Anda di halaman 1dari 14

BUDAYA DAN PERILAKU SOSIAL 1

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah iminan dan
konseling Lintas Budaya
Dosen Pengampu : Faisal Akbar Rahmansyah M.Pd

Disusun Oleh:
Dimas Supriatna : 22130311
Rizqi Abdul Rozaq : 22130231
Nadia Nurrohmah : 22130663
Rini Nurul ‘Afifah : 22130121

BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM KH. RUHIAT CIPASUNG
SINGAPARNA TASIKMALAYA
2023M / 1444 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Cipasung, 28 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
BAB II ..................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2
A. Pengertian Budaya ,Diri dan Identitas diri ................................................... 2
BAB III.................................................................................................................... 9
TEMUAN KASUS.................................................................................................. 9
BAB IV ................................................................................................................. 10
PENUTUP ............................................................................................................. 10
A. Kesimpulan ................................................................................................ 10
B. Saran........................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
adalah makhluk sosial sehingga sebagian besar dari kehidupannya
melibatkan interaksi dengan orang lain. Budaya dapat dipertimbangkan
memiliki pengaruh pada arena sosial. Cara-cara kita berinteraksi dengan
orang lain, mempersepsi diri sendiri maupun orang lain, dan bekerja dengan
orang lain sangat dipengaruhi oleh budaya dimana kita hidup.
Markus dan Kitayama (1991) mengenalkan Social Self untuk
membedakan mereka yang mempertimbangkan diri mereka sendiri sebagai
agen yang independen sebagaimana yang biasanya ditemukan di negara-
negara barat dari mereka yang mempertimbangkan diri mereka sendiri
saling ketergantungan dengan orang lain, seperti yang ditemukan di negara-
negara kolektif.
Worchel, mengemukakan bahwa Pemantauan diri (self-monitoring)
merupakan proses dimana individu mengadakan pemantauan terhadap
pengelolaan kesan yang dilakukannya pada saat berhubungan dengan orang
lain. Dengan kata lain, self-monitoring adalah penyesuaian perilaku
seseorang terhadap norma-norma situasional atau harapan orang-orang
lain.
Studi Gudykuns ini menjembatani kesenjangan studi lain antara
tingkat interpretasi budaya dan nilai yang sebenarnya dimiliki oleh
responden tersebut. Hubungan ini memberikan pada kita kepercayaan
tambahan di dalam interpretasi kita tentang perbedaan mengenai self
concept.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Budaya ,Diri dan Identitas diri


1. Budaya
Kamus Besar Bahasa indonesia, budaya dapat diartika pikiran, akal
budidan hasil, dan dalam bahasa inggris disebut culture yang berasal dari
bahasa latin colere yaitu mengolah atau mengerjakan . sedangkanmenurut
E.B Tylor (1832-1917) budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang
meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan adat istiadat,
dan kemampuan lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai
anggota masyarakat. budaya dapat diartikan membahas pada bidang sosial
dan juga bidang individual. Bidang sosial karena budaya lahir ketika
manusia bertemu dengan manusia lainnya dan membangun kehidupan
bersama yang lebih dari sekedar pertemuan-pertemuan yang dilakukan
hanya pada waktu tertentu saja. Kehidupan bersama tersebut meliputi
aturan-aturan, nilai-nilai dan kebiasaan-kebiasaan hingga kadang sampai
pada kepercayaan-kepercayaan yang semuanya berpengaruh sekaligus
menjadi kerangka perilaku dari individu-individu yang masuk dalam
kehidupan bersama. Semua tata nilai, perilaku, dan kepercayaan yang
dimiliki sekelompok individu itulah yang disebut budaya,
Pada bidang individual, budaya diawali ketika individu-individu
bertemu untuk membangun kehidupan bersama dimana individu-individu
tersebut memiliki keunikan masingmasing dan saling memberi pengaruh.
Ketika budaya sudah terbentuk, setiap individu merupakan agen-agen
budaya yang memberi keunikan, membawa perubahan, sekaligus penyebar.
Individu-individu membawa budayanya pada setiap tempat dan situasi
kehidupannya sekaligus mengamati dan belajar budaya lain dari individu-
individu lain yang berinteraksi dengannya.
Dari sini terlihat bahwa budaya sangat mempengaruhi perilaku
individu. Dalam kehidupan sehari-hari, sering terjadi antar budaya yang
berbeda sangat mungkin secara mendasar memiliki pandangan yang

