Anda di halaman 1dari 87

SKRIPSI

ANALISIS INTERAKSI EKONOMI MASYARAKAT KOTA


DAN KABUPATEN DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

OLEH:

SRI WULANDARI
NIM: B1A1 19 324

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023

i
ANALISIS INTERAKSI EKONOMI MASYARAKAT KOTA
DAN KABUPATEN DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

SKRIPSI

Diajukan kepada
Universitas Halu Oleo
Untuk memenuhi salah satu persyaratan
Dalam menyelesaikan program Sarjana

OLEH:

Sri Wulandari
NIM. B1A1 19 324

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi oleh Sri Wulandari ini

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dan dinyatakan LULUS

Kendari, 26 Juli 2023

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Yohanes Boni, S.E.,M.Si Dr. La Ode Samsul Barani, S.E., M.Si
Nip. 19611231 199303 1 009 Nip. 19770323 200501 1 002

Mengetahui
Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

Dr. Tajuddin.,SE., M.Si


Nip. 19690405 200112 1 004

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi oleh Sri Wulandari ini

Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 26 Juli 2023


berdasarkan SK Dekan. Nomor. 4570/UN29.6/PP/2023 dan dinyatakan LULUS.

Dewan Penguji :

Ketua : Dr. Zainuddin Saenong, S.E., M.Si (........................................)


NIP. 19630109 198703 1 002

Sekretaris : Ilyas, S.E., M.Si (.........................................)


NIP. 19861016 201803 1 002

Anggota : 1. Caesar Muslim, S.E., M.Si (.........................................)


NIP. 19891129 202203 1 001

2. Dr. Yohanes Boni, S.E., M.Si (.........................................)


NIP. 19611231 199303 1 009

3. Dr. La Ode Samsul Barani, S.E., M.Si (........................................)


NIP. 19770323 200501 1 002

Mengetahui :
Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan

Dr. Tajuddin, S.E., M.Si


NIP. 19690405 200112 1 004

iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : SRI WULANDARI

NIM : B1A1 19 324

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Jurusan : Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan

Fakultas : Ekonomi Dan Bisnis

Universitas : Halu Oleo

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi, yang saya tulis ini benar-benar

merupakan karya saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat

dibuktikan bahwa Skripsi ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Kendari. 26 Juli 2023

Yang Membuat Pernyataan,

Sri Wulandari

v
ABSTRAK

Sri Wulandari. 2023. Analisis Interaksi Ekonomi Masyarakat Kota


Dan Kabupaten Di Provinsi Sulawesi Tenggara. Skripsi, Jurusan Ilmu
Ekonomi Dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Halu Oleo. Pembimbing: (1) Yohanes Boni, (2) La Ode
Samsul Barani.

Adapun tujuan penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui bentuk interaksi


antara masyarakat Kota Kendari dengan masyarakat Kabupaten Konawe dan
Kabupaten Konawe Selatan.Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya interaksi ekonomi masyarakat Kota Kendari dengan masyarakat di
Kabupaten Konawe dan Kabupaten Konawe Selatan. Populasi penelitian ini yaitu
Kabupaten Kota yang berada di Provinsi Sulawesi Tenggara yang memiliki
jumlah sebanyak 17 Kabupaten Kota. Sampel dalam penelitian ini dilakukan di
Kota Kendari, Kabupaten Konawe dan Kabupaten Konawe Selatan. Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Analisis Kuantitaif dan
alisisis deskriptif kualitatif untuk menganalisis data primer yang dikumpulkan.

Hasil penelitian menunjukkan 1. Bentuk interaksi ekonomi bentuk interaksi


masyarakat antara Kota Kendari dengan Kabupaten Konawe dan Konawe Selatan
dalam ekonomi berbentuk perdagangan yakni berwujud kerja sama antarpenduduk
dengan cara urbanisasi dan ulang-alik. Proses urbanisasi umumnya ditemui pada
masyarakat Kabupaten Konawe dan Konawe Selatan yang menetap di Kota
Kendari. Dengan analisis gravitasi yaitu interaksi ekonomi antara Kota Kendari
dengan wilayah sekitarnya adalah cukup tinggi, utamanya yang berlangsung
antara warga masyarakat kota Kendari dengan warga masyarakat kabupaten
konawe selatan sebesar 573.633.953,39 kali dan rendah antara masyarakat Kota
Kendari dan Kabupaten Konawe 24.915.138,31 kali. 2. Faktor-faktor yang
mempengaruhi interaksi ekonomi masyarakat antara Kota Kendari dengan
Kabupaten Konawe dan Konawe Selatan yaitu, dipengaruhi oleh jarak antar
wilayah, jumlah penduduk dan ketersediaan fasilitas pelayanan di setiap
Kabupaten.

Kata kunci : Bentuk Interaksi, Faktor Interaksi

vi
ABSRACT

Sri Wulandari. 2023. Analysis of Economic Interactions between


Urban and Rural Communities in Southeast Sulawesi Province.
Undergraduate Thesis, Department of Economics and Development
Studies, Faculty of Economics and Business, Halu Oleo University.
Advisors: (1) Yohanes Boni, (2) La Ode Samsul Barani.

The objectives of this study are 1. To find out the form of interaction between the
people of Kendari City and the people of Konawe Regency and Konawe Selatan
Regency. To find out the factors that influence the occurrence of economic interaction
between the people of Kendari City and the people in Konawe Regency and Konawe
Selatan Regency. The population of this study is City Districts in Southeast Sulawesi
Province which has a total of 17 City Districts. The sample in this study was conducted in
Kendari City, Konawe Regency and South Konawe Regency. The data analysis technique
used in this research is quantitative analysis and qualitative descriptive analysis to
analyze the primary data collected.
The results of the study show 1. The form of community economic interaction
between Kendari City and Konawe and South Konawe Regencies in the economy is in
the form of trade, namely in the form of cooperation between residents by means of
urbanization and shuttles. The process of urbanization is generally found in the people of
Konawe and South Konawe Regencies who live in Kendari City. With a gravity analysis,
namely the economic interaction between Kendari City and the surrounding area is quite
high, especially what took place between the residents of Kendari City and the people of
Konawe Selatan Regency amounting to 573,633,953.39 times and low between the
people of Kendari City and Konawe Regency 24,915,138. 31 times. 2. The factors that
affect the economic interaction of the community between Kendari City and Konawe and
South Konawe Regencies are influenced by the distance between regions, population and
availability of service facilities in each Regency.

Keywords: Forms of Interaction, Factors of Interaction.

vii
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh.

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhannahu

Wata’alaa, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul ”Analisis Interaksi Ekonomi Masyarakat Kota dan

Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara” guna memenuhi salah satu syarat

dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Halu Oleo Kendari

Penulis haturkan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada kedua

orang tua penulis, ayahanda La Faru (Rahimahullah) dan Ibunda Waode

Nurhaida serta kepada saudara dan saudari saya atas kasih sayangnya yang tiada

tara dan segala doa, semangat serta dukungan moril dan materi yang tak terhingga

yang dapat memberikan ketenangan hati dan kesabaran kepada penulis yang tak

akan mungkin tak tergantikan oleh penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, masih jauh dari

sempurma karena keterbatasan yang penulis miliki dan kesempuraan hanyalah

milik Allah Subhannahu Wata’alaa semata.

Teriring rasa hormat dan terimakasih yang tulus penulis ucapkan kepada

Bapak Dr. Yohanes Boni, S.E., M.Si selaku dosen pembimbing I saya dan

Bapak Dr. La Ode Samsul Barani, S.E., M.Si selaku dosen pembimbing II yang

telah banyak sabar, banyak memberikan arahan, yang telah meluangkan

waktunya, tenaga, pikiran, dukungan, bantuan maupun memberikan bimbingan

kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini sehingga dapat terselesaikan.

viii
Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan banyak terimaksih

kepada:

1. Bapak Dr. Muhammad Zamrun F, S.Si, M.Si., M.Sc selaku Rektor

Universitas Halu Oleo.

2. Bapak Prof. Dr. H. Arifuddin SE., M.Si., Ak., CA., ACPA., CTA selaku

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo.

3. Bapak Dr. Tajuddin, SE., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan

Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo.

4. Bapak Dr. Muhammad Nur Afiat, SE., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan

Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Halu Oleo.

5. Bapak Dr. Zainuddin Saenong, SE., M.Si, Bapak Ilyas, S.E., M.Si dan

Bapak Caesar Muslim, S.E., M.Si selaku dosen penguji, terima kasih atas

saran dan bimbingan yang diberikan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Azis Muthalib, SE., M.Si selaku Penasehat

Akademik.

7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen dan seluruh pegawai staf Jurusan IESP Fakultas

Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis.

8. Untuk Bapak Ir. Djamaluddin, MT, terimakasih telah membantu penulis

baik secara moril maupun materi dan memberi support menyelesaikan

tugas akhir.

9. Teman-teman seperjuangan saya IESP 019 khususnya (Salifa SE, Rasna

Asti SE, Wa Aji SE, Wa Lisa SE, Pingki Novia Saputri SE, Waode Nur

ix
Fitria SE, Yunasra SE) dan seluruh kelas E, dan untuk sahabatku ukhti

Sutik Astriani, Nur Intan Febiyanti, Sitti Nur Annisa Az Zahra Suripatty,

Siti Maimunah Ihlas S.Sos, Suci Kartini S.Pd, Amelia Dwi Ningrum, yang

memberikan dukungan dan doa unutk penulis.

10. Semua pihak yang telah membantu dan mensuport penulis dalam

penyusunan skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Terimakasih banyak yang tak terhingga.

Penulis sadar bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena

itu penulis mengharapkan saran dan kritikannya yang sifatnya membangun demi

kesempurnaan skripsi ini yang kedepannya menjadi bahan bacaan yang

bermanfaat.

Waasalaamu’alaikum warohmatullahi wabarokaatuh.

Kendari, 26 Juli 2023

Sri Wulandari

x
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
HALAMAN JUDUL..............................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN........................................................v
ABSTRAK.............................................................................................................vi
ABSTRACT..........................................................................................................vii
KATA PENGANTAR........................................................................................viii
DAFTAR ISI..........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL...............................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Masalah Penelitian....................................................................................6
1.3. Tujuan Penelitian.......................................................................................7
1.4. Manfaat Penelitian.....................................................................................7
1.5. Ruang Lingkup Penelitian.........................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Kajian Teoritis...........................................................................................9
2.1.1. Teori Interaksi Masyarakat Kabupaten-Kota...............................9
2.1.2. Konsep Pembangunan Kabupaten – Kota.................................10
2.1.3. Analisis Interaksi Ekonomi Masyarakat....................................12
2.1.4. Interaksi Masyarakat Kota dan Kabupaten di Bidang Ekonomi19
2.1.5. Faktor Interaksi Masyarakat Kota dan Kabupaten....................22
2.2. Kajian Empiris.........................................................................................23
2.2.1. Penelitian Terdahulu..................................................................23
2.3. Kerangka Pikir.........................................................................................27

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Objek Penelitian......................................................................................30
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian..............................................................30
3.2.1. Populasi Penelitian....................................................................30
3.2.2. Sampel Penelitian......................................................................31
3.3. Jenis dan Sumber Data............................................................................32
3.3.1. Jenis Data...................................................................................32

xi
3.3.2. Sumber Data..............................................................................32
3.4. Teknik Pengumpulan Data......................................................................33
3.5. Teknik Analisis Data...............................................................................34
3.6. Definisi Operasional Variabel.................................................................35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Gambaran Umum Provinsi Sulawesi Tenggara......................................37
4.1.1. Gambaran Umum Kota Kendari................................................38
4.1.2. Gambaran Umum Kabupaten Konawe......................................42
4.1.3. Gambaran Umum Kabupaten Konawe Selatan.........................45
4.2. Analisis Interaksi Ekonomi Masyarakat..................................................48
4.2.1. Analisis Bentuk Interaksi Ekonomi Masyarakat.......................48
4.2.2. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Ekonomi
Masyarakat...............................................................................................55
4.3. Pembahasan.............................................................................................59
4.3.1. Bentuk Interaksi Ekonomi Masyarakat.....................................59
4.3.2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Ekonomi
Masyarakat...............................................................................................60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan..............................................................................................63
5.2. Saran........................................................................................................64

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Data Pendapatan Domestik Regional Bruto Per Kapita Menurut


Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan dan Pertumbuhan Ekonomi Tahun
2018-2022 3

3.2.1. Populasi Penelitian.......................................................................................31


4.1.1 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan Di Kota Kendari Tahun 2020
.........................................................................................................................41
4.1.2 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan Kabupaten Konawe Tahun
2020.................................................................................................................44
4.1.3 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan Kabupaten Konawe Selatan
Tahun 2020.....................................................................................................47
4.2.1 Jumlah Penduduk Kota Kendari dan Kabupaten Konawe dan Konawe
Selatan Tahun 2020.........................................................................................49
4.2.2 Jarak Antara Kota Kendari Dengan an Kabupaten Konawe dan Konawe
Selatan Tahun 2021.........................................................................................49
4.2.3 Perhitungan Nilai Interaksi Masing-Masing Lokasi Penelitian....................50
4.2.1 Jarak Antara Kota Kendari dengan Kabupaten Konawe dan Konawe Selatan
Tahun 2021.....................................................................................................56
4.2.2 Jumlah Penduduk Kota Kendari, Kabupaten Konawe dan Konawe Selatan
Tahun 2020.....................................................................................................57
4.2.3 Matriks Fasilitas Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara (Kendari, Konawe,
dan Konawe Selatan) Tahun 2020..................................................................58

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Skema Kerangka Pikir Interaksi Ekonomi Masyarakat Kota -Kabupaten

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
LAMPIRAN I. : Daftar Pertanyaan Wawancara
LAMPIRAN II. : Hasil Wawancara

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Interaksi merupakan suatu proses yang sifatnya saling timbal balik

antara dua wilayah atau lebih. Kota dan desa juga melakukan interaksi

secara langsung maupun tidak langsung. Interaksi itu disebut dengan

interaksi wilayah. Misalnya, wilayah pedesaan dengan hasil sumber bahan

pangan dan wilayah perkotaan yang merupakan sebagai sentra industri.

Interaksi juga adalah kontak antara dua wilayah yang dapat menimbulkan

gejala baru (Bintarto, 2003). Timbulnya interaksi pastinya ada maksud dan

tujuan yang ingin didapatkan antara dua wilayah atau lebih yaitu dalam

bentuk kerja sama.

Kerja sama antar daerah atau wilayah merupakan momentum yang

sangat strategis dalam menumbuhkan semangat dan kemampuan warga

masyarakat dalam melaksanakan pembangunan di daerahnya sendiri

secara bersama-sama dan terpadu. Untuk menciptakan momentum kerja

sama tersebut, pemerintah menggelar pembangunan wilayah secara

bertahap dan terpadu dengan penetapan prioritas-prioritas wilayah tertentu.

Kerja sama juga diharapkan dapat membantu perkembangan suatu wilayah

kerjasama dan mendukung pembangunan wilayah.

Perkembangan daerah perkotaan tidak terlepas dari perkembangan

daerah pedesaan,proses perkembangan suatu desa menjadi Kota terlihat

bahwa kawasan perkotaan dan perdesaan saling melengkapi membentuk

1
2

satu sistem saling terkait, daerah perdesaan umumnya memiliki kondisi

yang kurang menguntungkan dibanding dengan daerah perkotaan, seperti

dalam hal penyediaan lapangan kerja, lahan usaha serta sarana dan

prasarana pelayanan dasar di perdesaan yang mendorong terjadinya

migrasi ke Kota-Kota (Tahawila, 2011).

