Anda di halaman 1dari 3

Nama : Adelia Maharani

Nim :231103030046
Kelas : BKI II

Memudarnya Bahasa Baku di Ruang Kelas dan maraknya basahasa gaul.

Bahasa merupakan jendela utama bagi pelajar. Di dalam kelas


terutamanya, penggunaan bahasa baku adalah tonggak penting penghubung
anatara murid dengan guru, dan mengajarkan mereka tata cara bicara yang baik.
Namun, hari ini, kita menghadapi permasalahan serius memudarnya bahasa baku
di ruang kelas dan malah banyak menggunakan bahasa yang negatif yang tidak
pantas diucapkan oleh seorang pelajar.

Penurunan penggunaan bahasa baku di kelas bukan sekadar masalah


penampilan dalam kelas. Akan tetapi ini suatu keadaan pelajar yang krisis akan
budaya lokal yang ada negara kita yaiutu diindonesia terkenal dengan akan adat
budayanya, lambat laun tutur kata pelajar dulu penuh etika sedangkan pelajar
sekarang banyak mengikuti tran-tran barang yang gaya kekorean dan gaya eropa
bahkan ada yang meniru gaya sahrukan pamian holiwud oleh kerena itu khas
budaya lokalnya terancam hilang identitas lokalnya dan kearifan tradisional.
Bahasa baku memberikan cerminaan etika berbudaya (sejarah), nilai, dan norma-
norma masyarakat tempat ia tumbuh. Penyusutan (budar) bahasa bahasa dalam
pengucapanya dapat menciptakan hilangnya dalam pemahaman antara generasi
muda dengan tradisi yang ada diinonesia. Pentingnya bahasa baku dalam
pembelajaran tidak dapat diremehkan. Bahasa baku adalah alat yang memperkaya
pemikiran siswa atau mahasiswa, memungkinkan mereka untuk memahami
kompleksitas budaya mereka dan mempertahankan memahami anaka ragam
bahasa.

Penggunaan bahasa baku didalam kelas dapat membangun pondasi kokoh


untuk komunikasi yang santun. Bahasa baku mengajarkan tata bahasa yang benar
dan kosakata yang sesuai, memastikan bahwa pesan disampaikan dengan jelas dan
tanpa ambigu. Namun diera moderan ini ini, bahasa baku sering diabaikan demi
bahasa internasional atau bahasa yang moderen atau dikenal dengan subutan
bahasa “gaul” . Hal ini memberikan dampak negatif pada kemampuan pelajar
untuk berkomunikasi dengan baik dalam konteks lokal mereka. Penurunan
kemampuan berbahasa ini dapat menciptakan pelajar yang canggung dalam
menggunakan bahasa baku di situasi formal, mempersempit peluang mereka
dalam dunia pendidikan dan karier.

Bagaimana kita sebagai pelajar bisa menanggapi tantangan ini? Solusinya


tidak hanya terletak pada guru, tetapi melibatkan kerja sama antara guru, orang
tua, dan para pelajar. Guru harus memperkenalkan dan memperkuat pengajaran
bahasa baku di kelas. Mereka harus menciptakan suasana yang memungkinkan
pelajar untuk merasa nyaman menggunakan bahasa baku tanpa takut dicemooh
atau diabaikan. Selain itu, orang tua memiliki peran besar dalam mendorong
penggunaan bahasa baku di rumah dan memberikan pelajar kesempatan untuk
mengapresiasi kekayaan budaya dan bahasanya mereka bukan diajarkan dengan
bahasa atau bahasa asing. Teman atau pelajar juga perlu terlibat karna teman
dampaknya yang kuat. Dalam pertemana sangat evektif dan sangat berpengaru
terutama dalam penggunaan bahasa, dimana penggunaaan bahasa yang santun
dapat membiasaan ucapan merekan dalam keadaan siap atau tdk siap, dan apalagi
dalam adaacara kebudayaan lokal dapat meningkatkan kesadaran tentang
pentingnya menjaga bahasa baku. Program-program ini membantu menjembatani
kesenjangan antara bahasa baku dan bahasa sehari-hari, memberi pelajar
pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana bahasa baku bisa diterapkan
dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Dalam menghadapi budarnya bahasa baku di ruang kelas, kita harus


memahami bahwa ini bukan hanya masalah pendidikan, tetapi juga masalah
budaya dan sosial. Menghargai bahasa baku adalah melindungi identitas budaya
dan warisan nenek moyang kita. Dengan kerjasama yang baik antara guru, orang
tua, dan komunitas, kita dapat membangun lingkungan di mana bahasa baku
dihormati dan dilestarikan, menciptakan generasi yang memahami pentingnya
bahasa baku dalam merawat keberagaman dan memperkaya cinta budaya lokal.

Anda mungkin juga menyukai