2
berbeda juga. Hal ini terjadi, kemungkinan dikarenakan adanya perbedaan
konsep diri antar masing-masing budaya. Konsep diri adalah organisasi dari
persepsi-persepsi diri. Organisasi dari bagaimana kita mengenal, menerima
dan mengenal diri kita sendiri. Suatu deskripsi tentang siapa kita, mulai dari
identitas fisik, sifat hingga prinsip.
2. Konsep Diri dan Identitas Diri
Konsep diri adalah organisasi dari persepsi diri. Organisasi di sini
dimaksudkan dengan bagaimana kita mengenal, menerima dan menilai diri
kita sendiri. Suatu deskripsi mengenai siapa kita, fisik, sifat hingga prinsip.
Mempersepsi diri adalah bagaimana seorang memberi gambaran mengenai
sesuatu (hubungannya dengan orang lain, etos kerja, atau sifat
kepribadiannya) pada dirinya. Selanjutnya label akan sesuatu dalam diri
tersebut digunakan sekaligus untuk mendeskripsikan karakter dirinya,
Asumsi tentang konsep diri ini berasal dari pemikiran individualistik barat.
Dalam masyarakat barat, diri dilihat sebagai atribut internal yang meliputi:
kebutuhan, kemampuan, motif, dan prinsip. Setiap individu membawa
atribut-atribut tersebut dan menggunakannya sebagai pemandu dalam setiap
tindakan dan pikirannya di dalam situasi sosial yang berbeda. Perasaan akan
diri ini menjadi dasar bagaimana seseorang melihat dirinya, melihat orang
lain, dan dunianya, termasuk dengan bagaimana hubungannya dengan orang
lain dan bagaimana ia memaknai suatu peristiwa. Konsep diri adalah inti
dari keberadaan (existence) dan secara naluriah tanpa disadari
mempengaruhi setiap pikiran, perasaan dan perilaku individu
tersebut.dalam konsep diri terdapat beberapa komponen diantaranya:
a) Citra Tubuh
Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik
disadari atau tidak disadari meliputi persepsi masa lalu atau sekarang
mengenai ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh.
Citra tubuh sangat dinamis karena secara konstan berubah seiring
dengan persepsi da pengalaman-pengalaman baru. Citra tubuh harus
realistis karena semakin dapat menerima dan menyukai tubuhnya

3
individu akan lebih bebas dan merasa aman dari kecemasan.
(Suliswati, dkk, 2005).
Citra tubuh adalah persepsi seseorang tentang tubuh, baik
secara internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan
dan sikap yang ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh
pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik serta
persepsi dari pandangan orang lain (Perry & Potter, 2005). Konsep
diri yang baik tentang citra tubuh adalah kemampuan seseorang
menerima bentuk tubuh yang dimiliki dengan senang hati dan penuh
rasa syukur serta selalu berusaha untuk merawat tubuh dengan baik.
b) Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia
seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar
dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan atau sejumlah
inspirasi, tujuan, nilai yang diraih. Ideal diri akan mewujudkan cita-
cita atau pengharapan diri berdasarkan norma-norma sosial di
masyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri.
Seseorang yang memiliki konsep diri yang baik tentang ideal diri
apabila dirinya mampu bertindak dan berperilaku sesuai dengan
kemampuan yang ada pada dirinya dan sesuai dengan apa yang
diinginkannya.
Pembentukan ideal diri dimulai pada masa kanak-kanak
dipengaruhi oleh orang yang penting pada dirinya yang memberikan
harapan atau tuntutan tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu
individu menginternalisasikan harapan tersebut dan akan
membentuk dasar dari ideal diri (Suliswati, dkk, 2005).
c) Harga Diri

