Anda di halaman 1dari 237

PENGARUH AKUNTABILITAS ALOKASI DANA DESA

DAN KELEMBAGAAN DESA TERHADAP KINERJA


KEUANGAN DENGAN KEBIJAKAN DESA
SEBAGAI MODERATING

SKRIPSI

Oleh
LIA SAFAROTUL KHUSNA
NIM 1996154024

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI
2022
PENGARUH AKUNTABILITAS ALOKASI DANA DESA
DAN KELEMBAGAAN DESA TERHADAP KINERJA
KEUANGAN DENGAN KEBIJAKAN DESA
SEBAGAI MODERATING

SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Hasyim Asy’ari untuk memenuhi
persyaratan penyelesaian program Sarjana Ekonomi

HALAMAN JUDUL

Oleh
LIA SAFAROTUL KHUSNA
NIM 1996154024

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI
2022

ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi Oleh : Lia Safarotul Khusna


Nim : 1996154024
Judul : Pengaruh Akuntabilitas Alokasi Dana Desa dan
Kelembagaan Desa Terhadap Kinerja Keuangan
Dengan Kebijakan Desa Sebagai Moderating ini
telah dipertahankan dihadapan dewan penguji
pada tanggal 16 November 2022.

Tanda Tanggal
Dewan Penguji
Tangan Selesai Revisi
1. (Rachma Agustina, S.Pd., M.Pd., M.Ak)
…………. 20 Nov 2022
NIY.UHA.01.0718
2. (Dwi Ari Pertiwi, S.E., S.Pd., M.M)
…………. 13 Des 2022
NIY.UHA.01.0563
3. (Meta Ardiana, S.Pd., M.Pd)
…………. 13 Des 2022
NIY.UHA.01.0740

Mengesahkan, Mengetahui,
Dekan Fakultas Ketua Kaprodi Akuntansi

(Dr. Tony Seno Aji, S.E., M.E) ( Dwi Ari Pertiwi, S.E., S.Pd., M.M)
NIY.UHA.01.0477 NIY.UHA.01.0563

iii
SURAT PERNYATAAN KEORISINILAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Lia Safarotul Khusna


Tempat, tanggal lahir : Sungai Gebar, 02 Februari 1999
NIM : 1996154024
Prodi/angkatan : Akuntansi, 2019
Alamat : Sungai Gebar Rt 01 Kec. Kuala Betara
Kab. Tanjung Jabung Barat Prov. Jambi

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:


1) Skripsi yang diujikan ini benar-benar hasil karya saya sendiri
(tidak didasarkan pada data palsu dan/atau hasil
plagiasi/jiplakan atau autoplagiasi)
2) Apabila pada kemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya
tidak benar, saya akan menanggung risiko dan siap
diperkarakan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikianlah surat pernyataan yang saya buat dengan
sebenarbenarnya.

Jombang, 15 November 2022


Yang menyatakan,

( Lia Safarotul Khusna )


NIM 1996154024

iv
ABSTRACT

Khusna, Safarotul, Lia. 2022. The Effect of Village Fund Allocation


Accountability and Village Institutions on Financial
Performance With Village Policy as Moderating. Thesis.
Accounting Study Program, Faculty of Economics, Hasyim
Asy'ari University. Supervisor (Meta Ardiana, S.Pd., M.Pd.)

The purposes of this study are to determine whether there is an effect of


accountability of village fund allocation on financial performance, to
find out whether there is an influence of village institutions on financial
performance, to find out whether village policies moderate the effect
between accountability of village fund allocations on financial
performance and to determine whether village policies village moderate
the influence of village institutions on financial performance. The type
of research being used in this research is quantitative research that uses
numbers and statistical calculations. The analytical method used is
descriptive analysis method and moderated regression analysis. The
population of the study was 3800 residents of Sumberejo Village. The
sample was taken using the slovin formula to become 362 residents of
Sumberejo Village.
The regression results show that the accountability of village fund
allocations and village institutions has a significant effect on financial
performance either partially or simultaneously. Village policies are able
to moderate the influence between accountability of village fund
allocations and village institutions on financial performance. Village
policy as a moderating variable is very helpful in the financial process as
well as the running of the institution, this shows that village policy is
not only in favor of one person but also in favor of the whole to create a
good village order.

Keywords : Accountability of village found allocation, village


institutions, financial performance and moderating.

v
ABSTRAK

Khusna, Safarotul, Lia. 2022. Pengaruh Akuntabilitas Alokasi


Dana Desa dan Kelembagaan Desa Terhadap Kinerja
Keuangan Dengan Kebijakan Desa Sebagai Moderating.
Skripsi. Program Study Akuntansi, Fakultas Ekonomi,
Universitas Hasyim Asy’ari. Pembimbing (Meta Ardiana,
S.Pd., M.Pd.)

Tujuan dari penelitian ini antara lain untuk mengetahui


apakah ada pengaruh akuntabilitas alokasi dana desa
terhadap kinerja keuangan, untuk mengetahui apakah
ada pengaruh kelembagaan desa terhadap kinerja
keuangan, untuk mengetahui apakah kebijakan desa
memoderasi pengaruh antara akuntabilitas alokasi dana
desa terhadap kinerja keuangan dan untuk mengetahui
apakah kebijakan desa memoderasi pengaruh antara
kelembagaan desa terhadap kinerja keuangan. Jenis
penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif yang menggunakan angka-angka
dan dengan perhitungan statistik. Metode analisis yang
dipake adalah metode analisis deskriptif dan analisis
regresi moderasi. Populasi penelitian adalah 3800
penduduk Desa Sumberejo yang diambil sampelnya
menggunakanya rumus slovin menjadi 362 penduduk
Desa Sumberejo.
Hasil regresi menunjukkan bahwa akuntabilitas alokasi
dana desa dan kelembagaan desa berpengaruh
signfikan terhadap kinerja keuangan baik secara parsial
maupun secara serentak. Kebijakan desa mampu
memoderasi pengaruh antara akuntabilitas alokasi dana
desa dan kelembagaan desa terhadap kinerja keuangan.
Kebijakan desa sebagai variabel moderating sangat
membantu proses keuangan maupun jalannya
kelembagaan hal ini menunjukkan bahwa kebijakan
desa tidak hanya berkepihakan terhadap salah seorang

vii
akan tetapi juga berpihak terhadap keseluruhan hingga
terciptanya tatanan desa yang baik.

Kata Kunci : Akuntabilitas alokasi dana desa, kelembagaan desa,


kinerja keuangan dan moderasi.

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena berkat


rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi
yang berjudul “Pengaruh Akuntabilitas Alokasi Dana Desa dan
Kelembagaan Desa terhadap Kinerja Keuangan dengan
Kebijakan Desa Sebagai Moderating” penulisan skripsi ini
dimaksudkan untuk memenuhi sebagian tugas akhir program
studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Hasyim
Asy’ari Tebuireng Jombang.
Penulis menyadari bahwa segala hambatan dan kesulitan
dapat teratasi karena berkat do’a, bantuan, bimbingan dari
beberapa pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik. Maka dari itu pada kesempatan kali ini
penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Haris Suprapto selaku rektor Universitas
Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.
2. Bapak Dr. Tony Seno Aji, SE., M.E Selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.
3. Ibu Dwi Ari Pertiwi, SE., S.Pd., MM Selaku Kepala Program
Studi Akuntansi .
4. Ibu Meta Ardiana, S.Pd., M,Pd Dosen pembimbing
Skripsi.
5. Ibu Ismiatun Selaku Kepala Desa Sumberjo Kecamatan
Wonosalam Kabupaten Jombang
6. Terkhusus untuk kedua orang tua saya bapak Ahmad
Fakhrurrozi dan ibu Siti Hapsah yang telah mendukung
setiap keputusan yang saya ambil dan tidak pernah
berhenti mendoakan keberhasilan anaknya.
7. Teman-teman rantau dari Jambi, seluruh anggota DPM
Unhasy dan Nafi Hidayatullah yang selalu memberikan
semangat.

ix
Akhir kata dengan kerendahan hati penulis menyadari
bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi
menyempurakan penulisan ini.

Jombang, Oktober 2022

Penulis

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................... ii


HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ..................................... iii
SURAT PERNYATAAN KEORISINILAN SKRIPSI ................ iv
ABSTRACT ................................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ...................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................1
A. Latar Belakang ......................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................. 12
C. Tujuan Penelitian................................................................ 12
D. Manfaat Penelitian.............................................................. 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................. 14
A. Landasan Teori ...................................................................14
B. Penelitian Terdahulu .......................................................... 31
C. Kerangka Konseptual ......................................................... 48
D. Hipotesis ............................................................................. 50
BAB III METODE PENELITIAN ............................................... 54
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................54
B. Waktu dan Lokasi Penelitian............................................. 55
C. Populasi dan Sample Penelitian ........................................56
D. Variabel dan Definisi Operasional .................................... 57
E. Tehnik Pengumpulan Data................................................ 59
F. Teknik Analisis Data .......................................................... 64
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................76
A. Hasil Penelitian...................................................................76
B. Pembahasan ...................................................................... 117

xi
BAB V PENUTUP ..................................................................... 129
A. Kesimpulan ....................................................................... 129
B. Saran .................................................................................. 129
DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 131
LAMPIRAN .............................................................................. 136

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Data Perolehan ADD Terkecil Tahun 2021 ................... 10


Tabel 1. 2 Realisasi APBDes Tahun 2021 Desa Sumberjo
Wonosalam ....................................................................................... 11
Tabel 2. 1 Indikator Penilaian Akuntabilitas Alokasi Dana Desa 21
Tabel 2. 2 Indikator Penilaian Kinerja Keuangan .......................... 22
Tabel 2. 3 Indikator Penilaian Kelembagaan Desa ........................ 25
Tabel 2. 4 Indikator Penilaian Kebijakan Desa .............................. 26
Tabel 2. 5 Penelitian Terdahulu ...................................................... 32
Tabel 3. 1 Keputusan Penilaian Pengisian Kuesioner ................... 60
Tabel 3. 2 Skala Likert ...................................................................... 60
Tabel 3. 3 Kisi-kisi Soal Variabel Akuntabilitas Alokasi Dana Desa
...........................................................................................................62
Tabel 3. 4 Kisi-kisi Soal Varibel Kinerja Keuangan ....................... 63
Tabel 3. 5 Kisi-Kisi Soal Varibel Kelembagaan Desa..................... 63
Tabel 3. 6 Kisi-kisi Soal Variabel Kebijakan Desa.......................... 64
Tabel 3. 7 Hasil Uji Validitas ........................................................... 65
Tabel 3. 8 Hasil Uji Reliabilitas X1................................................... 68
Tabel 3. 9 Hasil Uji Reliabilitas X2................................................... 68
Tabel 3. 10 Hasil Uji Reliabilitas Y .................................................. 68
Tabel 3. 11 Hasil Uji Reliabilitas Z .................................................. 68

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ..................................................... 51


Gambar 3.1 Rancangan Penelitian ..................................................... 57
Gambar 4.1 Struktur Pemerintahan ................................................... 80
Gambar 4.2 Gambar Uji Durbin-Watson ........................................... 98
Gambar 4.3 Structural SEM .............................................................. 104
Gambar 4.4 Uji Hipotesis Metode Bootstraping ................................ 117
Gambar 4.5 Uji hipotesis model SEM ............................................... 118

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Kuesioner Uji Coba Akuntabilitas Alokasi Dana ...... 136


LAMPIRAN 2 Kuesioner Uji Coba Kinerja KeuangaN .................... 139
LAMPIRAN 3 Kuesioner Uji Coba Kinerja Keuangan ..................... 142
LAMPIRAN 4 Kuesioner Uji Coba Kebijakan Desa ........................ 145
LAMPIRAN 5 Data Hasil Kuesioner ............................................... 148
LAMPIRAN 6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ........................... 158
LAMPIRAN 7 Kuisioner ................................................................. 196
LAMPIRAN 8 Kartu Bimbingan...................................................... 213

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelaksanaan otonomi daerah berdampak pada
pergeseran sistem pemerintahan dari sistem sentralisasi ke
sistem desentralisasi, yaitu dari pemerintah pusat ke
pemerintah daerah. Menurut Undang-Undang (UU) Nomor
23 Tahun 2014 desentralisasi adalah penyerahan urusan
pemerintah oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom
berdasarkan asas otonomi. Pelaksanaan desentralisasi di
Indonesia ditandai dengan adanya perubahan pola
hubungan yang terjadi antara pemerintah pusat dan daerah
setelah diberlakukannya Undang Undang (UU) Nomor 25
Tahun 1999 yang diubah menjadi Undang-Undang (UU)
Nomor 32 Tahun 2004 lalu diubah lagi menjadi Undang-
Undang (UU) Nomor 23 Tahun 2014 dan disempurnakan
menjadi Undang-Undang (UU) Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Pemerintahan Daerah. (Simanjuntak, 2015)
Proses desentralisasi yang telah berlangsung telah
memberikan penyadaran tentang pentingnya kemandirian
daerah yang bertumpu pada pemberdayaan potensi lokal.
Secara esensi sebenarnya kemandirian bukan hanya terletak
pada pemerintah daerah (Kabupaten/Kota) saja melainkan
haruslah dari level terbawah yaitu, pemerintah desa.
Pemerintah desa menurut Undang-Undang (UU) Nomor 6
Tahun 2014 adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan
nama lain dibantu perangkat desa sebagai unsur
penyelenggaraan pemerintahan desa, sedangkan Desa
menurut Undang-Undang (UU) Nomor 6 Tahun 2014 adalah
sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan

1
2

mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan


asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Republik
Indonesia. Desa merupakan wilayah yang memiliki hak
otonom untuk mengatur dan meningkatkan
pembangunannya sendiri untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Desa diyakini
mampu melihat prioritas kebutuhan masyarakat
dibandingkan Pemerintah Kabupaten. Oleh karena itu,
pembangunan perdesaan haruslah sesuai dengan masalah
yang dihadapi, potensi yang dimiliki, aspirasi masyarakat,
dan prioritas pembangunan pedesaan yang telah ditetapkan.
(Abikusna, 2017)
Pemerintah desa diberikan hak dan kewenangan yang
luas dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan desa.
Kewenangan ini dimulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, pengendalian hingga evaluasi. Sebagai
konsekuensi dari kewenangan yang telah diberikan,
pemerintah desa mempunyai kewajiban meningkatkan
pelayanan dan kesejahteraan masyarakat desa secara
demokratis, adil, merata, dan berkesinambungan.(Abikusna,
2019)
Pada hakikatnya hak dan kewenangan tersebut
merupakan amanah yang harus dipertanggungjawabkan
secara transparan dan akuntabel, baik kepada masyarakat
desa maupun kepada pemerintah pusat/daerah.
Kemampuan pemerintah desa dalam mengelola keuangan
dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDesa) yang menggambarkan kemampuan pemerintah
desa dalam membiayai pelaksanaan tugas-tugas
pemerintahan, pembangunan desa, dan pelayanan sosial
masyarakat desa. Dengan kata lain, APBDesa merupakan
3

instrumen kebijakan yang utama bagi pemerintah desa.


Anggaran dalam instrumen kebijakan menduduki posisi
yang sangat sentral, oleh karena itu anggaran harus memuat
kinerja. Kinerja yang terkait dengan anggaran merupakan
kinerja keuangan yaitu berupa perbandingan antara
komponen-komponen yang terdapat pada anggaran.
(TAMPOMURI et al., 2014)
Kinerja suatu organisasi dinilai baik jika organisasi
yang bersangkutan mampu melaksanakan tugas-tugas
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada
standar yang tinggi dengan biaya yang rendah. Secara teknis
kinerja yang baik bagi suatu organisasi dicapai ketika
administrasi dan penyediaan jasa oleh organisasi yang
bersangkutan dilakukan pada tingkat yang ekonomis, efisien
dan efektif. Konsep ekonomis, efisiensi dan efektivitas saling
berhubungan satu sama lain dan tidak dapat diartikan atau
dimaknai secara terpisah atau sendiri-sendiri. Tuntutan yang
tinggi terhadap kinerja dan akuntabilitas kinerja pemerintah
desa ini berujung pada kebutuhan pengukuran kinerja dari
pemerintah desa. Untuk itu, diperlukan suatu alat atau
metode untuk menilai atau mengukur bagaimana kinerja
pemerintah desa dalam mengelola keuangan serta untuk
mengetahui apakah sumber daya yang ada telah digunakan
secara efisien dan efektif.
Salah satu alokasi anggaran yang bertujuan untuk
peningkatan aspek pembangunan baik prasarana fisik
maupun non fisik dalam rangka memberdayakan
masyarakat desa dan perbaikan taraf hidupnya adalah
alokasi dana desa (ADD). Efektifitas kinerja keuangan dapat
dilihat dari realisasi ADD yang maksimal dan dapat
meningkatkan pendapatan desa. Penelitian yang
mendukung adanya pengaruh ADD terhadap perekonomian
4

daerah yaitu penelitian yang dilakukan oleh Hendrianto


(2020) yang berjudul Pengaruh Belanja Modal dan Alokasi
Dana Desa terhadap Kinerja Keuangan Desa Kabupaten
Sleman menemukan bahwa ADD berpengaruh terhadap
kinerja keuangan desa.
Pengelolaan ADD yang baik menunjukkan
keberhasilan kinerja keuangan dan akan mewujudkan
kemandirian keuangan sehingga ketergantungan pada
pemerintah pusat akan berkurang. Hal ini didukung dengan
penelitian (Tadanugi, 2019) yang menemukan bahwa
manfaat adanya pengelolaan ADD secara mandiri dapat
meningkatkan Pembangunan Sarana dan Prasarana mulai
dari menjadikan pekerjaan lebih mudah dapat terlaksana
dengan baik sehingga dengan mempertinggi efektivitas
dalam pembangunan sarana dan prasarana dapat berjalan
dan berdampak pada masyarakat. Namun berbeda halnya
jika dalam pelaksanaan ADD tidak disertai pengawalan
yang baik maka pembangunan tidak akan merata (Fait et al.,
2021). Gap reseach penelitian ini seperti yang dilakukan oleh
Asyik dan Sengaji (2019) yang berjudul Pengaruh
Akuntabilitas dan Transparasi Pengelolaan Keuangan
Alokasi Dana Desa terhadap Kinerja Keuangan di
Kabupaten Jember menemukan bahwa Akuntabilitas
pengelolaan ADD tidak memiliki dampak terhadap kinerja
keuangan desa di Kabupaten Jember. Hal ini disebabkan
karena pengelolaan keuangan alokasi dana desa ditangani
oleh aparatur desa yang bukan di bidangnya yang
disebabkan oleh sulitnya mencari pegawai yang berminat
untuk bekerja di daerah pedesaan.
Pengaruh ADD terhadap perekonomian daerah
menemukan bahwa ADD berpengaruh juga terhadap kinerja
keuangan. Pasal 19 Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor
5

37 Tahun 2007 menjelaskan salah satu tujuan pemberian


ADD adalah meningkatkan perencanaan dan penganggaran
pembangunan di tingkat desa dan pemberdayaan
masyarakat. Keberhasilan pengelolaan ADD akan
meningkatkan kinerja keuangan desa. (Prasetyanto, 2017)
Kebijakan pemerintah desa merupakan produk
hukum karena setiap pemerintah secara hukum memiliki
wewenang meskipun berskala kecil yang mencakup wilayah
administrasi desa itu sendiri. Kebijakan desa ini tertuang
dalam peraturan desa. Peraturan desa merupakan bentuk
tindak lanjut serta penjabaran dari peraturan yang lebih
tinggi, bukan untuk menjalankan otonomi secara
independen melainkan tanggung jawab otonomi karena
desa tetap ada di bawah wewenang dan pengawasan
pemerintah kota/kabupaten. Meskipun demikian, desa
memiliki hak dan wewenang berpartisipasi dalam
menentukan arah pembangunan nasional secara umum serta
pembangunan desa sendiri secara khusus.
Ketersediaan sumber daya pendukung, khususnya
Sumber Daya Manusia (SDM) yang cakap menjadi faktor
untuk carry out kebijakan publik yang efektif (Yalia, 2014).
Hal ini dikuatkan oleh penelitian yang dilakukan oleh
(Fahri, 2014) yang menunjukkan hasil bahwa lemahnya
sumberdaya menjadi salah satu faktor implementasi
kebijakan tidak efektif dan tidak tepat sasaran yang
mengakibatkan pelaksanaan pembangunan tidak berjalan
dengan semestinya. Efektivitas pada dasarnya menunjukan
kepada suatu ukuran tingkat kesesuaian antara hasil yang
dicapai dengan hasil yang diharapkan sebagaimana telah
terlebih dahulu ditetapkan melalui dokumen perencanaan
pembangunan desa. (Minahasa, 2019)
6

Pengelolaan dana desa tidak terlepas dari dimensi


akuntabilitas. Akuntabilitas dalam sistem pengelolaan dana
pemerintah desa yang dijadikan sebagai upaya untuk
mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik dan efisien
sehingga sesuai dengan aturan yang berlaku guna
terciptanya good governance. Oleh karena itu akuntabilitas
digunakan sebagai media untuk membuktikan dan
menjelaskan rencana-rencana strategik serta tujuan-tujuan
yang direncanakan dan yang telah ditetapkan oleh
organisasi pemerintahan agar dapat berjalan sesuai dengan
yang direncanakan dari awal secara efektif dan efisien.
Dalam rangka mendukung kelancaran dalam sistem
pengelolaan Alokasi Dana Desa maka di daerah/desa dalam
melaksanakan hak, kewenangan serta kewajibannya dalam
menentukan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh
masyarakat diharapkan dapat dilakukan secara transparansi
dan memiliki akuntabilitas yang tinggi. Dengan adanya
prinsip akuntabilitas menentukan bahwa setiap kegiatan
yang dilaksanakan mempunyai hasil akhir dari kegiatan
yang diselenggarakan maka hal tersebut dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat
yang dijadikan sebagai pemegang kedaulatan tertinggi
Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Akuntabilitas meliputi pemberian informasi keuangan
kepada masyarakat dan pengguna sehingga memungkinkan
bagi mereka untuk menilai pertanggungjawaban pemerintah
atas semua aktifitas yang dilakukan. Sedangkan
akuntabilitas dalam sistem pemerintah desa melibatkan desa
untuk mempertanggungjawabkan kegiatan yang
dilaksanakan dalam kaitannya dengan masalah
pembangunan dan pemerintah desa. Pertanggungjawaban
7

yang dimaksud dalam hal ini yaitu menyangkut masalah


finansial yang terdapat dalam APBDes dengan Alokasi Dana
Desa (ADD) sebagai salah satu komponen didalamnya
menurut Waluyo (2009 dalam penelitian(Kusnia & Panjaitan,
2020)).
Undang-Undang RI No. 6 Tahun 2013 pasal 4
menjelaskan bahwa salah satu pengaturan desa yaitu
membentuk pemerintahan desa yang profesional, Terbuka,
Jujur, Efisien dan Efektif serta bertanggung jawab.
Kewenangan Desa meliputi kewenangan yang sudah ada
berdasarkan hak asal usul, kewenangan lokal berskala desa,
Kewenangan yang ditugaskan pemerintah dan Pemda
Provinsi dan kabupaten/kota. Namun masih sampai saat ini
ditemukan adanya penyelewengan kewenangan yang
dilakukan lembaga desa untuk mengelola keuangan desa.
Dalam hal ini diharapkan lembaga desa desa beserta badan
pengawas desa untuk meningkatkan kinerjanya serta
masyarakat yang harus ikut berpartisipasi guna mengawasi
penggunaan dana yang diperoleh dari pemerintah pusat
supaya penerapan dalam pembangunan desa berjalan
dengan baik dan pencapaian tujuan sesuai dengan prosedur
yang telah berlaku. Disinilah masyarakat juga dituntut
untuk melakukan pengawasan langsung serta lembaga
daerah sebagai pihak pemberi dana untuk mengawasi
jalannya pengelolaan dana ini.
Pengelolaan keuangan mulai dari penyusunan
anggaran hingga realisasi melibatkan banyak pihak
masyarakat dan lembaga daerah. Kurangnya pengendalian
terhadap pengelolaan dana yang berasal dari alokasi dana
desa merupakan kendala–kendala yang dihadapi oleh
pemerintah daerah baik pemerintah desa dan pemerintah
kecamatan. Hal ini disebabkan karena minimnya sumber
8

daya manusia yang ada dan minimnya kontrol dari


pemerintah dan pihak masyarakat yang kurang peduli. Oleh
karena itu, perlu diketahui sejauh mana akuntabilitas
pengelolaan keuangan dan peran dari alokasi dana desa
dalam program desa sehingga tujuan pemerintah
mengalokasikan dana pemerintah pusat dan daerah bisa
terwujud dalam membantu program kesejahteraan
masyarakat.
Akuntabilitas menjadi suatu pedoman yang
dibutuhkan untuk mengelola urusan-urusan publik. Dalam
penerapan akuntansi sektor publik harus didasari dengan
prinsip transparasi dan akuntabel. Penerapan akuntabilitas
sektor publik tidak hanya ada adalam cakupan wilayah
pemerintah pusat maupun pemerintahan daerah saja namun
lebih menjangkau hingga wilayah pedesaan. Akuntabilitas
merupakan syarat untuk terciptanya penyelenggaraan
pemerintah yang baik, demokratis dan amanah (good
governance). Pemerintahan yang berakuntabilitas publik
artinya pemerintah tersebut mempertanggungjawabkan atas
segala bentuk kegiatan yang dilakukan dan secara terang-
terangan diamati lansung oleh masyarakat, ini bertujuan
agar masyarakat merasa ikut bertanggung jawab terhadap
keberlansungan program pemerintah.. Selain transparansi,
tujuan dari akuntabilitas adalah untuk mewujudkan visi,
misi, tujuan dan sasaran yang jelas dalam program yang
akan dijalankan. Memastikan tujuan dari pemerintahan
tersebut terwujud serta ikut dalam menjalankan tujuan agar
terciptanya masyarakat yang dinamis dan sejahtera.
Alokasi Dana Desa (ADD) yang diberikan pemerintah
pusat ke desa/kecamatan Kabupaten Jombang bertujuan
untuk memprecepat pembangunan tingkat desa baik
pembangunan fisik mapun sumber daya manusia. Anggaran
9

pemerintah yang diberikan oleh kepada desa terkait


sepenuhnya untuk fasilitas dan pemberdayaan desa .
Berikut data perolehan ADD Kabupaten Jombang Tahun
2022:
Tabel 1.1. Perolehan ADD Kab Jombang Tahun 2022
No Kecamatan/desa ADD
1 PERAK 4.626.382.000
2 GUDO 6.659.570.000
3 NGORO 5.219.345.000
4 BARENG 4.813.579.000
5 WONOSALAM 3.470.236.000
6 MOJOAGUNG 6.411.750.000
7 MOJOWARNO 7.105.490.000
8 DIWEK 7.467.047.000
9 JOMBANG 5.836.420.000
10 PETERONGAN 5.191.532.000
11 SUMOBITO 7.796.518.000
12 KESAMBEN 5.282.849.000
13 TEMBELANG 5.478.770.000
14 PLOSO 4.779.078.000
15 PLANDAAN 4.921.492.000
16 KABUH 6.078.498.000
17 KUDU 4.087.587.000
18 BANDARKEDUNGMULYO 4.066.100.000
19 JOGOROTO 4.232.614.000
20 MEGALUH 4.625.036.000
21 NGUSIKAN 3.962.123.053
Jumlah 112.112.016.053
Sumber: Realiasasi ADD Kabupaten Jombang
Berdasarkan tabek 1.1 terlihat bahwa kecamatan/desa
Wonosalam merupakan desa dengan perolehan ADD terkecil
diantara seluruh kecamatan/desa yang berada di Kabupaten
Jombang yaitu sebesar 3.470.236.000 rupiah . Kecamatan
Ngusikan menjadi desa/kecamatan dengan perolehan ADD
10

terkecil kedua setelah desa/kecamatan Wonosalam yaitu


sebesar 3.962.123.053 rupiah. Bandarkedungmulyo menjadi
desa dengan perolehan ADD terkecil ketiga yaitu sebesar
4.066.100.000 sedangkan desa/kecamatan Kudu dan
Jogoroto menjadi desa/kecamatan dengan perolehan ADD
terkecil keempat dan kelima yaitu sebesar 4.087.587.000
rupiah dan 4.232.614.000 rupiah.
Pemilihan mengenai objek penelitian ini dilakukan di
Desa Sumberjo, Wonosalam yang merupakan daerah yang
masuk kedalam dataran tinggi dan merupakan salah satu
desa dengan kepemimpinan baru. Fenomena yang terjadi
setelah diterapkannya UU Desa tentang pengelolaan
keuangan desa secara transparansi dan akuntabel dimana
pada tahun 2021 realisasi anggaran desa cukup tinggi.
Berikut data laporan realisasi anggaran APBDes pada tahun
2021:
Tabel 1. 2 Data Perolehan ADD Kecamatan Wonosalam Kabupaten
Jombang Tahun 2021
ADD
No. Desa
(RP)
1 Galengdowo 385.829.000
2 Wonomerto 396.410.000
3 Jarak 410.614.000
4 Sambirejo 375.673.000
5 Wonosalam 428.134.000
6 Carangwulung 406.468.000
7 Wonokerto 370.919.000
8 Sumberejo 365.539.000
9 Panglungan 396.988.000
Sumber: Realisasi ADD Kabupaten Jombang.

Tabel 1.1 merupakan penetapan rincian alokasi dana desa


di Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang. Perolehan ADD
11

terbesar di Kecamatan Wonosalam adalah Desa Wonosalam


dengan perolehan ADD sebesar Rp 428.134.000,- sedangkan
perolehan ADD terkecil di Kecamatan Wonosalam adalah Desa
Sumberejo yaitu sebesar Rp. 365.539.000,- dimana desa Sumberjo
merupakan wilayah penelitian dengan diterimanya dana alokasi
dana desa terkecil hal ini dipengaruhi oleh banyaknya penduduk
dan tingkat sarana prasarana yang dimiliki oleh Desa
Sumberjo.(Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia,
2020)

Tabel 1. 1 Perbedaan Anggaran Asli dan Realisasi pada Laporan


Realisasi Pelaksanaan APBDes Desa Sumberejo.

