisi kimia yang konsisten, dan kualitas
yang lebih baik tabel. Terlepas dari keuntungan tersebut, juga telah berkembang metode
pengolahan, pengawetan bahan baku tumbuhan obat melalui metode modern seperti freezing
(pembekuan), stabilisasi, dehidrasi melalui vaccum draying dan liofilisasi, metode tersebut
memungkinkan penyimpanan bahan baku dalam waktu yang lama. Sehingg, saat ini menjadi
mungkin untuk menemukan obat herbal di pasaran dengan kualitas yang tinggi, senyawa kimia
dan aktifitas farmakologi yang teridentifikasi.

Tabel

Obat herbal menawarkan berbagai keuntunga, yaitu relatif aman, sedikitnya efek
samping, dan pada umumnya biaya yang lebih rendah dibandingkan biaya untuk prngobatan
konvesniaonal. Penggunaan herbal, juga memiliki peran sebagai terapi tambahan dalam
farmakoterapi tradisiona. Sebagai contoh Echinacea dapat digunakan untuk mengatasi gejala flu
dab pilek, sehingga dapat mengurangi penggunaan antibiotik yang tidak tepat untuk terapi gejala
tersebut, juga dapat meminimalisir kemungkinan resistensi bakteri dan efek samping (misalnya
diare). Sehubungan dengan biaya, telah ditunjukkan bahwa biaya pencegahan/profilaksis untuk
migraine menggunakan feverfew mengabiskan biaya kurang dari US$ 0,15/hari dibanfingkan
dengan propanol atau methysergide berkisar antara US$ 2,5-8/hari. Hiperkolesterolemia dapat
diarasi dengan bawang putih, dengan biaya sekitar US$ 0,5/hari dibandingkan dengan
kolestramin, dengan biaya US$ 54/hari. Benigna hyperplasia prostat (pembesaran kelenjar
prostat terkait usia yang dapat menyebabkan kesulitan buang air kecil) dapat diatasi dengan saw
plammeto, dengan biaya sekitar US$ 0,4/hari dan finasteride, dengan biaya US$ 2/hari.
Nampaknya alamtelah memberikan hasil terbaiknya, dibuktikan dengan fakta bahwa seringkali
tumbuhan memilikiefek medis yang tidak ditemukan pada senyawa diisolas. Sehingga ketika
dilakukan ekstraksi secara aktif dan modifikasi struktur, pendekatan ini sepertinya tidak
mengarah pada maksud ditemukannya obat yabg benar benar baru. Dunia tumbuhan merupakan
sumber yang tidak ada habisnya dalam menyediakan obat. Bahan obat herbal harus dianggap "
satu bahan aktif secara keseluruhan, baik diketahui ataupu tidak konstituennya dikenal yang
memiliki aktivitas terapuetik”

Fitoterapi diartikan sebagai terapi menggunakan bahan yang berasal dari tumbuhan baik
berupa bagian/organ tumbuhan,estrak,atau isolat aktif suatu tumbuhan. Dalam dunia obat dan
pengobatan, fitoterapi berdampingan dengan farmakoterapi yang menggunakan bahan kima
sintesis dalam proses pengobatan (dikenal dengan obat konvensional) dan obat dalam fitoterapi
dikenal dengan herbal medicine atau obat herbal

Fitoterapi berkaitan erat dengan etnobotani, etnofarmasi, rtnofarmakologi yang


kesamaan-nya bermuara pada obat-obat tradisional. Beberapa sistem obat tradisional seperti
lunani (daerah Anatolia hingga perbatasan Eropa), Afrika, Ayurveda (daerah Himalaya sampai
ke Sri Lanka) Tradisional Chinese (Cina daratan), Han(korea), Kampo (jepang), Amerika (Suku
Cina Daratan) dan Jamu (Jawa,Indonesia) mewarnai aneka ragam obat herbal yang sebagian
diantaranya menjadi cikal bakal obat sintesis hasil isolasi dari tumbuhan obat, maupun hasil
model rakayasa molekul isolatnya.

Keberadaan dan pengembangan obat herbak menjadi kebijakan World Health


Organization (WHO) dalam menangani kesehatan dunia. Pada tahun 1982 WHO bersama
UNESCO mengadakan workshop di Manila tentang anjuran melaksanakan penapisan fitokimia,
penapisan farmakologi, dan penapisan makrobiologi, terhadap tumbuhan obat yang terdapat di
masing-masing negara. Sebagian database untuk pengembangan obat baru yang lebih potensial.
Selain itu WHO mengatur hal hal terkait lain dengan obat herbal ini.

Keberadaan senyawa aktif dalam tumbuhan yang memberikan efek sebagai obat dapat
dimengerti mengingat tumbuhan pada tahap awal melakukan proses fotosintesis menghasilkan
glukosa, yang selanjutnya melalui proses biokimia tumbuhan selanjutnya menghasilkan
metabolit primer karbohidrat, protein, lemak, protein, lemak, dan asam nukleat. Metabolit
primer ini melalui tiga macam alur biosintesis (alur asetil koenzim A,asam mevalonat, dan asam
sikimat) dan sifat genetika masing-masing dan dengan bantuan enzim dapat menghasilkan
ratusan hingga ribuan senyawa kimia

Obat herbal memiliki aktivasi dalam berbagai cara pada saluran pencernaan. Dalam
makalah ini akan dibahas mengenai herba somatik, atikinetosik, eupeptik, antasida
(penyembuhan ulkus), laksatif, antidare, serta obat obatan herbal yang berguna dalam
pengobatan sindrom iritasi usus

2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dibuat maka dapat dibuat berbagai rumusan
masalah seperti:
1) Sistem Kerja Sistem Pencernaan dan Pentingya Fitoterapi
2) Pentingnya fitoterapi bagi penyakit gastrointestinal Stomatitis, Gingivits, Glostis
3) Pentingnya fitoterapi bagi penyakit gastrointestinal Dispesia
4) Pentingnya fitoterapi bagi penyakit gastrointestinal Flatulance
5) Pentingnya fitoterapi bagi penyakit gastrointestinal Gastritis
6) Pentingnya fitoterapi bagi penyakit gastrointestinal Kinetosis
7) Pentingnya fitoterapi bagi penyakit gastrointestinal Konstipasi

3. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari makalah ini adalah untuk memberikan wawasan baru terkait obat
herbal dan pemakainnya dalam kehidupan sehari hari. Pada saat ini pemakaian obat
herbal sedang melonjak-lonjaknya akibat terdapat kenaikan harga dalam obat obatan
konvensional sehingga memaksa masyarakan mencoba cara baru dalam dunia medis.
Makalah ini diharap dapat memberi sedikit gambaran terkait fitoterapi dan obat herbal
yang dapat kita temukan di sekitar kita dengan harga yang murah.
BAB II

ISI

1. Sistem Kerja Pencernaan

Menurut Capasso et al sistem pencernaan terjadi di saluran pencernaan


dengan cara sekresi enzim yang sebagian besar dilakukan oleh lambung pankreas dan
usus halus. Gerakan mwkanis seperti mengunyah merupakan awal pemecahan makanan
sebelum pencampuran lambung dan usus. Selain enzim, beberapa kelenjar di usus
menghasilkan lendir yang melumasi dan melindungi saluran pencernaan, yang dapat
berinteraksi dengan obat herbal dan juga dapat mengurangi penyerapannya. Pencernaan
difasilitasi oleh peristaltik, suatu gerakan kontraksi otot yang dimulai dari dondeum dan
menyebar ke usus besar

Di dalam mulut, pencernaan dimulai dengan pengunyahan melalui aksi ptylin


(untuk mencerna pati). Lambung menyimpan makanan yang telah dicerna dan
mengarahkannya untuk pencernaan lebih anjut melalui melalui aktivitas kloride acid
yang diekskresikan oleh sel parietal dan pepsin (prostase) yang diekskresikan oleh sel-sel
utama. Dalam usus halus, protease, lipase, dan amilase mencerna hampir seluruh
makanan. Lambung dilinfungi dengan baik oleh lapisan lendir terhadap aktivitas korosif
asam lambung. Di dalam usus halus, hampir seluruh obat-obatan, gula, dan mineral
diserap sedangkan kebanyakan air dan mineral diserap dalam usus besar.

Transit isi intralumenal tergantung pada koordinasi tergantung pada kontraksi otot
longitudinal dan sirkuler usus, Bertentangan dengan anggapan umum, transit melalui
saluran usus dapat menurun ketika kontraksi otot sirkuler meningkat, karena hal ini
mempersempit lumen dan membatasi aliran. Ha tersebut dapat terjadi pada pasien
konstipasi dan merupakan efek farmakoogis utama dari morfin dan obat lainnya di usus.
2. Stomatitis, Gingivits, Glostis

2.1. Gambaran klinis

Lendir merupakan sekresi saliva di daam mulut yang memiiki fungsi trofik dan
perlindungan. Berkurangnya sekresi saliva (karena keringat berlebih, diabetes ringan,
keracunan, belladona) dapat menyebabkan kesulitan dalam berbicara dan menelan dan
seringkali mengarah pada infeksi seperti stomatitis, gingivitis, glossitis.

Fitoterapi somatik sendiri merupakan obat-obatan khusus yang mengobati infeksi


dan iritasi pada rongga mulut yang artinya dapat menyembuhkan tiga penyakit
pencernaan diatas.

2.2. Fitoterapi somatik

Banyak terdapat obat herbal untuk mengobati infeksi oral dan tukak lambung.
Minyak atsiri telah menunjukkan efek antimikroba secara in vitro dan memiliki efikasi
terhadap bakteri di dalam mulut. Herbal yang mengandung Tanin (khususnya asam tanin
dari propil galat) telah menunjukkan efek anti inflamasi dan anti-mikroba. Dekok dari
tanaman dengan kadar tanin yang tinggi yang dibuat suspensi dalam gomtragakan atau
gom arab dapat menyembuhkan sariawan

Obat herbal yang dianggap memiliki fungsi demikian ternasuk tanaman yang
mengandung tanin( akar rhatany, kulit kayu ek, akar tormentil dan kulit kayu witch
hazel). Tanaman lainnya memiliki efek anti-inflamasi secara tropikal, di samping sifat
astrigen dengan penawar rasa sakitnya (demulcent). Obat herbal dengan kandungan
mucilago yang tinggi (Altahea officinalis, Linum usitatissimum dll) khususnya memiliki
aktivis memberi efek nyaman pada bagian tubuh yang sakit (soothing effect). Daftar
tanaman somatik. Daftar tanaman somatik terdapat dalam tabel berikut.

2.3. Tabel

2.3.1. Marshmallow
Botani/Konstituen Kunci

Marshmallow merupakan akar kering Althaea officianlis L (famili


malvaceae), tumbuhan tahunan (tinggimya 1-2m) dengan batang tegak berkayu,
tumbuh di Eropa Tengah dan telah dinaturalisasi di Amerika Serikat.secara
berkala akar(simplisia) dipotong menjadi ukuran dadu kecil (diameter 5mm)
untuk mempermudah pembentukan mucilago bebas pati; pati yang terdapat di
permukaan potongan bentuk dadu kecil lebih mudah dicuci dan slimpisia
mucilago (23-35%), anzim asparagin, pati(30-35%) dan pectin 7(7-10%)

Mekanisme aksi

Althea tidak memilikia aktivasi anti-inflamasi. Bagaimanapun juga,


kandungan mucilago meenunjang aktivitas demulcent. Obat herbal yang
mengandung mucilago memiliki sifat melapisi dan melindungi mukosa dan dapat
digunakan dalam pengobatan inflamasi.