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang


dicapai dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah
laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan
orang lain yaitu dicintai, dihormati dan dihargai. Individu akan
merasa harga dirinya tinggi bila sering mengalami keberhasilan,

4
sebaliknya individu akan merasa harga dirinya rendah bila sering
mengalami kegagalan, tidak dicintai atau diterima lingkungan. Pada
masa dewasa akhir timbul masalah harga diri karena adanya
tantangan baru sehubungan dengan pensiun, ketidakmampuan fisik,
brepisah dari anak, kehilangan pasangan dan sebagainya (Suliswati,
dkk, 2005).
d) Peran
Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan
tujuan yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi
individu didalam kelompok sosialnya. Peran memberikan sarana
untuk berperan serta dalam kehidupan sosial dan merupakan cara
untuk menguji identitas dengan memvalidasi pada orang yang berarti
(Suliswati, dkk, 2005).
e) Identitas Diri
Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat
diperoleh dari observasi dan penilaian terhadap dirinya, menyadari
individu bahwa dirinya berbeda dengan orang lain. Identitas diri
merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri sebagai suatu
kesatuan yang utuh, tidak dipengaruhi oleh pencapaian tujuan,
atribut atau jabatan serta peran. Seseorang yang memiliki perasaan
identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan
orang lain, dan tidak ada duanya. Kemandirian timbul dari perasaan
berharga, kemampuan dan penguasaan diri. Dalam identitas diri ada
otonomi yaitu mengerti dan percaya diri, respek terhadap diri,
mampu menguasai diri, mengatur diri dan menerima diri (Suliswati,
dkk, 2005). Adapun menurrut Erikson (1968) Identitas diri adalah
mengenal dan menghayati dirinya sebagai pribadi sendiri serta tidak
tenggelam dalam peran yang dimainkan, misalnya sebagai anak,
teman, pelajar, atupun teman sejawat. Identifikasi diri muncul ketika
anak muda memilih nilai dan orang tempat dia memberikan
loyalitasnya, bukan sekadar mengikuti pilihan orangtuanya. Orang
yang sedang mencari identitasnya adalah orang yang ingin

5
menentukan siapakah atau apakah yang dia inginkan pada masa
mendatang.
Erikson (1968) menjelaskan bahwa pada masa remaja akhir
identitas individu untuk pertama kalinya melaui suatu keputusan
yang tepat atas pengalaman-pengalaman langsung maupun tidak
langsung yang berarti dalam kehidupannya dan merupakan tugas-
tugas perkembangannya. Erikson menyatakan bahwa pada usia
remaja, krisis yang harus kita selesaikan berkaitan dengan pencarian
identitas diri (Schulz, 1994). Erikson (1968) mempertegas bahwa
masa remaja adalah masa krisis pencarian identitas diri (identity
crisis) yang menunjukkan bahwa pada masa ini individu dihadapkan
pada tugas perkembangan yang utama yaitu menemukan kejelasan
identitas (sense of identity), terutama yang berhubungan dengan
tugas-tugas perkembangan selama masa remaja, meliputi
penerimaan keadaan fisik, peran seks secara sosial, membentuk
hubungan baru dengan lawan jenis, kemandirian emosi dan
ekonomi, memilih pekerjaan, mengembangkan ketrampilan
intelektual, memilih tata nilai yang menuntun perilaku,
mengembangkan perilaku sosial dan mempersiapkan perkawinan
(Havinghurst, dalam Papalia, 1998).
Krisis yang dialami pada masa remaja berfungsi untuk
menetapkan suatu identitas stabil. Krisis identitas selama masa
remaja sebenarnya merupakan krisis yang paling berat dan paling
berbahaya karena penyelesaian yang gagal atau berhasil dari krisis
identitas itu mempunyai akibat jauh untuk seluruh masa depan.
Remaja berusaha untuk melepasakan diri dari mileu orangtua dengan
maksud untuk menemukan dirinya.
Erikson menamakan proses tersebut sebagai proses mencari
identitas ego (Monks, 1999). Ada dua proses yang penting berupa
eksplorasi dan komitmen dalam perkembangan identitas (Bosma,
1994). Eksplorasi yang juga dikenal dengan istilah krisis adalah
suatu aktivitas yang secara aktif dilakukan individu untuk mencari,

