Anda di halaman 1dari 2

MEDIA DAN PEMILU

Oleh : Chandra Hady Surya


(Mahasiswa S1 jurusan komunikasi penyiaran islam IAIN ponorogo

Pemilihan umum merupakan ajang untuk memilih pemimpin baik dari tingkatan
daerah seperti DPRD, Bupati, Gubernur, maupun tingkatan nasional yakni DPR RI maupun
Presiden republik indonesia yang sesuai dengan pancasila dan undang-undang negara
republik indonesia. Sesuai dengan Pasal 43 Ayat (1 dan 2) Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM) dinyatakan, “setiap warga negara berhak untuk dipilih
dan memilih dalam pemilihan umum berdasarkan persamaan hak melalui pemungutan suara
yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil sesuai dengan ketentuan peraturan”.
Maka dari itu kewajiban ini bersifat menyeluruh kepada seluruh masyarakat Indonesia, dan
berjalannya pemilu pun juga dibarengi dengan media-media yang memberitakannya media
sendiri berperan sangat penting untuk kelancaran pemilu yang diadakan oleh negara karena
media merupakan satu-satunya cara masyarakat untuk mengetahui apa saja yang terjadi
terkait dengan pemilu, media memberitakan seluruh kegiatan dan juga agenda agenda
pemilu kepada seluruh masyarakat Indonesia, maka dari itu peran penting media ini harus
selaras dengan kebenaran dan juga kenetralan dalam pemilu yang berlangsung pengaruh
media ini sangatlah besar karena media ini bisa mempengaruhi perspektif masa terhadap
sesuatu hal yang diberitakannya.

Namun, pada kenyataannya di lapangan, media telah disetir oleh para-para petinggi
partai politik maupun pemangku kebijakan publik yang masih berkuasa, sehingga media
sekarang banyak yang memberitakan pemberitaan palsu dan juga menyerang oposisi yang
pada akhirnya akan mempengaruhi stigma atau pandangan masyarakat terhadap suatu partai
lain maupun paslon lain yang menjadi kompetitor dari orang yang membayar media tersebut,
sehingga media sudah tidak netral lagi dalam pemilu dan juga media menjadi sarana untuk
mengalihkan isu, membuat pemberitaan hoax, mengadu domba satu antara lainnya dan juga
menyerang kubu kompetitornya. Media seakan telah melupakan kode etiknya yakni tanggung
jawab sosial yang harus ia laksanakan dalam memberitakan suatu wacana sekarang ini media
sudah tidak mengedepankan kebenaran tulisannya ketajaman kritikannya melainkan kubu
mana yang berani membayar mahal untuk memberitakan kebaikan tentang dirinya dan
menjelekkan kompetitornya, terlihat sekarang banyak sekali bertebaran informasi-informasi
hoax yang menjamur yang diberitakan oleh media banyak isu-isu tidak jelas yang
diberitakannya sehingga masyarakat yang menelan mentah-mentah berita tersebut menjadi
terpengaruh dan memiliki pandangan buruk tentang pemberitaan yang dilayangkannya yang
di mana peristiwa ini bisa mengotori pemilu yang seharusnya luber jurdil (lurus, bersih, jujur
dan adil) sehingga masyarakat salah memilih orang yang akan memimpinnya nanti
kedepannya orang-orang yang jujur bersih tersingkirkan dan orang-orang yang tidak jujur
yang malah akan memimpin bangsa ini, yang akibatnya juga akan dirasakan oleh masyarakat
Indonesia.
Terbukti banyaknya kasus korupsi kolusi dan nepotisme yang terjadi di Indonesia
merupakan tokoh-tokoh yang dulunya dielu-elukan oleh media tentang kebaikannya,
kejujurannya, ketekunannya dalam bekerja, integritasnya dan seluruh hal-hal baik ditujukan
kepadanya namun pada akhirnya orang-orang itu yang mengisi media juga di masa depan
dengan pemberitaan korupsi, maka dari itu media-media sekarang seharusnya bijak dalam
memberitakan suatu hal yang menyangkut akan kepentingan bangsa ini jangan sampai hal
yang disampaikannya kepada masyarakat malah bisa menghancurkan negara ini juga dan juga
masyarakat sendiri harus cermat dalam memilih media yang dikonsumsinya harus cermat
dalam menelaah berita yang diterimanya dan melakukan kroscek untuk memastikan
kebenaran dari berita tersebut agar berita yang diterimanya benar-benar berita yang riil dan
dapat dipercaya sehingga masyarakat tidak mudah tertipu dengan berita-berita hoax yang
disebarkan oleh para oknum media.

Anda mungkin juga menyukai