Effikasi klinis

Sifat demulcent dari marsmallow secara tradisi digunakan dalam


pengobatan stomatitis, gingivitis, dan glostis. Efikasinya telah dibuktikan saat
menggunakan obat kumur untuk inflamasi membrane mucus mulut dan
tenggorokan. Namun komisi E Jerman Merekomendasikan penggunaannya hanya
untuk pengoobatan batuk

Preperasi/dosis

Sebagai demulcent matsmallow digunakan dalam bentuk infusa (3%) untuk


membuat mouthwash dalam pengobatan stomatitis, gingivitis, glostis. Dosis per
harinya adalah

 Akar : 6 g / hari
 Daun : 10 g / hari
 Topikal : 5 sampai 10 salep atau dasar krim atau 5% bubuk marshmallow
dioleskan 3 kali sehari.
 Berkumur: 2 g direndam dalam 240 mL air dingin selama 2 jam kemudian
berkumur. Sebaiknya tidak menggunakan air panas.
2.3.2. Propolis

Sumber

Propolis (pollen lebah) merupakan resin, bewarna gelap yang dilumpulkan


oleh labah madu dari kuncup tanaman dicampur dengan lilin lebah (bee wax) dan
sekresi saliva. Di wilayah beriklim sedang, sumber utama dari propolis adalah
eksudat kuncup Spesies Popolus, di wilayah beriklim tropis eksudat daun Cistus
sp(Tunisia) dan eksudat bunga Clusia sp(Venezuela). Tanaman lain yang menjadi
sumber propolis adalah Amblosia deltoidea(Gurun Sonoran), Arancharia sp, dan
Baccharis sp(Brazil), Xanthorrhoea sp(Australia). Lebah melapisi bagian dalam
dinding sarangnya dengan propolis dengan bentul lapisan tipis dan menggunakan
propolis untuk menutupi lubang dan retakan, untuk memperbaiki sarang, untuk
memperkuat sekat sekat tipis pada sarang, dan untuk membuat pintu masuk
sarang menjadi kedap cuaca agar menjadi lebih dapat melindungi.

Kandngan

Kandungan kimia Propolis terdiri atas campuran yang kompleks dari sekitar
150 senyawa termasuk Acid Flavonoid Cumarin, lignin, terpenpid, senyawa
aromatik, gula, hidrokarbon, mineral dll. Permasalahan utama adalah
ketidakseragaman kandungan senyawa yang tidak biasa tergantung pada tempat
pengumpulsn propolis: sampel dari daerah yang letak geografisnya berbeda dapat
memiliki kandungan kimia yang sama sekali berbeda. Inilah mengapa standarisasi
kandungan kimia propolis berdasarkan senyawa aktifnya belum dapat ditemukan .

Mekanisme Aksi
Propolis memiliki berbagai cara anti-inflamasi, antifungi, antiviral,
antibakteri, dan regenerasi jaringan. Caffeic methyl ester(CAPE) dan flavonoid
seperti galangin dianggap sebagai bahan aktif utama. CAPE merupakan inhibitor
cylcloxygenase II (COX II, yang menghasilan informasi prostaglandin) yang
cukup selektif dan memiliki potensi menghambat factor nuclear kB (NF-kB,
merupakan molekul intraselular yang berperan dalam proses inflamasi). Seperti
myrrh, propolis juga meningkatkan leukositosis secara lokal.

Efikasi klinis

Propolis telah digunakan selama ribuan tahun dalam pengobatan


tradisional untuk berbagai tradisional untuk berbagaai kegunaan (Larangitis dan
gangguan lambung, dermatitis, ukus mulut dan doudenum). Propolis digunakan
dalam pengobatan infeksi mulut dan sariawan karena dapat mempercepat
pertumbuhan ulkus dan memperbaiki ketidakseimbangan di dalamnya. Untuk
pengobatan mukosa secara tropikal, propolis dapat dibuat mouthwash dan obat
kumur, dapat dicampur ataupun tidak dengan ekstrak cair liquorice atau tanaman
obat lain (Echihinacea, calendula). Studi klinis telah mengindikasikan efikasi
cairan pencuci mulut yang mengandung propolis dalam mengurangi pembentukan
plak.

Efek samping/ kontradiksi

Propolis relatif aman, namun memiliki kecenderungan kontra indikasi


dengan alergi terhadap sengat lebah. Propolis adalah sensitizer yang ampuh dan
juga diakui sebagai alergi kontak dermantitis eczematous pada petani lebah
(apiarists). Kasus alergi kontak dermantitis telah dilaporkan pada pasien yang
menggunakan propolis. Pelaporan kasus juga mengungkap adanya mukositis oral
dengan ulkus akut sebagai efek penggunaan lozenges yang mengandung propolis

Preparasi/dosis

Penggunaan obat secara internal dalam bentuk ekstrak cair dan tingtur,
juga dapat digunakan secara eksternal, dengan dosis per hari adalah 3 g simplisia
yang dibagi ke dalam tiga dosis.
2.3.3. Obat obat somatik lain

Myrrh (gom myrrh) adalah oleo-gom


resin yang diperoleh dari kulit kayu
commiphora myrrha( Famili
Burseraceae), sebuah phon pendek berduri
yang tumbuh di Kenya, Somalia, Ethiopia,
Arab. Nama myrrh berasal dari bahasa
arab murr yang berarti pahit; commiphora
berasal dari bahasa Yunani yang berarti getah. Myrrh mengandung minyak atsiri,
resin (25-40%), gom (sekitar 60%), seskuiterpen (furanoedesma-1,3-dieena,
curzarene, dan lain-lain). Jenis Commiphora lain menghasilkan resin yang sama
dan “myrrh” lainnya digambarkan sebagai “myrrh Afrika” dari C. Abyssinica
atau resin guggulu (myrrh India) dari C. Mukul.

Myrrh direkomendasikan oleh komisi E Jerman untuk pengobatan inflamasi


mulut dan faring. Myrrh sering digunakan dalam obat kumur sebagai astringem
untuk mengobati sariawan, infeksi mulut, gangguan tenggorokan dan kondisi
lainnya (tingtur 20%; 5-10 tetes dalam 300 air; 2-4 obat kumur/hari). Penggunaan
secara topikal menggunakan tingtur (ekstrak) myrrh yang mengandung alkohol
tinggi dapat menguntungkan. Hal ini karena persiapan yang cukup mengandung
resin. Ketika tingtur dioleskan di bagian mukosa, alkohol mengering dan resin
mengeluarkan senyawa aktif yang tidak hilang oleh air liur. Myrrh juga
meningkatkan leukositosis lokal (meningkatkan sel darah putih).

Myrrh dapat digunakan sendiri atau bersama dengan propolis, echinacea,


marigold dan liquorice. Semua herbal ini bermanfaat ketika digunakan secara
topikal sama baiknya ketika digunakan secara oral. Di Jerman, badan kesehatan
memperbolehkan serbuk myrrh dan tingtur untuk pengobatan topikal dari
inflamasi ringan mukosa mulut dan faring. Myrrh, bagian dari bahan yang
terdapat dalam produk obat kumur, biasanya digunakan secara luas sebagai
komponen pewangi dalam sabun, pasta gigi, kosmetik dan parfum juga sebagai
komponen rasa dalam permen dan produk makanan lainnya. Myrrh bersifat tidak
toksik.

Gel Aloe (aloe vera) adalah gel tidak


berwarna yang diperoleh dari beberapa
jenis daun Aloe (vera, barbadensis,
vulgaris dll), tanaman berair dengan
akar berserat yang kuat dan banyak,
daun yang besar (berdaging), memiliki duri di bagian tepi. Jaringan parenkim
bergetah dikeluarkan dari bagian daun dan digunakan untuk bahan farmasetik dan
tetap kering sampai digunakan. Gel Aloe peka terhadap panas dan cahaya dan
rusak dengan cepat ketika ditempatkan pada suhu tinggi. Gel Aloe mengandung
mucilago (30%); komponen lainnya seperti derivat antrakuinon, polisakarida,
glikoprotein (aloctin A dan B), lectin, enzim (siklooksigenase, bradykininase),
asam salisilat

Dan asam lemak (contoh: campesterol). Gel Aloe telah digunakan untuk
pengobatan sariawan dan aphthous stomatitis. Gel Aloe juga bekerja sebagai
pelindung barier; penggunaan terapeutik gel aloe adalah sebagai antiinflamasi,
immunomodulator dan antibakteri. Gel aloe terdapat dalam berbagai bentuk:
sebagai gel murni, dalam bentuk asli atau tanpa warna; sebagai cairan pekat
untuk menghasilkan spray dan serbuk freeze-dried; sebagai gel tersusun (yaitu
produk yang disiapkan dari serbuk atau cairan pekat). Gel aloe secara umum
memiliki toleransi yang baik. Gel aloe berbeda dari getah aloe yang memiliki
aktivitas laksatif.

3. Dispepsia

3.1 Gambaran Klinis

Dispepsia fungsional (contoh: gangguan pencernaan) merupakan sindrom


dengan ciri-ciri mual, tekanan epigastric, bengkak, gas dalam perut dan nyeri
abdominal. Penyebab Dispepsiafungsional tidak diketahui. Defisiensi dalam
sekresi lambung, gangguan motilitas lambung, defisiensi produksi empedu seperti
juga diet, alkohol, tembakau, penyalahgunaan obat aspirin, faktor psikososial,
infeksi Helicobacter pylori, kegagalan relaksasi fundal dalam proses pencernaan
makanan merupakan semua penyebab yang mungkin, tetapi tidak satu pun
ditemukan sebagai definitif, penyakit dengan kasus yang unik. Karena kepastian
Dispepsia hanya dari gejala yang muncul seperti sakit atau rasa tidak nyaman,
tujuan terapi modern pada perusakan genesis dan transmisi impuls nosiseptif
dalam saraf sensor visceral sebelum mencapai sistem saraf pusat. Pada bagian ini,
penggunaan cabai (Capsicum anuum) relevan secara Klinis.

3.2 Fitoterapi Dispepsia

Pengobatan herbal tradisional digunakan dalam pengobatan Dispepsia


termasuk bitter drugs (contoh: quassia, gentian, holy thistle, bitter-orange peel),
cholagogues/ choleretics (contoh: artichoke, boldo, celandine, curcuma,
dandelion, wormwood) atau karminatif (contoh: caraway, adas dan biji adas).
Herbal anti-Dispepsia yang tidak termasuk kategori dari tiga yang telah
disebutkan di atas termasuk cabai dan emblic myrobalan.

Tabel 5.2

merupakan daftar obat herbal utama yang didukung oleh Komisi E Jerman
untuk pengobatan keluhan Dispepsia. Studi Klinis secara acak telah menunjukkan
hasil awal positif untuk celandine (Chelidonium majus), curcuma (Curcuma
longa), emblic myrobalan (Emblica officinalis), dan pisang (Musa paradisiacal
sapientum). Bukti positif lebih jelas menunjukkan untuk kombinasi antara
peppermint dan caraway (Mentha piperita dan Carum carvi), untuk formula
herbal Iberogast dan untuk cabai. Disana muncul beberapa efek samping yang
berhubungan dengan pengobatan ini, walaupun dalam banyak kasus, data
keamanan yang komprehensif tidak tersedia.