6
menjajaki, mempelajari, mengidentifikasi, mengevaluasi dan
menginterpretasi dengan seluruh kemampuan, akal, pikiran, dan
potensi yang dimiliki untuk memperoleh pemahaman yang baik
tentang berbagai alternatif vokasi.
Indikasi ada tidaknya eksplorasi dapat ditunjukkan melalui
kriteria-kriteria sebagai berikut (Marcia, 1993):
• Knowledgeability, yaitu sejauhmana tingkat pengetahuan
yang dimiliki individu yang ditunjukkan oleh keluasan
dan kedalaman informasi yang berhasil dihimpun tentang
berbagai alternatif pilihan studi lanjutan.
• Activity directed toward gathering information yaitu
aktivitas yang terarah untuk mengumpulkan informasi
yang menyangkut semua aktivitas yang dipandang tepat
untuk mencari dan mengumpulkan informasi yang
dibutuhkan.
• Considering alternative potential identity element yaitu
sejauhmana individu mampu mempertimbangkan
berbagai informasi yang telah dimiliki tentang berbagai
kemungkinan dan peluang dari setiap alternatif yang ada.
• Desire to make an early decision yaitu keinginan untuk
membuat keputusan secara dini yang ditunjukkan oleh
sejauhmana individu memiliki keinginan untuk
memecahkan keragu-raguan atau ketidakjelasan secepat
mungkin secara realistis dan meyakini apa yang
dipandang tepat bagi dirinya.
Komitmen adalah kesetiaan, keteguhan pendirian, prinsip, tekad
untuk melakukan berbagai kemungkinan atau alternatif yang dipilih.
Ditandai oleh faktor-faktor berikut (Marcia, 1993):
Knowledgeability yaitu merujuk kepada sejumlah infomasi yang
dimiliki dan dipahami tentang keputusan pilihan-pilihan yang telah
ditetapkan. Remaja yang memiliki komitmen mampu menunjukkan

7
pengetahuan yang mendalam, terperinci dan akurat tentang hal-hal yang
telah diputuskan.
Activity directed toward implementing the chosen identify element
yaitu aktivitas yang terarah pada implementasi elemen identitas yang telah
ditetapkan.
Emotional tone yaitu nada emosi yang merujuk kepada berbagai
perasaan yang dirasakan individu baik dalam penetapan keputusan maupun
dalam mengimplementasikan keputusan tersebut. Nada emosi terungkap
dalam bentuk keyakinan diri, stabilitas dan optimisme masa depan.
Identification with significant other yaitu identifikasi dengan orang-
orang yang dianggap penting yang ditunjukkan dengan sejauhmana remaja
mampu membedakan aspek positif dan negatif dari figur yang dianggap
ideal olehnya.
Projecting one’s personal future yaitu kemampuan memproyeksikan
dirinya ke masa depan dengan ditandai oleh kemampuan mempertautkan
rencananya dengan aspek lain dalam kehidupan masa depan yang mereka
cita-citakan.
Resistence to being swayed yaitu sejauhmana individu memiliki
ketahanan terhadap godaan-godaan yang bermaksud untuk mengalihkan
keputusan yang telah mereka tetapkan. Mereka tetap teguh pada
keputusannya, tetapi mereka bukan anti perubahan. Mereka mampu
menghargai berbagai kemungkinan perubahan, mereka mengkaitkannya
dengan kemampuan pribadi dan peluang yang ada.
Berdasarkan pendapat dari para tokoh, maka dapat disimpulkan
bahwa identitas diri adalah pengenalan dan penghayatan diri sebagai
individu yang unik sehingga tidak tenggelam dalam peran yang dimainkan.

