Anda di halaman 1dari 25

PERPAJAKAN BREVET A&B + E-SPT

PENGENALAN LAPORAN KEUANGAN

PPA FEB UI
Hak Cipta © 2022 PPA FEB UI

PPA SALEMBA
Gedung PPA UI
Universitas Indonesia
Jl. Salemba Raya No. 4
Jakarta Pusat 10430
Telp : 021-391-7279
Fax : 021-390-8967

PPA DEPOK
Gedung Departemen Akuntansi Lt. 1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Indonesia
Depok 16424
Telp : 021-78886407
Fax : 021-78849169

UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA


1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang

PPA FEB UI
Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta yang meliputi
penerjemahan dan pengadaptasian Ciptaan untuk Penggunaan Secara Komersial
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp500.000.000,00 (limat ratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang
Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta yang meliputi penerbitan,
penggandaan dalam segala bentuknya, dan pendistribusian Ciptaan untuk
Pengguanaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4
(empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
3. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada poin kedua di atas
yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00
(empat miliar rupiah).

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii


PENGENALAN LAPORAN KEUANGAN ............................................................................................. 1
BAB 1 PENGERTIAN LAPORAN KEUANGAN .................................................................................... 1
BAB 2 MANFAAT LAPORAN KEUANGAN ........................................................................................ 2
INTERNAL ........................................................................................................................................... 2
EKSTERNAL......................................................................................................................................... 2
BAB 3 JENIS-JENIS LAPORAN KEUANGAN ....................................................................................... 3
BAB 4 FORMAT STANDAR LAPORAN LABA RUGI DAN NERACA ....................................................... 4
BAB 5 LAPORAN KEUANGAN UNTUK KEPENTINGAN PERPAJAKAN ................................................. 6
LAPORAN LABA RUGI ......................................................................................................................... 6
LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) .......................................................................................... 12
BAB 6 SIKLUS AKUNTANSI ........................................................................................................... 19

PPA FEB UI

ii
PENGENALAN LAPORAN KEUANGAN

BAB 1
PENGERTIAN LAPORAN KEUANGAN

Meski tidak memberikan definisi laporan keuangan, Kieso dalam Financial Accounting and
Accounting Standards (2011), menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan sarana
utama yang digunakan perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangannya kepada
pihak eksternal. Martani dalam Mini Economica pada Media Komunikasi Ilmu Ekonomi
(2011), menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan informasi yang menggambarkan
posisi keuangan pada satu waktu tertentu dan kinerja suatu entitas pada suatu periode.
Sementara menurut SAK, laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi
keuangan dan kinerja keuangan. Informasi tentang posisi keuangan, meliputi: aset,
kewajiban, dan ekuitas. Sementara informasi tentang kinerja keuangan, meliputi:
pendapatan, beban, untung, dan rugi.

PPA FEB UI

1
BAB 2
MANFAAT LAPORAN KEUANGAN

Tujuan penyusunan laporan keuangan menurut PSAK 1 adalah untuk memberikan informasi
mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi
sebagian besar pengguna laporan keuangan dalam membuat keputusan ekonomik (SAK,
2018). Laporan keuangan merupakan tools yang dapat dimanfaatkan baik oleh pihak internal
maupun eksternal suatu entitas usaha.

INTERNAL
Pihak internal memanfaatkan informasi pada laporan keuangan untuk mengetahui kondisi
ekonomik pada suatu periode laporan keuangan dengan menjadikannya sebagai salah satu
pertimbangan dalam pembuatan kebijakan perusahaan. Termasuk dalam kelompok internal
adalah pemegang saham, direksi, komisaris, dan karyawan.

EKSTERNAL
Pihak eksternal memanfaatkan laporan keuangan sebagai dasar pertimbangan dalam
menjalin hubungan kerjasama ataupun kepentingan-kepentingan lainnya dengan entitas

PPA FEB UI
yang menyusun laporan keuangan. Termasuk dalam kelompok eksternal adalah kreditur,
pelanggan, instansi pemerintah (termasuk Ditjen Pajak), dan para pemangku kepentingan
(stakeholders) lainnya.

2
BAB 3
JENIS-JENIS LAPORAN KEUANGAN

Berdasarkan paragraf sembilan PSAK 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan, laporan


keuangan lengkap terdiri dari:
A. Laporan Posisi Keuangan pada akhir periode
B. Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain selama periode
C. Laporan Perubahan Ekuitas selama periode
D. Laporan Arus Kas selama periode
E. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK)
F. Informasi Komparatif, dan
G. Laporan Posisi Keuangan pada awal periode terdekat sebelumnya ketika entitas
menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian
kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi Kembali pos-pos
dalam laporan posisi keuangannya.

Jenis laporan keuangan lengkap sebagaimana di atas didasarkan pada SAK Umum, yang
diperuntukkan bagi entitas atau perusahaan dengan akuntabilitas publik signifikan.

PPA FEB UI
Sementara bagi entitas tanpa akuntabilitas publik, menurut SAK ETAP (2009, par 3.12),
laporan keuangan lengkap terdiri dari:
A. Neraca
B. Laporan Laba Rugi
C. Laporan Perubahan Ekuitas
D. Laporan Arus Kas
E. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK)

3
BAB 4
FORMAT STANDAR LAPORAN LABA RUGI DAN NERACA

Untuk menciptakan keseragaman pemahaman bagi penggunanya, penyusunan laporan


keuangan harus didasarkan pada suatu standar-standar tertentu yang telah ditetapkan. Di
Indonesia standar penyusunan laporan keuangan mengacu pada Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) yang disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan
Indonesia (DSAK IAI).

Dikutip dari laman website IAI (diolah), Standar Akuntansi Keuangan terdiri dari 4 (empat),
yaitu:
A. Standar Akuntansi Keuangan Umum (SAK Umum)
SAK Umum adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi
Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) yang diterbitkan oleh DSAK IAI bagi entitas atau
perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik signifikan, misalnya: perusahaan yang
sudah go public (sahamnya diperdagangkan di bursa), Bank, Asuransi, BUMN, dan Dana
Pensiun. Saat ini, SAK Umum telah mengadopsi dengan penyesuaian seperlunya
(konvergensi), International Financial Reporting Standars (IFRS).