3.3.1. Cabai

Botani/
Konstituen Kunci

Cabai (cabai merah, capsicum, cayenne) adalah buah kering dari


Capsicum annuum L. Var longum (DC) Sendter dan jenis terkait lainnya (Famili
Solanaceae). Cabai merupakan tanaman tahunan dari daerah tropis Amerika,
sekarang ditanam di seluruh negara tropis dan subtropis. Mengandung 0,1-0,5%
alkaloid pedas capsaicin (terdapat di dinding buah, khususnya di daerah yang
memiliki biji), bersama dengan sejumlah senyawa pedas yang terkait secara
struktur lainnya. Keturunan yang memiliki sedikit capsaicin, tetapi memiliki
kandungan vitamin C yang tinggi, digunakan sebagai sayuran dengan nama lada
(sweet pepper).
Mekanisme Aksi

Capsaicin, yang terdapat di dalam cab iyai, bekerja pada saraf sensor
lambung dari sel saraf viseral nosiseptif. Efeknya adalah bifasik: capsaicin
pertama berikatan dengan reseptor capsaicin (disebut juga vanilloid)
menyebabkan peningkatan. Sebelum makan (satu kapsul sebelum sarapan, dua
kapsul sebelum makan siang, dan dua kapsul sebelum makan malam).

Emblic myrobalan (amalik) adalah perikarp dari buah kering Emblica


officinalis Gaertn. (Famili Euphorbiaceae), pohon berukuran sedang sampai besar
yang ditemukan secara liar dan di tempat penanaman; secara umum terdapat pada
bukit di hutan India. Konstituen kunci meliputi tanin (sampai 28%), asam
phyllemblic, lemak, asam galat emblicol dan vitamin C. Mekanisme Aksi anti-
Dispepsia dari emblic myrobalan tidak diketahui. Dalam pengobatan tradisional
Ayurveda, emblic myrobalan digunakan untuk mengobati perdarahan, diare,
disentri, dan dalam kombinasinya dengan zat besi, digunakan sebagai pengobatan
anemia, jaundice dan Dispepsia. Satu pengujian Klinis secara acak (n= 38 orang,
10 dengan tukak lambung dan 28 dengan Dispepsia non-tukak) menunjukkan
bahwa keduanya baik antasida konvensional dan emblic myrobalan mengurangi
angka gejala dispepsia dan keluaran asan dibandingkan dengan nilai baseline.
Kejadian kurang baik dilaporkan oleh empat pasien yang diobati dengan antasida
(merasa lemah dan nyeri di bagian bawah tubuh) dan tiga pasien yang diobati
dengan emblic myrobalan (gerakan lepas dan muntah). Berdasarkan pengobatan
Ayurveda, dosis harian dari emblic myrobalan adalah 3-6 g simplisia.

Bitter Drugs

Obat ini (biasa dikenal sebagai eupeptics dari kata eu = sehat dan pepsis =
pencernaan) meningkatkan sekresi getah lambung dan memfasilitasi pencernaan.
Obat tersebut berguna dalam kasus kehilangan nafsu makan, mual, anoreksia,
dispepsia dan sakit pada lambung yang disebabkan makanan terlalu lama berada
pada lambung dan tidak cukup dicerna dengan baik. Bitter drug (dengan rasa
yang sangat pahit) dapat merangsang nafsu makan dan meningkatkan getah
lambung. Pada prakteknya reseptor rasa peka terhadap bitter drug (memfasilitasi
sekresi saliva). Kepekaan ini berlangsung selama 20-30 menit; karena itulah
mengapa konsumsi bitter eupeptic (terutama sangat pahit) harus diikuti dengan
makan selama 20 menit. Bitter drug juga menginduksi sekresi gastrin, hormon
yang merangsang sekresi asam hidroklorida. Akan tetapi, menurut beberapa
ilmuwan, bitter drug dapat merangsang pencernaan hanya pada pasien dengan
sekresi getah lambung yang tidak cukup. Bitter drug terkadang digunakan untuk
mengatasi kehilangan nafsu makan pada pasien lansia dengan sekresi getah
lambung yang tidak cukup tetapi tidak untuk anoreksia saraf. Bitter drug dibuat
dalam sediaan infus pekat (2-4%) atau dalam bentuk tingtur agar dapat ditelan
perlahan.

Bitter drug diklasifikasikan atas obat murni (misalnya gentian, centaury,


quassia), aromatik (misalnya wormwood, bitter orange), mucilago (misalnya
Colombo, Iceland moss), pungent (misalnya ginger) dan alkaloid (misalnya
quinine). Bitter drug yang pertama juga disebut sebagai aperient, mengandung
lebih banyak senyawa pahit. Bitter drug dikombinasikan dengan minyak atsiri
memiliki stimulus langsung pada reseptor rasa dan penciuman dan sekresi getah
lambung. Selain itu juga memiliki aktivitas antibakteri pada flora usus dan
merangsang sekresi empedu. Ketika meningkatkan pengeluaran kelebihan gas di
usus, bitter drug murni memiliki aktivitas sebagai karminatif. Obat pada
kelompok ini dapat digunakanpada makanan dengan jumlah yang kecil. Obat ini
memiliki aktivitas yang kecil ketika digunakan bersama teh karena minyak atsiri
tidak larut dalam air (hanya 10-15% dari sari yang larut dalam teh). Ekstrak cair
dan tingtur yang disiapkan dengan 30-30% alkohol lebih efektif. Alkaloid bitter
drug tidak digunakan sebagai eupeptic karena menyebabkan efek samping yang
tidak menyenangkan.

3.3.2. Gentian

Botani/
Konstituen Kunci

Gentian adalah akar kering dari Gentiana lutea L. (Suku Gentianaceae),


herba yang tinggi dan tetap hijau (1 m) dengan bentuk daun lebar, elips, dan
bunga yang besar dan kuning, Tumbuhan ini tumbuh di daerah pegunungan pada
Eropa Tengah dan Eropa Selatan. Akarnya dapat mencapai 1 m, dipanen dari
tumbuhan yang berumur 2-5 tahun. Gentian mengandung iridoid glikosida (pahit)
[amarogentin (0,05-0,3%), amaroswerin (0,03-0,1%), amaropanin (0,05-0,2%)
dan gentiopicroside (2-3%)], gula dan alkaloid.

Mekanisme Aksi

Gentian merangsang ujung perasa pada lidah dan meningkatkan aliran


saliva dan sekresi pada perut. Rasa pahit dari obat khusus terdapat pada
amarogentin dan amaroswerin yang memiliki nilai kepahitan 58.000.000 dan
amaropanin yang memiliki nilai kepahitan 20.000.000. Gentiopikrosid memiliki
nilai kepahitan 12.000.

Efikasi Klinis

Fungsi gentian sebagai eupeptik dan stimulus nafsu makan terutama pada
lansia sudah lama diketahui. Obat ini juga digunakan pada kasus gas dalam perut
dan kembung. Komisi E Jerman mendukung gentian sebagai obat untuk
mengatasi masalah sukar mericerna dan kehilangan nafsu makan. Tinjauan ulang
secara sistematik yang dilakukan akhir-akhir ini mengidentifikasi suatu
percobaan klinis yang tidak disengaja. Penelitian ini menunjukkan bahwa gentian
(hanya gentian atau dikombinasikan dengan boldo, cascara, dan ruharb) diberikan
kepada 359 pasien (pada masa percobaan 28 hari) dengan kerusakan kecil atau
sedang pada fungsi saluran pencernaan menyebabkan peningkatan yang
signifikan pada kehilangan nafsu makan dan sukar mencerna yang dibandingkan
dengan plasebo.

Efek Samping/Kontraindikasi

Gentian dapat menyebabkan sakit kepala pada beberapa individu, karena


obat merangsang sekresi getah lambung, hal ini kontraindikasi dengan tukak
gastroduodenal. Gentian kontraindikasi terhadap individu dengan tekanan darah
tinggi, walaupun alasan yang rasional tidak ada.

Preparasi/Dosis

Dosis harian adalah 3 g bahan tanaman yang dikeringkan, dibagi tiga


menjadi dosis 1 g. Gentian dapat dikonsumsi dalam bentuk dekok (1 g dalam 150
ml air selama 5 menit) 30 menit sebelum waktu makan. Teh tersebut dapat diberi
madu agar tidak terasa pahit. Tingtur (1:5 dalam 45% alkohol), 1-4 ml, sehari tiga
kali.
3.3.3. Bitter drug lainnya

Centaury mengandung bagian yang tumbuh di atas tanah (daun, batang dan
bunga) dari Centaurium erythraea Rafin (Suku Gentianaceae), tanaman asli Eropa
(daerah mediterania) dan secara alami tumbuh di Amerika Utara. Centaury
mengandung senyawa seperti gentian, amarogentin, gentiopicroside dan zat pahit
yang termasuk centapicrin, swartiamarin, sweroside. Centapicrin memiliki rasa
pahit 15 kali lebih besar dari gentiopicroside. Centaury digunakan, seperti
gentian, untuk mengobati sukar mencerna dan kehilangan nafsu makan. Obat (1-2
g) diekstraksi dengan air dingin (150 ml) selama 6-10 jam. Maserat dipanaskan
sebelum digunakan. Centaury didukung oleh Komisi E Jerman untuk sukar
mencerna dan kehilangan nafsu makan.

Quassaia (Bitterwood) adalah kayu dari Quassaia amara L. (Quassia


Suriname) atau Picrasma excelsa L. (Quassia Jamaika). Q. Amara adalah adalah
semak belukar 2-3 m yang berasal dari Venezuela, Brasil, dan Guyana. P. Excelsa
adalah pohon (12-25 m) berasal dari Jamaika. Zat pahit yang terdapat pada
quassia adalah quassinoids seperti quassin (dengan nilai pahit 17.000.000) dan
canthinones. Kegunaan obat ini adalah merangsang nafsu makan dan
meningkatkan pencernaan. Obat ini dijual dalam bentuk potongan kecil. Quassia
telah digunakan untuk mengobati sukar mencerna (2-10 ml dalam 1:10
tingtur).Penyalahgunaan quassia menginduksi nausea dan iritasi pada mukosa
lambung.

Wormwood (absinth) mengandung bagian kering yang tumbuh di atas


tanah dari tumbuhan Artemisia absinthium L. (suku Asteraceae). Tumbuhan ini
tetap hijau dengan tinggi 160-120 cm yang tubuh di Asia, Eropa, dan Afrika
Utara, ditutup dengan rapat oleh rambut pada daun dan batang (Gambar 21.3).
Tumbuhan ini memiliki bau aromatik dan rasa yang sangat pahit. Rasa pahit
disebabkan oleh absinthin. Nilai kepahitan adalah 10.000. Selain absinthin,
wormwood mengandung minyak atsiri, yang biasanya berwarna biru karena
mengandung chamazulene. Minyak juga mengandung thujone dan berhubungan
dengan alkohol thujol. Ini adalah senyawa beracun yang berefek pada sistem
saraf pusat dan menyebabkan pusing, kebingungan dan gila. Herba wormwood
sudah digunakan di Eropa dengan penyiapan absinth, sopi manis yang
produksinya sekarang dilarang karena efek toksik dari thujone dan thujol.
Monografi wormwood oleh Komisi E Jerman menyatakan bahwa tumbuhan yang
dikeringkan harus memiliki kandungan minimum 0,3% minyak atsiri dan rasa
pahit yang relatif sedikitnya 15.000. Indikasi adalah mengatasi kurangnya nafsu
makan, sukar mencerna, biliary dyskinesia. Disarankan dosis rata-rata dalam
sehari 2-3 g simplisia.

