Anda di halaman 1dari 8

Lex et Societatis, Vol. V/No.

7/Sep/2017

TATA CARA PERPANJANGAN DAN kendala lainnya disamping kekurangan


PEMBAHARUAN HAK GUNA BANGUNAN anggaran, alat dan tenaga serta banyaknya
BERDASARKAN PP. NOMOR 24 TAHUN 1997 bidang tanah yang tersebar di wilayah
TENTANG PENDAFTARAN TANAH1 Indonesia, kendala lain juga disebabkan karena
Oleh: Sitti Rachmi Nadya Mo’o 2 adanya disinkronisasi pada peraturan
perundang-undangan tertulis di bidang
ABSTRAK pertanahan, hal tersebut merupakan faktor
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah penyebab yang dapat menimbulkan
untuk mengetahui bagaimana pengaturan HGB ketidakpastian hukum bagi subjek hukum atas
dalam UUPA dan bagaimana mekanisme kepemilikan tanah di samping ketidakpastian
perpanjangan HGB menurut Peraturan prosedur hukum.
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
menggunakan metode penelitian yuridis 1997 tentang Pendaftaran Tanah, juga
normatif, disimpulkan: 1. Hak Guna Bangunan menentukan pada Pasal 47
(HGB) adalah salah satu hak atas tanah yang bahwa:“Pendaftaran perpanjangan jangka
berbasis pada bangunan, diberikan untuk waktu hak atas tanah dilakukan dengan
jangka waktu yang berbeda-beda dalam mencatatnya ada buku tanah dan sertifikat hak
peraturan perundang-undangan. UUPA yang bersangkutan berdasarkan keputusan
memberikan jangka waktu termasuk pejabat yang berwenang yang memberikan
perpanjangan hingga 50 (lima puluh) tahun, perpanjangan jangka waktu hak yang
sedangkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun bersangkutan.”4
2007 tentang Penanaman Modal, memberikan Perihal pendaftaran tanah, substansi
jangka waktu hingga 160 (seratus enam puluh) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
tahun, baik sejak pemberian HGB maupun tentang Pendaftaran Tanah, dapat dipahami di
perpanjangan HGB serta pembaharuannya. 2. dalam Penjelasan Umumnya, yang antara lain
Tata cara perpanjangan dan pembaharuan HGB menjelaskan bahwa,5 dalam rangka memberi
diatur dalam dua peraturan perundang- kepastian hukum kepada para pemegang hak
undangan yang berbeda substansinya yakni atas tanah dalam peraturan pemerintah ini
menurut UUPA dan menurut Undang-Undang diberikan penegasan mengenai sejauhmana
Nomor 25 Tahun 2007, yang substansinya kekuatan pembuktian yang kuat oleh UUPA.
bertentangan dalam hal pemberian hak, Untuk itu, diberikan ketentuan bahwa selama
perpanjangan hak maupun pembaharuan belum dibuktikan yang sebaliknya, data fisik
haknya. dan data yuridis yang dicantumkan dalam
Kata kunci: Tata Cara, Perpanjangan dan sertifikat harus diterima sebagai data yang
Pembaharuan, Hak Guna Bangunan, benar, baik dalam perbuatan hukum sehari-hari
Pendaftaran Tanah. maupun dalam sengketa di pengadilan,
sepanjang data tersebut sesuai dengan apa
PENDAHULUAN yang tercantum dalam surat ukur dan buku
A. Latar Belakang Masalah tanah. Dengan demikian maka makna dari
Jaminan kepastian hukum sebagai tujuan pernyataan, bahwa sertifikat merupakan alat
pendaftaran tanah adalah bagian yang hendak pembuktian yang kuat dan bahwa tujuan
dicapai melalui tata cara perpanjangan pendaftaran tanah yang diselenggarakan
dan/atau pembaharuan hak-hak atas tanah, adalah dalam rangka memberikan jaminan
khususnya HGB, mengingat dalam praktiknya kepastian hukum di bidang pertanahan,
masih ditemukan kendala, sebagaimana yang menjadi tampak dan dirasakan arti praktisnya.
dikemukakan oleh Irawan Soerodjo,3 bahwa Pendaftaran dan penerbitan hak-hak atas
tanah mendapat kekuatan hukum
pembuktiannya selama belum dibuktikan
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Telly
Sumbu, SH, MH; Jeany Anita Kermite, SH, MH
2 4
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Lihat PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
14071101565 (Pasal 47)
3 5
Irawan Soerodjo, Kepastian Hukum Hak Atas Tanah Di Lihat PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
Indonesia, Arkola, Surabaya, 2003, hal. 176 (Penjelasan Umum)