PPA FEB UI
B. Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK Syariah)
Standar Akuntansi Syariah (SAS) adalah PSAK yang ditujukan untuk entitas yang
melakukan transaksi syariah baik entitas lembaga syariah maupun lembaga non syariah.
Penyusunan SAS mengikuti model SAK umum, namun berbasis syariah dengan mengacu
kepada fatwa MUI. SAS dapat dijumpai pada PSAK 100 sampai dengan PSAK 112 yang
mencakup kerangka konseptual, penyajian laporan keuangan syariah, akuntansi
murabahah, musyarakah, mudharabah, salam, dan istishna.
C. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)
SAK ETAP adalah PSAK yang diterbitkan bagi entitas atau perusahaan yang tidak
memiliki akuntabilitas publik signifikan, seperti Perusahaan Perseorangan, Firma,
Perseroan Komanditer (CV), Perseroan Terbatas (PT) yang belum dan tidak sedang
proses go public, dan tidak menghimpun dana masyarakat secara signifikan. SAK ETAP
merupakan SAK yang berdiri sendiri dan tidak mengacu pada SAK Umum dengan tujuan
menciptakan fleksibilitas dalam penerapannya.
D. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM)
SAK EMKM disusun untuk memenuhi kebutuhan pelaporan keuangan entitas mikro,
kecil, dan menengah. SAK EMKM ditujukan untuk digunakan oleh entitas atau
perusahaan yang tidak atau belum mampu memenuhi persyaratan akuntansi yang
diatur dalam SAK ETAP.
Batasan entitas atau perusahaan yang termasuk dalam kualifikasi EMKM dapat mengacu
pada Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
SAK EMKM berlaku efektif tanggal 1 Januari 2018.

4
Selain itu, berdasarkan literatur (KDPPLK dan SAK ETAP 2009), suatu laporan keuangan
hendaknya memenuhi empat karakteristik kualitatif sebagai berikut (Slamet dan Bogat,
diolah):
1. dapat dipahami (understandable). Informasi keuangan yang dapat dipahami adalah
informasi yang disajikan dalam bentuk bahasa teknis yang sesuai dengan tingkat
pemahaman penggunanya. Dalam konteks ini, para pihak pengguna sendiri dituntut
memiliki tingkat pengetahuan tertentu mengenai akuntansi dan informasi keuangan
yang dikandungnya. Dengan demikian, definisi dapat dipahami ini bukan berarti harus
dapat dimengerti oleh setiap orang.
2. relevan (relevant). Informasi keuangan harus berpautan dengan tujuan
pemanfaatannya. Informasi yang tidak berpautan dengan pemanfaatannya tidaklah
relevan dan tidak ada gunanya. Berhubung laporan keuangan disusun untuk memenuhi
kepentingan pihak-pihak yang memiliki rupa-rupa tujuan, upaya penyajian informasi
yang relevan hendaknya lebih difokuskan kepentingan umum pengguna.
3. andal (reliable). Informasi yang andal adalah informasi yang dapat dipercaya, karena
bebas dari potensi salah saji terutama salah saji material.
4. dapat diperbandingkan (comparable). Informasi akuntansi harus dapat

PPA FEB UI
diperbandaingkan dengan informasi akuntansi periode sebelumnya pada perusahaan
yang sama atau dengan perusahaan sejenis lainnya pada periode waktu yang sama. Agar
dapat diperbandingkan, laporan keuangan harus:
a. laporan keuangan disajikan dalam format yang sama;
b. isi laporan keuangan adalah identik;
c. kebijakan akuntansi yang dianut tidak berubah. Jika terjadi perubahan, harus sesuai
dengan menakisme sebagaimana diatur dalam SAK;
d. dalam hal terjadi perubahan yang bersifat mendasar, harus diungkapkan dalam laporan
keuangan.

5
BAB 5
LAPORAN KEUANGAN UNTUK KEPENTINGAN PERPAJAKAN

LAPORAN LABA RUGI


A. Pengertian Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan hasil usaha
perusahaan dalam rentang waktu atau periode tertentu. Dari laporan laba rugi, dapat
diukur tingkat keuntungan atau kerugian dari operasi normal perusahaan selama periode
waktu tertentu. Dalam laporan laba rugi terkandung dua elemen utama, yakni
penghasilan (income) dan beban (expense). Penentuan laba atau rugi periodik dilakukan
dengan men-selisihkan antara penghasilan dengan beban pada periode yang yang sama.
Saldo positif (+) atas penghasilan dikurangi beban merupakan laba. Sementara saldo
negatif (-) atau penghasilan dikurangi beban merupakan rugi.

B. Akun-Akun Laporan Laba Rugi


Secara garis besar, laporan laba rugi terdiri dari dua elemen utama, yakni penghasilan dan
beban. Penghasilan meliputi pendapatan (revenue) dan keuntungan (gain), sementara

PPA FEB UI
beban meliputi beban itu sendiri dan kerugian (loss). Berikut adalah pengertian atau
definisi dari kedua elemen utama laporan keuangan beserta akun-akun di dalamnya
menurut SAK ETAP (diolah):
1. Penghasilan (income): adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode pelaporan
dalam bentuk arus masuk atau peningkatan aset, atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal
dan pinjaman. Penghasilan meliputi pendapatan (revenue) dan keuntungan (gain).
2. Pendapatan (revenue): adalah penghasilan yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas
entitas yang biasa dikenal dengan sebutan penjualan, imbalan, bunga, dividen,
royalti, dan sewa.
Contoh-1: Asgar Barbershop menerima uang kas (tunai) dari pelanggan senilai
Rp50.000 atas pangkas rambut yang telah dilakukan. kenaikan kas yang diterima dari
penyerahan jasa kepada pelanggan ini merupakan pendapatan. Kenaikan kas ini
bukanlah dari pemilik, melainkan dari pelanggan.
Contoh-2: apabila Asgar Barbershop menerima uang muka dari pelanggan untuk
dipangkas rambutnya sepekan kemudian, maka timbul kewajiban bagi Asgar
Barbershop untuk menyerahkan jasa pangkas rambut. Jika sepekan kemudian Asgar
Barbershop memangkas rambut si pelanggan dimaksud, maka turun atau lunaslah
kewajibannya. Turunnya kewajiban sebagai akibat penyerahan jasa pangkas rambut
kepada pelanggan tersebut merupakan pendapatan.
Dalam praktik, seringkali suatu entitas atau perusahaan juga menerima atau
memperoleh pendapatan dari selain kegiatan usaha utama, misalnya pendapatan

