Anda di halaman 1dari 127

ANALISIS PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA

(Studi Kasus Pada Desa Tempeh Kidul Kecamatan Tempeh

Kabupaten Lumajang)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Cici CahyaRilla

NIM 217132895

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI

WIDYA GAMA LUMAJANG

2021
ANALISIS PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA

(Studi Kasus Pada Desa Tempeh Kidul Kecamatan Tempeh

Kabupaten Lumajang)

SKRIPSI

Oleh :

Cici CahyaRilla

NIM 217132895

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI

WIDYA GAMA LUMAJANG

2021

i
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Cici CahyaRilla

NIM : 217132895

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Pengelolaan Alokasi Dana


Desa (Studi Kasus Pada Desa Tempeh Kidul Kecamatan Tempeh
Kabupaten Lumajang)” adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-hal yang
bukan karya saya, dalam skripsi tersebut diberi tanda rujukan dan ditunjukkan
dalam daftar pustaka. Apabila dikemudia hari terbukti pernyataan saya tidak
benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan
skripsi dan gelar yang saya peroleh.

Lumajang, 25 Agustus 2021


Yang membuat pernyataan

Cici CahyaRilla
NIM.
217132895

ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

Nama : Cici CahyaRilla


NIM : 217132895
Program Studi : Akuntansi
Judul : Analisis Pengelolaan Alokasi Dana Desa (Studi Kasus
Pada Desa Tempeh Kidul Kecamatan Tempeh Kabupaten
Lumajang).

Telah di pertahankan di depan tim penguji pada tanggal 26 Agustus 2021 skripsi

ini telah di perbaiki sesuai dengan saran dan masukan Tim Penguji.

Tim Penguji
Ketua Penguji : Moh. Hudi Setyobakti, S.E., M.M (………………)
NIDN. 0710127403
Anggota Penguji 1 : Dra. Hj. Mimin Yatminiwati, M.M (………………)
NIDN. 0707096602
Anggota Penguji 2 : Fetri Setyo Liyundira, S.E.,M.Akun (…….…………)
NIDN. 0708079005

Mengesahkan,
Ketua Ketua
Program Studi Akuntansi STIE Widya Gama Lumajang

Fetri Setyo Liyundira, S.E., M.Akun. Dr. Ratna Wijayanti D.P., S.E., M.M
NIPY. 07350802054 NIPY. 07350802010

iii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI

ANALISIS PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA

(Studi Kasus Pada Desa Tempeh Kidul Kecamatan Tempeh Kabupaten

Lumajang)

Cici CahyaRilla

217132895

Skripsi ini telah di setujui untuk di uji di hadapan Tim Penguji Skripsi Program

Studi Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Gama Lumajang

Lumajang, 26 Agustus 2021

Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

Moh. Hudi Setyobakti, S.E., M.M. Dra. Hj. Mimin Yatminiwati, M. M


NIDN. 0710127403 NIDN. 0707096602

iv
ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis kesesuaian


Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa Tempeh Kidul dengan Pengelolaan
Alokasi Dana Desa menurut Peraturan Bupati No 7 Tahun 2017. Jenis penelitian
ini yaitu penelitian diskriptif dengan pendekatan kualitatif dimana data yang
diperoleh dari Desa Tempeh Kidul, Kecamatan Tempeh dalam bentuk wawancara
dan analisis ini menggunakan Pengelolaan Alokasi Dana Desa. Data yang
digunakan adalah data primer, dimana data diolah dari data dokumentasi. Hasil
penelitian dan pembahasan tentang Analisi Pengelolaan Alokasi Dana Desa oleh
pemerintah desa Tempeh Kidul Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang yang
dikemukakan dapat disimpulkan bahwa pengelolaan ADD yang meliputi:
pengajuan, penyaluran, pengelolaan, perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, dan pertanggungjawaban, pengawasan pada Desa Tempeh Kidul
Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang telah sesuai dengan Peraturan Bupati
No 7 Tahun 2017 tentang Pengelolaan Alokasi Dana Desa yaitu tahap pengajuan
Kades melakukan surat pengajuan kepada Bupati, tahap penyaluran ADD
dilakukan melalui pemindahan bukudari RKUD ke RKD, tahap pengelolaan
kegiatan ADD dilaksanakandan dievaluasi secara transparan, tahap Perencanaan
Alokasi Dana Desa yang mana dalam program perencanaan dan kegiatannya
disusun melalui Musyawarah Dusun (Musdus) lalu dilanjutkan dengan Musdes
(Musyawarah Desa). Sedangkan dari tahap pelaksanaan guna mendukung
keterbukaan dan penyampaian informasi secara jelas kepada masyarakat dalam
pelaksanaan kegiatan fisik yang dilaksanakan, dananya bersumber dari alokasi
dana desa. Tahap Penatausahaan dilakukan oleh Bendahara Desa. Tahap
pelaporan dimana Kepala Desa menyampaikan laporan realisasi APBDes kepada
Bupati/Walikota. Tahap pertanggungjawaban yang mana Pengelolaan keuangan
Alokasi Dana Desa harus di lakukan secara efisien dan efektif, transparan dan
akuntabel. Tahap Pengawasan BPD sangat aktif dalam mengawasi jalannya
pengelolaan add di Pemerintah Desa.

Kata kunci:, Perencanaan, Pelaksanaan, Penatausahaan, Pelaporan dan


Pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa.

v
ABSTRACT

The purpose of this study was to determine and analyze the suitability of
the management of village fund allocations in Tempeh Kidul Village with Village
Fund Allocation Management according to Regent Regulation No. 7 of 2017. This
type of research is descriptive research with a qualitative approach where data
obtained from Tempeh Kidul Village, Tempeh District in This form of interview
and analysis uses Village Fund Allocation Management. The data used is primary
data, where the data is processed from documentation data. The results of the
research and discussion on the Village Fund Allocation Management Analysis by
the village government of Tempeh Kidul, Tempeh District, Lumajang Regency,
which were stated, it can be concluded that the management of ADD which
includes: submission, distribution, management, planning, implementation,
administration, reporting, and accountability, supervision in Tempeh Village
Kidul, Tempeh District, Lumajang Regency is in accordance with Regent
Regulation No. 7 of 2017 concerning Village Fund Allocation Management,
namely the stage of submitting the Village Head to submit a letter to the Regent,
the ADD distribution stage is carried out through the transfer of books from
RKUD to RKD, the stage of managing ADD activities is carried out and
evaluated transparently, Village Fund Allocation Planning which in the planning
program and activities is prepared through the Dusun Deliberation (Musdus)
then followed by the Musdes (Village Deliberation). Meanwhile, from the
implementation stage to support openness and clear information delivery to the
community in the implementation of the physical activities carried out, the funds
are sourced from village fund allocations. The Administration stage is carried out
by the Village Treasurer. The reporting stage where the Village Head submits the
APBDes realization report to the Regent/Mayor. The accountability stage in
which the financial management of the Village Fund Allocation must be carried
out efficiently and effectively, transparently and accountably. The BPD
Supervision Phase is very active in overseeing the management of add in the
Village Government.
Keywords: Planning, Implementation, Administration, Reporting and
Accountability of Village Fund Allocation.

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis

Pengelolaan Alokasi Dana Desa (Studi Kasus Pada Desa Tempeh Kidul

Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang) proposal ini disusun untuk memenuhi

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Akuntansi (pada STIE Widya Gama

Lumajang).

Penyusunan Proposal ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh

karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. Ratna Wijayanti Daniar Paramita., S.E., M.M. selaku Ketua STIE Widya

Gama Lumajang.

2. Ibu Fetri Setyo Liyundira, S.E., M.Ak. selaku Ketua Program Studi

Akuntansi.

3. Bapak Moh. Hudi Setyobakti, S.E., M.M selaku dosen pembimbing 1 yang

telah membimbing, mengarahkan dan mengoreksi selama penyusunan skripsi.

4. Ibu Dra. Mimin Yatminiwati., M.M selaku dosen epmbimbing 2 yang telah

membimbing, mengarahkan dan mengoreksi selama penyusunan skripsi.

5. Seluruh dosen dan staf STIE Widya Gama Lumajang serta semua pihak

terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

6. Bapakku Marujen yang sangat saya sayangi , Ibuku Kariyani yang sangat

saya cintai dan keluarga tersayang, yang selalu mendukung dan menyayangi

serta mendoakan kesuksesanku dengan setulus hati dan terimakasih juga

kepada keluarga besar saya atas dukungan dan doa yang senantiasa diberikan

kepada saya.

vii
7. Dan tak lupa suamiku Subaktiar yang selalu sabar dan ada untuk

menyemangati dan mendukung setiap langkah saya.

8. Dan teman-teman saya Akuntansi B2 angkatan 2017, terimakasih semua yang

telah kalian berikan atas kebersamaan dan suka dukanya.

Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari pihak manapun demi

untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini

dapat bermanfaat.

Penulis

viii
DAFTAR ISI

SAMPUL .............................................................................................................i

HALAMAN ORISINALITAS SKRIPSI.............................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................iii

HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ...............................................iv

ABSTRAK ..........................................................................................................v

ABSTRACT ..........................................................................................................vi

KATA PENGANTAR ........................................................................................vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................ix

DAFTAR TABEL ..............................................................................................xii

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xiii

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................1

1.2 Batasan Masalah ..................................................................................5

1.3 Rumusan Masalah ................................................................................5

1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................5

1.5 Manfaat Penelitian ...............................................................................5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori .....................................................................................7

2.1.1 Definisi Desa......................................................................................7

2.1.2 Akuntansi Sektor Publik...................................................................11

2.1.3 Penyajian Laporan Keuangan...........................................................12

2.1.4 Perencanaan Keuangan Desa............................................................14

ix
2.1.5 Pelaksanaan Keuangan Desa.............................................................20

2.1.6 Penatausahaan Keuangan Desa.........................................................23

2.1.7 Pelaporan dan Tanggungjawab Pengelolaan.....................................26

a. Tujuan Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Desa ..........31

b. Manfaat Pertanggungjawaba Pengelolaan Keuangan Desa ..........31

2.1.8 Pengelolaan Keuangan Desa.............................................................32

2.1.9 Alokasi Dana Desa (ADD) ..............................................................34

2.1.10 Asas dan Nilai Pengelolaan Keuangan Desa..................................38

2.2 Kerangka Berpikir................................................................................40

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian .........................................................................42

3.2 Tempat dan Waktu ..............................................................................42

3.3 Situasi Sosial........................................................................................43

3.4 Desaian Penelitian Rancangan Penelitian............................................44

3.5 Teknik dan Alat Perolehan Data..........................................................45

3.6 Teknik Penyajian Data.........................................................................47

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian....................................................................................49

4.1.1 Visi dan Misi Desa Tempeh Kidul....................................................49

4.1.2 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Tempeh Kidul...................49

4.1.3 Hasil Pengumpulan Data...................................................................53

4.1.4 Analisis Data.....................................................................................76

4.2 Pembahasan..........................................................................................86

4.2.1 Persyaratan Pengajuan ADD.............................................................86

x
4.2.2 Mekanisme Penyaluran dan Pencairan ADD....................................86

4.2.3 Pengelolaan ADD.............................................................................87

4.2.4 Perencanaan ADD.............................................................................88

4.2.5 Pelaksanaan ADD.............................................................................89

4.2.6 Penatausahaan ADD.........................................................................89

4.2.7 Pelaporan ADD.................................................................................90

4.2.8 Pertanggungjawaban ADD...............................................................92

4.2.9 Pengawasan ADD.............................................................................92

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan..........................................................................................95

5.2 Saran.....................................................................................................97

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................98

LAMPIRAN.......................................................................................................102

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penatausahaan Keuangan Desa...........................................................25

Tabel 3.1 Proses Kegiatan Pengumpulan Data ...................................................43

Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan..........................................................................60

Tabel 4.2 Laporan Pertanggungjawaban Realisasi..............................................66

Tabel 4.3 Bidang Pelaksanaan.............................................................................67

Tabel 4.4 Bidang Pembinaan Kemasyarakatan...................................................69

Tabel 4.5 Bidang Pemberdayaan Masyarakat.....................................................70

Tabel 4.6 Bidang Penanggulangan Bencana, Darurat dan Mendesak Desa........71

Tabel 4.7 Hasil Wawancara.................................................................................73

Tabel 4.8 APBDes..............................................................................................102

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian .......................................................................41

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Tempeh Kidul..................50

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tempeh Kidul


Lampiran 2 Dokumentasi pada saat wawancara
Lampiran 3 Dokumentasi pada saat selesai wawancara
Lampiran 4 Dokumentasi saat Musdes
Lampiran 5 Hasil Cek Plagiasi

BAB 1
PENDAHULUAN

xiv
1.1 Latar Belakang Masalah

Pemberian otonomi daerah seluas-luasnya merupakan suatu pengalihan

kekuasaan dan keleluasaan daerah untuk yang dimanfaatkan dan dikelola

sumberdaya daerah dengan cara optimal. Agar tidak terjadi penyalahgunaan dana

dan penyelewengan maka, dalam suatu penyerahan keleluasaan dan kewenangan

yang cukup luas ini harus di ikuti dengan pengawasan dan kontrol yang kuat.