Blessed thistle (Holy thistle) mengandung bagian kering yang tumbuh di


atas tanah dari tumbuhan Cnicus benedictus L. (suku Asteracea), tanaman
tahunan, tanaman seperti duri dengan duri yang tajam pada daun dan kepala
bunga kuning. Tumbuh spontan pada daerah mediterania. Zat pahit adalah
Chicin, dengan persentase 0,2%, Nilai rasa pahit 1.500. Cnicin merangsang
sekresi saliva dan getah lambung. Holy thistle didukung oleh Komisi E Jerman
untuk mengatasi sukar mencernadan kehilangan nafsu makan. Dosis harian
adalah 4-6 g bahan yang telah dikeringkan.

Kulit Bitter Orange adalah kulit kering dari buah bitter orange Seville atau
Bigarade orange), Citrus aurantium L. (suku Rutaceae). Pohon ini merupakan
suku pohon jeruk dan lemon. Negara tempat tumbuh tanaman ini adalah India
dan juga negara-negara subtropis. Seperti kulit buah Citrus lainnya, kulit bitter-
oranges segar dibagi menjadi dua lapisan: lapisan luar, kuat, warna kuning, dan
bagian dalam, lapisan lembut dan sedikit berbau. Lapisan kuning memiliki
rongga yang besar, yang mengandung minyak atsiri, dengan kandungan limonene
90%. Aroma minyak atsiri disebabkan oleh adanya geranial (2-4%). Bitter orange
memiliki efek spasmolitik yang ringan pada saluran pencernaan dan
meningkatkan sekresi getah lambung. Kulit Bitter Orange didukung oleh Komisi
E Jerman untuk mengatasi sukar mencerna dan kehilangan nafsu makan. Dosis
harian adalah 4-6 g bahan yang telah dikeringkan.

4. Flatulens

4.1 Gambaran Klinis

 Flatulence didefenisikan sebagai adanya kelebihan jumlah gas dalam perut


atau usus. Gas dalam saluran pencernaan berasal dari dua sumber: udara yang
ditelan dan pemecahan normal makanan yang tidak dicerna (gula, pati dan
serat ditemukan dalam banyak makanan) oleh bakteri usus besar. Gejala
umum gas adalah kembung pada perut, sakit pada perut dan sendawa. Akan
tetapi, tidak semua orang mengalami gejala ini. Faktor yang mempengaruhi
adalah biliary stasis. Hipoklorhidria, insufisiensi pankreatik, ketidak-
seimbangan bakteri dalam usus besar dan sensitivitas makanan. Cara utama
untuk mengurangi gas adalahmengganti makanan, mengurangi jumlah gas
yang ditelan, mengonsumsi enzim pencernaan (suplemen lakatase membantu
mencerna karbohidrat dan orang dapat mengonsumsi makanan yang
normalnya menyebabkan gas).
 Obat herbal berperan khusus dalam pengobatan flatulence:

4.2 Karminatif

Karminatif adalah obat yang digunakan untuk mengurangi flatulence.


Karminatif mencegah pembentukan atau menyebabkan peluruhan gas dalam saluran
pencernaan. Herbal khusus karminatif adalah caraway (Carum carvi), fennel
(Foeniculum vulgare) dan anise (Pimpinella anisum). Obat herbal lain yang
kemungkinan memiliki aktivitas karminatif adalah chamomile (Matricaria recutita),
peppermint (Mentha piperita), lemon balm (Melissa officinalis) dan angelica
(Angelica archangelica). Caraway, fennel, anise, peppermint, dan angelica didukung
oleh Komisi E Jerman sebagai obat untuk mengatasi sukar mencerna dan kehilangan
nafsu makan.

4.2.1 Caraway
Botani/Konstituen Kunci

Caraway merupakan buah dari Carum carvi L, (suku Umbelliferae), herba


yang tumbuh liar sekali dua tahun di Eropa dan Asia, tetapi juga dikultifasi untuk
tujuan pengobatan. Buah adalah skizokarp yang berbentuk bujur, elips (juga
mengacu pada biji Caraway). Senyawa kunci yaitu minyak atsiri [(2-7%) komponen
utama: carvone (50-60%), limonene], minyak lemak (10-20%), polisakarida dan
protein. Minyak diperoleh dari buah labu yang masak oleh proses distilasi uap air.

Mekanisme Aksi

Penelitian pada hewan uji menunjukkan bahwa ekstrak alkohol Caraway


menghambat kontraksi otot polos lambung dan merangsang aliran empedu. Aktivitas
spasmodik lambung dari ekstrak caraway sama dengan obat herbal khusus
karminatif. Seperti fennel dan anise. Perbedaaannya, minyak atsiri dariherbal
karminatif ini (caraway, anise dan fennel) merangsang gerakan usus dengan
meningkatkan tonus otot. Caraway juga memiliki aktivitas antimikroba.

Efikasi Klinis

Caraway dianggap sebagai obat karminatif khusus yang efektif. Caraway


didukung oleh Komisi E Jerman sebagai obat untuk mengatasi sukar mencerna.
Tinjauan ulang secara sistematik yang dilakukan akhir-akhir ini menemukan empat
percobaan klinis dari minyak caraway (dosis harian 60-150 mg) dan minyak
peppermint (dosis harian: 180-270ml). Pada empat penelitian ini, dua dilakukan pada
pasien dengan Dispepsia tanpa tukak (dikenal sebagai tipe dismotiliti atau Dispepsia
esensial/idiopatik dengan sindrom perut lekas sakit) (n = 268 pasien) dan dua
penelitian dilakukan pada pasien dengan Dispepsia fungsional (n = 216 pasien).
Durasi dari penelitian adalah empat minggu. Penelitian ini menunjukkan bahwa
peppermint dan minyak caraway lebih efektif dari plasebo dan sama efektif dengan
obat standar cisapride dalam pengobatan dispepsia.

Efek Samping/Kontraindikasi

Caraway adalah obat herbal yang aman jika dikonsumsi pada dosis terapi.
Penelitian klinis menunjukkan bahwa adanya profil keamanan yang baik. Pemberian
minyak atsiri pada dosis yang lebih besar dalam jangka waktu yang lama dapat
mengawali kerusakan pada ginjal dan hati.

Preparasi/Dosis
Dosis harian rata-rata dari bahan yang telah dikeringkan adalah 1,5-6 g. Obat
segar digunakan untuk infus dan sediaan galenik lain. Penelitian klinis telah
menggunakan minyak caraway pada dosis rata-rata dari 60-150 mg. Caraway adalah
komponen dari formula herbal Iberogast.

4.2.2 Herba Karminatif Lain

Anise (green anise) adalah buah (schizocarp juga mengacu pada biji anise)
dari tumbuhan Pimpinella anisum L. (suku Umbelliferae), tanaman herba yang
berasal dari Timur, tetapi sekarang ini banyak dikultifasi di Eropa Selatan, Anise
mengandung minyak atsiri 2-6% (anthole 94%), minyak lemak 30%, flavonoid,
senyawa protein dan derivat asam kafeat (asam klorogenik). Anise didukung oleh
Komisi E Jerman untuk mengatasi sukar mencerna dan kehilangan nafsu makan.
Dosis harian rata-rata adalah 3 g bahan yang telah dikeringkan. Sensitisasi sangat
jarang ditemukan.

Fennel adalah buah (schizocarp juga mengacu pada biji fennel) dari
Voeniculum vulgare Miller (suku Umbelliferae), tanaman berasal dari daerah
Mediterania, tetapi juga ditemukan di beberapa belahan dunia (Argentina, Jerman,
Inggris, India, China, Australia). Dua varietas telah diketahui: F. Vulgare var vulgare
(tumbuh spontan) dan F. Vulgare var dulcis (yang dikultifasi karena foliaceous dapat
dimakan). Fennel mengandung minyak atsiri 2-7% (anethole 50-70%, fenchone 15-
30%, estragole 2-5%) dan minyak lemak sekitar 10%. Minyak atsiri fennel didukung
oleh Komisi E Jerman untuk mengobati Dispepsia. Dosis harian adalah minyak 0,1-
0,6 ml atau bahan yang telah dikeringkan 5-7 g. Reaksi alergi akibat mengonsumsi
fennel sangat jarang ditemukan.

Formula Herbal (Iberogast) Peppermint caraway, German chamomile,


liquorice, lemon balm, bitter candytuft

Iberogast adalah kombinasi dari daun peppermint (Mentha piperita L, fam.


Labiatale), buah caraway (carum carvi, fam. Umbelliferae), bunga German
Chamomile (Matricaria recitita L., Fam. Asteraceae/Compositae), akarliquorice
(Glycyrhiza glabra L., Fam Fabaceae), daun lemon balm (Melissa officianils L., Fam
Labiatae), biji bitter candytuft (Iberis amara L., Fam. Brassicaceae).

Peppermint dan caraway dikenal sebagai karminatif dan didukung oleh


Komisi E Jerman untuk pengobatan keluhan dyspepsia. German chamomile
memiliki aktivitas antiulcer, yang diketahui sebagai karminatif; liquorice yang
dididukung oleh Komisi E Jerman untuk pengobatan gastritis. Lemon balm bersifat
karminatif dan efek spasmolitik; digunakan dalam obat tradisional untuk mengobati
gangguan perut bagian bawah, meteorism dan gangguan lambung; bitter candytuft
diperoleh dari Iberis amara, sebuah tanaman herbal yang ditemukan di sebagian
besar wilayah barat, Eropa tengah dan selatan, Caucasus, dan juga di Algeria.
Bijinya mengandung cucurbitacin, glucosinolates dan minyak lemak. Cucurbitacin
yang terkandung dalam biji bersifat toksik dan umumnya mengiritasi usus kecil.
Obat tradisional bitter candy tuft bagian di atas tanah digunakan untuk mengobati
masalah pencernaan.

Iberogast sangat menjanjikan. Review sistematis terbaru yang diidentifikasi


oleh 4 uji klinis secara acak, dengan total 372 subjek, dosis yang digunakan adalah
60 tetes preparat Iberogast perhari. 3 dari 4, studi menunjukkan keunggulan
Iberogast melebihi dari plasebo sementara studi yang lain menunjukkan aktivitas
Iberogast yang sama dengan obat metclopramide dalam menurunkan gejala dipepsia.
Sebuah studi post-marketing surveillance melibatkan 2267 pasien melaporkan 95%
pasien menunjukkan tolerabilitas Iberogast baik atau sangat baik.