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Hirschman (dalam

Adisasmita, 2005) yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi pada

pusat pertumbuhan akan berpengaruh pada daerah belakangnya melalui

efek polarisasi (polari-zation effect) dan efek penetesan kebawah (trick-

ling downeffect).

Dalam struktur pembagian wilayah pembangunan, wilayah Kota

Kendari memegang peranan yang sangat vital dan strategis karena di

samping sebagai Ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara juga merupakan

pusat pengembangan Wilayah Pembangunan I. Posisi vital dan strategis ini

menjadikan Kota Kendari sebagai pusat aktivitas pemerintah,

perekonomian, sosial budaya dan sebagainya. Implikasi dari kenyataan

tersebut adalah tercapainya berbagai kemajuan bagi warga masyarakat

lainnya yang ada di daerah ini. Untuk melihat capaian tersebut bisa dilihat

pada pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara tahun 2018-2022.


3

Tabel 1.1
Data Pendapatan Domestik Regional Bruto Per Kapita Menurut
Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan dan Pertumbuhan
Ekonomi Tahun 2018-2022

Pendapatan Domestik Regional Bruto


Wilayah Sulawesi Tenggara
(Dalam Jutaan Rupiah)
Pertumbuhan
Tahun
Ekonomi
Kabupaten
Kota Kabupaten
Konawe
Kendari Konawe
Selatan

2018 41,21 24,79 25,83 4,75%


2019 42,63 27,11 26,82 5,15%
2020 40,89 28,22 25,86 -1,65%
2021 49,01 29,97 27,68 12,31%
2022 50,49 34,47 28,80 6,66%
Sumber : Badan Pusat Statistik (2023)

Berdasarkan data pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara selama

lima tahun terakhir, dapat dilihat bahwa Pendapatan Domestik Regional

Bruto (PDRB) selalu meningkat dari tahun ke tahun dan adanya

pertumbuhan ekonomi tiap tahun kecuali tahun 2020 dikarenakan wabah

Covid-19. Hal ini tidak terlepas dari interaksi ekonomi antar wilayah Kota

dan Kabupaten di Sulawesi Tenggara.

Hal di atas memungkinkan karena dalam proses interaksi, terjadi

mekanisme komunikasi dua arah yang memungkinkan berlangsungannya

proses subtitusi dan komplementasi secara timbal balik antara potensi

daerah perkotaan dengan potensi daerah pedesaan. Dalam proses inilah,

upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil-hasil


4

pembangunan diharapkan dapat terwujud lewat partisipasi aktif dari

masyarakat itu sendiri.

Fenomena interaksi ekonomi masyarakat pada suatu wilayah

ditentukan oleh ketersediaan sarana dan prasarana, fasilitas dan juga

potensi sumber daya wilayah. Fasilitas sarana prasarana yang tersedia di

daerah Kota dibandingkan daerah-daerah lain, karena kurangnya

ketersediaan tersebut maka masyarakat dari wilayah lain datang ke Kota

agar dapat pelayanan yang lebih baik di Kota Kendari, baik dari sisi

pendidikan, kesehatan dan ekonomi.

Masyarakat yang ingin mencari pekerjaan, menempuh pendidikan

ke jenjang yang lebih tinggi dan juga dari pelayanan kesehatan yang baik.

Sehingga pertumbuhan ekonomi di Kota Kendari lebih maju.

Berdasarkan penelitian terdahulu Risda Azizah (2015) dengan

judul penelitian Angkringan Sebagai Unsur Tradisional Tempat Interaksi

Sosial Masyarakat Perkotaan (Studi Deskriptif Analisis Di Kecamatan

Pamulung), menemukan hasil bahwa bahwa angkringan merupakan tempat

interaksi sosial masyarakat perkotaan yang mampu menimbulkan dan

menunjukan bahwa pada dasarnya semua manusia itu sama dalam

perbedaan-perbedaan yang dimiliki.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Aframiati Naftali Papur

(2022), dengan judul penelitian “Interaksi Desa Kota Pada Kota-Kota

Kecil Di Kawasan Pesisir DIY”. Menemukan bahwa masyarakat


5

berinteraksi melalui aliran barang primer seperti barang pangan dalam

bentuk kerjasama.

Di Kota Kendari, Kabupaten Konawe dan Kabupaten Konawe

Selatan yang menjadi lokasi penelitian penulis, ada cenderung terdapat

pola interaksi di antara masyarakat Kota Kendari, masyarakat Kabupaten

Konawe dan masyarakat Kabupaten Konawe Selatan. Hal ini ditandai

dengan keterkaitan antar kelas masyarakat pola kekerabatan, keterkaitan

pergerakan penduduk interaksi kelompok sosial banyaknya didirikan

pusat-pusat perbelanjaan, pasar-pasar, tumbuh kembangnya lapangan-

lapangan usaha di sektor formal dan informal yang menarik keinginan

masyarakat Kabupaten Konawe dan Konawe Selatan untuk berinteraksi ke

wilayah Kota Kendari dalam rangka memenuhi kebutuhan pokok,

memasarkan hasil-hasil pertanian, ataupun memperbaiki taraf kehidupan

ekonomi mereka.

Demikian pula halnya potensi ekonomi yang ada di wilayah

Kabupaten Konawe, seperti adanya, terdapatnya pasar untuk kegiatan

perdagangan, adanya terminal pemberangkatan penumpang dan barang

serta pusat-pusat perkantoran pemerintah menjadi sebuah daya tarik

tersendiri bagi masyarakat Kota Kendari untuk berinteraksi ke wilayah

Kabupaten Konawe Selatan dalam rangka memperbaiki taraf kehidupan

ekonomi mereka dengan bekerja pada kantor-kantor pemerintahan ataupun

bergadang pada pasar yang ada di Kabupaten Konawe Selatan.


6

Selain itu potensi ekonomi bidang pertanian di wilayah Kabupaten

Konawe, seperti terdapatnya lahan-lahan pertanian yang memproduksi

berbagai macam ragam kebutuhan pokok pangan masyarakat dapat pula

menjadi sebuah daya tarik tersendiri bagi masyarakat Kota Kendari untuk

berinteraksi ke wilayah Kabupaten Konawe dalam rangka memperbaiki

taraf kehidupan ekonomi mereka dengan membeli hasil-hasil pertanian di

wilayah Kabupaten Konawe untuk kemudian di pasarkan kembali di

wilayah Kota Kendari.

Disamping itu, interaksi masyarakat Kota Kendari, masyarakat

Kabupaten Konawe dan masyarakat Kabupaten Konawe Selatan terjadi

karena adanya aliran arus barang dan jasa yang memberikan implikasi

pada peningkatan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) wilayah

Sulawesi Tenggara.

Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka diperlukan adanya

langkah penelitian mengenai interaksi ekonomi masyarakat Kota dan

Kabupaten, khususnya yang menyoroti kasus yang terjadi di Kota Kendari

dan Kabupaten Konawe dan Konawe Selatan.

1.2. Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana bentuk interaksi antara masyarakat Kota Kendari dengan

masyarakat Kabupaten Konawe dan Kabupaten Konawe Selatan?


7

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi interaksi ekonomi

masyarakat Kota Kendari dengan masyarakat di Kabupaten Konawe

dan Kabupaten Selatan?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bentuk interaksi antara masyarakat Kota Kendari

dengan masyarakat Kabupaten Konawe dan Kabupaten Konawe

Selatan.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya

interaksi ekonomi masyarakat Kota Kendari dengan masyarakat di

Kabupaten Konawe dan Kabupaten Selatan?

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut :

1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah dalam merumuskan

kebijakan yang berkenan dengan prioritas pengembangan wilayah dan

pusat-pusat pertumbuhan ekonomi masyarakat di kawasan perkotaan

dan Kabupaten.

2. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat untuk mengetahui pola

interaksi ekonomi masyarakat Kota dan masyarakat Kabupaten di

Provinsi Sulawesi Tenggara.


8

3. Sebagai bahan referensi bagi kalangan ilmuwan/peneliti yang ingin

mengetahui secara lebih mendalam mengenai dinamika ekonomi antar

daerah perkotaan dan Kabupaten.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup pembahasan dari penelitian ini difokuskan pada

bentuk interaksi ekonomi antar masyarakat Kota Kendari dan masyarakat

Kabupaten Konawe dan Kabupaten Konawe Selatan di Provinsi Sulawesi

Tenggara dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Kajian Teoritis

1.1.1. Teori Interaksi Masyarakat Kabupaten-Kota

Interaksi itu pada dasarnya merupakan suatu hubungan timbal balik yang

secara sadar untuk mengarahkan tindakan orang lain sebagai reaksi antara pihak-

pihak bersangkutan. Menurut H. Booner (Gerungan W.A, 2010)

memberikan rumusan interaksi sosial, bahwa interaksi sosial adalah

hubungan antara dua individu atau lebih, dimana kelakuan individu

yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan

individu lain atau sebaliknya.. Batasan sederhana di atas merupakan

analisa lain dari pengertian terminologi interaksi yang bermuara pada kata

yang dipakai untuk menerangkan kontak antara dua atau lebih wilayah

secara “kausatatif” dan “ekonomis”. Kausatatif artinya suatu wilayah

berinteraksi dengan wilayah lain karena kebutuhan dalam kegiatan

produksi akan input yang berasal dari wilayah pemasok, sedangkan secara

ekonomis bahwa dasar yang tercermin dalam aktivitas ekonomi berupa

konsumsi dan produksi.

Interaksi dimaksud hanya dengan berbatas pada gerak pindah dari

manusia melainkan juga menyangkut uang, barang dan lain-lain. Salah

satu bentuk manifestasi interaksi dalam suatu wilayah nodal adalah dapat

di telusuri dari bentuk interaksi anatar nodal itu sendiri dan hiterlandnya

(Kota-desa) dimana bentuk menyebabkan gejala atau akibat berupa

9
10

pengaruh yang menguntungkan atau merugikan. Pengaruh yang

menguntungkan atau merugikan tersebut adalah alamiah sebagai

konsekuensi dari adanya hubungan tersebut. Adanya proses interaksi sosial

tidak jauh dari pengaruh yang dibawa individu ke suatu kelompok, yang

akan mengarah pada prasangka sosial dan sifat stereotip (Muhammad

Hanif, 2011).

Pengaruh baik adalah jika Kota tersebut bersifat Kota “generati”

yaitu Kota yang menjalankan bermacam-macam fungsi, baik untuk dirinya

sendiri maupun untuk daerah belakangnya. Sedangkan jika Kota itu

sebagai Kota “parasif”, yaitu yang ditunjukkan dengan mengeksploitasi

daerah belakang tanpa memberikan jasa perkotaan kepada daerah

belakangnya.

1.1.2. Konsep Pembangunan Kabupaten – Kota

Pembangunan dapat diartikan secara dinamis dari waktu ke waktu.

Secara tradisional, pembangunan hanya diartikan secara sederhana sebagai

upaya-upaya yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan

memanfaatkan keterbatasan sumber daya yang ada (Pratiwi, 2018).

Pembangunan Kabupaten-Kota merupakan sebuah usaha untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat menjadi lebih merata dan

seimbang. Pembangunan Kabupaten-Kota haruslah terpadu dan

merupakan simbiose saling menguntungkan. Pemerintah seyogyanya

menyajikan stategi pembangunan Kabupaten-Kota secara terpadu dalam


11

kebijaksanaan dan praktek pembangunan sehingga terdapat interaksi yang

sehat dan menguntungkan antara Desa-Kota.

Perencanaan pembangunan ekonomi daerah dapat diartikan sebagai

perencanaan untuk meningkatkan kinerja penggunaan sumber-sumber

daya publik yang tersedia di daerah. Oleh karena itu, pembangunan

ekonomi daerah yang dimaksudkan adalah sebuah proses dimana terjadi

kolaborasi antara pemerintah daerah dan masyarakatnya dalam mengelola

sumber daya yang ada. Selanjutnya, dimungkinkan terbentuknya suatu

pola kerjasama atau kemitraan antara pemerintah daerah dengan

masyarakat atau sektor swasta sebagai upaya menciptakan tambahan

lapangan kerja baru dan menstimulus perkembangan aktifitas ekonomi

(pertumbuhan ekonomi) di daerah tersebut.

Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa tidak boleh tidak ada

suatu kebijaksanaan terpadu pembangunan sektor regional Desa-Kota

perlu dikembangkan agar persoalan-persoalan yang timbul sebagai akibat

berbagai faktor di atas dapat diselesaikan secara tuntas.

Konsep pembangunan yang selama ini dipraktekkan yaitu dari

Kota ke desa, sebaiknya secara bertahap dialihkan menjadi orientasi dari

desa ke Kota sebab kemajuan Kota terlalu cepat tanpa perimbangan yang

wajar dari desa, akhirnya akan mencapai titik jenuh sehingga mandek.

Penjelasan di atas ini menganjurkan kepada pemerintah agar

mengkaji konsep pembangunan dari Kota ke desa menjadi dari desa ke

Kota secara terpadu berikut pendekatan-pendekatan ekonomi, edukatif,


12

sosial dan etis terhadap penduduk desa. Kemanfaatan atau sistem komando

dari pusat dan kegiatn terpusat serta uniform mungkin perlu ditinjau.

Pembangunan ekonomi nasional hanya akan sehat bila daya beli

masyarakat tersebar secara sehat dan merata. Desa yang merupakan

penyuplai bahan makanan penduduk Kota yang harus mampu dengan hasil

penjualan produk mereka, membeli barang kebutuhannya yang biasanya

dihasilkan di Kota.

Hal di atas ini sangat erat kaitannya dengan kondisi bangsa

Indonesia saat ini, dimana ketimpangan pembangunan terjadi antara desa

dan Kota, sehingga menimbulkan dampak seperti telah disebutkan di atas.

1.1.3. Analisis Interaksi Ekonomi Masyarakat

Untuk mengukur tingkat dan bentuk interaksi model gravitasi

dikemukakan pertama kali oleh Isaac Newton dalam anlisa tentang hukum

fisika, dengan asumsi bahwa tiap massa memiliki gaya tarik menarik satu

sama lain.

Analisis gravitasi digunakan untuk menghitung kekuatan interaksi

antar wilayah. Analisis ini digunakan untuk mengukur kekuatan

keterkaitan antara pusat kegiatan utama dengan pusat pengembangan

wilayah dan menentukan kekuatan tempat kedudukan dari setiap pusat

kegiatan ekonomi, produksi dan distribusi dalam sistem jaringan jasa,

distribusi dan transportasi, serta menentukan sistem. Semakin besar nilai

gravitasi menunjukkan bahwa semakin erat hubungan kedua wilayah

tersebut, hal ini menujukkan bahwa daya tarik suatu wilayah memiliki
13

pengaruh terhadap potensi yang dimilikinya (Adisasmita dalam Yusliana

dan Devi, 2020).

Untuk mengetahui besarnya interaksi ekonomi antara masyarakat

Kota dan Kabupaten-Kabupaten lain digunakan analisis gravitasi dan

interaksi ekonomi secara sistematis sebagai berikut:

Pi . Pj
lij = 2 (Carrothers dalam bintarto, 2003)
( Dij)

Keterangan :

lij : Interaksi ekonomi antara masyarakat Kota Kendari dengan


masyarakat daerah-daerah di sekitarnya.
Pi : Jumlah penduduk Kota Kendari.
Pj : Jumlah penduduk daerah-daerah di sekitarnya
Dij : Ukuran jarak antara Kota Kendari dan daerah-daerah di
sekitarnya.
Untuk membicarakan tentang interaksi desa-kota ini, dalam

keadaan sehari-hari sepertinya terlihat biasa-biasa saja. Akan tetapi jika

dilihat secara mendalam di sini terdapat semacam interaksi, yang telah

melahirkan ketergantungan antara keduanya.