Walaupun titik berat otonomi diletakkan pada pada tingkat Kabupaten atau Kota,

namun sebenarnya untuk independensi ini yang harus dimulai dari golongan

pemerintahan di fase paling bawah, yaitu Desa. Ketergantungan dari pendapatan

asli desa dan swadaya masyarakat yang jumlahnya ataupun sifatnya tidak dapat

diprediksi, tapi untuk selama ini cukup terbukti dengan banyak dengan

pembangunan Desa dengan sifatnya bertahap (Amanda, 2019).

Desa suatu bagian dalam pemerintah yang langsung campur tangan dengan

masyarakat untuk menjadi tujuan utama dalam pembangan pemerintah, namun

dalam hal ini yang mana sebagian besarnya untuk wilayah disuluruh Indoonesia

berada diperdesaan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

desa meyatakan penatausahaan keuangan Desa terbagi dari keuangan pemerintah

Kabupaten. Dalam hal ini ada hal yang lebih penting yaitu mengembangkan suatu

efisiens dan efektifitas dalam pengelolaan sumber daya keuangan dalam rangka

meningkatkan keamanan dan penyajian kepada masyarakat. Sedangakan untuk

pemisahan dalam penatausahaan keuangan desa bukan hanya pada keinginan

untuk melimpahkan kewajiban dan suatu pembiayaan dari Pemerintah Pusat

kepada Pemerintah Daerah, (Hidayati, 2016).

xv
Sehubungan dengan telah dilimpahkannya Pengelolaan Keuangan Desa

secara individual yang disebut Alokasi Dana Desa (ADD). Dalam pasal 1 ayat 11

peraturan pemerintah nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa disebutkan bahwa

Alokasi Dana Desa adalah suatu sumber dana yang telah diterima dari bagian

dana perimbangan keuangan pusat dan daerah tang telah didapat oleh kota atau

kabupaten.

Alokasi Dana Desa yang mana sebagian besar yang dipergunakan untuk

penyelenggaraan dan pembangunan dari Pemerintah Desa. Untuk

mengembangkannya, kini desa telah berkembang menjadi berbagai bentuk

pemberdayaan sehingga menjadi desa yang maju, kuat, dan individu untuk

mencapai masyarakat yang makmur, sejahtera, dan adil. Desa juga mempunyai

kekuasaan untuk mendalangi batasannya sesuai kapasitas dan potensi yang

diperoleh masyarakat agar tercapainnya kedamaian dan pemerataan kapasitas

ekonomi. Kemajuan pembangunan juga tidak kalah pentingnya, pembangunan ini

juga memerlukan perencanan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan

pertanggungjawaban. Dalam pembangunan desa perlu adanya harus

mencerminkan sikap saling tolong menolong, antara satu sama lain dan sebagai

untuk mewujudkan dalam pengangalam sila-sila dalam Pancasila dan untuk

mewujudkan masyarakat Desa yang sejahtera dan adil. Untuk pelaksanaan

pembangunan desa ini yang diperlu dilakukan paling utama yaitu dalam proses

perencanaan dan masyarakat juga berhak untuk mengetahui dan melaksanakan

pengawasan terhadap kegiatan pembangunan Desa (Hidayati, 2016).

Pengelolaan ADD dilakukan secara terbuka melalui musyawarah desa dan

hasilnya dicantumkan dalam Peraturan Desa (Perdes). Ketentuan tersebut

xvi
merupakan pengambilan tindakan bahwa dengan adanya pengelolaan ADD harus

mematuhi kaidah good governance yang dilaksanakan oleh para pelaku dan

masyarakat desa. Pengelolaan Alokasi Dana Desa yang telah dilepaskan kepada

pemerintah agar sesuai dengan tujuan selayaknya keperluan yang ada dengan

beberapa penerapan fungsi-fungsi manajemen pada setiap prosedur

pengelolaannya (Amanda, 2019).

Untuk mendanai setiap kegiatan pembangunan Desa, memerlukan biaya

yang tidak sedikit. Di setiap desa diberikan Alokasi Dana Desa (ADD) setiap

tahunnya dengan jumlah tertentu yang bertujuan untuk pembangunan Desa

tersebut. Berdasarkan hasil analisis dari data APBDes jumlah Dana ADD yang

ada di Desa Tempeh Kidul Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang yaitu

sebesar Rp. 2.028.328.367. Dalam beberapa situasi penggunaan Alokasi Dana

Desa rawan sekali terhadap penyelewengan dana oleh pihak yang seharusya

dipercaya oleh masyarakat dalam membangun desa menjadi lebih maju dan

berkembang. Di sinilah pentingnya peran masyarakat sebagai pengawas langsung

dan tidak lepas dari peran pemerintah kabupaten selaku pemberi dana untuk selalu

memonitor jalannya pembangunan di Desa. Karena sebagian besar Alokasi Dana

Desa diperuntukan bagi pembangunan Desa maka mulai dari proses perencanaan

ADD, pengelolaan ADD, hingga pelaporannya haruslah dilakukan sesuai dengan

prosedur yang berlaku. Sehingga nantinya diharapkan dengan dana ADD ini dapat

menciptakan pembangunan yang merata dan bermanfaat bagi masyarakat Desa.

Berdasarkan beberapa pandangan, pemikiran, dan asumsi yang terbangun

dalam uraian diatas, masih banyak persoalan yang perlu dikaji lebih mendalam.

Karena pelaksanaan kebijakan ADD yang dilakukan diseluruh Desa Indonesia,

xvii
tentunya akan memberikan hasil yang berbeda antara satu Desa dengan Desa yang

lainnya. Pada dasarnya kesuksesan dari kebijakan ini dapat diakibatkan oleh

beberapa faktor. Faktor terpentingnya adalah kesiapan dari Sumber Daya Aparatur

Desa dan juga seberapa besar tingkat partisipasi masyarakat yang mengikuti

dalam proses Perencanaan pengelolaan ADD. Penelitian ini dilakukan di Desa

Tempeh Kidul Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang.

Desa Tempeh Kidul adalah sebuah Desa yang terletak di Kecamatan

Tempeh Kabupaten Lumajang. Desa Tempeh Kidul merupakan suatu Desa yang

tidak begitu luas, luasnya -+ 15.443.500 m² dan jumlah penduduknya sebanyak

6.172 jiwa. Desa Tempeh Kidul merupakan salah satu desa yang penduduknya

mayoritas petani, akan tetapi sebagian besar dari penduduk di Desa Tempeh Kidul

kurang memperhatikan tentang proses Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa

Tempeh Kidul sehingga sangat menarik untuk dilakukan penelitian tentang

Analisis Pengelolaan Alokasi Dana Desa yang teranggarkan di Tahun 2020.

Selain itu penelitian di Desa Tempeh Kidul ini dilakukan dengan pertimbangan

bahwa Desa tersebut merupakan salah satu wilayah kerja yang sekaligus

merupakan obyek penelitian bagi peneliti dalam melaksanakan tugas sehari-hari.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti ingin melakukan

pembahasan melalui tugas akhir ini dengn meneliti “Analisis Pengelolaan Alokasi

Dana Desa. (Studi Kasus Pada Desa Tempeh Kidul Kecamatan Tempeh

Kabupaten Lumajang)”.

1.2. Batasan Masalah

Untuk menghindari kesalah penafsiran dalam penelitian ini, maka ruang

lingkup penelitian ini dibatasi pada tahapan pengajuan, penyaluran dan pencairan,

xviii
pengelolaan, perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,

pertanggungjawaban dan pengawasan Keuangan Alokasi Dana Desa (ADD) di

Desa Tempeh Kidul Kecamatan Tempeh Tahun Anggaran 2020.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kesesuaian Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa Tempeh Kidul

Tahun Anggaran 2020 dengan Peraturan Bupati No 7 Tahun 2017

1.4. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah sebagaimana tersebut diatas, maka

tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis kesesuaian Pengelolaan Alokasi Dana

Desa di Desa Tempeh Kidul dengan Pengelolaan Alokasi Dana Desa menurut

Peraturan Bupati No 7 Tahun 2017.

1.5. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan diatas, maka diharapkan akan memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Dari peneliti ini diharapkan, dapat menambahkan pengetahuan dan wawasan

yang lebih luas lagi bagaimana Analisis Pengelolaan Alokasi Dana Desa di

Desa Tempeh Kidul.

2. Bagi pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kondisi

pertanggung jawaban pelaksanaan sehingga dapat meningkatkan proses

xix
Pengelolaan dan Penggunaan Alokasi Dana Desa khususnya di Desa Tempeh

Kidul Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang sebagai bahan evaluasi

mengenai pengelolaan, perencanaan dan pelaksanaan Alokasi Dana Desa.

3. Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan para pembaca

maupun sebagai salah satu bahan referensi atau bahan pertimbangan dalam

penelitian selanjutnya dan sebagai penambah wacana keilmuan dalam

penelitian yang serupa.

4. Bagi Rumah Desa Tempeh Kidul

Peneliti ini diharapkan sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran

bagi masyarakat Desa Tempeh Kidul mengenai pengelolaan dan penggunaan

Alokasi Dana Desa sehingga masyarakat dapat berpartisipasi dalam

mensukseskan pelaksanaan Alokasi Dana Desa.

xx
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Definisi Desa

Berdasarkan Permendagri RI Nomor 114 Tahun 2014 Bab 1 (Pasal 1 ayat

1), Desa adalah suatu batasan wilayah masyarakat yang berbadan hukum dengan

mempunyai kewenangan dalam menjalankan dan mengurus suatu kegiatan dalam

pemerintahan, dalam kepentingan masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak

tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Sedangkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun

2015 yang menjelaskan mengenai desa. Desa adalah suatu kesatuan masyarakat

yang berbadan hukum yang mempunyai beberapa batas wilayah yang berkuasa

untuk mengurus dan menjalankan kepentingan masyarakat, berdasarkan asal usul

dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah desa terdiri dari Kepala Desa

dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggaraan pemerintah desa. Badan

Pemusyawaratan Desa yang biasa disingkat BPD adalah suatu lembaga yang

diwujudkan secara demokrasi dalam pelaksanaan di pemerintahan desa sebagai

mana unsur pelaksanaan di pemerintah desa. Lembaga kemasyarakatan adalah

lembaga yang telahd didirikan oleh masyarakat dengan kesesuaian atas kebutuhan

dan mitra pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat (Huri, 2015).

21
22

Pemerintahan desa adalah penyelenggaraan dalam menjalankan dan

memeriksa keperluan dalam masyarakat setempat berdasaran asal-usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia (Tamtama, 2014). Pemerintah desa diselenggarakan

berdasarkan asas dengan ketentuan hukum, tertib dalam menjalankan pemerintah,

tertib dalam ketertarikan umum, keterbukaan, proporsionalitas, akuntabilitas,

efektivitas, efisiensi, keberagaman, dan partisipasif.

Peraturan desa adalah peraturan perundang-undangan yang telah dilakukan

oleh BPD bersama kepala desa. Desa suatu kerangka atas prakarsa masyarakat

dengan mengawasi atas asal-usul desa sebagaimana dimaksud dalam PP No. 72

Tahun 2005 ayat (1) harus memenuhi syarat sebagai berikut: Jumlah penduduk,

luas wilayah, bagian wilayah kerja, perangkat, sarana dan prasarana pemerintah.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2013) desa adalah suatu

wilayah yang mana hanya ditempati atas beberapa kepala keluarga yang memiliki

sistem pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang Kepala Desa) atau bisa

diktakan bahwa desa suatu golongan pemukiman masyarakat yang berada diluar

kota yang merupakan kesatuan.