85
Lex et Societatis, Vol. V/No. 7/Sep/2017

sebaliknya sehubungan dengan perpanjangan konsep keseimbangan kepentingan yang


dan/atau pembaharuan HGB, karena didasarkan pada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945
merupakan pembuktian intrinsik. M. Natsir dan Pasal 2 UUPA.
Asnawi,6 menjelaskan bahwa kekuatan
pembuktian intrinsik adalah kekuatan B. Rumusan Masalah
pembuktian yang lahir dari alat bukti itu sendiri 1. Bagaimanakah pengaturan HGB dalam
dan/atau karena undang-undang mengaturnya UUPA?
demikian. Sebagai contoh, alat bukti autentik 2. Bagaimanakah mekanisme perpanjangan
yang memenuhi ketentuan Pasal 165 HIR/284 HGB menurut Peraturan Pemerintah
RBg dan Pasal 1868 KUH. Perdata memiliki Nomor 24 Tahun 1997?
kekuatan pembuktian sempurna dan mengikat.
Perpanjangan HGB pada dasarnya C. Metodologi Penelitian
merupakan pembaharuan HGB itu sendiri, Penelitian ini adalah penelitian hukum
dalam arti perpanjangan yang berisikan normatif. Menurut Soerjono Soekanto dan Sri
pembaharuan jangka waktunya maupun dapat Mamudji, pada penelitian hukum normatif,
terjadi pembaharuan subjek HGB karena bahan pustaka merupakan data dasar yang
peralihan HGB baik melalui jual beli maupun dalam ilmu penelitian digolongkan sebagai data
kewarisan dan lain sebagainya, sepanjang sekunder.8
jangka waktunya masih berlaku.
Patut disimak pendapat Maria S.W. PEMBAHASAN
Sumardjono,7 yang mengemukakan bahwa, A. Pengaturan HGB dalam UUPA
dalam kaitannya dengan jangka waktu HGU dan Pengaturan HGB ditemukan dalam sejumlah
HGB sesuai dengan perkembangan keadaan, peraturan pemerintah, pertama, ialah dalam
disadari ataupun tidak, telah dilakukan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
penafsiran secara ekstensif terhadap Pasal 29 tentang Pendaftaran Tanah. Kedua, dalam
dan Pasal 35 UUPA. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996
Jika semula hanya dimungkinkan untuk tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan,
memberikan perpanjangan hak, maka sekarang dan Hak Pakai Atas Tanah. Apabila Peraturan
diberikan kemungkinan untuk memohon Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
pembaharuan hak dan perpanjangannya. Pendaftaran Tanah, lebih mengatur pelbagai
Dengan alasan Penyederhanaan administrasi aspek tentang pendaftaran tanah, maka dalam
kemudian pemerintah atas permohonan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996
pemegang hak memberikan jaminan bahwa, lebih mengatur aspek-aspek yang berkaitan
HGU dan HGB tersebut akan diperpanjang bila dengan antara lainnya perpanjangan sejumlah
hanya berakhir dan masih diusahakan dengan hak, termasuk HGB.
baik sebagaimana termuat dalam Surat Pengaturan kedua peraturan pemerintah
Keputusan Pemberian Haknya, interpretasi tersebut menjadi sumber hukum dari HGB.
yang objektif adalah perpanjangan hak itu tidak Abintoro Prakoso,9 menerangkan bahwa
diberikan sekaligus ada saat pemberian peraturan perundang-undangan diprioritaskan
HGU/HGB, tetapi baru akan diberikan bila dari sumber penemuan hukum yang lain.
hanya berakhir dan memenuhi persyaratan Apabila hendak mencari hukumnya arti suatu
yang berlaku. Yang disederhanakan adalah tata kata, maka dicarilah terlebih dahulu dalam
caranya, yakni tidak perlu dilakukan pelepasan peraturan perundang-undangan.
hak setelah HGU/HGB berakhir. Perpanjangan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997
diberikan dengan membuat catatan ada tentang Pendaftaran Tanah adalah pengganti
sertifikat yang lama. Pemberian perpanjangan dari Peraturan Pemerintah nomor 10 Tahun
secara otomatis jelas bertentangan dengan 1961 tentang Pendaftaran Tanah, Adrian