Interaksi desa - kota tidak hanya dapat dilihat dari keterkaitan akan

jaringan transportasi sungai dan darat atau dari segi fisik saja, akan tetapi

dapat juga dilihat dari keterkaitan ekonomi yang tergambar dari jaringan

pasar (market) melalui komoditi bahan baku, hasil produksi pertanian

maupun barang jadi. Jaringan pasar ini menawarkan integrasi spasial

keterhubungan yang paling penting (Inoki Hasibuan, 2020).

Leibo (1995) dalam Inoki Hasibuan (2020) mengemukakan bahwa

interaksi ini dapat dilihat sebagai suatu proses sosial, proses ekonomi,

budaya dan sebagainya, yang cepat atau lambat dapat menimbulkan suatu
14

kenyataan. Interaksi ini dapat terjadi karena adanya unsur-unsur dari dalam

desa itu sendiri, maupun di dalam Kota itu.

Proses interaksi Desa-Kota dapat berwujud urbanisasi. Konsep

interaksi Desa-Kota menurut Nas (1979) dalam Inoki Hasibuan (2020)

mengemukakan pendapatnya sebagai berikut :

Bahwa konsep Kota sering juga dipakai konsep perkotaan atau

urbanisasi. Yang dimaksud disini adalah proses pembentukan Kota, suatu

proses yang digerakkan oleh perubahan-perubahan dalam masyarakat

sehingga daerah-daerah yang dulu merupakan suatu daerah pedesaan

lambat laun akan melalui proses yang mendadak memperoleh sifat

kehidupan Kota. Lebih lanjut, mengatakan bahwa konsep urbanisasi juga

mencakup pertumbuhan suatu pemukiman menjadi Kota (desa menjadi

Kota), perpindahan penduduk ke Kota (berbagai bentuk migrasi ; mutlak,

ulang alik) atau kenaikan presentase penduduk yang tinggal di Kota.

Proses urbanisasi ini menurut Keijo dan Colledge (1978) dalam

Bintarto (2001) melalui empat proses utama yaitu :

1. Adanya pemusatan kekuatan pemerintah Kota sebagai pengambil

keputusan dan sebagai bahan pengawas dalam penyelenggaraan

hubungan Kota dengan daerah sekitarnya.

2. Adanya arus modal dan investasi untuk mengatur kemakmuran Kota

dan wilayah di sekitarnya, dan selain dari itu penentuan/pemelihan

lokasi untuk kegiatan ekonomi mempunyai pengaruh terhadap arus

bolak balik desa-Kota.


15

3. Difusi inovasi dan perubahan yang berpengaruh terhadap aspek sosial

ekonomi, budaya dan politik di Kota akan dapat meluas di Kota-Kota

yang lebih kecil bahkan ke daerah pedesaan. Difusi ini dapat

mengubah suasana desa menjadi suasana Kota.

4. Migrasi dan pemukiman baru dapat terjadi apabila pengaruh Kota

secara terus menerus masuk ke daerah pedesaan.

Pendapat di atas menjelaskan tentang interaksi Desa-Kota yang

berwujud dalam proses urbanisasi ini terjadi karena adanya hubungan desa

Kota, adanya hubungan ekonomi yang saling mempenagaruhi (timbal

balik) adanya inovasi dan adanya pengaruh kehidupan Kota secara terus

menerus pada daerah pedesaan.

Bentuk proses interaksi juga dapat membentuk gerak penduduk

secara ulang alik menurut Rusli (2008) dapat diidentifikasi dalam empat

arah gerak yaitu : dari desa ke desa, dari desa ke Kota, dari Kota ke desa

dan dari Kota ke Kota. Seperti halnya juga dengan lain-lain arah, gerak

penduduk dari desa ke Kota mengambil bentuk migrasi, sirkulasi dan

komunikasi.

Pendapat di atas ini menjelaskan tentang interaksi desa-Kota dalam

wujud ulang alik, dimana terjadinya interaksi ini karena adanya saling

ketergantungan antara masyarakat desa dan masyarakat Kota.

Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Leibo (1995)

dalam Inoki Hasibuan (2020) mengenai sifat ketergantungan antara desa-

Kota dapat dilihat dalam hal sebagai berikut :


16

Karena Kota merupakan pemasaran hasil-hasil pertanian dan

sekaligus sebagai tempat mereka mendapatkan benda pemenuhan

kebutuhan hidup yang mereka perlukan.

Kota merupakan tempat dimana terdapat sarana-sarana pendidikan

yang dibutuhkan oleh orang-orang desa terutama dalam melanjutkan

pendidikan yang lebih tinggi. Kota sebagai tempat memperoleh lapangan

kerja bagi orang-orang desa.

Sedangkan ketergantungan Kota terhadap desa itu sendiri dapat

dilihat dalam hal-hal sebagai berikut :

1. Sebagai suplier bahan-bahan atau hasil-hasil pertanian

2. Sebagai suplier bahan mentah atau bahan baku bagi industri

3. Sebagai tempat pemasaran hasil-hasil industri

4. Sebagai tenaga kerja bagi industri-industri, pabrik-pabrik dan lain-lain.

Pendapat tersebut di atas menjelaskan kepada kita tentang adanya

hubungan timbal balik (ulang alik) antara desa dan Kota, dimana

hubungan tersebut lebih banyak terjadi dalam hal hubungan ekonomi.

Adapun bentuk interaksi masyarakat Kota dan Kabupaten desa -

Kota:

a. Kerjasama antar penduduk

Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan

atau kelompok manusia untuk mencapai suatu tujuan. Dalam kegiatan

kerja sama, individu melakukan interaksi dengan orang lain, dimana

individu memberikan stimulus kepada individu lain, kemudian


17

individu lain memberikan reaksi terhadap stimulus yang diterimanya

ataupun sebaliknya. Kerja sama ini dapat dilihat dari turut sertanya

individu dalam kegiatan kelompok.

b. Penyesuaian terhadap lingkungan

Adaptasi yang dilakukan manusia terhadap lingkungan

menunjukkan adanya interrelasi antara manusia dan lingkungan.

Pendekatan human ecology menunjukkan adanya hubungan saling

terkait antara lingkungan dan sistem sosial/budaya.

c. Persaingan fasilitas hidup

Persaingan fasilitas hidup terjadi sebagai akibat dari keterbatasan

sumber daya manusia yang terbatas namun dengan kebutuhan yang

tidak terbatas.

d. Asimilasi

Asimilasi adalah suatu bentuk upaya yang dilakukan untuk

mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat pada individu maupun

kelompok, serta meliputi usaha-usaha mempertinggi kesatuan tindak,

sikap dan proses-proses mental dengan memerhatikan kepentingan dan

tujuan bersama. Dalam asimilasi, individu tidak lagi memikirkan

kepentingan dirinya sendiri, melainkan individu memikirkan

kepentingan kelompok. Bentuk asimilasi ini ditandai dengan adanya

pengembangan sikap yang sama dengan kelompok dalam mencapai

suatu tujuan.
18

Interaksi antara desa-Kota melahirkan suatu perkembangan baru

bagi desa maupun bagi Kota. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan

potensi yang dimiliki desa maupun Kota, dan adanya persamaan

kepentingan.

Paul Horrison dalam Inoki Hasibuan (2020) mengemukakan bahwa

relasi atau hubungan antara Kota dan pedesaan di dunia ketiga mirip sekali

dengan relasi antara negara kaya dan negara miskin. Pedesaan

menghasilkan barang yang serba murahan dibandingkan dengan segalanya

yang didatangkan dari Kota. Pedesaan tidak memiliki sistem organisasi

yang mampu memaksa pihak Kota untuk membayar hasilnya dengan harga

yang lebih tinggi.

Pendapat lain dikemukakan oleh Todaro dan Stillkind (1997)

dalam Inoki Hasibuan (2020) yang mengatakan bahwa selama pendapatan

di desa masih rendah dan upah di sektor perkotaan lebih tinggi, maka

kaum migran dari desa akan terus mengalir ke Kota untuk mencari

pekerjaan di sektor modern yang upahnya lebih baik walaupun sukar (tidak

mungkin) dimasuki.

Dari kedua pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa hubungan

pertama menggambarkan antara si kaya dan si miskin dengan segala

keterbatasannya. Sedangkan pendapat kedua menggambarkan orientasi

penduduk pedesaan yang banyak menuju ke Kota dengan harapan akan

memperoleh kehidupan ekonomi yang lebih baik.


19

Kota dan Kabupaten senantiasa saling membutuhkan sehingga

tidak dapat dikatakan nama yang lebih penting dari keduanya. Tidak dapat

di sangkal bahwa hubungan desa-kota selalu ada. Pertambahan penduduk

di pandang dapat mendorong terjadinya peningkatan intensitas dan

frekuensi ekonomi desa-Kota.

Anderson dan Leirson (1980) dalam Koestoer (2007) mengatakn

bahwa Kota, walaupun termasuk berukuran kecil akan berfungsi sebagai

pusat mata pencaharian penduduk yang beriorentasi kepada produksi,

perdagangan, dan pelayanan.

Pendapat di atas menjelaskan bahwa interaksi desa-Kota di bidang

ekonomi salah satu diantaranya adalah dilakukan dalam hubungan

perdagangan.

Adanya hubungan dagang ini diperkuat sebagai sifat Kota yang

seperti magnet. Menurut Munford dalam Nas (1989) mengatakan bahwa

sifat Kota sebagai magnet yang mempunyai daya tarik pada penghuni luar

Kota untuk mengadakan kontak, memberi dorongan untuk kegiatan rohani

dan perdagangan, tetap merupakan kriterium pokok bagi Kota.

Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa salah satu kriteria

pokok untuk tetap terjadinya interaksi antara desa-Kota adalah adanya

kegiatan perdagangan.

1.1.4. Interaksi Masyarakat Kota dan Kabupaten di Bidang Ekonomi

Ekonomi adalah aktivitas manusia yang berhubungan dengan

produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa. Ekonomi


20

secara umum atau secara khusus adalah aturan rumah tangga atau

manajemen rumah tangga. Ekonomi juga dikatakan sebagai ilmu yang

menerangkan cara-cara menghasilkan, mengedarkan, membagi serta

memakai barang dan jasa dalam masyarakat sehingga kebutuhan materi

masyarakat dapat terpenuhi sebaik-baiknya. Kegiatan ekonomi dalam

masyarakat adalah mengatur urusan harta kekayaan baik yang menyangkut

kepemilikkan, pengembangan maupun distribusi. Manusia hidup dalam

suatu kelompok yang membentuk suatu sistem. Sistem secara sederhana

dapat diartikan sebagai interaksi, kaitan, atau hubungan dari unsur-unsur

yang lebih kecil membentuk satuan yang lebih besar dan komplek sifatnya.

Dengan demikian sistem ekonomi adalah interaksi dari unitunit yang kecil

(para konsumen dan produsen) ke dalam unit ekonomi yang lebih besar

disuatu wilayah tertentu.

Adapun ekonomi masyarakat adalah sistem ekonomi yang berbasis

pada kekuatan ekonomi masyarakat. Dimana ekonomi masyarakat sendiri

adalah sebagian kegiatan ekonomi atau usaha yang dilakukan masyarakat

kebanyakan yang dengan cara swadaya mengelola sumber daya ekonomi

apa saja yang dapat diusahakan, yang selanjutnya disebut sebagai usaha

kecil dan menengah (UKM) terutama meliputi sektor pertanian,

perkebunan, peternakan, kerajinan, makanan dan sebagainya. Tujuan dari

perekonomian adalah untuk mensejahterakan dan memenuhi kebutuhan

hidup masyarakat, serta mencapai kemudahan dan kepuasan. Dengan

terpenuhinya kebutuhan masyarakat maka akan tercipta kesejahteraan


21

kelangsungan hidup yang produktif Secara garis besar dapat disimpulkan

bahwa interaksi ekonomi yakni hubungan orang-perorangan, antara

kelompok-kelompok manusia maupun antara Negara-negara dimana

manusia hidup dalam suatu kelompok yang membentuk suatu sistem.

Secara sederhana system dapat diartikan sebagai interaksi, kaitan, atau

hubungan dari unsur-unsur yang lebih kecil membentuk satuan yang lebih

besar dan komplek sifatnya.

Kawasan perkotaan selalu mempunyai ikatan yang erat dengan

wilayah disekelilingnya. Penghuni Kota biasanya terdiri atas kaum

pedagang, pegawai pemerintahan atau swasta, tukang-tukang, guru,

seniman dan sebagainya yang hidup dari kelebihan bahan pangan yang

dihasilkan oleh para petani yang hidup di daerah pedesaan. Sebaliknya,

masyarakat perkotaan selalu berusaha memenuhi kebutuhan yang

diperlukan oleh masyarakat pedesaan.

Interaksi wilayah (Spatial Interaction) adalah hubungan timbal

balik yang saling mempengaruhl antara dua wilayah atau lebih, yang dapat

melahirkan gejala, kenampakkan dan permasalahan baru, secara langsung

maupun tidak langsung, sebagai contoh antara Kota dan desa.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa interaksi antar

wilayah memiliki tiga prinsip pokok sebagal berikut: Yugandhini ( 2015)

1. Hubungan timbal-balik terjadi antara dua wilayah atau lebih

2. Hubungan timbal balik mengakibatkan proses pengerakan yaitu:

a) Pergerakan manusia (Mobilitas Penduduk)


22

b) Pergerakan Informasi atau gagasan, misalnya: informasi IPTEK,

kondisi suatu wilayah

c) Pergerakan materi / benda, misalnya distribusi bahan pangan,

pakaian, bahan bangunan dan sebagainya

3. Hubungan timbal balik menimbulkan gejala, kenampakkan dan

permasalahan baru yang bersifat positif dan negatif, sebagai contoh

a) Kota menjadi sasaran urbanisasi

b) terjadinya perkawinan antar suku dengan budaya yang berbeda

Apabila kita berbicara mengenai terjadinya kontak atau hubungan

antara dua wilayah atau lebih dan dari hasil kontak itu dapat timbul sesuatu

kenyataan yang dalam wujud tertentu, maka apa yang sedang atau yang

sudah terjadi itu diartikan sebagai interaksi Interaksi ini dapat dilhat

sebagal suatu proses sosial, proses ekonomi, proses budaya ataupun proses

politik dan sejenisnya yang lambat ataupun cepat dapat menimbulkan

sesuatu realita atau kenyataan Interkasi desa- Kota adalah proses hubungan

yang bersifat timbal balik antar unsur-unsur yang ada dan mempunyai

pengaruh terhadap perilaku dari pihak-pihak yang bersangkutan melalui

kontak langsung, berita yang didengar atau surat kabar sehingga

melahirkan sebuah gejala baru baik berupa fisik maupun non fisik.

1.1.5. Faktor Interaksi Masyarakat Kota dan Kabupaten

Menurut Edward Ulman dalam Bintarto (2003), ada 3 faktor

penyebab interaksi antar wilayah, yaitu :

a) Jarak antar wilayah


23

Kemudahan pemindahan dalam ruang baik berupa barang, jasa,

manusia maupun informasi.

b) Jumlah penduduk

Faktor jumlah penduduk berperan dalam hal penawaran dan

permintaan, kebutuhan, penyedia komoditas, dan lain-lain sebagai

bentuk dari interaksi. Besar kecilnya hal tersebut sangat dipengaruhi

oleh jumlah penduduk suatu wilayah.

c) Ketersediaan fasilitas pelayanan di setiap kabupaten

Wilayah yang memiliki potensi sumber daya yang berbeda-beda

baik secara kualitas maupun kuantitasnya, Perbedaan fasilitas dan

sumber daya Kota dan desa menyebabkan timbulnya interaksi, jadi

ada kebutuhan saling melengkapi atau komplementaritas. Manfaatnya

ditentukan oleh banyak hal seperti: wisata, pendidikan, dan

sebagainya. Semakin besar komplementaritas, semakin besar arus

komoditas.