6
bunga bank, pendapatan sewa, dividen, jasa giro, dan lain sebagainya. Pendapatan-
pendapatan semacam ini digolongkan sebagai pendapatan luar usaha atau
pendapatan lain-lain.
3. Keuntungan (gain): mencerminkan pos lainnya yang memenuhi definisi penghasilan
namun bukan pendapatan (di luar kegiatan usaha perusahaan). Sebagai contoh:
penjualan truck bekas oleh PT Maju Jaya (toko bahan material) dengan nilai diatas
nilai buku, merupakan suatu keuntungan. Keuntungan berupa selisih lebih antara
harga jual dengan nilai buku truck bekas ini disajikan secara terpisah dari
pendapatan. Kondisi berbeda berlaku jika PT Maju Jaya merupakan perusahaan
perdagangan atau jual-beli mobil truck, dimana atas truck masuk dalam kualifikasi
dan dicatat sebagai pendapatan.
4. Beban (expense): adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode
pelaporan dalam bentuk arus keluar atau penurunan aset, atau terjadinya kewajiban
yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak terkait distribusi kepada penanam
modal.
Contoh-1: dengan menggunakan case pada Asgar Barbershop di atas, dalam hal Asgar
Barbershop melakukan pembayaran gaji kapster (pemangkas rambut) senilai
Rp30.000, maka penurunan kas tersebut merupakan beban.

PPA FEB UI
Contoh-2: apabila Asgar Barbershop melakukan pembayaran upah kepada para
kapster seminggu sekali (upah dibayar di belakang), berarti timbul kewajiban bagi
Asgar Barbershop karena telah menerima jasa kapster tetapi belum membayarnya.
Bertambahnya kewajiban ini juga termasuk dalam kualifikasi beban.
5. Kerugian (loss): mencerminkan pos lainnya yang memenuhi definisi beban yang
timbul di luar pelaksanaan aktivitas (di luar kegiatan usaha perusahaan). Sebagai
contoh, pada case PT Maju Jaya yang menjual truck bekas di atas, apabila harga jual
truck dibawah nilai bukunya, maka yang terjadi adalah timbulnya kerugian (loss).
6. Laba atau Rugi: merupakan hasil pengurangan antara total penghasilan dikurangi
total beban. Hasil positif (+) menunjukkan bahwa perusahaan membukukan laba.
Sebaliknya, hasil negatif (-) menunjukkan bahwa perusahaan membukukan rugi.

C. Format Standar Laporan Laba Rugi (Komersial)


Format laporan laba rugi ditentukan oleh jenis kegiatan usaha dari perusahaan, yang secara
umum dapat dikelompokkan menjadi tiga bidang, yaitu bidang jasa, bidang perdagangan,
dan bidang industri atau manufaktur. Masing-masing jenis usaha tersebut memiliki format
laporan laba rugi yang berbeda. Berikut adalah contoh format laporan laba rugi berdasarkan
jenis atau bidang kegiatan usaha:
1. Bidang Jasa
Format laporan laba rugi pada perusahaan yang bergerak di bidang jasa (perusahaan
jasa) merupakan format paling sederhana dibanding perusahaan dagang dan
manufaktur. Penghasilan diperoleh dari penyerahan jasa yang dalam lazim disajikan

7
dengan akun pendapatan (bukan penjualan). Beban usaha dikelompokkan menjadi
beban langsung dan beban tidak langsung. Pada perusahaan jasa, tidak dikenal adanya
beban pokok penjualan atau harga pokok penjualan (HPP), karena perusahaan tidak
melakukan penjualan barang. Berikut adalah contoh format laporan laba rugi untuk
perusahaan jasa.

PT Panorama Indah
Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2020
A Pendapatan 6,500,000,000

B Beban Langsung: 3,700,000,000


upah Langsung 750,000,000
pemakaian perlengkapan 2,800,000,000
beban langsung lainnya 150,000,000

C Laba Bruto Usaha (A-B) 2,800,000,000

D Beban Tidak Langsung: 2,420,000,000

gaji dan tunjangan pegawai 1,600,000,000

PPA FEB UI
listrik, air, telepon dan internet 60,000,000

iklan dan promosi 260,000,000

bunga bank 150,000,000

sewa kantor 250,000,000

penyusutan kendaraan 25,000,000

pajak dan retribusi daerah 15,000,000


biaya tidak laingsung lainnya 60,000,000

E Laba Neto Usaha (C-D) 2,800,000,000

2. Bidang Perdagangan
Pada perusahaan yang bergerak dibidang perdagangan (perusahaan dagang),
penghasilan utama perusahaan berasal dari penjualan barang dagangan yang lazim
disajikan dengan akun penjualan. Berbeda dengan perusahaan jasa, pada perusahaan
dagang beban dibedakan menjadi beban pokok penjualan atau harga pokok penjualan
(HPP) dan beban operasional. Beban pokok penjualan merupakan representasi harga
pokok (cost) atas barang yang dijual, sehingga selisih lebih atas penjualan dikurangi
beban pokok penjualan merupakan laba kotor (gross margin). Berikut adalah contoh
format laporan laba rugi untuk perusahaan dagang.