6
M. Natsir Asnawi, Hukum Pembuktian Perkara Perdata
8
di Indonesia, UII Press, Yogyakarta, 2013, hal. 40-41 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum
7
Maria S.W. Sumardjono, Kebijakan Pertanahan. Antara Normatif. Suatu Tinjauan Singkat, RajaGrafindo
Regulasi dan Implementasi, Penerbit Buku Kompas, Persada, Jakarta, 2001, hal. 24
9
Jakarta, 2009, hal. 4-5 Abintoro Prakoso, Op Cit, hal. 64

86
Lex et Societatis, Vol. V/No. 7/Sep/2017

Sutedi,10 mengemukakan bahwa pendaftaran Pasal 35 UUPA tersebut diberikan


tanah dikenal dengan Recht Kadaster. Adapun penjelasannya bahwa, berlainan dengan Hak
bagi tanah-tanah yang tunduk pada Hukum Guna Usaha, maka Hak Guna Bangunan tidak
Adat, misalnya tanah yayasan, tanah gogolan, mengenai tanah pertanian. Oleh karena itu
tidak dilakukan pendaftaran tanah, kalaupun selain atas tanah yang dikuasai langsung oleh
dilakukan pendaftaran tanah, tujuannya bukan Negara dapat pula diberikan atas tanah milik
untuk memberikan kepastian hukum, akan seseorang. Penulis berpendapat bahwa
tetapi tujuannya untuk menentukan siapa yang ketentuan Pasal 35 UUPA tersebut sudah
wajib membayar pajak atas tanah dan kepada berisikan rumusan atau pengertian dari HGB itu
pembayar pajaknya diberikan tanda bukti sendiri yang menunjukkan kepemilikan
berupa milik girik atau ketuk. dan/atau penguasaan haknya yang berbeda,
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun yakni pihak yang mendirikan bangunan bukan
1997 tentang Pendaftaran Tanah, merupakan sebagai pemilik hak atas tanahnya, melainkan
penyempurnaan dari peraturan yang orang lain atau Negara.
sebelumnya berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran B. Mekanisme Perpanjangan dan
Tanah. Penyempurnaan yang diadakan meliputi Pembaharuan HGB
penegasan berbagai hal yang belum jelas dalam Pemberian HGB berasal dari Hak Milik, yang
peraturan yang lama, antara lain pengertian sudah barang tentu kedudukan Hak Milik atas
pendaftaran tanah itu sendiri, asas-asas dan Tanah yang menurut UUPA merupakan hak
tujuan penyelenggaraannya, yang disamping turun temurun, terkuat, dan terpenuhi,
untuk memberikan kepastian hukum juga merupakan perolehan HGB yang tidak melalui
dimaksudkan untuk menghimpun dan permohonan langsung atas tanah Negara
menyajikan informasi yang lengkap mengenai maupun atas tanah dengan Hak Pengelolaan,
data fisik dan data yuridis mengenai bidang berlakulah ketentuan yang diatur dalam
tanah yang bersangkutan. Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala
Prosedur pengumpulan data penguasaan Badan Pertanahan Nasional Nomor 16 Tahun
tanah juga dipertegas dan dipersingkat serta 1997 tentang Perubahan Hak Milik Menjadi Hak
disederhanakan. Guna menjamin kepastian guna Bangunan atau Hak Pakai dan Hak Guna
hukum di bidang penguasaan dan pemilikan Bangunan Menjadi Hak Pakai, yang pada Pasal
tanah faktor kepastian petak dan batas setiap 1 ayat (1) disebutkan bahwa “Dengan
bidang tanah tidak dapat diabaikan. Dalam keputusan ini:
rangka memberikan kepastian hukum kepada a. Hak Milik kepunyaan perseorangan warga
para pemegang hak atas tanah, dalam negara Indonesia atau yang dimenangkan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 oleh Badan Hukum Indonesia melalui
diberikan penegasan mengenai sejauhmana pelelangan umum, atas permohonan
kekuatan pembuktian oleh UUPA. Untuk itu pemegang hak atau pihak yang
diberikan ketentuan bahwa selama belum memperolehnya atau kuasanya diubah
dibuktikan yang sebaliknya, data fisik dan data menjadi Hak Guna Bangunan atau Hak
yuridis yang dicantumkan dalam sertifikat harus Pakai yang jangka waktunya masing-masing
diterima sebagai data yang benar, baik dalam 30 (tiga puluh) tahun dan 25 (dua puluh
perbuatan hukum sehari-hari maupun dalam lima) tahun;
sengketa di pengadilan. b. Hak Guna Bangunan atas tanah Negara
Menurut Penulis, urgensi pengaturan atau atas tanah Hak Pengelolaan
tentang pendaftaran tanah sehubungan dengan kepunyaan perseorangan warga negara
pembahasan tentang HGB, oleh karena HGB itu Indonesia atau Badan Hukum Indonesia,
sendiri menjadi objek pendaftaran tanah, atau permohonan pemegang hak atau
sebagaimana diatur dalam Pasal 9. kuasanya diubah menjadi Hak Pakai yang
(1) jangka waktunya 25 (dua puluh lima) tahun;
c. Untuk perubahan Hak Milik menjadi Hak
Guna Bangunan atau Hak Pakai
10
Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah dan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
Pendaftarannya, Sinar Grafika, Jakarta, 2013, hal. 112