Anggaran Realisasi Selisih


No Uraian
(Rp) (Rp) (Rp)
Jumlah
1 2.029.016.800,00 2.026.710.814,07 2.305.985,93
Pendapatan
Jumlah
2 2.048.995.334,39 1.960.856.611,01 88.138.723,38
Belanja
Jumlah
3 19.978.534,39 19.979.534,39 0
Pembiayaan
Sumber: (Pemerintah Desa Sumberjo, 2021)
Tabel 1.2 menunjukkan Perbedaan Anggaran Asli dan
Realisasi pada Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDes Desa
Sumberejo. Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan
bahwa, banyak sekali kesenjangan antara anggaran asli
dengan realisasi terdapat ada beberapa selisih kurang ada
juga selisih lebih.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka hal tersebut
layak untuk diteliti lebih lanjut yaitu mengenai kinerja
keuangan Desa Sumberjo, Wonosalam dan oleh karena itu
penelitian ini diberi judul “Pengaruh Akuntabilitas Alokasi
Dana Desa Dan Kelembagaan Desa Pada Kinerja Keuangan
Dengan Kebijakan Desa Sebagai Moderating”.
12

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Akuntabilitas Alokasi Dana Desa Berpengaruh
terhadap Kinerja Keuangan?
2. Apakah Kelembagaan Desa Berpengaruh terhadap
Kinerja Keuangan?
3. Apakah Kebijakan Desa Memoderasi Pengaruh antara
Akuntabilitas Alokasi Dana Desa terhadap Kinerja
Keuangan?
4. Apakah Kebijakan Desa Memoderasi Pengaruh antara
Kelembagaan Desa Terhadap Kinerja Keuangan?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah Ada Pengaruh Akuntabilitas
Alokasi Dana Desa Terhadap Kinerja Keuangan.
2. Untuk mengetahui apakah Ada Pengaruh Kelembagaan
Desa Terhadap Kinerja Keuangan.
3. Untuk mengetahui apakah Kebijakan Desa Memoderasi
Pengaruh antara Akuntabilitas Alokasi Dana Desa
terhadap Kinerja Keuangan.
4. Untuk mengetahui apakah Kebijakan Desa Memoderasi
Pengaruh antara Kelembagaan Desa Terhadap Kinerja
Keuangan.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
untuk berbagai pihak sebagai berikut :
1. Akademisi, regulator dan praktisi Pendidikan
Penelitian ini memberikan sumbangan referensi
penelitian mengenai pengaruh akuntabilitas alokasi
dana desa dan kelembagaan desa pada kinerja
keuangan dengan kebijakan desa sebagai moderating
13

2. Institusi pendidikan
Menjadi masukan dan informasi bagi pengembang
sistem di Universitas Hasyim Asy’Ari dalam
mengembangkan keilmuan di bidang akuntansi sektor
publik. Secara spesifik hasil penelitian ini dapat
digunakan merancang program-program kerja terkait
pengembangan dan pengabdian masyarakat.
3. Peserta didik
Berguna sebagai bahan penelitian lanjutan dengan topik
yang sama serta menjadi tambahan bahan bacaan dan
acuan pustaka.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Akuntabilitas
1.1. Pengertian Akuntabilitas
Tata kelola pemerintahan yang baik
merupakan salah satu tuntunan masyarakat yang
harus dipenuhi. Salah satu pilar tata kelola tersebut
adalah akuntabilitas. (Hidayah & Wijayanti, 2017)
menjelaskan Akuntabilitas merupakan kewajiban
agen (Pemerintah) untuk mengelola sumber daya,
melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas
dan kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan
sumber daya publik kepada pemberi mandat
(principal). Sedangkan (Febri Arifiyanto &
Kurrohman, 2014) menyatakan akuntabilitas atau
pertanggungjawaban (accountability) merupakan
suatu bentuk keharusan seseorang untuk
menjamin bahwa tugas dan kewajiban yang
diembannya sudah dilaksanakan sesuai ketentuan
yang berlaku. Akuntabilitas dapat dilihat melalui
laporan yang tertulis yang informatif dan
transparan.
Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak
pemegang amanah untuk memberikan
pertanggungjawaban, menyajikan dan
mengungkapkan segala aktivitasnya dan kegiatan
yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak
pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan
kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban
tersebut. (El-Dairi & House, 2019) Dalam

14
15

melaksanakan akuntabilitas publik, organisasi


sektor publik berkewajiban untuk memberikan
informasi sebagai 4 bentuk pemenuhan hak-hak
publik. Hak-hak publik itu antara lain: 1) hak
untuk tahu (right to know), 2) hak untuk diberi
informasi (right to be informed), dan 3) hak untuk
didengar aspirasinya (right to be heard and to be
listened to). Organisasi sektor publik dituntut untuk
tidak sekedar melakukan akuntabilitas vertikal
(vertical accountability), yaitu pelaporan kepada
atasan, akan tetapi juga melakukan akuntabilitas
horizontal (horizontal accountability) yaitu
pelaporan kepada masyarakat.
Makna akuntabilitas juga dapat di fahami
sebagai suatu proses yang dilakukan untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber
daya serta pelaksanaan kebijakan yang
dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
periodik. (Telaah et al., 2013) Akuntabilitas publik
adalah prinsip yang menjamin bahwa tiap-tiap
kegiatan yang dilakukan oleh pemerintahan desa
dapat dipertanggungjawabkan kepada seluruh
lapisan masyarakat secara terbuka.
Berdasarkan beberapa definisi yang
dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan
bahwa akuntabilitas yaitu perwujudan kewajiban
untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan
pengendalian sumber daya dan pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Asas
akuntabel yang menentukan bahwa setiap kegiatan
16

dan hasil akhir kegiatan penyelenggaraan


pemerintahan desa harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
1.2. Prinsip-Prinsip Akuntabilitas Pemerintahan
Dalam akuntabilitas terkandung kewajiban
untuk menyajikan dan melaporkan segala
kegiatan, terutama dalam bidang administrasi
keuangan kepada pihak yang lebih tinggi. Media
pertanggungjawaban akuntabilitas tidak terbatas
pada laporan pertanggungjawaban, akan tetapi
juga mencakup aspek-aspek kemudahan pemberi
mandat untuk mendapatkan informasi, baik
langsung maupun tidak langsung secara lisan
maupun tulisan, sehingga akuntabilitas dapat
tumbuh pada lingkungan yang mengutamakan
keterbukaan sebagai landasan
pertanggungjawaban. (Mongondow, 2019)
Pelaksanaan akuntabilitas dilingkungan
instansi pemerintah, dapat diperhatikan prinsip-
prinsip akuntabilitas sebagai berikut:
a. Harus ada komitmen dari pimpinan dan
seluruh staf instansi untuk melakukan
pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel.
b. Harus merupakan suatu sistem yang dapat
menjamin penggunaan sumber-sumber daya
secara konsisten dengan peraturan perundang
undangan yang berlaku,
c. Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan,
17

d. Harus berorientasi pada pencapaian visi dan


misi serta hasil dan manfaat yang diperoleh,
e. Harus jujur, objektif, transparan, dan inovatif
sebagai katalisator perubahan manajemen
instansi pemerintah dalam bentuk
pemutakhiran metode dan teknik pengukuran
kinerja dan penyusunan laporan akuntabilitas
(LAN dan BPKP, 2007).
1.3. Akuntabilitas Pemerintah dan Sistem Akuntabilitas
Pemerintah Daerah
Berbicara tentang Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Desa tak lepas dari Akuntansi
Pemerintahan dan Sistem Akuntansi Pemerintah
Daerah. Akuntansi Pemerintahan adalah
pencatatan dan pelaporan transaksi-transaksi yang
terjadi di badan pemerintah, akuntansi
pemerintahan merupakan aplikasi akuntansi di
bidang keuangan negara (public finance),
khususnya pada tahapan pelaksanaan anggaran
(budget execution), termasuk segala pengaruh yang
ditimbulkannya, baik bersifat seketika maupun
yang lebih permanen pada semua tingkat unit
pemerintah.
Sedangkan Sistem Akuntansi Pemerintah
Daerah adalah proses pencatatan, penggolongan,
dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dalam
ukuran moneter, transaksi dan kejadian-kejadian
yang umumnya bersifat keuangan dan termasuk
pelaporan hasil-hasilnya dalam penyelenggaraan
urusan pemerintah menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan dengan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia. (Iskandar, 2018)
18

1.4. Indikator Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan


Desa
Penilaian kinerja keberhasilan pengelolaan
keuangan desa pada pengelolaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) Pada
tahap proses perencanaan terdapat beberapa
indikator untuk menjamin akuntabilitas yaitu:
a. Desa memiliki bukti tertulis dalam membuat
keputusan dan tersedia bagi warga (daftar
hadir, surat pernyataan (kesepakatan desa
dan warga), hasil notulen).
b. Sekretaris desa menyusun Rancangan
Peraturan Desa tentang APBDesa berdasarkan
RKPDesa tahun berkenaan dan
menyampaikan kepada Kepala Desa.
Pada tahap pelaksanaan, beberapa indikator
untuk menjamin akuntabilitas adalah:
a. Semua penerimaan dan pengeluaran desa
dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa
dilaksanakan melalui rekening kas desa.
b. Semua penerimaan dan pengeluaran desa
harus didukung oleh bukti yang lengkap dan
sah.
Pada proses penatausahaan, beberapa
indikator untuk menjamin akuntabilitas adalah:
a. Bendahara Desa wajib melakukan pencatatan
setiap penerimaan dan pengeluaran serta
melakukan tutup buku setiap akhir bulan
secara tertib.
b. Bendahara wajib mempertanggungjawabkan
uang melalui laporan pertanggungjawaban.
19

Pada tahap proses pelaporan, terdapat


indikator untuk menjamin akuntabilitas yaitu desa
melaporkan pertanggungjawaban keuangan desa
tepat waktu atau sesuai periode.
Pada tahap proses pertanggungjawaban
terdapat beberapa indikator untuk menjamin
akuntabilitas yaitu keuangan yang didanai sesuai
dengan yang telah direncanakan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa).
1.5. Batasan dalam penelitian
Penelitian yang dilakukan dalam variable
akuntanbilitas membahas bagaimana sistematika
pelaporan atas Alokasi Dana Desa (ADD) yang
tersusun secara akuntabel pada tahun 2021 dengan
sumber data Laporan Realiasasi APBDES (LRA)
2021.
2. Alokasi Dana Desa
Pengertian Alokasi Dana Desa (ADD)
berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
113 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa, adalah “dana perimbangan yang
diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah kabupaten/kota setelah dikurangi
Dana Alokasi Khusus. Berdasarkan PP Nomor 60
Tahun 2014 Dana Desa yang bersumber pada APBN
bahwa Dana Desa adalah dana yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang
diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan
20

pemberdayaan masyarakat. Bantuan Keuangan bersifat


khusus dikelola dalam APBDesa tetapi tidak diterapkan
dalam ketentuan penggunaan paling sedikit 70% (tujuh
puluh perseratus) dan paling banyak 30% (tiga puluh
perseratus). Belanja desa meliputi semua pengeluaran
dari rekening desa yang merupakan kewajiban desa
dalam1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan
diperoleh pembayarannya kembali oleh desa. Alokasi
Dana Desa atau ADD adalah bagian keuangan Desa
yang diperoleh dari Bagi Hasil Pajak Daerah dan Bagian
dari Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
yang diterima oleh kabupaten”. (Sunardi, 2020)
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005
pasal 68 (c) tentang Desa menyatakan Pemerintah
mengamanatkan bahwa sumber pendapatan desa
berasal dari bagian dana perimbangan keuangan pusat
dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota untuk
Desa paling sedikit 10 persen setelah dikurangi belanja
pegawai dibagi untuk setiap Desa secara proporsional
merupakan alokasi dana desa. Sedangkan pengelolaan
keuangan ADD diatur dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 37 Tahun 2007 Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa pasal 18 Alokasi Dana Desa berasal dari
APBD Kabupaten/Kota yang bersumber dari bagian
dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang
diterima oleh kabupaten/Kota untuk Desa paling
sedikit 10 % (sepuluh persen).
Pengelolaan ADD mengacu pada azaz: a). Azas
Merata adalah besarnya bagian Alokasi Dana Desa
yang sama untuk setiap desa, yang selanjutnya disebut
Alokasi Dana Desa Minimal (ADDM); dan b). Azas Adil
adalah besarnya bagian Alokasi Dana Desa berdasarkan
21

Nilai Bobot Desa (BDx) yang dihitung dengan rumus


dan variabel tertentu, (misalnya Kemiskinan,
Keterjangkauan, Pendidikan Dasar, Kesehatan dll),
selanjutnya disebut Alokasi Dana Desa Proporsional
(ADDP). Besarnya prosentase perbandingan antara azas
merata dan adil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di
atas, adalah besarnya ADDM adalah 60% (enampuluh
persen) dari jumlah ADD dan besarnya ADDP adalah
40% (empat puluh persen) dari jumlah ADD
(Permendagri Nomor 37/2007 pasal 20). (Alokasi et al.,
2014)
Fokus penelitian pada Alokasi Dana Desa adalah
presentasi Alokasi Dana Desa yang diterima oleh Desa
Sumberjo Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang
pada tahun 2021 serta realisasi yang terjadi pada tahun
2021.
Tabel 2. 1 Indikator Penilaian Akuntabilitas Alokasi Dana Desa
Variabel Indikator
Akuntabilitas 1. Kegiatan Pencatatan Kas
2. Laporan Pertanggung Jawaban
Kepada masyarakat
3. Laporan Pertanggung Jawaban
kepada Bupati melalui Camat
Alokasi Dana 1. Laporan Realisasi kepada
Desa masyarakat
2. Laporan Realisasi kepada
Bupati Melalui Camat
Sumber : (Damayanti, 2018)
3. Kinerja Keuangan
Stoner dan Sirait mendefinisikan kinerja sebagai
ukuran seberapa efisien dan efektif seorang manajer
atau sebuah perusahaan, seberapa baik manajer atau
22

perusahaan mencapai tujuan yang memadai. Kinerja


keuangan adalah hasil dari keputusan individual yang
dibuat secara terus-menerus oleh manajemen. Salah
satu ukuran kinerja keuangan berbasis value adalah
Market Value Added (MVA) yang dikembangkan oleh
Stewart dan Stern seorang analis keuangan dari
perusahaan Stern Stewart dan Co pada 1993. Market
Value Added merupakan pengukuran yang lebih
unggul dibandingkan pengukuran kinerja tradisional
Menurut Brigham dan Houston MVA adalah perbedaan
antara nilai pasar saham dan jumlah ekuitas yang telah
ditanamkan investor.(Fitriani, 2013)
Kinerja keuangan yang peneliti maksud adalah
bagaimana implementasi dari dana yang dimiliki untuk
peningkatan kualitas desa dengan berpedoman
terhadap data realisasi anggaran bidang pembangunan.
Tabel 2. 2 Indikator Penilaian Kinerja Keuangan
Variabel Indikator
Kinerja Keuangan 1. Efesiensi Biaya
2. Efektivitas Program
terealisasi
3. Pemerataan dan Keadilan
Pembangunan
Sumber : (Sobarudin, 2019)
4. Desa dan Pemerintahan Desa
4.1. Pengertian Desa
Menurut Permendagri RI Nomor 114 Tahun
2014 Bab 1 (Pasal 1, ayat 1), Desa adalah adat atau
yang disebut dengan nama lain, selanjutnya Desa
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus urusan Pemerintahan, kepentingan
23

masyarakat setempat berdasarkan prakarsa


masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam
sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2013) desa adalah suatu kesatuan wilayah yang
dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai
sistem pemerintahan sendiri (dikepalai oleh
seorang Kepala Desa) atau desa merupakan
kelompok rumah di luar kota yang merupakan
kesatuan. (Sebuah & Kritis, 2019) menyatakan
bahwa “desa adalah sebagai kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan
hak asal-usul yang bersifat istimewa.” Landasan
pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa
adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli,
demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.
Berdasarkan uraian tentang desa di atas,
desa adalah kumpulan masyarakat hukum dan
merupakan organisasi terendah dibawah
Kecamatan yang mempunyai kewenangan untuk
mengatur rumah tangganya dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
hukum dan adat istiadat setempat. Desa
merupakan organisasi yang berdiri sendiri dengan
tradisi, adat istiadat dan hukumnya sendiri serta
mandiri.
4.2. Pemerintah Desa
Menurut Permendagri RI Nomor 113 Tahun
2014 Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
24

setempat dalam sistem Pemerintahan Negara


Kesatuan Republik Indonesia. Menurut (Yoko,
2019) “pemerintahan desa secara historis dibentuk
oleh masyarakat desa dengan memilih beberapa
orang anggota masyarakat yang dipercaya dapat
mengatur, menata, melayani, memelihara dan
melindungi berbagai aspek kehidupan
mereka.”Menurut Permendagri 84 tahun 2015
menjelaskan bahwa pemerintah desa adalah kepala
desa dibantu oleh perangkat desa.Menurut
(Miranti, 2020) Pemerintahan Desa terdiri dari
Kepala Desa dan Perangkat Desa, sedangkan
Perangkat Desa terdiri dari Sekretaris Desa dan
Perangkat lainnya, yaitu sekretariat desa,
pelaksanaan teknis lapangan dan unsur
kewilayahan, yang jumlahnya disesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi sosial budaya setempat.
Pemerintahan desa diselenggarakan oleh
pemerintah desa. Kewenangan desa meliputi
kewenangan di bidang penyelenggaraan
pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan
desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan
pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat
istiadat desa (UU No. 6 Tahun 2014 Pasal 18).
Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 2005 tentang
desa, menjelaskan bahwa pemerintahan desa
adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan
oleh pemerintah desa dan badan permusyawaratan
desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan
adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati
25

dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan


Republik Indonesia. Pemerintah desa adalah
kepala desa atau yang disebut dengan nama lain
dibantu perangkat desa sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan desa. Kekuasaan
pengelolaan keuangan desa dipegang oleh kepala
desa. Dalam siklus pengelolaan keuangan desa
merupakan tanggung jawab dan tugas dari kepala
desa dan pelaksana teknis pengelolaan keuangan
desa (sekretaris desa, kepala seksi dan bendahara
desa).
Tabel 2. 3 Indikator Penilaian Kelembagaan Desa
Variabel Indikator
Kelembagaan 1. Peningkatan Pemberdayaan
Desa masyarakat
2. Aktiv dalam pembangunan
3. Memilik keseketariatan
Sumber : (Iku, 2018)
5. Kebijakan Desa
Seperti dikemukakan oleh Heinz Eulau dan
Kenneth Prewitt bahwa kebijakan dapatlah diberi
definisi sebagai suatu keputusan yang siap
dilaksanakan dengan ciri adanya kemantapan perilaku
dan berulangnya tindakan, baik oleh mereka yang
membuatnya maupun oleh mereka yang harus
mematuhinya. Sedangkan Anderson memberikan
pengertian kebijakan sebagai langkah ketetapan yang
dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat
pemerintah, dimana implikasi dan kebijakan itu adalah:
(a) Kebijakan selalu mempunyai tujuan tertentu atau
mempunyai tindakan-tindakan yang berorientasi pada
tujuan; (b) Kebijakan berisi tindakan-tindakan
26

pemerintah; (c) Kebijakan merupakan apa yang benar-


benar dilakukan oleh individu, kelompok, badan atau
institusi, jadi bukan merupakan apa yang masih
dimaksudkan untuk dilakukan; (d) Kebijakan yang
diambil bisa besifat positif dalam arti merupakan
tindakan mengenai segala sesuatu masalah tertentu,
atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan
untuk tidak melakukan sesuatu; (e) Kebijakan setidak-
tidaknya dalam arti yang positif didasarkan pada
peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan
memaksa. (Wardhana, 2019)
Kebijakan Desa tentu berpengaruh terhadap
kinerja keuangan dan pemanfaatan alokasi dana Desa
sebagaimana termaktub dalam peraturan Desa
Sumberjo Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang
yang mengatur segala hal yang akan dilakukan oleh
desa.
Tabel 2. 4 Indikator Penilaian Kebijakan Desa
Variabel Indikator
Kebijakan 1. Efesiensi Biaya
Desa 2. Efektivitas Program
3. Pemerataan dan Keadilan
Pembangunan
Sumber :(Supriliyani & Purnamaningsih, 2014)
6. Standar Akuntansi Desa
6.1 Penyajian Laporan Keuangan
IAI-KASP (2015) menjelaskan bahwa
membuat laporan keuangan merupakan tahap
akhir dari siklus akuntansi. Data laporan keuangan
diambil dari seluruh proses yang dilakukan
sampai dengan dibuatnya neraca lajur. Data yang
diproses berdasarkan neraca lajur itulah digunakan
27

sebagai dasar penyusunan laporan keuangan.


Dalam Jurnal Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan
dan Konsultasi Pengelolaan Keuangan Desa Tahun
2015 menyatakan bahwa laporan keuangan yang
harus dibuat oleh pemerintah desa, antara lain:
Laporan realisasi pelaksanaan APBDesa
disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui
camat, terdiri dari:
a. Laporan Semester Pertama, disampaikan paling
lambat pada bulan Juli tahun berjalan.
b. Laporan Semester Akhir Tahun, disampaikan
paling lambat pada akhir bulan januari tahun
berikutnya.
Laporan realisasi pelaksanaan APBDesa
semester pertama menggambarkan realisasi
pendapatan, belanja dan pembiayaan selama
semester I dibandingkan dengan target dan
anggarannya, sedangkan laporan realisasi
pelaksanaan APBDesa semester akhir tahun
menggambarkan realisasi pendapatan, belanja dan
pembiayaan sampai dengan akhir tahun, jadi
bersifat akumulasi hingga akhir tahun anggaran.
6.2 Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan
APBDesa
Laporan pertanggungjawaban realisasi
pelaksanaan APBDesa setiap akhir tahun anggaran
disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui
camat terdiri dari pendapatan, belanja, dan
pembiayaan yang telah ditetapkan dengan
peraturan desa. Setelah pemerintah desa dan BPD
telah sepakat terhadap laporan
pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan
28

APBDesa dalam bentuk peraturan desa, maka


peraturan desa ini disampaikan kepada
Bupati/Walikota sebagai bagian tidak terpisahkan
dari laporan penyelenggaraan pemerintahan desa.
Laporan pertanggungjawaban realisasi
pelaksanaan APBDesa sebagaimana tercantum
pada pasal 41 Permendagri 113/2014, disampaikan
paling lambat 1 (satu) bulan setelah tahun
anggaran berkenaan.
6.3 Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa
Laporan realisasi penggunaan dana desa
disampaikan kepada Bupati/Walikota setiap
semester. Penyampaian laporan realisasi
penggunaan dana desa dilakukan:
a. Untuk semester I paling lambat minggu
keempat bulan Juli tahun anggaran berjalan.
b. Untuk semester II paling lambat minggu
keempat bulan Januari tahun anggaran
berikutnya.
Berdasarkan laporan dana desa dari desa-
desa yang ada di wilayah kabupaten/kota,
Bupati/Walikota menyampaikan laporan realisasi
penyaluran dan konsolidasi penggunaan dana
desa kepada Menteri keuangan dengan tembusan
Menteri yang menangani desa, Menteri
teknis/pimpinan lembaga pemerintah non
kementerian terkait, dan Gubernur paling lambat
minggu keempat bulan Maret tahun anggaran
berikutnya.
29

6.4 Laporan Pertanggungjawaban Realisasi


Pelaksanaan APB Desa
Laporan pertanggungjawaban realisasi
pelaksanaan APBDesa merupakan laporan yang
disampaikan secara periodik kepada BPD terhadap
pelaksanaan APBDesa yang telah disepakati di
awal tahun dalam bentuk peraturan desa. Laporan
pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan
APBDesa dilampiri :
a. Format Laporan Pertanggungjawaban Realisasi
Pelaksanaan APBDesa Tahun Anggaran
berkenaan.
b. Format Laporan Kekayaan Milik Desa per 31
Desember Tahun Anggaran berkenaan.
c. Format Laporan Program Pemerintah dan
Pemerintah Daerah yang Masuk ke Desa
Laporan ini disampaikan kepada BPD secara
tertulis paling lambat 3 (tiga) bulan setelah
berakhirnya tahun anggaran (PP 43/2014 pasal 51).
Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) menjelaskan
tentang karakteristik laporan keuangan yaitu
ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan
dalam informasi akuntansi sehingga dapat
memenuhi tujuannya. Berikut adalah karakteristik
yang diperlukan agar laporan keuangan
pemerintah daerah dapat memenuhi kualitas yang
dikehendaki:
6.5 Relevan
Laporan keuangan dikatakan relevan
apabila informasi yang termuat didalamnya dapat
mempengaruhi keputusan pengguna dengan
30

membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa


lalu atau masa kini dan memprediksi masa depan
serta mengoreksi hasil evaluasi meraka di masa
lalu. Informasi yang relevan adalah:
a. Memiliki manfaat prediktif (predictive value)
Informasi dapat membantu pengguna untuk
memprediksi masa yang akan datang dengan
mengacu pada hasil masa lalu dan kejadian
masa kini.
b. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value)
Informasi memungkinkan pengguna untuk
menegaskan alat mengoreksi ekspektasi di
masa lalu.
c. Tepat waktu
Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat
berpengaruh dan berguna dalam pengambilan
keputusan.
d. Lengkap
Informasi disajikan selengkap mungkin yaitu
mencakup semua informasi akuntansi yang
dapat mempengaruhi pengambilan keputusan.
e. Andal
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari
pengertian yang menyesatkan, menyajikan
fakta secara jujur, dan dapat diverifikasi.
f. Dapat dibandingkan dan Dapat dipahami
Informasi yang termuat dalam laporan
keuangan akan lebih berguna jika dapat
dibandingkan dengan laporan keuangan
periode sebelumnya. Perbandingan dapat
dilakukan secara internal maupun eksternal.
Informasi yang disajikan dalam laporan
31

keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan


dinyatakan dalam bentuk yang disesuaikan
dengan batas pemahaman para pengguna.
6.6 Pengelolaan Keuangan Desa
Menurut pasal 71 ayat (1) UU Nomor 6
Tahun 2014 dinyatakan bahwa keuangan desa
adalah “hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai
dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan
barang yang berhubungan dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban desa.” Selanjutnya pada ayat (2)
nya dinyatakan bahwa adanya hak dan kewajiban
akan menimbulkan pendapatan, belanja,
pembiayaan, dan pengelolaan keuangan desa.

B. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan Penelitian yang telah
dilakukan mengenai topik yang hampir sama dengan
penelitian ini, penelitian terdahulu yang telah dilakukan
antara lain:
Tabel 2. 5 Penelitian Terdahulu
No Judul Variabel Metode Hasil Persamaan Perbedaan
In January 2014, the
Government of
Indonesia issued Law
Village
6/2014 on Villages,
Governance,
aiming to address
Community
weaknesse in the
Life, and the
decentralisation
2014 Village Variabel yang Variabel
paradigm, including
Law in digunakan yang diteliti
providing villages
Indonesia by yaitu sama- yaitu hukum
with increased
Hans Antlöv Village Descriptive sama desa dengan
1 budget allocations
RTI Governance qualitative menggunakan memakai
and improved
International, kelembagaan metode
governance
Anna desa atau deskriptif
arrangements. Using
Wetterberg RTI masyarakat. kualitatif
longitudinal data
International,
from forty Indonesian
Leni
villages in the three-
Dharmawan
round Local Level
World Bank
Institution studies,
fielded in 1996, 2001
and 2012, the article

32
No Judul Variabel Metode Hasil Persamaan Perbedaan
investigates the
effects that prior
policy has had on
village life and the
likely implications of
the new Village Law
for village
governance. The
focus is on shifts in
capacities,
constraints and
opportunities for the
improved
responsiveness of
local governments
toward community
needs. We suggest
that there is potential
for the Law to
increase
responsiveness-
through a
combination of

33
No Judul Variabel Metode Hasil Persamaan Perbedaan
strong financial
management
systems, new
national institutional
arrangements, and
empowered citizens
that can create
pressures on the
village government to
work in the interest
of the community –
but that substantial
risks and obstacles
remain community –
but that substantial
risks and obstacles
remain.
Impacts of Up to the present
Variabel Y Metode
village fund on time, the utilization
yang penelitian
post disaster Descriptive of the Village Fund
2 Village Fund digunakan yang dipakai
economic qualitative in Indonesia has
dalam yaotu
recovery in mainly focused on
penelitian ini deskriptif
rural Aceh infrastructure

34
No Judul Variabel Metode Hasil Persamaan Perbedaan
Indonesia by development. sama-sama kualitatif
Agus Nugroho, Meanwhile, the mengarah
Fajri, Rizki Village Fund is kepada
Muhammad allowed to support keuangan
Iqbal, Keumala post-disaster recovery desa.
Fadhiela, Dwi projects in rural
Apriyani, Litna communities; among
Nurjannah other strategies,
Ginting, Safira agricultural economic
Nurdin empowerment is the
most preferable. This
study aims to analyze
village dependence on
the Village Funds
after the Pidie Jaya
earthquake in 2016
and determine the
factors affecting post-
disaster agricultural
economic
empowerment in
Pidie Jaya Regency,
Aceh-Indonesia. A

35
No Judul Variabel Metode Hasil Persamaan Perbedaan
multi-stage
interviews and field
surveys were
conducted by
involving key persons
related to the Village
Fund implementation
in Pidie Jaya
Regency. The Village
Budget annual data
from 19 villages
during 2015- 2019
was analyzed and
estimated using a
panel data analysis.
The results show that
the villages’
dependence level on
the Village Fund is
substantial, whereas
the spending for
agricultural economic
empowerment

36
No Judul Variabel Metode Hasil Persamaan Perbedaan
projects was less
significant. The
Village Fund
estimated variable
has no significant
impact on
agricultural economic
empowerment. This
finding reveals a lack
of priority for
agricultural economic
empowerment
projects as one of the
recovery strategies in
the Pidie Jaya
Regency after the
earthquake in 2016.
Akuntabilitas Akuntabilitas Berdasarkan Variabel Variabel yang
Pengelolaan pengelolaan Peraturan Bupati independen digunakan
3 Deskriptif
Keuangan keuangan Nomor 33 Tahun 2015 yang digunakan yaitu
Kualitatif
Desa di Desa tentang pengelolaan sama-sama pengelolaan
Kabupaten keuangan Desa telah akuntabilitas keuangan desa.