8
PT Begitu Indah
Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2020
A Penjualan 15,800,000,000

B Beban Pokok Penjualan (HPP): 10,000,000,000

Persediaan Awal 4,100,000,000


Pembelian (+) 11,500,000,000

Persediaan Siap Dijual 15,600,000,000


Persediaan Akhir (-) 5,600,000,000

C Laba Bruto Usaha (A-B) 5,800,000,000

D Beban Umum dan Administrasi: 5,215,000,000

gaji dan tunjangan pegawai 2,800,000,000


pengiriman barang 800,000,000
iklan dan promosi 300,000,000
listrik, air, telepon dan internet 400,000,000
bunga pinjaman 200,000,000
sewa gudang 300,000,000

PPA FEB UI
penyusutan gedung kantor 35,000,000
pemeliharaan kendaraan 120,000,000
pajak dan retribusi daerah 30,000,000
biaya tidak laingsung lainnya 230,000,000

E Laba Neto Usaha (C-D) 585,000,000

3. Bidang Manufaktur
Berbeda dengan perusahaan dagang yang membeli barang jadi dari suplier kemudian
menjualnya kepada konsumen dengan tanpa melakukan kegiatan pengolahan lebih
lanjut, pada perusahaan menufaktur barang yang dijual merupakan barang hasil
pengolahan (manufacturing) terlebih dahulu oleh perusahaan. Jika pada perusahaan
dagang pembelian dilakukan atas barang jadi, pada perusahaan manufaktur pembelian
dilakukan atas bahan baku dan bahan pembantu. Oleh karenanya, pada perusahaan
manufaktur variabel dalam beban pokok penjualan terkandung beban pokok produksi
atau harga pokok produksi (sebagai ‘pengganti’ dari akun pembelian pada perusahaan
dagang). Berikut adalah contoh format laporan laba rugi untuk perusahaan manufaktur.

9
PT Indah Namanya
Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2020
A Penjualan 80,000,000,000

B Beban Pokok Penjualan (HPP): 66,100,000,000


Persediaan Barang Jadi (awal tahun) 7,600,000,000
Beban Pokok Produksi:
Persediaan bahan baku (awal tahun) 6,200,000,000
Pembelian bahan baku (+) 60,000,000,000

Bahan baku Tersedia u produksi 66,200,000,000


Persediaan bahan baku (akhir tahun) (-) 5,300,000,000

Bahan baku Digunakan u produksi 60,900,000,000


Tenaga kerja langsung 3,600,000,000
Overhead pabrik lainnya 1,200,000,000

Beban Pokok Produksi (Barang Jadi) (+) 65,700,000,000


Barang Jadi Siap Dijual 73,300,000,000
Persediaan Barang Jadi (akhir tahun) (-) 7,200,000,000

C Laba Bruto Usaha (A-B) 13,900,000,000

D Beban Umum dan Administrasi: 11,820,000,000


gaji dan tunjangan pegawai 5,200,000,000

PPA FEB UI
pengiriman barang 2,400,000,000
iklan dan promosi 1,600,000,000
listrik, air, telepon dan internet 700,000,000
bunga pinjaman 250,000,000
sewa kendaraan 500,000,000
penyusutan gedung kantor 200,000,000
pemeliharaan kendaraan 120,000,000
pajak dan retribusi daerah 150,000,000
biaya tidak laingsung lainnya 700,000,000

E Laba Neto Usaha (C-D) 2,080,000,000

D. Format Standar Laporan Laba Rugi (Fiskal)


Berdasarkan Pasal 28 Undang-Undang KUP, setiap Wajib Pajak Orang Pribadi dengan
kualifikasi tertentu dan Wajib Pajak Badan wajib menyelenggarakan Pembukuan.
Menurut Pasal 1 angka 29 UU KUP, Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang
dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang
meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan
dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan
berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut. Dengan
terminologi sederhana, catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan
biaya, serta penjualan dan pembelian merupakan representasi dari dua jenis laporan
keuangan, yakni: laporan laba rugi dan laporan posisi keuangan atau neraca.
Pembukuan yang diselenggarakan oleh Wajib Pajak harus mengikuti prinsip-prinsip
akuntansi berterima umum (PABU), yang dalam konteks di Indonesia adalah SAK.

10
Selanjutnya, atas laporan keuangan yang disajikan berdasarkan SAK tersebut dilakukan
koreksi fiskal, yakni proses rekonsiliasi atau penyesuaian dengan mendasarkan
ketentuan perpajakan. Prof Gunadi, mengutip Organization for Economic Cooperation
and Development (OECD), praktik penyusunan laporan keuangan fiskal yang merupakan
solusi antara ketentuan akuntansi dan ketentuan pajak, dapat dilakukan melalui tiga
pendekatan (Waluyo, 2009):
1. Pendekatan pertama: Ketentuan pajak secara dominan mewarnai praktik akuntansi.
Dalam pendekatan ini, laporan keuangan walopun disusun berdasarkan prinsip
akuntansi, sangat diwarnai oleh ketentuan perpajakan. Wajib Pajak harus
menyelenggarakan pembukuan sesuai dengan ketentuan perpajakan tanpa
kelonggaran terhadap ketidaksamaan prinsip akuntansi dan ketentuan perpajakan.
Pada pendekatan ini terlihat adanya dua perangkat pembukuan, yakni untuk
kepentingan komersial dan kepentingan fiskal. Dengan melihat sisi-sisi
kepentingannya, pembukuan ganda (arti terbatas) bukanlah bentuk kecurangan,
karena keduanya telah disusun berdasarkan standar atau norma yang berlaku pada
masing-masing akuntansi.
2. Pendekatan Kedua: Wajib Pajak bebas menyelenggarakan pembukuannya dengan
dasar prinsip dan metode akuntansinya. Laporan keuangan fiskal disusun terpisah di

PPA FEB UI
luar proses pembukuan, yaang sering disebut sebagai extra comptable. Laporan
keuangan disusun melalui proses rekonsiliasi antara akuntansi komersial dan
akuntansi fiskal, sehingga laporan yang dihasilkan dari extra comptable tersebt
fungsinya hanya sebagai tambahan laporan keuangan komersial.
3. Pendekatan Ketiga: Ketentuan perpajakan sebagai sisipan Standar Akuntansi
Keuangan atau pendekatan dengan prinsip common basis. Laporan keuangan
disusun mengikuti Standar Akuntansi Keuangan, tetapi apabila terdapat aturan lain
dalam akuntansi komersial, maka preferensi diberikan pada ketentuan perpajakan.