1.2. Kajian Empiris

1.2.1. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini

sebagai pendukung antara lain:

1. Refika Ardila (2012), penelitian yang berjudul "Analisis Pengembangan

Pusat Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Banjarnegara ". Metode analisis

data yang digunakan adalah Metode pengumpulan data yang digunakan

adalah metode dokumentasi dan wawancara. Analisis yang digunakan


24

adalah analisis skalogram dan indeks sentralitas, metode gravitasi, analisis

tipologi klassen dan analisis Loca-tion Quotient. Berdasarkan hasil

penelitian diperoleh enam kecamatan yang termasuk kecamatan pusat

pertumbuhan yaitu Kecamatan Banjarnegara, Madukara, Purwanegara,

Mandiraja, Purwareja Klampok dan Susukan. Terdapat interaksi dan angka

interaksi antara kecamatan pusat pertumbuhan dengan kecamatan hinter-

landnya berbeda-beda. Sebagian besar kecamatan masih berada pada

daerah relatif tertinggal. Rata-rata sektor basis menyebar secara merata di

20 kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, naman sektor basis yang paling

dominan adalah sektor pertanian, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor

bangunan dan sektor jasa-jasa. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa

terdapat enam kecamatan pusat pertumbuhan yang saling berinteraksi

dengan kecamatan di sekitarnya. Kondisi perekonomian dan sektor basis

di tiap kecamatan berbeda-beda.

2. Risda Azizah (2015), dengan penelitian yang berjudul “Angkringan

Sebagai Unsur Tradisional Tempat Interaksi Sosial Masyarakat Perkotaan

(Studi Deskriptif Analisis Di Kecamatan Pamulung, Kota Tangerang

Selatan)”. Penelitian ini berupaya mendeskripsikan seperti apa dan

bagaimana kuliner angkringan. Pada kenyataannya angkringan bukan

hanya sebagai tempat untuk melepas dahaga dan lapar. Ada fungsi-fungsi

sosial lain yang hadir di dalam angkringan, seperti tepo seliro atau

tenggang rasa, serta melatih kejujuran masyarakat. Angkringan juga

merupakan salah satu tempat terjadinya interaksi sosial secara tidak


25

sengaja dan terjadi diantara para pengunjung angkringan yang memiliki

berbagai macam latar belakang. Penelitian ini mengamati tiga angkringan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, untuk menunjang

proses pencarian data secara lebih mendalam. Teknik pengumpulan data

dalam penelitian ini dengan wawancara dan observasi yang dilakukan

sejak Januari 2014. Wawancara dan observasi terutama dilakukan pada

tiga pedagang yang terdiri dari dua pedagang angkringan tradisional dan

satu pedagang angkringan modern. Serta sembilan orang keseluruhan

informan yang diambil dari tiga orang pengunjung dari tiap-tiap

angkringan Penelitian ini menyimpulkan bahwa angkringan merupakan

tempat interaksi sosial masyarakat perkotaan yang mampu menimbulkan

dan menunjukan bahwa pada dasarnya semua manusia itu sama dalam

perbedaan-perbedaan yang dimiliki.

3. Rina Octavia (2020), dengan judul penelitian “Interaksi Sosial Masyarakat

Desa Dan Kota (Studi Deskriptif Desa Kibang Budi Jaya Dan Kota

Panaragan Jaya Kabupaten Tulang Bawang Barat). Pada penelitian ini

mendeskripsikan tentang hubungan interaksi sosial yang saling

menguntungkan antara keduanya, adanya hubungan antara keduanya,

terutama dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan,budaya, dan politik.

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana interaksi sosial

desa Kibang Budi Jaya dan Kota Panaragan Jaya Kabupaten Tulang

Bawang Barat dan bagaimana faktor-faktor pendorong dan penghambat

interaksi sosial masyarakat desa Kibng Budi Jaya dan Kota Panaragan
26

Jaya Kabupaten Tulang Bawang Barat dan bertujuan untuk mengetahui

interaksi sosial desa Kibang Budi Jaya dan Kota Panaragan Jaya

Kabupaten Tulang Bawang Barat dan untuk mengetahui interaksi sosial

desa Kibang Budi Jaya dan Kota Panaragan Jaya Kabupaten Tulang

Bawang Barat. Sifat penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah

deskriptif, adapun jenis penelitian ini adalah field research atau penelitian

lapangan. Dan metode yang dipakai adalah metode deskriptif, kritis, dan

metode kesinambungan historis.

4. Endy Agustian (2021), dengan judul penelitian “Aktivitas Sosial-Budaya

Sebagai Bentuk Interaksi Masyarakat Multietnik (Studi Kasus: Kampung

Islam Kepaon Kota Denpasar)”. Penelitin ini bertujuan fenomena

permukiman umat Muslim di Bali yang dipenuhi dengan akulturasi budaya

dan menjadi kunci kerukunan dengan masyarakat beragama Hindu.

Metode penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini ialah metode

studi kasus dengan cara melakukan wawancara mendalam dan observasi.

Setelah data dikumpulkan, maka dilakukan analisis data dengan

penjodohan pola dan eksplanasi, serta menggunakan pendekatan

keruangan dalam hal ini analisis pola dan inetraksi keruangan. Hasil

penelitian bahwa aktivitas sosial dan budaya yang terdapat di Kampung

Islam Kepaon tidak hanya memperlihatkan hubungan antara masyarakat

yang terdapat di dalam kampung saja, melainkan hubungan antara

masyarakat yang berasal dari luar Kampung Islam Kepaon. Aktivitas

sosial dan budaya yang terbentuk menunjukkan interaksi yang


27

menggambarkan proses imbal daya dan intensitas hubungan antar ruang.

Adanya prasarana dan sarana permukiman Kampung Islam Kepaon dapat

mempermudah masyarakat setempat dalam melakukan aktvitas sosial-

budaya dan juga sebagai bentuk.

5. Aframiati Naftali Papur (2022), dengan judul penelitian “Interaksi Desa

Kota Pada Kota-Kota Kecil Di Kawasan Pesisir DIY”. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana interaksi desa Kota

pada Kota-Kota kecil di kawasan pesisir DIY melalui identifikasi Kota-

Kota kecil, desa Kota serta desa Kota yang saling berinteraksi di kawasan

pesisir DIY. Pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kualitatif,

Analisis Gravitasi dan Interaksi keruangan. Dari kedua analisis yang

dilakukan yaitu analisis gravitasi dan analisis interaksi spasial melalui

faktor pendukung interaksi keruangan, wilayah yang termasuk kelompok

interaksi kuat yaitu desa (Murtigading-Gadingsari), (Trimurti-Poncosari),

yang termasuk dalam kelompok interaksi sedang adalah desa Kota

(Donotirto-Tirtomulyo), (Trimurti-Brosot) dan (Panjatan–Gotakan ) dan

wilayah yang ternasuk interaksi lemah terjadi di Desa (Poncosari-Brosot),

(Brosot–Pandowan) ketiga interaksi tersebut berinteraksi melalui aliran

barang primer seperti barang pangan.

1.3. Kerangka Pikir

Interaksi merupakan suatu proses yang sifatnya saling timbal balik antara

dua wilayah atau lebih. Masyarakat Kota-Kabupaten juga melakukan interaksi

secara langsung maupun tidak langsung. Interaksi itu disebut dengan interaksi
28

wilayah. Karena sifatnya yang timbal balik maka kedua wilayah akan saling

memenuhi kebutuhan dengan bentuk ekonomi. Hal tersebut dapat dilihat dari data

pertumbuhan ekonomi suatu wilayah.

Pertumbuhan ekonomi Kota-Kabupaten dilakukan melalui interaksi

ekonomi, interaksi ekonomi dalam bentuk urbanisasi dan ulang alik. Dari kedua

bentuk interaksi ini maka terjadilah hubungan dagang tersebut. Dengan

memerhatikan faktor jumlah penduduk dan jarak antarwilayah tersebut dan juga

karena ketersediaan fasilitas pelayanan di setiap kabupaten.

Dimana hal ini juga dipengaruhi oleh sering tidaknya interaksi ekonomi

masyarakat Kota Kabupaten. Bentuk interaksi dan faktor yang mempengaruhi

hubungan dagang akan menentukan intensitas interaksi ekonomi masyarakat

Kabupaten-Kota. Tinggi rendahnya intensitas interaksi Kabupaten-Kota akan

mempengaruhi kesejahteraan masyarakat Kabupaten dan Kota yang selanjutnya

berdampak pada pertumbuhan ekonomi Kabupaten-Kota.

Berdasarkan hal tersebut di atas mengenai interaksi ekonomi masyarakat

Kota Kendari dan Kabupaten Konawe dan Kabupaten Konawe Selatan di provinsi

sulawesi tenggara maka disusunlah kerangka pikir penelitian secara skematis

disajikan pada skema berikut ini.


29

Analisis Interaksi Ekonomi Masyarakat Kota dan


Kabupaten Di Provinsi Sulawesi Tenggara

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara

Interaksi Ekonomi Masyarakat Interaksi


Ekonomi Masyarakat Kota Kendari,
Kabupaten Konawe dan Kabupaten Konawe
Selatan

Bentuk Interaksi Ekonomi Masyarakat Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Interaksi Masyarakat

Analisis Kuantitatif dan Analisis Deskriptif Kualitatif

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Gambar 2.1 : Skema Kerangka Pikir Interaksi Ekonomi Masyarakat Kota -


Kabupaten
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Kendari dan Kabupaten

sekitarnya. Variabel-variabel penelitian meliputi : Tingkat interaksi,

Bentuk interaksi dan faktor yang mempengaruhi interaksi (jarak

antarwilayah, jumlah penduduk dan faktor lainnya).

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2019) populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas: objek / subjek yang mempunyai kuantitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik

kesimpulannya. Populasi penelitian ini yaitu Kabupaten Kota yang berada

di Provinsi Sulawesi Tenggara yang memiliki jumlah sebanyak 17

Kabupaten Kota yakni,

30
31

Tabel 3.2.1.
Populasi Penelitian
No. Kabupaten Kota
1 Buton Kendari
2 Buton Selatan Bau-Bau
3 Buton Tengah
4 Buton Utara
5 Kolaka
6 Kolaka Timur
7 Kolaka Utara
8 Konawe
9 Konawe Selatan
10 Konawe Kepulauan
11 Konawe Utara
12 Muna
13 Muna Barat
14 Wakatobi
15 Bombana
Sumber : Diolah oleh penulis, 2023

3.2.2. Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2019) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Berdasarkan populasi

penelitian di atas maka beberapa wilayah yang digunakan sebagai sampel

dalam penelitian ini. Sampel dalam penelitian ini ditentukan secara

purposive sampling, yakni dengan cara menunjuk langsung wilayah-

wilayah yang akan diteliti. Penelitian ini dilakukan di Kota dan untuk

Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara, yang menjadi sampel penelitian

ini yaitu :

- Kota Kendari

- Kabupaten Konawe dan

- Kabupaten Konawe Selatan.


32

Alasan penelitian memilih sampel di atas adalah karena Kota

Kendari berada di sentral sebagai pusat pertumbuhan ekonomi. Kabupaten

Konawe dan Kabupaten Konawe Selatan adalah penyangga bagi Kota

Kendari sehingga kedua daerah ini lebih sering berinteraksi di Kota

Kendari di banding Kabupaten-Kabupaten lain.

3.3. Jenis dan Sumber Data

3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

kuantitatif berupa angka dan data statistik. Kemudian data kualitatif berupa

observasi dan wawancara.

3.3.2. Sumber Data

Dalam pengumpulan sumber data, peneliti melakukan

pengumpulan sumber data dalam wujud data primer dan data sekunder.

1. Data primer berupa adalah data yang diperoleh di lapangan melalui

observasi. Observasi dan wawancara dilakukan pada wilayah Kota

Kendari dan Kabupaten-Kabupaten di sekitarnya yang terkait dengan

penelitian ini. Data primer yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

data yang diperoleh langsung oleh objek yang akan diteliti

(masyarakat).

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dalam

hal ini pengambilan data-data yang telah di dokumentasikan oleh

Kantor Statistik Kota Kendari dan Kantor Statistik daerah lain. Data

sekunder yang dimaksud dalam hal ini adalah data BPS yaitu jumlah
33

penduduk dan jarak dan data dari Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan Kota Kendari yaitu jenis pekerjaan penduduk.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2019), teknik pengumpulan data merupakan

langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari

penelitian adalah mendapatkan data. Pengumpulan data dapat dilakukan

dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Teknik

pengumpulan data yang digunakan penulis untuk memperoleh data dan

informasi dalam penelitian ini adalah :

1. Observasi

Yaitu sehubungan dengan hal ini penulis melakukan observasi

berdasarkan mengamati langsung kepada objek yang akan diteliti

(masyarakat) dalam hal ini pada masyarakat yang tinggal di wilayah

Kota Kendari dan daerah-daerah sekitarnya.

2. Studi Dokumentasi

Yaitu penulis melakukan pencatatan terhadap data-data yang

diperoleh dari data yang telah di dokumentasikan oleh Kantor Statistik

Kota Kendari dan Kantor Statistik Kabupaten Konawe dan Konawe

Selatan.

3. Wawancara

Yaitu sehubungan informasi terkait faktor-faktor penyebab

terjadinya interaksi masyarakat Kota Kendari, Kabupaten Konawe dan

Kabupaten Konawe Selatan.


34

3.5. Teknik Analisis Data

Untuk menjawab permasalahan, maka akan dianalisis dengan

menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif sebagai berikut :

1. Analisis data kuantitatif adalah sebuah metode penelitian dengan objek

berupa data yang bentuknya numerik atau angka. Menurut Sugiyono

(2018) data kuantitatif merupakan metode penelitian yang

berlandaskan positivistic (data konkrit), data penelitian berupa angka-

angka yang akan diukur menggunakan statistik sebagai alat uji

penghitungan, berkaitan dengan masalah yang diteliti untuk

menghasilkan suatu kesimpulan.

2. Analisis data kualitatif deskriptif, menurut Sugiyono (2008) bahwa

penelitian kualitatif deskriptif adalah metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang biasanya digunakan

untuk meneliti pada kondisi objektif yang alamiah dimana peneliti

berperan sebagai instrumen kunci. Analisis deskriptif kualitatif

digunakan untuk menjawab permasalahan kedua. Analisis deskriptif ini

menggunakan teknik analisis ISI (Content - Analisys), yakni suatu

teknik penarikan kesimpulan berdasarkan sifat hubungan antara gejala,

fenomena, dan fakta-fakta aktual yang terjadi di lapangan secara apa

adanya.
35

3.6. Definisi Operasional Variabel

Konsep operasional variabel ini mencakup batasan atau pengertian

yang akan digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk

memperjelas ruang lingkup penelitian dan untuk memudahkan dalam

menganalisis data tersebut. Adapun batasan-batasan yang digunakan dalam

penelitian ini untuk memperjelas arah penelitian ini, maka penulis

memberikan definisi, operasional sebagai berikut :

1. Interaksi ekonomi adalah sering tidaknya masyarakat Kota Kendari

melakukan hubungan dengan masyarakat yang ada di wilayah-wilayah

di sekitarnya yang dinyatakan dengan satuan kali (kali yang dimaksud

dalam artian pertemuan antar orang perorangan/masyarakat.

2. Jarak antara kota adalah panjang darat atau laut yang menghubungkan

Kota Kendari dengan Kabupaten Konawe serta Kabupaten Konawe

Selatan yang dinyatakan dengan satuan (kilometer).