37
No Judul Variabel Metode Hasil Persamaan Perbedaan
Jombang, Lina mencapai Dengan metode
Nasehatun akuntabilitas. Masih penelitian
Nafidah diperlukan adanya deskriptif
(2017) pendampingan Desa kualitatif
dari pemerintah
Daerah untuk
mencapai
akuntabilitas.
Pada tahap
Akuntabilitas perencanaan dan
Pengelolaan pelaksanaan telah
Variabel
Alokasi Dana sesuai dengan
independen
Desa (ADD) prosedur yang
yang digunakan Metode
di Desa-Desa Akuntabilitas berlaku dan
sama-sama penelitian yang
Kecamatan Pengelolaan Deskriptif pengelolaannya telah
4 menggunakan digunakan
Rogojampi Alokasi Dana Kualitatif dilakukansecara
Akuntabilitas yaitu deskriptif
Kabupaten Desa (ADD) akuntabel dan
pengelolaan kualitatif.
Banyuwangi, transparan. Untuk
alokasi dana
Siti Ainun tahap pengawasan
desa (ADD).
Wida, masih belum berjalan
dkk(2017) dengan baik karena
kurangnya

38
No Judul Variabel Metode Hasil Persamaan Perbedaan
transparansi terhadap
masyarakat.
Sedangkan tahap
pertanggungjawaban
juga belum berjalan
dengan baik
dikarenakan sumber
daya manusia tim
pelaksana dalam
membuat laporan
administrasi yang
masih kurang,
sehingga diperlukan
adanya pembinaan
dan pengawasan dari
pemerintah Daerah.
Implementasi Implementasi Persepsi masyarakat Variabel Variabel yang
Kebijakan Kebijakan terhadap independen digunakan
Alokasi Dana Alokasi Dana Deskriptif Implementasi yang yaitu lebih ke
5
Desa dan Desa dan Kuantitatif Kebijakan Alokasi digunakan Implementasi
Dana Desa di Dana Desa di Dana Desa Secara sama-sama kebijakan dan
Desa Bungi Desa umum suda bisa fokus ke menggunakan

39
No Judul Variabel Metode Hasil Persamaan Perbedaan
Kecamatan dikatakan efektif. alokasi dana metode
Kontunaga Sedangkan desa. penelitian
Kabupaten Partisipasi deskriptif
Muna,Samsul masyarakat dalam kualitatif
Bahrin (2017 proses perencanaan
dan pelaksanaan
Implementasi
Kebijakan Dana
Desa dalam
meningkatkan
pembangunan desa
masih sangat
kurang. Hal ini
terlihat dari proses
perencanaan yang
dimana tidak
sebagian besar
masyarakat hadir,
ditambah lagi
dengan fahamnya
masyarakat tentang
perencanaan

40
No Judul Variabel Metode Hasil Persamaan Perbedaan
partisipasi
masyarakat masih
kurang, hanya
sebagian kecil
masyarakat yang
hadir berpartisipasi
dalam pelaksanaan
perencanaan.
Pengelolaan Berdasarkan
Alokasi Dana Permendagri nomor
Desa Dalam 113 tahun 2014
Mewujudkan perencanaan Desa Variabel Variabel yang
Good Pengelolaan Ngombakan dalam independen diteliti yaitu
Governance Alokasi Dana pengelolaan Alokasi yang digunakan untuk
(Studi kasus: Desa Deskripsi Dan Desa sudah sama-sama mewujudkan
6
Desa Mewujudkan Kualitatif dapat dikatakan menggunakan Good
Ngombakan Good transparan serta pengelolaan Governance
Kecamatan Governance menjunjung tinggi alokasi dana (Pemerintah
Polokarto partisipasi desa yang baik).
Kabupaten masyarakat.
Sukoharjo), Terhadap
Riska pelaksanaan dan

41
No Judul Variabel Metode Hasil Persamaan Perbedaan
Apriliana penata usahaannya
(2017) dalam pengelolaan
Alokasi Dana Desa di
Desa Ngombakan
secara teknis telah
100% sesuai dengan
Pemendagri nomor
113 tahun 2014. Meski
dalam pernyataan
Sekretaris Desa masih
terdapat banyak
kendala kendala yang
menghambat dari
penyaluran dana.
Kemudian Bendahara
Desa juga
menyatakan adanya
kendala terkait
aplikasi versi lama,
yaitu versi 2015,
tetapi tahapan telah
dilakukan sesuai

42
No Judul Variabel Metode Hasil Persamaan Perbedaan
dengan peraturan dan
perundang-undangan
yang berlaku, serta
dalam
pelaksanaannya telah
melibatkan
masyarakat sebagai
TKP.
Pengaruh Mengetahui
Akuntabilitas pengaruh
Pengelolaan akuntabilitas
Keuangan Akuntabilitas pengelolaan alokasi
Dana Desa, pengelolaan dana desa, kebijakan
Kebijakan keuangan desa, kelembagaan Metode yang Variabel yang
Desa, dan dana dan Pendekatan desa. Terhadap digunakan diteliti yaitu
7
Kelembagaan kelembagaan Kuantitatif kesejahteraan menggunakan kesejahteraan
Desa desa terhadap masyarakat pada kuantitatif. masyarakat
Terhadap kesejahteraan seluruh desa
Kesejahteraan masyarakat dikecamatan pati
Masyarakat , kabupatern pati.
Muhammad Populasi dalam
Rizqi Anwar penelitian ini adalah

43
No Judul Variabel Metode Hasil Persamaan Perbedaan
(2020). aparatur desa yang
menjabat sebagai
Badan
Permusyawarahan
Desa. Data diperoleh
dengan menyebar
kuisioner secara
langsung ke masing-
masing rumah
anggota BPD seluruh
Kecamatan Pati.
Pengaruh Akuntabilitas Akuntabilitas
Menggunakan
Akuntabilitas dan Pengelolaan
variabel
dan Transparasi Keuangan Dana Desa
akuntabilitas
Transparasi Pengelolaan tidak berpengaruh Metode analisis
Analisis alokasi dana
Pengelolaan Keuangan secara signifikan menggunakan
Regresi desa sebagai
8 Keuangan Alokasi Dana sedangkan Analisis
Liner variabel bebas
Alokasi Dana Desa sebagai Transparasi Regresi Linier
Berganfa dan kinerja
Desa variabel berpengaruh secara Berganda
keuangan
terhadap independen signifikan terhadap
sebagai variabel
Kinerja sedangkan kinerja keuangan
terikat
Keuangan di Kinerja desa

44
No Judul Variabel Metode Hasil Persamaan Perbedaan
Kabupaten Keuangan
Jember sebagai
(Sengaji dan Variabel
ASyik (2019)) terikat
Pengaruh Menggunakan Perbedaan
Akuntabilitas
Akuntabilitas variabel pada metode
Alokasi Dana
dan akuntabilitas analisis data
Desa sebagai
Transparasi alokasi dana yang
variabel
Dana Desa Akuntabiltas ADD desa sebagai menggunakan
independen Regresi
terhadap berpengaruh variabel bebas Regresi liner
9 sedangkan linier
Kinerja terhadap kinerja dan kinerja sederhana
Kinerja sederhana.
Keuangan di keuangan keuangan sedangkan
Keuangan
Kabupaten sebagai variabel pada penelitian
sebagai
Solokan terikat ini
variabel
(Karlina, menggunakan
dependen
2022) Path Analysis
Pengaruh Akuntabilitas Menggunakan Perbedaan
Akuntabilitas Alokasi Dana Akuntabiltas ADD variabel pada metode
Regresi
dan Desa sebagai berpengaruh akuntabilitas analisis data
10 linier
Transparasi variabel terhadap kinerja alokasi dana yang
berganda
Dana Desa independen keuangan desa sebagai menggunakan
terhadap sedangkan variabel bebas Regresi liner

45
No Judul Variabel Metode Hasil Persamaan Perbedaan
Kinerja Kinerja dan kinerja berganda
Keuangan di Keuangan keuangan sedangkan
Kabupaten sebagai sebagai variabel pada penelitian
Bandung variabel terikat ini
(Andayani, dependen menggunakan
2022) Path Analysis
Pengaruh Menggunakan
akuntabilitas variabel
alokasi dana akuntabilitas Perbedaan
Akuntabilitas
desa, alokasi dana pada metode
Alokasi Dana
kebijakan desa sebagai analisis data
Desa sebagai
desa dan variabel bebas yang
variabel
kelembaggan Akuntabiltas ADD dan kinerja menggunakan
independen Regresi
desa terhadap berpengaruh keuangan Regresi liner
11 sedangkan Linier
kinerja terhadap kinerja sebagai variabel berganda
Kinerja berganda
keuangan keuangan terikat sedangkan
Keuangan
pada desa- pada penelitian
sebagai
dasa di ini
variabel
Kecamatan menggunakan
dependen
Banjar (Tedi, Path Analysis
Sulindawati
dan Yasa,

46
No Judul Variabel Metode Hasil Persamaan Perbedaan
2020)
Pengaruh Perbedaan
Akuntabilitas
Akuntabilitas Menggunakan pada metode
Alokasi Dana
dan variabel analisis data
Desa sebagai
Transparasi akuntabilitas yang
variabel
Dana Desa Akuntabiltas ADD alokasi dana menggunakan
independen Regresi
terhadap berpengaruh desa sebagai Regresi liner
12 sedangkan Linear
Kinerja terhadap kinerja variabel bebas berganda
Kinerja Berganda
Keuangan di keuangan dan kinerja sedangkan
Keuangan
Kabupaten keuangan pada penelitian
sebagai
Banyuasin. sebagai variabel ini
variabel
(Winardi, terikat menggunakan
dependen
2020) Path Analysis
Sumber : data diolah oleh peneliti, 2022

47
48

C. Kerangka Konseptual
Implikasi dari lahirnya Undang-Undang No. 6 Tahun
2014 tentang Desa adalah adanya alokasi anggaran yang
besar kepada desa yang dimaksudkan untuk meningkatkan
anggaran desa dalam pembangunan, pelayanan, pembinaan
dan pemberdayaan masyarakat desa. UU Desa juga
memberikan jaminan yang lebih pasti bahwa setiap desa
akan menerima dana dari pemerintah melalui anggaran
negara dan daerah yang jumlahnya berlipat, jauh diatas
jumlah yang selama ini tersedia dalam anggaran desa.
Dalam Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwa desa
akan mendapatkan kucuran dana sebesar 10% dari APBN.
Kebijakan alokasi anggaran ini memiliki konsekuensi
terhadap pengelolaanya yang seharusnya dilaksanakan
secara profesional, efektif, efisien, serta akuntabel yang
didasarkan pada prinsip-kinerja keuangan yang baik agar
terhindarkan dari resiko terjadinya penyimpangan,
penyelewengan dan korupsi. Penerimaan desa yang
meningkat ini tentunya diperlukan adanya laporan
pertanggungjawaban dari desa. Laporan
pertanggungjawaban itu berpedoman pada Permendagri
No.113 tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan desa.
Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDes) bertujuan untuk memudahkan dalam pelaksanaan
pengelolaan dana desa. Dengan demikian desa dapat
mewujudkan pengelolaan keuangan yang efektif dan efisien.
Disamping itu diharapkan dapat diwujudkan tata kelola
pemerintahan desa yang baik, yang memiliki salah satu pilar
utama yaitu akuntabilitas. Pengelolaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) diharapkan dapat
menjadi pedoman dalam pengelolaan keuangan desa karena
didalamnya telah mencakup berbagai prosedur pengelolaan
49

keuangan desa mulai dari perencanaan, pelaksanaan,


penatausahaan, pelaporan sampai dengan
pertanggungjawaban. Banyaknya kasus korupsi pengelolaan
dana desa yang dilakukan oleh kepala desa sehingga
diperlukan peran dari perangkat desa untuk membantu
kepala desa dalam mengelola dana desanya.
Gambar 2. 1 Kerangka Konseptual

Berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 33 Tahun 2015 tentang


pengelolaan keuangan Desa telah mencapai akuntabilitas hal ini
tentu dipengaruhi oleh kelembagaan desa yang turut andil dalam
melaksanakan kebijakan desa guna memaksimalkan kinerja
keuangan menuju desa mandiri.

Akuntabilitas Alokasi Kelembagaan Desa


Dana Desa

Kinerja Keuangan

Kebijakan Desa

Pengaruh Akuntabilitas Alokasi Dana Desa dan Kelembagaan


Desa pada Kinerja Keuangan dengan Kebijakan Desa sebagai
Moderating

Sumber: data diolah oleh peneliti, 2022


Berdasarkan kerangka konseptual diatas bahwa
akuntabilitas dalam alokasi dana bisa terwujud atau
terealisasi dengan adanya pihak kelembagaan desa yang
ikut andil dalam membantu dan menyelesaikan
pekerjaannya
50

D. Hipotesis
Hipotesis merupakan sebuah kemungkinan jawaban
dari permasalahan yang diajukan. Selain itu hipotesis dapat
diartikan sebagai kesimpulan sementara atau suatu jawaban
yang bersifat sementara, serta merupakan konstruksi
peneliti mengenai masalah penelitian, yang menyatakan
hubungan antara dua variabel atau lebih. Maka dari
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis
penelitian adalah:
1. Akuntabilitas Alokasi Dana Desa Berpengaruh
terhadap Kinerja Keuangan
Akuntabilitas meliputi pemberian informasi
keuangan kepada masyarakat dan pengguna sehingga
memungkinkan bagi mereka untuk menilai
pertanggung jawaban pemerintah atas semua aktifitas
yang dilakukan. Sedangkan akuntabilitas dalam sistem
pemerintah desa melibatkan desa untuk
mempertanggung jawabkan kegiatan yang
dilaksanakan dalam kaitannya dengan masalah
pembangunan dan pemerintah desa.
Pertanggungjawaban yang dimaksud dalam hal ini
yaitu menyangkut masalah finansial yang terdapat
dalam APBDes dengan Alokasi Dana Desa (ADD)
sebagai salah satu komponen didalamnya menurut
Waluyo (2009 dalam penelitian(Kusnia & Panjaitan,
2020)).
Ha 1 : Akuntabilitas Alokasi Dana Desa Berpengaruh
Terhadap Kinerja Keuangan.
Ho 1 : Akuntabilitas Alokasi Dana Desa Tidak
Berpengaruh Terhadap Kinerja Keuangan.
51

2. Kelembagaan Desa Berpengaruh Terhadap Kinerja


Keuangan
Kinerja suatu organisasi dinilai baik jika
organisasi yang bersangkutan mampu melaksanakan
tugas-tugas dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan pada standar yang tinggi dengan biaya yang
rendah. Secara teknis kinerja yang baik bagi suatu
organisasi dicapai ketika administrasi dan penyediaan
jasa oleh organisasi yang bersangkutan dilakukan pada
tingkat yang ekonomis, efisien dan efektif. Konsep
ekonomis, efisiensi dan efektivitas saling berhubungan
satu sama lain dan tidak dapat diartikan atau dimaknai
secara terpisah atau sendiri-sendiri. Tuntutan yang
tinggi terhadap kinerja dan akuntabilitas kinerja
pemerintah desa ini berujung pada kebutuhan
pengukuran kinerja dari pemerintah desa.
Ha 2 : Kelembagaan Desa Berpengaruh Terhadap
Kinerja Keuangan.
Ho 2 : Kelembagaan Desa Tidak Berpengaruh
Terhadap Kinerja Keuangan.
3. Kebijakan Desa Memoderasi Pengaruh antara
Akuntabilitas Alokasi Dana Desa terhadap Kinerja
Keuangan
Pengelolaan ADD yang baik menunjukkan
keberhasilan kinerja keuangan dan akan mewujudkan
kemandirian keuangan sehingga ketergantungan pada
pemerintah pusat akan berkurang. Hal ini didukung
dengan penelitian (Tadanugi, 2019) yang menemukan
bahwa manfaat adanya pengelolaan ADD secara
mandiri dapat meningkatkan Pembangunan Sarana dan
Prasarana mulai dari menjadikan pekerjaan lebih
mudah dapat terlaksana dengan baik sehingga dengan
52

mempertinggi efektivitas dalam pembangunan sarana


dan prasarana dapat berjalan dan berdampak pada
masyarakat. (Fait et al., 2021) Pengaruh ADD terhadap
perekonomian daerah menemukan bahwa ADD
berpengaruh juga terhadap kinerja keuangan. Pasal 19
Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007
menjelaskan salah satu tujuan pemberian ADD adalah
meningkatkan perencanaan dan penganggaran
pembangunan di tingkat desa dan pemberdayaan
masyarakat. Keberhasilan pengelolaan ADD akan
meningkatkan kinerja keuangan desa. (Prasetyanto,
2017)
Ha 3 : Kebijakan Desa Memoderasi Pengaruh antara
Akuntabilitas Alokasi Dana Desa terhadap
Kinerja Keuangan.
Ho 3 : Kebijakan Desa Memoderasi Pengaruh antara
Akuntabilitas Alokasi Dana Desa Tidak
Berpengaruh Terhadap Kinerja Keuangan.

4. Kebijakan Desa Memoderasi Pengaruh antara


Kelembagaan Desa Terhadap Kinerja Keuangan
Kebijakan desa merupakan factor penting dalam
mengelola ketersediaan sumber daya pendukung,
khususnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang cakap
menjadi faktor untuk carry out kebijakan publik yang
efektif (Yalia, 2014) . Hal ini dikuatkan oleh penelitian
yang dilakukan oleh (Fahri, 2014) yang menunjukkan
hasil bahwa lemahnya sumberdaya menjadi salah satu
faktor implementasi kebijakan tidak efektif dan tidak
tepat sasaran yang mengakibatkan pelaksanaan
pembangunan tidak berjalan dengan semestinya.
Efektivitas pada dasarnya menunjukan kepada suatu
53

ukuran tingkat kesesuaian antara hasil yang dicapai


dengan hasil yang diharapkan sebagaimana telah
terlebih dahulu ditetapkan melalui dokumen
perencanaan pembangunan desa. (Minahasa, 2019)
Ha 4 : Kebijakan Desa Memoderasi (memperkuat)
Pengaruh antara Kelembagaan Desa Terhadap
Kinerja Keuangan.
Ho 4 : Kebijakan Desa Memoderasi (melemahkan)
Pengaruh antara Kelembagaan Desa Terhadap
Kinerja Keuangan.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian


1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian
ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan
angka-angka dan dengan perhitungan statistik.
Penelitian kuantitatif menurut Indriantoro dan Supomo
(2013) dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti populasi atau sampel
tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya
dilakukan secara random, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data
bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan
2. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Indriantoro
dan Supomo (2013) Penelitian deskriptif merupakan
penelitian terhadap masalah berupa fakta-fakta saat ini
dari suatu populasi. Tujuan penelitian deskriptif ini
adalah untuk menguji hipotesis atau menjawab
pertanyaan yang berkaitan dengan current status dari
subjek yang diteliti. Tipe penelitian ini umumnya
berkaitan dengan opini (individu, kelompok atau
organisasional), kejadian atau prosedur.

54
55

Gambar 3. 1 Rancangan Penelitian

Akuntabilitas
Alokasi Dana
Desa (X1)
Kinerja
Kebijakan
Keuangan
desa (Z)
Kelembagaan (Y)
Desa (X2)

Sumber: data diolah oleh peneliti, 2022


Dalam rancangan penelitian diatas ini bahwa
terlihat variabel X1 yaitu akuntabilitas alokasi dana
desa, kemudian Variabel X2 merupakan kelembagaan
desa, variabel Y merupakan Kinerja keuangan dan
variabel Z merupakan kebijakan desa. Variabel X
merupakan variabel independen yang mempengaruhi
atau penyebab timbulnya variabel dependen (terikat).
Kemudian variabel Y termasuk variabel dependen dan
variabel Z merupakan variabel moderating yang
memperkuat atau memperlemah hubungan antara satu
variabel dengan yang lain.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian


1. Waktu Penelitian
Penelitian dimulai sejak diajukannya surat untuk
obeservasi pada Februari – Juni 2022 dimana peneliti
melakukan koordinasi dengan Kepala Desa Sumberjo
untuk melakukan penelitian.
2. Lokasi Penelitian
Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang
variabel dan kondisi lingkungan terkait variabel yang
diteliti, maka penelitian ini berlokasi di Desa Sumberjo
56

Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang.


Dipilihnya Desa Sumberjo sebagai lokasi penelitian
yakni dengan pertimbangan latar belakang masalah
yang sesuai dengan objek penelitian. Selain itu,
pertimbangan lainnya adalah karena Desa Sumberjo
sebagai daerah dengan kepemimpinan baru dengan
Angaran Dana Desa terkecil di Kecamatan Wonosalam.
Bahkan Desa Sumberjo menjadi objek penelitian yang
menarik, karena pembangunannya berlangsung cukup
cepat dibandingkan dengan daerah lain.

C. Populasi dan Sample Penelitian


1. Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono (2014), populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan, dalam penelitian ini
yang menjadi populasi adalah masyarakat di Desa
Sumberjo hal ini sesuai dengan lokasi yang menjadi
penelitian, jumlah masyarakat di Desa Sumberjo adalah
3.800 penduduk maka oleh itu peneliti melakukan
penentuan sampel penelitian untuk mendapatkan data
yang akurat sehingga penelitian ini dapat menjadi
rujukan.
2. Sample Penelitian
Sampel merupakan bagian dari populasi yang
menjadi wakil dari populasi tersebut. Sampel pada
penelitian ini adalah Masyarakat dan Aparat Desa
Sumberjo. Pengambilan sampel pada penelitian
dilakukan dengan metode Radom Sampling yaitu sampel
ditentukan secara bebas dengan jumlah sebanyak 3.800
57

(tiga ribu delapan ratus) orang. Dikarenakan jumlah


populasi yang begitu besar, maka peneliti memutuskan
untuk mengambil sampel menggunakan rumus Slovin:
𝑁
𝑛=
(1 + 𝑁𝑒 2 )
3800
𝑛=
(1 + (3800 × 0, 52 )
3800
𝑛 = (1 + 9,5)
3800
𝑛 = 10,5
𝑛 = 362
Keterangan:
n : Sample Size
N : Population Size
e2 : Margin of Error

Berdasarkan perhitungan yang peneliti lakukan


mengggunakan rumus slovin, maka sampel penelitian
ini berjumlah 362 orang.

D. Variabel dan Definisi Operasional


Adapun yang menjadi operasional variable dari
penelitian ini antara lain:
1. Variabel Independen (X)
Variabel independen atau variabel bebas
merupakan variabel yang mempengaruhi atau
penyebab dari timbulnya variabel dependen (terikat).
Variabel independen adalah variabel yang tercakup
dalam permasalahan penelitian yang keragamannya
merupakan akibat intervensi peneliti atau kondisi
mengenai fenomena yang diteliti. Variabel independen
dari penelitian ini yaitu Akuntabilitas Alokasi Dana
Desa dan Kelembagaan Desa
58

a. Akuntabilitas Alokasi Dana Desa


Akuntabilitas Alokasi Dana Desa (ADD)
adalah Transparansi dana yang dialokasikan
pemerintah Kabupaten Jombang untuk wilayah
Desa Sambirejo yang disesuaikan ketentuan yang
berlaku.
b. Kelembagaan Desa
Kelembagaan Desa merupakan lembaga
desa yang berperan aktif dalam menggunakan
dana desa untuk menjalankan program-program
yang mampu meningkatkan potensi desa
2. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
kinerja Keuangan. Menurut Sudaryana (2013:13) kinerja
adalah keluaran atau hasil dari kegiatan/program yang
akan atau telah dicapai sehubungan dengan
penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas
yang terukur.
Kinerja Keuangan Desa merupakan pengukuran
kinerja keuangan desa di Desa Sambirejo yang
menitikberatkan pada efektifitas kinerja keuangan desa
yang diukur dengan rasio efektifitas dan efisiensi
terhadap kinerja keuangan
3. Variabel Moderasi (Z)
Variabel moderating adalah variabel yang
memperkuat atau memperlemah hubungan antara satu
variabel dengan variabel lain. Variabel moderating
adalah variabel yang memperkuat atau memperlemah
hubungan antara satu variabel dengan variabel lain
dalam penelitian ini variable moderasi adalah kebijakan
desa(Jufrizen & Rahmadhani, 2020).
59

Kebijakan Desa adalah kebijakan yang diambil


desa dalam penggunaan anggaran untuk membiayai
program-program yang dijalankan oleh aparat desa.

E. Tehnik Pengumpulan Data


Metode Pengumpulan data adalah metode untuk
mengumpulkan data Primer pada penelitian. Nazir (2012)
pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan
standar untuk memperoleh data yang diperlukan,
pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting
dalam metode ilmiah.
1. Wawancara
Metode wawancara adalah mencari data dengan
mengajukan pertanyaan kepada responden. Penelitian
dilakukan dengan cara wawancara kepada masyarakat
dan aparat desa di Desa Sambirejo Kecamatan
Wonosalam. Menurut Nazir (2012), wawancara
merupakan proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil
bertatap muka antara si penanya atau pewawancara
dengan si penjawab atau responden dengan
menggunakan alat yang dinamakan interview guide
(panduan wawancara).
2. Kuesioner
Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada masyarakat
dalam mengumpulan data sehngga di peroleh data
yang tepat dan sesuai degan keyataan yang ada.
Kuisioner yaitu suatu pengumpulan data dengan
memberikan atau menyebarkan daftar partanyaan
ataupun pernyataan kepada responden dengan harapan
60

responden merespon daftar pertanyaan atau


pernyataan tersebut. Instrumen dalam penelitian ini
bersifat terbuka dan tertutup. Pertanyaan terbuka
adalah jika jawaban tidak disediakan sebelumnya,
sedangkan pertanyaan tertutup adalah jika alternatif-
alternatif jawaban telah disediakan.
Kuisioner yang dipakai disini adalah model
tertutup karena jawaban telah disediakan. Kuesioner
yang disebarkan dalam penulisan laporan ini berupa
lembar Pertanyaan yang disebarkan secara langsung
kepada masyarakat yang berisi pertanyaan yang
berhubungan dengan Akuntabilitas Alokasi Dana Desa
dan Kelembagaan Desa terhadap Kinerja Keuangan
dengan Kabijakan Desa sebagai Moderating. Dalam
pengukurannya menggunakan skala likert, yaitu skala
yang berisi lima tingkat preferensi jawaban dengan
pilihan jawaban menggunakan tabel sebagai berikut
(Ikramul, 2019):
Tabel 3. 1 Keputusan Penilaian Pengisian Kuesioner
Tabel 3. 2 Skala Likert
Simbol Keputusan Jawaban Nilai
SS Sangat Setuju 5
S Setuju 4
N Netral 3
TS Tidak Setuju 2
STS Sangat Tidak Setuju 1
Sumber : (Ikramul, 2019)
Alternatif jawaban dengan skala likert kuesioner
dalam penelitian ini diberikan kepada masyarakat
umum yang berada di wilayah Desa Sumberjo
Kecamatan Wonosalam sebagai sumber data primer,
dengan pengumpulan data secara observasi,
61

wawancara dan pengisian kuesioner yang terpola dan


terstuktur sesuai dengan kebutuhan akan data yang
mengacu pada topik dan judul penelitian. Skala ini
digunakan untuk mengukur sikap, tersusun dalam satu
garis kontinum yang jawaban sangat positifnya terletak
dibagian kanan garis, dan jawaban yang sangat negatif
terletak di bagian kiri garis atau sebaliknya. Skala ini
digunakan untuk mengukur sikap atau karakteristik
tertentu yang dimiliki seseorang dan data yang
diperoleh adalah data interval. Adapun interval yang
digunakan dalam penelitian ini yang didasarkan pada
penggunaan Skala Likert adalah sebagai berikut:
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 5 − 1
Interval = =
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 5
= 0,8
Kemudian dibuat rentang nilai sehingga dapat
diketahui letak rata-rata penilaian responden terhadap
masing-masing indikator dalam penelitian ini. Rentang
nilai tersebut adalah:
1,00 – 1,80 = Termasuk kategori sangat negatif
1,81 – 2,60 = Termasuk kategori negatif
2,61 – 3,40 = Termasuk kategori Biasa
3,41 – 4,20 = Temasuk kategori positif
4,21 – 5,00 = Termasuk kategori sangat positif
3. Kisi-kisi pernyataan
Pembuatan kisi-kisi dilakukan berdasarkan
pembagian variable hal ini diharapkan dapat
mempermudah dalam pembuatan pernyataan.
62

Tabel 3. 3 Kisi-kisi Soal Variabel Akuntabilitas Alokasi Dana Desa


No. Dimensi Indikator No No Item Jumlah
Item Negatif Item
Positif
1. Akuntabilitas a. Kegiatan 1,2 3 3
Pencatatan
Kas
b. Laporan 4,5,6 7 4
Pertanggun
g Jawaban
Kepada
masyarakat
c. Laporan 8 9 2
Pertanggun
g Jawaban
kepada
Bupati
melalui
Camat
2. Alokasi Dana a. Laporan 10,11,1 13 4
Desa Realisasi 2
kepada
masyarakat
b. Laporan 14 15 2
Realisasi
kepada
Bupati
Melalui
Camat
Jumlah 10 5 15
63

Tabel 3. 4 Kisi-kisi Soal Varibel Kinerja Keuangan


No. Dimensi Indikator No No Jumlah
Item Item Item
Positif Negatif
1. Kinerja a. Efesiensi Biaya 1,2,3 4 4
Keuangan b. Efektivitas 5,6,7 8 4
Program
terealisasi
c. Pemerataan 9,10,11 12 4
dan Keadilan
Pembangunan
Jumlah 9 3 12

Tabel 3. 5 Kisi-Kisi Soal Varibel Kelembagaan Desa


No. Dimensi Indikator No No Jumla
Item Item h Item
Positif Negati
f
1. Kelembag a. Peningkatan 1,2,3 4 4
aan Desa Pemberdayaan
masyarakat
b. Aktiv dalam 5,6,7 8 4
pembangunan
c. Memilik 9,10,11 12 4
keseketariatan
Jumlah 9 3 12
64

Tabel 3. 6 Kisi-kisi Soal Variabel Kebijakan Desa


No. Dimensi Indikator No No Jumlah
Item Item Item
Positif Negatif
1. Kebijakan a. Efesiensi Biaya 1,2,3 4 4
Desa b. Efektivitas 5,6,7 8 4
Program
c. Pemerataan 9,10,11 12 4
dan Keadilan
Pembangunan
Jumlah 9 3 12
4. Riset perpustakaan
Riset perpustakan yaitu dengan cara membaca
literature buku bacaan serta mencatat teori-teori yang
ada di dalam buku tersebut.