Dalam praktik, umumnya perusahaan di Indonesia menyusun laporan keuangan fiscal


melalui proses rekonsiliasi fiskal atas laporan keuangan komersial yang telah disusun
sebelumnya (extra comptable). Berikut adalah contoh format standar laporan keuangan
fiskal (rekonsiliasi fiskal).

11
PT Senyum Indah
Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2020
Koreksi Fiskal
Deskripsi Komersial Fiskal
Positif* Negatif**
Penjualan
Harga Pokok Penjualan (HPP)
Persediaan Awal
Pembelian
Barang Tersedia untuk Dijual
Persediaan Akhir
HPP
Laba Kotor
Beban Operasional:
gaji dan tunjangan
listrik, telepon dan internet
perjalanan dinas

PPA FEB UI
iklan dan promosi
bunga pinjaman
sewa gudang
perawatan mesin
penyusutan gedung kantor
penyusutan kendaraan
pajak dan retribusi
beban lain-lain
Total Beban Operasional
Laba Neto usaha
*koreksi positif adalah koreksi yang menyebabkan penambahan penghasilan kena pajak
**koreksi negatif adalah koreksi yang menyebabkan penurunan penghasilan kena pajak.

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA)


A. Pengertian Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan yang
meliputi aset, kewajiban, dan ekuitas pada suatu tanggal tertentu. Berbeda dengan
laporan laba rugi yang menyajikan kinerja keuangan perusahaan untuk periode atau
rentang waktu tertentu (misalnya: Tahun 2020, untuk tahun yang berakhir 31 Desember
2020), neraca menyajikan posisi keuangan pada suatu tanggal atau per tanggal tertentu
(misal: per 31 Desember 2020). Neraca disebut juga laporan posisi keuangan. Sejak
perubahan PSAK 1 tentang Penyusunan Laporan Keuangan tahun 2009 sampai dengan

12
sekarang, bagi entitas yang penyusunan laporan keuangannya menggunakan SAK Umum,
istilah neraca diubah dengan laporan posisi keuangan. Perubahan ini dimaksudkan untuk
lebih mencerminkan informasi pada laporan tersebut yaitu posisi keuangan suatu entitas
pada akhir periode. Namun demikian, bagi entitas yang menggunakan SAK ETAP tetap
menggunakan istilah neraca.
Secara matematis posisi keseimbangan antara aset dan sumbernya (kewajiban dan
ekuitas) yang merupakan tiga elemen utama dalam neraca, dinyatakan dalam suatu
persamaan akuntansi, sebagai berikut:

Aset = Kewajiban + Ekuitas

B. Akun-akun Neraca
Mengacu pada SAK ETAP, tiga elemen pada neraca (aset, kewajiban, dan ekuitas)
beserta akun-akun di dalamnya dapat didefinisikan sebagai berikut (Slamet dan Bogat,
2018).
1. Aset
Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh

PPA FEB UI
entitas. Aset diklasifikasikan menjadi dua, yakni aset lancar dan aset tidak lancar.
a. Aset lancar
Kriteria aset tidak lancar adalah sebagai berikut:
▪ diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan dalam
jangka waktu siklus operasi normal entitas,
▪ dimiliki untuk diperdagangkan,
▪ diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir periode
pelaporan,
▪ berupa kas atau setara kas, kecuali jika dibatasi penggunaannya dari pertukaran
atau digunakan untuk menyelesaikan kewajiban setidaknya 12 bulan setelah
akhir periode pelaporan.
Termasuk dalam klasifikasi aset lancar diantaranya adalah kas (uang tunai dan
alat-alat pembayaran lain yang dipersamakan dengan uang tunai), surat berharga,
piutang usaha, persediaan dan biaya-biaya dibayar di muka.
1) Kas dan bank
Kas adalah uang tunai (uang kertas dan logam) dan alat-alat pembayaran
lainnya yang dapat dipersamakan dengan uang tunai.
2) Surat berharga
Surat berharga adalah penamaan uang kas pada surat-surat berharga yang
dikeluarkan oleh perusahaan lain, seperti saham dan obligasi dengan tujuan
untuk diperdagangkan (trading) ataupun tersedia untuk dijual (available for
sale).

13
Surat berharga dengan tujuan diperdagangkan selalu diklasifikasikan sebagai
aset lancar. Adapun surat berharga tersedia untuk dijual dapat diklasifikasikan
sebagai aset lancar ataupun aset tidak lancar, berdasarkan judgement
manajemen, tetapi untuk surat utang pada surat berharga tersedia untuk dijual,
harus disajikan dalam kelompok aset lancar jika ia akan jatuh tempo pada
tahun berikutnya.
3) Piutang usaha
Piutang usaha adalah tagihan kepada pihak luar yang timbul dari aktivitas
penjualan barang atau penyerahan jasa secara kredit. Selain piutang usaha, ada
juga piutang yang timbul bukan dari kegiatan usaha. Piutang demikian
termasuk dalam piutang lain-lain, seperti piutang kepada karyawan.
4) Persediaan
Berdasarkan paragrap 6 PSAK 14, persediaan adalah aset tersedia dalam
kegiatan usaha biasa, aset dalam proses produksi untuk penjualan tersebut
atau aset dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam
proses produksi atau pemberian jasa.
Pada perusahaan dagang, persediaan dapat berupa barang dagangan dan rupa-
rupa persediaan bahan pembantu berupa bahan pengepakan (packing