5. Gastritis

5.1 Gambaran Klinis

 Gastritis adalah istilah umum yang mengindikasikan peradangan lapisan mukosa


yang sering disebabkan oleh beberapa factor termasuk alkohol, tembakau,
spices, racun-racun, bakteri dan obat-obatan (contohnya aspirin). Penyakit
peptic ulcer mengacu pada kerusakan diskrit mukosa lambung dan/atau
dudenom yang setidaknya mempengaruhi 10% populasi dinegara berkembang.
Mekanisme dari kerusakan mukosa pada gastritis dan penyakit peptic ulcer
adalah adanya ketidakseimbangan faktor-faktor agresif, seperti produksi asam
dan pepsin, dan factor defensif, seperti produksi mucus, bikarbonat dan aliran
darah. Helicobacter pylori (basilus g negative) diperkirakan menginfeksi hampir
semua pasien gastritis aktif kronis dan merupakan penyebab utama dari penyakit
peptic ulcer (kecuali ulkus lambung yang disebabkan oleh obat seperti aspirin).
H.pylori berkoloni pada lapisan dalam gel mukosa yang melapisi mukosa
lambung dan mengganggu fungsinya sebagai pelindung.
 Tujuan pengobatan adalah meredakan ketidaknyamanan dan melindungi mukosa
lambung untuk mendukung proses penyembuhan. Penghilangan infeksi H.pylori
dan penggunaan antasida mungkin cukup berhasil dalam kasus-kasus ringan.
Kebanyakan pasien memerlukan antagonis reseptor histamin H2 (misalnya
ranitidin), obat antikolinergik (misalnya pirenzepine) atau inhibitor pompa
proton (misalnya omeprazol), yang telah terbukti memberikan penyembuhan
lebih cepat dan lebih dapat diandalkan daripada antasida. Baik H2-
reseptorblocker atau inhibitor pompa proton dapat digunakan sebagai pilihan
pertama. Dengan gejala lanjut, kedua golonganobat tersebut dapat digunakan
bersama. Dalam kasus- kasus refrakter, sucralfate juga dapat diindikasikan.

5.2 Fitoterapi Gastritis dan Peptic Ulcer

Produk tanaman telah menghasilkan agen terapi dengan efek


menguntungkan dalam penyakit gastritis dan tukak lambung (peptic ulcer).
Alkaloid atropine dan scopolamine turunan belladonna (Atropa belladonna) adalah
prototip dari obat antikolinergik. Atropin, scopolamine dan preparat dari daun A.
Belladonna sekarang jarang (atau tidak pernah) digunakan untuk inhibisi sekresi
asam lambung karena dosis yang dibutuhkan seringkali memgakibatkan efek
samping yang tidak diinginkan. Sekarang berbagai produk botani telah dilaporkan
memiliki aktivitas anti-ulcer (Tabel 5.3), tapi dari literatur yang telah
didokumentasikan aksi farmakologi dilakukan pada hewan percobaan; data klinis
yang tersedia terbatas untuk mendukung penggunaan obat herbal sebagai agen
pelindung lambung. Penggunaan obat herbal yang utama adalah untuk gastritis
(gastric ulcer) termasuk pengaruh liquorice, chamomile dan cabai.

5.3 Ulcer healing plants Antasida

Obat-obat ini mempunyai aksi netralisasi terhadap sekresi asam lambung


dan menurunkan keasamannya. Penggunaan antasida didasarkan pada prinsip
bahwa bahkan ketika hipersekresi, asam lambung yang tidak terbukti dapat
membahayakan lambung tetapi dapat menghambat sistem normal dari pertahanan
mukosa. Alternatifnya adalah bahan tanaman yang mengandung mucilago, yang
melapisi mukosa dan melindunginya dari asam lambung dan pepsin. Obat-obat
mucilaginous termasuk marshmallow, Iceland moss dan mallow. Antasida/tanaman
obat tukak lambung dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel

5.3.1 Liquorice
Botani/Konstituen Kunci

Liquorice (licorice atau glycyrrizha) adalah akar kering dan rizoma dari
Glycyrrhiza glabra L. (Fam. Fabaceae), dikenal dengan nama dagang Spanish
liquorice. Tanamannya adalah herbal abadi, tinggi 1-2 meter, tumbuh di Eropa
Selatan (var. Typical), Rusia Tengah (var. Glandulifera) dan Iran (var. Violacea).
Liquorice (radix dulcis) telah direkomendasikan Yunani untuk mengobati ulkus
lambung dan oleh dokter-dokter di Arab digunakan untuk mengobati batuk dan
untuk mengurangi efek samping dari laksatif. Liquorice terdiri atas glikosida
seperti saponin, glycyrrhizin (asam glycyrrhizic) yang 50 kali lebih manis dari
sakarosa. Kadar glycyrrhizin adalah 6-13% pada akar dan 20-25% pada ekstrak.
Untuk hidrolisis, glikosida dikonversi kedalam aglikon asam glycyrretic (asam
glycyrrhetinic) ditambah 2 molekul dari asam glukoronat. Konstituen lain
termasuk glikosida flavonoid (liquiritin,liquiritoside, rhamnoliquiritin dll), derivat
kumarin (herniarin, umbelliferone), aspargin dan pati (22%).

Mekanisme Aksi

Asam glycyrrhetinic dan glycyrrhizin keduanya memiliki aktivitas


antiinflamasi yang memperhitungkan efektivitas Liquorice dalam pengobatan
radang usus. Dalam beberapa tahun terakhir Liquorice telah menunjukkan efek
antiulcer dengan menghambat 15-hidroksiprostaglandin dehidrogenase, dan
enzim yang memetabolisme prostaglandin E₂ dan F₂ menjadi 15-keto-
prostaglandin, menjadi senyawa tidak aktif. Metabolisme blok prostaglandin
menyebabkan peningkatan prostaglandin dalam melindungi lambung dan
karenanya mengakibatkan sekresi pelindung mukosadan proliferasi sel mukosa
lambung yang mengarah pada penyembuhan ulkus.

Efikasi Klinis

Liquorice memiliki efikasi yang panjang dalam pengobatan ulkus


peptikum. Turunan sederhana dari asam glycyrrhenitic seperti carbenoxolone dan
deglycyrrhinized liquorice (DGL) telah digunakan secara ekstensif pada
pengobatan gastric ulcer. Carbenoxolone adalah obat pertama yang ditemukan
yang dapat mempercepat penyembuhan ulkus peptikum dengan mekanisme tidak
melibatkan inhibisi sekresi asam. Namun, memberikan efek samping terkait
dengan penggunaan liquorice dan turunan-turunannya pada penurunan avaibilitas
keamanan dan efektivitas obat sintetik. Liquorice telah didukung oleh Komisi E
Jerman untuk pengobatan gastritis.

Efek Samping/Kontraindikasi

Asam glycyrrhetic juga memiliki potensi penghambatan enzim 11-


hidroksisteroid dehidrogenase (11-OHSD), yang merubah kortisol menjadi
kortison. Kortisol, berbeda dengan kortison, memiliki kesamaan afinitas
mengikat aldosteron

Sebagai reseptor mineral kortikoid. 11-OHSD memiliki konsentrasi tinggi


di ginjal. Asam glycyrrhetic menghambat enzim di ginjal yang dapat
meningkatkan kadar kortisol dalam ginjal yang mengikat reseptor mineral
kortikoid sehingga menyebabkan reabsorpsi natrium. Aktivitas mineral kortikoid
liquorice ini dan turunannya menyebabkan efek samping termasuk retensi air dan
natrium, hipertensi dan hipokalemia (deplesi kalium). Pasien dengan masalah
jantung, hati dan ginjal, hipertensi dan defisiensi kalium harus menghindari
mengkonsumsi asam glyyrrhetic dalam jumlah yang signifikan. Liquorice dan
DGL memiliki sifat mempertahankan cairan. Penyalahgunaan prepaliquorice
dapat menyebabkan kelainan pada kontraktilitas otot rangka (seperti agen
hipokolesterolemik statin).

Preparasi/Dosis

Pada terapi ulkus peptikum liquorice dikonsumsi dalam bentuk minuman


dengan menambahkan 150 ml air ke dalam 2-4 g obat dan didihkan selama 5
menit. Sediaan ini diminum sebanyak 3 kali setelah makan dengan jumlah yang
sama. Karena adanya aktivitas mineralkortikoid, pengobatan ini tidak boleh lebih
dari 4-6 minggu dan dosis perharinya tidak boleh lebih dari 600 mg glycyrrhizin.
Liquorice juga digunakan sebagai agen perasa untuk menutupi rasa obat yang
pahit termasuk aloe, ammonium klorida, kuinin dan yang lain. Sifat surfaktan
saponin yang terdapat pada liquorice juga dapat memfasilitasi absorpsi obat-obat
yang kurang diabsorbsi, seperti glikosida antrakuinon.

5.4.1 Obat Anti-ulcer lain


Chamomile terdiri atas kelopak bunga kering Matricaria recutita L.,
dikenal sebagai German chamomile, atau chamaemelum nobile (L.) All.
(Anthemis nobilis), dikenal sebagai Roman chamomile (Fam.
Asteraceae/compositae).

Chamomile mengandung minyak atsiri (0,25-1%), flavonoid (sekitar


2,4%) dan turunan kumarin, mucilage seperti peptin (5- 10%). Mucilago
dilepaskan selama proses infus dan berfungsi meringankan iritas
imukosalambung. Chamomile biasanya digunakan dalam bentuk teh (infus) untuk
mengobati gastritis akut dan ulkus peptikum. Chamomile ini awalnya hanya
terdiri atas 10-15% minyak atsiri dalam tanaman, tetapi hampir semua
substansinya mucilage dan glikosida flavonol. Jelas, sediaan dalam bentuk
ekstrak tanaman atau minyak atsiri jauh lebih efektif. Chamomile dapat
menyebabkan reaksi hipersensitivitas pada orang yang mempunyai alergi,
walaupun reaksi ini jarang terjadi.

Cabai (capsicum) adalah buah dari jenis jenis spesies Capsicum (Fam.
Solanaceae). Cabai dan kandungannya yang tajam, capsaicin, mempunyai efek
perlindungan terhadap etanol dan untuk luka yang diinduksi oleh aspirin pada
mukosa lambung tikus, sebuah efek yang mungkin dapat diobati dengan aferen
sensitif neuron capsaicin. Data klinis dan epidemiologi juga menunjukkan bahwa
mengkonsumsi cabai dapat memberikan efek yang menguntungkan pada orang
yang menderita ulkus peptikum.

Mucilago dan gum. Obat-obatan yang mengandung mucilage mempunyai


aktivitas melapisi dan melindungi mukosa lambung dan dapat digunakan pada
pengobatan ulkus lambung. Secara tradisional tanaman mucilage digunakan untuk
mengobati penyakit lambung termasuk Althaea officinalis (marshmallow), Malva
sylvestris (mallow) dan Cetraria islandica (Iceland moss). Gum menurunkan
keasaman lambung dan laju pengosongan lambung karena adanya efek viskositas
dan aktivitas netralisasi lambung. Guar gum diperoleh dari endosperma biji
Cyamopsis tetragonolobus pada pengobatan kuno. Myrrh (Commiphora mukul)
juga menunjukkan efek perlindungan.