F. Teknik Analisis Data


Untuk mengetahui karekteristik sosial ekonomi
masyarkat digunakan metode analisis sebagai berikut:
1. Metode analsisis deskriptif
Menurut Arikunto (2010) dalam Nugroho (2015),
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau
hal-hal lain (keadaan, kondisi, situasi, peristiwa,
kegiatan), yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk
laporan penelitian. Dalam kegiatan penelitian ini
peneliti hanya memotret apa yang terjadi pada diri
objek atau wilayah yang diteliti, kemudian
memaparkan apa yang terjadi dalam bentuk laporan
penelitian secara lugas, seperti apa adanya.
65

2. Uji Validitas
Uji yang dilakukan untuk mengetahui layak atau
tidak layaknya alat ukur yang digunakan. Pengujian
validitas dilakukan dengan menggunakan program
SPSS 2.0, dengan kreteria sebagai berikut:
Jika rhitung ˃ rtabel, maka pertanyaan dinyatakan valid
Jika rhitung < rtabel, maka pertanyaan dinyatakan tidak
valid
Instrumen pernyataan bernilai valid jika nilai r-
hitung lebih besar dari r-tabel dan nilai signifikansi
kurang dari 0,05 r-tabel untuk 30 responden DF-2 = 30-2
= 28 adalah sebesar 0.361 dengan rincian sebagai
berikut:
Tabel 3. 7 Hasil Uji Validitas
R
Variabel Indikator R Tabel Keterangan
Hitung
X1.1 0,659 0,361 Valid
X1.2 0,736 0,361 Valid
X1.3 0,556 0,361 Valid
X1.4 0,632 0,361 Valid
X1.5 0,515 0,361 Valid
X1.6 0,605 0,361 Valid
X1.7 0,644 0,361 Valid
X1 X1.8 0,666 0,361 Valid
X1.9 0,464 0,361 Valid
X1.10 0,804 0,361 Valid
X1.11 0,659 0,361 Valid
X1.12 0,632 0,361 Valid
X1.13 0,605 0,361 Valid
X1.14 0,659 0,361 Valid
X1.15 0,464 0,361 Valid
X2 X2.1 0,427 0,361 Valid
66

R
Variabel Indikator R Tabel Keterangan
Hitung
X2.2 0,699 0,361 Valid
X2.3 0,427 0,361 Valid
X2.4 0,447 0,361 Valid
X2.5 0,463 0,361 Valid
X2.6 0,734 0,361 Valid
X2.7 0,829 0,361 Valid
X2.8 0,781 0,361 Valid
X2.9 0,452 0,361 Valid
X2.10 0,734 0,361 Valid
X2.11 0,829 0,361 Valid
X2.12 0,781 0,361 Valid
Y1.1 0,665 0,361 Valid
Y1.2 0,753 0,361 Valid
Y1.3 0,627 0,361 Valid
Y1.4 0,687 0,361 Valid
Y1.5 0,571 0,361 Valid
Y1.6 0,537 0,361 Valid
Y
Y1.7 0,649 0,361 Valid
Y1.8 0,629 0,361 Valid
Y1.9 0,406 0,361 Valid
Y1.10 0,815 0,361 Valid
Y1.11 0,665 0,361 Valid
Y1.12 0,687 0,361 Valid
Z1.1 0,685 0,361 Valid
Z1.2 0,777 0,361 Valid
Z1.3 0,630 0,361 Valid
Z
Z1.4 0,706 0,361 Valid
Z1.5 0,706 0,361 Valid
Z1.6 0,578 0,361 Valid
67

R
Variabel Indikator R Tabel Keterangan
Hitung
Z1.7 0,541 0,361 Valid
Z1.8 0,639 0,361 Valid
Z1.9 0,482 0,361 Valid
Z1.10 0,805 0,361 Valid
Z1.11 0,685 0,361 Valid
Z1.12 0,706 0,361 Valid
Sumber: Hasil Output SPSS 2.0

3. Uji Reliabilitas
Pengujian Instrumen reliabilitas dilakukan
dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha (Juanda
dan Junaidi, 2012). Uji yang digunakan untuk
mengetahui kosistensi dan kestabilan suatu alat ukur,
apakah alat pengukur yang digunakan dapat
diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran
tersebut diulang. Pengujian ini dapat dilakukan dengan
bantuan SPSS yang langsung dapat mengetahui
Cronbach’s Alpha dari setiap variabelnya. Cronbach’s
Alpha sangat cocok digunakan pada skor berbentuk
skala (misal 1-4, 1-5) atau skor rentang (misal 0-20, 0-
50).
Pengujian reliabilitas biasanya menggunakan
batas tertentu seperti 0,6. Menurut Juanda dan Junaidi
(2012), reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik,
sedangkan 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8 adalah
baik. Hasil uji realibitas menunjukkan hasil sebagai
berikut:
68

Tabel 3. 8 Hasil Uji Reliabilitas X1


Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,882 15
Sumber: Hasil Output SPSS 2.0
Tabel 3. 9 Hasil Uji Reliabilitas X2
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,873 12
Sumber: Hasil Output SPSS 2.0
Tabel 3. 10 Hasil Uji Reliabilitas Y
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,861 12
Sumber: Hasil Output SPSS 2.0
Tabel 3. 11 Hasil Uji Reliabilitas Z
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,872 12
Sumber: Hasil Output SPSS 2.0
Hasil dari uji Reliabilitas menunjukkan hasil
konsistensi yang sangat baik yakni diatas 0,8 sehingga
alat ukur ini dapat digunakan dalam penelitian.
4. Uji Asumsi Klasik
Setelah mendapatkan model regresi, maka
interpretasi terhadap hasil yang diperoleh tidak bisa
langsung dilakukan. Hal ini disebabkan karena model
regresi harus diuji terlebih dahulu apakah sudah
memenuhi asumsi klasik. Uji asumsi klasik mencakup
hal sebagai berikut:
69

4.1 Uji Normalitas


Pengujian ini bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variable pengganggu
atau residual memiliki distribusi secara normal.Uji
normalitas mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal, kalau asumsi ini
dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid.
Salah satu cara untuk mendeteksi apakah residual
berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan uji
statistik one-simple kolmogorov-smirnov. Dasar
pengambilan keputusan dari one- simple
kolmogorov-smirnov adalah:
Jika hasil one-simple kolmogorov-smirnov di
atas tingkat signifikansi 0,05 menujukkan pola
distribusi normal, maka model regresi tersebut
memenuhi asumsi normalitas.
Jika hasil one-simple kolmogorov-smirnov di
bawah tingkat signifikansi 0,05 tidak menujukkan
pola distribusi normal, maka model regresi
tersebut tidak memenuhi asumsi normalitas
(Ghozali, 2013).
4.2 Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
di antara variabel independen. Jika variabel
independen saling berkorelasi, maka variabel-
variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal
adalah variabel independen yang nilai korelasi
antar sesama variabel independen sama dengan
nol. Salah satu cara mengetahui ada tidaknya
70

multikolonieritas pada suatu model regresi adalah


dengan melihat nilai tolerance dan VIF (Variance
Inflation Factor).
Jika nilai tolerance> 0,10 dan VIF < 10, maka
dapat diartikan bahwa tidak terdapat
multikolonieritas pada penelitian tersebut.
Jika nilai tolerance< 0,10 dan VIF > 10, maka
terjadi gangguan multikolonieritas pada penelitian
tersebut. (Ghozali, 2013)
4.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual pada satu
pengamatan kepengamatan yang lain. Jika varian
dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas
dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. Untuk menguji
heteroskedastisitas dengan melihat Grafik Plot
antara nilai prediksi variabel terikat (dependen)
yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi
ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada
grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED di
mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi,
dan sumbu X adalah residual (Ghozali, 2013). Cara
lain yang dapat digunakan untuk uji
heteroskedastisitas adalah dengan uji glejser. Uji
ini dilakukan dengan meregresikan nilai absolut
residual terhadap variabel dependen (Gujaranti,
71

2003; dalam Ghozali, 2013). Jika tingkat


signifikannya di atas 0,005 maka model regresi
tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.
5. Uji Hipotesis
5.1. Analisis Regresi Linier Berganda
Pengujian hipotesis terhadap pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen
dilakukan dengan menggunakan analisis regresi
linier berganda. Analisis regresi digunakan untuk
memprediksi pengaruh lebih dari satu variabel
bebas terhadap satu variabel tergantung, baik
secara parsial maupun simultan. Rumus untuk
menguji pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen yaitu :
𝛾 = 𝛼 + 𝛽1𝑥1 + 𝛽2𝑥2 + 𝑒
Keterangan :
Y : Variabel dependen
B0 : Konstanta Regresi/ titik potong
sumbu Y
b1 b2 : Koefisien regresi/pengaruh
X1 X2 : Variabe Bebas
E : Nilai Residu
Α : Konstanta
5.2. Analisis Regresi Moderasi(Moderated Regression
Analysis / MRA)
Moderated Regression Analysis (MRA)
menggunakan pendekatan analitik yang
mempertahankan integritas sampel dan
memberikan dasar untuk mengontrol pengaruh
variabel moderator (Ghozali, 2013: 229). Variabel
moderasi adalah variabel independen yang akan
memperkuat atau memperlemah hubungan antara
72

variabel independen terhadap variabel dependen.


Variabel moderasi dalam penelitian ini adalah
pengendalian akuntansi.Variabel independen
dalam penelitian ini yaitu Akuntabilitas Alokasi
Dana Desa Dan Kelembagaan Desa sedangkan
variabel dependennya yaitu Kinerja Keuangan.
Sehingga dalam penelitian ini akan menguji
interaksi variabel Kinerja Keuangan dengan
variabel Akuntabilitas Alokasi Dana Desa dan
Kelembagan Desa terhadap Kinerja Keuangan.
Kedua kombinasi dalam penelitian ini diharapkan
akan berpengaruh terhadap Kebijakan Desa.
Langkah uji interaksi dalam penelitian ini dapat
digambarkan dengan persamaan regresi sebagai
berikut:
𝛾 = 𝛼 + 𝛽1𝑧𝑥1 + 𝛽2𝑧𝑥2 + 𝛽4𝑧𝑚 + 𝛽5|zx1 − zm|
+ β6|zx2 − zm| + e
Keterangan:
Y : Variabel dependen
B0 : Konstanta Regresi/ titik potong
sumbu Y
b1 b2 : Koefisien regresi/pengaruh
X1 X2 : Variabel Bebas
E : Nilai Residu
Α : Konstanta
Z : Variabel Moderasi

Uji hipotesis ini dilakukan melalui uji


koefisien determinasi dan uji regresi secara parsial
(t-test):
73

5.3. Analisis Koefisien Determinasi


Koefisien determinasi (R2) pada intinya
bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol dan satu. Nilai R2mempunyai
interval antara 0 sampai 1 (0 ≤ R2 ≤ 1). Jika nilai R2
bernilai besar (mendeteksi 1) berarti variable bebas
dapat memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variabel
dependen. Sedangkan jika R2 bernilai kecil berarti
kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan
variabel dependen sangat terbatas.
5.4. Uji Regresi Secara Parsial
Uji T digunakan untuk menguji hipotesis
secara parsial guna menunjukkan pengaruh tiap
variabel independen secara individu terhadap
variabel dependen.Uji T adalah pengujian
koefisien regresi masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh variabel
dependen terhadap variabel dependen secara
individu terhadap variabel dependen.Penetapan
untuk mengetahui hipotesis diterima atau ditolak
ada dua cara yang dapat dipilih yaitu:
1. Membandingkan t hitung dengan t table
a. Jika t hitung > t tabel maka hipotesis
diterima. Artinya ada pengaruh signifikan
dari variabel independen secara individual
terhadap variabel dependen.
b. Jika t hitung < t tabel maka hipotesis
ditolak. Artinya tidak ada pengaruh
74

signifikan dari variabel independen secara


individualterhadap variable dependen.
2. Melihat Probabilities Values
Berdasarkan nilai probabilitas dengan α =
0,05:
a. Jika probabilitas > 0,05, maka hipotesis
ditolak
b. Jika probabilitas < 0,05, maka hipotesis
diterima
c. Jika hasil penelitian tidak sesuai dengan
arah hipotesis (positif atau negatif)
walaupun berada dibawah tingkat
signifikan, maka hipotesis ditolak.
5.5. Uji Regresi Secara Simultan
Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh
dari variabel-variabel bebas secara bersama-sama
terhadap variabel terikat. Menentukan kriteria uji
hipotesis dapat diukur dengan syarat:

1. Membandingkan t hitung dengan t table (1)


Jika t hitung > t tabel maka hipotesis diterima.
Artinya variabel independen secara
bersamasama mempengaruhi variabel
dependen secara signifikan.
(2) Jika thitung < t tabel maka hipotesis
ditolak. Artinya variabel independen secara
bersama-sama tidak mempengaruhi variabel
dependen secara signifikan.

2. Melihat Probabilities Values


Berdasarkan nilai probabilitas dengan α =
0,05:
75

a. Jika probabilitas > 0,05, maka hipotesis


ditolak
b. Jika probabilitas < 0,05, maka hipotesis
diterima
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Desa
a. Profil Desa Sumberejo
Desa Sumberejo merupak salah satu desa di
Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang
dengan Ibu Ismiyatun sebagai Kepala Desa. Luas
wilayah Desa Sumberjo dengan luas wilayah
556,475 Ha . Desa Sumberjo terdiri dari 3 Dusun,
yaitu Dusun Babatan Dusun Sumberjo Dusun
Sidolegi. Perangkat Desa menurut jenis jabatannya
di Desa Sumberjo. terdiri dari 1 Kepala Desa, 1
Sekretaris Desa, 1 Kasi Pemerintahan, 1 Kaur
Keuangan, 1 Kaur Perencanaan, 1 Kasi Kesra, 1
Kaur Umum, dan 3 Kepala Dusun/ Kasi wilayah.
Desa Sumberjo. terdiri dari 4 Rukun Warga (RW)
dan 23 Rukun Tangga (RT). Jumlah penduduk desa
Sumberejo adalah 3800 jiwa.
Mata pencaharian penduduk di Desa
Sumberjo sebagian besar masih berada di sektor
pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa sektor
pertanian memegang peranan penting dalam
bidang ekonomi masyarakat. Data menurut mata
pencaharian penduduk dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 4.1. Mata Pencaharian Penduduk Desa Sumberejo
Pekerjaan Tani Dagang Sopir Buruh Tani PNS TNI Swasta
Jumlah 1456 112 18 823 16 8 230
Sumber Data : Data Potensi Sosial Ekonomi
Desa/Kelurahan Tahun 2019

76
77

b. Struktur Pemerintahan Desa Sumberjo


Sebagaimana dipaparkan dalam UU No. 06
tahun 2014 bahwa di dalam Desa terdapat tiga
kategori kelembagaan Desa yang memiliki peranan
dalam tata kelola Desa, yaitu: Pemerintah Desa,
Badan Permusyawaratan Desa dan Lembaga
Kemasyarakatan. Dalam undang-undang tersebut
disebutkan bahwa penyelenggaraan urusan
pemerintahan di tingkat Desa (pemerintahan Desa)
dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa. Pemerintahan Desa ini
dijalankan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui
dan dihormati dalam sistem pemerintahan di
negeri ini. Pemerintah Desa atau yang disebut
dengan nama lain adalah kepala Desa dan
perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan Desa. Kepala Desa mempunyai
tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan,
pembangunan, dan kemasyarakatan.
Badan Permusyawaratan Desa adalah
lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi
dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Desa.
Badan Permusyawaratan Desa berfungsi
menetapkan peraturan Desa bersama kepala Desa,
menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat. BPD berkedudukan sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan Desa. Anggota BPD
adalah wakil dari penduduk Desa bersangkutan
78

berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan


dengan cara musyawarah dan mufakat. Anggota
BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku
adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh
atau pemuka masyarakat lainnya. BPD berfungsi
menetapkan peraturan Desa bersama Kepala Desa,
menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat.

Sekretaris Desa
Iswari

Kasi Kesra Kasi Kaur Umum Kaur Kaur


Mitahudin Pemerintahan dan Tata Usaha Keuangan Perencanaan
Koiril Citra Dwi M. Sutoro Eko Budiono

Kasun Sumberjo Kasun Babatan Kasun Sidolegi


Widaya Heru Prasetya Asmunin Abd Sholeh S

Sumber : Struktur Pemerintahan Desa sumberjo


Gambar 4.1. Struktur Pemerintahan Desa Sumberjo
c. Geografi Desa Sumberjo
Pentingnya memahami kondisi Desa untuk
mengetahui keterkaitan perencanaan dengan
muatan pendukung dan permasalahan yang ada,
79

memberikan arti penting keputusan pembangunan


sebagai langkah mendayagunakan dan
penyelesaian masalah di masyarakat. Desa
Sumberjo merupakan salah satu dari 9 desa di
wilayah Kecamatan Wonosalam yang terletak 16
Km ke arah Utara dari Kecamatan Wonosalam
Desa Sumberjo merupakan wilayah yang
berbatasan dengan Kabupaten Kediri, serta
mempunyai luas wilayah seluas 556,475 Ha.
Adapun batas-batas wilayah desa Sumberjo :
Tabel 4.2. Batas-Batas Desa Sumberejo
BATAS DESA
Sebelah Utara Hutan Jati Desa Kedung Lumpang >
Mojoagung
Sebelah Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam
Selatan
Sebelah Timur Hutan + Kecamatan Jatirejo Mojokerto
Sebelah Barat Desa Wonokerto Kecamatan Wonosalam
Sumber: Desa Sumberejo dalam angka,2022
Iklim Desa Sumberjo, sebagaimana desa-
desa lain di wilayah Indonesia mempunyai iklim
kemarau dan penghujan, hal tersebut mempunyai
pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada
di Desa Sumberjo Kecamatan Wonosalam. Desa
Sumberjo terdiri dari 3 ( Tiga ) dusun dengan
jumlah penduduk 3.975 Jiwa atau 1.923 KK.
2. Analisis Deskriptif
Tabel 4.3. Variabel akuntabilitas alokasi dana desa
Variabel N Mean Median Mode Std. Skewness Kurtosis Range Min Max
Akun1 362 4.11 4.0 5.0 0.98 -0.97 0.30 4.0 1.0 5.0
Akun2 362 4.09 4.0 4.0 0.87 -1.30 1.38 4.0 1.0 5.0
Akun3 362 2.92 4.0 2.0 1.02 -0.95 0.50 4.0 1.0 5.0
Akun4 362 4.08 4.0 4.0 1.01 -1.30 1.51 4.0 1.0 5.0
Akun5 362 3.51 4.0 4.0 1.23 -0.63 -0.56 4.0 1.0 5.0
Akun6 362 3.73 4.0 4.0 1.22 -0.80 -0.28 4.0 1.0 5.0
Akun7 362 2.10 4.0 2.0 0.94 -1.22 1.62 4.0 1.0 5.0
Akun8 362 3.75 4.0 4.0 1.10 -0.83 0.14 4.0 1.0 5.0
Akun9 362 2.59 4.0 2.0 1.36 -0.61 -0.87 4.0 1.0 5.0
Alokasi1 362 4.24 4.0 5.0 0.91 -1.37 1.91 4.0 1.0 5.0
Alokasi2 362 3.90 4.0 5.0 1.20 -0.98 0.06 4.0 1.0 5.0
Alokasi3 362 2.97 4.0 2.0 1.15 -1.11 0.48 4.0 1.0 5.0
Alokasi4 362 3.91 4.0 4.0 1.14 -1.03 0.32 4.0 1.0 5.0
Alokasi5 362 2.72 4.0 2.0 1.29 -0.77 -0.55 4.0 1.0 5.0
Alokasi6 362 4.35 5.0 5.0 0.85 -1.53 1.70 4.0 1.0 5.0
Sumber: Data primer, diolah

80
Berdasarkan hasil analisis statistic deskriptif pada variabel akuntabilitas alokasi dana
desa menunjukan bahwa seluruh indikator memiliki nilai range 4 karena memiliki nilai min 1
dan max 5, skewness pada seluruh item juga memiliki nilai yang berada di kisaran 0, serta
kurtosis memiliki nilai yang berada pada -2 hingga +2 yang menunjukan data tersebar
mengikuti distribusi normal. Nilai mean tertinggi berada pada item alokasi 6, dan terendah
pada item akun7(Afifah, 2017).
Tabel 4.4. Variabel kinerja keuangan
Variabel N Mean Median Mode Std.dev Skewness Kurtosis Range Min Max
kinerja1 362 4.14 4.0 4.0 0.90 -1.13 1.44 4.0 1.0 5.0
kinerja2 362 4.39 5.0 5.0 0.77 -1.68 1.29 4.0 1.0 5.0
kinerja3 362 4.07 4.0 4.0 0.95 -1.13 1.35 4.0 1.0 5.0
kinerja4 362 2.77 4.0 2.0 1.12 -0.77 -0.08 4.0 1.0 5.0
kinerja5 362 4.37 4.0 4.0 0.62 -1.08 4.00 4.0 1.0 5.0
kinerja6 362 4.00 4.0 4.0 1.00 -1.01 0.72 4.0 1.0 5.0
kinerja7 362 3.80 4.0 4.0 1.01 -0.77 0.34 4.0 1.0 5.0
kinerja8 362 2.98 4.0 2.0 1.09 -0.84 -0.03 4.0 1.0 5.0
kinerja9 362 3.88 4.0 5.0 1.07 -0.72 -0.05 4.0 1.0 5.0
kinerja10 362 3.90 4.0 5.0 1.10 -0.90 0.19 4.0 1.0 5.0
kinerja11 362 4.01 4.0 5.0 1.05 -0.86 0.02 4.0 1.0 5.0

81
Variabel N Mean Median Mode Std.dev Skewness Kurtosis Range Min Max
kinerja12 362 2.11 4.0 2.0 0.91 -1.07 1.12 4.0 1.0 5.0
Sumber: Data primer, diolah
Berdasarkan hasil analisis statistic deskriptif pada variabel kinerja keuangan menunjukan
bahwa seluruh indicator memiliki nilai range 4 karena memiliki nilai min 1 dan max 5,
skewness pada seluruh item juga memiliki nilai yang berada di kisaran 0, serta kurtosis
memiliki nilai yang berada pada -2 hingga +2 yang menunjukan data tersebar mengikuti
distribusi normal atau tidak ada permasalahan kemiringan (skew), serta keruncingan (kurtosis).
Nilai mean tertinggi berada pada item kinerja 2 dan kinerja 5, dan terendah pada item kinerja
12 (Afifah, 2017).
Tabel 4.5. Variabel kelembagaan desa
Variabel N Mean Median Mode Std.Dev Skewness Kurtosis Range Min Max
kelembagaan1 362 3.95 4.0 4.0 0.93 -0.95 0.91 4.0 1.0 5.0
kelembagaan2 362 4.16 4.0 4.0 0.76 -1.03 2.17 4.0 1.0 5.0
kelembagaan3 362 3.96 4.0 4.0 0.91 -0.59 0.09 4.0 1.0 5.0
kelembagaan4 362 2.75 4.0 2.0 1.14 -0.79 -0.05 4.0 1.0 5.0
kelembagaan5 362 3.91 4.0 4.0 0.96 -0.78 0.49 4.0 1.0 5.0
kelembagaan6 362 3.92 4.0 5.0 1.13 -0.97 0.22 4.0 1.0 5.0
kelembagaan7 362 4.20 4.0 4.0 0.83 -1.32 2.55 4.0 1.0 5.0
kelembagaan8 362 2.23 4.0 2.0 0.81 -1.32 2.69 4.0 1.0 5.0

82
Variabel N Mean Median Mode Std.Dev Skewness Kurtosis Range Min Max
kelembagaan9 362 4.29 4.0 4.0 0.67 -1.30 2.44 4.0 1.0 5.0
kelembagaan10 362 4.08 4.0 4.0 0.91 -1.18 1.76 4.0 1.0 5.0
kelembagaan11 362 3.76 4.0 4.0 1.07 -0.83 0.21 4.0 1.0 5.0
kelembagaan12 362 2.26 4.0 2.0 0.65 -0.80 2.01 4.0 1.0 5.0
Sumber: Data primer, diolah
Berdasarkan hasil analisis statistic deskriptif pada variabel kelembagaan desa
menunjukan bahwa seluruh indicator memiliki nilai range 4 karena memiliki nilai min 1 dan
max 5, skewness pada seluruh item juga memiliki nilai yang berada di kisaran 0, serta kurtosis
memiliki nilai yang berada pada -2 hingga +2 yang menunjukan data tersebar mengikuti
distribusi normal atau tidak ada permasalahan kemiringan (skew), serta keruncingan (kurtosis).
Nilai mean tertinggi berada pada item kelembagaan 9, dan terendah pada item kelembagaan 8
(Afifah, 2017).
Tabel 4.6. Variabel kelembagaan desa
Variabel N Mean Median Mode Std.Dev Skewness Kurtosis Range Min Max
kebijakan1 362 4.06 4.0 4.0 0.81 -1.08 1.98 4.0 1.0 5.0
kebijakan2 362 4.21 4.0 4.0 0.77 -0.86 1.00 4.0 1.0 5.0
kebijakan3 362 4.49 5.0 5.0 0.58 -0.63 -0.56 2.0 3.0 5.0
kebijakan4 362 2.19 4.0 2.0 0.83 -1.12 1.79 4.0 1.0 5.0
kebijakan5 362 4.50 5.0 5.0 0.55 -0.90 2.78 4.0 1.0 5.0

83
Variabel N Mean Median Mode Std.Dev Skewness Kurtosis Range Min Max
kebijakan6 362 4.19 4.0 4.0 0.84 -1.53 1.50 4.0 1.0 5.0
kebijakan7 362 4.16 4.0 4.0 0.78 -1.22 2.92 4.0 1.0 5.0
kebijakan8 362 2.09 4.0 2.0 0.89 -1.14 1.64 4.0 1.0 5.0
kebijakan9 362 4.17 4.0 4.0 0.81 -1.08 1.82 4.0 1.0 5.0
kebijakan10 362 4.23 4.0 4.0 0.78 -1.21 2.40 4.0 1.0 5.0
kebijakan11 362 4.17 4.0 4.0 0.82 -1.15 2.06 4.0 1.0 5.0
kebijakan12 362 3.23 4.0 2.0 0.88 -1.39 2.28 4.0 1.0 5.0
Sumber: Data primer, diolah
Berdasarkan hasil analisis statistic deskriptif pada variabel kebijakan desa menunjukan
bahwa seluruh indicator memiliki nilai range 2-4 karena memiliki nilai min 1 dan max 5,
skewness pada seluruh item juga memiliki nilai yang berada di kisaran 0, serta kurtosis
memiliki nilai yang berada pada -2 hingga +2 yang menunjukan data tersebar mengikuti
distribusi normal atau tidak ada permasalahan kemiringan (skew), serta keruncingan (kurtosis).
Nilai mean tertinggi berada pada item kebijakan 5, dan terendah pada item kebijakan 8 (Afifah,
2017).
Tabel 4.7. Variabel Penelitian
Variabel N Mean Median Mode Std.Dev Skewness Kurtosis Range Min Max
akuntabilitas 362 34.89 37.0 39.0 6.52 -1.01 0.71 33.0 12.0 45.0
alokasi dana
362 24.08 26.0 30.0 5.24 -1.06 0.74 24.0 6.0 30.0
desa

84
Variabel N Mean Median Mode Std.Dev Skewness Kurtosis Range Min Max
kinerja
362 48.41 49.0 50.0 7.01 -0.95 2.37 48.0 12.0 60.0
keuanga
kelembagaan 362 48.44 49.0 49.0 5.24 -0.92 2.33 34.0 25.0 59.0
kebijakan desa 362 50.69 52.0 52.0 4.76 -1.55 1.61 33.0 26.0 59.0
Sumber: Data primer, diolah
Berdasarkan hasil analisis statistic deskriptif pada variabel kebijakan desa menunjukan
bahwa seluruh variabel memiliki nilai skewness yang berada di kisaran 0, serta kurtosis
memiliki nilai yang berada pada -2 hingga +2 yang menunjukan data tersebar mengikuti
distribusi normal atau tidak ada permasalahan kemiringan (skew), serta keruncingan (kurtosis).
Nilai mean tertinggi berada pada item kebijakan desa, dan terendah pada item alokas dana
desa (Afifah, 2017).
3. Analisis Frekuensi
Tabel 4.8. Variabel akuntabilitas alokasi dana desa
Frekuensi actual Frekuensi relatif (%)
Item
STS TS N S SS STS TS N S SS
Akun1 5 22 60 116 159 1.40 6.10 16.60 32.00 43.90
Akun2 8 12 37 186 119 2.20 3.30 10.20 51.40 32.90
Akun3 152 115 57 11 27 42.00 31.80 15.70 3.00 7.50
Akun4 13 18 38 151 142 3.60 5.00 10.50 41.70 39.20

85
Frekuensi actual Frekuensi relatif (%)
Item
STS TS N S SS STS TS N S SS
Akun5 34 45 66 137 80 9.40 12.40 18.20 37.80 22.10
Akun6 27 36 60 125 114 7.50 9.90 16.60 34.50 31.50
Akun7 149 141 51 10 11 41.20 39.00 14.10 2.80 3.00
Akun8 19 29 72 145 97 5.20 8.00 19.90 40.10 26.80
Akun9 96 122 58 40 46 26.50 33.70 16.00 11.00 12.70
Alokasi1 7 12 40 131 172 1.90 3.30 11.00 36.20 47.50
Alokasi2 24 26 59 108 145 6.60 7.20 16.30 29.80 40.10
Alokasi3 119 149 50 21 23 32.90 41.20 13.80 5.80 6.40
Alokasi4 20 28 50 132 132 5.50 7.70 13.80 36.50 36.50
Alokasi5 108 129 52 31 42 29.80 35.60 14.40 8.60 11.60
Alokasi6 5 9 31 128 189 1.40 2.50 8.60 35.40 52.20
Sumber: Data primer, diolah
Berdasarkan hasil analisis frekuensi dari variabel akuntabilitas alokasi dana desa tampak
bahwa sebagian besar responden memberikan nilai setuju hingga sangat setuju pada komponen
penilaian pada item positif, sedangkan pada komponen item pertanyaan negative sebagai besar
responden memberikan penilaian tidak setuju dan sangat tidak setuju.