87
Lex et Societatis, Vol. V/No. 7/Sep/2017

a, pemohon tidak dikenakan kewajiban pada Pasal 23 bahwa, “Untuk keperluan


membayar uang pemasukan kepada pendaftaran hak:
negara. a. Hak atas tanah harus dibuktikan dengan:
Ketentuan tersebut adalah bagian dari tata 1) Penetapan pemberian hak yang
cara atau mekanisme permohonan HGB yang bersangkutan menurut ketentuan yang
berdasarkan pada Hak Milik, yang lebih lanjut berlaku apabila pemberian hak
dalam Pasal 2 ayat-ayatnya dari Keputusan tersebut berasal dari Tanah Negara
Menteri Negara Agraria/Kepala Badan atau Tanah Hak Pengelolaan;
Pertanahan Nasional Nomor 16 Tahun 1997, 2) Asli akta PPAT yang memuat pemberian
ditentukan sebagai berikut: hak tersebut oleh pemegang Hak Milik
(1) Permohonan pendaftaran perubahan Hak kepada penerima hak yang
Milik menjadi Hak Guna Bangunan atau Hak bersangkutan apabila mengenai Hak
Pakai dan perubahan Hak Guna Bangunan Guna Bangunan dan Hak Pakai atas
menjadi Hak Pakai sebagaimana dimaksud tanah Hak Milik.
dalam Pasal 1 ayat (1) diajukan kepada b. Hak Pengelolaan dibuktikan dengan
Kepala Kantor Pertanahan setempat penetapan pemberian Hak Pengelolaan
dengan disertai : oleh pejabat yang berwenang.
1. Sertifikat Hak Milik atau Hak Guna c. Tanah wakaf dibuktikan dengan hak iktat
Bangunan yang dimohon perubahan wakaf;
haknya, atau bukti pemilikan tanah d. Pemberian Hak Tanggungan dibuktikan
yang bersangkutan dalam hal Hak Milik dengan akta pemberian Hak Tanggungan.
yang belum didaftar; Ketentuan tersebut menentukan pula
2. Kutipan Risalah Lelang yang dikeluarkan perihal Akta sebagai bukti penting yang dalam
oleh pejabat Lelang apabila hak yang rangka Akta Autentik, manfaatnya ialah :
bersangkutan dimenangkan oleh badan 1. Menentukan secara jelas hak dan
hukum dalam suatu pelelangan umum; kewajibannya;
3. Surat persetujuan dari pemegang Hak 2. Menjamin kepastian hukum;
Tanggungan apabila hak atas tanah 3. Terhindar dari terjadinya sengketa;
tersebut dibebani Hak Tanggungan; 4. Alat bukti tertulis terkuat dan terpenuhi;
4. Bukti identitas pemohon. dan
(2) Dalam hal Hak Milik yang dimohon 5. Pada hakikatnya memuat kebenaran formal
perubahan haknya belum terdaftar, maka sesuai dengan apa yang diberitahukan
permohonan pendaftaran Hak Milik kepada pihak notaris.11
tersebut dan penyelesaian pendaftaran Tentang HGB di atas tanah Hak Milik, patut
perubahan haknya dilaksanakan sesudah penulis kemukakan bahwa Pasal 23 ayat-
Hak Milik itu didaftar sesuai dengan ayatnya dari UUPA, menyatakan sebagai
ketentuan yang berlaku. berikut :
(3) Dalam hal Hak Milik yang dimohon (1) Hak Milik, demikian pula setiap peralihan,
perubahan haknya dimenangkan oleh hapusnya dan pembebanannya dengan
badan hukum melalui pelelangan umum, hak-hak lain harus didaftarkan menurut
maka permohonan pendaftaran peralihan ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam
haknya dan kedua permohonan tersebut Pasal 19.
diselesaikan terlebih dahulu dan kemudian (2) Pendaftaran termaksud dalam ayat (1)
mendaftar peralihan haknya dengan merupakan alat pembuktian yang kuat
ketentuan bahwa untuk Hak Milik yang mengenai hapusnya Hak Milik serta sahnya
terdaftar ketentuan pada ayat (2) juga peralihan dan pembebanan hak tersebut.
dilaksanakan. Ketentuan itu merujuk pula terhadap arti
Ketentuan tersebut berkaitan erat dengan pentingnya pendaftaran hak atas tanah yang
pendaftaran tanah di dalam hal mana sehubungan dengan pendaftaran hak itu
perubahan hak terkait di dalamnya serta
pembuktian hak baru yang dalam Peraturan 11
Salim HS, Teknik Pembuatan Akta Satu (Konsep
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 ditentukan Teoritis, Kewenangan Notaris, Bentuk dan Minuta Akta),
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2015, hal. 27