6. Kinetosis

6.1 Gambaran Klinis

Kinetosis adalah suatu rasa tidak enak badan yang dikarakterisasi oleh muat
dan vertigo (umumnya terjadi). Beberapa orang mengalami peningkatan salivasi,
mual, dan muntah ketika bepergian baik dalam kondisi perjalanan yang ringan atau
dalam kondisi yang lebih ekstrim seperti dalam laut dan turbulensi udara. Dimana
stimulus kinetosis yang tidak dapat ditoleransi ditetapkan setelah 2-3 hari. Hal ini
lebih mudah untuk mencegah kondisi ini dengan sistem penghantaran antikinetosis
30-60 menit sebelum keberangkatan.

6.2 Antikinetosis

Pengobatan kinetosis meliputi penggunaan skopolamin (suatu alkaloid yang


ditemukan dalam varietas Solanaceae seperti Atropa belladonna, Datura
stramonium, Josciamus niger), yang mana sangat efektif meskipun penggunaannya
sangat terbatas dikarenakan efek sampingnya. Antihistamin H1. Meskipun kurang
efektif, sering digunakan. Aksinya berakhir selama 6-24 jam dan sangat efektif bila
diberikan bersama dengan efedrin. Vegetable drug untuk kasus ringan kinekositosis
adalah jahe

6.2.1 Jahe

Botani/ Konstituen
kunci

Jahe adalah rhizoma dari Zingiber officinale Toscoe (Fam.


Zingiberaceae). Diketahui secara komersil sebagai jahe Afrika, jahe Cochin atau
jahe Jamaika, berdasarkan asal geografisnya. Tanaman ini dikultivasi di negara
tropis. Rhizoma dikultivasi pada bulan Desember atau Januari, dikupas, dicuci
dan dikeringkan di bawah matahari selama 5-6 hari. Jahe mengandung minyak
atsiri (1-2%) antara lain camphene, sineol, sitral, bisabolena sesquiterpena,
zingiberon dan zingiberol. Ditambah lagi, jahe mengandung oleoresin
(mengandung homolog gingerol) dan lebih dari 50% pati. Aroma yang tajam
dihasilkan oleh gingerol, shogaol dan gingeron.

Mekanisme Aksi
Gingerol, lebih khususnya 6-gingerol, telah diidentifikasi sebagai bahan
aktif jahe dan juga berhubungan dengan karakterrasanya. Mekanisme tepat
mengenai efek antiemetik dari jahe dan komponennya tidak diketahui secara
komplit. Jahe bekerja pada sistem gastrointestinal untuk meningkatkan
pergerakan lambung, efek yang mana berhubungan dengan antagonis 5-HT3 (6-
gingerol dan konstituen lain dari jahe memiliki aksi anti-5-HT; Faktanya
galanolakton adalah agonis kompetitif pada reseptor leal 5-HT ₁). Efek pada
sistem saraf pusat telah diketahui.

Efikasi Klinis

Jahe merupakan obat herbal antiemetik yang menjanjikan. Indikasinya


didukung oleh Komisi E Jerman meliputi menghilangkan nafsu makan, mabuk
perjalanan dan masalah dyspeptic. Evaluasi sistematika terbaru memperoleh
kembali enam randomisasi, double blind, pengujian klinis untuk melihat efek
plasebo. Tiga studi dilakukan pada pada wanita post operasi (total 288 wanita
setelah operasi kelahiran) dengan teridentifikasi mual dan muntah; dua studi (180
wanita) mengesankan jahe mempunyai efek lebih dari plasebo dan efektivitasnya
setara dengan metoklopramid. Satu studi ditemukan ditemukan untuk kondisi ini:
mabuk laut (80 orang). Mabuk pagi (30 wanita hamil dengan berbagai kemualan)
dan kemoterapi yang menginduksi mual (41 pasien menerima compazine untuk
pengobatan leukemia). Studi-studi ini mendukung efek lebih dari plasebo jahe.

Efek Samping/Kontraindikasi

Tidak ada laporan dari interaksi yang tidak diinginkan dari jahe terhadap
studi plasebo di atas. Meskipun digunakan dalam studi klinis pada wanita hamil,
Komisi E Jerman memperingatkan bahwa jahe tidak boleh dikonsumsi selama
hamil. Peringatan ini didasarkan pada data studi eksperimen bahwa jahe bersifat
mutagenik. Dosis besar dapat menyebabkan pengelupasan pada sel epitel
permukaan lambung, depresi pada sistem saraf pusat dan aritmia jantung. Jahe
mempunyai efek Antitrombotik, oleh karena itu direkomendasikan kepada pasien
yang mengkonsumsi antikoagulan atau yang lainnya dengan agen antipembekuan
darah tidak boleh menggunakan jahe dalam dosis yang besar.

Preparasi/Dosis

Kebanyakan studi klinis digunakan dosis harian dengan 1 g serbuk jahe.


Jahe tersedia dalam bentuk gelatin, kapsul, masing-masing mengandung 500 mg
serbuk obar. Jahe juga tersedia sebagai ekstrak cair (0,7-2 ml per hari dari 1:2
ekstrak cair) dan sebagai tingtur (1,7-5 ml per hari dari 1:5 tingtur).
7. Konstipasi

7.1 Gambaran klinis

 Konstipasi didefinisikan sebagai transit yang tertunda dengan volume feses yang
lebih sedikit daripada biasanya. Definisi lain adalah keadaan dimana tegangnya
pergerakan makanan dalam saluran penceranaan pada suatu waktu, diikuti
dengan pengeluaran secara paksa feses dengan konsistensi yang keras.
 Konstipasi dapat dikarenakan organik sistemis atau lokal, atau dapat diinduksi
oleh obat. Dalam beberapa kasus penanggulangan terhadap pasien harus
ditujukan pada target organik penyebab, faktanya bila kondisi ini meningkat
pada pasien dengan pergerakan makanan regular sebelumnya. Alasan umum
untuk konstipasi adalah kebiasaan makan yang buruk (kurang serat), gangguan
pergerakan usus, dan kekurangan aktivitas. Kondisi ini juga disebabkan oleh
kelebihan penggunaan laksatif tertentu selama beberapa tahun.

7.2 Laksatif

Obat-obat ini menginduksi dan memfasilitasi defekasi dan digunakan


dalam kasus konstipasi. Laksatif meningkatkan pola pergerakan abnormal dan
atau menurunkan cairan absorpsi dalam usus, yang mana akan menurunkan
waktu transit dan mempromosikan eliminasi dari feses encer. Laksatif dari bahan
alam meliputi antrakuinon (senna, cascara, frangula, aloe, rhubarb), agen peruah
(bekatul, psyllium, agar), herba mengandung gula seperti tamarin, cassia, plum
dan terakhir minyak jarak. Laksatif bahan alam didukung oleh Komisi E Jerman
untuk mengobati konstipasi disebutkan pada Tabel 5.4.

7.3 Antrakuinon

Antrakuinon dasar ditemukan dalam Rhamnus frangula (frangula), Aloe


sp. (aloe), Rheum palmatum dan officinale (rhubarb) dan Cassia acutifolia dan C.
Angustifolia (senna). Antrakuinon biasanya berada di alam sebagai glikosida,
yang mempunyai sifat seperti prodrug, membebaskan aglikon yang mana
bertindak sebagai laksatif. Gambar 5.1 menunjukkan prinsip glikosida
membentuk antrakuinon alam dan metabolismenya menjadi aglikon aktif.
Metabolisme terjadi di usus besar, dimana bakteri glikosidase akan membuang
gula. Produk yang diperoleh sedikit diabsorpsi dan bertindak sebagai pembangkit
sekresi dan perubahan sekresi pada usus besar.
Seperti pada beberapa kasus laksatif, mekanisme aksi antrakuinon tidak
diketahui. Secara umum diyakini bahwa senyawa ini bertindak pada saraf enterik
atau sel mukosa untuk menstimulasi pembebasan atau sintesis autokoid dan atau
neurotransmiter (seperti prostaglandin, nitrit oksida, 5- hidroksitriptamin), yang
mana diketahui meningkatkan pergerakan usus dan menstimulasi akumulasi
cairan dalam usus (Gambar 5.2), Aksi laksatif dari antrakuinon terjadi selama 6-
12 jam setelah pencernaan secara oral.

Obat herbal yang mengandung antrakulnon sekarang ini


direkomendasikan untuk pengobatan jangka pendek (1-2 minggu) dalam kasus
konstipasi atonis, dalam beberapa kasus konstipasi akut dan sebelum endoskopi
saluran gastrointestinal; obat ini tidak diizinkan untuk konstipasi spastic.
Antrakuinon dengan serat juga efektif dan bertoleransi tinggi untuk konstipasi
kronis pada pasien yang sudah tua.

Efek samping dari antrakuinon meliputi diskolorasi urine, melanosis usus


besar secara reversibel, kongesti hemorrhoid. Tak adanya perubahan dalam level
elektrolit serum terjadi pada antrakuinon dengan dosis yang direkomendasikan,
secara nyata pada sennosida.

Tabel 5.4

7.3.1 Senna

Botani/Konstituen Kunci

Senna terdiri atas daun kering dan buah Cassia acutifolia (atau C. Senna)
dan C. Angustifolia disebut sebagai Tinnevelly atau Indian senna (Fam.
Leguminosae). Taksonomi sekarang kedua spesies ini dikelompokan bersama-
sama dibawah nama ilmiah Senna alexandrine Miller. Spesies Cassia (semak)
berasal dari Mesir, Timur Tengah (Somalia dan Semenanjung Arab). Mereka
tumbuh dengan tinggi 20-60 cm dan ditandai oleh senyawa paripinnate daun
diatur dalam 4-7 kelompok daun kecil berlawanan satu sama lain. Daun berwarna
hijau-keabu-abuan dengan bentuk memanjang, runcing. Buah berwarna
kehitaman, memanjang, datar dan berbentuk ginjal. Senna dipanen pada bulan
April dan September. Efek laksatif dari daun lebih besar dari buah.
Anthraquinone yang terkandung dalam senna adalah glikosida diantharone (Daun
1,5-3%, buah 2-5%), terutama sennosida A dan B (rhein dianthrones).
Antrakuinon bebas termasuk aloe-emodin dan rhein juga ada dalam jumlah kecil.

Mekanisme Aksi

Sennosida A dan B dapat dianggap sebagai prodrugs, mereka mencapai


usus besar tanpa perubahan dan hidrolisis oleh flora bakteri untuk membentuk
metabolit aktif utama, rhein dan rhein anthrone (Gambar 5.3). Rhein anthrone
untuk kadar yang lebih rendah bekerja baik sekresi dan motilitas menyebabkan
laktasi dan aksi ini sebagian besar tidak berhubungan satu sama lain. Sennosida
atau senyawa aktif rhein dan rhein anthron etelah terbukti untuk merangsang
sintesis atau melepaskan sejumlah secretagogues usus meliputi prostaglandin, 5-
hydroxytryptamine and nitrit oksida.

Penggunaan Klinis

Semua antrakuinon bersifat pencahar, yang paling umum digunakan tentu


senna. Meskipun senna tidak seringan dalam reaksinya seperti cascara dan
frangula, namun untuk biayarendah paling banyak direkomendasikan dalam
sembelit ringan. Untuk pengobatan jangka pendek (1-2 minggu), dalam kasus
sembelit akut dan sebelum endoskopi saluran pencernaan.