86
Tabel. 4.9. Variabel kinerja keuangan
Frekuensi actual Frekuensi relatif (%)
Item
STS TS N S SS STS TS N S SS
kinerja1 7 10 54 147 144 1.90 2.80 14.90 40.60 39.80
kinerja2 5 4 21 148 184 1.40 1.10 5.80 40.90 50.80
kinerja3 10 10 60 145 137 2.80 2.80 16.60 40.10 37.80
kinerja4 130 108 74 18 32 35.90 29.80 20.40 5.00 8.80
kinerja5 2 1 11 194 154 0.60 0.30 3.00 53.60 42.50
kinerja6 10 20 60 143 129 2.80 5.50 16.60 39.50 35.60
kinerja7 13 21 87 144 97 3.60 5.80 24.00 39.80 26.80
kinerja8 88 156 86 12 20 24.30 43.10 23.80 3.30 5.50
kinerja9 13 19 97 104 129 3.60 5.20 26.80 28.70 35.60
kinerja10 16 25 69 123 129 4.40 6.90 19.10 34.00 35.60
kinerja11 8 26 70 109 149 2.20 7.20 19.30 30.10 41.20
kinerja12 149 140 52 6 15 41.20 38.70 14.40 1.70 4.10
Sumber: Data primer, diolah
Berdasarkan hasil analisis frekuensi dari variabel akuntabilitas alokasi dana desa tampak
bahwa sebagian besar responden memberikan nilai setuju hingga sangat setuju pada komponen
penilaian pada item positif, sedangkan pada komponen item pertanyaan negative sebagai besar
responden memberikan penilaian tidak setuju dan sangat tidak setuju.

87
Tabel. 4.10. Variabel kelembagaan desa
Frekuensi actual Frekuensi relatif (%)
Item
STS TS N S SS STS TS N S SS
kelembagaan1 8 19 62 168 105 2.20 5.20 17.10 46.40 29.00
kelembagaan2 4 4 45 186 123 1.10 1.10 12.40 51.40 34.00
kelembagaan3 5 10 96 134 117 1.40 2.80 26.50 37.00 32.30
kelembagaan4 131 105 74 21 30 36.20 29.00 20.40 5.80 8.30
kelembagaan5 9 15 85 144 109 2.50 4.10 23.50 39.80 30.10
kelembagaan6 18 26 61 119 138 5.00 7.20 16.90 32.90 38.10
kelembagaan7 6 8 36 168 144 1.70 2.20 9.90 46.40 39.80
kelembagaan8 172 145 32 5 8 47.50 40.10 8.80 1.40 2.20
kelembagaan9 3 4 14 206 135 0.80 1.10 3.90 56.90 37.30
kelembagaan10 9 10 52 164 127 2.50 2.80 14.40 45.30 35.10
kelembagaan11 17 30 70 152 93 4.70 8.30 19.30 42.00 25.70
kelembagaan12 207 127 23 1 4 57.20 35.10 6.40 0.30 1.10
Sumber: Data primer, diolah
Berdasarkan hasil analisis frekuensi dari variabel akuntabilitas alokasi dana desa tampak
bahwa sebagian besar responden memberikan nilai setuju hingga sangat setuju pada komponen
penilaian pada item positif, sedangkan pada komponen item pertanyaan negative sebagai besar
responden memberikan penilaian tidak setuju dan sangat tidak setuju.

88
Tabel. 4.11. Variabel kebijakan desa

Frekuensi actual Frekuensi relatif (%)


Item
STS TS N S SS STS TS N S SS
kebijakan1 5 11 46 195 105 1.40 3.00 12.70 53.90 29.00
kebijakan2 2 5 49 166 140 0.60 1.40 13.50 45.90 38.70
kebijakan3 0 0 16 153 193 0.00 0.00 4.40 42.30 53.30
kebijakan4 158 144 49 5 6 43.60 39.80 13.50 1.40 1.70
kebijakan5 1 0 4 168 189 0.30 0.00 1.10 46.40 52.20
kebijakan6 8 9 24 188 133 2.20 2.50 6.60 51.90 36.70
kebijakan7 6 3 42 188 123 1.70 0.80 11.60 51.90 34.00
kebijakan8 167 127 49 7 12 46.10 35.10 13.50 1.90 3.30
kebijakan9 4 8 44 174 132 1.10 2.20 12.20 48.10 36.50
kebijakan10 4 6 36 171 145 1.10 1.70 9.90 47.20 40.10
kebijakan11 5 7 44 170 136 1.40 1.90 12.20 47.00 37.60
kebijakan12 147 161 37 7 10 40.60 44.50 10.20 1.90 2.80
Sumber: Data primer, diolah
Berdasarkan hasil analisis frekuensi dari variabel kebiakan desa tampak bahwa sebagian
besar responden memberikan nilai setuju hingga sangat setuju pada komponen penilaian pada

89
item positif, sedangkan pada komponen item pertanyaan negative sebagai besar responden
memberikan penilaian tidak setuju dan sangat tidak setuju.
4. Uji Reliabiltas dan Uji Validitas
Tabel. 4.12. Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items
.889 .875 51
Sumber: Pengolahan data primer dengan SPSS
Nilai reliabilitas sebesar 0,889 yang artinya reliabilitas sangat tinggi sehingga data dapat
digunakan untuk dilakukan pengujian selanjutnya Pengujian reliabilitas biasanya
menggunakan batas tertentu seperti 0,6. Menurut Juanda dan Junaidi (2012), reliabilitas kurang
dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8 adalah baik.
Tabel. 4.13. Uji Validitas
Item-Total Statistics
Scale Variance
Scale Mean if Corrected Item- Squared Multiple Cronbach's Alpha
if Item
Item Deleted Total Correlation Correlation if Item Deleted
Deleted
X1_1 202.4765 371.189 -.207 . .895
X1_2 202.4903 350.862 .391 . .887
X1_3 202.6620 344.024 .510 . .885

90
Item-Total Statistics
Scale Variance
Scale Mean if Corrected Item- Squared Multiple Cronbach's Alpha
if Item
Item Deleted Total Correlation Correlation if Item Deleted
Deleted
X1_4 202.4986 351.084 .328 . .888
X1_5 203.0748 335.247 .614 . .883
X1_6 202.8532 334.187 .649 . .882
X1_7 202.4737 344.900 .537 . .885
X1_8 202.8310 339.391 .589 . .884
X1_9 202.9917 329.525 .670 . .882
X1_10 202.3380 343.697 .594 . .884
X1_11 202.6842 333.822 .668 . .882
X1_12 202.6094 336.489 .629 . .883
X1_13 202.6787 336.135 .642 . .883
X1_14 202.8587 332.133 .650 . .882
X1_15 202.2410 350.033 .429 . .887
Y1_1 202.4515 351.904 .342 . .888
Y1_2 202.1911 351.505 .439 . .887
Y1_3 202.5069 342.434 .601 . .884

91
Item-Total Statistics
Scale Variance
Scale Mean if Corrected Item- Squared Multiple Cronbach's Alpha
if Item
Item Deleted Total Correlation Correlation if Item Deleted
Deleted
Y1_4 202.8172 337.033 .633 . .883
Y1_5 202.2161 356.387 .326 . .888
Y1_6 202.5928 348.703 .393 . .887
Y1_7 202.7867 351.407 .313 . .888
Y1_8 202.6066 341.862 .527 . .885
Y1_9 202.7119 342.339 .526 . .885
Y1_10 202.6925 343.886 .470 . .886
Y1_11 202.5789 346.878 .419 . .886
Y1_12 202.4765 352.906 .308 . .888
X2_1 202.6399 351.970 .328 . .888
X2_2 202.4294 355.012 .304 . .888
X2_3 202.6288 357.517 .175 . .890
X2_4 202.8421 364.956 -.044 . .894
X2_5 202.6759 359.431 .109 . .891
X2_6 202.6648 349.935 .309 . .888

92
Item-Total Statistics
Scale Variance
Scale Mean if Corrected Item- Squared Multiple Cronbach's Alpha
if Item
Item Deleted Total Correlation Correlation if Item Deleted
Deleted
X2_7 202.3850 355.187 .269 . .888
X2_8 202.3601 356.470 .236 . .889
X2_9 202.2992 360.555 .131 . .890
X2_10 202.5097 354.989 .248 . .889
X2_11 202.8310 352.974 .253 . .889
X2_12 202.3296 364.088 -.007 . .891
Z_1 202.5263 359.328 .141 . .890
Z_2 202.3795 359.275 .154 . .890
Z_3 202.0997 365.729 -.078 . .891
Z_4 202.4017 359.891 .119 . .890
Z_5 202.0859 364.868 -.040 . .891
Z_6 202.3989 361.757 .059 . .891
Z_7 202.4321 359.352 .147 . .890
Z_8 202.4986 356.801 .201 . .889
Z_9 202.4238 357.806 .193 . .889

93
Item-Total Statistics
Scale Variance
Scale Mean if Corrected Item- Squared Multiple Cronbach's Alpha
if Item
Item Deleted Total Correlation Correlation if Item Deleted
Deleted
Z_10 202.3546 357.729 .202 . .889
Z_11 202.4155 357.121 .211 . .889
Z_12 202.3601 356.192 .220 . .889
Sumber: Pengolahan data primer dengan SPSS
Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 2.0, dengan kreteria
sebagai berikut:
Jika rhitung ˃ rtabel, maka pertanyaan dinyatakan valid
Jika rhitung < rtabel, maka pertanyaan dinyatakan tidak valid.
Instrumen pernyataan bernilai valid jika nilai r-hitung lebih besar dari r-tabel dan nilai
signifikansi kurang dari 0,05 Pada keseluruhan item, nilai rhitung (0,889) > rtabel (0,05;360) = 0,086,
sehingga dapat dikatakan keseluruhan item valid.

94
95

5. Uji Asumsi Klasik


a. Uji Multikolinieritas
Tabel 4.14. Uji Multikolinieritas
Variabel VIF
Akuntabilitas alokasi dana desa 1,021
Kelembagaan desa 1,021
Sumber: Pengolahan data primer dengan SPSS
Berdasarkan hasil diatas, nilai VIF
Akuntabilitas alokasi dana desa dan
Kelembagaan desa sebesar 1,021 < 10, sehingga
dapat disimpulkan tidak terjadi kasus
multikolinearitas.
b. Uji Normalitas
Tabel 4.15. Uji Normalitas
Unstandarized Residual
N 361
Test Statistik 0,032
Asymp.sig.(2-tailed) 0,200
Sumber: Pengolahan data primer dengan SPSS
Berdasarkan hasil diatas, nilai p-value
sebesar 0,200 > 0,05, sehingga diputuskan gagal
tolak H0 yang artinya residual memenuhi asumsi
distribusi normal.
c. Uji Heteroskedastisitas
Tabel 4.16. Uji Heteroskedastisitas
Sum of Mean
Df F Sig
squares Squares
Regresion 0.000 2 0.000, 0,000 1,000
Residual 79,472 358 0,222
Total 79,472 360
Sumber: Pengolahan data primer dengan SPSS
Berdasarkan hasil diatas, nilai p-value
sebesar 1,000 > 0,05, sehingga diputuskan gagal
tolak H0 yang artinya residual tidak terjadi kasus
heterokedastisitas
96

d. Uji Autokorelasi
Tabel 4.16. Uji Autokorelasi
R Adjusted R Std. error of the Durbin
Model R
square square estimate Watson
1 0,596 0,355 0,352 0,47116 1,684
Sumber: Pengolahan data primer dengan SPSS

Gambar 4.2. Uji Durbin-Watson


Berdasarkan gambar 4.2 dengan nilai dl =
1,82150 dan du = 1,83264, menunjukkan nilai
Durbin-Watson kurang dari Dl yang artinya
terjadi autokorelasi positif. Maka mengatasi
autokorelasi dengan Cochrane Orcutt. Langkah
Cochrane Orcutt:
1. Mentransformasi nilai residual menjadi
Lag(resi)
2. Mencari nilai koefisien rho dengan
meregresikan Y (resi) dengan X (Lag resi)
97

3. Mentransformasikan variabel Y dan X


menjadi Lag (X1) = X – (nilai rho* Lag(X1))
4. Meregresikan lagi Lag(Y) Lag (X1) Lag(X2)
Lag(X3) Lag(X4) dan Lag(X5)

Tabel 4.17. Hasil transformasi Cochrane Orcutt


Adjusted Std. error of Durbin
Model R R square
R square the estimate Watson
1 0,575 0,331 0,327 0,46329 2,018
Sumber: Pengolahan data primer dengan SPSS
Hasil diatas menunjukkan nilai Durbin-
Watson berada diantara du<dw<4-du atau
1,83264<2,018<2,16736 sehingga diputuskan
gagal tolak H0, yang artinya tidak terjadi kasus
autokorelasi.
6. Uji Hipotesis
a. Uji Serentak (Uji-F)
Tabel 4.18. Uji Serentak (Uji_F)
Sum of Mean
Df F Sig
squares Squares
Regresion 43,804 2 21,902 98,663 0,000
Residual 79,472 358 ,222
Total 123,277 360
Sumber: Pengolahan data primer dengan SPSS
Hasil diatas menunjukkan, nilai Fhit =
98,663 > F(0,05;2;358) = 3,0209 dan diperkuat
dengan nilai p-value < 0,05 maka diputuskan
tolak H0 yang artinya variabel akuntanbilitas
alokasi dana desa dn kelembagaan desa secara
bersama-sama berpengaruhi secara signifikan
terhadap kinerja keuangan desa.
98

b. Uji Parsial (Uji t-student)


Tabel 4.18. Uji Parsial (Uji t-student)
Standardized
Unstandardized Coefficient
Coefficient t Sig.
B Std. Error
Beta
(Constant) 1,286 0,252 5,114 0,000
Akuntabulitas
alokasi dana 0,424 0,034 0,533 12,435 0,000
desa
Kelembagaan
0,268 0,057 0,200 4,666 0,000
Desa
Sumber: Pengolahan data primer dengan SPSS
Berdasarkan tabel 4.18, nilai thitung pada
variabel akuntabilitas alokasi dana desa sebesar
thitung =12,435 dimana nilai ini lebih besar dari nilai
ttabel(0,05;361) = 1,966 dan diperkuat dengan nilai
p-value sebesar 0,00 yang lebih kecil dari tingkat
signifikansi 0,05 maka diputuskan tolak H0, yang
artinya variabel akuntabilitas alokasi dana desa
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
keuangan desa.
Nilai thitung kelembagaan desa sebesar thitung
=4,666 dimana nilai ini lebih besar dari nilai
ttabel(0,05;361) = 1,966 dan diperkuat dengan nilai
p-value sebesar 0,00 yang lebih kecil
dibandingkan dengan tingkat signifikansi 0,05
maka diputuskan menolak H0, yang artinya
kelembagaan desa berpengaruh signifikan
terhadap kinerja keuangan desa.
7. Koefisian Determinasi
Tabel 4.19. Uji Koefisien Determinasi
Model R R square
1 0,596 0,355
Sumber: Pengolahan data primer dengan SPSS
99

Nilai R sebesar 0,596 atau 59,6% yang artinya


proporsi variabilitas kinerja keuangan desa dapat
dijelaskan oleh akuntanbilitas alokasi dana desa dan
kelembagaan desa sebesar 59,6%, dengan sisanya
sebesar 40,4% dapat dijelaskan variabel lain di luar
model.
8. Analisis Regresi Linier Berganda
Tabel 4.20. Analisis Regresi Linier Berganda
Standardized
Unstandardized Coefficient
Coefficient T Sig.
B Std. Error
Beta
(Constant) 1,286 0,252 5,114 0,000
Akuntabulitas
alokasi dana 0,424 0,034 0,533 12,435 0,000
desa (X1)
Kelembagaan
0,268 0,057 0,200 4,666 0,000
Desa(X2)
Sumber: Pengolahan data primer dengan SPSS
Hasil pengolahan data dengan menggunakan
SPSS dimana menggunakan variabel kinerja
keuangan sebagai variabel dependen dan variabel
akutabilitas dana alokasi desa dan kelembagaan desa
sebagai variabel independen diperoleh persamaan
regresi linier berganda sebagai berikut :
Y = a + β1X1 + β2X2 + e
Y = 1,286 + 0,424X1 + 0,268X2 + e
Diketahui bahwa hasil pengolahan data dengan
menggunakan regresi linier berganda adalah sebagai
berikut :
8.1. Nilai konstanta sebesar 1,286 dan bertanda
positif yang berarti jika variabel akutabilitas dana
alokasi desa dan kelembagaan desa bersifat tetap
100

atau tidak berubah maka kinerja keuangan desa


akan mengalami peningkatan.
8.2. Koefisien regresi variabel akuntabilitas dana
alokasi desa sebesar 0,424 dan bertanda positif
maksudnya adalah apabila terjadi peningkatan
pada akuntabilitas alokasi dana desa maka
kinerja keuangan desa juga akan mengalami
peningkatan.
8.3. Koefisien regresi harga beli sebesar 0,268 dan
bertanda positif artinya apabila terjadi
peningkatan pada kelembagaan desa maka
kinerka keuangan juga akan mengalami
peningkatan.
9. Analisis Regresi Moderasi
a. Uji Interaksi
a. Koefisien Determinasi
Tabel 4.21. Koefisien Determinasi Model
Summary
Adjusted Std. Error
Model R R Square
R Square of the Estimate
1 0,607 0,368 0,363 0,46716
Sumber: Pengolahan data primer dengan SPSS
Nilai R sebesar 0,607 atau 60,7% yang
artinya proporsi variabilitas kinerja
keuangan desa dapat dijelaskan oleh
akuntanbilitas alokasi dana desa,
kelembagaan desa serta kebijakan desa
sebesar 60,7%, dengan sisanya sebesar 39,3%
dapat dijelaskan variabel lain di luar model.
Jika dibandingkan dengan nilai Rsq
sebelumnya, setelah ditambah variabel
moderasi yaitu kebijakan desa, nilai rsq
meningkat dari sebelumnya.
101

b. Uji Serentak (Uji-F)


Tabel 4.22. Uji Serentak (Uji-F)
ANOVAa
Sum of
Df Mean Square F Sig.
Model Squares
1 Regression 45.366 3 15.122 69.291 .000
Residual 77.911 357 .218
Total 123.277 360
Sumber: Pengolahan data primer dengan SPSS
Hasil diatas menunjukkan, nilai Fhitung=
15,122 > Ftabel(0,05;2;357) = 3,021 dan diperkuat
dengan nilai p-value < 0,05 maka diputuskan
tolak h0 yang artinya variabel akuntanbilitas
alokasi dana desa dn kelembagaan desa secara
bersama-sama berpengaruhi secara signifikan
terhadap kinerja keuangan desa.
c. Uji Parsial (Uji t-student)
Tabel 4.21 Hasil Uji Parsial
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 0,659 0,342 1,926 0,055
X1 0,424 0,034 0,534 12,547 0,000
X2 0,248 0,057 0,185 4,319 0,000
Z 0,167 0,063 0,114 2,675 0,008
Sumber: Pengolahan data primer dengan SPSS
Hasil diatas menunjukkan, nilai thitung
variabel moderasi yaitu kebijakan desa sebesar
thitung =2,675 yang nilainya lebih besar
dibandingkan dengan ttabel(0,05;361) = 1,966 dan
diperkuat dengan nilai p-value sebesar 0,008
dimana nilainya lebih kecil dibandingka dengan
102

tingkat signifikansi 0,05 maka diputuskan tolak


H0, yang artinya variabel moderasi yaitu
kebijakan desa berpengaruh signifikan terhadap
kinerja keuangan desa.

10. Metode SEM

Gambar 4.3 Structural SEM


11. Loading factor item pertanyaan terhadap variabel dependen
Loading faktor merupakan standar estimasi
bobot (estimate weight) yang menghubungkan antara
faktor dengan indikator. Standar loading faktor
adalah antara 0 sampai dengan nilai 1. Loading faktor
dapat dikategorikan signifikan valid bila mendekati
nilai 1.
103

Tabel 4.22. Loading factor pada item akuntabilitas alokasi dana desa
Alokasi Akuntabilitas
Item Akuntabilitas Keterangan
dana desa alokasi dana desa
Akun1 0.654 0.525 Valid
Akun2 0.611 0.532 Valid
Akun3 0.730 0.659 Valid
Akun4 0.516 0.445 Valid
Akun5 0.842 0.814 Valid
Akun6 0.867 0.852 Valid
Akun7 0.674 0.663 Valid
Akun8 0.787 0.781 Valid
Akun9 0.829 0.834 Valid
Alokasi1 0.766 0.729 Valid
Alokasi2 0.869 0.829 Valid
Alokasi3 0.859 0.790 Valid
Alokasi4 0.852 0.817 Valid
Alokasi5 0.844 0.834 Valid
Alokasi6 0.517 0.506 Valid
Sumber: Data primer diolah
Convergent validity dengan melihat tabel
loading factor. Batas loading factor sebesar 0.5. Jika
nilai loading factor > 0.5 maka convergent validity
terpenuhi, jika nilai loading factor < 0. 5 maka
konstruk harus di drop dari analisis. Berdasarkan
hasil analisis menunjukan bahwa seluruh item pada
variabel memiliki hasil loading factor > 0.5 atau dapat
dikategorikan komponen item pertanyaan yang
menyusun variabel latent memiliki kategori yang
valid discriminant. Dengan demikian item pertanyaan
layak dalam menyusun variabel yang berada di first
order maupun second order konstruk model SEM.
104

Tabel 4.23 Loading factor pada item kebijakan desa


Pemerataan dan
Efektivitas Kebijakan
Item keadilan Efisiensi Ket
program desa
pembangunan
kebijakan1 0.619 0.526 Valid
kebijakan2 0.761 0.514 Valid
kebijakan3 0.040 0.522 Valid
kebijakan4 0.645 0.514 Valid
kebijakan5 0.534 0.577 Valid
kebijakan6 0.577 0.602 Valid
kebijakan7 0.884 0.767 Valid
kebijakan8 0.891 0.779 Valid
kebijakan9 0.821 0.774 Valid
kebijakan10 0.819 0.797 Valid
kebijakan11 0.812 0.776 Valid
kebijakan12 0.792 0.745 Valid
Sumber: Data primer diolah
Ukuran reflektif individual dikatakan tinggi
jika berkorelasi lebih dari 0.50 dengan construct yang
ingin diukur. Namun demikian untuk penelitian
pengembangan skala pengukuran nilai loading 0.50
sampai 0.60 dianggap memenuhi asumsi validitas.
Berdasarkan pada model pengukuran diatas, seluruh
indikator yaitu analisis pada variabel penelitian
dengan loading factor lebih besar dari 0.50 sehingga
dinyatakan signifikan atau memenuhi syarat
convergent validity.
Tabel 4.24 Loading factor pada item kelembagaan desa
Memilik Peningkatan
Aktif dalam Kel.
Item keseketa pemberdayaan Ket
pembangunan desa
riatan masyarakat
kelembagaan1 0.512 0.537 Valid
kelembagaan2 0.809 0.739 Valid
kelembagaan3 0.870 0.769 Valid
kelembagaan4 0.765 0.643 Valid
kelembagaan5 0.727 0.777 Valid
kelembagaan6 0.703 0.604 Valid
105

Memilik Peningkatan
Aktif dalam Kel.
Item keseketa pemberdayaan Ket
pembangunan desa
riatan masyarakat
kelembagaan7 0.764 0.659 Valid
kelembagaan8 0.726 0.593 Valid
kelembagaan9 0.527 0.519 Valid
kelembagaan1
0.928 0.542
0 Valid
kelembagaan1
0.804 0.589
1 Valid
kelembagaan1
0.567 0.537
2 Valid
Sumber: Data primer diolah
Dari hasil pengolahan data keseluruhan item
pada masing-masing variabel dalam penelitian ini
memiliki nilai loading factor yang lebih besar dari
0.50 dan dikatakan valid. Hal ini menunjukkan bahwa
indikator variabel yang memiliki nilai loading factor
lebih besar dari 0.50 memiliki tingkat validitas yang
tinggi, sehingga memenuhi convergent validity.
Tabel 4.25 Loading factor pada item kinerja keuangan
Pmerataan dan efektivitas
Efisiensi Kinerja
Item keadilan program Ket
biaya keuangan
pembangunan terealisasi
kinerja1 0.691 0.662 Valid
kinerja2 0.682 0.670 Valid
kinerja3 0.861 0.615 Valid
kinerja4 0.792 0.522 Valid
kinerja5 0.509 0.688 Valid
kinerja6 0.817 0.702 Valid
kinerja7 0.719 0.585 Valid
kinerja8 0.829 0.785 Valid
kinerja9 0.852 0.831 Valid
kinerja10 0.793 0.745 Valid
kinerja11 0.762 0.624 Valid
kinerja12 0.603 0.649 Valid
Sumber: Data primer diolah
106

Dari hasil pengolahan data keseluruhan item


pada masing-masing variabel dalam penelitian ini
memiliki nilai loading factor yang lebih besar dari
0.50 dan dikatakan valid. Hal ini menunjukkan bahwa
indikator variabel yang memiliki nilai loading factor
lebih besar dari 0.50 memiliki tingkat validitas yang
tinggi, sehingga memenuhi convergent validity.
a. Uji determinasi (Rsquare)
Koefisien determinasi (R²) digunakan
untuk mengukur seberapa besar peranan
independent variable akuntabilitas alokasi dana
desa, dan kelembagaan desa terhadap variabel
dependenkinerja keuangan, variable mediating
kebijakan desa. Koefisien ini menunjukkan
seberapa besar persentase variasi variabel
independen yag digunakan dalam model
mampu menjelaskan variasi variabel dependen.
Niali R2 sama dengan 0 berarti tidak ada
sedikitpun persentase sumbangan pengaruh
yang diberikan oleh variabel independen
terhadap variabel dependen. Dengan kata lain,
variabel-variabel independen yang digunakan
dalam model tidak menjelaskan sedikitpun
variasi variabel dependen. Sebaliknya, apabila
nilai R2 sama dengan 1, maka persentase
sumbangan pengaruh yang diberikan variabel
independen terhadap variabel dependen adalah
sempurna, atau dengan kata lain variasi
independen yang digunakan dalam model
menjelaskan 100% variasi variabel dependen.
Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada
tabel berikut:
107