PPA FEB UI
material) dan bahan pembungkus (emballing material). Pada perusahan
manufaktur, persediaan terdiri dari tiga, yakni persediaan bahan baku, barang
dalam proses, dan barang jadi.
Nilai persediaan dapat ditentukan melalui tiga metode, yaitu:
a) First In First Out (FIFO) – masuk pertama keluar pertama
b) Last In First Out (LIFO) – masuk terakhir keluar pertama
c) Average – rata-rata
Selanjutnya, dengan mengacu pada paragraf 25 PSAK 14 tentang persediaan,
saat ini hanya metode penilaian persediaan yang diperkenankan adalah FIFO
dan Average. Dengan kata lain, metode LIFO sudah tidak diperkenankan lagi.
5) Beban dibayar di muka
Beban dibayar di muka adalah pengeluaran kas oleh perusahaan yang belum
saatnya diakui sebagai beban. Sebagai contoh, beban iklan untuk jangka waktu
lebih dari 1 periode.
b. Aset tidak lancar
Kriteria aset tidak lancar adalah jika tidak memenuhi kriteria aset lancar
sebagaimana di atas. Termasuk dalam klasifikasi aset tidak lancar diantaranya
adalah investasi jangka panjang, aset tetap, aset tak berwujud, investasi jangka
panjang, termasuk pada obligasi yang dimiliki hingga jatuh tempo (DHJT).
1) Aset tetap
Berdasarkan PSAK 16 tentang Aset tetap, dijelaskan bahwa definisi aset tetap
adalah aset berwujud yang:

14
▪ dimiliki untuk digunakan dalam produksi atas penyediaan barang atau jasa,
untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
▪ diharapkan untuk digunakan untuk lebih dair satu periode.
Aset tetap memiliki ciri-ciri yaitu:
▪ digunakan dalam operasi dan tidak untuk dijual kembali,
▪ bersifat jangka panjang dan biasanya disusutkan, dan
▪ memiliki wujud.
Termasuk dalam klasifikasi aset tetap antara lain: tanah, gedung, dan peralatan
seperti mesin, kendaraan, komputer, mebeuler, dan lain-lain.
Aset tetap diakui sebesar harga perolehannya, yang meliputi: a) harga beli, b)
biaya untuk membawa aset ke lokasi dan biaya-biaya lain yang berkaitan hingga
aset siap untuk digunakan, dan c) estimasi awal biaya pembongkaran aset tetap
pada akhir masa manfaatnya.
Aset tetap disajikan sebesar nilai bukunya, yakni hasil pengurangan nilai
perolehan dengan akumulasi penyusutan. Akumulasi penyusutan merupakan
penjumlahan atas beban penyusutan atau depresiasi atas aset tetap dari sejak
periode perolehan hingga periode yang bersangkutan.
Catatan: penyusutan atau depresiasi bukanlah cerminan dari tingkat

PPA FEB UI
penurunan nilai aset tetap, melainkan suatu pendekatan alokasi biaya
perolehan kedalam periode-periode masa manfaat aset tetap tersebut.
Beberapa metode penyusutan yang dapat digunakan adalah: metode garis
lurus, metode saldo menurun (double declining balance), satuan hasil produksi
dan metode lainnya yang menurut judgment manajemen lebih
merepresentasikan alokasi manfaat dari aset tetap yang bersangkutan.
2) Aset tak berwujud
Menurut SAK ETAP, aset tak berwujud adalah aset nonmoneter yang dapat
diidentifikasi dan tidak memiliki wujud fisik, seperti hak paten dan merek
dagang. Perusahaan boleh mengakui aset tak berwujud ketika ia membelinya
dari pihak lain, tetapi tidak diperkenankan mengakuinya jika aset tersebut
dihasilkan secara internal. Aset tak berwujud dinilai sebesar nilai perolehannya,
yakni harga beli ditambah biaya untuk mempersiapkan aset tersebut hingga
siap digunakan sesuai tujuan perolehannya.
Sebagaimana aset tetap, pembebanan atau alokasi biayanya pun melalui
mekanisme sepperti penyusutan, tapi untuk aset tak berwujud digunakan
istilah amortisasi. Pada umumnya, nilai aset tak berwujud disajikan langsung
nilai bersihnya tanpa merinci antara nilai perolehan dan akumulasi amortisasi
(sebagaimana aset tetap).
3) Investasi jangka panjang
Investasi jangka panjang merupakan penyertaan di perusahaan lain dalam
jangka panjang (lebih dari setahun). Investasi dapat dilakukan pada saham biasa

15
perusahaan lain untuk memperoleh dividen (pembagian laba) dan dapat pula
pada obligasi perusahaan lain untuk memperolah pendapatan tetap berupa
bunga.

2. Kewajiban
Kewajiban merupakan kewajiban masa kini entitas yang timbul dari peristiwa masa
lalu, yang penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber
entitas yang mengandung manfaat ekonomi. Kewajiban diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.
a. Kewajiban jangka pendek
Kriteria kewajiban jangka pendek adalah sebagai berikut:
▪ diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi
entitas,
▪ dimiliki untuk diperdagangkan,
▪ kewajiban akan diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir periode
pelaporan,
▪ entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian kewajiban
setidaknya 12 bulan setelah akhir periode pelaporan.

PPA FEB UI
Termasuk dalam klasifikasi kewajiban jangka pendek diantaranya adalah utang
usaha, utang bank (jangka pendek), utang pajak kini dan pendapatan diterima
di muka (unearned revenue).
1) Utang usaha
Utang usaha adalah kewajiban perusahaan yang timbul dari kegiatan
normal perusahaan, yakni atas kegiatan pembelian barang dagangan atau
pemanfaatan jasa oleh perusahaan secara kredit.
2) Utang bank
Utang bank adalah pinjaman yang ditarik oleh perusahaan dari bank.
Apabila perusahaan dibebani kewajiban untuk melunasinya dalam jangka
waktu tidak lebih dari satu tahun, utang bank tersebut masuk dalam
klasifikasi kewajiban lancar.
3) Utang pajak kini
Utang pajak kini adalah kewajiban-kewajiban fiskal yang sudah menjadi
tanggunan perusahaan pada tanggal neraca, tetapi perusahaan belum
melunasinya.
4) Pendapatan diterima di muka
Pendapatan diterima dimuka (unearned revenue) adalah penerimaan kas
oleh perusahaan yang belum saatnya diakui sebagai pendapatan, karena
perusahaan belum menyerahkan barang atau jasa kepada pelanggan. Misal
penerimaan kas dari pelanggan untuk penyerahan barang atau jasa pada
periode mendatang atau periode lebih dari setahun.