88
Lex et Societatis, Vol. V/No. 7/Sep/2017

ditentukan oleh Pasal 24 ayat-ayatnya dari (1) Hak guna Bangunan atas tanah Hak Milik
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996, terjadi dengan pemberian oleh pemegang
sebagai berikut: Hak Milik dengan akta yang dibuat oleh
(1) Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Milik Pejabat Pembuat Akta Tanah.
terjadi dengan pemberian oleh pemegang (2) Pemberian Hak Guna Bangunan atas tanah
Hak Milik dengan akta yang dibuat oleh Hak Milik sebagaimana dimaksud ayat (1)
Pejabat Pembuat Akta Tanah. wajib didaftarkan pada Kantor Pertanahan.
(2) Pemberian Hak Guna Bangunan atas tanah (3) Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Milik
Hak Milik sebagaimana dimaksud dalam mengikat pihak ketiga sejak didaftarkan
ayat (1) wajib didaftarkan pada Kantor sebagaimana dimaksud dalam ayat (2).
Pertanahan. (4) Ketentuan mengenai tata cara pemberian
(3) Hak Guna Bangunan atas tanah Hak milik dan pendaftaran Hak Guna Bangunan atas
mengikat pihak ketiga sejak didaftarkan tanah Hak Milik diatur lebih lanjut dengan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2). Keputusan Presiden.
(4) Ketentuan mengenai tata cara pemberian Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun
dan pendaftaran Hak Guna Bangunan atas 1996, juga mengatur lebih rinci perihal
tanah Hak Milik diatur lebih lanjut dengan perpanjangan hak khususnya HGB dan
Keputusan Presiden. pembaharuan hak khususnya pembaharuan
Terhadap ketentuan tersebut, Kartini HGB, dalam kaitannya dengan jangka waktu
Muljadi dan Gunawan Widjaja,12 menjelaskan sesuai ketentuan Pasal 25 ayat-ayatnya, sebagai
bahwa pemberian HGB di atas tanah Hak Milik berikut:
lahir pada saat dibuatnya akta pemberian HGB (1) Hak Guna Bangunan sebagaimana
tersebut oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah dimaksud dalam Pasal 22 diberikan untuk
(PPAT). Pendaftaran yang dilakukan hanya jangka waktu paling lama tiga puluh tahun
untuk mengikat pihak ketiga. dan dapat diperpanjang untuk jangka
Berkaitan dengan perpanjangan HGB serta waktu paling lama dua puluh tahun.
pembaruannya, tidak terpisahkan dari adanya (2) Sesudah jangka waktu Hak Guna Bangunan
jangka waktu yang ditentukan terhadap HGB itu dan perpanjangannya sebagaimana
sendiri yang pertama untuk jangka waktu 20 dimaksud dalam ayat (1) berakhir, kepada
(dua puluh) tahun. Perpanjangan HGB pada bekas pemegang hak dapat diberikan
dasarnya adalah perpanjangan hak, yang pembaharuan Hak Guna Bangunan di atas
sebagaimana telah penulis kemukakan tanah yang sama.
sebelumnya bahwa Pasal 1 Angka 6 Peraturan Menurut penulis, ketentuan Pasal 25 ayat
Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996, (1) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun
merumuskan bahwa ‘Perpanjangan hak adalah 1996 merupakan penjabaran lebih lanjut dari
penambahan jangka waktunya sesuatu hak ketentuan Pasal 35 UUPA yang mengatur
tanpa mengubah syarat-syarat dalam materi-materi yang sama khususnya tentang
pemberian hak tersebut.” jangka waktu dan perpanjangan HGB.
Dengan demikian, perpanjangan hak dalam Apabila ketentuan Pasal 25 tersebut
rangka perpanjangan HGB merupakan suatu berkaitan dengan Hak Milik yang menjadi objek
tata cara atau mekanisme yang ditentukan perpanjangan HGB, maka dalam Pasal 26 ayat-
untuk menambah jangka waktunya, yang ayatnya dari Peraturan Pemerintah Nomor 40
terjadi pada menjelang habisnya jangka waktu Tahun 1996 lebih berkaitan dengan HGB di atas
pertama yakni jangka waktu 30 (tiga puluh) tanah Negara. Pasal 26 ayat-ayatnya dari
tahun, untuk diperpanjang lagi menjadi 20 (dua Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996
puluh) tahun. Penambahan jangka waktu HGB menyatakan sebagai berikut:
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 (1) Hak Guna Bangunan atas tanah Negara
Tahun 1996, yang pada Pasal 24 ayat-ayatnya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22,
disebutkan sebagai berikut: atas permohonan pemegang hak dapat
diperpanjang atau diperbaharui jika
memenuhi syarat:
12
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Op Cit, hal. 199