Tabel 4.26 Rsquare latent variable


R Square R Square Adjusted
Kebijakan desa 0.503 0.500
Kinerja keuangan 0.657 0.652
Sumber: Pengolahan data primer dengan SPSS
Goodness of fit model diukur menggunakan
R-square variabel laten dependen dengan
interpretasi yang sama dengan regresi. Output
statistik diatas menunjukkan nilai R² pada model
kebijakan desa yaitu sebesar 0.503 artinya sebesar
50.3% variabel kebijakan desa mampu dijelaskan
oleh variabel akuntabilitas alokasi dana desa dan
kelembagaan desa. Pada model kinerja keuangan
memiliki nilai R² sebesar 0.657 artinya sebesar
65.7% variable kinerja keuangan mampu
dijelaskan oleh variabel akuntabilitas alokasi
dana desa, kelembagaan desa, dan kebijakan
desa.
b. Composite Reliability, Cronbach Alpha, Average
Variance Extracted
Outer model selain diukur dengan menilai
convergent validity dan discriminant validity
juga dapat dilakukan dengan melihat reliabilitas
konstrak atau variabel laten yang diukur dengan
nilai composite reliability. Uji Composite
Reliability sebagai alternatif dari uji Cronbach
Alpha, untuk mengukur convergent validity
sebuah model reflektif. Nilai composite reliability
bervariasi dari nol sampai dengan angka 1.
Untuk penelitian eksplorasi, nilai composite
reliability minimal adalah 0,60 atau lebih dari
0,70 pada penelitian konfirmasi. Nilai composite
108

reliability > 0,90 mengindikasikan nilai varian


error yang kecil (minor).
Selain CR, uji AVE dapat digunakan untuk
melihat convergent and divergent validity. Hasil
uji AVE akan merefleksikan masing-masing
faktor latent di dalam model reflektif. Model
reflektif dianggap adekwat bila nilai AVE lebih
besar dari 0,50. Nilai AVE harus lebih tinggi dari
nilai cross loading correlation. Bila nilai AVE
dibawah 0,50 dianggap memiliki error tinggi.
Pengujian Cronbach Alpha dapat
menggambarkan convergent validity. Nilai
Cronbach Alpha > 0,80 memiliki skala baik, >
0,70 memiliki skala yang diterima, dan > 0,60
dianggap berskala exploratif ini termasuk
estimasi rendah.
Tabel 4.27 Composite Reliability, Cronbach Alpha, Average Variance
Extracted
Cronbach' Composite
(AVE)
s Alpha Reliability
Akuntabilitas alokasi dana
0.911 0.929 0.504
desa
Alokasi dana desa 0.877 0.909 0.631
Akuntabilitas 0.836 0.876 0.591
Kebijakan desa 0.715 0.780 0.517
Efisiensi 0.663 0.620 0.545
Efektivitas program 0.660 0.752 0.500
Pemerataan dan keadilan
0.826 0.885 0.658
pembangunan
Kinerja keuangan 0.833 0.869 0.572
Efisiensi biaya 0.685 0.805 0.518
efektivitas program
0.694 0.816 0.533
terealisasi
Pmerataan dan keadilan
0.755 0.842 0.575
pembangunan
Kelembagaan desa 0.691 0.753 0.579
109

Cronbach' Composite
(AVE)
s Alpha Reliability
Peningkatan
0.690 0.766 0.502
pemberdayaan masyarakat
Memilik keseketariatan 0.657 0.627 0.591
Aktif dalam pembangunan 0.710 0.820 0.533
Sumber: Pengolahan data primer dengan SPSS
Discriminant validity adalah
membandingkan nilai square root of average
variance extracted (AVE) setiap konstruk dengan
korelasi antar konstruk lainnya dalam model,
jika square root of average variance extracted (AVE)
konstruk lebih besar dari korelasi dengan
seluruh konstruk lainnya maka dikatakan
memiliki discriminant validity yang baik.
Direkomendasikan nilai pengukuran harus lebih
besar dari 0.50. Dari nilai AVE yang ditunjukkan
oleh Tabel terlihat bahwa nilai AVE untuk semua
variabel konstruk adalah lebih besar dari 0,50. Ini
berarti semua indikator konstruk adalah valid
atau memenuhi persyaratan validitas konvergen
dan discriminant validitas dalam membentuk
pemodelan SEM. Composite reliability adalah
kelompok indikator yang mengukur sebuah
variabel memiliki reliabilitas komposit yang baik
jika memiliki composite reliability ≥ 0.6.
Composite reability yang mengukur suatu
konstruk dapat dievaluasi dengan dua macam
ukuran yaitu internal consistency dan cronbach’s
alpha. Dari tabel, nilai composite reliability yang
dihasilkan oleh semua konstruk adalah baik
karena di atas > 0.60. Hal tersebut berarti bahwa
semua variabel dalam penyusunan model
konstruk adalah reliabel atau memenuhi uji
110

reliabilitas. Hasil uji Cronbach Alpha untuk semua


konstruk adalah lebih besar dari 0.60, maka
dapat disimpulkan bahwa semua indikator
konstruk adalah memenuhi uji realibilitas
Cronbach Alpha.
c. Variance Inflation Factor (VIF)
Collinearity adalah istilah untuk
menggambarkan sebuah korelasi antar variabel
latent dalam model, kekuatan prediksinya tidak
handal dan tidak stabil. Penilaian collinearity
pada formatif konstruk dilakukan melalui
Variance Inflation Facto (VIF). Indikator
terjadinya collinearity bila nilai VIF > 10 maka
variabel tersebut harus di keluarkan dari model
pengukuran.
Tabel 4.28 Variance Inflation factor item variabel latent
VIF
Akun1 1.244
Akun2 1.475
Akun3 1.777
Akun4 1.910
Akun5 2.039
Akun6 2.104
Akun7 1.583
Akun8 1.667
Akun9 2.860
Alokasi1 1.819
Alokasi2 2.124
Alokasi3 3.226
Alokasi4 3.669
Alokasi5 3.069
Alokasi6 3.264
kebijakan1 1.066
111

VIF
kebijakan2 1.127
kebijakan3 1.872
kebijakan4 2.175
kebijakan5 1.802
kebijakan6 2.003
kebijakan7 1.733
kebijakan8 1.833
kebijakan9 1.072
kebijakan10 1.170
kebijakan11 1.019
kebijakan12 1.082
kelembagaan1 1.026
kelembagaan2 1.065
kelembagaan3 1.566
kelembagaan4 1.622
kelembagaan5 1.551
kelembagaan6 1.677
kelembagaan7 1.083
kelembagaan8 1.103
kelembagaan9 1.510
kelembagaan10 1.721
kelembagaan11 1.844
kelembagaan12 2.026
kinerja1 1.174
kinerja2 1.277
kinerja3 1.806
kinerja4 2.032
kinerja5 1.936
kinerja6 2.064
kinerja7 1.641
kinerja8 1.730
kinerja9 1.322
kinerja10 1.395
112

VIF
kinerja11 1.910
kinerja12 2.033
Sumber: Pengolahan data primer dengan SPSS
VIF (Variance Inflation Factor) Variance
Inflation Factor (VIF) adalah salah satu cara
dalam mendeteksi adanya multikolinearitas.
Berdasarkan hasil analisis pada keseluruhan
konstruk tidak menunjukan adanya gejala
multikolinearitas. Hal tersebut dikarenakan
bahwa nilai VIF < 10.0.
d. Korelasi antar variabel latent
Analisis korelasi adalah metode statistika
yang digunakan untuk menentukan suatu
besaran yang menyatakan bagaimana kuat
hubungan suatu variabel dengan variabel lain.
Semakin nyata hubungan linier (garis lurus),
maka semakin kuat atau tinggi derajat hubungan
garis lurus antara kedua variabel atau lebih.
Tabel 4.29 Korelasi antar variabel latent
Akuntabilitas Kebijakan Ke Kinerja
alokasi dana desa desa desa keuangan
Akuntabilitas
alokasi dana 1.000 0.548 0.576 0.563
desa
Kebijakan desa 0.548 1.000 0.518 0.656
Kelembagaan
0.576 0.518 1.000 0.792
desa
Kinerja
0.563 0.656 0.792 1.000
keuangan
Sumber: Pengolahan data primer dengan SPSS
Berdasarkan tabel diatas, dapat
disimpulkan bahwa; Nilai koefisien korelasi
pada seluruh variabel sebesar 0,518 - 0,792
113

sehingga menunjukan terdapat hubungan yang


erat antar variabel pada konstruk yang diamati.
e. F square
Nilai f-square digunakan untuk
mengetahui pengaruh variabel prediktor
terhadap variabel dependen.
Tabel 4.30. F square
Kebijakan
Kinerja keuangan
desa
Akuntabilitas alokasi dana desa 0.102 0.459
Kebijakan desa 0.270
Kelembagaan desa 0.150 0.360
Sumber: Pengolahan data primer dengan SPSS
Sama seperti pembagian kategori pada q2,
kategori f2 juga terbagi menjadi tiga, yaitu 0,02
merupakan pengaruh lemah, 0,15 merupakan
pengaruh sedang, dan 0,35 merupakan pengaruh
kuat. Dari tabel di atas diketahui bahwa semua
variabel memiliki pengaruh sedang dan kuat
dalam model struktural.
f. Q square
Q-Square predictive relevance untuk
model struktural dapat mengukur seberapa baik
nilai observasi dihasilkan oleh model dan juga
estimasi parameternya. Predictive relevance (Q2)
sering disebut predictive sample reuse untuk
memvalidasi model konstruk endogen
(Goodness of Fit Model). Nilai Q2 predictive
relevance pada variabel endogen dinyatakan
baik (fit model) bila nilainya > dari variabel
eksogen. Makna nilai Q2 predictive relevance
yaitu 0,02 validitas relevansi prediktif fit model
lemah; 0,15 validitas relevansi prediktif fit model
114

moderate; dan 0,35 menunjukkan bahwa


validitas relevansi prediktif fit model kuat.

Tabel 4.31 Q square


Q² (=1-
SSO SSE
SSE/SSO)
Akuntabilitas
5430.000 5430.000
alokasi dana desa
Kebijakan desa 4344.000 4342.811 0.100
Kelembagaan desa 4344.000 4344.000
Kinerja keuangan 4344.000 3826.597 0.119
Sumber: Pengolahan data primer dengan SPSS
Nilai Q2 berdasarkan hasil pengujian
memiliki nilai 0.100 dan 0.119 tergolong memiliki
relevansi prediktif fit model moderate.
Pengukuran Q2 didasarkan pada prosedur
blindfolding yang akan menilai predictive
relevance model jalur. Hasil prosedur
blindfolding, akan nenghasilkan construct
crossvalidated redundancy estimation. SSE
adalah sum square prediction error, sedangkan
istilah SSO adalah sum squared observation,
maka nilai Q2 = (1 – SSE/SSO).
g. Uji hipotesis dengan metode Boostrapping
Prosedur bootstrapping digunakan untuk
mengevalusi korelasi variabel latent yang
terbentuk, tergambarkan pada analisis jalur (path
analysis) nilai koefisien korelasi, koefisien
determinan (R-squared) dan signifikansi
kontribusi variabel eksogen terhadap endogen.
Pendekatan variance based dengan PLS
mengubah orientasi analisis dari menguji model
115

kausalitas (model yang dikembangkan


berdasarkan teori) ke model prediktif komponen.

Gambar 4.4. Uji Hipotesis Metode Bootstraping


h. Uji hipotesis path coefficient
Pengujian Hipotesis Pengujian Hipotesis
dilakukan berdasarkan hasil pengujian Inner
Model (model struktur untuk melihat apakah
suatu hipotesis itu dapat diterima atau ditolak
diantaranya dengan memperhatikan nilai
signifikansi antar konstrak, t-statistik, dan p-
values. Rules of thumb yang digunakan pada
penelitian ini adalah t-statistik >1,96 dengan
tingkat signifikansi p-value 0,05 (5%). Nilai
pengujian hipotesis penelitian ini dapat
ditunjukan pada Gambar.
116

Gambar 4.5. Uji Hipotesis Model SEM


Untuk mengetahui keajegan model yang
diusulkan pada suatu populasi dilihat nilai
hubungan antara satu variabel dengan variabel
lainnya atau nilai koefisien path (rho) nya
dengan cara melihat besarnya nilai O (original
sample) serta nilai T statistiknya sebagai suatu
pernyataan nilai tingkat signifikansi hubungan
antara satu variabel dengan variabel lainnya.
117

Tabel 4.32. Path coeffiencies - bootstrap


Standard
Original Sample T Statistics
Deviation P Values
Sample (O) Mean (M) (|O/STDEV|)
(STDEV)
Akuntabilitas
alokasi dana desa - 0.155 0.050 0.046 2.064 0.035
> Kebijakan desa
Akuntabilitas
alokasi dana desa - 0.545 0.546 0.049 11.093 0.000
> Kinerja keuangan
Kelembagaan desa
0.421 0.029 0.057 2.376 0.007
-> Kebijakan desa
Kelembagaan desa
-> Kinerja 0.152 0.143 0.070 2.169 0.031
keuangan
Kebijakan desa ->
0.133 0.135 0.038 3.501 0.001
Kinerja keuangan
Akuntabilitas
alokasi dana desa -
0.307 0.006 0.006 2.027 0.005
> Kebijakan desa ->
Kinerja keuangan
Kelembagaan desa
-> Kebijakan desa - 0.363 0.004 0.008 2.345 0.001
> Kinerja keuangan
Sumber: Pengolahan data primer dengan SPSS
Analisis SEM yang digunakan untuk
mengetahui dan menganalisis seberapa besar
pengaruh variabel independen, moderating, dan
dependen.

B. Pembahasan
1. Pengaruh akuntabilitas alokasi dana desa terhadap kinerja
keuangan
Akuntabilitas merupakan perwujudan kewajiban
untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan
pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan
yang dipercayakan dalam rangka pencapaian tujuan yang
118

telah ditetapkan. Asas akuntabel yang menentukan bahwa


setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan desa harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat desa sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Menurut Aheruddin dalam Permana (2015), dengan
diterapkannya akuntabilitas, maka akan menghasilkan
pengelolaan keuangan daerah (yang tertuang dalam
APBD) yang benar-benar mencerminkan kepentingan dan
pengharapan masyarakat daerah setempat secara
ekonomis, efisien, efektif, transparan, dan bertanggung
jawab. Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa akuntabilitas berpengaruh secara
positif terhadap kinerja keuangan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai signifikansi
akuntabilitas alokasi dana desa terhadap kinerja keuangan
adalah sebesar 0,000 < sig. 0.050. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa signifikansi akuntabilitas alokasi dana
desa memiliki hubungan secara langsung yang signifikan
terhadap kinerja keuangan. Nilai koefisien hubungan
antara akuntabilitas alokasi dana desa terhadap kebijakan
desa adalah 0.545 atau memiliki arah positif. Akuntabilitas
alokasi dana desa yang meningkat sebesar 1 maka akan
meningkatkan kinerja keuangan sebesar 0.545.
Pernyataan ini sejalan dengan Prasetyantoko (2008)
yang menyatakan bahwa untuk meningkatkan kinerja
yaitu melalui penerapan prinsip good governance, dimana
salah satu dari elemen good governance tersebut adalah
akuntabilitas publik. Akuntabilitas adalah pemberian
informasi dan pengungkapan (disclosure) atas aktivitas dan
kinerja financial kepada pihak-pihak yang berkepentingan
(Mardiasmo, 2006). Pemerintah, baik pusat maupun
119

daerah, harus dapat menjadi subyek pemberi informasi


dalam rangka pemenuhan hak-hak publik yaitu hak untuk
tahu, hak untuk diberi informasi, dan hak untuk didengar
aspirasinya.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan Silvia (2010) yang meneliti tentang pengaruh
akuntabilitas terhadap kinerja keuangan daerah pada
SKPD di kota Padang, yang menyatakan bahwa
akuntabilitas memiliki pengaruh yang signifikan dan
positif terhadap kinerja keuangan daerah Hasil penelitian
ini juga mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Garnita dalam Permana (2015), dimana penelitian tersebut
meneliti tentang pengaruh akuntabilitas terhadap kinerja
instansi pemerintah (Studi Kasus Pada Balai Besar Bahan
dan Barang Teknik). Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa akuntabilitas terbukti berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja Balai Besar Bahan dan Barang
Teknik (B4T). Selain itu, penelitian lain yang mendukung
hasil penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh
Permana (2015) yang berjudul “Pengaruh Partisipasi
Publik Dan Akuntabilitas Terhadap Kinerja Keuangan
Daerah (Studi empiris pada SKPD di Kabupaten Pesisir
Selatan). Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
partisipasi publik berpengaruh signifikan dan positif
terhadap kinerja keuangan daerah pada Satuan Kerja
Pemerintah Daerah (SKPD) Kabupaten Pesisir Selatan dan
Penerapan Akuntabilitas berpengaruh signifikan dan
positif terhadap kinerja keuangan daerah pada Satuan
Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) Kabupaten Pesisir
Selatan.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Asuik dan Sengaji (2019) yang
120

berjudul Pengaruh Akuntabilitas dan Transparasi


Pengelolaan Keuangan Alokasi Dana Desa terhadap
Kinerja Keuangan di Kabupaten Jember menemukan
bahwa Akuntabilitas pengelolaan ADD tidak memiliki
pengaruh terhadap kinerja keuangan desa di Kabupaten
Jember. Hal ini disebabkan karena pengelolaan keuangan
alokasi dana desa ditangani oleh aparatur desa yang
bukan di bidangnya yang disebabkan oleh sulitnya
mencari pegawai yang berminat untuk bekerja di daerah
pedesaan.

2. Pengaruh kelembagaan desa terhadap kinerja keuangan


Kelembagaan desa memiliki pengaruh terhadap
kinerja keuangan desa dengan alasan interprestasi dari
hasil analisis sesuai dengan penelitian ini. Hasil analisis
menunjukkan bahwa nilai signifikansi kelembagaan desa
terhadap kinerja keuangan adalah sebesar 0,031 < sig.
0.050. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
signifikansi kelembagaan desa memiliki hubungan secara
langsung yang signifikan terhadap kinerja keuangan. Nilai
koefisien hubungan antara kelembagaan desa terhadap
kebijakan desa adalah 0.152 atau memiliki arah positif.
kelembagaan desa yang meningkat sebesar 1 maka akan
meningkatkan kinerja keuangan sebesar 0.152.
Dalam rangka penyelasaian permasalahan desa
perlu adanya Lembaga untuk wadah mengemban tugas
dan fungsi tertentu. oleh karena itu keberadaan lembaga
desa merupakan wadah untuk mengemban tugas dan
fungsi pemerintahan desa. tujuan penyelenggaraan
pemerintah desa adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, sehingga tugas pemerintah desa
adalah memberikan pelayanan (service) dan pemberdayaan
121

(empowerment), serta pembangunan (development) yang


seluruhnya ditujukan bagi kepentingan masyarakat. Istilah
lembaga identik dengan organisasi. Dalam suatu
organisasi senantiasa terdapat struktur organisasi yang
jelas. Didalam kehidupan organisasi senantiasa terjadi
hubungan kerja antar unit-unit kerja dalam organisasi itu.
bahkan terjadi pula hubungan kerja dengan organisasi-
organisasi lainnya. dalam menyelenggarakan
pembangunan desa, desa mendayagunakan lembaga-
lembaga seperti Pemerintahan Desa, Badan
Permusyawaratan Desa (BPD), Lembaga kemasyarakatan
Desa, Lembaga Adat, dan Kerjasama antar desa.
Penyelenggaraan pemerintah desa sebagai garda
terdepan dalam pembangunan nasional khusunya dalam
urusan pemerintah daerah tentunya memerlukan
kapasitas aparatur desa yang memadai (Asrori, 2014).
Pemerintahan desa dijalankan oleh perangkat desa, sesuai
dengan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa bahwa
perangkat desa terdiri dari sekretariat desa, pelaksana
kewilayahan, dan pelaksana teknis yang membantu kepala
desa sebagai pimpinan desa dalam mewujudkan tujuan
pembangunan desa.
Kepala desa merupakan perangkat desa yang
berperan langsung dalam pengelolaan keuangan desa
lebih tepatnya sebagai pemegang kekuasaan atas
pengelolaan keuangan desa. Kepala desa dibantu oleh
Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD)
dalam melaksanakan pengelolaan keuangan desa,
sekretraris sebagai coordinator pelaksanaan pengelolaan
keuanagan desa, dan bendahara desa dengan status
sebagai staf sekretariatan desa yang bertugas sebagai
administrasi keuangan termasuk didalamnya dalam
122

penatausahaan keuangan desa. Terkait dengan


pengelolaan keuangan yang baik pada sebuah instansi
membutuhkan sumber daya manusia yang berkompeten
dengan latar belakang profesional di bidang akuntansi
(Rafar et al., 2015) Pernyataan tersebut bertentangan
dengan penelitian yang diteliti oleh Gunawan dan Nandar
(2018) yang menjelaskan bahwa kelembagaan desa tidak
berpengaruh terhadap kinerja keuangan desa. Hal tersebut
terjadi karena lembaga-lembaga yang ada desa tidak
berhubungan langsung dengan perangkat-perangkat desa
sehingga lembaga tersebut memiliki pengelolaan
keuangan sendiri.
kewenangan BPD sebagai kelembaga desa terhadap
pembangunan desa tidak akan banyak artinya apabila
tidak didukung dengan pemberian sumber-sumber
pembiayaan serta upaya pemberdayaan secara konseptual
dan berkesinambungan. Sebab pada dasarya pembiayaan
akan mengikuti fungsi- fungsi yang dijalankan (money
follow function). Sedangkan upaya pemberdayaan
masyarakat dan pemerintah Desa perlu dilakukan secara
kasus demi kasus berdasarkan karakteristik desa masing-
masing. Upaya pemberdayaan desa secara seragam dan
serentak hanya akan menghasilkan perubahan semu saja.
Maksudnya, berbagai perubahan terjadi hanya pada saat
ada upaya pemberdayaan dari pihak luar desa dan
supradesa, dan akan kembali ke pola lama pada saat
kekuatan dari luar berhenti mendorongnya hal ini
disampaikan oleh Sadu Wasistiono, Kapita Selekta
123

Manajemen Pemerintahan Daerah, Bandung: Alqaprint,


2017, hlm. 70.
3. Akuntanbilitas alokasi dana desa terhadap kinerja
keuangan dimoderasi kebijakan desa
Kebijakan pemerintah dapat diartikan sebagai
segala sesuatu yang berkaitan dengan keputusan
pemerintah, baik berupa program dan peraturan.
kebijakan akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan
apabila didukung oleh faktor yaitu ketepatan pemilihan
kebijakan atau keputusan sesuai dengan kebutuhan publik
serta didorong oleh dukungan responsibilitas mayarakat
yang partisipatif terhadap suatu kebijakan pemerintah
termasuk taat kepada hukum dan peraturan (Tachjan,
2006). Pemerintah desa secara formal memiliki wewenang
dalam membuat peraturan yang bersifat formal dan
memiliki kekuatan hukum yang mengikat secara positif
dalam bentuk peraturan desa, namun terlepas dari sudut
pandang formalitas, setiap desa secara tradisional
memiliki kearifan lokal dalam setiap penyelesaian masalah
desa.
Berdasarkan hasil dari anaisis regresi moderasi
terlihat bahwa kebijakan desa mampu memoderasi
pengaruh akuntabilitas alokasi dana desa terhadap kinerja
keuangan. Pernyataan tersebut didukung dari hasil
analisis menunjukkan bahwa nilai signifikansi pengaruh
kebijakan desa dalam memediasi akuntabilitas alokasi
dana desa terhadap kinerja keuangan adalah sebesar 0,005
< sig. 0.050. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
signifikansi adanya peran kebijakan desa dalam
memediasi akuntabilitas alokasi dana desa terhadap
kinerja keuangan. Nilai koefisien hubungan adalah 0.307
atau memiliki arah positif. Adanya peran kebijakan desa
124

yang meningkat maka akan mempengaruhi akuntabilitas


alokasi dana desa terhadap kinerja keuangan sebesar 0.307.
Keberhasilan kebijakan desa dalam memoderasi
akuntabilitas dana desa adalah akibat dari partisipasi
masyarakat. Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan
dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan kebijakan.
Partisipasi masyarakat disamping menopang percetapan
pelaksanaan kebijakan, pada sisi lain akan berdampak
pada proses evaluasi/ kontrol atas kinerja pemerintah dan
dapat mampu menimalisir penyalahgunaan wewenang.
Partisipasi masyarakat merupakan kunci sukses dari
pelaksanaan kebijakan publik karena dalam partisipasi
menyangkut aspek pengawasan dan aspirasi. Pengawasan
yang dimaksud di sini termasuk pengawasan terhadap
pihak eksekutif melalui pihak legislatif (Coryanata, 2012).
Keberhasilan kebijakam desa dalam memoderasi
akuntabilitas dana desa terhadap kinerja keuangan
menunjukkan bahwa pelaksanaan kebijakan desa di Desa
Sumberejo bersifat partisipatif, yaitu pelaksanaan
kebijakan yang dapat mendorong peran serta masyarakat
dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, kepentingan,
dan harapan masyarakat (Rohman, 2016). Namun berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh putri dan bawono
(2017) yang menyatakan bahwasannya kebijakan desa
tidak mampu memoderasi Akuntanbilitas alokasi dana
desa terhadap kinerja keuangan hal ini karena kebijakan
yang diputuskan belum dapat terlaksana dengan baik dan
merata.
Kepala desa juga menuturkan bahwa kebijakan desa
mampu menguatkan peranan desa dalam menyampaikan
dan menyalurkan alokasi dana desa yang diterima. Hal ini
membuat pelaksanaannya terdapat batas atau panduan
125

agar dana yang diterima desa mampu meningkatkan


pembangunan yang merata.
4. Kelembagaan desa yang mempengaruhi kinerja keuangan
dimoderasi kebijakan desa
Nilai signifikansi pengaruh kebijakan desa dalam
memediasi kelembagaan desa terhadap kinerja keuangan
adalah sebesar 0,001 < sig. 0.050. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa signifikansi adanya peran kebijakan
desa dalam memediasi kelembagaan desa terhadap kinerja
keuangan. Nilai koefisien hubungan adalah 0.363 atau
memiliki arah positif. Adanya peran kebijakan desa yang
meningkat maka akan mempengaruhi kelembagaan desa
terhadap kinerja keuangan sebesar 0.307.
Kebijakan pemerintah desa merupakan salah satu
produk hukum karena setiap pemerintah desa secara
hukum pun memiliki wewenang tersebut meskipun
berskala kecil dan lokal yang mencangkup wilayah
administrasi desa itu sendiri. Secara undang-undang,
kebijakan formal di level desa tertuah dalam bentuk
peraturan desa. secara struktur undang-undang dan
ketatanegaraan, peraturan desa merupakan bentuk tindak
lanjut serta penjabaran dari peraturan yang lebih tinggi,
bukan untuk menjalankan otonomi secara independen,
melainkan tanggung jawab otonomi desa tetap ada
dibawah wewenang dan pengawasan pemerintah
kota/kabupaten.
Meskipun demikian desa memiliki hak dan
wewenang berpartisipasi dalam menentukan arah
pembangunan nasional secara umum serta pembangunan
desa sendiri secara khusus. Kebijakan pemerintah desa
harus optimal dan berfungsi serta tugas kebijakan desa
harus berjalan dengan baik. Program-program yang sudah
126

dibuat oleh aparatur desa semuanya harus dilaksanakan


seperti penyelenggaraan pemerintah desa dalam
melaksanakan pelayanan pemerintahan, pembangunan
dan kemasyarakatan. pemerintah desa mensosialisasikan
kepada masyarakat untuk mendukung sepenuhnya
kegiatan program yang telah direncanakan oleh
pemerintah desa untuk mencapai tujuannya yaitu
membawa masyarakat kearah pembangunan yang lebih
baik untuk mencapai kinerja keuangan yang good
governance.
Dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014
tentang desa, diatur mengenai kelembagaan Desa.
Lembaga Desa dapat dijadikan sebagai wadah partisipasi
masyarakat sebagai mitra pemerintah desa yang ikut serta
dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
pembangunan, serta meningkatkan pelayanan masyarakat
desa. dengan adanya lembaga, sebuah desa dapat
mencapai tujuanya.
Salah satu tujuannya yaitu penyelenggaraan
pemerintah desa yang berguna untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, seperti memberikan pelayanan
dan pemberdayaan yang seluruhnya ditujukan bagi
kepentingan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan.
Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur
variabel kelembagaan desa adalah sebagai berikut
(Dura,2016):
a. Pencapaian Tujuan
Pencapaian tujuan adalah keseluruhan upaya
pencapaian tujuan harus dipandang sebagai suatu
proses. Sebuah Kelembagaan/Organisasi
dikatakan efektif jika telah tepat mencapai tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya. Pencapaian
127

tujuan dalam penelitian ini dilihat dari seberapa


besar tercapainya tujuan lembaga, kurun waktu
dan sasaran yang merupakan target kongkrit.
b. Adaptasi
Adaptasi adalah kemampuan sebuah
kelembagaan/organisasi untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Adaptasi dalam penelitian
ini dilihat dari adanya peran aktif anggota sebuah
kelembagaan dalam mendukung pembangunan
desa untuk meningkatkan perekonomian
masyarakat desa agar terwujudnya kesejahteraan.
c. Integrasi
Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat
kemampuan suatu kelembagaan/organisasi untuk
mengadakan sosialisasi, pengembangan
konsensus, dan komunikasi. Integrasi dalam
penelitian ini dilihat dari adanya sosialisasi yang
dilakukan oleh kelembagaan desa tentang
pembangunan kepada masyarakat,
pengembangan konsensus, dan juga komunikasi
antara pemerintahan desa, BPD, LPMD dan
masyarakat desa.
Hal ini sesuai dengan UU No 6 Tahun 2014
Lembagaan Desa adalah wadah untuk mengemban tugas
dan fungsi tertentu dalam rangka mencapai tujuan
tertentu. Oleh karena itu keberadaan lembaga desa
merupakan wadah untuk mengemban tugas dan fungsi
Pemerintah desa. Tujuan penyelenggaraan pemerintah
desa adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, sehingga tugas pemerintah desa adalah
memberikan pelayanan (service) dan pemberdayaan
(empowerment) yang seluruhnya ditujukan bagi
128

kepentingan masyarakat. Hasil wawanacara terhadap


kepala desa Sumberejo menjelaskan bahwa lembaga desa
sangat membantu dan mampu bekerja sama dalam
penyaluran atau porses penyerapan Dana Desa untuk
masyarakat, dengan adanya kelembagaan desa khususnya
BPD, pada akhirnya Desa atau aparatur desa memiliki
pengawas sehingga dalam menjalankan tugas dan
fungsinya dapat maksimal karena pelaksanaanya sesuai
dengan aturan yang berlaku. Hal ini membuat aparatur
desa mampu untuk menerapkan dan
mengimplementasikan kebijakan desa melalui lembaga
desa.
Penelitian yang diteliti oleh Syakip (2019) tentang
Pengaruh Kelembagaan Desa dan Kebijakan Desa
terhadap Pengelolaan Keuangan Desa di Desa Solokan
menjelaskan bahwa kebijakan desa tidak berpengaruh
terhadap pengelolaan keuangan desa hal ini dikarenakan
kebijakan desa yang dibuat oleh desa tersebut lebih
berfokus pada pemberdayaan masyarakat desa dan
pengembangan infrastruktur desa.
BAB V
PENUTUP

B. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari hasil
analisis data dan pembahasan yang mengenai pengaruh
akuntabilitas alokasi dana desa dan kelembagaan desa
terhadap kinerja keuangan dengan kebijakan desa sebagai
moderating pada desa Sumberjo, adalah sebagai berikut:
1. Akuntabilitas alokasi dana desa berpengaruh terhadap
kinerja keuangan.
2. Kelembagaan desa mampu mempengaruhi terhadap
kinerja keuangan.
3. Kebijakan desa memoderasi pengaruh antara
akuntabilitas alokasi dana desa terhadap kinerja
keuangan.
4. Kebijakan desa mampu memoderasi pengaruh antara
kelembagaan desa terhadap kinerja keuangan.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
mengenai pengaruh pengaruh akuntabilitas alokasi dana
desa dan kelembagaan desa terhadap kinerja keuangan
dengan kebijakan desa sebagai moderating pada desa
Sumberjo, terdapat beberapa saran yang dapat penulis
sampaikan, yaitu :
1. Peningkatan sistem keuangan yang sesuai dengan
perkembangan teknologi perlu dilakukan untuk
mendapatkan kinerja keuangan yang lebih baik agar
alokasi dana desa mampu untuk dipertanggung
jawabkan dan transparan.
2. Lembaga desa perlu ditingkatkan kualitas sumber daya
manusia melalui latihan maupun penyuluhan agar

129
130

mampu membantu pemerintah desa menjalankan tugas


dan fungsinya serta menentukan kebijakan desa yang
tepat dalam pengelolaan keuangan desa.
3. Setiap aspek dari masyarakat desa perlu diberdayakan
sehingga partisipasi masyarakat dalam menentukan
kebijakan desa bisa dimaksimalkan oleh pemerintah
desa untuk menghasilkan pengelolaan keuangan desa
yang bertanggungjawab dan transparan.
4. Kebijakan desa berperan penting dalam jalannya
kelembagaan terutama dalam hal pengambilan
keputusan sehingga tercipta masyarakat yang sejahtera
dengan cara memberikan pelayanan yang dan
pemberdayaan yang menyeluruh terutama di bidang
sumber daya manusia dan dalam peningkatan kinerja
keuangan desa.
DAFTAR PUSTAKA

Abikusna, R. A. (2017). Desentralisasi Daerah Dalam


Pelaksanaan Otonomi Desa. Sosfilkom, XI(01), 42–48.

