Anda di halaman 1dari 1

Jurnal INTEKNA, Tahun XIII, No.

1, Mei 2013 : 7 - 15

Proses laterisasi berawal dari infiltrasi air ses presipitasi (pertukaran unsur Mg dengan
hujan yang bersifat asam yang masuk ke dalam unsur Ni diantara air tanah dan mineral serpen-
zone retakan, kemudian melarutkan mineral- tin), seperti reaksi berikut :
2+ 2+
mineral yang mudah larut pada batuan dasar. Mg Si O (OH) + 3 Ni Ni Si O (OH) + 3Mg
Mineral dengan berat jenis yang tinggi akan ter- 3 2 5 4 3 2 5 5

tinggal di permukaan membentuk pengkayaan Kemudian membentuk mineral Ni-magne-


residual, sedangkan mineral yang mudah larut sium hidrosilikat yang disebut garnierite (NiMg)
akan turun ke bawah membentuk zona akumu- SiO nH O dan mengisi kekar-kekar atau retak-
3 2
lasi dengan pengkayaan supergene. an-retakan pada batuan dasar peridotit, oleh
Menurut Prijono (1985), asal mula pemben- pengayaan sekunder atau supergene, pengaya-
tukan endapan nikel laterit berasal dari batuan an zona biji silikat (bijih saprolit) akan terbentuk
peridotit yang mengalami serpentinisasi kemu- diantara zona saprolit dan batuan peridotit se-
dian terekspos ke permukaan, pada kondisi ik- gar.
lim tropis dengan musim panas dan hujan ver- Profil laterit dapat dibagi menjadi beberapa
ganti-ganti kemudian mengalami pelapukan se- zone yang dikontrol oleh tingkat kelarutan mine-
cara terus menerus yang mengakibatkan ba- ral-mineral penyusun laterit (Gambar 2.). Go-
tuan menjadi rentan terhadap proses pencucian lightly (1979) dan Elias (2003), secara umum
(leaching). Sirkulasi air permukaan yang meng- membagi profil laterit menjadi 4 zonasi, yaitu:
absorpsi CO dari atmosfir mempercepat proses 1. Zone Limonite Overburden (LO)
2
pelapukan dan pencucian menjadi lebih intensif. 2. Zone Medium Grade Limonite (MGL)
3. Zone Saprolite
4. Zone Bedrock

3. METODE PENELITIAN

Metode Geostatistik
Saat ini dikenal dua cara dalam mengana-
lisa karasteristik cebakan mineral secara sta-
tistik, yaitu statistik klasik dan statistik spasial.
Penggunaan statistik klasik untuk menyatakan
sifat suatu nilai conto mengambil asumsi bahwa
nilai conto merupakan realisasi peubah acak,
komposisi conto secara relatif diabaikan dan
diasumsikan bahwa semua nilai conto di dalam
cebakan mineral mempunyai kemungkinan sa-
ma untuk dipilih. Hadirnya kecenderungan-ke-
cenderungan, zona pengkayaan dan pay shoot
pada mineralisasi akan diabaikan. Kenyataan
pada ilmu kebumian menunjukan bahwa dua
contoh yang diambil saling berdekatan seharus-
nya mempunyai nilai yang mirip jika dibanding-
kan conto lain yang berjauhan.
Pada statistik spasial, nilai contoh merupa-
kan realisasi fungsi acak. Nilai contoh merupa-
kan suatu fungsi dari posisinya dalam cebakan,
dan posisi relatif conto dimasukan dalam per-
Gambar 2. : Profil endapan nikel laterit (Elias, timbangan. Kesamaan nilai-nilai conto yang
1979) merupakan fungsi jarak conto serta yang saling
berhubungan ini merupakan dasar teori statistik
Alkali tanah, Mg dan Ca berubah menjadi spasial.
bikarbonat oleh air permukaan yang asam, se- Untuk mengetahui sejauh mana hubungan
mentara silika (SiO ) akan larut dan tertransport spasial antara titik-titik di dalam cebakan, maka
2
sebagai larutan koloid, karena mengalami per- harus diketahui fungsi strukturalnya yang dicer-
pindahan oleh alkali tanah dan silika, logam- minkan oleh model semivariogram. Menetapkan
logam primer yang terdapat pada batuan pe- model semivariogram merupakan langkah awal
ridotit seperti Fe, Al, Cr, Ni, dan Co larut dan dalam perhitungan geostatistik, disusul dengan
mengalami pengayaan in situ, zona ini dina- perhitungan varians estimasi, varians dispersi
makan zona limonit. Dalam proses laterisasi, dan varians kriging (Darijanto, 1999).
pelapukan lebih lanjut, Ni akan larut dan ter- Semivariogram menggambarkan selisih ra-
bawa oleh air tanah kemudian mengalami pro- ta-rata antara harga titik percontoh yang ter-

Anda mungkin juga menyukai