3. Jumlah penduduk yaitu penduduk atau warga adalah orang yang

tinggal di daerah tersebut, sehingga dalam hal ini adalah merupakan

jumlah orang yang tinggal di Kota Kendari dan Kaupaten Konawe

serta Kabupaten Konawe Selatan yang dinyatakan dalam satuan jiwa.

4. Faktor yang mempengaruhi interaksi ekonomi masyarakat

a) Jarak antarwilayah

Kemudahan pemindahan dalam ruang baik berupa barang, jasa,

manusia maupun informasi.

b) Jumlah penduduk
36

Faktor jumlah penduduk berperan dalam hal penawaran dan

permintaan, kebutuhan, penyedia komoditas, dan lain-lain sebagai

bentuk dari interaksi. Besar kecilnya hal tersebut sangat

dipengaruhi oleh jumlah penduduk suatu wilayah.

c) Ketersediaan fasilitas pelayanan disetiap kabupaten

Wilayah yang memiliki potensi sumber daya yang berbeda-beda

baik secara kualitas maupun kuantitasnya, Perbedaan fasilitas dan

sumber daya Kota dan desa menyebabkan timbulnya interaksi. Jadi

ada kebutuhan saling melengkapi atau komplementaritas.

Manfaatnya ditentukan oleh banyak hal seperti: wisata, pendidikan,

dan sebagainya. Semakin besar komplementaritas, semakin besar

arus komoditas.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1. Gambaran Umum Provinsi Sulawesi Tenggara

Sulawesi Tenggara adalah sebuah provinsi di Indonesia yang

terletak bagian tenggara pulau Sulawesi dengan ibu kota Kendari. Provinsi

Sulawesi Tenggara terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi, secara

geografis terletak di bagian selatan garis khatulistiwa di antara 02°45' –

06°15' Lintang Selatan dan 120°45' – 124°30' Bujur Timur serta

mempunyai wilayah daratan seluas 38.140 km² (3.814.000 ha) dan

perairan (laut) seluas 110.000 km² (11.000.000 ha). Secara administrasi

Provinsi Sulawesi Tenggara berbatasan disebelah utara dengan Provinsi

Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Tengah, sebelah Selatan

berbatasan dengan Provinsi NTT di laut Flores, sebelah Timur berbatasan

dengan Provinsi Maluku di Laut Banda dan Sebelah Barat berbatasan

dengan Provinsi Sulawesi Selatan di Teluk Bone.

Kondisi topografi tanah Provinsi Sulawesi Tenggara umumnya

memiliki permukaan yang bergunung, bergelombang dan berbukit-bukit.

Diantara gunung dan bukit-bukit tersebut, terbentang daratan yang

merupakan daerah-daerah potensial untuk pengembangan sektor pertanian.

Dilihat dari jenisnya tanah di Sulawesi Tenggara terdiri atas enam jenis

yaitu : tanah podzolik seluas 62,79 persen, tanah mediteran seluas 22

persen, tanah latosol seluas 8,66 persen, tanah organosol 2.93 persen,

tanah alluvial 3.09 persen dan tanah grumosol seluas 0,53 persen. Dari segi

37
38

geologis, kondisi batuan di Sulawesi Tenggara terdiri atas batuan

morfologis dan batuan beku. Dari ketiga jenis batuan tersebut, batuan

sedimen seluas 2.872.790 ha (75,47 persen).

Selain tanah dan gunung, Provinsi Sulawesi Tenggara juga

memiliki perairan (laut) yang sangat luas. Luas perairan diperkirakan

mencapai 110.000 km2 atau 11.000.000 ha. Perairan tersebut sangat

potensial untuk pengembangan sektor perikanan dan pengembangan

Wisata Bahari, karena disamping memiliki bermacam-- macam hasil ikan,

juga memiliki panorama laut yang sangat indah.

1.1.1. Gambaran Umum Kota Kendari

a. Kondisi Geografis

Kota Kendari merupakan Ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara dan

terletak di bagian Timur Jazirah Sulawesi Tenggara. Secara Geografis

daerah ini terletak di bagian Selatan antara 3º,00 dan 4º,25 Lintang Selatan

dan melebar dari Barat Ke Timur antara 121º,73 dan 173º,15 Bujur Timur.

Dengan ketinggian ± 30 meter dari permukaan laut yaitu Kecamatan

Abeli, Kendari Barat dan Kendari. Kota Kendari berbatasan dengan

wilayah Kabupaten lain yaitu sebagai berikut:

- Sebelah Timur berbatasan dengan Perairan Teluk Kendari

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Konawe

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan


39

Wilayah Kota Kendari menempati areal seluas 267,37 Km 2 yang

mencakup wilayah Kecamatan Mandonga seluas 20,77 Km 2, Kecamatan

Kendari seluas 15,68 Km2, Kecamatan Poasia seluas 37,74 Km2,

Kecamatan Baruga seluas 48,00 Km 2, Kecamatan Kendari Barat seluas

19,11 Km2, Kecamatan Abeli seluas 43,85 Km 2, Kecamatan Wua-Wua

seluas 11,16 Km2 , Kecamatan Kadia seluas 6,71 Km2, Kecamatan

Puuwatu 39,72 Km2, dan Kecamatan Kambu seluas 24,63 Km 2 . Kondisi

topografi kesepuluh wilayah Kecamatan tersebut cenderung bervariasi

antara daratan dan bukit dengan ketinggian 0 – 100 meter di atas

permukaan laut.

Bentuk wilayah Kota Kendari dari Kecamatan Kendari di bagian

Timur hingga Kecamatan Baruga di bagian Barat relatif memanjang dan

menjorok dari arah Selatan ke wilayah Kecamatan Poasia. Diantara

wilayah Kecamatan Kendari dan Kecamatan Poasia, terdapat kawasan

perairan Teluk Kendari yang menjorok ke darat. Kawasan perairan ini

merupakan jalur transportasi laut yang menghubungkan Kota Kendari

dengan berbagai pulau serta daerah sekitarnya. Sebagian besar

wilayah Kota Kendari berada di pesisir pantai. Dengan sedikit kawasan

Pegunungan Nipa-Nipa di bagian Utara dan kawasan perbukitan di

baguian Selatan Kecamatan Poasia. Sebagai kawasan perkotaan yang

berstatus sebagai IbuKota Provinsi Sulawesi Tenggara, Wilayah Kota

Kendari umumnya banyak dimanfaatkan sebagai areal pemukiman rakyat,

sarana dan prasarana umum, pemerintahan dan pusat-pusat pertumbuhan


40

ekonomi masyarakat. Potensi agraris daerah ini relatif sangat besar

dibandingkan dengan daerah lainnya di Sulawesi Tenggara.

b. Kondisi Demografis

Dibandingkan dengan daerah lainnya di Sulawesi Tenggara,

jumlah dan laju pertambahan penduduk Kota Kendari menunjukkan angka

yang relatif tinggi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik hingga

akhir tahun 2020 memperlihatkan bahwa jumlah penduduk Kota Kendari

telah mencapai 404.232 jiwa jika dibandingkan dengan jumlah penduduk

tahun 2019 sebesar 392.830 jiwa dan mengalami pertambahan sebesar

11.402 jiwa dari akhir bulan desember 2019 sampai bulan desember 2020.

c. Kondisi Ekonomi

Realitas ekonomi masyarakat Kota Kendari secara umum dicirikan

oleh mobilitas dan aktivitas ekonomi yang semakin hari semakin

kompleks seiring dengan perkembangan Kota yang semakin digalakkan.

Masyarakat Kota Kendari semakin memperlihatkan identitasnya

sebagai masyarakat Kota dengan pendapatan ataupun kemampuan

ekonomi yang lebih memadai dibandingkan dengan warga masyarakat

lainnya yang berdiam di sepuluh kecamatan Kota lainnya di Sulawesi

Tenggara.

Kenyataan ini dicirikan oleh beberapa indikator, seperti jenis mata

pencaharian dan pemilikan kekayaan dalam bentuk perumahan.

Menyangkut jenis mata pencaharian penduduk Kota Kendari dapat dilihat

pada tabel berikut.


41

Tabel 4.1.1
Komposisi Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan Di Kota Kendari Tahun
2020
Persentase
No. Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang)
(%)
1 Pelajar/Mahasiswa 74.547 18,44%
2 IRT 52.573 13,01%
3 PNS 24.200 5,99%
4 TNI/Polri 3.512 0,87%
5 Petani Perkebunan 2.813 0,70%
6 Peternakan 120 0,03%
7 Nelayan Perikanan 2.970 0,73%
8 Karyawan BUMN 1.362 0,34%
9 Karyawan BUMD 463 0,11%
10 Karyawan Honorer 18.023 4,46%
11 Buruh 2.579 0,64%
12 Tukang Batu 543 0,13%
13 Tukang Kayu 301 0,07%
14 Sopir 1.168 0,29%
15 Pedagang 4.120 1,02%
16 Belum Bekerja 95.905 23,73%
17 Wiraswasta 69.324 17,15%
18 Lainnya 49.709 12,30%
Jumlah 404.232 100%
Sumber : Data Sistem Informasi Administrasi Kependudukan Kota
Kendari, Tahun 2020

Tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk Kota

Kendari belum bekerja yaitu sebanyak 95.905 orang atau 23,73% disusul

pelajar sebanyak 74.547 atau 18,44%. Untuk yang bekerja, mayoritas

penduduk Kota Kendari bermata pencaharian sebagai wiraswasta yaitu

sebanyak 69.324 Orang atau 17,15%. Sedangkan penduduk yang bekerja

selain wiraswasta dan IRT relatif kecil. Penduduk yang bekerja sebagai

wiraswata dan PNS kebanyakan tinggal di wilayah Kota Kendari.

Sedangkan yang bermata pencaharian nelayan mereka kebanyakan tinggal

di pesisir pantai.
42

1.1.2. Gambaran Umum Kabupaten Konawe

Sesuai dengan lingkup lokasi penelitian ini, maka paparan tentang

gambaran umum Kabupaten di sekitar Kota Kendari pada bagian ini

dikhususkan pada kawasan pedesaan yang berada pada unit organisasi

pemerintahan Kabupaten Konawe.

a. Kondisi Geografis

Wilayah Geografis Kabupaten Konawe dengan kawasan tanah

yang relatif lebih datar. Kabupaten Konawe berbatasan dengan wilayah

Kabupaten lain yaitu sebagai berikut:

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Kendari

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kolaka

- Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan.

Ditinjau dari luas wilayahnya, Kabupaten Konawe memiliki

wilayah terkecil di Provinsi Sulawesi Tenggara yakni 11.669,91 km².

Spesifikasi wilayah geografis Kabupaten Konawe dicirikan oleh

lebih dicirikan oleh iklim perbukitan yang relatif jauh dari kawasan

perairan laut.

Topografi wilayah Kabupaten Konawe dicirikan oleh tanah datar

yang luas dan hampir merata hingga ke segenap sudut di wilayahnya.

b. Kondisi demografis

Sebagai pusat konsentrasi berbagai kegiatan pemerintahan,

kemasyarakatan dan perekonomian, Kabupaten Konawe Selatan


43

menunjukkan jumlah penduduk yang relatif lebih tinggi dibandingkan

dengan wilayah di sekitarnya. Kabupaten Konawe Selatan memiliki

260.411 jiwa berdasarkan data BPS Tahun 2020.

Disamping itu, besarnya jumlah penduduk di Kabupaten Konawe

juga dimungkinkan oleh banyaknya jumlah penduduk yang masuk

berdiam di wilayahnya secara tetap untuk tujuan berdagang, sekolah dam

memperpendek jarak ke tempat pekerjaan di kawasan perkantoran.

c. Kondisi Ekonomi

Di Kabupaten Konawe, konsentrasi perekonomian masyarakatnya

bercorak transisi dari kehidupan agraris yang bergantung sepenuhnya pada

sumber-sumber alam, ke suasana kehidupan Kota yang bernuansa non

agraris.

Gambaran tentang konsentrasi perekonomian masyarakat yang

berdiam di Kabupaten Konawe antara lain dapat dilihat dari struktur mata

pencaharian penduduknya, sebagaimana tersaji pada tabel di bawah ini.


44

Tabel. 4.1.2
Komposisi Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan Kabupaten Konawe Tahun
2020
Persentase
No. Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang)
(%)
1 Pelajar 25.891 9,94%
2 IRT 48.019 18,44%
3 Petani 4.903 1,88%
4 Pengrajin 7.329 2,81%
5 Industri 10.891 4,18%
6 Buruh 18.981 7,29%
7 Pedagang 12.019 4,62%
8 Pengangkutan 2.081 0,80%
9 PNS 15.091 5,80%
10 TNI/POLRI 9.123 3,50%
11 Pensiunan 5.092 1,96%
12 Sopir 1.902 0,73%
13 Belum Bekerja 50.921 19,55%
14 Wiraswasta 19.823 7,61%
15 Lainnya 28.345 10,88%
Jumlah 260.411 100%
Sumber : BPS, Dalam Angka, Tahun 2021

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk yang

digambarkan pada wilayah Kabupaten Konawe mayoritas belum bekerja

yaitu sebanyak 50.921 orang atau 19,55%. Untuk penduduk yang bekerja,

di atas bergerak pada buruh dan wiraswasta dengan masing-masing 18.981

orang atau 7,29% dan 19.823 atau 7,61%. Selain dari itu mayoritas

penduduk Kabupaten Konawe kebanyakan masih berstatus pelajar dan ibu

rumah tangga.

Berdasarkan pada keadaan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa

struktur pekerjaan di atas kebih mencerminkan suatu realitas

perekonomian kawasan pedesaan yang ditopang oleh supra struktur

ekonomi yang memadai.


45

Hal ini lebih dimungkinkan lagi oleh adanya beberapa indikasi

fisik yang sering dipergunakan untuk melihat tingkat kemapanan ekonomi

suatu komunitas masyarakat seperti kondisi fisik (konstruksi) rumah-

rumah penduduk dan kepemilikan barang-barang keperluan rumah tangga.

1.1.3. Gambaran Umum Kabupaten Konawe Selatan

Sesuai dengan lingkup lokasi penelitian ini, maka paparan tentang

gambaran umum Kabupaten di sekitar Kota Kendari pada bagian ini

dikhususkan pada kawasan pedesaan yang berada pada unit organisasi

pemerintahan Kabupaten Konawe.

a. Kondisi Geografis

Wilayah Geografis Kabupaten Konawe dengan kawasan tanah

yang relatif lebih datar. Kabupaten Konawe Selatan berbatasan dengan

wilayah Kabupaten lain yaitu sebagai berikut:

- Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda dan Laut Maluku

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kolaka

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Konawe dan Kota

Kendari

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Muna dan Kabupaten

Bombana

Ditinjau dari luas wilayahnya, Kabupaten Konawe Selatan

memiliki wilayah terluas yakni 451.421 km2 dan dua kali lebih luas

dibandingkan luas wilayah Kota Kendari.


46

Spesifikasi wilayah geografis Kabupaten Konawe dicirikan oleh

lebih dicirikan oleh iklim perbukitan yang relatif jauh dari kawasan

perairan laut.

Topografi wilayah Kabupaten Konawe dicirikan oleh tanah datar

yang luas dan hampir merata hingga ke segenap sudut di wilayahnya.

b. Kondisi demografis

Sebagai pusat konsentrasi berbagai kegiatan pemerintahan,

kemasyarakatan dan perekonomian, Kabupaten Konawe Selatan

menunjukkan jumlah penduduk yang relatif lebih tinggi dibandingkan

dengan wilayah di sekitarnya. Kabupaten Konawe Selatan memiliki

319.291 jiwa berdasarkan data BPS Tahun 2020.