Widjaja (2013) menyatakan bahwa desa adalah suatu masyarakat yang

memiliki bagian dari kekuasaan pemerintah yang memiliki badan hukum yang

memiliki struktur asli berdasarkan asal-usul yang sifatnya istimewah. Landasan

pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah keanekaragaman, partsipasi,

otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.

Desa mempunyai kekuasaan untuk menjalankan dan memeriksa atas

kekuasaan untuk mengatur dan mengurus kekuasaanwarganya dalam segala


23

aspek, baik dalam pelayanan (public good), pengaturan (public regulation), dan

pemberdayaan masyarakat (empowerment). Peranan pemerintah Desa ini

sangatlah diperlukan demi tercipatnya suatu tujuan awal pembangunan yang utuh,

hal ini memang dirasa sangat dibutuhkan dalam berbagai aspek kehidupan

masyarakatnya, dan sebagai inovasi baru serta perhatian pemerintah Desa pada

sarana prasarana (Syaikul, 2018).

Secara tradisional istilah desa terutama dikenal di Pulau Jawa dan Bali.

Sesungguhnya cukup sulit untuk menyusun pengertian atau definisi desa yang

tepat. Desa dalam arti umum adalah sebuah tempat huni bagi manusia yang berada

di luar kota dan dengan penduduknya bermata pencaharian agraris (Daldjoeni,

1998). Desa yang sudah menyebar di luar kota dengan lingkungan fisibiotisnya

adalah pengelompokan dari Dukuh. Dukuh ini sendiri dapat berwujud suatu unit

geografis karena menyebar di perteng seperti pulau yang berada di pertengahan

sawah atau hutan.

Ada juga definisi lain yang bertolak dari desa sebagai pemukiman. Desa

didefinisikan sebagai tempat petemuan dan berkempunya antar penduduk yang

mana mereka bisa hidup bersama satau sama lain, hal ini dapat melangsungkan

dengan mempergunakan lingkungan desa dengan kelangsungan, ketahanan, dan

perkembangan kehidupannya. Dalam definisi itu tersirat tiga unsur yaitu daerah

atau tanah, penduduk, dan tata kehidupan (Bintarto, 1977). Masing-masing dari

elemen ini akan terlihat cepat atau lambat mengalami perubahan sehingga desa

sebagai pola permukiman bersifat dinamis. Secara geografis definisi itu juga dapat

dipertanggungjawabkan, karena manusia sebagai penghuni desa selalu

melangsungkan penyesuaian antar spasial dan ekologis sesuai dengan kegiatan


24

mata pencaharian agraris. Selain itu, Bintarto juga mengatakan bahwa desa adalah

perwujudan geografis yang muncul dari beberapa unsur geografis, sosial,

ekonomi, politik, dan kultural yang berhubungan dan berpengaruh timbal balik

dengan daerah-daerah lain.

Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 pembentukan Desa harus

memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Batas usia Desa induk paling sedikit 5 (lima) tahun terhitung sejak

pembentukan.

b. Jumlah penduduk sebagaimana diatur pada pasal 8 ayat (3) b.

c. Wilayah kerja yang mempunyai akses transportasi antar wilayah.

d. Sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan hidup bermasyarakat sesuai

dengan adat istiadat Desa.

e. Mempunyai potensi yang meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia,

dan sumber daya ekonomi pendukung.

f. Batas wilayah Desa yang dinyatakan dalam bentuk peta Desa yang telah

ditetapkan dalam peraturan Bupati/Walikota.

g. Sarana dan prasarana bagi Pemerintahan Desa dan pelayanan publik dan

tersedianya dana operasional, penghasilan tetap,dan tunjangan lainnya bagi

perangkat Pemerintah Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Dari beberapa definisi desa diatas, dapat disimpulkan bahwa desa adalah

sekumpulan masyarakat dan organisasi terendah dibawah Kecamatan yang

mempunyai kekuasaan untuk menjalankan dan membenahi rumah tangganya dan

kepentingan masyarakat berdasarkan hukum dan adat istiadat disana. Desa


25

merupakan organisasi yang berdiri sendiri dengan tradisi, adat istiadat dan

hukumnya sendiri serta mandiri.

2.1.2 Akuntansi Sektor Publik

Bahri (2016) akuntansi adalah seni mencatat, meringkas, menganalisis, dan

melaporkan data yang berkaitan dengan tansaksi keuangan dalam bisnis atau

perusahaan. Sedangkan berdasarkan Renyowijoyo (2013) Sektor Publik adalah

suatu manajemen keuangan yang berasal dari publik sehingga menimbulkan

konsekuensi untuk dipertanggungjawabkan kepada publik, akibat pengelolaannya

memerlukan keterbentukan dan akuntabilitas terhadap publik.

Dari sudut pandang ilmu ekonomi, sektor publik dapat dipahami sebagai

suatu entitas yang berhubungan dengan usaha dengan tujuan untuk memproleh

penyajian dan barang secara publik dalam rangkah memebuhi kerbutuhan dan hak

dari publik. Dalam beberapa hal, organisasi sektor publik memiliki kesamaan

dengan sektor swasta. Dan menggunakan sumber daya yang sama dalam

mencapai tujuannya. Akan tetapi, untuk tugas tertentu keberadaan sektor publik

tidak dapat digantikan oleh sektor swasta, misalnya fungsi birokrasi pemerintah.

Berdasarkan Indra Bastian (2010:6) mendefinisikan akuntansi sektor

publik sebagai berikut:

“Akuntansi Sektor Publik adalah mekanisme teknik dan analisis akuntansi

yang diterapkan pada pengelolaan dan masyarakat di lembaga-lembaga

tinggi negara dan departemen-departemen di bawahnya. Pemerintah

daerah, BUMN, BUMD, LSM dan yayasan sosial pada proyek-proyek

kerjasama sektor publik swasta”.

Sedangkan berdasarkan Mardiasmo (2007:14) mendefinisikan akuntansi


26

sektor publik sebagai berikut:

“Akuntansi Sektor Publik merupakan alat informasi baik bagi pemerintah

sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik”.

Sedangkan berdasarkan Abdul Halim (2004:18) mendifinisikan akuntansi

sektor publik sebagai berikut:

“Akuntansi Sektor Publik adalah sebuah kegiatan jasa dalam rangka


penyediaan informasi kuantitatif terutama yang bersifat keuangan terhadap
entitas pemerintah guna pengambilan keputusan ekonomi yang nalar dari
pihak-pihak yang berkepentingan atas berbagai alternatif arah tindakan”.

Berasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Akuntansi

Sektor Publik merupakan swbagai mekanisme teknik, atau alat yang dimana untuk

diterapkan pasda hadil pemrosesan dana dari masyarakat sebagai indormasi yang

baik bagi pemerintah sebagai manajemen atau sebagai alat bantu untuk informasi

bagi publik.

2.1.3 Penyajian Laporan Keuangan

IAI-KASP (2015) yang menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan

tahap terakhir dari siklus akuntansi. Data laporan keuangan diambil dari

selluruh prses yang disetiap kali terjadinya transaksi yang kemudian

dilakukan sauatu proses dengan neraca lajur. Data yang diproses

berdasarkan neraca lajur itulah yang digunakan sebagai dasar penyusunan

laporan keuangan.

Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

Pemerintah (SAP) yang menjelaskan tentang karakteristik laporan keuangan yaitu

suatu pengukuran yang normatif maka perlu diwujudkan dalam informasi

akuntansi sehinga dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki:


27

1. Relevan

Laporan keuangan bisa dikatakan relevan suatu informasi yang tersusun

untuk dipergunakan mengorekai hasil evaluasi yang dipergunakan untuk

mengevaluasi yang terjadi dimasa kini dan masa lalu agar dapat membantu

penggunanya hasil mengevaluasi peristiwanya, dan dapat memprediksi,

masa depan serta mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Informasi

yang relevan adalah:

a. Memiliki manfaat prediktif (predictive value)

Hal dapat membantu pengguna untuk memperoleh hasil prediksi masa akan

datang dengan mengacu pada masa lalu dan kejadian masa kini untuk

mencari suatu informasi.

b. Memiliki manfaat umpa balik (feedback value)

Informasi yang dapat menjadi sebagai alat mengoreksi ekspektasi di masa

lalu.

c. Tepat waktu

Informasi yang disajikan dengan tepat waktu dapat dipengaruhi dan

dipergunakan dalam pengambilan keputusan.

d. Lengkap

Informasi disajikan secara lengkap yaitu mencakup semua informasi

akuntansi yang dapat berpengaruh pada pengambilan keputusan.

2. Andal

Informasi dalam laporan keuangan yang bebas dari suatu hal yang

menyesatkan, menyajikan secara jujur, dan dapat diverifikasi. Informasi

yang andal setidaknya mempengaruhi karakteristik sebagai berikut:


28

a. Dapat diverifikasi

Informasi dalam bentuk laporan keuangan yang dapat diuji. Tetapi apabila

dilakukan pengujian lebih dari satu kali oleh penguji yang berbeda dan

hasilnya tidak jauh beda.

b. Penyajian jujur

Informasi ini memperlihatkan secara jujur transaksi yang diharapkan

dapat disajikan secara wajar.

c. Netralitas

Informasi diprioritaskan untuk keperluan umum dan tidak mementingkan

keperluan dari pihak tertentu.

3. Dapat dibandingkan dan dapat dipahami

Informasi ini jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan sebelum

periode maka ada beberapa yang termuat dalam laporan keuangan ini lebih

berguna. Perbandingan dapat dilaksanakan secara internal maupun

eksternal. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat

dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk yang disesuaikan

dengan batas pemahaman para pengguna.

2.1.4 Perencanaan Keuangan Desa

Secara umum perencanaan berasal dari kata rencana, yang berarti

rancangan atau rangka yang akan dikerjakan. Sebagian besar para ahli

berpendapat perencanaan adalah proses yang sistematis dengan mengambil suatu

pilihan dari berbagai alternatif, hal ini seperti yang dikemukakan oleh Waterston

(Conyers, 1991) “Perencanaan adalah usaha yang sadar, terorganisasi, dan terus
29

lebih dilalaksankan guna untuk dimiliki secara alternatif yang terbaik dari

sejumlah alternatif untuk mencapai tujuan tertentu”.

Hal ini dikemukakan oleh Nitisastro (Tjokroamidjojo, 1996) sebagai

berikut:

“Perencanaan ini pada asasnya berkisar kepada dua hal: yang pertama adalah
penentuan pilihan secara sadar mengenai tujuan-tujuan konkrit yang hendak
untuk dicapai dalam batas waktu tertentu atas dasar nilai-nilai yang dapat
dimiliki masyarakat yang bersangkutan, yang kedua adalah pemilihan
diantara cara-cara alternatif yang efisien serta rasional guna untuk mencapai
tujuan tersebut. Untuk menentukan tujuan yang meliputi dari jangka waktu
tertentu maupun pemilihan terkait tata cara yang diperlukan untuk
penhukuran atau kriteria tertentu yang lebih dahulu harus dipilih pula”.

Manila I. GK. (1996:25) menyatakan bahwa Perencanaan merupakan

aktivitas menyusun hal-hal apa saja yang akan dikerjakan atau dilakukan dimasa

yang akan datang, sekaligus bagaimana cara melaksanakannya.

Tahap perencanaan dilakukan secara transparan dan melibatkan partisipasi

masyarakat yang ada di Desa. Perencanaan Dana Desa dimulai dari Kepala Desa

selaku penanggungjawab Dana Desa mengadakan musyawarah desa untuk

membahas rencana program Dana Desa, yang dihadiri unsur pemerintah desa,

Permusyawaratan Desa, dan unsur masyarakat desa, yang terdiri atas tokoh adat,

tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh pendidikan. Hasil musyawarah tersebut

dituangkan dalam Rancangan Penggunaan Dana (RPD) sebagai salah satu bahan

penyusunan APBDes. Dalam tahap perencanaan ini, masyarakat desa dapat

mengakses suatu kebijakan dan ikut berpartisipasi dalam proses pengambilan

keputusan perencanaan penggunaan Dana Desa (Tumbel, 2016).

Perencanaan pembangunan desa mengacu pada konsep membangun desa

dan desa membangun. Konsep membangun desa dalam konteks perencanaan


30

adalah bahwa dalam merencanakan pembangunan, desa perlu mengacu pada

perencanaan pembangunan Kabupaten/Kota.