Abikusna, R. A. (2019). Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam


Perspektif Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah. SOSFILKOM : Jurnal Sosial, Filsafat
Dan Komunikasi, 13(01), 1–15. https://e-
journal.umc.ac.id/index.php/SFK/article/view/1453

Afifah, I. (2017). Analisis pengaruh program pelatihan,


kompensasi, dan pengembangan karir terhadap kinerja
karyawan pada bank “x” cabang “y.” Journal Article, 2(2),
203–217.

Alokasi, E., Desa, D., Dan, A. D. D., Provinsi, D. I., & Selatan, S.
(2014). Ekonomi pembangunan. 29–41.

Damayanti, W. (2018). Transparansi Dan Akuntabilitas


Pemerintah Desa Dalam Pengelolaan Alokasi Dana Desa
(Studi kasus: Desa Tegiri dan Desa Sumberagung
Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri). Doctoral
Dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/60002

El-Dairi, M., & House, R. J. (2019). Optic nerve hypoplasia. In


Handbook of Pediatric Retinal OCT and the Eye-Brain
Connection (pp. 285–287). https://doi.org/10.1016/B978-0-
323-60984-5.00062-7

Fahri, L. N. (2014). Pengaruh Pelaksanaan Kebijakan Dana Desa


terhadap Manajemen Keuangan Desa dalam Meningkatkan
Efektivitas Program Pembangunan Desa. Jurnal Publik, 11(1),
75–88.

Fait, T., Septiana, A. R., Tohopi, R., Publik, A., Kolaka, U. S. N.,
Administrasi, I., Ung, P., Pengelolaan, A., Dana, A., Add, D.,
Kolaka, K., Fait, T., Septiana, A. R., & Tohopi, R. (2021).

131
132

Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) (Studi


kasus: Desa Tikonu Kecamatan Wundulako Kabupaten
Kolaka). Jurnal Administrasi Negara, 9(1), 102–114.

Febri Arifiyanto, D., & Kurrohman, T. (2014). Akuntabilitas


Pengelolaan Alokasi Dana Desa Di Kabupaten Jember.
Jurnal Riset Akuntansi Dan Keuangan, 2(3), 473.
https://doi.org/10.17509/jrak.v2i3.6598

Fitriani, A. (2013). Pengaruh Kinerja Lingkungan Dan Biaya


Lingkungan Terhadap Kinerja Keuangan Pada BUMN.
Jurnal Ilmu Manajemen , 1(1), 137–148.

Hidayah, N., & Wijayanti, I. (2017). Akuntabilitas Pengelolaan


Dana Desa (Dd) Studi Kasus Pada Desa Wonodadi
Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo. Jurnal AKSI
(Akuntansi Dan Sistem Informasi), 1(2), 1–7.
https://doi.org/10.32486/aksi.v1i2.114

Ikramul, H. (2019). PENGARUH BUDGETING PARTICIPATION,


JOB RELEVANT INFORMATION DAN BUDGET GOAL
CLARITY TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN
KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL
MODERATING (Studi pada SKPD Kabupaten Sinjai).

Iku. (2018). Indikator kelembagaan.

Iskandar, E. (2018). Peranan Akuntansi dalam Mengukur


Keberhasilan Pembangunan Ekonomi Negara Ditinjau dari
Akuntanbilitas, Transparansi, dan Teknologi. Jurnal Warta
Dharmawangsa | ISSN : 1829 - 7463, April, 1–21.
http://jurnal.dharmawangsa.ac.id/index.php/juwarta/arti
cle/view/3

Jufrizen, & Rahmadhani, K. N. (2020). Pengaruh Budaya


Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Dengan Lingkungan
Kerja Sebagai Variabel Moderasi. Jurnal Manajemen Dan
Bisnis Dewantara Vol., 3(1), 66–79.
133

Kusnia, A., & Panjaitan, F. (2020). Analisis akuntabilitas


pengelolaan alokasi dana desa (Studi kasus di Desa Bukit
Kijang Kecamatan Namang Kabupaten Bangka Tengah
tahun 2019). Jurnal Akuntansi Bisnis Dan Keuangan, 7(2), 18–
25.

Minahasa, K. (2019). Issn : 2337 - 5736. 4, 1–7.

Miranti, P. H. (2020). GOVERNANCE : Jurnal Ilmiah Kajian


Politik Lokal dan Pembangunan GOVERNANCE : Jurnal
Ilmiah Kajian Politik Lokal dan Pembangunan.
GOVERNANCE: Jurnal Ilmiah Kajian Politik Lokal Dan
Pembangunan, 7(September), 1–9.

Mongondow, K. B. (2019). Transparansi Dan Akuntabilitas


Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa
Sinsingon Kecamatan Passi Timur Kabupaten Bolaang
Mongondow. Jurnal Eksekutif, 3(3), 1–8.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia. (2020).


Peraturan Menteri Keuangan (Permenkeu) No.
222/PMK.07/2020 Tentang Pengelolaan Dana Desa (p. 92).

Prasetyanto, P. K. (2017). Pengaruh Produk Domestik Bruto Dan


Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2002-2009. Jurnal Riset Akuntansi Dan
Bisnis Airlangga, 1(1), 60–84.
https://doi.org/10.31093/jraba.v1i1.9

Simanjuntak, K. (2015). Implementasi Kebijakan Desentralisasi


Pemerintahan di Indonesia. Jurnal Bina Praja, 07(02), 111–
130. https://doi.org/10.21787/jbp.07.2015.111-130

Sobarudin. (2019). Analisisi kinerja keuangan pemerintah.

Sunardi, N. (2020). “ Pelaksanaan Alokasi Dana Desa Terhadap


Manajemen Keuangan Desa dalam Meningkatkan Efektivitas
Program Desa Sejahtera. 3(1), 277–288.
134

Supriliyani, N. W., & Purnamaningsih, P. E. (2014).


IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ANGGARAN DANA DESA
BERDASARKAN UU NO 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA (
Studi Kasus Desa Songan B , Kintamani , Bangli ). 6, 1–11.

Tadanugi, I. N. (2019). Pemanfaatan Alokasi Dana Desa (ADD)


DALAM PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
DI DESA BO’E KECAMATAN PAMONA SELATAN
KABUPATEN POSO. Jurnal Ilmiah Administratie, 12(1), 53–
66.

TAMPOMURI, Y., RORONG, A., & LONDA, V. (2014).


Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa (
Apbdesa) Dalam Menunjang Pembangunan Desa Di Desa
Betelen Kecamatan Tombatu Kabupaten Minahasa
Tenggara. Jurnal Administrasi Publik UNSRAT, 3(004), 1242.

Telaah, J., Akuntansi, R., & Juli, V. N. (2013). Akuntabilitas


Kinerja Instansi Pemerintah. Jurnal Telaah Dan Riset
Akuntansi, 6(2), 150–174.

Wardhana, I. W. (2019). No Title. 3, 221–227.

Yalia, M. (2014). Implementasi Kebijakan Pengembangan Dan


Pemberdayaan Lembaga Sosial Media Tradisional Di Jawa
Barat. Patanjala : Jurnal Penelitian Sejarah Dan Budaya, 6(1),
149. https://doi.org/10.30959/patanjala.v6i1.191

Yoko. (2019). 済無No Title No Title No Title. 1, 105–112.

Mardiasmo. 2006. Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah.


Yogyakarta: UAD Press

Silvia Karsa. 2010.Pengaruh Transparansi dan Akutabilitas Publik


Terhadap Kinerja Keuangan Daerah. Skripsi. Universitas
Negeri Padang.

Prasetyantoko. 2008. Corporate Governance. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.
135

Permana, Imam Arif. 2015. Pengaruh Partisipasi Publik dan


Akuntabilitas terhadap Kinerja Keuangan Daerah (Studi
Empiris Pada SKPD di Kabupaten Pesisir Selatan). Artikel
Ilmiah Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.
Sumatera Barat.

Asrori. (2014). "Kapasitas Perangkat Desa dalam


Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Kabupaten Kudus".
Jurnal Bina Praja, 6(2), 101–116.

Rafar, T. M., Fahlevi, H., & Basri, H. (2015). "Pengelolaan


Keuangan Daerah (Studi pada Satuan Kerja Perangkat
Daerah Pemerintah Kabupaten Aceh Utara)". Jurnal
Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala,
4(2), 64–71.

Tachjan. 2006. Implementasi Kebijakan Publik. Bandung: AIPI

Coryanata, I. (2007). Akuntabilitas, partisipasi masyarakat, dan


transparansi kebijkan publik sebagai pemoderating
hubungan pengetahuan dewan tentang anggaran dan
pengawasan keuangan daerah (APBD). Simposium
Nasional Akuntansi X. Makasar: Universitas Hasanuddin.

Dura, Justita. 2016, Pengaruh Akuntabilitas Pengelolaan


Keuangan Alokasi Dana Desa, Kebijakan Desa dan
Kelembagaan Desa terhadap Kesejahteraan Masyarakat
(Studi Kasus pada Desa Gubugkalah Kecamatan
Poncokusumo Kabupaten Malang).
136

LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
KUESIONER UJI COBA AKUNTABILITAS ALOKASI DANA
Petunjuk Pengisian Kuesioner:
1. Isilah data diri anda pada tempat yang telah disediakan.
2. Bacalah dengan cermat setiap butir pertanyaan, kemudian
jawablah sesuai keadaan anda yang sebenarnya dengan cara
memberi tanda cek (√) pada kotak jawaban yang sesuai.
3. Kategori yag digunakan untuk menjawab soal adalah SS
(Sangat Setuju), S (Setuju), N (Netral), TS (Tidak Setuju), STS
(Sangat Tidak Setuju).
4. Selamat mengerjakan dan terima kasih atas kesediaannya
mengisi angket ini.

Nama :
RT/RW :
Waktu : 15 menit

No. Pernyataan SS S N TS STS

Rencana strategi dan


arah kebijakan umum
1.
merupakan dasar dalam
pengelolaan keuangan.
Indikator hasil kerja
yang akan dicapai,
ditetapkan dan telah
2.
digunakan untuk
mengevaluasi
pengelolaan keuangan.
Pencatatan uang kas
3. masuk dan keluar tidak
di catat secara rutin
137

disetiap periode
pengelolaan kas dengan
baik.
Kinerja pengelolaan
keuangan di tiap-tiap
4.
unit melibatkan semua
unsur-unsur.
Kepentingan publik dan
golongan menjadi
perhatian dan
5.
pertimbangan utama
dalam pengelolaan
keuangan.
Akses untuk
memperoleh dokumen
6. tentang pengelolaan
keuangan mudah
diperoleh.
Penyediaan informasi
7. yang kurang
bertanggung jawab
Kinerja pengelolaan
keuangan di tiap-tiap
8.
unit melibatkan pihak
pemerintah.
Laporan
pertanggungjawaban
realisasi tidak diberikan
9.
kepada pihak
pemerintahan (Camat
dan Bupati)
10. Adanya kerja sama
138

dengan media massa


dan lembaga
pemerintahan dalam
peningkatan informasi.
Kepentingan publik dan
golongan menjadi
perhatian dan
11.
pertimbangan utama
dalam pengelolaan
keuangan.
Penyediaan informasi
12. yang bertanggung
jawab.
Laporan
pertanggungjawaban
13.
realisasi tidak diberikan
kepada masyarakat.
Adanya kerja sama
dengan Camat Bupati
14.
dalam peningkatan
informasi.
Kerjasama yang positif
tidak dapat menunjang
kinerja alokasi dana
15.
untuk laporan realisasi
melalui Camat kepada
Bupati.
139

LAMPIRAN 2
KUESIONER UJI COBA KELEMBAGAAN DESA
Petunjuk Pengisian Kuesioner:
1. Isilah data diri anda pada tempat yang telah disediakan.
2. Bacalah dengan cermat setiap butir pertanyaan, kemudian
jawablah sesuai keadaan anda yang sebenarnya dengan cara
memberi tanda cek (√) pada kotak jawaban yang sesuai.
3. Kategori yag digunakan untuk menjawab soal adalah SS
(Sangat Setuju), S (Setuju), N (Netral), TS (Tidak Setuju), STS
(Sangat Tidak Setuju).
4. Selamat mengerjakan dan terima kasih atas kesediaannya
mengisi angket ini.

Nama :
RT/RW :
Waktu : 15 menit

No. Pernyataan SS S N TS STS

Pemerintah desa telah


mewujudkan
pemberdayaan dalam
1.
proses peningkatan
kualitas masyarakat
yang kritis.
Tingkat partisipasi
masyarakat dalam
proses perencanaan
2.
peningkatan
pemberdayaan desa
sudah baik.
Komitmen dari
3.
pemerintah daerah
140

untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat
dalam proses
peningkatan
pemberdayaan desa
sudah baik.
Masyarakat kurang
antusias dalam
4.
pelaksanaan
pemberdayaan.
Pemerintah desa sudah
mengakomodir segala
masukan dari peserta
5.
musyawarah desa dalam
proses peningkatan
pemberdayaan desa.
Peran pemerintah desa
dalam mendukung
keterbukaan dan
penyampaian informasi
6. secara jelas kepada
masyarakat dalam
proses peningkatan
pemberdayaan desa
sudah baik.
Hasil pelaksanaan proses
peningkatan
7. pemberdayaan desa
telah sesuai dengan yang
direncanakan.
Beberapa masyarakat
8.
tidak tertarik dengan
141

program-program
pembangunan.
Semua komponen
kesekertariatan pada
9. proses peningkatan
pemberdayaan selalu
terjaga dengan baik.
Pada aparatur desa
selalu terjaga sikap
10. untuk menghindar dari
penyalahgunaan jabatan,
korupsi, dan kolusi.
Pada program alokasi
dana desa ini proses
peningkatan
pemberdayaan dapat
11. dipertanggung
jawabkan, dengan kata
lain tidak terjadi
inefisiensi dan ketidak
efektifan organisasi.
Pelaksanaan system
12. informasi berjalan tidak
cukup efisien dan efektif.
142

LAMPIRAN 3
KUESIONER UJI COBA KINERJA KEUANGAN

Petunjuk Pengisian Kuesioner:


1. Isilah data diri anda pada tempat yang telah disediakan.
2. Bacalah dengan cermat setiap butir pertanyaan, kemudian
jawablah sesuai keadaan anda yang sebenarnya dengan cara
memberi tanda cek (√) pada kotak jawaban yang sesuai.
3. Kategori yag digunakan untuk menjawab soal adalah SS
(Sangat Setuju), S (Setuju), N (Netral), TS (Tidak Setuju), STS
(Sangat Tidak Setuju).
4. Selamat mengerjakan dan terima kasih atas kesediaannya
mengisi angket ini.

Nama :
RT/RW :
Waktu : 15 menit

No. Pernyataan SS S N TS STS

Keuangan organisasi
dapat merealisasikan
1.
seluruh kebutuhan dan
tujuan organisasi.
Tercapainya tujuan
2. sesuai dengan kondisi
keuangan organisasi.
Adanya perbandingan
yang sesuai antara
3. masukan dan
pengeluaran dalam
penyelenggaraan publik.
143

Biaya untuk
merealisasikan seluruh
4. kebutuhan melebihi
batas anggaran dan tidak
efisien.
Tercapainya tujuan
5. sesuai dengan misi
organisasi.
Program berjalan dengan
6.
baik dan maksimal.
Tanggungjawab public
dapat mengurangi
7. tindakan kecurangan
dalam pengelolaan
keuangan.
Program yang dijalankan
mengakibatkan tidak
8.
adanya keuntungan
organisasi.
Pelayanan public yang
diselenggarakan dengan
9.
memerhatikan aspek –
aspek pemerataan.
Penyampaian laporan
keuangan yang baik
10.
perlu disertai dengan
tanggung jawab.
Dengan melakukan
pemerataan dan keadilan
11.
perusahaan kinerja akan
menjadi lebih baik.
12. Pemerataan dan
144

Keadilan Pembangunan
sulit dilakukan.
145

LAMPIRAN 4
KUESIONER UJI COBA KEBIJAKAN DESA
Petunjuk Pengisian Kuesioner:
1. Isilah data diri anda pada tempat yang telah disediakan.
2. Bacalah dengan cermat setiap butir pertanyaan, kemudian
jawablah sesuai keadaan anda yang sebenarnya dengan cara
memberi tanda cek (√) pada kotak jawaban yang sesuai.
3. Kategori yag digunakan untuk menjawab soal adalah SS
(Sangat Setuju), S (Setuju), N (Netral), TS (Tidak Setuju), STS
(Sangat Tidak Setuju).
4. Selamat mengerjakan dan terima kasih atas kesediaannya
mengisi angket ini.

Nama :
RT/RW :
Waktu : 15 menit

No. Pernyataan SS S N TS STS

Hasil pelaksanaan
program alokasi dana
1.
desa telah sesuai dengan
yang direncanakan.
Kebijakan desa telah
menjalankan program
2. alokasi dana desa
dengan komitmen dan
konsisten yang baik.
Program alokasi dana
desa telah meningkatkan
3.
penyelenggaraan
pemerintahan desa
146

dalam melaksanakan
pelayanan pemerintahan
Program alokasi dana
desa tidak meningkatkan
penyelenggaraan
pemerintahan desa
4.
dalam melaksanakan
pembangunan, dan
kemasyarakatan sesuai
kewenangannya.
Dalam proses pelaporan
telah melalui jalur
5.
structural yang telah
ditentukan.
Pada program alokasi
dana desa ini proses
organisasi dapat
dipertanggung
6.
jawabkan, dengan kata
lain tidak terjadi
inefisiensi dan ketidak
efektifan organisasi.
Kebijakan desa selalu
dapat mempertanggung
jawabkan kebijakan yang
7.
telah ditetapkan dengan
mempertimbangkan
dampak masa depan.
Segala dampak masa
dari kebijakan yang
8.
diambil belum
dipertimbangkan dengan
147

baik.
Kebijakan desa
diselenggarakan dengan
9.
memerhatikan aspek –
aspek pemerataan.
Kebijakan desa
menyampaikan laporan
10. keuangan yang baik
perlu disertai dengan
tanggung jawab.
Kebijakan desa
melakukan pemerataan
11. dan keadilan perusahaan
kinerja akan menjadi
lebih baik.
Pemerataan dan
12. Keadilan Pembangunan
sulit dilakukan.
LAMPIRAN 5
Data Hasil Kuesioner
X1. X1. X1. X1. X1. X1. X1. X1. X1. X1. X1. X1. X1. X1. X1.
No X1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 3 3 3 3 3 4 1 4 5 4 3 3 4 3 5 51
2 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 63
3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 58
4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 67
5 4 4 4 3 4 5 4 5 3 4 4 3 5 4 3 59
6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
7 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 70
8 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 68
9 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 63
10 4 4 4 4 5 3 5 5 4 5 4 4 3 4 4 62
11 3 4 4 4 5 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 54
12 4 4 3 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 62
13 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 5 69
14 3 5 3 3 3 5 5 5 5 3 3 3 5 3 5 59
15 5 5 4 4 4 4 3 3 3 4 5 4 4 5 3 60

148
X1. X1. X1. X1. X1. X1. X1. X1. X1. X1. X1. X1. X1. X1. X1.
No X1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
16 4 5 5 4 5 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 63
17 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 64
18 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 64
19 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
20 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 54
21 3 3 4 3 4 4 5 5 5 4 3 3 4 3 5 58
22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
23 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
24 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
25 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 72
26 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 53
27 4 5 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 64
28 4 3 4 4 4 1 1 3 4 3 4 4 1 4 4 48
29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45
30 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 51

149
No X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2.7 X2.8 X2.9 X2.10 X2.11 X2.12 X2
1 3 3 3 3 3 4 1 4 5 4 1 4 38
2 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 50
3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 47
4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 55
5 4 4 4 3 4 5 4 5 3 5 4 5 50
6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48
7 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 57
8 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 56
9 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 49
10 4 4 4 4 5 3 5 5 4 3 5 5 51
11 3 4 4 4 5 4 4 3 3 4 4 3 45
12 4 4 3 4 5 5 4 4 4 5 4 4 50
13 4 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 56
14 3 5 3 3 3 5 5 5 5 5 5 5 52
15 5 5 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 45
16 4 5 5 4 5 4 3 4 4 4 3 4 49

150
No X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2.7 X2.8 X2.9 X2.10 X2.11 X2.12 X2
17 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 50
18 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 4 5 53
19 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48
20 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 43
21 3 3 4 3 4 4 5 5 5 4 5 5 50
22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48
23 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48
24 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48
25 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5 56
26 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 45
27 4 5 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 52
28 4 3 4 4 4 1 1 3 4 1 1 3 33
29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36
30 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 42

151
No Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5 Y1.6 Y1.7 Y1.8 Y1.9 Y1.10 Y1.11 Y1.12 Y
1 3 3 3 3 3 4 1 4 5 4 3 3 39
2 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 49
3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 46
4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 53
5 4 4 4 3 4 5 4 5 3 4 4 3 47
6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48
7 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 4 56
8 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 54
9 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 50
10 4 4 4 4 5 3 5 5 4 5 4 4 51
11 3 4 4 4 5 4 4 3 3 3 3 4 44
12 4 4 3 4 5 5 4 4 4 4 4 4 49
13 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 56
14 3 5 3 3 3 5 5 5 5 3 3 3 46
15 5 5 4 4 4 4 3 3 3 4 5 4 48
16 4 5 5 4 5 4 3 4 4 5 4 4 51
17 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 51

152
No Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5 Y1.6 Y1.7 Y1.8 Y1.9 Y1.10 Y1.11 Y1.12 Y
18 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 51
19 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48
20 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 43
21 3 3 4 3 4 4 5 5 5 4 3 3 46
22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48
23 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48
24 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48
25 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 58
26 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 42
27 4 5 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 52
28 4 3 4 4 4 1 1 3 4 3 4 4 39
29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36
30 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 42

153
No Z1.1 Z1.2 Z1.3 Z1.4 Z1.5 Z1.6 Z1.7 Z1.8 Z1.9 Z1.10 Z1.11 Z1.12 Z
1 3 3 3 3 3 3 4 1 5 4 3 3 35
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 42
4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 48
5 4 4 4 3 3 4 5 4 3 4 4 3 42
6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
7 5 5 4 4 4 5 5 5 4 5 5 4 51
8 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 49
9 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 46
10 4 4 4 4 4 5 3 5 4 5 4 4 46
11 3 4 4 4 4 5 4 4 3 3 3 4 41
12 4 4 3 4 4 5 5 4 4 4 4 4 45
13 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 51
14 3 5 3 3 3 3 5 5 5 3 3 3 41
15 5 5 4 4 4 4 4 3 3 4 5 4 45
16 4 5 5 4 4 5 4 3 4 5 4 4 47
17 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 47

154
18 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 46
19 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
20 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 39
21 3 3 4 3 3 4 4 5 5 4 3 3 41
22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
23 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
24 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
25 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 53
26 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 38
27 4 5 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4 48
28 4 3 4 4 4 4 1 1 2 3 4 4 34
29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33
30 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 38

155
156

Variabel Indikator R Hitung R Tabel Keterangan


X1.1 0,659 0,361 Valid
X1.2 0,736 0,361 Valid
X1.3 0,556 0,361 Valid
X1.4 0,632 0,361 Valid
X1.5 0,515 0,361 Valid
X1.6 0,605 0,361 Valid
X1.7 0,644 0,361 Valid
X1 X1.8 0,666 0,361 Valid
X1.9 0,464 0,361 Valid
X1.10 0,804 0,361 Valid
X1.11 0,659 0,361 Valid
X1.12 0,632 0,361 Valid
X1.13 0,605 0,361 Valid
X1.14 0,659 0,361 Valid
X1.15 0,464 0,361 Valid
X2.1 0,427 0,361 Valid
X2.2 0,699 0,361 Valid
X2.3 0,427 0,361 Valid
X2.4 0,447 0,361 Valid
X2.5 0,463 0,361 Valid
X2.6 0,734 0,361 Valid
X2
X2.7 0,829 0,361 Valid
X2.8 0,781 0,361 Valid
X2.9 0,452 0,361 Valid
X2.10 0,734 0,361 Valid
X2.11 0,829 0,361 Valid
X2.12 0,781 0,361 Valid
Y1.1 0,665 0,361 Valid
Y
Y1.2 0,753 0,361 Valid
157

Variabel Indikator R Hitung R Tabel Keterangan


Y1.3 0,627 0,361 Valid
Y1.4 0,687 0,361 Valid
Y1.5 0,571 0,361 Valid
Y1.6 0,537 0,361 Valid
Y1.7 0,649 0,361 Valid
Y1.8 0,629 0,361 Valid
Y1.9 0,406 0,361 Valid
Y1.10 0,815 0,361 Valid
Y1.11 0,665 0,361 Valid
Y1.12 0,687 0,361 Valid
Z1.1 0,685 0,361 Valid
Z1.2 0,777 0,361 Valid
Z1.3 0,630 0,361 Valid
Z1.4 0,706 0,361 Valid
Z1.5 0,706 0,361 Valid
Z1.6 0,578 0,361 Valid
Z
Z1.7 0,541 0,361 Valid
Z1.8 0,639 0,361 Valid
Z1.9 0,482 0,361 Valid
Z1.10 0,805 0,361 Valid
Z1.11 0,685 0,361 Valid
Z1.12 0,706 0,361 Valid
LAMPIRAN 6
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
CORRELATIONS
/VARIABLES=X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10 X1.11 X1.12 X1.13 X1.14 X1.15 X1
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Correlations

Notes
Output Created 22-MAR-2022 06:13:33
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 30
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each pair of variables
are based on all the cases with valid
data for that pair.