Disamping itu, besarnya jumlah penduduk di Kabupaten Konawe

Selatan juga dimungkinkan oleh banyaknya jumlah penduduk yang masuk

berdiam di wilayahnya secara tetap untuk tujuan berdagang, sekolah dam

memperpendek jarak ke tempat pekerjaan di kawasan perkantoran.

c. Kondisi Ekonomi

Di Kabupaten Konawe Selatan, dinamika perekonomian

masyarakatnya masih didominasi oleh kehidupan agraris yang sangat

menguntungkan kehidupannya dari sumber-sumber ekstraktif yang

diperoleh dari alam. Secara khusus, konsentrasi perekonomian masyarakat

di Kabupaten Konawe Selatan memiliki corak maritim dengan nuansa

kehidupan desa yang mencolok.


47

Gambaran tentang konsentrasi perekonomian masyarakat yang

berdiam di Kabupaten Konawe Selatan dapat dilihat dari struktur mata

pencaharian penduduknya, sebagaimana tersaji pada tabel di bawah ini.

Tabel. 4.1.3
Komposisi Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan Kabupaten Konawe Selatan
Tahun 2020

No. Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Pelajar 50.918 16,18%


2 IRT 68.733 21,83%
3 Petani 10.345 3,29%
4 Pengrajin 5.290 1,68%
5 Industri 15.098 4,80%
6 Buruh 13.456 4,27%
7 Pedagang 14.285 4,54%
8 Pengangkutan 3.102 0,99%
9 PNS 18.928 6,01%
10 TNI/POLRI 12.904 4,10%
11 Pensiunan 6.091 1,93%
12 Sopir 2.830 0,90%
13 Belum Bekerja 59.293 18,84%
14 Wiraswasta 25.034 7,95%
15 Lainnya 8.478 2,69%
Jumlah 314.785 100%
Sumber : BPS, Dalam Angka, Tahun 2021

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk yang

digambarkan pada wilayah Kabupaten Konawe Selatan yaitu mayoritas

ibu rumah tangga, pelajar dan belum bekerja dengan total 178.944 orang

atau 56,85%. Hal tersebut mencapai lebih dari setengah penduduk dai

Kabupaten Konawe Selatan. Sedangkan untuk yang bekerja mayoritas

bekerja sebagai Wiraswasta sebanyak 25.034 orang atau 7,95%. Kemudian

diikuti PNS sebanyak 18.928 orang atau 6,01%. Sisanya penduduk

Kabupaten Konawe Selatan memanfaatkan kondisi geografis yan ada


48

untuk Bertani, berkebun dan juga beternak. Sedangkan yang bekerja selain

dari itu relatif berbeda sedikit.

Berdasarkan pada keadaan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa

struktur pekerjaan di atas kebih mencerminkan suatu realitas

perekonomian kawasan pedesaan yang ditopang oleh supra struktur

ekonomi yang memadai.

Hal ini lebih dimungkinkan lagi oleh adanya beberapa indikasi

fisik yang sering dipergunakan untuk melihat tingkat kemapanan ekonomi

suatu komunitas masyarakat seperti kondisi fisik (konstruksi) rumah-

rumah penduduk dan kepemilikan barang-barang keperluan rumah tangga.

1.2. Analisis Interaksi Ekonomi Masyarakat

1.2.1. Analisis Bentuk Interaksi Ekonomi Masyarakat

Sajian tentang interaksi ekonomi pada bagian ini, dimaksudkan

sebagai upaya memperoleh jumlah interaksi yang terjadi antara warga

masyarakat Kota Kendari, dengan warga masyarakat yang bermukiman di

Kabupaten Konawe dan Kabupaten Konawe Selatan.

Untuk maksud tersebut penulis menggunakan model analisis

kuantitatif dan dikemukakan oleh Carrothers dalam Binarto (2003) dengan

rumus :

Pi . Pj
lij= 2
( Dij)

Aplikasi dan penggunaan rumus di atas menggunakan dua variabel

nilai, yaitu jumlah penduduk yang dilambangkan dengan “P” dan jarak

antara Kabupaten-Kota yang dilambangkan dengan “D”. Dalam hal ini,


49

sub variabel “i” melambangkan di Kota Kendari. Sedangkan sub variabel

“j” melambangkan daerah Kabupaten yang tersebar di Kabupaten Konawe

dan Kabupaten Konawe Selatan.

Untuk keperluan subtitusi nilai variabel ke dalam formulasi

interaksi di atas adalah akan diketengahkan distribusi jumlah penduduk

dan jarak antara Kabupaten-Kota dari masing-masing unit kawasan

geografis yang menjadi lokasi penelitian ini, sebagaimana tersaji pada

tabel 4.2.1 dan 4.2.2 secara berturut-turut.

Tabel 4.2.1
Jumlah Penduduk Kota Kendari dan Kabupaten Konawe dan Konawe
Selatan Tahun 2020
Jumlah Penduduk
No. Kab/Kota
(jiwa)
1 Kota Kendari 404.232
2 Kabupaten Konawe 260.411
3 Kabupaten Konawe Selatan 319.291
Sumber : BPS, 2021

Tabel 4.2.2
Jarak Antara Kota Kendari Dengan an Kabupaten Konawe dan Konawe
Selatan Tahun 2021
Kabupaten
Lokasi
Konawe Konawe Selatan
Penelitian
(KM) (KM)
Kota Kendari 65 15
Sumber : BPS, 2021
Berdasarkan data jumlah penduduk dan jarak antara Kota Kendari

dengan Kabupaten Konawe dan Konawe Selatan, kemudian data dianalisis

dan dianalisis sesuai dengan analisis model gravitasi. Berikut ini adalah

perhitungan tingkat interaksi masyarakat kota dan kabupaten.

1. Kota Kendari dengan Kabupaten Konawe


50

Pi = 404.232
Pj = 260.411
Dij2 = (65)2
= 4.225
Pi . Pj
lij= 2
( Dij)
404.232 x 260.411
lij= 4.225
= 24.915.138,31

2. Kota Kendari dengan Kabupaten Konawe Selatan

Pi = 404.232
Pj = 319.291
Dij2 = (15)2
= 225
Pi . Pj
lij= 2
( Dij)
404.232 x 319.291
lij= 225
= 573.633.953,39

Secara lebih rinci hasil perhitungan besarnya nilai interaksi dari

kedua wilayah tersebut di atas dapat dilihat pada Tabel 4.2.3 berikut ini:

Tabel 4.2.3
Perhitungan Nilai Interaksi Masing-Masing Lokasi Penelitian
Banyaknya
Unit Kawasan Geografis
Kuadrat Interaksi
Penduduk Penduduk
No. Jarak Hasil Analis
(Pi) (Pj)
Kota Kabupaten (Dij)2 Gravitasi
(lij)
1 Kota Kendari Konawe 404.232 260.411 4.225 24.915.138,3
2 Kota Kendari Konawe Selatan 404.232 319.291 225 573.633.953,
Sumber : Data Diolah (2023)
Berdasarkan pada tabel di atas menunjukkan bahwa Kota Kendari

memiliki tingkat interaksi ekonomi lebih tinggi dengan Kabupaten


51

Konawe Selatan yaitu sebesar 573.633.953,39 sedangkan untuk Kota

Kendari dan Konawe tingkat interaksi yaitu 24.915.138,31. Dari data

tersebut menjelaskan bahwa selain memiliki jumlah penduduk yang

banyak juga Kabupaten Konawe Selatan merupakan Kabupaten terdekat

dengan yang dilihat dari jarak dengan Kota Kedari sehingga hal tersebut

memicu akan tingginya tingkat interaksi ekonomi di Kota Kendari.

Pada bagian ini juga bentuk interaksi antara masyarakat Kota

Kendari dengan Kabupaten Konawe dan Konawe Selatan akan difokuskan

pada aspek ekonomi. Karena aspek ekonomi ini dipandang sebagai

indikator utama dalam melukiskan fenomena interaksi Kabupaten-Kota.

Indikator paling dominan dalam melukiskan bentuk interaksi

antara warga masyarakat Kabupaten di Kabupaten Konawe dan Kabupaten

Konawe Selatan ditinjau dari aspek ekonomi, proses interaksi ekonomi

dikawasan tersebut umumnya berwujud urbanisasi dan ulang-alik. Hal ini

terjadi karena Kabupaten Konawe dan Konawe Selatan mayoritas

pekerjaan penduduknya adalah petani. Dimana hasil petani akan di bawa

ke Kota Kendari sebagai pusat pemasaran produk.

Bentuk interaksi ekonomi dibidang perdagangan yang berwujud

urbanisasi banyak ditemui pada warga masyarakat Kabupaten Konawe

yang memilih menetap di Kota Kendari untuk keperluan perdagangan.

Jenis kegiatan perdagangan yang dilakukan oleh warga masyarakat

Kabupaten Konawe umumnya bersifat retail (eceran) di pasar-pasar Kota

Kendari seperti Pasar Sentral Kota, Pasar Lawata dan Pasar Sentral Wua-
52

Wua, khususnya di Pasar Baruga Kota Kendari yang menjadi pusat semua

hasil pertanian di berbagai Kabupaten khususnya dari Kabupaten Konawe

Selatan dan Kabupten Konawe dan kemudian di distribusikan ke Kota

Kendari. Hasil ini sejalan dengan hasil wawancara dengan Ibu Ferawati

(Pemilik Toko Asal Konawe), dengan petikan wawancara sebagai berikut:

“Untuk barang dagang eceranku itu seperti pecah belah, rokok, dan
kebutuhan rumah tangga kayak rinso, sabun mandi, dan pasta gigi itu
sumbernya dari Kendari karena kalau saya stok barang itu saya turun ke
Kendari harganya lebih murah di Kendari daripada saya stok barang-
barangku disini”.

Berdasarkan hasil wawancara juga diketahui bahwa hubungan

ekonomi terjalin melalui jual beli komoditas pertanian dan perkebunan

dari Kabupaten ke Kota. Hal ini dikarenakan baik Kabupaten Konawe dan

Konawe Selatan merupakan daerah penghasil sayur dan buah-buahan.

Kemudian komoditas tersebut dibawa ke Kota dan didistribusikan ke

pasar-pasar lokal yang ada di Kota. Hasil ini sejalan dengan hasil

wawancara dengan Bapak Kifli (Petani dan penjual sayur mayur asal

Konawe Selatan), dengan petikan wawancara sebagai berikut:

“Saya sebagai petani dan tukang kebun menjual hasil komoditas ke


Kota dikarenakan di Kota lebih cepat laku karena untuk dijual kembali
dibandingkan dijual di daerah sini. Hasil tani dan kebun sering kita jual ke
pengepul langganan di Kota dalam jumlah cukup banyak tapi itu semua
tergantung musim dan hasil tani dan kebun juga. saya juga biasa ke Kota
sekalian kunjungi anakku yang sekolah disana sama ketika ada keperluan
keluarga seperti baju lebaran dan seragam sekolah untuk anak-anak karena
pusat perbelanjaan murah dan berkualitas berada di Kota. Di Kendari juga
banyak tempat perbelanjaan sekaligus tempat rekreasi yang sangat cocok
untuk keluarga Ketika berbelanja seperti Lippo Plaza dan The Park.
Karena akses ke Kendari tidak terlalu jauh makanya saya sering ke
Kendari”.
53

Hasil wawancara penelitian juga diketahui bahwa warga

masyarakat tersebut memilih menetap di Kota Kendari untuk

mempermudah dan menghemat biaya operasional yang biasanya banyak

terserap dibidang transportasi. Meski demikian fenomena urbanisasi di

bidang perdagangan ini relatif tidak berlangsung secara permanen atau

tidak dilakukan dengan menetap di Kota Kendari dalam jangka waktu

tetap, artinya pada momentum-momentum tertentu, seperti pada saat hari

raya Idul Fitri maupun Idul Adha, warga masyarakat yang dimaksud

biasanya berinsiatif pulang kampung untuk bertemu sanak keluarga,

sekaligus mengalirkan sejumlah penghasilannya dalam bentuk uang

maupun materil ke kampung halamannya. Kenyataan ini berdampak

positif terhadap peningkatan arus dan laju pertumbuhan ekonomi

masyarakat Kabupaten di Kabupaten Konawe. Hal ini dibenarkan oleh

Bapak Iksandi (Sopir antar Kota/Kabupaten) yang datang ke Kota Kendari

bekerja sebagai sopir, dengan petikan wawancara sebagai berikut:

“Saya itu kalau banyak dapat orderan kalau dekat-dekat hari raya
karena banyak penumpang ingin mudik dari Kota ke Kabupaten begitupun
sebaliknya. Tapi kalau hari-hari biasa, kadang ada penumpang yang
cuman minta diantar pergi untuk beli barang buat isi di tokonya baru di
antar kembali jadi pulang pergi. Ada juga yang minta titip dibelikan
barang di Kota nanti sa ke Konawe Selatan misalnya baru saya bawakan
titipannya karena lebih murah katanya di Kota dibandingkan disana.”.

Di samping berwujud urbanisasi, sebagian masyarakat Kabupaten

Konawe serta sebagian masyarakat Kabupaten Konawe Selatan melakukan

interaksi perdagangan dengan warga masyarakat Kota Kendari dalam

wujud ulang-alik, artinya disatu pihak, warga masyarakat Kota Kendari


54

sering menjalin kontak perdagangan dengan warga masyarakat di

Kabupaten Konawe dan Kabupaten Konawe Selatan.

Berdasarkan observasi juga, warga masyarakat dari kedua

Kabupaten tersebut terhadap masyarakat Kota Kendari umumnya dicirikan

oleh aktivitas memindahkan barang dagangan yang dibeli di Kota Kendari

untuk di pasarkan di Kabupaten masing-masing. Jenis barang dagangan

tersebut terdiri dari bahan pangan kemasan (gula, mie instant, kaleng,

bumbu masak dan kebutuhan pangan lainnya), bahan keperluan rumah

tangga (sabun, pasta gigi, lampu pijar dan keperluan rumah tangga

lainnya), bahan sandang (pakaian, aksesoris dan kebutuhan sandang

lainnya), bahan papan (semen, cat, paku, alat pertukangan dan kebutuhan

papan lainnya), bahan keperluan komplementer (televisi, radio, rice

cooker, kulkas dan kebutuhan komplementer lainnya) serta berbagai jenis

barang dagangan lainnya.

Volume jenis dan omset penjualan barang yang terbesar terjadi

pada warga masyarakat Kota Kendari. Hal ini disebabkan oleh segmentasi

pasar yang cenderung lebih besar pada kelurahan tersebut akibat semakin

tingginya daya beli dan tingkat kemapaman ekonomi masyarakat.

Jenis barang kebutuhan pokok yang dialirkan oleh warga

masyarakat Kabupaten Konawe Selatan dan Kabupaten Konawe dari Kota

Kendari di Kabupaten masing-masing.

Interaksi perdagangan yang berwujud ulang-alik dilakukan warga

masyarakat dari dua Kabupaten tersebut di atas terhadap warga masyarakat


55

Kota Kendari juga dicirikan oleh aktivitas pemasaran produk-produk

ekstra aktif hasil olahan ke sentra-sentra penjualan di Kota Kendari.

Keberadaan Pasar Sentral Kota merupakan sentra penjulan produk hasil

ekstra aktif (hasil olahan dari alam) yang paling banyak diramaikan oleh

warga masyarakat yang berasal dari dua Kabupaten tersebut.