89
Lex et Societatis, Vol. V/No. 7/Sep/2017

a. Tanahnya masih dipergunakan dengan sebelum akhirnya jangka waktu Hak Guna
baik sesuai dengan keadaan, sifat dan Bangunan tersebut atau perpanjangannya.
tujuan pemberian hak tersebut; (2) Perpanjangan atau pembaharuan Hak guna
b. Syarat-syarat pemberian hak tersebut Bangunan dicatat dalam buku tanah pada
dipenuhi dengan baik oleh pemegang Kantor Pertanahan.
hak; (3) Ketentuan mengenai tata cara permohonan
c. Pemegang hak masih memenuhi syarat perpanjangan atau pembaharuan Hak Guna
sebagai pemegang hak sebagaimana Bangunan dan persyaratannya diatur lebih
diatur dalam Pasal 19; dan lanjut dengan Keputusan Presiden.
d. Tanah tersebut masih sesuai dengan Berdasarkan pada ketentuan Pasal 27
Rencana Tata Ruang Wilayah yang Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996
bersangkutan. tersebut, permohonan perpanjangan jangka
(2) Hak Guna Bangunan atas tanah Hak waktu HGB diajukan selambat-lambatnya dua
Pengelolaan diperpanjang atau tahun sebelum berakhirnya jangka waktu HGB,
diperbaharui atas permohonan pemegang dalam arti kata pemberian jangka waktu HGB
Hak Guna Bangunan setelah mendapat untuk 30 (tiga puluh) tahun, apabila yang
persetujuan dari pemegang Hak bersangkutan masih ingin memperpanjang lagi
Pengelolaan. jangka waktunya yang kedua yakni paling lama
Ketentuan tersebut memperhatikan pula 20 (dua puluh) tahun, maka prosedur dan
ketentuan yang diatur di dalam Undang- mekanisme permohonannya harus diajukan
Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang selambat-lambatnya dua tahun sebelum jangka
Penataan Ruang, yang pada Pasal 1 Angka 9 waktu 30 (tiga puluh) tahun berakhir.
merumuskan bahwa “Pengaturan penataan Ketentuan tersebut juga mengatur
ruang adalah upaya pembentukan landasan perpanjangan dan/atau pembaharuan HGB
hukum bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah, yang dicatat dalam buku tanah yang
dan masyarakat dalam penataan ruang.”13 merupakan bagian dari pembukuan hak,
Selain itu, ketentuan Pasal tersebut sebagaimana ditentukan dalam Pasal 29 ayat-
merupakan pengaturan dalam perpanjangan ayatnya dari Peraturan Pemerintah Nomor 24
dan/atau pembaharuan HGB atas tanah Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah,
Negara, yang menentukan beberapa bahwa:
persyaratan yang harus dipenuhi, yakni: (1) Hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah
a. Tanahnya masih digunakan dengan baik wakaf dan hak milik atas satuan rumah
oleh pemegang hak; susun didaftar dengan membukukannya
b. Pemegang hak masih memenuhi syarat dalam buku tanah yang memuat data
sebagai pemegang hak sebagaimana yuridis dan data fisik bidang tanah yang
dimaksud dalam Pasal 19; dan bersangkutan, dan sepanjang ada surat
c. Tanah tersebut sesuai dengan Rencana Tata ukurnya dicatat pula pada surat ukur
Ruang Wilayah yang bersangkutan. tersebut.
Adanya beberapa persyaratan tersebut (2) Pembukuan dalam buku tanah serta
memberikan peluang dapat dikabulkan pencatatannya pada surat ukur
permohonan perpanjangan dan/atau sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pembaharuan HGB yang berasal dari tanah merupakan bukti bahwa hak yang
Negara. Lebih lanjut, Peraturan Pemerintah bersangkutan beserta pemegang haknya
Nomor 40 Tahun 1996, menentukan perihal dan bidang tanahnya yang diuraikan dalam
perpanjangan dan/atau pembaharuannya surat ukur secara hukum telah didaftar
dalam Pasal 27 ayat-ayatnya, sebagai berikut : menurut Peraturan Pemerintah ini.
(1) Permohonan perpanjangan jangka waktu (3) Pembukuan hak sebagaimana dimaksud
Hak Guna Bangunan atau pembaharuannya pada ayat (1) dilakukan berdasarkan alat
diajukan selambat-lambatnya dua tahun bukti yang dimaksud dalam Pasal 23
beserta acara pengesahan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28.
13
Lihat UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Pasal 1 Angka 9)