8
BAB III
TEMUAN KASUS
a) Identitas Budaya: Bagaimana budaya memengaruhi pembentukan identitas
individu, termasuk nilai-nilai, keyakinan, dan norma-norma sosial yang
dipelajari dari budaya.
b) Perbedaan Budaya: Bagaimana perbedaan budaya dapat memengaruhi
persepsi, komunikasi, dan hubungan antar individu.
c) Konflik Budaya: Cara mengatasi konflik yang muncul akibat perbedaan
budaya dalam konteks konseling dan bimbingan.
d) Pengembangan Keterampilan Sosial: Bagaimana memahami dan
mengembangkan keterampilan sosial yang diperlukan untuk berinteraksi
secara efektif dengan individu dari berbagai budaya.
e) Pengembangan Identitas Anak Muda: Bagaimana faktor budaya
memengaruhi perkembangan identitas remaja dan pemuda.
f) Komitmen terhadap Inklusi dan Keadilan Sosial: Pentingnya komitmen
terhadap inklusi dan keadilan sosial dalam konteks bimbingan dan
konseling lintas budaya.
g) Materi bk lintas budaya tentang budaya dan perilaku sosial 1
h) Komunikasi Lintas Budaya: Cara budaya memengaruhi cara berkomunikasi
dan bagaimana pemahaman yang berbeda tentang komunikasi dapat
memengaruhi interaksi sosial.
i) Peran Gender dalam Budaya: Bagaimana peran gender terkait dengan
budaya dapat memengaruhi perilaku sosial dan ekspektasi dalam hubungan

9
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan adat istiadat, dan kemampuan lain serta
kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. budaya
dapat diartikan membahas pada bidang sosial dan juga bidang individual.
Konsep diri adalah organisasi dari persepsi diri. Organisasi di sini
dimaksudkan dengan bagaimana kita mengenal, menerima dan menilai diri kita
sendiri. Suatu deskripsi mengenai siapa kita, fisik, sifat hingga prinsip.
Mempersepsi diri adalah bagaimana seorang memberi gambaran mengenai
sesuatu (hubungannya dengan orang lain, etos kerja, atau sifat kepribadiannya)
pada dirinya. Konsep diri adalah inti dari keberadaan (existence) dan secara
naluriah tanpa disadari mempengaruhi setiap pikiran, perasaan dan perilaku
individu tersebut.dalam konsep diri terdapat beberapa komponen diantaranya:
1) Citra Tubuh
2) Ideal Diri
3) Harga Diri
4) Peran
5) Identitas Diri
B. Saran
Pada penulisan makalah kali ini diharapkan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan apabila ada kesalahan dalam penulisan
diharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun. Demikian
makalah yang dapat kami sampaikan, dengan harapan semoga bermanfaat bagi
semua pihak. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat dperlukan demi
kemaslahatan bersama, dan semoga kita bisa mengambil hikmahnya. Supaya
pembenahan dari isi dan subtansi makalah ini bisa lebih baik, dan mudah-
mudahan didalam pembuatan makalah ini bisa bermanfaat, aamiin

10
DAFTAR PUSTAKA
Psychology Mania " Pengertian Indentitas Diri " www.nsd.co.id
https://www.psychologymania.com/2012/09/pengertian-identitas-diri.html?m=1
Psychology Mania " Komponen Konsep Diri " www.nsd.co.id
https://www.psychologymania.com/2012/09/komponen-konsep-diri.html?m=1

11

Anda mungkin juga menyukai