Interaksi perdagangan berwujud pulang-pergi yang dilakukan oleh

warga masyarakat Kota Kendari terhadap warga masyarakat di Kabupaten

Konawe dan Kabupaten Konawe Selatan, umumnya dicirikan oleh

aktivitas para pedagang prngumpul yang sering mengadakan perjalanan

keliling desa untuk membeli bahan-bahan hasil pertanian, hasil perikanan

dan hasil peternakan dari penduduk desa dan dipasarkan melalui pedagang

eceran di Kota Kendari.

Di Kabupaten Konawe, bahan-bahan yang diperoleh pedagang

pengumpul pada umumnya berasal dari para tengkulak yang juga

mengumpulkan bahan-bahan hasil dari petani yang ada di sekitar

kabupaten tersebut.

Bentuk interaksi ekonomi di bidang perdagangan yang berlangsung

dalam wujud kerja sama dan urbanisasi serta ulang-alik di atas merupakan

suatu mata rantai perekonomian daerah Kota Kendari dan sekitarnya yang

memiliki aksesbilitas saling menguntungkan bagi peningkatan pendapatan

dan penghasilan warga masyarakat berekonomi lemah, baik yang

bermukim di Kota Kendari maupun di kawasan pedesaan sekitarnya,


56

termasuk yang bermukim di Kabupaten Konawe dan Kabupaten Konawe

Selatan.

1.2.2. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Ekonomi

Masyarakat

a. Jarak antar wilayah

Secara lebih rinci jarak anatara kota kendari dan kabupaten

konawe dan konawe selatan tersebut dapat dilihat pada Tabel di bawah

ini :

Tabel 4.2.1
Jarak Antara Kota Kendari dengan Kabupaten Konawe dan Konawe
Selatan Tahun 2021
Kabupaten
Lokasi Penelitian Konawe Konawe Selatan
(KM) (KM)
Kota Kendari 65 15
Sumber : BPS, 2023

Berdasarkan tabel dapat disimpulkan bahwa jarak antara Kota

Kendari dengan Kabupaten Konawe adalah sebesar 65 KM sedangkan

jarak Kota Kendari dengan Kabupaten Konawe Selatan adalah sebesar 15

KM. Dari penjelasan tersebut maka jarak antar wilayah memiliki pengaruh

terhadap interaksi ekonomi suatu masyarakat.

Interaksi ekonomi antara Kabupaten Konawe dengan Kota

Kendari, disebabkan oleh rasio jarak antara Kabupaten Konawe dengan

Kota Kendari cenderung lebih besar (jauh) dibandingkan dengan

Kabupaten Konawe Selatan. Besarnya rasio jarak antara Kabupaten


57

Konawe dengan Kota Kendari tersebut menjadikan Kabupaten ini

memiliki tingkat interaksi ekonomi terendah dengan di Kota Kendari.

Hal ini juga dipengaruhi dengan semakin tersedianya sarana dan

prasarana transportasi darat yang memungkinkan warga masyarakat Kota

Kendari mengadakan interaksi langsung dengan warga masyarakat

Kabupaten Konawe dan Kabupaten Konawe Selatan.

b. Jumlah penduduk

Secara lebih rinci jumlah penduduk anatara kota kendari dan

kabupaten konawe dan konawe selatan tersebut dapat dilihat pada Tabel di

bawah ini :

Tabel 4.2.2
Jumlah Penduduk Kota Kendari, Kabupaten Konawe dan Konawe Selatan
Tahun 2020
Jumlah Penduduk
No Kab/Kota Rating
( Jiwa)
1 Kota Kendari 404.232 I
2 Kab. Konawe 260.411 III
3 Kab. Konawe Selatan 319.291 II
Sumber : BPS, 2023

Berdasarkan tabel dapat disimpulkan bahwa data jumlah penduduk

diperoleh jumlah penduduk Kota Kendari sebesar 404.232 jiwa, Kab.

Konawe sebesar 260.411 jiwa, sedangkan dengan Kab. Konawe Selatan

sebesar 319.291 jiwa. Dengan rating Kota Kendari I, Kab. Konawe III dan

Kab. Konawe Selatan dengan rating II. Dari data jumlah penduduk dan

rating masing-masing Kota/Kab diatas Kota Kendari berada pada rating I

dengan jumlah penduduk terbanyak diantara kab. Konawe dan Konawe

Selatan.
58

Dari penjelasan di atas dapat dikatakan tingkat interaksi ekonomi

antara Kota Kendari dengan Kabupaten Konawe dan Konawe Selatan

dipengaruhi oleh besarnya jumlah penduduk. Faktor jumlah penduduk

dalam hal ini tetap dipandang sebagai faktor dominan karena rasio jumlah

penduduk sangat mempengaruhi aspek penawaran dan permintaan,

kebutuhan, penyedia komoditas dan lain-lain sebagai akibat dari interaksi.

Demikian pula jenis pekerjaan penduduk, dimana

penduduk/masyarakat Kabupaten Konawe Selatan banyak yang bekerja di

Kota Kendari seperti sebagai pedagang, pegawai, pelayan jasa

kemasyarakatan dibandingkan dengan wilayah lain yang penduduknya

relatif sedikit bekerja di Kota Kendari.

c. Ketersediaan fasilitas pelayanan disetiap Kabupaten

Untuk melihat daya tarik dari masing-masing wilayah baik Kota

Kendari, Kabupaten Konawe, dan Kabupaten Konawe Selatan akan

diuraikan dalam matriks berikut yang diperoleh dari data Badan Pusat

Statistik adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2.3
Matriks Fasilitas Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara (Kendari, Konawe,
dan Konawe Selatan) Tahun 2020

Fasilitas Pelayanan
No Kabupaten/ Total
Pendidikan Industri Rating
. Kota Fasilitas
(SMA, SMK, Rumah (Industri Pasar dan
Wisata
dan Sakit Besar dan Pertokoan
Universitas) Sedang)
1. Kota Kendari 31 11 47 48 75 212 I
59

Kabupaten
2. 13 2 31 16 39 101 III
Konawe
Kabupaten
3. Konawe 11 1 97 14 82 205 II
Selatan
Sumber : Badan Pusat Statistik (2023)
Berdasarkan pada tabel matriks di atas diperoleh bahwa Kota

Kendari memiliki fasilitas terbanyak sebesar 212 diikuti oleh Kabupaten

Konawe Selatan sebanyak 205 dan terakhir Kabupaten Konawe sebanyak

101 fasilitas. Kabupaten Konawe dan Konawe Selatan melakukan interaksi

di Kota Kendari dikarenakan adanya fasilitas di Kota Kendari yang

dianggap lebih baik seperti pendidikan, rumah sakit dan industri. Namun

untuk fasilitas pelayanan untuk wisata dan pasar/pertokoan maka akan

lebih banyak melakukan interaksi di Kabupaten Konawe Selatan. Namun

berdasarkan pada tabel tersebut Kota Kendari untuk fasilitas

pelayanannya mempunyai rating I yang kemudian disusul oleh Kabupaten

Konawe Selatan lalu Kabupaten Konawe.

1.3. Pembahasan

1.3.1. Bentuk Interaksi Ekonomi Masyarakat

Interaksi antara desa-kota melahirkan suatu perkembangan baru

bagi desa maupun bagi Kota. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan

potensi yang dimiliki desa maupun kota, dan adanya persamaan

kepentingan.

Paul Horrison dalam Inoki Hasibuan (2020) mengemukakan bahwa

relasi atau hubungan antara Kota dan pedesaan di dunia ketiga mirip sekali
60

dengan relasi antara negara kaya dan negara miskin. Pedesaan

menghasilkan barang yang serba murahan dibandingkan dengan segalanya

yang didatangkan dari Kota. Pedesaan tidak memiliki sistem organisasi

yang mampu memaksa pihak Kota untuk membayar hasilnya dengan

harga yang lebih tinggi. Untuk bentuk interaksi masyarakat Kota dan

Kabupaten sendiri terbagi menjadi 4 bagian yakni: kerjasama antar

penduduk, penyesuaian terhadap lingkungan, persaingan fasilitas hidup,

dan asimilasi.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk interaksi

masyarakat antara Kota Kendari dengan Kabupaten Konawe dan Konawe

Selatan dalam ekonomi berbentuk perdagangan yakni berwujud kerja sama

antarpenduduk dengan cara urbanisasi dan ulang-alik. Proses urbanisasi

umumnya ditemui pada masyarakat Kabupaten Konawe dan Konawe

Selatan yang menetap di Kota Kendari. Bentuk ulang-alik terjadi pada

masyarakat Kabupaten Konawe dan Konawe Selatan dengan Kota Kendari

yang saling mengadakan kontak perekonomian.

Penelitian ini didukung oleh Refika Ardila (2012), yang

menemukan hasil bahwa terdapat enam kecamatan pusat pertumbuhan

yang saling berinteraksi dengan kecamatan di sekitarnya. Kondisi

perekonomian dan sektor basis di tiap kecamatan berbeda-beda.

1.3.2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Ekonomi Masyarakat

Menurut teori yang dikemukakan oleh Edward Ulman dalam

Bintarto (2003) ada 3 faktor yang menjadi faktor utama yang


61

mempengaruhi interaksi masyarakat Kota Kendari dengan Kabupaten

Konawe dan Konawe Selatan yakni:

a. Jarak antar wilayah

Semakin besar jarak antarwilayah Kota dan Kabupaten maka

semakin rendah pula tingkat interaksi ekonomi antara Kota Konawe

Kabupaten. Hal ini sejalan dengan rendahnya tingkat interaksi

ekonomi antara Kabupaten Konawe dengan Kota Kendari, disebabkan

oleh rasio jarak antara Kabupaten Konawe dengan Kota Kendari

cenderung lebih besar (jauh) dibandingkan dengan Kabupaten

Konawe Selatan. Hal ini menyebabkan masyarakat Kabupaten

Konawe cenderung melakukan urbanisasi dan menetap di Kota

Kendari sedangkan masyarakat Konawe Selatan lebih cenderung

ulang-alik (pulang-pergi).

Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Refika Ardila (2012) yang menemukan hasil bahwa angka interaksi

antara kecamatan pusat pertumbuhan dengan kecamatannya berbeda-

beda. Sebagian besar kecamatan masih berada pada daerah relatif

tertinggal.

b. Jumlah penduduk

Jumlah penduduk juga menjadi alasan utama yang

mempengaruhi interaksi ekonomi masyarakat Kota Kendari dengan

Kabupaten Konawe dan Konawe Selatan. Karena Kota Kendari

merupakan Ibukota dan menjadi mayoritas dan pusat aktivitas


62

perekonomian. Masyarakat Kabupaten Konawe dan Konawe Selatan

lebih memilih untuk ke Kota Kendari karena aspek penawaran dan

permintaan, kebutuhan, penyedia komoditas dan lain-lain lebih

banyak ada di Kota Kendari sebagai akibat dari interaksi.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Edward Ulman dalam

Bintarto (2003), terkait faktor yang mempengaruhi interaksi besar

kecilnya hal tersebut sangat dipengaruhi oleh jumlah penduduk suatu

wilayah.

c. Ketersediaan fasilitas pelayanan di setiap Kabupaten

Daya tarik suatu wilayah memiliki pengaruh terhadap potensi

yang dimilikinya (Adisasmita dalam Yusliana dan Devi, 2020).

Ketersediaan Fasilitas pelayanan suatu wilayah merupakan daya tarik

bagi suatu wilayah.

Berdasarkan data matriks fasilitas pelayanan antara Kota

Kendari, Kabupaten Konawe dan Kabupaten Konawe Selatan

diperoleh fasilitas pelayanan di Kota Kendari lebih banyak tersedia

dibandingkan Kabupaten lain. Hal ini berpotensi merangsang aktivitas

ekonomi masyarakat di wilayah di sekitar Kota Kendari seperti

semakin banyaknya sentra-sentra produk barang dan jasa, semakin

banyaknya suplai bahan pangan kemasan, sandang, papan dan

kebutuhan komplementer yang hendak dipasarkan ke pedesaan dan

lain-lain karena pusat industri, pasar dan pertokoan berpusat di Kota


63

Kendari. Hal ini juga menyebabkan masyarakat Kabupaten Konawe

dan Konawe Selatan lebih banyak ke kota dan menetap di daerah ini.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu mendukung

hasil penelitian ini, yakni adanya fasilitas prasarana dan sarana

permukiman Kampung Islam Kepaon dapat mempermudah masyarakat

setempat dalam melakukan aktvitas sosial-budaya dan juga sebagai

bentuk interaksi. Peneliti yang dimaksud yaitu Endy Agustian (2021)

yang bentuk Interaksi Masyarakat Multietnik pada Kampung Islam

Kepaon Kota Denpasar


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya,

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Bentuk interaksi ekonomi bentuk interaksi masyarakat antara Kota

Kendari dengan Kabupaten Konawe dan Konawe Selatan dalam ekonomi

berbentuk perdagangan yakni berwujud kerja sama antarpenduduk dengan

cara urbanisasi dan pulang pergi. Kota kendari sebagai pusat pertumbuhan

ekonomi dan yang berinteraksi yakni seluruh penduduk termasuk

Kabupaten Konawe dan Konawe Selatan, disebabkan Kota Kendari

memiliki ketersediaan fasilitas pelayanan yang lebih banyak dibandingkan

kabupaten lain. Sehingga masyarakat datang ke Kota Kendari dan

mendapatkan pekerjaan, dan sebaliknya kabupaten lain memiliki aktivitas

tambang dan juga hasil pertanian nya yang di bawa ke Kota Kendari.

Proses urbanisasi umumnya ditemui pada masyarakat Kabupaten Konawe

dan Konawe Selatan yang menetap di Kota Kendari. Dengan analisis

gravitasi yaitu interaksi ekonomi antara Kota Kendari dengan wilayah

sekitarnya adalah cukup tinggi, utamanya yang berlangsung antara warga

masyarakat kota Kendari dengan warga masyarakat kabupaten konawe

selatan sebesar 573.633.953,39 kali dan rendah antara masyarakat Kota

Kendari dan Kabupaten Konawe 24.915.138,31 kali.

64
65

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi ekonomi masyarakat antara

Kota Kendari dengan Kabupaten Konawe dan Konawe Selatan yaitu,

dipengaruhi oleh jarak antar wilayah, jumlah penduduk dan ketersediaan

fasilitas pelayanan di setiap Kabupaten.

5.2. Saran-Saran

Adapun saran-saran yang dapat diberikan yaitu:

1. Untuk meningkatkan interaksi dan pertumbuhan ekonomi antar wilayah

kota dan kabupaten di daerah ini, Pemerintah perlu memperbanyak

fasilitas pelayanan dengan cara meningkatkan jumlah dan jangkauan

fasilitas, meningkatkan kapasitas dan menyediakan fasilitas yang lengkap,

serta memperhatikan aksesibilitas bagi semua lapisan masyarakat. Selain

itu, optimalisasi penggunaan sumber daya dan kerja sama dengan sektor

swasta dapat menjadi langkah efektif. Evaluasi berkala juga diperlukan

untuk mengidentifikasi area perbaikan dan meningkatkan kualitas

pelayanan secara keseluruhan.

2. Bentuk interaksi ruralisasi atau perpindahan penduduk kota ke daerah

kabupaten untuk tujuan menetap perlu digalakkan lewat peningkatan

jumlah sarana dan prasarana instansi pemerintahan teknis yang

ditempatkam di kawasan pedesaan yang di dalamnya terdapat fasilitas

lapangan kerja bagi pegawai negeri sipil pada khususnya.


DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, H.R. (2005). Dasar-Dasar Ekonomi wilayah. Graha Ilmu: Jakarta.