Efek Samping/Kontraindikasi

Penggunaan dosis besar dari senna dapat menimbulkan keluhan perut


(meteorism, perut kembung, kram, nyeri perut), perubahan warna urin dan wasir.
Penggunaan jangka panjang (penyalahgunaan) termasuk melanosis usus besar,
ketidakseimbangan elektrolit, dehidrasi dan perubahan fungsi otot. Studi klinis
telah menunjukkan bahwa pengobatan pada ibu menyusui dengan senna tidak
menimbulkan efek laksatif pada janin. Studi klinis juga menunjukkan bahwa
pengobatan dengan senna tidak mengakibatkan peningkatan resiko apapun
selama kehamilan atau pada janin. Sebaliknya, senna tampaknya pencahar pilihan
dalam kehamilan dan selama menyusui.
Preparasi/Dosis

Senna digunakan dalam bentuk teh (dibuat dari 0,5-2 g daun atau buah),
ekstrak cair (2 ml) atau sirup (8ml). Sediaan tersebut biasanya menimbulkan
pengosongan usus dalam 6 jam. Minuman disiapkan dengan merendam senna
dalam air dingin selama 10-12 jam, sediaan seperti ini menghasilkan efek yang
lebih kuat daripada teh panas karena mengandung lebih banyak sennosides dan
lebih sedikit bahan resin. Juga terdapat kristal senna glikosida (sennoside,
biasanya dosis 20-60 mg), mereka lebih stabil, lebih dapat diandalkan dan lebih
aman dari sediaan bahan awal. Tidak ditemukan adanya ketidaknyaman usus
dengan dosis yang dianjurkan dari senna.

Sennosides tidak dimetabolisme di usus kecil, mereka dikatabolisi oleh


mikroorganisme di usus besar untuk membentuk rhein-anthrone. Kandungan ini
bekerja baik mengsekresi dan memotilitasi untuk menyebabkan laktasi dan
mekanisme aksi ini kebanyakan tidak berhubungan satu sama lain.

Gbr 5.3

7.3.2 Anthraquinon lainnya yang mengandung pencahar

Cascara terdiri atas kulit kering dari batang atau cabang dari Rhamnus
purshiana (Fam. Rhamnaceae), semak yang tumbuh di sepanjang pantai Pasifik
Amerika Utara. Tinggi tanaman ini 4-10 meter, dengan daun berbentuk bulat
panjang penyok di pinggiran, dan bunga berkumpul di corymbs di axil. Kulit
kayu harus dikumpulkan satu tahun sebelum digunakan (untuk memungkinkan
glikosida dikurangi menjadi teroksidasi menjadi bentuk monomer yang
menunjukkan aktivitas pencahar yang lebih ringan) pada awal musim semi dan
berlanjut sampai

Musim hujan dimulai. Ketika kering, kulit menjadi bulat dalam bentuk
pipa yang melengkung atau hampir datar, dengan ketebalan 1-4 mm dan
bermacam-macam panjang dan lebar. Cascara bertindak untuk mencampur
cascarosides A, B, C dan D, dengan glikosida antrakuinon lainnya dalam jumlah
kecil. Cascara harus mengandung tidak kurang dari 7% total derivatif
hidroksiantrasena dihitung sebagai cascarosides A dalam bentuk kering. Fungsi
utama cascara adalah memperbaiki kebiasaan sembelit di mana ia bertindak
sebagai pencahar dan untuk mengembalikan kekencangan alami untuk usus besar.

Cascara digunakan dalam bentuk ekstrak, ekstrak cair, ekstrak cair


aromatik (dosis 5 ml biasanya menyebabkan efek pencahar) dan bubuk (1 g
dalam bentuk kapsul). Rasa pahit obat berkurang dengan memperlakukan ekstrak
cascara dengan magnesium oksida atau unsur alkali tanah. Pengobatan ini juga
mengurangi aktivitas ekstrak. Obat ini merupakan komposisi beberapa obat over-
the-counter (OTC) dan obat paten pencahar. Dalam beberapa sediaan cascara
dikombinasikan dengan satu atau lebih dari zat-zat berikut: rhubarb, genziana,
senna, artichoke, boldo, lidah buaya, frangula, belladona, chamomile. Sediaan
yang mengandung cascara, boldo, inositol dan cyanocobalamin telah digunakan
dalam pengobatan konstipasi pada pasien geriatri. Sediaan yang mengandung
glikosida anthranol dimurnikan dari cascara juga tersedia (dosis dewasa adalah 30
mg).

Frangula (buckthorn kulit kayu) adalah kulit kering Rhamnus frangula


(Fam. Rhamnaceae), 3-5 meter semak tinggi yang tumbuh di bagian selatan Eropa
Tengah dan Asia Barat. Frangula berarti rapuh, mengacu pada batang rapuh
spesies ini. Kulit kayu yang kering tampak sebagai bentuk pipa tunggal atau pipa
ganda yang hampir datar atau bulat. Ketebalan adalah 0,5-2 mm dan panjang dan
lebar bervariasi. Kulit kayu memiliki permukaan coklat-keabu-abuan. Seperti
cascara, frangula harusdikumpulkan satu tahun sebelum digunakan, sebaiknya
Mei dan Juni. Efek pencahar dari frangula adalah karena adanya turunan
antrakuinon, terutama gluco-frangulins A dan B dan frangulins A dan B. Untuk
aksi pencahar ringan yang frangula adalah sebanding dengan Cascara.

Obat harus mengandung tidak kurang dari 6% turunan hidroksiantrasena


jumlah dihitung sebagai glucofrangulin A pada basis kering. Itu dikenal di Eropa
asli tapi kurang begitu di Amerika Serikat (dimana ia digunakan cukup besar
dalam praktek dokter hewan). Hal ini digunakan dalam bentuk ekstrak cair tetapi
adalah mungkin untuk mengkonsumsi kulit bubuk (1 g) dalam bentuk kapsul.
Efek pencahar terjadi setelah sekitar 10-12 jam. Frangula merupakan komposisi
dari obat paten (Crisolax, Fave di Fuca, Hepasil, Frangulina, Neo-heparbil,
Sintobil) dan di beberapa pencahar OTC.

Rhubarb terdiri atas rimpang kering dan akar dicabut dari jaringan
periderm Rheum palmatum L., dan R. officinale Baill. (Fam. Polygonaceae) atau
spesies terkait (R. emodi Wallich, R. webbianum Royl) atau hibrida yang umum
di Cina (Cina rubarb), atau di India, Pakistan atau Nepal (India Atau Himalaya
rhubarb. R. palmatum dan R. officinale adalah tumbuhan tahunan, dengan tinggi
1-3 m dengan bentuk hati yang besar atau bulat berbentuk daun. Antrakuinon
terutama terkonsentrasi di rimpang yang dikumpulkan pada waktu musim gugur
atau musim musim dari tanaman yang berumur 8-10 tahun, kemudian dikupas,
digantung pada tali dan dikeringkan di bawah sinar matahari atau dengan panas
buatan. Obat ini terdiri atas berbagai bentuk (silinder, oval, bulat atau dengan
suface cembung) dan ukuran (panjang 5-15 mm dan diameter 40-10 mm). Obat
ini berisi sennosides AF dengan sifat pencahar, tannis dan zat lain seperti
isolindleyin, lindleyin, stilbenes. Penggunaannya hampir selalu menyebabkan
mencengkeram usus atau kolik. Namun, aksi pencahar tanpa nyeri perut
disebabkanpleb dosis 0,5-2 g. Sediaan yang paling digunakan adalah tinktur, ilus,
dan ekstrak caran Penggunaan yang sering tidak dianjurkan.

7.3.3 Bulk Pembentuk Laksatif

Diet kaya serat, dalam hubungannya dengan non- pharmalogical aksi,


adalah metode yang paling tepat untuk pencegahan dan pengobatan sembelit
fungsional. Diet serat juga bermanfaat untuk pasien yang diinginkan bahwa feses
dipertahankan lembut, untuk menghindari mengejan pada pada seat BAB, untuk
menjaga agar tidak terjadi iritasi usus dan penyakit deverticular dari usus besar.
Sebagian besar agen pembentuk terkait polisakarida dan turunan selulosa yang
mirip dengan karakteristik sebagal serat makanan. Mereka berguna ortugal
suplemen untuk penyesuaian diet atau ketika sembelit, sedikit serat died il tidak
bisa diobati.

Diet serat dan massal membentuk agen meningkatkan masse fees, kadar
air, dan tingkat transit usus. Efek ini Stiasanya terjadi dalam waktu 24 jam, tetapi
efek penuh selama penggunaan berulang mungkin tertunda untuk beberapa hari
atau lebih lama. Efek laksatif biasanya dikaitkan dengan sifat mascal pentbentuk
hidrolik dari polisakarida komponen Gambar 5.4). Namun, faktor tambahan
adalah metabolisme polisakarida oleh mikroflora intensial, dengan akumulasi
metabolit yang aktif osmotik

Sebagian bahan pencahar memiliki efek sistemik yang minimal Reaksi


alergi telah dilaporkan untuk beberapa produk produk alami. Perut kembung
mungkin terjadi, terutama jika dosis massa pembentuk agen meningkat tiba-tiba.
Sebagian pembentuk agen berpotensi menyerap obat lain yang diberikan
Bersamaan, sehingga mengganggu penyerapan usus.

Psyllium adalah biji matang Plantago psyllium (atau P.indico) yang dicuc
dan dikeringkan, dikenal dalam perdagangan sebagai psyllium Perancis atau
Spanyol atau Provata Forskal, dikenal dalam perdagangan sebagai psyllium
pirang atau Plantago Indian. Ini dan spesies lainnya di genus Plantago
menyediakan obat pencahar yang digunakan dalam farmasi: biji psyllium, biji
plantago, benih pisang atau benih ispaghula dan teguments. Tanaman plantago
adalah tanaman tahunan, herba coalescent dan pubescent, mereka termasuk
family Plantaginaceae yang berasal dari Asia dan negara-negara Mediterania dan
dibudidayakan di Eropa (Spanyol), Pakistan dan India. Psyllium mengandung 10-
30% zat yang hidrofilik dan dalam air menghasilkan zat berlendir seperti
mucilaginous. Obat ini berguna dalam mengobati lemah serta kejang dan saat
mengejan berlebihan dihindari setelah operasi anorektal. Aksi ini disebabkan oleh
pembengkakan pada kulit biji mucilaginous, sehingga memberikan massal dan
pelumasan.

Psyllium digunakan dalam jumlah 5-10 g, 1-3 kali sehari, biasanya


disuspensikan dalam air dengan jumlah yang cukup. Juga dikombinasikan dengan
senna (Agiolax), atau bahan kimia seperti dekstrosa anhidrat, natrium bikarbonat,
kalium fosfat monobasa dan asam sitrat (Metamucil). Dalam hal ini digunakan
sebagai obat tambahan dalam pengobatan konstipasi. Sensitisasi (dengan gejala
asma) setelah inhalasi bubuk psyllium kronis telah dilaporkan dalam atopic
individu. Hal ini juga dapat menyebabkan pigmentasi ginjal (jika biji yang
digiling atau dikunyah).

Gbr 5.4

Selulosa, hemiselulosa dan lignin yang terkandung dalam bulk pembentuk


laksatif yang tahan terhadap enzim pencernaan manusia sehingga mereka bisa
tidak berubah melalui usus kecil ke usus besar. Dalam usus besar mereka dapat
menahan air dan karenanya menstimulasi reseptor sensorik gerak peristaltik di
dinding intestina; stimulasi ini menimbulkan peningkatan motilitas.