158
Syntax CORRELATIONS
/VARIABLES=X1.1 X1.2 X1.3 X1.4
X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10 X1.11
X1.12 X1.13 X1.14 X1.15 X1
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Resources Processor Time 00:00:00,44
Elapsed Time 00:00:01,58

[DataSet0]
Correlations
X1.1
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 0 X1.11 X1.12 X1.13 X1.14 X1.15 X1
X1.1 Pearson 1 ,496* ,450* ,576** ,373* ,130 ,152 ,116 ,011 ,530** 1,000* ,576** ,130 1,000* ,011 ,659*
Correlatio * * * *

n
Sig. (2- ,005 ,013 ,001 ,043 ,494 ,422 ,540 ,953 ,003 ,000 ,001 ,494 ,000 ,953 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X1.2 Pearson ,496 1** ,457 ,540 ,383 ,487 ,462 ,303 ,137 ,484 ,496 ,540 ,487 ,496 ,137 ,736*
* ** * ** * ** ** ** ** **

Correlatio *

159
Sig. (2- ,005 ,011 ,002 ,037 ,006 ,010 ,103 ,470 ,007 ,005 ,002 ,006 ,005 ,470 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X1.3 Pearson ,450* ,457* 1 ,631 ,409 -,071 ,225 ,215 ,105 ,664 ,450 ,631 -,071 ,450 ,105 ,556*
** * ** * ** *

Correlatio *

n
Sig. (2- ,013 ,011 ,000 ,025 ,709 ,231 ,254 ,582 ,000 ,013 ,000 ,709 ,013 ,582 ,001
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X1.4 Pearson ,576** ,540* ,631* 1 ,588* ,000 ,171 ,112 ,135 ,467** ,576** 1,000* ,000 ,576** ,135 ,632*
Correlatio * * * * *

n
Sig. (2- ,001 ,002 ,000 ,001 1,000 ,367 ,557 ,475 ,009 ,001 ,000 1,000 ,001 ,475 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X1.5 Pearson ,373* ,383 ,409 ,588 1
* * ** ,205 ,235 ,192 -,106 ,387 ,373 ,588 ,205 ,373 -,106 ,515*
* * ** *

Correlatio *

n
Sig. (2- ,043 ,037 ,025 ,001 ,277 ,211 ,309 ,575 ,035 ,043 ,001 ,277 ,043 ,575 ,004
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

160
X1.6 Pearson ,130 ,487* -,071 ,000 ,205 1 ,573* ,550* ,260 ,347 ,130 ,000 1,000* ,130 ,260 ,605*
Correlatio * * * * *

n
Sig. (2- ,494 ,006 ,709 1,000 ,277 ,001 ,002 ,166 ,060 ,494 1,000 ,000 ,494 ,166 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X1.7 Pearson ,152 ,462* ,225 ,171 ,235 ,573** 1 ,624* ,273 ,429* ,152 ,171 ,573** ,152 ,273 ,644*
Correlatio * *

n
Sig. (2- ,422 ,010 ,231 ,367 ,211 ,001 ,000 ,145 ,018 ,422 ,367 ,001 ,422 ,145 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X1.8 Pearson ,116 ,303 ,215 ,112 ,192 ,550 ,624* 1
** ,598 ,549 ,116 ,112 ,550 ,116 ,598 ,666*
** ** ** **

Correlatio * *

n
Sig. (2- ,540 ,103 ,254 ,557 ,309 ,002 ,000 ,000 ,002 ,540 ,557 ,002 ,540 ,000 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X1.9 Pearson ,011 ,137 ,105 ,135 -,106 ,260 ,273 ,598* 1 ,445* ,011 ,135 ,260 ,011 1,000* ,464*
Correlatio * * *

161
Sig. (2- ,953 ,470 ,582 ,475 ,575 ,166 ,145 ,000 ,014 ,953 ,475 ,166 ,953 ,000 ,010
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X1.1 Pearson ,530 ,484 ,664 ,467 ,387* ,347
** * * ** ,429 ,549 ,445 1
* * * ,530 ,467 ,347 ,530 ,445 ,804*
** ** ** *

0 Correlatio * * * *

n
Sig. (2- ,003 ,007 ,000 ,009 ,035 ,060 ,018 ,002 ,014 ,003 ,009 ,060 ,003 ,014 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X1.1 Pearson 1,000* ,496* ,450* ,576** ,373* ,130 ,152 ,116 ,011 ,530** 1 ,576** ,130 1,000* ,011 ,659*
1 Correlatio * * * *

n
Sig. (2- ,000 ,005 ,013 ,001 ,043 ,494 ,422 ,540 ,953 ,003 ,001 ,494 ,000 ,953 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X1.1 Pearson ,576 ,540 ,631 1,000 ,588* ,000
** * * * ,171 ,112 ,135 ,467 ,576 1
** ** ,000 ,576 ,135 ,632*
**

2 Correlatio * * * * *

n
Sig. (2- ,001 ,002 ,000 ,000 ,001 1,000 ,367 ,557 ,475 ,009 ,001 1,000 ,001 ,475 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

162
X1.1 Pearson ,130 ,487* -,071 ,000 ,205 1,000* ,573* ,550* ,260 ,347 ,130 ,000 1 ,130 ,260 ,605*
3 Correlatio * * * * *

n
Sig. (2- ,494 ,006 ,709 1,000 ,277 ,000 ,001 ,002 ,166 ,060 ,494 1,000 ,494 ,166 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X1.1 Pearson 1,000* ,496* ,450* ,576** ,373* ,130 ,152 ,116 ,011 ,530** 1,000* ,576** ,130 1 ,011 ,659*
4 Correlatio * * * *

n
Sig. (2- ,000 ,005 ,013 ,001 ,043 ,494 ,422 ,540 ,953 ,003 ,000 ,001 ,494 ,953 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X1.1 Pearson ,011 ,137 ,105 ,135 -,106 ,260 ,273 ,598 1,000 ,445 ,011 ,135 ,260 ,011 1
* * * ,464*
5 Correlatio * * *

n
Sig. (2- ,953 ,470 ,582 ,475 ,575 ,166 ,145 ,000 ,000 ,014 ,953 ,475 ,166 ,953 ,010
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X1 Pearson ,659** ,736* ,556* ,632** ,515* ,605** ,644* ,666* ,464** ,804** ,659** ,632** ,605** ,659** ,464** 1
Correlatio * * * * *

163
Sig. (2- ,000 ,000 ,001 ,000 ,004 ,000 ,000 ,000 ,010 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,010
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
RELIABILITY
/VARIABLES=X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10 X1.11 X1.12 X1.13 X1.14 X1.15
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE
/SUMMARY=TOTAL.

Reliability
Notes
Output Created 22-MAR-2022 06:14:10
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 30

164
Matrix Input
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with
valid data for all variables in the
procedure.
Syntax RELIABILITY
/VARIABLES=X1.1 X1.2 X1.3 X1.4
X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10 X1.11
X1.12 X1.13 X1.14 X1.15
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE
SCALE
/SUMMARY=TOTAL.
Resources Processor Time 00:00:00,03
Elapsed Time 00:00:00,10

165
Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 30 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,882 15

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
X1.1 3,9333 ,63968 30
X1.2 4,1333 ,68145 30
X1.3 3,9333 ,58329 30

166
X1.4 3,8333 ,53067 30
X1.5 4,1000 ,60743 30
X1.6 4,0000 ,83045 30
X1.7 3,9333 1,01483 30
X1.8 4,2333 ,67891 30
X1.9 4,0667 ,63968 30
X1.10 4,0333 ,71840 30
X1.11 3,9333 ,63968 30
X1.12 3,8333 ,53067 30
X1.13 4,0000 ,83045 30
X1.14 3,9333 ,63968 30
X1.15 4,0667 ,63968 30

Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
X1.1 56,0333 35,551 ,597 ,872
X1.2 55,8333 34,557 ,686 ,868

167
X1.3 56,0333 36,723 ,488 ,877
X1.4 56,1333 36,533 ,577 ,874
X1.5 55,8667 36,878 ,443 ,878
X1.6 55,9667 34,792 ,514 ,876
X1.7 56,0333 33,206 ,537 ,878
X1.8 55,7333 35,306 ,589 ,872
X1.9 55,9000 37,128 ,382 ,881
X1.10 55,9333 33,651 ,762 ,864
X1.11 56,0333 35,551 ,597 ,872
X1.12 56,1333 36,533 ,577 ,874
X1.13 55,9667 34,792 ,514 ,876
X1.14 56,0333 35,551 ,597 ,872
X1.15 55,9000 37,128 ,382 ,881

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
59,9667 40,516 6,36523 15

168
CORRELATIONS
/VARIABLES=X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2.7 X2.8 X2.9 X2.10 X2.11 X2.12 X2
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.

Correlations

Notes
Output Created 22-MAR-2022 06:28:38
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 30
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.

169
Cases Used Statistics for each pair of
variables are based on all the
cases with valid data for that
pair.
Syntax CORRELATIONS
/VARIABLES=X2.1 X2.2 X2.3
X2.4 X2.5 X2.6 X2.7 X2.8 X2.9
X2.10 X2.11 X2.12 X2
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Resources Processor Time 00:00:00,14
Elapsed Time 00:00:01,88

170
Correlations
X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2.7 X2.8 X2.9 X2.10 X2.11 X2.12 X2
X2.1 Pearson 1 ,496** ,450* ,576** ,373* ,130 ,152 ,116 ,011 ,130 ,152 ,116 ,427*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,005 ,013 ,001 ,043 ,494 ,422 ,540 ,953 ,494 ,422 ,540 ,019
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X2.2 Pearson ,496** 1 ,457* ,540** ,383* ,487** ,462* ,303 ,137 ,487** ,462* ,303 ,699**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,005 ,011 ,002 ,037 ,006 ,010 ,103 ,470 ,006 ,010 ,103 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X2.3 Pearson ,450* ,457* 1 ,631** ,409* -,071 ,225 ,215 ,105 -,071 ,225 ,215 ,427*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,013 ,011 ,000 ,025 ,709 ,231 ,254 ,582 ,709 ,231 ,254 ,019
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X2.4 Pearson ,576** ,540** ,631** 1 ,588** ,000 ,171 ,112 ,135 ,000 ,171 ,112 ,447*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,001 ,002 ,000 ,001 1,000 ,367 ,557 ,475 1,000 ,367 ,557 ,013
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X2.5 Pearson ,373 ,383 ,409 ,588 1
* * * ** ,205 ,235 ,192 -,106 ,205 ,235 ,192 ,463*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,043 ,037 ,025 ,001 ,277 ,211 ,309 ,575 ,277 ,211 ,309 ,010
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

171
X2.6 Pearson ,130 ,487** -,071 ,000 ,205 1 ,573** ,550** ,260 1,000** ,573** ,550** ,734**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,494 ,006 ,709 1,000 ,277 ,001 ,002 ,166 ,000 ,001 ,002 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X2.7 Pearson ,152 ,462* ,225 ,171 ,235 ,573** 1 ,624** ,273 ,573** 1,000** ,624** ,829**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,422 ,010 ,231 ,367 ,211 ,001 ,000 ,145 ,001 ,000 ,000 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X2.8 Pearson ,116 ,303 ,215 ,112 ,192 ,550** ,624** 1 ,598** ,550** ,624** 1,000** ,781**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,540 ,103 ,254 ,557 ,309 ,002 ,000 ,000 ,002 ,000 ,000 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X2.9 Pearson ,011 ,137 ,105 ,135 -,106 ,260 ,273 ,598** 1 ,260 ,273 ,598** ,452*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,953 ,470 ,582 ,475 ,575 ,166 ,145 ,000 ,166 ,145 ,000 ,012
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X2.10Pearson ,130 ,487** -,071 ,000 ,205 1,000** ,573** ,550** ,260 1 ,573 ,550 ,734**
** **

Correlation
Sig. (2-tailed) ,494 ,006 ,709 1,000 ,277 ,000 ,001 ,002 ,166 ,001 ,002 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X2.11Pearson ,152 ,462 ,225 ,171 ,235 ,573 1,000 ,624 ,273 ,573 1
* ** ** ** ** ,624 ,829**
**

Correlation

172
Sig. (2-tailed) ,422 ,010 ,231 ,367 ,211 ,001 ,000 ,000 ,145 ,001 ,000 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X2.12Pearson ,116 ,303 ,215 ,112 ,192 ,550 ,624**
** 1,000 ,598 ,550 ,624 1
** ** ** ** ,781**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,540 ,103 ,254 ,557 ,309 ,002 ,000 ,000 ,000 ,002 ,000 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X2 Pearson ,427 ,699 ,427 ,447 ,463 ,734 ,829**
* ** * * * ** ,781 ,452 ,734 ,829 ,781 1
** * ** ** **

Correlation
Sig. (2-tailed) ,019 ,000 ,019 ,013 ,010 ,000 ,000 ,000 ,012 ,000 ,000 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

RELIABILITY
/VARIABLES=X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2.7 X2.8 X2.9 X2.10 X2.11 X2.12
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE
/SUMMARY=TOTAL.
Reliability

173
Notes
Output Created 22-MAR-2022 06:29:17
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 30
Matrix Input
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with
valid data for all variables in the
procedure.

174
Syntax RELIABILITY
/VARIABLES=X2.1 X2.2 X2.3 X2.4
X2.5 X2.6 X2.7 X2.8 X2.9 X2.10 X2.11
X2.12
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE
SCALE
/SUMMARY=TOTAL.
Resources Processor Time 00:00:00,05
Elapsed Time 00:00:00,32

Scale: ALL VARIABLES


Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

175
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,873 12

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
X2.1 3,9333 ,63968 30
X2.2 4,1333 ,68145 30
X2.3 3,9333 ,58329 30
X2.4 3,8333 ,53067 30
X2.5 4,1000 ,60743 30
X2.6 4,0000 ,83045 30
X2.7 3,9333 1,01483 30
X2.8 4,2333 ,67891 30
X2.9 4,0667 ,63968 30
X2.10 4,0000 ,83045 30
X2.11 3,9333 1,01483 30
X2.12 4,2333 ,67891 30

176
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
X2.1 44,4000 30,524 ,330 ,876
X2.2 44,2000 28,234 ,630 ,860
X2.3 44,4000 30,731 ,339 ,875
X2.4 44,5000 30,810 ,369 ,873
X2.5 44,2333 30,392 ,374 ,873
X2.6 44,3333 26,920 ,656 ,857
X2.7 44,4000 24,593 ,759 ,849
X2.8 44,1000 27,610 ,728 ,854
X2.9 44,2667 30,340 ,357 ,874
X2.10 44,3333 26,920 ,656 ,857
X2.11 44,4000 24,593 ,759 ,849
X2.12 44,1000 27,610 ,728 ,854

177
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
48,3333 33,264 5,76753 12

CORRELATIONS
/VARIABLES=Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5 Y1.6 Y1.7 Y1.8 Y1.9 Y1.10 Y1.11 Y1.12 Y
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Correlations

Notes
Output Created 22-MAR-2022 06:35:17
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 30

178
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each pair of
variables are based on all the
cases with valid data for that
pair.
Syntax CORRELATIONS
/VARIABLES=Y1.1 Y1.2 Y1.3
Y1.4 Y1.5 Y1.6 Y1.7 Y1.8 Y1.9
Y1.10 Y1.11 Y1.12 Y
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Resources Processor Time 00:00:00,14
Elapsed Time 00:00:04,76

179
Correlations
Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5 Y1.6 Y1.7 Y1.8 Y1.9 Y1.10 Y1.11 Y1.12 Y
Y1.1 Pearson 1 ,496** ,450* ,576** ,373* ,130 ,152 ,116 ,011 ,530** 1,000** ,576** ,665**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,005 ,013 ,001 ,043 ,494 ,422 ,540 ,953 ,003 ,000 ,001 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Y1.2 Pearson ,496** 1 ,457* ,540** ,383* ,487** ,462* ,303 ,137 ,484** ,496** ,540** ,753**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,005 ,011 ,002 ,037 ,006 ,010 ,103 ,470 ,007 ,005 ,002 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Y1.3 Pearson ,450* ,457* 1 ,631** ,409* -,071 ,225 ,215 ,105 ,664** ,450* ,631** ,627**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,013 ,011 ,000 ,025 ,709 ,231 ,254 ,582 ,000 ,013 ,000 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Y1.4 Pearson ,576** ,540** ,631** 1 ,588 ,000 ,171 ,112 ,135 ,467 ,576 1,000 ,687**
** ** ** **

Correlation
Sig. (2-tailed) ,001 ,002 ,000 ,001 1,000 ,367 ,557 ,475 ,009 ,001 ,000 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Y1.5 Pearson ,373 ,383 ,409 ,588 1
* * * ** ,205 ,235 ,192 -,106 ,387 ,373 ,588 ,571**
* * **

Correlation
Sig. (2-tailed) ,043 ,037 ,025 ,001 ,277 ,211 ,309 ,575 ,035 ,043 ,001 ,001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

180
Y1.6 Pearson ,130 ,487** -,071 ,000 ,205 1 ,573** ,550** ,260 ,347 ,130 ,000 ,537**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,494 ,006 ,709 1,000 ,277 ,001 ,002 ,166 ,060 ,494 1,000 ,002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Y1.7 Pearson ,152 ,462* ,225 ,171 ,235 ,573** 1 ,624** ,273 ,429* ,152 ,171 ,649**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,422 ,010 ,231 ,367 ,211 ,001 ,000 ,145 ,018 ,422 ,367 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Y1.8 Pearson ,116 ,303 ,215 ,112 ,192 ,550** ,624** 1 ,598** ,549** ,116 ,112 ,629**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,540 ,103 ,254 ,557 ,309 ,002 ,000 ,000 ,002 ,540 ,557 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Y1.9 Pearson ,011 ,137 ,105 ,135 -,106 ,260 ,273 ,598** 1 ,445* ,011 ,135 ,406*
Correlation
Sig. (2-tailed) ,953 ,470 ,582 ,475 ,575 ,166 ,145 ,000 ,014 ,953 ,475 ,026
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Y1.10Pearson ,530 ,484 ,664 ,467 ,387 ,347 ,429 ,549 ,445 1
** ** ** ** * * ** * ,530 ,467 ,815**
** **

Correlation
Sig. (2-tailed) ,003 ,007 ,000 ,009 ,035 ,060 ,018 ,002 ,014 ,003 ,009 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Y1.11Pearson 1,000 ,496 ,450 ,576 ,373 ,130 ,152 ,116 ,011 ,530 1
** ** * ** * ** ,576 ,665**
**

Correlation

181
Sig. (2-tailed) ,000 ,005 ,013 ,001 ,043 ,494 ,422 ,540 ,953 ,003 ,001 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Y1.12Pearson ,576 ,540 ,631 1,000 ,588** ,000 ,171 ,112 ,135
** ** ** ** ,467 ,576 1
** ** ,687**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,001 ,002 ,000 ,000 ,001 1,000 ,367 ,557 ,475 ,009 ,001 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Y Pearson ,665 ,753 ,627 ,687 ,571** ,537** ,649** ,629** ,406*
** ** ** ** ,815 ,665 ,687 1
** ** **

Correlation
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,001 ,002 ,000 ,000 ,026 ,000 ,000 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

RELIABILITY
/VARIABLES=Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5 Y1.6 Y1.7 Y1.8 Y1.9 Y1.10 Y1.11 Y1.12
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE
/SUMMARY=TOTAL.

182
Reliability
Notes
Output Created 22-MAR-2022 06:36:02
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 30
Matrix Input
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics are based on all cases
with valid data for all variables
in the procedure.

183
Syntax RELIABILITY
/VARIABLES=Y1.1 Y1.2 Y1.3
Y1.4 Y1.5 Y1.6 Y1.7 Y1.8 Y1.9
Y1.10 Y1.11 Y1.12
/SCALE('ALL VARIABLES')
ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE
SCALE
/SUMMARY=TOTAL.
Resources Processor Time 00:00:00,02
Elapsed Time 00:00:00,06

Scale: ALL VARIABLES


Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0

184
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,861 12

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
Y1.1 3,9333 ,63968 30
Y1.2 4,1333 ,68145 30
Y1.3 3,9333 ,58329 30
Y1.4 3,8333 ,53067 30
Y1.5 4,1000 ,60743 30
Y1.6 4,0000 ,83045 30
Y1.7 3,9333 1,01483 30
Y1.8 4,2333 ,67891 30

185
Y1.9 4,0667 ,63968 30
Y1.10 4,0333 ,71840 30
Y1.11 3,9333 ,63968 30
Y1.12 3,8333 ,53067 30

Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if Item Corrected Item-Total Cronbach's Alpha if
Deleted Deleted Correlation Item Deleted
Y1.1 44,0333 22,861 ,587 ,847
Y1.2 43,8333 22,006 ,687 ,840
Y1.3 44,0333 23,413 ,551 ,850
Y1.4 44,1333 23,361 ,627 ,847
Y1.5 43,8667 23,637 ,483 ,854
Y1.6 43,9667 22,930 ,408 ,862
Y1.7 44,0333 21,068 ,511 ,858
Y1.8 43,7333 22,892 ,540 ,850
Y1.9 43,9000 24,576 ,296 ,865
Y1.10 43,9333 21,306 ,760 ,834
Y1.11 44,0333 22,861 ,587 ,847
Y1.12 44,1333 23,361 ,627 ,847

186
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
47,9667 26,861 5,18275 12

CORRELATIONS
/VARIABLES=Z1.1 Z1.2 Z1.3 Z1.4 Z1.5 Z1.6 Z1.7 Z1.8 Z1.9 Z1.10 Z1.11 Z1.12 Z
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.

Correlations
Notes
Output Created 22-MAR-2022 06:38:58
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>

187
N of Rows in Working Data File 30
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each pair of variables
are based on all the cases with valid
data for that pair.
Syntax CORRELATIONS
/VARIABLES=Z1.1 Z1.2 Z1.3 Z1.4
Z1.5 Z1.6 Z1.7 Z1.8 Z1.9 Z1.10 Z1.11
Z1.12 Z
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Resources Processor Time 00:00:00,19
Elapsed Time 00:00:00,24

Correlations
Z1.1 Z1.2 Z1.3 Z1.4 Z1.5 Z1.6 Z1.7 Z1.8 Z1.9 Z1.10 Z1.11 Z1.12 Z
Z1.1 Pearson 1 ,496** ,450* ,576** ,576** ,373* ,130 ,152 ,000 ,530** 1,000** ,576** ,685**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,005 ,013 ,001 ,001 ,043 ,494 ,422 1,000 ,003 ,000 ,001 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

188
Z1.2 Pearson ,496** 1 ,457* ,540** ,540** ,383* ,487** ,462* ,273 ,484** ,496** ,540** ,777**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,005 ,011 ,002 ,002 ,037 ,006 ,010 ,145 ,007 ,005 ,002 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Z1.3 Pearson ,450* ,457* 1 ,631** ,631** ,409* -,071 ,225 ,080 ,664** ,450* ,631** ,630**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,013 ,011 ,000 ,000 ,025 ,709 ,231 ,676 ,000 ,013 ,000 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Z1.4 Pearson ,576** ,540** ,631** 1 1,000** ,588** ,000 ,171 ,087 ,467** ,576** 1,000** ,706**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,001 ,002 ,000 ,000 ,001 1,000 ,367 ,646 ,009 ,001 ,000 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Z1.5 Pearson ,576** ,540** ,631** 1,000** 1 ,588** ,000 ,171 ,087 ,467** ,576** 1,000** ,706**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,001 ,002 ,000 ,000 ,001 1,000 ,367 ,646 ,009 ,001 ,000 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Z1.6 Pearson ,373* ,383* ,409* ,588** ,588 1
** ,205 ,235 -,076 ,387 ,373*
* ,588 ,578**
**

Correlation
Sig. (2-tailed) ,043 ,037 ,025 ,001 ,001 ,277 ,211 ,688 ,035 ,043 ,001 ,001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Z1.7 Pearson ,130 ,487** -,071 ,000 ,000 ,205 1 ,573 ,559 ,347 ,130
** ** ,000 ,541**
Correlation

189
Sig. (2-tailed) ,494 ,006 ,709 1,000 1,000 ,277 ,001 ,001 ,060 ,494 1,000 ,002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Z1.8 Pearson ,152 ,462* ,225 ,171 ,171 ,235 ,573 1
** ,503 ,429 ,152
** * ,171 ,639**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,422 ,010 ,231 ,367 ,367 ,211 ,001 ,005 ,018 ,422 ,367 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Z1.9 Pearson ,000 ,273 ,080 ,087 ,087 -,076 ,559 ,503 1
** ** ,517 ,000
** ,087 ,482**
Correlation
Sig. (2-tailed) 1,000 ,145 ,676 ,646 ,646 ,688 ,001 ,005 ,003 1,000 ,646 ,007
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Z1.10 Pearson ,530** ,484** ,664** ,467** ,467** ,387* ,347 ,429* ,517** 1 ,530** ,467** ,805**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,003 ,007 ,000 ,009 ,009 ,035 ,060 ,018 ,003 ,003 ,009 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Z1.11 Pearson 1,000** ,496** ,450* ,576** ,576** ,373* ,130 ,152 ,000 ,530** 1 ,576** ,685**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,000 ,005 ,013 ,001 ,001 ,043 ,494 ,422 1,000 ,003 ,001 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Z1.12 Pearson ,576** ,540** ,631** 1,000** 1,000** ,588** ,000 ,171 ,087 ,467** ,576** 1 ,706**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,001 ,002 ,000 ,000 ,000 ,001 1,000 ,367 ,646 ,009 ,001 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

190
Z Pearson ,685** ,777** ,630** ,706** ,706** ,578** ,541** ,639** ,482** ,805** ,685** ,706** 1
Correlation
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,001 ,002 ,000 ,007 ,000 ,000 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

RELIABILITY
/VARIABLES=Z1.1 Z1.2 Z1.3 Z1.4 Z1.5 Z1.6 Z1.7 Z1.8 Z1.9 Z1.10 Z1.11 Z1.12
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE
/SUMMARY=TOTAL.
Reliability

Notes
Output Created 22-MAR-2022 06:39:23
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>

191
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 30
Matrix Input
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with
valid data for all variables in the
procedure.
Syntax RELIABILITY
/VARIABLES=Z1.1 Z1.2 Z1.3 Z1.4
Z1.5 Z1.6 Z1.7 Z1.8 Z1.9 Z1.10 Z1.11
Z1.12
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE
SCALE
/SUMMARY=TOTAL.
Resources Processor Time 00:00:00,05
Elapsed Time 00:00:00,05

192
Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 30 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,872 12

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
Z1.1 3,9333 ,63968 30
Z1.2 4,1333 ,68145 30

193
Z1.3 3,9333 ,58329 30
Z1.4 3,8333 ,53067 30
Z1.5 3,8333 ,53067 30
Z1.6 4,1000 ,60743 30
Z1.7 4,0000 ,83045 30
Z1.8 3,9333 1,01483 30
Z1.9 4,0000 ,74278 30
Z1.10 4,0333 ,71840 30
Z1.11 3,9333 ,63968 30
Z1.12 3,8333 ,53067 30

Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if Item Corrected Item-Total Cronbach's Alpha if
Deleted Deleted Correlation Item Deleted
Z1.1 43,5667 23,771 ,621 ,859
Z1.2 43,3667 22,930 ,714 ,852
Z1.3 43,5667 24,392 ,576 ,862
Z1.4 43,6667 24,092 ,706 ,856
Z1.5 43,6667 24,092 ,706 ,856

194
Z1.6 43,4000 24,593 ,513 ,865
Z1.7 43,5000 24,328 ,370 ,877
Z1.8 43,5667 22,530 ,466 ,876
Z1.9 43,5000 25,017 ,334 ,877
Z1.10 43,4667 22,533 ,733 ,851
Z1.11 43,5667 23,771 ,621 ,859
Z1.12 43,6667 24,092 ,706 ,856

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
47,5000 28,052 5,29639 12

SAVE OUTFILE='D:\MARCH 22\INPUT SAFAROTUL.sav'


/COMPRESSED.

195
196

LAMPIRAN 7 Pengisian Data Kuisioner


197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212

LAMPIRAN 8. Laporan APBDes Desa Sumberjo


213
214
215
216
217
218
219
220
221

LAMPIRAN 9 Kartu Bimbingan Skripsi


KARTU BIMBINGAN SKRIPSI

Nama Mahasiswa : LIA SAFAROTUL KHUSNA


NIM : 1996154024
Program Studi : AKUNTANSI
Fakultas : Ekonomi
Judul Skripsi : Pengaruh Akuntabilitas Alokasi Dana
Desa Dan Kelembagaan Desa Terhadap
Kinerja Keuangan Dengan Kebijakan
Desa Sebagai Moderating
Pembimbing : Meta Ardiana, S. Pd., M. Pd

Tandan
No. Tgl. Konsultasi Revisi Tangan
Pembimbing
1 31 Januari 2022 Persetujuan
Judul
2 6 Februari 2022 Bimbingan BAB I
(Pengetikan, Pemilihan objek
Penelitian, penambahan tahun pada
laporan tahunan objek penelitian)
3 7 Februari 2022 Bimbingan BAB I
(Mempersingakt ulasan mengenai
objek penelitian, penambahan sitasi
di setiap paragraph, penambahan
nama objek penelitian di rumusan
masalah)
4 25 Februari 2022 Bimbingan BAB I
(Penambahan elemen laporan
keuangan, penambahan daftar asset
tetap pada neraca objek penelitian 3
tahun kebelakang)
5 7 Maret 2022 - ACC BAB I
- Bimbingan BAB II
(Pengetikan, Penempatan Sitasi,
222

meringkas Jurnal Internasional)


6 9 Maret 2022 Bimbingan BAB II
(Penambahan teori dan pembetulan
kalimat di kerangka konseptual)
7 14 Maret 2022 - ACC BAB II
- Bimbingan BAB III
(Penambahan jenis penelitian
kualitatif, penambahan alat
instrument keuangan)
8 15 Maret 2022 Bimbingan BAB III
(Penambahan teori di setiap awal
paragraph, menjelaskan definisi
Catatan Atas Laporan Keuangan,
penambahan rujukan di teknik
analisis data)
9 16 Maret 2022 Bimbingan BAB III
(Pengetikan, ganti teori berdasarkan
buku dengan tahun terbaru)
10 26 Maret 2022 ACC BAB III
(penambahan kata pengantar)
11 12 Juni 2022 Bimbingan BAB IV
(pengetikan, penambahan foto
objek penelitain dan penambahan
rujukan)
12 4 Juli 2022 Bimbingan BAB IV
(pengetikan, penyesuaian hasil
dengan teori)
13 5 Juli 2022 Bimbingan BAB IV
(Menambahkan teori di
pembahasan, menyesuaikan hasil
penelitian dan pembahasan)
14 21 Juli 2022 Bimbingan BAB IV
(pengetikan, menambahkan
penelitian terdahulu di
pembahasan)
15 21 September Bimbingan BAB IV
2022 (penambahan gap research di
pembahasan dan menambahkan
jurnal internasional)
223

16 26 September ACC BAB IV


2022 (Pengetikan, penambahan teori dan
penelitian terdahulu untuk
memperkuat pembahasan)
17 10 Oktober 2022 ACC BAB V
(Penyesuaian kesimpulan dengan
rumusan masalah)

Jombang, 10 Oktober 2022


PERHATIAN! Ka. Prodi,
TIDAK BOLEH HILANG
SETIAP BIMBINGAN HARUS DIBAWA

(Dwi Ari Pertiwi, S.E., S.Pd., MM)

Anda mungkin juga menyukai