Agustian, E., Rachmawati, R., Rijanta, R., & Pitoyo, A. J. (2021). Aktivitas
Sosial-Budaya Sebagai Bentuk Interaksi Masyarakat Multietnik (Studi
Kasus: Kampung Islam Kepaon Kota Denpasar). Plano Madani: Jurnal
Perencanaan Wilayah dan Kota, 10(2), 209-220.
Ardila, R. (2012). Analisis pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Banjarnegara. Economics Development Analysis
Journal, 1(2).
Azizah, R. (2015). Angkringan sebagai unsur tradisional tempat interaksi sosial
masyarakat perkotaan (studi deskriptif analisis di Kecamatan Pamulang,
Kota Tangerang Selatan).
Bintarto, R, 2003. Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya. Jakarta : Ghalia,
Indonesia
Bintarto, R., 2001. Urbanisasi dan Permasalahnnya. Jakarta : Ghalia, Indonesia
Hasibuan, I., Siregar, R. T., Manullang, M., & Damanik, S. E. (2020). Interaksi
Desa Kota Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Di Kabupaten
Simalungun (Studi Kasus Di Desa Perbatasan). Jurnal Regional
Planning, 2(2), 79-88.
Ismid Hadad, (2010). Gerakan Lingkungan dan Advokasi Pembangunan
Berkelanjutan” dalam Iwan Jaya Azis, Lydia M. Napitupulu, Arianto
Patunru, dan Budi Reksosudarmo, Pembangunan Berkelanjutan, Peran
dan Kontribusi Emil Salim. Kepustakaan Populer Gramedia. Jakarta.
Kabu, M. (2019). Pengaruh Daya Tarik Wisata dan Aksesibilitas Terhadap
Tingkat Kunjungan Wisata ke Desa Boti Kabupaten Timor Tengah
Selatan. TOURISM: Jurnal Travel, Hospitality, Culture, Destination, and
MICE, 2(1), 24-31.
Koertoer, R.H., 2007. Perspektif Lingkungan Desa Kota, Teori dan Kasus, Jakarta
: UI-Press
Marbun, 1989. Kota Masa Depan, Prospek dan Masalahnya. Jakarta : Erlangga
Muhammad Hanif. 2011. Peranan Wanita Desa Soco Bendo Magetan Dalam
Mengatasi Dampak Psikologi Sosial Pasca Madiun Affair 1948 (Studi
Sejarah Sosial). Agastya. No.1 Tahun I Januari 2011: 61-79.
Octavia, R. (2020). Interaksi Sosial Masyarakat Desa Dan Kota (Studi Deskriptif
Desa Kibang Budi Jaya Dan Kota Panaragan Jaya Kabupaten Tulang
Bawang Barat) (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).
Papur, A. N., & Hidayati, S. R. (2022). Interaksi Desa Kota Pada Kota-Kota Kecil
Di Kawasan Pesisir DIY. MATRA, 3(1), 11-20.

66
67

Pratiwi, N., Santosa, D. B., & Ashar, K. (2018). Analisis implementasi


pembangunan berkelanjutan di Jawa Timur. Jurnal Ilmu Ekonomi Dan
Pembangunan, 18(1), 1-13.
Reksohadiprodjo, S., dan Karseno, A.R., 1985. Ekonomi Perkotaan. Yogyakarta
BPFE-UGM.
Richardson, H.W., 1987, Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi Regional.Jakarta : LPFE-UI
Rusli, S., 2008. Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta : LP3ES
Sugiyono (2018). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono . (2019). Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Winahyu, D. J., & SOESANTO, H. (2012). Analisis Pengaruh Persepsi Harga,
Kualitas Produk dan Daya Tarik Iklan terhadap Minat Beli Air Minum
Axogy (Studi Kasus pada Pengguna Air Minum Kota Magelang Jawa
Tengah) (Doctoral dissertation, Fakultas Ekonomika dan Bisnis).
Yugandhini, Hista. "Studi Pengembangan Ekonomi Lokal Terkait Interaksi Desa-
Kota (Studi Kasus Kawasan Sentra Airguci, Kabupaten Banjar)." (2015).
Yusliana, Mutiasari Kurnia Devi (2020). Interaksi Wilayah Pusat Pertumbuhan
Melalui Pendekatan Skalogram Dan Gravitasi di Wilayah Pesisir Daerah
Istimewa Yogyakarta. Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan Geografi, 4(2),
148-159
LAMPIRAN

LAMPIRAN I. : Daftar Pertanyaan Wawancara


No. Indikator Pertanyaan Informan
1 Bentuk Interaksi apa saja tujuan ketika - Pemilik Toko
masyarakat melakukan keluar - Penjual sayur dan buah
kota/kabupaten - Supir antar kota/kabupaten
2 Bentuk Interaksi apakah selama ini masih - Pemilik Toko
sering untuk keluar masuk - Penjual sayur dan buah
antar kota/kabupaten? - Supir antar kota/kabupaten
3 Bentuk Interaksi Seberapa sering ketika - Pemilik Toko
melakukan keluar masuk antar - Penjual sayur dan buah
kota/kabupaten? - Supir antar kota/kabupaten
4 Bentuk Interaksi Komoditas apa saja yang - Pemilik Toko
sering diperjualbelikan antar - Penjual sayur dan buah
kota/kabupaten?
5 Bentuk Interaksi Apakah komoditas yang - Pemilik Toko
diperjualbelikan masyarakat - Penjual sayur dan buah
antar kota/kabupaten
dilakukan dalam jumlah
besar?
6 Bentuk Interaksi Apakah terjadi persaingan - Pemilik Toko
antara produk antar - Penjual sayur dan buah
kota/kabupaten?
7 Faktor Pengaruh Apakah faktor jarak wilayah - Pemilik Toko
Interaksi : dan jumlah penduduk menjadi - Penjual sayur dan buah
- Jarak Wilayah pertimbangan ketika - Supir antar kota/kabupaten
- Jumlah Penduduk melakukan keluar masuk antar
kota/kabupaten?
8 Faktor Pengaruh Apakah kebutuhan berbelanja - Pemilik Toko
Interaksi : lebih banyak tersedia di - Penjual sayur dan buah
- Ketersediaan kota/kabupaten? - Supir antar kota/kabupaten
Fasilitas
9 Faktor Pengaruh apa saja yang menjadi daya - Pemilik Toko
Interaksi : tarik ketika masyarakat akan - Penjual sayur dan buah
- Ketersediaan melakukan keluar - Supir antar kota/kabupaten
Fasilitas kota/kabupaten

68
69

LAMPIRAN II. : Hasil Wawancara


Informan No Indikator Pertanyaan Hasil Wawancara
.
Ibu 1 Bentuk Apa saja tujuan Karena saya ada tokoku jadi barang
Ferawati Interaksi ketika masyarakat dagang eceranku itu seperti pecah belah,
(Pemilik melakukan keluar rokok, dan kebutuhan rumah tangga kayak
Toko kota/kabupaten rinso, sabun mandi, dan pasta gigi itu
Asal sumbernya dari kendari karena kalau saya
Konawe) stok barang itu saya turun ke kendari
harganya lebih murah di kendari daripada
saya stok barang-barangku disini.

2 Bentuk Apakah selama ini Sering kalau adami barang di tokoku yang
Interaksi masih sering untuk sudah habis baru saya mau stok lagi.
keluar masuk antar
kota/kabupaten?
3 Bentuk Seberapa sering Kadang dalam satu bulan bisa 2 sampai 3
Interaksi ketika melakukan kali. Karena ada juga keluarga disana
keluar masuk antar
kota/kabupaten?
4 Bentuk Komoditas apa saja Seperti pecah belah, rokok, dan kebutuhan
Interaksi yang sering rumah tangga.
diperjualbelikan
antar
kota/kabupaten?
5 Bentuk Apakah komoditas Kalau untuk beli eceran tidak terlalu
Interaksi yang dipikirkan karena beda sedikit harganya.
diperjualbelikan Kecuali beli banyak baru terasa perbedaan
masyarakat antar harganya antara beli disini sama di kota.
kota/kabupaten
dilakukan dalam
jumlah besar?
6 Bentuk Apakah terjadi Iya karena barang yang saya stok biasa
Interaksi persaingan antara bukan barang sedikit bahkan bisa penuh
produk antar bagasi satu mobil sekali saya turun ke
kota/kabupaten? kendari.
7 Faktor Apakah faktor jarak Kalau untuk jarak memang jadi
Pengaruh wilayah dan jumlah pertimbangan kalau mau ke kendari tapi
Interaksi : penduduk menjadi demi kebutuhan toko juga sekalian kadang
- Jarak pertimbangan juga liburan tidak terlalu dipermasalahkan
Wilayah ketika melakukan karena jalan antar kota/kabupaten juga
- Jumlah keluar masuk antar sudah bagus jadi cepat kalau kita pulang
Penduduk kota/kabupaten? pergi. Sedangkan untuk jumlah penduduk,
memang berpengaruh tapi tidak terlalu
70

karena menurutku semua tergantung


pusatnya dimana baru saya juga tinggal
disini jadi saya pulang pergi kalau ke
kendari.
8 Faktor Apakah kebutuhan Di kendari itu lebih banyak tersedia
Pengaruh berbelanja lebih barang-barang disana karena disana itu
Interaksi : banyak tersedia di banyak pusat perbelanjaan, baru mall-mall
- Ketersediaan kota/kabupaten? besar itu ada semua disana.
Fasilitas
9 Faktor Apa saja yang Saya ke kendari biasa tidak hanya beli
Pengaruh menjadi daya tarik barang, kadang juga pergi liburan sama
Interaksi : ketika masyarakat keluarga karena disana lumayan banyak
- Ketersediaan akan melakukan tempat rekreasi yang bagus untuk
Fasilitas keluar keluarga.
kota/kabupaten
Bapak 1 Bentuk Apa saja tujuan Saya ke kendari untuk bawa sayur hasil
Kifli Interaksi ketika masyarakat tani ke pengepul langganan di kota karena
(Petani melakukan keluar disana borongan diambil. Buah-buahan
sayur kota/kabupaten juga dari sini begitu juga.
mayur
2 Bentuk Apakah selama ini
asal Sering sekali kalau untuk sayur karena ada
Interaksi masih sering untuk
Konawe beberapa macam sayur itu tidak butuh
keluar masuk antar
Selatan) waktu lama jangka waktunya dari mulai
kota/kabupaten?
tanam sampai panen.
3 Bentuk Seberapa sering Dalam sebulan bisa 4 sampai 6 kali kita ke
Interaksi ketika melakukan kendari mengirim stok karena sayur cepat
keluar masuk antar habis tapi cepat juga layu jadi harus pintar
kota/kabupaten? atur stok di lahan.
4 Bentuk Komoditas apa saja Kalau untuk disini untuk sayur mayur dan
Interaksi yang sering buah-buahan itu sudah banyak sekali di
diperjualbelikan jual jadi harganya murah kadang gratis
antar karena petik sendiri.
kota/kabupaten?
5 Bentuk Apakah komoditas Disini kebanyakan orang beli borongan
Interaksi yang baru di bawa kesini kayak pakaian,
diperjualbelikan kebutuhan rumah tangga kayak di toko-
masyarakat antar toko.
kota/kabupaten
dilakukan dalam
jumlah besar?
6 Bentuk Apakah terjadi Untuk persaingan disini itu untuk barang-
Interaksi persaingan antara barang mahal seperti alat-alat elektronik
produk antar dan bahan bangunan karena barang begitu
kota/kabupaten? orang beli satuan baru harganya tidak
terlalu jauh beda dibandingkan di kota
71

kalau dihitung dengan ongkos bawanya ke


sini.
7 Faktor Apakah faktor jarak Kalau untuk jarak wilayah memang
Pengaruh wilayah dan jumlah berpengaruh tergantung akses jalan juga
Interaksi : penduduk menjadi sudah bagus atau tidak karena ada
- Jarak pertimbangan beberapa daerah di konawe selatan itu
Wilayah ketika melakukan masih banyak jelek jalannya. Kalau untuk
- Jumlah keluar masuk antar jumlah penduduk itu semua sebenarnya
Penduduk kota/kabupaten? tergantung domisili dan dimana orang mau
tinggal dan itu juga tergantung dari
pekerjaannya masyarakat itu apa. Paling
datang kesini untuk pulang kampung nanti
selesai libur baru kembali lagi di kota.
8 Faktor Apakah kebutuhan Kalau untuk berbelanja otomatis lebih
Pengaruh berbelanja lebih banyak tersedia di kota, karena disana ada
Interaksi : banyak tersedia di semua apa-apa kalau mau dibeli.
- Ketersediaan kota/kabupaten?
Fasilitas
9 Faktor Apa saja yang Saya ke kota kendari ketika ada keperluan
Pengaruh menjadi daya tarikkeluarga seperti baju lebaran dan seragam
Interaksi : ketika masyarakat sekolah untuk anak-anak karena pusat
- Ketersediaan akan melakukan perbelanjaan murah dan berkualitas berada
Fasilitas keluar di kota. Di kota kendari juga banyak
kota/kabupaten tempat perbelanjaan sekaligus tempat
rekreasi yang sangat cocok untuk keluarga
ketika berbelanja seperti Lippo Plaza dan
The Park. Karena akses ke kendari tidak
terlalu jauh makanya kami sering ke
Kendari.
Bapak 1 Bentuk Apa saja tujuan Kebanyakan penumpangku itu tujuannya
Iksandi Interaksi ketika masyarakat hanya untuk pulang kampung sama yang
(Supir melakukan keluar pergi kerja dan sekolah baru menetap di
antar kota/kabupaten kota.
kota/kab
2 Bentuk Apakah selama ini Sering sekali apalagi kalau dekat-dekat
upaten)
Interaksi masih sering untuk hari raya
keluar masuk antar
kota/kabupaten?
3 Bentuk Seberapa sering Dalam sebulan kurang lebih bisa 8 kali
Interaksi ketika melakukan saya keluar masuk kota/kabupaten tapi
keluar masuk antar semua itu tergantung hari apa. Kalau hari-
kota/kabupaten? hari biasa, kadang ada penumpang yang
cuman minta diantar pergi untuk beli
barang buat isi di tokonya baru di antar
kembali jadi pulang pergi. Ada juga yang
minta titip dibelikan barang di kota nanti
72

sa ke Konawe Selatan misalnya baru saya


bawakan titipannya karena lebih murah
katanya di kota dibandingkan disana.
4 Faktor Apakah faktor jarak Untuk jarak antar wilayah memang jadi
Pengaruh wilayah dan jumlah pertimbangan kalau pengen mudik ke
Interaksi : penduduk menjadi kampung dan itu semua tergantung kondisi
- Jarak pertimbangan jalan dimana mau diantar. Karena kalau
Wilayah ketika melakukan jelek jalan sedikit penumpangku mau
- Jumlah keluar masuk antar kesana. Kecuali ke konawe sampe kolaka
Penduduk kota/kabupaten? itu banyak karena akses jalan itu bagus
kesana. Sedangkan untuk jumlah penduduk
karena lebih banyak di kendari jadi saya
mangkalnya lebih banyak di kendari jadi
sekalian saya tinggal juga disini.
5 Faktor Apakah kebutuhan Kalau itu sudah jelas di kota lebih lengkap
Pengaruh berbelanja lebih dibandingkan di kabupaten tapi untuk hasil
Interaksi : banyak tersedia di alam pasti lebih banyak di kabupaten
- Ketersediaan kota/kabupaten? daripada di kota.
Fasilitas
6 Faktor Apa saja yang Daya tarik di kota itu karena disana pusat
Pengaruh menjadi daya tarik perbelanjaan sedangkan untuk di
Interaksi : ketika masyarakat kabupaten hanya untuk pulang kampung
- Ketersediaan akan melakukan dan rekreasi ke destinasi wisata.
Fasilitas keluar
kota/kabupaten

Anda mungkin juga menyukai