Kelompok 2
6D
Jakarta
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari Nya kami dapat
menyelesaikan makalah “Pengaruh Budaya Terhadap Persepsi dan Kognisi”. Sholawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang
sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Kelompok kami sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi
tugas Mata Kuliah Bimbingan & Konseling Lintas Budaya. Disamping itu, kami mengucapkan
terimakasih kepada ibu Nuraini M. Pd. selaku dosen kami yang telah membantu kami selama
pembuatan makalah ini berlangsung sehingga dapat terselesaikan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat
kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat
kekurangannya.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian budaya
2. Untuk mengetahui pengertian persepsi dan kognisi
3. Untuk memahami pengaruh budaya terhadap persepsi dan kognisi
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Persepsi
Menurut Matsumoto (2008), dalam psikologi tradisional, sensasi dan persepsi adalah
tentang memahami bagaimana kita menerima stimulasi dari lingkungan dan bagaimana kita
memproses stimulus tersebut. Persepsi biasanya dimengerti sebagai bagaimana informasi
yang berasal dari organ yang tersetimulasi diproses, termasuk bagaimana informasi tersebut
diseleksi, ditata, dan ditafsirkan. Persepsi mengacu pada proses di mana informasi inderawi
diterjemahkan menjadi sesuatu yang bermakna.
Persepsi terjadi karena suatu objek menimbulkan stimulus (rangsangan) dan stimulus itu
mengenai alat indera manusia atau reseptor. Tetapi, pada suatu ketika terjadi tekanan antara
objek dan stimulus itu akan terjadi secara bersamaan. Proses stimulus mengenai alat indera
merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera akan
diteruskan oleh syaraf sensoris menuju otak (proses fisiologis). Setelah stimulus sampai di
otak, otak akan memproses sehinga individu itu akan sadar apa yang dilihat, apa yang diraba,
dan apa yang didengar (proses psikologis).
Pengaruh budaya terhadap persepsi :
A. Persepsi dan Realitas
Bahwa persepsi kita atas dunia belum tentu mewakili secara persis realitas fisik
dunia atau indera kita. Poinnya di sini adalah bahwa persepsi kita tentang dunia yang
“penuh” tidak selalu cocok dengan realitas fisik dan sensasi yang kita terima lewat
sistem penglihatan kita. Contoh masih banyak orang Indonesia menganggap bahwa kulit
orang indonesia putih, bersih namun pada kenyataannya indonesia adalah negara yang
beraenak ragam, ada orang indonesia yang mempunyai kulit sao matang. Contoh
lainnya persepsi bahwa orang Cina itu lebih pintar dibandingkan orang Indonesia
(Pribumi). Sebenarnya hal itu hanyalah persepsi kita saja karena sudah terbentuk di
lingkungan sekitar kita dan didukung dengan bukti empiris bahwa negeri Cina lebih
maju.
2.3 Kognisi
Kognisi adalah istilah umum yang mencakup seluruh proses mental yang mengubah
masukan-masukan dari indera menjadi pengetahuan (Matsumoto, 2008). Menurut Tri
Dayakisni (2008) salah satu proses dasar kognisi ialah pemberian kategori pada setiap benda
atau obyek atas dasar persamaan dan perbedaan karakternya. Menurut KBBI kognisi sebagai
kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan (termasuk kesadaran, perasaan, dan
sebagainya) atau usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri. Ada beberapa aspek
kognisi, yaitu :
A. Kategorisasi (pengelompokkan)
Persepsi memberi kita bermacam-macam pengetahuan tentang dunia sekitar
dengan divisi berbagai macam rangsangan ke dalam kategori menjadi sebuah kegiatan
kognitif untuk mengolah dan menahan. Orang berbicara dengan bahasa bahasa yang
berbeda untuk menyebutkan suatu objek tertentu yang ada di lingkungan sekitar mereka
dengan maksud pada objek yang sama. Seperti sebuah terminologi yang berbeda
terkadang memiliki peranan untuk mengasumsikan bahwa orang dari beberapa budaya
berbeda memiliki bagian kognitif dari lingkungan yang berbeda.
Setiap kelompok dengan lingkungan budaya yang berbeda memiliki bahasa yang
berbeda dengan istilah-istilah, warna, pengucapan yang berbeda-beda terhadap suatu
objek. Salah satu proses dasar kognisi adalah cara bagaimana orang melakukan
kategorisasi. Kategorisasi dilakukan umumnya atas dasar persamaan dan perbedaan
karakter dari obyek-obyek dimaksud. Selain itu fungsi dari obyek juga merupakan
deterministic utama inidari proses kategorisasi.
Misal, ketika kita melakukan kategorisasi mengenai buku. Ada bermacam-macam
buku mulai dari buku cerita, buku tulis, buku pelajaran hingga buku mewarnai untuk
anak-anak. Semuanya kita masukkan dalam kategorisasi karena kesamaan bentuknya
dari fungsinya yaitu tempat menuliskan sesuatu. Kertas tidak kita kategorisasikan ke
dalam buku karena
meskipun fungsinya bias dianggap sama namun dalam hal bentuk sangat berbeda. Buku
tersusun atas banyak lembar kertas, sedang kertas tersusun atas satu lembar
atau bias dihitung sejumlah jari tangan.
B. Memori (ingatan)
Memori ialah proses pengolahan informasi dalam kognitif yang meliputi
pengkodean, penyimpanan, pemanggilan kembali informasi-informasi tersebut. Dalam
hubungannya dalam penyimpanan dan pemanggilan kembali informasi-informasi
tersebut, memori dibedakan menjadi memori jangka pendek (short term memory) yang
jangka waktu menyimpan informasi tidak lebih dari 15-25 detik dan memori jangka
panjang (long term memory) atau memori yang menyimpan informasi relatif permanen
meskipun kadang ada kesulitan dalam memanggilnya kembali (Dayakisni, 2008).
● Locus of control
Rotter (1966) yang menyatakan bahwa setiap orang berbeda dalam bagaimana
dan seberapa besar kontrol diri mereka terhadap perilaku dan hubungan mereka dengan
orang lain serta lingkungan. Locus of control umumnya dibedakan menjadi dua
berdasarkan arahnya, yaitu internal dan eksternal. Individu dengan locus of control
eksternal melihat diri mereka sangat ditentukan oleh bagaimana lingkungan dan orang
lain melihat mereka. Sedangkan locus of control internal melihat independency yang
besar dalam kehidupan dimana hidupnya sangat ditentukan oleh dirinya sendiri.
Sebagai contoh adalah perbandingan antara masyarakat Barat (Eropa-Amerika)
dan masyarakat Timur (Asia). Orang-orang Barat cenderung melihat diri mereka dalam
kaca mata personal individual sehingga seberapa besar prestasi yang mereka raih
ditentukan oleh seberapa keras mereka bekerja dan seberapa tinggi tingkat kapasitas
mereka. Sebaliknya, orang Asia yang locus of control kepribadiannya cenderung
eksternal melihat keberhasilan mereka dipengaruhi oleh dukungan orang lain ataupun
lingkungan.
● Diri individual
Diri individual adalah diri yang fokus pada atribut internal yang sifatnya personal,
kemampuan individual, inteligensi, sifat kepribadian dan pilihan-pilihan individual. Diri
adalah terpisah dari orang lain dan lingkungan. Budaya dengan diri individual mendesain
dan mengadakan seleksi sepanjang sejarahnya untuk mendorong kemandirian sertiap
anggotanya. Keberhasilan individu adalah berkat kerja keras dari individu tersebut.
● Kolektifitas
Budaya yang menekankan nilai diri kolektif sagat khas dengan ciri perasaan akan
keterkaitan antar manusia satu sama lain. Tugas utama normative pada budaya ini adalah
bagaimana individu memenuhi dan memelihara keterikatannya dengan individu lain.
Individu diminta untuk menyesuaikan diri dengan orang lain atau kelompok dimana
mereka bergabung.
● Persepsi diri
Bond danTak-Sing (1983), dan Shwender dan Bourne (1984) menunjukkan
bagaimana perbedaan konstruk diri mempengaruhi persepsi diri. Studi ini
membandingkan kelompok Amerika dan kelompok Asia, subyek diminta menuliskan
beberapa karakteristik yang menggambarkan diri mereka sendiri. Respon yang diberikan
subyek bila dianalisa dapat dibagi kedalam dua jenis, yaitu respon abstrak atau deskripsi
sifat kepribadian seperti saya seorang yang mudah bergaul, saya orang yang ulet; dan
respon situasional seperti saya biasanya mudah bergaul dengan teman-teman dekat saya.
● Sosial explanation
Konsep diri juga menjadi semacam pola panduan bagi kognitif dalam melakukan
interpretasi terhadap perilaku orang lain. Individu dengan diri individual, yang memiliki
keyakinan bahwa setiap orang memiliki serangkaian atribut internal yang relatif stabil,
akan menganggap orang lain juga memiliki hal yang sama. Hasilnya, ketika mereka
melakukan pengamatan dan interpretasi terhadap perilaku orang lain, mereka
berkeyakinan dan mengambil kesimpulan bahwa perilaku orang lain tersebut didasari dan
didorong oleh aspek-aspek dalam atribut internalnya.
● Motivasi berprestasi
Motivasi adalah faktor yang membangkitkan dan menyediakan tenaga bagi
perilaku manusia dan organisme lainnya. motivasi manusia merupakan konsep yang
paling banyak menarik perhatian dan diteliti dalam kajian psikologi, sekaligus paling
controversial karena banyaknya definisi dan pemikiran yang dikembangkan.
● Peningkatan diri (self enhancement)
Memelihara atau meningkatkan harga diri diasumsikan akan memiliki bentuk
yang berbeda pada budaya yang cenderung interdependent. Diantara orang-orang yang
datang dari budaya interdependent, penaksiran atribut internal diri mungkin tidak terkait
dengan harga diri (self esteem) ataupun kepuasan diri (self satisfiaction). Sebaliknya,
harga diri ataupun kepuasan diri terlihat lebih terkait dengan keberhasilan memainkan
perannya dalam kelompok, memelihara harmoni, menjaga ikatan, dan saling membantu.
Bagi orang-orang dri interdependent culture, melihat diri sebagai unik atau berbeda
malah akan menjadikan ketidakseimbangan psikologis diri. Mereka akan merasa
terlempar dari kelompoknya dan kesepian sebagai manusia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setiap manusia memiliki penglihatan, pengalaman yang berbeda-beda, hal inilah yang
dinamakan persepsi. Persepsi dapat dibentuk, diubah, dan dipengaruhi oleh kebudayaan di
mana kita dibesarkan
Kategorisasi yang merupakan bagian dari proses kognisi ternyata tak berbeda antara
budaya bila terkait dengan pengalaman seperti warna, ekspresi wajah, dan bentuk-bentuk
geomeetris. Hal ini berarti, proses-proses dasar ini akan sama pada semua orang namun
kategori dapat pula menjadi berbeda ketika individu memiliki latar belakang pengalaman
kultural yang berbeda. Ketika ada perbedaan kultural yang muncul bukanlah dalam
kemampuan kognitif melainkan perbedaan dalam preferensi (pilihan) untuk menggunakan
gaya-gaya kognitif tertentu.
3.2 Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami susun. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua,
akhir kata kami menyadari bahwa makalah ini bukanlah proses akhir, tetapi merupakan
langkah awal yang masih banyak memerlukan perbaikan. Karena itu kami sangat
mengharapkan tanggapan, saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya makalah
kami yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
(patriot, 2013) (Fachrilia, 2020) (Musaddik, 2014) (Magis laia, 2016)