Secara umum, perencanaan keuangan memiliki makna kegiatan untuk

menaksir pendapatan dan belanja untuk jangka waktu tertentu di masa yang akan

datang. Dalam kaitannya dengan perencanaan keuangan desa, proses perencanaan

yang dimaksud adalah proses penyusunan APBDesa. APBDesa disusun sebagai

pedoman untuk pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan anggaran,

penentuan prioritas program, kegiatan dan mengontrol kesesuaian antara

(konsistensi) program jangka panjang dan jangka pendek sebagaimana yang

menjadi visi dan misi desa, serta menjadi pedoman operasional bagi Kepala Desa,

agar tercipta akuntabilitas yang mempermudah proses pengendalian dan

pengawasan. Struktur APBDesa terdiri atas: Pendapatan, Belanja dan

Pembiayaan. Penyusunan ini didasarkan pada RKPDesa yang ditetapkan setiap

tahunnya dengan Peraturan Desa sehingga memiliki kekuatan hukum (Sumarna,

2015).

Hal tersebut diatur dalam UU Desa terutama pada pasal 79 dan pasal 80.

Dalam pasal 79 UU Desa disebutkan bahwa:

a Pemerintah Desa menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai dengan

kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan

Kabupaten/Kota.

b Perencanaan Rembangunan Desa sebagaiman dimaksud pada ayat (1) disusun

secara berjangka meliputi:

1) Rencana pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 6

(enam) tahun.
31

2) Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja

Pemerintah Desa (RKPDesa), merupakan penjabaran dari Rencana Jangka

Menengah Desa untuk jangka waktu 1 tahun.

3) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan Rencana Kerja

Pemerintah Desa sebagaiman dimaksud pada ayat (2) ditetapkan Peraturan

Desa.

4) Peraturan Desa tentang Rencana Pembangunan Jangaka Menengah Desa

dan rencana Kerja Pemerintah Desa merupakan satu-satunya dokumen

perencanaan di Desa.

5) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan Rencana kerja

Pemerintah Desa merupakan pedoman dalam menyusun anggaran

pendapatan dan belanja desa yang diatur dalam peraturan pemerintah.

Pada UU Desa, untuk mengakomodir asas demokrasi, kemandirian

partisipasi, kesetaraan dan pemberdayaan, perencanaan pembangunan desa tidak

semata-mata bersifat top down, namun juga menyusun konsep desa membangun.

Konsep desa mengedepankan musyawarah untuk memenuhi kebutuhan riil

masyarakat. Hal tersebut dijelaskan dalam pasal 80 UU Desa yang menyebutkan

bahwa:

a Perencanaan pembangunan desa sebagai mana dimaksud dalam pasal 79

diselenggarakan dengan mengikutsertakan masyarakat desa.

b Dalam menyusun perencanaan pembanguna desa sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), Pemerintah desa wajib menyelenggarakan musyawarah perencanaan

pembangunan desa.
32

c Musyawarah perencanaan pembangunan desa menetapkan prioritas, program,

kegiatan dan kebutuhan pembangunan desa yang didanai oleh anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa, swadaya masyarakat desa, dan/atau anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.

d Prioritas, program, kegiatan dan kebutuhan pembangunan Desa sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) dirumuskan berdasarkan penilaian terhadap kebutuhan

masyarakat desa yang meliputi:

1) Peningkatan kualitas dan akses terhadap pelayanan dasar.

2) Pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur dan lingkungan berdasarkan

kemampuan teknis dan sumberdaya lokal yang tersedia.

3) Pengembangan ekonomi pertanian berskala produktif.

4) Pengembangan dan pemanfaatan teknologi berguna untuk kemajuan

ekonomi.

5) Peningkatan kualitas ketertiban dan ketentraman masyarakat desa

berdasarkan kebutuhan masyarakat desa.

Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman penyusunan RPJM Desa dan

RKP Desa diatur dalam Peraturan Bupati.

e. Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa)

Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Desa disusun untuk jangka waktu 1

(satu) tahun. RKP Desa disusun oleh Pemerintah Desa dengan informasi dari

pemerintah daerah kabupaten/kota berkaitan dengan pagu indikatif desa dan

rencana kegiatan pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah

kabupaten/kota. RKP Desa disusun oleh Pemerintah Desa pada bulan Juli tahun

berjalan dan sudah harus ditetapkan bulan September tahun anggaran berjalan.
33

RKP Desa menjadi dasar dalam penyusunan rancangan APB Desa. Teknis

penyusunan RPJM Desa dan RKP Desa dapat tercipta keselarasan dengan diatur

tata caranya dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014

tentang Pedoman Pembangunan Desa, sedangkan untuk prioritas penggunaan

Dana Desa Khususnya tahun 2015 telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Desa,

PDT dan Transmigrasi Nomor 5 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana

Desa Tahun 2015. Rancangan tentang RKP Desa dibahas dan disepakati bersama

oleh Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa untuk ditetapkan menjadi

Peraturan Desa.

c Proses Penganggaran (APB Desa)

Setelah RKP Desa ditetapkan maka dilanjutkan proses penyusunan APB

Desa. Rencana Kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya yang sudah ditetapkan

dalam RKP Desa dijadikan pedoman pada proses penganggarannya. Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa) merupakan rencana anggaran keuangan

tahunan pemerintah desa yang ditetapkan untuk menyelenggarakan program dan

kegiatan yang menjadi kewenangan desa (Baihaqi, 2017).

Berdasarkan Juklak Bimkon Pengelolaan Keuangan Desa (2015) Proses

Penyusunan APB Desa dimulai dengan urutan sebagai berikut:

a) Pelaksana kegiatan menyampaikan usulan anggaran kegiatan kepada Sekretaris

Desa berdasarkan RKP Desa yang telah ditetapkan

b) Sekretaris Desa menyusun rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa

(RAPB Desa) dan menyampaikannya kepada Kepala Desa

c) Kepala Desa kemudian menyampaikan kepada Badan Permusyawaratan Desa

(BPD) untuk dibahas dan disepakati bersama. Rancangan Peraturan Desa


34

tentang APB Desa disepakati bersama paling lambat bulan Oktober tahun

berjalan antara Kepala Desa dan BPD

d) Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa telah disepakati bersama

sebagaimana akan disampaikan Kepala Desa kepada Bupati/Walikota melalui

camat paling lambat 3 (tiga) hari sejak disepakati untuk dievaluasi.

e) Bupati/Walikota menetapkan hasil evaluasi Rancangan APB Desa paling

lambat 20 (dua puluh) hari sejak diterimanya Rancangan Peraturan Desa

tentang APB Desa. Bupati/Walikota tidak memberikan hasil evaluasi dalam

batas waktu maka Peraturan Desa akan berlaku dengan sendirinya. Dalam hal

ini Bupati/Walikota akan menyatakan hasil evaluasi Rancangan Peraturan Desa

tentang APB jika Kepala Desa melakukan penyempurnaan paling lama 7

(tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi. Dan

Bupati/Walikota sekaligus akan menyatakan berlakunya pagu APB Desa tahun

anggaran sebelumnya.

f) Peraturan Desa ditetapkan paling lambat tanggal 31 Desember tahun anggaran

berjalan.

Dari definisi perencanaan keuangan desa diatas, dapat disimpulkan bahwa

perencanaan keuangan desa adalah langkah awal dari pengelolaan keuangan

dimana dalam mengelola keuangan harus adanya suatu perencanaan agar tujuan

keuangan untuk mengatur alokasi uang yang diperoleh agar uang tersebut

digunakan secara tepat dan terencana sesuai dengan pembangunan kebutuhan desa

setempat.

2.1.5 Pelaksanaan Keuangan Desa

Berdasarkan Bastian (2014:299), realisasi atau pelaksanaan merupakan


35

“Proses Pelaksanaan segala sesuatu yang telah direncanakan dan

dianggarkan oleh organisasi publik, termasuk dalam hal ini organisasi

kecamatan dan desa”.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014

Pasal 24 menjelaskan bahwa pelaksanaan keuangan desa dimulai dari penerimaan

dan pengeluaran desa yang dilaksanakan melalui rekening kas desa serta harus

dilengkapi dengan bukti pendukung seperti faktur, kwitansi, foto barang, dan lain-

lain. Secara teknis semua penerimaan dan pengeluaran di Desa Tempeh Kidul

sudah melakukan seperti hal yang telah disebutkan diatas.

Tahap pelaksanaan dilakukan secara transparan dan akuntabel.

Pelaksanaan kegiatan dalam APBDesa sepenuhnya dilakukan oleh Tim Pelaksana

Desa, selanjutnya untuk mendukung keterbukaan dan penyampaian informasi

kepada masyarakat, maka setiap pelaksanaan kegiatan fisik Dana Desa wajib

dilengkapi dengan Papan Informasi Kegiatan yang dipasang dilokasi kegiatan.

Tim Pelaksana Desa mempunyai kewajiban untuk mempertanggungjawabkan

kinerjanya selama pelaksanaan kegiatan Dana Desa (Kurnia, 2019).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 2014 tentang Dana Desa

yang bersumber dari APBN dan Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 2014 tentang

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa telah

diatur beberapa pokok penggunaan keuangan desa. Pada pasal 100 PP No. 43

tahun 2014 disebutkan bahwa belanja desa yang ditetapkan dalam APBDesa

digunakan dengan ketentuan:


36

a. Paling sedikit 70% dari jumlah anggaran belanja desa digunakan untuk

mendanai penyelenggaraan pemerintah desa, pelaksanaan pembangunan desa,

pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat desa.

b. Paling banyak 30% dari jumlah anggaran belanja desa digunakan untuk

penghasilan tetap dan tunjangan Kepala Desa dan Perangkat Desa, Operasional

Pemerintah Desa , Tunjangan dan Operasinal Badan Permusyawaratan Desa

dan Insentif Rukun Tetanggan dan Rukun Warga.

Setelah APB Desa disusun maka tahap selanjutnya adalah tahp

pelaksanaan. Kegiatan pokok yang meliputi tahap ini antara lain: penyusunan

RAB, pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP), dan pelaksanaan kegiatan

di lapangan.

Dalam tahap pelaksanaan pengelolaan keuangan desa dapat dilihat pada

beberapa pasal dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014

yaitu pada pasal 24, pasal 25, pasal 28, pasal 29, pasal 30, pasal 31, dan pasal 32.

1) Semua penerimaan dan pengeluaran desa dilaksanakan melalui rekening kas

desa.

2) Semua penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung oleh bukti yang

lengkap dan sah.

3) Pemerintah desa dilarang melakukan pemungutan selain yang ditetapkan

dalam peraturan desa.

4) Bendahara Desa dapat menyimpan uang dalam kas pada jumlah tertentu

untuk memenuhi kebutuhan operasional pemerintah desa.

5) Pengeluaran desa yang mengakibatkan beban APBDesa tidak dapat dilakukan

sebelum APBDesa ditetapkan menjadi penerimaan desa.


37

6) Penggunaan biaya tak terduga terlebih dahulu harus dibuat rincian Anggaran

Biaya yang telah disahkan oleh Kepala Desa.

7) Pelaksanaan kegiatan mengajukan pendanaan untuk melaksanakan kegiatan

harus disertai dengan dokumen antara lain Rencana Anggaran Biaya.

8) Rencana Anggaran Biaya sebagimana dimaksud ayat 2 diverifikasi oleh

Sekretaris Desa dan disahkan oleh Kepala Desa.

9) Bendahara desa sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan pajak

lainnya, wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang

dipungutnya ke rekening kas negara sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

10) Pengadaan barang dan/atau jasa di desa diatur dengan peraturan

bupati/walikota dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Dari beberapa definisi pelaksanaan keuangan desa menurut para ahli

diatas, dapat disimpulkan pelaksanaan keuangan desa adalah serangkaian

suatu kegiatan untuk melakukan semua rencana dan anggaran yang sudah

ditetapkan dalam RAPB Desa, dengan melampirkan suatu bukti yang akurat,

sesuai dengan berapa dana yang telah dikeluarkan oleh desa untuk suatu

pelaksanaan.

2.1.6 Penatausahaan Keuangan Desa

Herlianto (2017:13) menjelaskan bahwa penatausahaan merupakan

kegiatan pencatatan yang dilakukan oleh bendahara desa. Media penatausahaan

berupa buku kas umum, buku kas pembantu pajak, buku bank desa serta setiap

bulan membuat laporan pertanggungjawaban bendahara.