90
Lex et Societatis, Vol. V/No. 7/Sep/2017

Pembahasan tentang perpanjangan yang berbeda-beda dalam peraturan


dan/atau pembaharuan HGB juga terkait perundang-undangan. UUPA memberikan
dengan kepentingan investasi atau penanaman jangka waktu termasuk perpanjangan
modal sebagaimana pengaturannya dalam hingga 50 (lima puluh) tahun, sedangkan
Pasal 28 ayat-ayatnya dari Peraturan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996, bahwa : tentang Penanaman Modal, memberikan
(1) Untuk kepentingan penanaman modal, jangka waktu hingga 160 (seratus enam
permintaan perpanjangan dan puluh) tahun, baik sejak pemberian HGB
pembaharuan Hak Guna Bangunan maupun perpanjangan HGB serta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 pembaharuannya.
dapat dilakukan sekaligus dengan 2. Tata cara perpanjangan dan pembaharuan
membayar uang pemasukan yang HGB diatur dalam dua peraturan
ditentukan untuk itu pada saat pertama kali perundang-undangan yang berbeda
mengajukan permohonan Hak Guna substansinya yakni menurut UUPA dan
Bangunan. menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun
(2) Dalam hal uang pemasukan telah dibayar 2007, yang substansinya bertentangan
sekaligus sebagaimana dimaksud dalam dalam hal pemberian hak, perpanjangan
ayat (1) untuk perpanjangan atau hak maupun pembaharuan haknya.
pembaharuan Hak Guna Bangunan hanya
dikenakan biaya administrasi yang besarnya B. Saran
ditetapkan oleh Menteri setelah mendapat 1. Pembaharuan UUPA harus memperhatikan
persetujuan dari Menteri Keuangan. pengaturan dan jaminan kepastian hukum
(3) Persetujuan untuk memberikan terhadap hak-hak atas tanah, khususnya
perpanjangan atau pembaharuan Hak Guna HGB.
Bangunan sebagaimana dimaksud dalam 2. Perlu perhatian lembaga eksekutif dan
Pasal 26 ayat (1) dan perincian uang lembaga legislatif dalam pembentukan
pemasukan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan dengan
ayat (2) dicantumkan dalam keputusan memperhatikan sinkronisasi dan
pemberian Hak Guna Bangunan. harmonisasi antar peraturan perundang-
Ketentuan dalam Pasal 28 Peraturan undangan.
Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tersebut
berkaitan erat dengan ketentuan dalam DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Buku :
Penanaman Modal, yang pada Pasal 1 Angka 1 Asnawi, M. Natsir , Hukum Pembuktian Perkara
merumuskan bahwa “Penanaman Modal Perdata di Indonesia, UII Press,
adalah segala bentuk kegiatan menanam Yogyakarta, 2013.
modal, baik oleh penanam modal dalam negeri Astawa I.Gde Pantja dan Na’a Suprin, Dinamika
maupun penanam modal asing untuk Hukum dan Ilmu Perundang-Undangan
melakukan usaha di wilayah Negara Republik di Indonesia, Alumni, Bandung, 2008.
Indonesia.”14 Undang-Undang Nomor 25 Tahun Marwan M.dan Jimmy P, Kamus Hukum, Reality
2007 tentang Penanaman Modal justru Publisher, Surabaya, 2009.
memberikan jangka waktu yang lebih lama Mertokusumo Sudikno, Mengenal Hukum.
dibandingkan dengan jangka waktu HGB dalam Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta,
Pasal 35 UUPA. 2005.
_______, Teori Hukum, Penerbit Universitas
PENUTUP Atmadjaya Yogyakarta, 2011.
A. Kesimpulan Muhammad Abdul Kadir, Hukum Perdata
1. Hak Guna Bangunan (HGB) adalah salah Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung,
satu hak atas tanah yang berbasis pada 2004.
bangunan, diberikan untuk jangka waktu Muljadi Kartini dan Widjaja Gunawan, Sari
Hukum Harta Kekayaan. Hak-Hak Atas
14
Lihat UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Tanah, Kencana, Jakarta, 2012.
Modal (Pasal 1 Angka 1)