16
b. Kewajiban jangka panjang
Kriteria kewajiban jangka panjang adalah jika tidak memenuhi kriteria kewajiban
jangka pendek sebagaimana di atas. Termasuk dalam klasifikasi kewajiban jangka
panjang diantaranya adalah utang bank (jangka panjang), utang obligasi dan utang
hipotek.
1) Utang bank
Utang bank jangka panjang menunjukkan pinjaman dari bank yang saat jatuh
tempo pelunasannya lebih dari satu tahun.
2) Utang obligasi
Utang obligasi adalah kewajiban kepada pihak lain dengan menerbitkan surat
obligasi, yaitu kesanggupan untuk membayar sejumlah uang sebagaimana
tercantum dalam surat utang tersebut pada saat jatuh tempo yang ditentukan.
Umumnya utang obligasi adalah utang kepada publik yang jangka pelunasannya
melebihi satu tahun. ETAP tidak menerbitkan obligasi.
3) Utang hipotek
Utang hipotek adalah kewajiban jangka panjang dengan jaminan aset tetap
atau benda tak bergerak (dengan berlakunya UU No 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan, tanah tidak lagi termasuk dalam jaminan hipotek)

PPA FEB UI
3. Ekuitas
Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas setelah dikurangi semua kewajiban. Pada
perusahaan perseorangan, penulisan ekuitas disertai dengan membubuhkan nama
pemiliknya. Jika nama pemilik adalah Tn. Ali, maka akun pada ekuitas ditulis Modal
Tn. Ali. Pada persekutuan, nama akun dibubuhi nama para sekutu berdasarkan
kontribusi masing-masing. Sebagai contoh, untuk Firma Sekar Wijaya Kusuma yang
merupakan persekutuan milik Sekar, Wijaya dan Kusuma, nama akun pada ekuitas
ditulis Modal Sekar, Modal Wijaya, dan Modal Kusuma. Sementara pada perseroan
terbatas (PT), akun pada ekuitas cukup ditulis dengan Modal Saham Biasa atau Modal
Saham Prioritas.
Selain modal, pada elemen ekuitas juga terdapat akun laba ditahan yang merupakan
akumulasi laba atau rugi entitas yang bersangkutan dikuragi adanya penarikan modal
atau pembagian laba kepada pemilik (prive untuk perusahaan perseorangan dan
persekutuan, dividen untuk perseroan).

C. Format Standar Neraca


Sebagaimana laporan laba rugi, neraca juga memiliki format tersendiri dalam
penyajiannya. Jenis dan ragam akun yang tersaji dalam neraca berbeda-beda pada tiap
perusahaan, bergantung pada bentuk perusahaan, jenis kegiatan usaha, dan lain-lain
aktivitas ekonomik yang terjadi.

17
Neraca dapat disusun dalam format laporan dan format akun. Dalam format laporan,
aset dilaporkan lebih dahulu di bagian atas, kemudian di bawahnya dilaporkan
kewajiban dan kemudian ekuitas. Sementara dalam format akun, aset dilaporkan
sebelah kiri sedangkan kewajiban dan ekuitas dilaporkan di sebelah kanan (kewajiban
pada bagian atas dan ekuitas bagian bawah. Di bawah ini merupakan contoh neraca
dalam format akun untuk perusahan dagang.

PT Anging Mamiri
Neraca
Per 31 Desember 2020
ASET KEW AJIBAN
Aset Lancar Kewajiban Jangka Pendek
Kas dan Bank 3,300,000,000 Utang Usaha 7,100,000,000
Piutang Usaha 7,500,000,000 Utang Bank (jk pendek) 1,700,000,000
Persediaan 1,200,000,000 Pendapatan dibayar dimuka 700,000,000
Sewa Dibayar di Muka 900,000,000 Total Kewajiban Jangka Pendek 9,500,000,000
Total Aset Lancar 12,900,000,000
Kewajiban Jangka Panjang
Aset Tidak Lancar Utang Bank (jk panjang) 2,400,000,000
Tanah 2,500,000,000 Utang Obligasi 2,400,000,000
Gedung Pabrik 7,000,000,000 Hipotik 1,600,000,000
Akumulasi Penyusutan Gd Pabrik (-) 2,700,000,000 4,300,000,000 Total Kewajiban Jangka Panjang 6,400,000,000

Gedung Kantor 1,500,000,000

PPA FEB UI
Akumulasi Penyusutan Gd Kantor (-) 200,000,000 1,300,000,000 EKUITAS

Mesin 3,000,000,000 Modal Disetor 4,500,000,000


Akumulasi Penyusutan Mesin 700,000,000 2,300,000,000 Laba Ditahan 1,000,000,000
Total Aset Tidak Lancar 10,400,000,000 Laba Tahun Berjalan 1,900,000,000
Total Ekuitas 7,400,000,000

Total Aset 23,300,000,000 Total Kewajiban dan Ekuitas 23,300,000,000

18
BAB 6
SIKLUS AKUNTANSI

Siklus akuntansi merupakan tahapan dalam proses akuntansi yang dimulai dari transaksi
ekonomi pada suatu entitas atau perusahaan sampai dengan penyajian laporan keuangan.
Secara berurutan, siklus akuntansi dapat digambarkan sebagai berikut:

Siklus Proses Akuntansi

PPA FEB UI

Berikut adalah deskripsi dari setiap tahapan dalam siklus akuntansi:


A. Bukti transaksi
Siklus akuntansi dimulai dari pembuatan bukti transaksi. Sebagai contoh, PT Harapan
Indah (retailer ATK) membeli barang dagangnya dari entitas CV Kenangan Indah
(distributor ATK) secara tunai. Atas transaksi tersebut, bukti transaksi yang terkait dapat
berupa Pesanan pembelian atau Purchase Order (PO) dari PT Harapan Indah, faktur atau
invoice dan bukti pengiriman barang yang diterbitkan oleh CV Kenangan Indah, Cek atau
bukti pembayaran lain yang diterbitkan oleh PT Harapan Indah dan bukti-bukti transaksi
lainnya. Selanjutnya, bukti-bukti transaksi tersebut dicatat atau dijurnal.
B. Jurnal
Jurnal adalah suatu proses pencatatan transaksi ekonomi yang dilakukan entitas secara
urut waktu transaksi melalui suatu standar pencatatan. Akuntansi menggunakan sistem