38

Lapananda (2016:55) menjelaskan bahwa penatausahaan keuangan desa

adalah kegiatan mengatur keuangan desa untuk mewujudkan asas transparan dan

asas akuntabel. Kegiatan penatausahaan meliputi semua kegiatan penerimaan dan

pengeluaran kas yang disertai oleh dokumen pendukung seperti buku kas umum,

buku kas pembantu pajak dan buku bank desa. Penatausahaan keuangan desa yang

diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 113 Tahun 2014 tentang

Pengelolaan Keuangan Desa Pasal 35 dan 36 yaitu:

1) Penatausahaan dilakukan oleh Bendahara Desa

2) Bendahara desa wajib melakukan pencatatan setiap penerimaan dan

pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib.

3) Bendahara desa wajib mempertanggungjawabkan uang melalui laporan

pertanggungjawaban.

4) Laporan pertanggungjawaban disampaikan setiap bulan kepada kepala desa

dan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

5) Penatausahaan penerimaan menggunakan:

a. Buku kas umum.

b. Buku Kas Pembantu Pajak.

c. Buku Bank.

Berdasarkan Juklak Bimkon Pengelolaan Keuangan Desa (2015), tahap

penatausahaan dilakukan secara akuntabel. Penatausahaan adalah kegiatan yang

khusus dilakukan oleh Bendahara Desa. Bendahara Desa wajib melakukan

pencatatan penerimaan dan pengeluaran serta tutup buku besar setiap akhir bulan,

serta mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban.

Bendahara Desa melakukan pencatatan secara sistematis dan kronologis atas


39

transaksi-transaksi keuangan yang berlangsung. Penatausahaan dilakukan dengan

menggunakan Buku Kas Umum, Buku Kas Pembantu Pajak, dan Buku Bank.

Agar bendahara terhindar dari persoalan-persoalan akuntabilitas, maka

harus diperhatikan beberapa ketentuan pokok dalam penatausahaan berikut ini:

Tabel 2.1
Penatausahaan Keuangan Desa
Transaksi/
Ketentuan Pokok
Kegiatan
Rekening 1. Rekening Desa yang dibuat oleh Pemerintah Desa di bank

Desa pemerintah atau bank pemerintah daerah atas nama

pemerintah desa.

2. Spesimen atas nama Kepala Desa dan Bendahara Desa

dengan jumlah rekening sesuai kebutuhan.


Penerimaan Penerimaan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Disetorkan oleh bendahara kas.

2. Disetorkan langsung oleh pemerintah supra desa atau pihak

ke-3 pada bank yang ditunjuk.

3. Dipungut oleh petugas yang selanjutnya dapat diserahkan

kepada Bendahara Desa atau disetorkan langsung ke bank.


Penerimaan oleh Bendahara Desa harus disetorkan ke kas desa

paling lambat dalam tujuh hari kerja dan dibuktikan dengan

surat tanda tangan setoran.


Pungutan Pungutan desa dapat dibuktikan dengan:

1. Karcis pungutan/retribusi.

2. Surat tanda bukti pembayaran oleh pihak ke-3

3. Bukti pembayaran lainnya yang sah.

Catatan: karcis retribusi sebagai tanda bukti pembayaran oleh


40

Bendahara Desa dicetak dan disahkan oleh Kepala Desa.


Pengeluara 1. Dokumen penatausahaan pengeluaran harus sesuai dengan

n Peraturan desa tentang APB Desa atau Peraturan desa tentang

perubahan APB Desa.

2. Pengeluaran dilakukan dengan mengajukan Surat Permintaan

Pembayaran.
Sumber: Buku Pintar Pengelolaan Keuangan Desa, 2019.

Dari beberapa definisi penatausahaan keuangan desa diatas, dapat

disimpulkan bahwa penatausahaan keuangan desa adalah suatu kegiatan khusus

yang dikerjakan oleh bendahara setiap sepanjang tahun anggaran, dalam hal ini

keseluruhan dari pencatatan semua transaksi keuangan baik penerimaan dan

pengeluaran uang dalam kurun waktu satu tahun anggaran.

2.1.7 Pelaporan dan Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Desa

Bastian (2014:337), laporan didefinisikan sebagai “Dokumen yang berisi

informasi terorganisasi dalam sebuah narasi, grafik atau bentuk tabular, yang

disusun atas dasar ad hoc, periodik, rutin, atau ketika diperlukan”.

Bastian (2014:360), sistem pelaporan keuangan desa dapat melalui tiga

cara yaitu : (a) langsung ke masyarakat; (b) dilaporkan melalui pelaporan

pemerintah daerah; (c) diumumkan melalui media.

Pelaporan adalah proses kegiatan penyelenggaraa laporan yan meliputi

penentuan penggunaan sistem, prosedur, isi, format, jenis, sifat, waktu, evaluasi,

dan tindak lanjutnya. Sedangkan yang dimaksud pertanggungjawaban adalah

laporan yang mengenai pengelolaan sumber daya yang digunakan untuk

kelancaran pelaksanaan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan secara periodik (PP

Nomor 71 Tahun 2010).


41

Terkait dengan pelaporan alokasi dana desa, maka kepala desa wajib

menyampaikan hasil laporan realisasi pelaksanaan APBDesa kepada

Bupati/Walikota melalui camat setempat yang meliputi (Moedarlis, 2016):

1) Laporan semester pertama, berupa laporan realisasi pelaksanaan APBDesa

semester pertama.

2) Laporan semester akhir tahun, berupa laporan realisasi pelaksanaan

APBDesa pada semester akhir.

Setiap akhir tahun anggaran Kepala Desa menyampaikan laporan

pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDes kepada Bupati/Walikota.

Pertanggungjawaban Dana Desa terintegrasi dengan pelaksanaan APBDes

sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014

tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Namun demikian Tim Pelaksana Dana

Desa wajib melaporkan pelaksanaan berupa Laporan Bulanan yang

mencakup perkembangan pelaksanaan dan penyerapan dana, serta laporan

Kemajuan Fisik pada setiap tahapan pencairan. Laporan tersebut bersifat

periodik, yang disampaikan ke Bupati/ Walikota dan ada juga yang

disampaikan ke BPD (Badan Permusyawaratan Desa).

Pelaporan keuangan desa selalu diupayakan memberikan data yang akurat

dan terkini, sistematis, ringkas, sederhana, jelas, serta tepat waktu dan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan. Penyusunan pelaporan keuangan desa

harus dilakukan secara mandiri oleh desa sesuai tugas pokok dan fungsinya.

Sebelum dilakukan pertanggungjawaban pelaksanaan APB Desa, Aparat

Pengawas Internal Pemerintah Daerah akan melakukan audit atas penggunaan

APB Desa setelah berakhirnya tahun anggaran.


42

Berdasarkan Pasal 72 UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa disebutkan jika

sumber pendapatan desa terdiri atas:

a. Pendapatan Asli Desa

b. Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah Kabupaten/Kota

c. Bagian dari dana perimbangan pemerintah dan pemerintah daerah yang

diterima oleh Kabupaten/Kota

d. Alokasi Anggaran dari APBN

e. Bantuan keuangan dari APBD Provinsi

f. Bantuan keuangan dari APBD Kabupaten/Kota

g. Hibah dan sumbangan yang tidak bersifat mengikat dari pihak ketiga.

Bantuan keuangan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota diberikan sesuai dengan keuangan yang dimiliki

oleh pemerintah daerah yang bersangkutan. Bantuan yang diberikan dimaksudkan

untuk meningkatkan pembangunan desa dan kualitas hidup warganya. Sumber

pendapatan lain berasal dari Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa), pengelolaan

pasar desa, pengelolaan kawasan wisata desa, serta sumber lainnya yang tidak

dapat di perjual belikan.

Sumber-sumber pendapatan desa secara keseluruhan di pakai untuk

mendanai seluruh kewenangan yang dimiliki dessa. Dana yang diperoleh

digunakan sebesar-besarnya untuk penyelenggaraan kegiatan di desa,

pembangunan, dan pemberdayaan msyarakat dan kemasyarakatan agar berjalan

secara efektif dan efisien.

Sesuai dengan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang dimaksud

dengan pemerintah desa adalah Kepala Desa dan perangkat desa sebagai unsur
43

penyelenggaraan pemerintahan desa. Kewenangan Kepala Desa dalam

penyelenggaraan pemerintah desa meliputi pengelolaan keuangan desa dan aset

desa. Dalam menjalankan fungsinya, Kepala Desa berkewajiban untuk mengelola

keuangan dan aset desa secara akuntabel, transparan, profesional, efektif, efisien,

jujur, dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Kepala Desa bertugas

menyelenggarakan pemerintahan desa, melaksanakan pembangunan desa,

membina kemasyarakatan di desa, termasuk di dalamnya mengelola keuangan dan

aset desa.

Kepala Desa adalah penanggungjawab dari pengelolaan keuangan desa

secara keseluruhan. Dalam PP No. 43 tahun 2014 pasal 103-104 mengatur tata

cara pelaporan yang wajib dilakukan oleh Kepala Desa. Kepala Desa wajib

melaporkan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota

setiap semester tahun berjalan. Selain itu, Kepala Desa wajib menyampaikan

laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota

setiap akhir tahun anggaran. Laporan yang dibuat Kepala Desa ditujukan kepada

Bupati/Walikota yang dismpaikan melalui Camat. Pengaturan pelaporan dan

pertanggungjawaban penggunaan APBDesa tercantum dalam Peraturan Menteri

Dalam Negeri No. 113 tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan desa. Dalam

Permendagri tersebut, diatur pula standar dan format pelaporan

pertanggungjawaban yang harus disusun oleh Kepala Desa. Seperti ketentuan

lampiran yang perlu dipenuhi dalam laporan pertanggungjawaban realisasi

pelaksanaan APBDesa, yaitu:

a Format laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa tahun

anggaran berkenaan.
44

b Format laporan kekayaan milik desa per 31 Desember tahun anggaran

berkenaan.

c Format laporan program pemerintah dan Pemerintah Daerah yang masuk ke

desa.

Selanjutnya, yang termasuk kewajiban pemerintah desa adalah

mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan desa yang tidak hanya terbatas

pada tugas pembantuan dari pemerintah Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota saja,

namun juga termasuk kegiatan desa yang didanai secara swadaya oleh masyarkat.

Dalam kaitannya dengan hal ini, maka laporan pertanggungjawaban pemerintah

desa disampaikan pada Bupati sedangkan laporan keuangan pertanggungjawaban

disampaikan kepada Badan Permusyawaratan Desa dan menginformasikan

laporan tersebut kepada masyarakat, baik dengan lisan maupun tertulis.

Keberadaan pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintah desa

sebagai bahan acuan untuk menentukan tingkat kesesuaian penyelenggaraan

pelayanan dengan ukuran nilai-nilai atau norma-norma eksternal yang terdapat

dalam masyarakat maupun para pengguna (stakeholders). Keberpihakan

pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintah desa dan hanya berdasarkan

juklak menyebabkan lemahnya komitmen aparat birokrasi untuk

mempertanggungjawabkan setiap penyelenggaraan kegiatan/program di daerah.

Dari uraian tersebut, dapat diketahui makna pentingnya laporan

pertanggungjawaban pemerintah desa sebagai bentuk akuntabilitas yaitu bahwa

setiap kegiatan dan hasil akhirnya, harus dipertanggungjawabkan kepada

masyarakat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

a. Tujuan Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Desa


45

Sebagai salah satu mekanisme untuk mewujudkan dan menjamin

akuntabilitaspengelolaan keuangan desa, hakikat dari pelaporan pengelolaan

keuangan adalah pertanggungjawaban dalam semua aspek, antara lain hukum,

administrasi, dan moral. Pelaporan juga dapat berfungsi sebagai alat evaluasi

karena di dalamnya berisi informasi posisi keuangan dan kinerja yang telah

dilakukan sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan

keputusan ekonomi bagi Kepala Desa dan warga desa itu sendiri, bahkan para

investor.

b. Manfaat Pelaporan Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Desa

Bedasarkan Juklak Bimkon Pengelolaan Keuangan Desa (2015), Berikut ini

beberapa manfaat pelaporan keuangan bagi desa, yaitu:

a. Untuk mengetahui tingkat efektivitas, efisiensi, dan kemanfaatan pengelolaan

sumber daya ekonomi oleh desa dalam satu tahun anggaran.

b. Nilai kekayaan bersih yang dimiliki desa sampai dengan posisi terakhir periode

pelaporan dapat diketahui secara akurat.

c. Menjadi alat evaluasi kerja aparatur desa terutama Kepala Desa yang lebih

informatif.

d. Menjadi sarana kontrol terhadap kemungkinan terjadinya praktik

penyalahgunaan atau penyimpanan sumber-sumber ekonomi yang dimiliki

desa.

e. Sebagai wujud riil implementasi asas transparansi dan akuntabilitas yang

diamanatkan dalam peraturan perundang-undangan yang dapat dijadikan model

praktis bagi entitas lain.


