Memudarnya Bahasa Baku di Ruang Kelas dan maraknya basahasa gaul.
Bahasa merupakan jendela utama bagi pelajar. Di dalam kelas
terutamanya, penggunaan bahasa baku adalah tonggak penting penghubung anatara murid dengan guru, dan mengajarkan mereka tata cara bicara yang baik. Namun, hari ini, kita menghadapi permasalahan serius memudarnya bahasa baku di ruang kelas dan malah banyak menggunakan bahasa yang negatif yang tidak pantas diucapkan oleh seorang pelajar.
Penurunan penggunaan bahasa baku di kelas bukan sekadar masalah
penampilan dalam kelas. Akan tetapi ini suatu keadaan pelajar yang krisis akan budaya lokal yang ada negara kita yaiutu diindonesia terkenal dengan akan adat budayanya, lambat laun tutur kata pelajar dulu penuh etika sedangkan pelajar sekarang banyak mengikuti tran-tran barang yang gaya kekorean dan gaya eropa bahkan ada yang meniru gaya sahrukan pamian holiwud oleh kerena itu khas budaya lokalnya terancam hilang identitas lokalnya dan kearifan tradisional. Bahasa baku memberikan cerminaan etika berbudaya (sejarah), nilai, dan norma- norma masyarakat tempat ia tumbuh. Penyusutan (budar) bahasa bahasa dalam pengucapanya dapat menciptakan hilangnya dalam pemahaman antara generasi muda dengan tradisi yang ada diinonesia. Pentingnya bahasa baku dalam pembelajaran tidak dapat diremehkan. Bahasa baku adalah alat yang memperkaya pemikiran siswa atau mahasiswa, memungkinkan mereka untuk memahami kompleksitas budaya mereka dan mempertahankan memahami anaka ragam bahasa.
Penggunaan bahasa baku didalam kelas dapat membangun pondasi kokoh
untuk komunikasi yang santun. Bahasa baku mengajarkan tata bahasa yang benar dan kosakata yang sesuai, memastikan bahwa pesan disampaikan dengan jelas dan tanpa ambigu. Namun diera moderan ini ini, bahasa baku sering diabaikan demi bahasa internasional atau bahasa yang moderen atau dikenal dengan subutan bahasa “gaul” . Hal ini memberikan dampak negatif pada kemampuan pelajar untuk berkomunikasi dengan baik dalam konteks lokal mereka. Penurunan kemampuan berbahasa ini dapat menciptakan pelajar yang canggung dalam menggunakan bahasa baku di situasi formal, mempersempit peluang mereka dalam dunia pendidikan dan karier.
Bagaimana kita sebagai pelajar bisa menanggapi tantangan ini? Solusinya
tidak hanya terletak pada guru, tetapi melibatkan kerja sama antara guru, orang tua, dan para pelajar. Guru harus memperkenalkan dan memperkuat pengajaran bahasa baku di kelas. Mereka harus menciptakan suasana yang memungkinkan pelajar untuk merasa nyaman menggunakan bahasa baku tanpa takut dicemooh atau diabaikan. Selain itu, orang tua memiliki peran besar dalam mendorong penggunaan bahasa baku di rumah dan memberikan pelajar kesempatan untuk mengapresiasi kekayaan budaya dan bahasanya mereka bukan diajarkan dengan bahasa atau bahasa asing. Teman atau pelajar juga perlu terlibat karna teman dampaknya yang kuat. Dalam pertemana sangat evektif dan sangat berpengaru terutama dalam penggunaan bahasa, dimana penggunaaan bahasa yang santun dapat membiasaan ucapan merekan dalam keadaan siap atau tdk siap, dan apalagi dalam adaacara kebudayaan lokal dapat meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga bahasa baku. Program-program ini membantu menjembatani kesenjangan antara bahasa baku dan bahasa sehari-hari, memberi pelajar pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana bahasa baku bisa diterapkan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Dalam menghadapi budarnya bahasa baku di ruang kelas, kita harus
memahami bahwa ini bukan hanya masalah pendidikan, tetapi juga masalah budaya dan sosial. Menghargai bahasa baku adalah melindungi identitas budaya dan warisan nenek moyang kita. Dengan kerjasama yang baik antara guru, orang tua, dan komunitas, kita dapat membangun lingkungan di mana bahasa baku dihormati dan dilestarikan, menciptakan generasi yang memahami pentingnya bahasa baku dalam merawat keberagaman dan memperkaya cinta budaya lokal.