19
pencatatan berpasangan (double-entry system). Misalnya perusahaan mengeluarkan kas
untuk membayar sewa gedung, akuntansi mencatat tidak hanya pengeluaran kas, tetapi
juga untuk apa kas itu dikeluarkan. Demikian juga ketika perusahaan menerima kas dari
pelanggan atas penjualan yang dilakukan, akuntansi mencatat tidak hanya penerimaan
kas, tetapi juga dari aktivitas apa kas tersebut diterima. Selanjutnya, dalam proses jurnal
dikenal istilah akun dan debit-kredit, dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Akun
Akun merupakan kelompok atau cluster nama yang digunakan untuk mencatat
transaksi keuangan entitas. Sebagai contoh, atas transaksi penjualan barang
dagangan dari PT Kenangan Indah kepada CV Harapan Indah sebagaimana contoh
pada sub bahasan Bukti Transaksi, setidaknya akan melibatkan 3 akun pada masing-
masing entitas.
Bagi PT Kenangan Indah (entitas Penjual) meliputi akun: Penjualan, Kas, dan Bank
(jika penjualan dilakukan secara tunai), dan akun Piutang Usaha (jika penjualan
dilakukan secara kredit). Sementara bagi CV Harapan Indah (entitas Pembeli) meliputi
akun: Pembelian, akun Kas dan Bank (jika pembelian dilakukan secara tunai), dan
Utang Usaha (jika pembelian dilakukan secara kredit).
2. Debit dan Kredit

PPA FEB UI
Debit dan kredit merupakan posisi pencatatan dalam jurnal yang saling
berseberangan, sisi kiri disebut debit dan sisi kanan disebut kredit. Istilah debit dan
kredit mula-mula diperkenalkan oleh Luca Pacioli sebagai debito dan credito dari
bahasa latin debeo dan credo (Kam, 1986).
Berdasarkan SAK, tiap-tiap akun telah ditetapkan standarnya terkait kapan harus
dicatat pada posisi debit dan kapan pada posisi kredit. Standar penempatan posisi
debit-kredit atas akun-akun ini lazim dikenal dengan istilah posisi atau saldo normal
akun. Standar posisi saldo normal dapat dilihat pada sub bab penjurnalan (laporan
laba rugi dan neraca).
3. Buku Besar
Setelah melakukan pencatatan atau jurnal atas setiap transaksi ekonomik, langkah
berikutnya adalah proses pengelompokan akun. Akun-akun yang sama dikelompokan
menjadi satu kelompok transaksi dalam suatu Buku Besar. Pada contoh transaksi
pembelian barang dagang oleh PT Harapan Indah ke CV Kenangan Indah di atas,
maka PT Harapan Indah memiliki setidaknya dua atau tiga buku besar, yaitu Buku
Besar Pembelian dan Buku Besar Kas (pembelian tunai) atau Buku Kas Utang Usaha
(pembelian kredit). Sementara bagi CV Kenangan Indah adalah Buku Besar Penjualan,
Buku Besar Kas (penjualan tunai) atau Buku Kas Utang Usaha (penjualan kredit)
4. Neraca Saldo
Tahap selanjutnya, nilai atau saldo akhir dari tiap-tiap akun buku besar diikhtisarkan
dalam satu daftar nilai, yang disebut dengan neraca saldo.

20
C. Jurnal Penyesuaian
Salah satu prinsip yang menjadi acuan dalam penyusunan laporan keuangan adalah
matching cost against revenue yang menjadi salah satu parameter tingkat keandalan
dari laporan keuangan suatu entitas. Oleh karenanya, pencatatan atas akun-akun dalam
laporan keuangan harus mencerminkan realitas ekonomik yang sesungguhnya dari tiap-
tiap transaksi ekonomik entitas.
Pada kenyataannya, tidak jarang terjadi transaksi yang dilakukan oleh entitas melibatkan
potensi manfaat ataupun beban ekonomik yang tidak hanya meliputi periode berjalan,
tapi juga periode mendatang (defferal-accrual). Sebagai contoh, beban dibayar di muka,
pendapatan diterima di muka, perolehan aset tetap, aset tak berwujud yang memiliki
masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Atas transaksi-transaksi demikian, perlu
dilakukan jurnal penyesuaian.
Tujuan jurnal penyesuaian adalah untuk memastikan:
1. pendapatan diakui pada periode diperolehnya pendapatan tersebut;
2. beban diakui pada periode terjadinya, yakni telah menjadi tanggungan perusahaan.
Jenis jurnal penyesuaian:
1. penyesuaian yang berkaitan dengan transaksi-transaksi yang sudah terjadi tetapi
belum dicatat, dan

PPA FEB UI
2. penyesuaian yang berkaitan dengan transaksi-transaksi yang sudah dicatat di akun,
tetapi saldo akun yang bersangkutan masih harus diperbaharui untuk
menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
D. Laporan Keuangan
Setelah melalui proses pencatatan atau jurnal, pengelompokan dalam buku besar,
pengikhtisaran dalam neraca saldo dan jurnal penyesuaian, selanjutnya nilai atau saldo tiap
akun tersebut disajikan dalam laporan keuangan.
E. Jurnal penutup
Buku besar meliputi enam kelompok besar elemen laporan keuangan, yakni: aset,
kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, dan prive (dividen). Untuk tiga elemen yang
termasuk dalam laporan laba rugi (pendapatan, beban, dan prive atau dividen) merupakan
akun temporer yang tidak bersifat akumulatif, melainkan hanya selama periode berjalan
saja. Oleh karenanya, pada setiap akhir periode akun-akun yang terdapat dalam laporan laba
rugi harus dinihilkan, sehingga saldo awal akun-akun pada laporan laba rugi periode
berikutnya dimulai dari angka nol. Keuntungan atau kerugian di akhir periode laporan
keuangan dimasukan dalam akun ‘laba ditahan’ pada neraca. Pencatatan untuk ‘menihilkan’
akun-akun pada laporan laba rugi ini disebut dengan jurnal penutup.

21
PPA FEB UI

ii

Anda mungkin juga menyukai