46

Dari beberapa definisi pelaporan dan pertanggungjawaban pengelolaan

keuangan desa menurut para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu tahapan

terakhir dalam siklus pengelolaan keuangan desa. Yang mana dalam pelaporan

dan pertanggungjawaban dapat memenuhi suatu bentuk pertanggungjawab kepada

masyarakat atau warga desa atas pengelolaan uang dan kepentingan rakyat oleh

pemerintah Desa dari berbagai aspek hukum, administrasi dan moral.

2.1.8 Pengelolaan Keuangan Desa

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun

2014 tentang Keuangan Desa menyatakan:

“Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai
dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Sumber keuangan desa pada
umumnya berasal dari Pendapatan Asli Desa (PAD), dana dari Pemerintah,
dan Hasil dari BUMDES. Adapun pelaksanaan urusan pemerintah daerah
oleh pemerintah desa akan didanai dari APBD, sedangkan pelaksanaan
urusan pemerintah pusat yang diselenggerakan oleh pemerintah desa didanai
oleh APBN”.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,

keuangan desa didefinisikan sebagai semua hak dan kewajiban desa dapat dinilai

dengan uang serta segala sesuatu berupa barang dan uang yang berhubungan

dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Hak dan kewajiban desa tersebut

menimbulkan pendapatan, belanja dan pembiayaan.

Widjaja dalam Buku Otonomi Desa (2005:133) Keuangan desa adalah

pemerintah desa menekankan pada prinsip-prinsip demokrasi, peran serta

masyarakat, pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan

keanekaragaman daerah. Desa memiliki posisi yang sangat strategis, sehingga

perlu adanya perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan Otonomi daerah.

Hanif (2011:81) semua hak dan kewajiban dalam penyelengaraan pemerintah desa
47

yang dapat dinilai dengan uang, termaksud didalamnya segala bentuk kekayaan

yang berhubungan dengan hak dan kewajiban desa disebut dengan keuangan desa.

Dalam pengelolaan keuangan yang baik, pemerintah daerah harus

memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, baik dari segi jumlah dan

keahlian (kompetensi, pengalaman, serta informasi yang memadai), disamping

pengembangan kapasitas organisasi. Sumber daya manusia yang didukung dengan

latar belakang pendidikan akuntansi, sering mengikuti pendidikan dan pelatihan,

dan mempunyai pengalaman di bidang keuangan dalam menerapkan sistem

akuntansi, akan mampu memahai logika akuntansi dengan baik (Deviani, dkk

2013).

Pendapatan desa meliputi penerimaan uang melalui rekening desa dan

bendahara penerima yang menambah ekuitas dana dan merupakan hak desa dalam

satu tahun anggaran, yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Pendapatan Desa bersumber dari:

a. Pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan

partisipasi, gotong royong, dll pendapatan asli Desa;

b. Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

c. Bagian dari hasil pajak daerah da retribusi daerah Kabupaten/Kota;

d. Alokasi Dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang

diterima Kabupaten/Kota.

e. Bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi

dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota;hibah dan

sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan


48

f. Lain-lain pendapatan Desa yang sah.

Dari beberapa definisi pengelolaan keuangan desa menurut para ahli

diatas, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan keuangan desa adalah semua hak

dan kewajiban dalam sebuah Desa yang dapat dinilai berupa uang atau barang

yang langsung digunakan untuk pengeluran desa. Pengelolaan keuangan desa

yaitu suatu keseluruhan kegiatan dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,

dan yang terakhir pertanggungjawaban keuangan desa.

2.1.9 Alokasi Dana Desa (ADD)

Atdmaja (2009:176), menjelaskan bahwa:

“Sesuai dengan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 (UUD 1945), pemerintah daerah berwenang mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan. Pemberian otonomi kepada daerah diarahkan

untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalu

peningkatan pelayanan publik, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat

dalam pembangunan disegala bidang kehidupan”.

Mulyadi (2018) Alokasi Dana Desa adalah dana perimbangan yang

diterima oleh kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus. ADD sebagaimana yang

dimaksud pada ayat (1) paling sedikit 10% dari dana perimbangan yang diterima

kabupaten/kota. Secara terperinci, pengalokasian ADD dalam APBDes wajib

memperhatikan peruntukkannya dengan presentase anggaran:

1. Paling sedikit 70% dari jumlah anggaran belanja desa digunakan untuk

mendanai penyelenggaraan Pemerinta Desa, pelaksanaan pembangunan,

pembinaan kemasyarakatan desa, dan Pemberdayaan masyarakat desa.


49

2. Paling banyak 30% dari jumlah anggaran belanja desa yang digunakan untuk

penghasilan tetap dan tunjangan kepala desa dan perangkat Desa, operasional

Pemerintahan Desa, tunjangan dan operasional Badan Permusyawaratan

Desa, dan insentif rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW).

Tujuan Alokasi Dana Desa adalah:

a. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintah desa dalam pelaksanaan

pembangunan dan kemasyarakatan sesuai dengan kewenangannya.

b. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan secara partisipatif sesuai

dengan potensi desa.

c. Meningkatnya pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan kesempatan

berusaha bagi masyarakat desa.

d. Mendorong peningkatan swadaya gotong-royong.

Berdasarkan Syachbrani (2012) Alokasi Dana Desa adalah bagian

keuangan desa dari bagi Hasil Pajak Daerah dan bagian dari Dana Perimbangan

Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh kabupaten. ADD dalam APBD

kabupaten/kota dianggarkan pada bagian Pemeritah Desa. Dimana mekanisme

pencairannya dilakukan secara bertahap atau disesuaikan dengan kemampuan dan

kondisi pemerintahan daerah. Adapun tujuan dari alokasi dana ini adalah sebagai

berikut:

a. Untuk menanggulangi kemiskinan dan pengurangan kesenjangan.

b. Untuk meningkatkan perencanaan dan penganggaran pembangunan di

tingkat desa dan pemberdayaan masyarakat agar jauh lebih maju dan

berkembang.
50

c. memperbaiki infrastruktur pedesaan.

d. Peningkatan pendalaman nilai-nilai keragaman, sosial budaya dalam

rangka mewujudkan peningkatan sosial.

e. Meningkatan pendapatan desa melalui BUMDesa.

Greorius (2006), manfaat dari Alokasi Dana Desa :

1) Bagi Kabupaten/Kota

Kabupaten/Kota dapat menghemat tenaga untuk memberkan kesempatan

bagi desa mengurus rumah tangganya sendiri dan bisa berkonsentrasi

melaksanakan pembangunan pelayanan publik baik jangka pendek ataupun

jangka panjang.

2) Bagi Desa

Menambahkan manfaat ADD bagi desa adalah menghemat biaya

pembangunan, mendapatkan pemerataan pembangunan, kepastian

anggaran setiap tahun, dapat menangani permasalahan dalam waktu

singkat, tidak tergantung dengan hibah masyarakat, menciptakan

demokrasi di tingkat desa, masyarakat dapat memberikan pengawasan

secara langsung dan semua lini masyarakat dapat ikut berpartisipasi.

(Putra, 2018) Alokasi Dana Desa adalah perolehan keuangan desa dari

kabupaten yang penyalurannya melalui kas desa. ADD dimasudkan untuk

membiayai program pemerintah desa untuk melaksanakan kegiatan

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan serta pemberdayaan

masyarakat. Adapun maksud pemberian ADD adalah untuk membiayai program

pemerintah desa dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan pembangunan, dan

kemasyarakatan.
51

Perbup Lumajang No. 7 Tahun 2017 Tentang Pengelolaan Alokasi Dana

Desa pada Kabupaten Lumajang Tahun Anggaran 2017 menjelaskan bahwa:

Prinsip Pengelolaan Alokasi Dana Desa meliputi:

1. ADD merupakan dana perimbangan yang diterima oleh Daerah.

2. ADD sebagaimana dimaksud ayat (1) sebesar minimal 10% dari dana

perimbangan yang diterima Daerah dalam Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus (DAK).

3. Rincian ADD untuk setiap desa di Kabupaten Lumajang Tahun Anggaran

2017 sebagaimana dimaksud dalam pasal 2, dialokasikan secara merata dan

berkeadilan berdasarkan:

a. Alokasi dasar; dan

b. Alokasi formula yang dihitung dengan memperhatikan jumlah penduduk,

angka kemiskinan, luas wilayah, dan indeks kesulitan geografis desa setiap

kabupaten.

Kabupaten Lumajang merupakan daerah otonom yang mempunyai

wewenang untuk mengelola daerahnya sendiri dengan tujuan menjadi

pemerintahan yang bersih dari korupsi. Hal tersebut tercantum dalam Visi

Kabupaten Lumajang yaitu “Terwujudnya Masyarakat Lumajang Yang Sejahtera,

Dan Bermartabat”. Salah satu upaya dalam mencapai visi tersebut adalah dengan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan perekonomian

daerah yang bersumber pada Alokasi Dana Desa. Dengan tujuan untuk memenuhi

kebutuhan pelaksanaan pembangunan infrastruktur maupun sumber daya

manusianya (Karom, 2018).


52

Dari beberapa definisi alokasi dana desa (ADD) menurut para ahli diatas,

dapat disimpulkan bahwa alokasi dana desa (ADD) adalah bagian keuangan desa

yang diperoleh dari bagi hasil pajak daerah dan retribusi serta bagian dari dana

perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota untuk

desa yang dibagikan secara proposional.

2.1.10 Asas Dan Nilai Pengelolaan Keuangan Desa

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 asas

adalah nilai-nilai yang menjiwai Pengelolaan Keuangan Desa yang dimaksud

melahirkan prinsip-prinsip yang menjadi dasar dan harus tercermin dalam setiap

tindakan Pengelolaan Keuangan Desa. Asas dan prinsip tidak berguna bila tidak

terwujud dalam tindakan.

Pengelolaan keuangan desa tidak hanya menjelaskan adanya

pengalokasian anggaran yang mengakomodasi kebutuhan dasar masyarakat,

namun juga mengedepankan asas tata kelola keuangan yang baik dan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Karena itu, sesuai dengan

Permendagri No. 113 Tahun 2014, keuangan desa dikelola didasarkan pada asas-

asas berikut, yaitu:

1. Transparan

Tansparansi dalam pengelolaan keuangan menjamin hak dari semua pihak

tanpa terkecuali untuk mengetahui keseluruhan proses di tiap tahapan serta

menjamin akses semua pihak terhadap informasi terkait pengelolaan keuangan

desa. Sikap ini juga memberikan pengertian bahwasannya pemerintah desa

harus memberikan kemudahan bagi siapa pun untuk mengakses informasi

tentang pengelolaan keuangan desa.


53

Transparan dalam pengelolaan keuangan mempunyai pengertian bahwa

informasi keuangan diberikan secara terbuka dan jujur kepada masyarakat atas

pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang

dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada perundang-undangan (KK, SAP

2005).

2. Akuntabel

Mempunyai pengertian bahwa setiap tindakan atau kinerja pemerintah/lembaga

dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak-pihak yang memiliki hak atau

berkewenangan untuk meminta keterangan akan pertanggungjawaban. Dengan

demikian, pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran harus dapat

dipertanggungjawabkan dengan baik, mulai dari proses perencanaan hingga

pertanggungjawaban (KK, SAP 2005).

3. Partispatif

Asas partisipatif memiliki arti bahwa setiap tindakan atau kinerja pemerintah

dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan

pertanggungjawaban diwajibkan untuk melibatkan masyarakat secara luas, para

pemangku kepentingan di desa, utamanya kelompok marjinal sebagai penerima

manfaat dari program/kegiatan pembangunan di desa baik secara langsung,

maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan

aspirasinya (Permendagri No. 113 Tahun 2014).

4. Tertib dan disiplin anggaran

Asas ini mengandung pengertian bahwasannya anggaran yang dilaksanakan

harus konsisten dengan pencatatan atas penggunaannya sesuai dengan prinsip


54

akuntansi keuangan di desa agar sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku (Permendagri No. 113 Tahun 2014).