Agar diperoleh dari spesies alga yang berbeda (Gelidium, Gracilaria,


Euchema), yang telah lama tumbuh d Pantai di Amerika Serikat, Spanyol, New
Zealand, Australia danAfrika Selatan. Agar tumbuh sebagai buntelan yang kurus
dapat Teraglutinasi atau membentuk granul. Agar mengandung sekitar90%
polisakarida, yang terdiri atas agarose dan agaropectin, Sisanya 10% adalah air,
kandungan nitrogen dan lipid. Agar Mengembang dalam air dan meningkatkan
kelembaban dari Stool sehingga dapat menghasilkan efek laksatif. Terkadang
Dapat digunakan selama seminggu setelah terapi dengan 400 g Agar sehingga
manfaatnya menjadi nyata. Agar tidak dapat Dicerna, tidak akan difermentasi dan
tidak toksik. Dinding sel

Dari alga coklat tertentu dari spesies Fucus (F. Vesiculosus), Laminaria
dan Macrocystis (M. Pyrifera) yang tumbuh di batu Karang pantai Atlantik Utara,
mengandung polisakarida seperti Asam alginat, yang hidrofilik. Asam alginat
adalah polyuric acid Yang tersusun atas residu D-mannuronic dan L-guluronic.
Asam Alginat adalah serbuk tidak berwarna dan tidak berasa yang Berbentuk
larutan koloid dengan bersifat mucilaginous.

Bran dikenal sebagai laksatif sejak 430 SM. Bran dapat digunakan karena
melunakkan feses yang keras dan meningkatkan pengangkutan melalui usus.
Sekitar 20 g bran disarankan sebagai jumlah minimum yang dapat menghasilkan
efek laksatif. Bran terutama digunakan dalam pengobatan konstipasi spastic yang
disertai dengan sindrom iritasi usus besar, meskipun membutuhkan waktu
beberapa minggu untuk mengurangi gejalanya. Bagian terpenting yang dihasilkan
oleh bran juga dipercaya bermanfaat untuk mengobati penyakit di usus. Pasien
dengan konstipasi atonik tidak dapat diobati dengan bran karena kerusakan
neuromuscular yang disertai dengan kelemahan yang kronik, umur yang tua atau
laksatif kronik. Beberapa pasien akan mengalami pembengkakan karena
peningkatan produksi dari gas usus yang berhubungan dengan degadrasi bakteri
yang ada dalam bran. Gejala ini pada umumnya muncul sewaktu-waktu. Bran
harus dikonsumsi dengan cairan yang cukup untuk menghindari kerusakan usus.
Bran tidak akan bekerja pada individu yang mengalami ulser usus, stenosis, atau
adhesi.

Laksatif Lain dari Herbal dan Buah

Sayur dan buah tertentu seperti tamarin, cassia, plums, mempunyai aksi
laksatif jika dikonsumsi dalam jumlah yang cukup. Hal dikarenakan kandungan
asam organik (sitrat, tartrat) dan gulanya.

Tamarin. Daging buah tamarin diperoleh dari buah Tamarindus indica


(Fam. Caesalpinaceae), pohon yang selalu berdaun hijau ini ditemukan di India
dan Afrika. Buahnya berbentuk polong,Kasar dan menempel pada biji. Bijinya
lunak, daging buahnya kekuning-kuninagn dengan rasa yang sedikit asam dan bau
khas. Daging buah mengandung sekitar 20% asam organik dalam bentuk bebas
dan garam kalium, zat mucilaginous (20-30%) dan gula. Laksatif tamarin
diperoleh dalam bentuk selai atau sirup. Dosisnya adalah 40-60 g untuk orang
dewasa dan 1-2 g untuk anak-anak, dalam kasus konstipasi kronik.

Cassia daging buah cassia diperoleh dari buah Cassia fistula L. (Fam.
Leguminosae), pohonnya ditanam di daerah tropis. Buahnya berbentuk silinder
yang dikelilingi dengan polong (kelopak). Bagian dalam terbagi menjadi banyak
bagian yang diisi dengan daging buah yang bewarna kehitam-hitaman yang
mempunyai bau khas dan rasa manis. Daging buah mengandung asam sitrat, zat
tannin, pektin, derivat antrakuinon (1%) dan fruktosa (70%). Digunakan dalam
bentuk selai atau sirup sebagai laktasif ringan bagi anak-anak. Dosisnya adalah
40-60 g (3-5 g untuk semua umur).

Plums (Prunus domestica L., Fam. Rosaceae) mempunyai efek laksatif


yang paling baik pada dosis 50-100 g. Efek laksatifnya karena asam organik
(2%), gula (50%) dan oxyphenisatin (jumlahnya sedikit). Buah lainnya,
khususnya jika tidak terlalu matang, kemungkinan dapat bertindak sebagai
laksatif melalui kombinasi aksi dari seratnya dan efek osmotik dari gula alami
( 12% dalam ara, 25% dalam anggur segar, 70% dalam raisin dan 50% dalam
plum).
BAB III

PENUTUP

1 Kesimpulan

Makalah tersebut membahas fitoterapi dan dampaknya terhadap pencernaan. Dari


penelitian yang dilakukan terlihat bahwa penggunaan tumbuhan sebagai obat dapat memberikan
efek positif terhadap kesehatan pencernaan. Komponen aktif dalam tanaman dapat
meningkatkan dapat meningkatkan fungsi saluran pencernaan, meredakan gangguan pencernaan,
dan mendukung keseimbangan flora usus. Meskipun fitoterapi menunjukkan potensi sebagai
alternatif tetapi untuk masalah pencernaan, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami
mekanisme kerja dan dosis yang optimal. Dengan demikian, fitoterapi dapat diimtegrasikan
sebagai pendekatan komplementer yang berpotensi meningkatkan kesehatan pencernaan secara
holistik.

Secara umum, dapat disimpulkan fitoterapi dapat memberikan kontribusi positif terhadap
kesehatan sistem pencernaan. Obat herbal tertentu mungkin memiliki efek antiinflamasi,
antimikroba, atau memperbaiki fungsi organ pencernaan. Oleh karena itu, penerapan obat herbal
sebagai terapeutik dapat menjadi alternatif yang bernilai dalam penanganan masalah pencernaan.
Meskipun demikian, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mendalami efek spesifik dari
masing masing obat herbal, memberikan landasan yang lebih kuat untuk penggunanannya dalam
praktik klinis. Pentingnya penelitian lanjutan juga mencakup penelitian yang lebih detil terhadap
interaksi obat herbal terhaap obat-obatan lainnya serta resiko efek samping yang mungkin
terjadi. Dengan demikian, sementara fitoterapi menjanjikan sebagai pendekatan terapeutik
sebagai masalah penceranaan , masihlah diperlukan penelitian lebih lanjut.

Makalah tersebut menguraikan pengetahuan fitoterapi demi pentingnya menjaga


kesehatan sistem pencernaan maupun menyembuhkan penyakit sistem pencernaan dengan dosis
dan anjuran dokter yang tepat, dan telah sesuai standar. Meski, fitoterapi dalam makalah ini
dapat menjadi solusi mudah dengan harga murah dalam menyembuhkan penyakit fungsional di
gastrointestinal, Efektivitas obat herbal tidaklah sebaik obat-obat pasaran maupun obat
antibiotik, bahkan terkadang jika pengkonsumsian obat herbal dilakukan serempak dengan obat
antibiotik lainnya maka hanya akan membuat jenis gejala penyakit baru ataupun memperburuk
penyakit tersebut, karena alasan tersebut banyak penggunaan obat herbal sangat dianjurkan
dokter untuk dibatasi jika gejala penyakit telah masuk ke fase yang lebih parah.

2 Saran

Makalah ini menguraikan potensi fitoterapi dalam mendukung kesehatan sistem


pencernaan dan memberikan wawasan mendalam mengenai berbagai obat herbal yang
direkomendasikan. Dari analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa fitoterapi menawarkan
pendekatan yang menjanjikan dalam mengelola berbagai kondisi pencernaan dengan
memanfaatkan kekuatan alamiah tumbuh-tumbuhan. Efek antiinflamasi, sifat antimikroba, dan
perbaikan fungsi organ pencernaan adalah bukti dari kaya nya keanekaragaman tanaman obat
yang dapat menjadi sekutu dalam menjaga keseimbangan sistem pencernaan.

Meskipun demikian, penting untuk mencatat bahwa efektivitas dan keamanan fitoterapi
bergantung pada pemahaman mendalam tentang obat herbal yang digunakan. Oleh karena itu,
pemilihan yang cermat dan konsultasi dengan ahli herbal atau profesional kesehatan sangat
ditekankan untuk memastikan bahwa terapi ini sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik
individu.

1. Konsultasi dengan Profesional Kesehatan:

Konsultasikan rencana penggunaan obat herbal dengan dokter atau ahli herbal
yang berpengalaman. Konsultasi ini memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang
potensi manfaat dan risiko yang mungkin terkait dengan setiap obat herbal.

2. Pemahaman Terhadap Efek Samping dan Kontraindikasi:

Dalam upaya untuk meminimalkan risiko, pembaca harus memahami secara


rinci efek samping dan kontraindikasi dari obat herbal yang mereka pilih. Kepahaman ini
membantu mewujudkan pendekatan yang berbasis pengetahuan dalam pemakaian obat
herbal.

3. Pemilihan Sumber dan Produk yang Terpercaya:

Memastikan memperoleh obat herbal dari sumber yang terpercaya dan


berkualitas. Mengidentifikasi produsen yang terkemuka dan memahami proses produksi
dapat memberikan jaminan atas keaslian dan keamanan produk.
4. Pemantauan dan Evaluasi Berkala:

Menerapkan pemantauan secara berkala terhadap respons tubuh terhadap obat


herbal. Melibatkan profesional kesehatan dalam pemantauan rutin membantu
mengidentifikasi perubahan atau masalah potensial sejak dini.

Dengan memahami dan menerapkan saran-saran ini, pembaca diharapkan


dapat memanfaatkan fitoterapi sebagai pendekatan holistik untuk meningkatkan
kesehatan sistem pencernaan mereka. Keputusan yang tercerahkan dan proaktif
dalam penggunaan obat herbal dapat menjadi langkah positif menuju keseimbangan
dan kesejahteraan dalam perawatan kesehatan pribadi.

DAFTAR PUSTAKA

Armenta R, Carmada L, Di Stefano V, Lentini F, Venza F (2000) Traditional medicine as a


source of new therapeutic agents psoriasis Fitoterapia 72:513:520

Barre De (2001) Potential of evening primrose, borage, blackcurrant, and fungal oils in human
health. Ann Nutr Metab 45:47-57

Bedi MK, Shenefelt PD (2002) Herbal Therapy in dermathology. Arch Dermatol 138:232-242

Capasso F, Borrelli F, Capasso R, Di Carto G, Izzo AA, Pinto L, MascoloN, Castaldo, Longo
R(1998) Aloe and its therapeutic use, Phytoter Res 12:5124-5127

Ernst E (2000) Adverse Effect of herbal drugs in dermatology, Br J dermatol 143:923-929


DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai