Anda di halaman 1dari 6

NAMA : FAJRIN TRI ASTUTI

NIRM : 220601004
KELAS : S1 KEBIDANAN (A)
MATA KULIAH : PSIKOLOGIS DALAM KEBIDANAN
DOSEN PENGAMPU : Bdn. Lisa Ardiningtyas, S.ST., M.Biomed

BERITA GANGGUAN KEJIWAAN PASCA PERSALINAN BERATNYA MENJADI


SEORANG IBU

Risiko yang dihadapi ibu hamil dan melahirkan bukan hanya kematian, seperti yang
dialami Raden Ajeng Kartini, 118 tahun lalu. Perubahan biologis dan psikologis selama
persalinan bisa memicu gangguan mental ibu, mulai dari baby blues, depresi pasca-persalinan,
hingga psikosis pasca-persalinan. Namun, kepedulian tentang kesehatan jiwa ibu melahirkan
masih rendah. Masyarakat umumnya hanya mengenal baby blues sebagai gangguan jiwa akibat
persalinan. Gangguan ini dialami 80 persen ibu melahirkan dengan gejala utama mudah sedih,
mudah tersinggung, hingga menangis tanpa sebab yang jelas. Gejala itu umumnya muncul 2-3
hari sesudah bersalin dan bisa hilang sendiri setelah dua minggu.
Jika baby blues dipicu perubahan fisiologis tubuh ibu, lanjut Nalini, penyebab depresi
pasca-persalinan lebih kompleks, gabungan dari penyebab biologis, psikologis, sosial, dan juga
lingkungan. Ibu yang memiliki riwayat depresi sebelumnya, ada anggota keluarga yang juga
depresi, atau memiliki gangguan psikiatrik lain lebih rentan mengalami depresi pasca-persalinan.
”Baby blues murni dipicu oleh masalah fisiologis, yaitu anjloknya hormon estrogen
sesudah melahirkan,” kata psikiater di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga dan Rumah
Sakit Umum Daerah dr Soetomo Surabaya, Nalini Muhdi, Sabtu (9/4/2022).
Anjloknya estrogen membuat ibu jadi sensitif berlebihan, mudah cemas, dan mudah
depresi. Kelelahan fisik dan mental, kurang tidur, hingga pola hidup yang tiba-tiba berubah
karena harus merawat bayi membuat suasana hati cepat berganti, pusing, atau sulit membangun
ikatan emosional dengan bayinya. Seiring bertambahnya estrogen dalam tubuh, baby blues akan
sembuh tanpa perlu pengobatan.
Namun, 15-20 persen ibu melahirkan akan mengembangkan depresi pasca-persalinan.
Gangguan ini membuat ibu mengalami perubahan suasana hati dan depresi yang lebih mendalam
dan sebagian besar justru tidak mengalami baby blues. Gejala itu bisa muncul hingga satu tahun
setelah persalinan meski umumnya muncul pada tiga bulan setelah melahirkan.
”Dibandingkan dengan baby blues, kesedihan yang dialami ibu yang mengalami depresi
pasca-persalinan lebih mendalam dan terus-menerus,” ujar peneliti psikologi kebidanan yang
juga dosen Program Studi Kebidanan Sekolah Vokasi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo,
Rizka Adela Fatsena, Kamis (21/4/2022).
Jika baby blues dipicu perubahan fisiologis tubuh ibu, lanjut Nalini, penyebab depresi
pasca-persalinan lebih kompleks, gabungan dari penyebab biologis, psikologis, sosial, dan juga
lingkungan. Ibu yang memiliki riwayat depresi sebelumnya, ada anggota keluarga yang juga
depresi, atau memiliki gangguan psikiatrik lain lebih rentan mengalami depresi pasca-persalinan.
Selain itu, ibu yang sedang memiliki masalah dengan perkawinannya, menghadapi
impitan ekonomi atau keuangan, hidup terpisah dengan suami dan mengasuh bayi sendiri lebih
berisiko mengalami depresi pasca-persalinan. Ibu dengan kepribadian tertutup, terisolasi secara
sosial, dan tidak memiliki dukungan suami, teman, keluarga dekat, atau tetangga juga lebih
rentan.
Stigma dan penghakiman masyarakat terhadap ibu melahirkan, khususnya ibu muda, juga
masih kuat. Ibu muda yang mencurahkan isi hatinya tentang peran barunya sebagai ibu justru
sering dianggap manja atau dibandingkan dengan nenek mereka yang lebih tangguh dalam
melahirkan, merawat bayi, sekaligus membesarkan banyak anak.
”Kapasitas mental setiap orang berbeda. Ibu pada generasi saat ini juga memiliki
tantangan dan gaya hidup yang berbeda dengan ibu pada beberapa generasi yang lalu. Setiap ibu
juga memiliki cara sendiri dalam menyikapi kehamilan dan persalinannya,” kata Rizka.
Mencurahkan isi hati atau menceritakan unek-uneknya sebagai ibu baru sebenarnya
menjadi mekanisme yang baik untuk melepaskan beban yang ditanggung. Saat bercerita, mereka
umumnya juga tak mengharap solusi atau bantuan. Namun, kuatnya stigma dan rendahnya
kepedulian sekitar membuat banyak ibu memilih memendam sendiri beban persalinan yang
dirasakan.
Depresi pasca-persalinan juga bisa dialami ayah. Menurut Nalini, kondisi itu terjadi
karena ayah terdampak dari depresi yang dialami ibu. Ayah umumnya mengkhawatirkan peran
barunya sebagai ayah, bingung merawat bayi, atau takut tidak bisa jadi ayah yang baik untuk
bayinya. Situasi makin runyam jika komunikasi suami-istri tidak berjalan baik hingga saling
menyalahkan.
Selain baby blues dan depresi pasca-persalinan, sebagian ibu akan mengalami gangguan
lebih berat, yaitu psikosis pasca-persalinan. Gejala gangguan ini umumnya muncul setelah enam
bulan persalinan. Namun, gejala itu bisa timbul akibat persalinan yang memicu
ketidakseimbangan aneka hormon atau sang ibu memang memiliki risiko gangguan jiwa berat
sejak sebelum menjadi ibu, baik berupa psikosis, bipolar, maupun skizofrenia.
Prevalensi psikosis pasca-persalinan memang kecil, rata-rata kurang dari 1 persen.
Namun, dampaknya nyata bagi kehidupan ibu, bayi, anak yang lain, suami, hingga keluarga.
Menurut Rizka, ibu yang mengalami psikosis pasca-persalinan umumnya mengalami
depresi lebih berat, disorientasi ruang dan waktu, hingga kehilangan kesadaran akan realitas serta
mengalami halusinasi dan delusi. Tak jarang, muncul pikiran serta tindakan untuk bunuh diri
atau menyakiti diri dan orang lain.
Karena itu, dalam kasus ibu membunuh anaknya, seperti kasus KU (40) yang mencoba
membunuh ketiga anaknya di Brebes, Jawa Tengah, pertengahan Maret 2022, Nalini
mengingatkan pentingnya menegakkan diagnosis, apakah itu psikosis pasca-persalinan atau
depresi pasca-persalinan dengan gejala psikosis. Terlebih jika kasusnya terjadi saat anak sudah
berumur lebih dari satu tahun.
Depresi pasca-persalinan yang ringan mungkin akan mudah disembuhkan. Tetapi, jika
ditangani tidak tepat atau dibiarkan, depresi itu bisa berkembang menjadi berat dan menjadi
pencetus munculnya gangguan jiwa berat saat mereka sedang berada dalam titik terendah
kehidupannya.

Contoh kasus “Sosok ibu jahanam yang bunuh bayi baru lahir dan disimpan di termos nasi |
Tribunnewswiki.com (13-12-2023)

Kelakuan jahanam tersebut dilakukan oleh ibu muda berinisial AVI (22).
Sosok Avi ini tega membunuh bayinya yang baru lahir dan memasukkannya ke dalam termos.

Peristiwa ini terjadi di Kalimantan Timur. Bayi yang dilahirkan di kamar mandi pada
Rabu (13/12/2023) lalu jenazah dimasukan pelaku ke termos.

AVI tega membiarkan anaknya di dalam kloset usai dilahirkan, padahal saat itu masih
bernapas. Hingga akhirnya bayi hasil hubungan di luar nikah itu meninggal dunia.

Parahnya lagi, setelah sang bayi tak bernapas, AVI malah menyimpannya di
dalam termos nasi berkapasitas 12 liter.

Dia bermaksud akan menguburkan jenazah bayi kandungnya itu keesokan harinya.
Namun aksinya ketahuan polisi hingga AVI ditangkap keesokan harinya.

Bagaimana kronologis terungkapnya kasus pembunuhan bayi dan siapa sebeneranya ayah
sang bayi?
Awal Mula Terungkapnya Kasus Pembunuhan Bayi. Kasus ini terungkap bermula saat
AVI mengalami pendarahan pasca melahirkan di kamar mandi pada pukul 22.50 Wita.
Kepada orang tuanya, awalnya AVI mengeluh sakit perut. Karena terjadi pendarahan
hebat, pihak keluarga langsung membawanya ke Rumah Sakit Dirgahayu Samarinda, Kamis
(14/12/2023) pukul 04.30 Wita.

"Saat itu pelaku masih berbohong kepada keluarga. Katanya sedang menstruasi. Namun
ketika dokter melakukan pemeriksaan, terungkap lah bahwa pelaku baru saja melahirkan,"
ungkap Kapolresta Samarinda Kombes Pol Ary Fadli dalam konferensi pers, Selasa
(19/12/2023).

Pihak dokter yang memeriksa mendapatkan kejanggalan sebab terdapat luka robekan
pada area sensitif AVI.

"Setelah diperiksa lebih detail, ditemukan ari-ari bayi yang belum keluar dari kandungan
pelaku (AVI)," ungkap Kapolresta.

Setelah dilakukan pendekatan, akhirnya AVI mengaku baru saja melahirkan bayi laki-
laki secara normal. Mendengar itu pihak keluarga pun geram. Melalui sekuriti rumah sakit,
mereka menghubungi Bhabinkamtibmas Kelurahan Jawa beserta Polsek Samarinda Seberang.

Bersama pihak kepolisian, pihak keluarga mencari keberadaan bayi tersebut.


Setelah dilakukan pencarian, bayi malang yang sudah tidak bernyawa itu ditemukan di dalam
termos nasi biru berukuran 38 atau kapasitas 30 liter air dan 12 liter nasi.

"Bayinya laki-laki. Saat ditemukan di dalam termos tubuhnya terbungkus plastik hitam,"
ungkap Kombes Pol Ary Fadli. AVI ditangkap polisi, Kamis (14/12/2023) siang atau sehari
setelah menjalani perawatan di RS Dirgahayu.

Atas perbuatannya AVI dijerat Pasal 76 Huruf C Juncto Pasal 80 Ayat 3 dan 4 Undang-
Undang RI Nomor 35 Tahun 2014 perubahan atas Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002
tengang Perlindungan Anak. "Ancaman 15 tahun penjara," tegasnya.

Lalu Kronologis Pembunuhan Bayinya, pembunuhan itu terjadi saat AVI merasakan
mules pada Rabu (13/12/2023) sekitar pukul 22.30 Wita.

Ketika itu dia tengah membaca artikel melalui ponselnya. Karena rasa mules yang tak
tertahankan, AVI langsung menuju kamar mandi dengan perlahan agar seisi rumahnya tak
terbangun.

Namun dia kaget tiba-tiba keluar bayi laki-laki dari rahimnya. AVI pun panik meski sang
bayi tidak menangis. Bayi itu terus bergerak mencari kebebasan karena bagian kepalanya berada
di dalam lubang pembuangan.

AVI kemudian mengambil tubuh mungil bayi itu lalu memasukkan kepala bayi ke dalam
gayung berisi air hingga tak lagi bergerak. Yakin jika bayinya sudah tak bernyawa, AVI lalu
mengambil kantong plastik hitam untuk membungkus dan menyembunyikannya di dalam termos
nasi.
"Niatnya mau saya kubur. Tapi karena pusing saya pergi tidur. Rencananya paginya mau kubur,"
ungkap AVI saat dijumpai di Mapolresta Samarinda.

AVI mengaku tega membunuh bayi yang baru dilahirkannya karena pacarnya tak mau
bertanggungjawab.
Saat dihadirkan dalam press release di Mapolresta Samarinda, Selasa (19/12/2023), AVI
mengaku bingung harus berbuat apa setelah sang pacar enggan bertanggungjawab atas bayi yang
dikandungnya.

Ia mengaku baru sebulan mengenal pria tersebut melalui akun media sosial.
Meski belum resmi berpacaran--karena AVI sebenarnya telah memiliki kekasih--namun dirinya
tak menolak saat diajak melakukan hubungan layaknya suami istri dengan pria tersebut.

Karena hubungan di luar nikah itu AVI pun mengandung. Dirinya sempat meminta
pertanggungjawaban dari pria tersebut namun tak mendapat respons. Sebenarnya sebelum putus
kontak, pria tersebut membujuk AVI untuk menggugurkan kandungannya.

"Dia suruh saya beli jamu. Tapi tidak memberi saya uang. Setelah itu putus kontak.
Karena saya tidak kerja, jadi coba sembunyikan (dari keluarga) saja," ungkapnya.
Untuk mengelabui keluarga, AVI menggunakan pakaian kaos dengan ukuran lebih besar dari
biasanya.

Ia pun tak pernah merasakan gejala seperti orang hamil pada umumnya.
Namun ia sering mencari artikel mengenai ciri-ciri ibu hamil yang akan segera melahirkan.
AVI selama ini tinggal di rumah bersama keluarganya di Jalan Bung Tomo,
Kecamatan Samarinda Seberang.

Namun selama 9 bulan masa kehamilan, keluarganya tidak pernah mengetahuinya.


Pasca kejadian ini AVI sangat menyesal.

"Terlebih saat mengetahui kalau orang tua mau saja menerima walaupun saya tidak ada
suami," ucapnya, lirih.
DAFTAR PUSTAKA
Mustofa, Ali., dkk 2021 "Faktor Risiko Depresi Pasca Persalinan di Negara-negara Asia
Tenggara" Vol 3 No 2 Hal. 62-67. MedicaArteriana
Verda, Kusuma., Anisa Nuraidha 2022 "STRATEGI COPING PADA IBU PASCA
PERSALINAN UNTUK MENGANTISIPASI TERJADINYA BABY BLUES" Universitas
‘Aisyiyah Yogyakarta.
Marwah., 2020 "Depresi pasca persalinan dalam perspektif gender" Fk UIN.
Parida, H., Susi, T., Sari. 2021 "PEMBERIAN PELATIHAN TENTANG TEKHNIK
MENCEGAH POST PARTUM BLUES PADA IBU PASCA PERSALINAN" Universitas Prima
Indonesia.
Nursihhah, Meliana., 2022 "DEPRESI POSTPARTUM" STIKes Khas Kempe.

Anda mungkin juga menyukai