Asas pengelolaan keuangan desa harus dilaksanakan dan dipenuhi oleh

setiap desa agar penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan, pembangunan desa,

pembinaan masyarakat desa dapat berjalan sesuai dengan rencana, sehingga visi

desa dan masyarakat yang sejahtera dapat diwujudkan (Permendagri No. 113

Tahun 2014).

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa asas dan nilai

pengelolaan keuangan desa adalah suatu nilai yang dapat menjiwai dalam

pengelolaan keuangan desa, yang maksud disini melahirkan prinsip-prinsip yang

menjadi dasar dan harus tercermin dalam setiap tindakan pengelolaan keuangan

desa.

2.2 Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran Analisis Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di

Desa Tempeh Kidul Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang dapat

digambarkan dalam bagan kerangka pikir sebagaimana gambar 2.1 berikut :

Pemerintahan Desa Tempeh Kidul

Alokasi Dana Desa Tahun Anggaran 2020

Pengelolaan Keuangan Desa


Perencanaan
n
55

Penatausahaan Pelaksanaan

Pelaporan Pertanggungjawaban

Analisis Pengelolaan Alokasi


Dana Desa Tempeh Kidul
Kecamatan Tempeh

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian


Sumber : Pemerintahan Desa Tempeh Kidul Tahun 2020.
BAB 3

METODE PENELITIAN

3. 1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus. Creswell (2014),

penelitian studi kasus adalah “Pendekatan kualitatif yang penelitiannya

mengeksplorasi kehidupan nyata, melalui pengumpulan data yang detail dan

mendalam yang melibatkan beragam sumber informasi”.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis penelitian

kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Pengertian deskriptif

berdasarkan Sugiyono (2017:147) sebagai berikut: “Analisis deskriptif adalah

statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan

atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa

bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.”

Sedangkan berdasarkan Moh. Nazir (2003:4) pengertian metode deskriptif

adalah “Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok

manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu

kelas peristiwa pada masa sekarang”.

3. 2 Tempat dan Waktu

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini bertempat di Kantor Balai Desa Tempeh Kidul yang

berlokasi Jln. Ir. H. Juanda no. 05 Desa Tempeh Kidul Kecamatan Tempeh

Kabupaten Lumajang. Lokasi tersebut dipilih karena memiliki semua aspek

pendukung agar penelitian dapat berjalan dengan baik.

56
57

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2020 yaitu

antara bulan Desember 2020 sampai dengan Bulan Juni 2021 dengan alokasi

sebagai berikut:

Tabel 3.1 Proses Kegiatan


No Kegiatan Penelitian Juli
Des Jan Febr Mar Apr Mei Juni
1 Pengajuan Judul
2 Penyusunan Proposal
3 Seminar Proposal Skripsi
4 Pengumpulan Data
5 Analisis dan Pengolahan Data

6 Penyusunan Laporan
7 Ujian

Pengumpulan Data.

3. 3 Situasi Sosial

Tempeh Kidul merupakan sebuah desa yang terletak dalam cakupan

wilayah Kecamatan Tempeh, Kabupaten Lumajang. Desa tempeh kidul

merupakan salah satu desa di Kecamatan Tempeh dan termasuk daerah dataran

tinggi dengan suhu kurang lebih 30 derajat celcius, dengan curah hujan rata-rata

128 mm/th, Luas desa -+ : 15.443.500 m2 dengan batas sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Desa Tempeh Tengah

2. Sebelah Timur : Desa Sumberjati

3. Sebelah Selatan : Desa Pandanwangi, Desa Pandanarum

4. Sebelah Barat : Desa Lempeni dan Desa Selok Anyar

Posisi letak Desa Tempeh Kidul sangat terpencil sekali dengan jarak ke

Kecamatan sekitar 5 Km dan ke Ibukota Kabupaten sekitar 25 Km tergolong

paling jauh sekali ke Ibukota Kabupaten dibandingkan dengan desa lain.


58

Masyarakat Tempeh Kidul mayoritas mata pencahariannya sebagai petani.

Hal ini disebabkan oleh kondisi geografisnya yang memang sangat cocok untuk

bertani. Di desa Tempeh Kidul ini menggunakan sistem bor untuk mengairi

sawahnya sehingga tanaman yang di tanam di sawah mayoritas adalah padi,

jagung, cabe, tomat, kacang dan lain-lain.

3. 4 Desain Penelitian atau Rancangan Penelitian

Penelitian “Analisis Pengelolaan Alokasi Dana Desa, Desa Tempeh Kidul,

Kecamatan Tempeh, Kabupaten Lumajang” adalah menggunakan pendekatan

penelitian kualitatif. Berdasarkan Moleong (2005: 11), Penelitian kualitatif adalah

penelitian yang mendasarkan pada fenomena alamiah atau natural yang datanya

didapatkan dari pengamatan, wawancara ataupun telah dokumen. Data tesebut

dapat berasal dari catatan lapangan, foto, dokumen pribadi, arsip dan dokumen

resmi lainnya. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan studi

deskriptif analitis.

Berdasarkan Moleong (2005: 6), penelitian kualitatif merupakan penelitian

yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik, penelitian ini dibentuk dengan

kata-kata gambaran holistik dan rumit. Penelitian ini menggunakan penelitian

kualitatif karena dalam penelitian ini akan menggambarkan dan menguraikan

gambaran secara mendalam tentang Analisis Pengelolaan Alokasi Dana Desa di

Desa Tempeh Kidul, Kecamatan Tempeh, Kabupaten Lumajang.

3. 5 Teknik dan Alat Perolehan Data

Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang diperlukan

dalam penelitian ini maka penulis menggunakan metode:


59

1. Wawancara

Berdasarkan Indriatoro (2002: 152), wawancara adalah teknik pengumpulan

data yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subjek penelitian.

Data yang dikumpulkan umumnya berupa masalah tertentu yang bersifat

kompleks, sensitif atau kontroversial, sehingga kemungkinan jika dilakukan

dengan teknik kuisioner akan kurang memperoleh tanggapan responden. Hasil

wawancara selanjutnya dicatat oleh pewawancara sebagai data penelitian.

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dengan wawancara

dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada informan.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut disiapkan terlebih dahulu dan dibuat secara

sistematis dalam daftar pertanyaan, selanjutnya pertanyaan disampaikan

kepada informan dan dikembangkan sesuai kejelasan jawaban yang

dibutuhkan meskipun pertanyaan tersebut tidak tercantum dalam daftar

pertanyaan.

2. Observasi

Berdasarkan Mamik (2019:104) observasi yaitu teknik pengumpulan yang

mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan

dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, waktu, peristiwa, tujuan dan

perasaan. Dalam hal ini, peneliti melakukan pengamatan langsung dengan

mendatangi Desa Tempeh Kidul untuk mengetahui pengelolaan alokasi dana

desa.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk mencari data langsung

dari tempat penelitian yang berupa, faktur, jurnal, surat-surat, notulen hasil
60

rapat, memo atau dalam bentuk laporan program (Indriatoro, 2002:152).

Dokumentasi dilakukan untuk membuktikan bahwa wawancara terhadap

informan yang menguasai objek penelitian benar-benar dilakukan serta

menunjang pernyataan yang disampaikan oleh informan.

Penggunaan rekaman dan catatan atas pernyataan informan saja belumlah

cukup. Sebagai bukti bahwa informasi yang terlah disampaikan sesuai dengan

yang terjadi lapangan.

Untuk mengumpulkan data dan informasi yang akurat, pengumpulan data

yang utama peneliti akan melakukan wawancara langsung secara mendalam

kepada informan yang kompeten dalam pengelolaan ADD (Alokasi Dana Desa),

serta mencatat kejadian serta informasi dari informan yang kemudian dijadikan

sebagai bahan penulisan laporan hasil penelitian. Informan yang kompeten dalam

pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) yaitu orang yang memiliki pengetahuan

atau wawasan lebih banyak sebagai partisipan untuk menggali informasi dan

memiliki kemampuan untuk melaksanakan suatu pekerjaan atau tugas yang

dilandasi oleh keterampilan dan pengetahuan kerja sesuai dengan bidangnya

masing-masing. Informan yang diwawancara adalah diantaranya Kepala Desa,

Sekertaris, Bendahara, Kabid Pembangunan. Wawancara yang dilakukan oleh

peneliti dibantu dengan alat perekam. Alat perekam ini digunakan untuk bahan

cross check bila pada saat analisa terdapat data, keterangan atau informasi yang

tidak sempat dicatat oleh peneliti.

3. 6 Teknik Penyajian Data

Setelah data dikumpulkan melalui tahap diatas, peneliti dalam mesajikan

datanya menggunakan beberapa metode sebagai berikut:


61

a. Reduksi data, sedangkan data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup

banyak, sehingga perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah

dikemukakan sebelumnya, semakin lama peneliti kelapangan, maka jumlah

data yang di perolehakan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu

segera di lakukanan analisis data melalui reduksi data.

Pada penelitian ini peneliti mengumpulkan data-data yang yang terkait

dengan pengelolaan alokasi dana desa yang berdasarkan pada tahap

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan tanggungjawaban.

b. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data biasa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Yang paling

sering digunakan untuk menyajikan data dalam bentuk penelitian kualitatif

adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Pada tahap ini peneliti menjelaskan terkait dengan pengelolaan alokasi

dana desa yang berdasarkan pada proses peroses perencanaan, pelaksanaan,

penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban.

c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi, langkah ketiga dalam analisis data

kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifkasi. Kesimpulan yang

dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan

bukti-bukti yang kuat untuk mendukung pada tahap pengumpulan data

berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal

didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali

kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan

merupakan kesimpulan kridebel.


62

Fokus pada penelitian ini terkait pada analisis pengelolaan alokasi dana

desa, peneliti memberikan kesimpulan dari hasil penelitian desa yang

bedasarkan pada peroses kesesuaian pengelolaan alokasi dana desa menurut

Peraturan Bupati No. 7 Tahun 2017.


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1 Visi dan Misi Desa Tempeh Kidul

Visi

Terwujudnya Masyarakat Desa Tempeh Kidul Yang Sejahtera dan

Bermartabat.

Misi

1. Meningkatkan kualitas pelayanan Pendidikan, Kesehatan, Pembinaan

agama, serta Kepemudaan;

2. Meningkatkan Perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Desa

Tempeh Kidul;

3. Mewujudkan Pemerintah Desa Tempeh Kidul yang Aspiratif,

Partisipatif, Transparan;

4. Mendorong terciptanya ketentraman dan ketertiban dalam masyarakat.

4.1.2. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Tempeh Kidul

Pemerintahan Desa merupakan sebuah lembaga perpanjangan dari

pemerintah pusat yang memiliki peran dan fungsi untuk mengatur masyarakat

yang ada di pedesaan demi mewujudkan cita-cita pembangunan dari pemerintahan

pusat. Berdasarkan perannya tersebut, maka diterbitkanlah sebuah peraturan

perundang-undangan yang dikeluarkan oleh Kementrian Dalam Negeri melalui

Menteri Dalam Negeri yang berkaitan dengan susunan organisasi dan tata kerja

63
64

Pemerintahan Desa. Sehingga Pemerintahan Desa dapat berjalan secara optimal

dan sesuai jalur yang telah direncanakan sehingga terwujudnya tata pemerintahan

yang bagus.

Berdasarkan Permendagri No. 84 Tahun 2016 tentang susunan organisasi

dan tata kerja Pemerintah Desa, maka yang disebut Pemerintah Desa merupakan

sebuah organisasi yang dipimpin oleh Kepala Desa dan dibantu Perangkat Desa.

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pemerintah Desa Tempeh Kidul


Sumber: Pemerintahan Desa Tempeh Kidul Tahun 2020.

Adapun uraian tugas masing-masing bagian pada struktur organisasi

adalah sebagai berikut:

1. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Kepala Desa

mempunyai wewenang:

a. Memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarkan

kebijakan yang ditetapkan bersama BPD.


65

b. Mengajukan rancangan Peraturan Desa (PerDes).

c. Menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan

bersama BPD.