91
Lex et Societatis, Vol. V/No. 7/Sep/2017

Noor Fauzi, Tanah dan Pembangunan, Pustaka Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Sinar Harapan, Jakarta, 1997. Penanaman Modal (Lembaran Negara
Parlindungan A.P., Pendaftaran Tanah Di Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
Indonesia, Mandar Maju, Bandung, 67; Tambahan Lembaran Negara
1999. Republik Indonesia Nomor 4742).
Prakoso Abintoro, Penemuan Hukum. Sistem, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Metode, Aliran dan Prosedur Dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara
Menemukan Hukum, LaksBang Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
Pressindo, Yogyakarta, 2016. 68; Tambahan Lembaran Negara
Salim HS, Teknik Pembuatan Akta Satu (Konsep Republik Indonesia Nomor 4723);
Teoritis, Kewenangan Notaris, Bentuk Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang
dan Minuta Akta), RajaGrafindo Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
Persada, Jakarta, 2015. Untuk Kepentingan Umum (Lembaran
Santoso Urip, Pendaftaran Dan Peralihan Hak Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Atas Tanah, Kencana, Jakarta, 2014. Nomor 22; Tambahan Lembaran
Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri, Penelitian Negara Republik Indonesia Nomor
Hukum Normatif. Suatu Tinjauan 5280);
Singkat, RajaGrafindo Persada, Jakarta, Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996
2001. tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna
Soerodjo Irawan, Kepastian Hukum Hak Atas Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah
Tanah Di Indonesia, Arkola, Surabaya, (Lembaran Negara Republik Indonesia
2003. Tahun 1996 Nomor 58; Tambahan
Subekti R.dan Tjitrosudibio R., Kitab Undang- Lembaran Negara Republik Indonesia
Undang Hukum Perdata, Pradnya Nomor 3643).
Paramita, Jakarta, 2002. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, tentang Pendaftaran Tanah (Lembaran
Jakarta, 2007 Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Sumardjono Maria S.W., Kebijakan Pertanahan. Nomor 59; Tambahan Lembaran
Antara Regulasi dan Implementasi, Negara Republik Indonesia Nomor
PenerbitBuku Kompas, Jakarta, 2009. 3696).
Sutedi Adrian, Peralihan Hak Atas Tanah dan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010
Pendaftarannya, Sinar Grafika, Jakarta, tentang Jenis dan Tarif Jenis
2013. Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang
Sofwan Sri Soedewi Masjchoen, Hukum Berlaku Pada Badan Pertanahan
Bangunan. Perjanjian Pemborongan Nasional (Lembaran Negara Republik
Bangunan, Liberty, Yogyakarta, 1982. Indonesia Tahun 2010 Nomor 18;
Tambahan Lembaran Negara Republik
Peraturan Perundang-Undangan: Indonesia Nomor 5100).
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Sumber Lainnya
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang “Tanah” Dimuat pada : Wikipedia org. Diakses
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria tanggal 30 September 2017.
(Lembaran Negara Republik Indonesia “Perpanjangan”, dimuat pada : kbbi.web.id.
Tahun 1960; Tambahan Lembaran diakses tanggal 30 September 2017
Negara Republik Indonesia Nomor
2043).
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor
134; Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4247).

92

Anda mungkin juga menyukai