2. Adapun Tugas Pokok dan Fungsi Sekretaris Desa sebagi berikut:

a. Merampungkan, mengolah, merumuskan dan mengevaluasi data

untuk kelancaran kegiatan penyelenggaraan pemerintahan,

pembangunan dan kemasyarakatan.

b. Pelaksanaan urusan surat menyurat, kearsipan dan pelaporan.

c. Pelaksanaan administrasi umum.

3. Kaur keuangan (bendahara desa) memiliki kewajiban untuk membantu

Sekretaris Desa dalam mengelola sumber pendapatan Desa,

administrasi keuangan Desa dan mempersiapkan bahan penyusunan

APBD. Selain itu tugas pokok yang dimiliki bendahara lainnya adalah:

a. Menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan,

membayarkan dan mempertanggungjawabkan keuangan desa

dalam rangka pelaksanaan APBD.

b. Membuat laporan pertanggungjawaban atas penerimaan dan

pengeluaran yang sudah menjadi tanggungjawabnya melalui

laporan pertanggungjawaban.

c. Menerima, menyimpan, menatausahakan, dan membukukan

uang/surat berharga dalam pengelolaannya.


66

4. Kepala Urusan Umum berkedudukan sebagai unsur sekretariat yang

bertanggungjawab kepada Kepala Desa melalui Sekretaris Desa.

Kepala urusan umum mempunyai tugas:

a. Membantu kepala desa di bidang teknis dan administratif.

b. Melaksanakan urusan surat menyurat serta pelayanan umum.

c. Memelihara dan melestarikan aset-aset pemerintah.

5. Kepala Perencanaan berkedudukan sebagai unsur sekretariat yang

bertanggungjawab kepada kepala desa melalui sekretaris desa. Kepala

perencanaan mempunyai tugas:

a. Pemetaan dan analisis kemiskinan desa secara partisipatif.

b. Penyelenggaraan musyawarah perencanaan desa/pembahasan

APBDes (Musdes, Musrenbangdes/Pra-Musrenbangdes, dll,

bersifat reguler).

c. Penyusunan dokumen perencanaan desa (RPJDesa/RKPDesa, dll).

6. Kasi Kesejahteraan Rakyat (kesra) mempunyai tugas:

a. Mengumpulkan dan mengevaluasi data di bidang kesejahteraan

rakyat.

b. Melakukan pembinaan di bidang keagamaan, kesehatan, keluarga

berencana, posyandu, dan pendidikan masyarakat.

c. Menyelenggarakan inventarisasi penduduk seperti tuna karya, tuna

wisma, tuna susila, para penyandang cacat fisik, yatim piatu,

jompo, dan pencatatan dalam rangka memasyarakatan kembali

bekas narapidana.
67

7. Kasi Pemerintahan mempunyai tugas:

a. Menyusun program dan menyiapkan bahan koordinasi pembinaan

pemerintahan desa.

b. Menyusun program dan menyiapkan bahan koordinasi pembinaan

administrasi kependudukan dan catatan sipil.

c. Menyusun program dan menyiapkan bahan koordinasi pembinaan

kegiatan sosial politik ideologi negara dan kesatuan bangsa.

8. Kasi Pelayanan mempunyai tugas:

a. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban

anggaran belanja sesuai bidang tugasnya.

b. Melaksanakan anggaran kegiatan sesuai bidang tugasnya.

c. Mengendalikan kegiatan sesuai bidang tugasnya.

9. Tugas pokok Kepala Dusun adalah:

a. Membantu kepala desa dalam tugas pelayanan, pemberdayaan dan

penyelenggaraan administrasi umum dan keuangan desa.

b. Merampungkan, mengolah, merumuskan dan mengevaluasi data

yang terkait dengan penyelenggaraan administrasi umum dan

keuangan desa.

c. Melaksanakan tertib administrasi umum dan keuangan.

4.1.3 Hasil Pengumpulan Data

Dalam analisis pengelolaan alokasi dana desa di desa Tempeh Kidul

peneliti ini mempunyai tujuan untuk memperoleh data untuk menjawab rumusan

masalah dan tercapainya tujuan penelitian ini. Data yang digunakan oleh peneliti
68

berupa data primer dan sekunder. Data primer yang digunakan oleh peneliti

berupa teknik wawancara. Adapun hasil perolehan data primer berupa wawancara

di jelaskan sebagai berikut:

1. Persyaratan Pengajuan Alokasi Dana Desa

Berdasarkan Perbup Lumajang No. 7 Tahun 2017 syarat untuk pengajuan

ADD meliputi, Permohonon Kepala Desa kepada Bupati dalam hal pengajuan

Kepala Desa harus melengkapi dokumen Berita Acara Musyawarah yang dihadiri

unsur Pemerintah Desa, BPD, dan Lembaga Kemasyarakatan Desa, yang

menyepakati pemberian kewenangan atas pengajuan dana ADD hingga

dilantiknya Kepala Desa. Serta menyerahkan fotocopy rekening kas desa, sk

bendahara desa, rencana penggunaan dana, pakta integritas bermaterai cukup dan

laporan realisasi anggaran tahun sebelumnya.

2. Mekanisme Penyaluran dan Pencairan Alokasi Dana Desa

Alokasi Dana Desa disalurkan Pemerintah kepada Kabupaten yang

kemudian penyalurannya dengan cara pemindah bukuan dari RKUD ke rekening

kas Desa dan penyaluran alokasi dana desa dilakukan secara bertahap. Penyaluran

Alokasi Dana Desa dari kabupaten ke desa yaitu dari rekening RKUD ke rekening

kas Desa baru dapat dilakukan setelah APBDes ditetapkan. Penyaluran dana

dilakukan oleh bagian kas daerah dengan cara transfer melalui Bank

Pembangunan Daerah (BPD). Dalam proses pencairan dana tersebut, apabila

ADD di salurkan sudah diterima oleh tim pengelola ADD , maka pengelola ADD

diwajibkan menghimpun semua pertanggungjawab kepada Bupati Lumajang,

dikoordinir oleh pengelola ADD di tingkat Kecamatan.


69

Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses penyaluran dan

pencairan dana Alokasi Dana Desa:

1. Pemerintah desa membuka rekening pada bank yang ditunjukkan

berdasarkan keputusan Kepala Desa.

2. Kepala Desa mengajukan permohonan penyaluran Alokasi Dana Desa

(ADD) beserta kelengkapan lampiran kepada Bupati dan Pejabat

Pengelola Keuangan Daerah/Bendahara Umum daerah melalui camat

setelah dilakukan verifikasi oleh Tim Pendamping Kecamatan.

3. Pejabat Pengelolaan Keuangan Daerah/Bendahara Umum Daerah akan

menyalurkan Alokasi Dana Desa (ADD) langsung/transfer dari

rekening kas umum daerah ke rekening desa.

4. Mekanisme pencairan Alokasi Dana Desa dalam Anggaran Pendapatan

dan Belanja Desa (APBDes) dilakukan secara 4 tahap yang dilengkapi

dengan surat rekomendasi dari camat yang menyatakan surat

pertanggungjawaban tahun sebelumnya sudah dilaporkan oleh Desa ke

Kecamatan dan mendapat verifikasi di Kecamatan

3. Pengelolaan Keuangan Alokasi Dana Desa

Alokasi Dana Desa merupakan bagian dari sumber pendapatan desa.

Besaran ADD yang dituangkan dalam Peraturan Desa tentang APBDes. Kepala

Desa sebagai pemegang kekuasaan keuangan Desa bertanggungjawab atas

pelaksanaan pengelolaan ADD.

Berdasarkan Perbup No.7 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pengelolaan

Alokasi Dana Desa. Dalam peraturan tersebut dapat dijelaskan bahwa pengelolaan
70

ADD harus dilakukan dengan baik yang dimulai dari persyaratan pengajuan,

mekanisme penyaluran, pengelolaan, perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,

pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan. Keuangan ADD juga harus

dikelola dengan baik secara hemat dan terarah sesuai tatalaksana pemerintahan

yang baik. Dalam tata kelola pemerintahan yang baik prinsip transparansi menjadi

hal yang paling utama untuk diterapkan dalam Pengelolaan Alokasi Dana Desa.

Pemerintah Pusat memberikan kepercayaan penuh kepada Pemerintah

Desa untuk dapat mengutamakan ADD untuk kepentingan umum yaitu seperti

kegiatan operasional pemerintah Desa, pembangunan fisik desa, dan

pemberdayaan masyarakat Desa. Dengan anggaran yang dicairkan setiap tahunnya

oleh Pemerintah.

Mekanisme Pengelolaan ADD di Desa Tempeh Kidul dilaksanakan oleh

Pemerintah Desa dengan cara membentuk Tim Pelaksana Kegiatan dan adanya

Persetujuan Badan Permusyawaratan Desa ( BPD ) melalui Musyawarah Desa

serta melibatkan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa ( KPMD) , Lembaga

Kemasyarakatan Desa dan unsur masyarakat yang ada.

4. Perencanaan Alokasi Dana Desa

Suharto (2014:17), menyatakan perencanaan adalah sebuah proses penting

yang menentukan keberhasilan suatu tindakan. Perencanaan merupakan tahap

awal dari berjalannya suatu kegiatan, sehingga perencanaan harus dilakukan

dengan matang agar kegiatan yang direncanakan dapat berjalan secara efektif.

Alokasi Dana Desa adalah salah satu pendapatan desa yang penggunaanya

terintegrasi dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), oleh


71

karena itu program perencanaan dan kegiatannya disusun melalui musyawarah

perencanaan desa, hal ini dilakukan oleh Desa Tempeh Kidul dalam mengolah

perencanaan ADD tersebut.

Dalam musyawarah tersebut yang dibahas adalah usulan-usulan

perencanaan atau program-program pembangunan desa yang berpedoman pada

prinsip-prinsip perencanaan pembangunan desa. Prinsip tersebut melibatkan

masyarakat dalam pengambilan keputusan dan menentukan pembangunan yang

akan dilakukan khususnya yang berlokasi di tempat mereka sendiri, sehingga

masyarakat dapat merespon dengan baik terkait pembangunan yang dibutuhkan.

Musdus merupakan salah satu tahapan dari rangkaian proses perencanaan

pembangunan, pembinaan, dan pemberdayaan masyarakat. Musdus merupakan

agenda yang wajib dilaksanakan selain sebagai sarana silaturrahmi aparatur

pemerintah kampung kepada masyarakat, juga agar pembangunan, pembinaan dan

pemberdayaan masyarakat ditahun kedepannya tepat sasaran dan berguna untuk

kesejahteraan masyarakat. Kegiatan musdus dihadiri oleh Kepala Kampung, Juru

Tulis kampung, staf aparatur pemerintah kampung, ketua RT dan RW dan seluruh

masyarakat dilingkungan RW dan RT setempat. Para peserta sendiri sangat

antusias dalam musdus dan dengan semangatnya masyarakat dalam

menyampaikan aspirasi dan beberapa saran dan tempat yang perlu dibangun

infrastruktur serta aparatur pemerintah kampung menjawab semua aspirasi

masyarakat dengan penuh kejelasan dan keterbukaan. Musdus sendiri diadakan

dirumah kepala kampung atau rumah warga yang memiliki halaman luas.
72

Sedangkan Musdes merupakan Musyawarah Desa atau yang disebut

dengan forum musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah

Desa, dan unsur masyarakat untuk memusyawarahkan dan menyepakati hal

strategis dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa. Hasil musyawarah desa

dalam bentuk kesepakatan dituangkan dalam keputusan hasil musyawarah

dijadikan dasar oleh Badan Permusyawaratan Desa dan Pemerintah Desa untuk

menetapkan kebijakan Pemerintahan Desa.

Dalam hal ini melalui musyawarah, yang melibatkan oleh Kepala Desa,

Perangkat Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Desa (LPMD) dan tokoh masyarakat setempat untuk sama-sama

membuat perencaan tentang ADD tersebut. Proses perencanaan pembangunan ini

tertuang pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) untuk

jangka waktu 6 tahun dan, Rencana Pembagunan Desa Tahunan Desa atau biasa

di sebut Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) merupakan penjabaran dari

RPJM Desa untuk jangka waktu satu tahun. Rencana pembangunan menengah

Desa dan rencana kerja pemerintah Desa ditetapkan dengan peraturan Desa.

Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDesa). RKPDesa ini akan menentukan arah

pembangunan desa dalam satu tahun ke depan.

Proses perencanaan pembangunan dibuat dalam RKP Desa (Rencana

Kerja Pembangunan) setelah itu dimuat dalam RAB (Rencana Anggaran Belanja).

Di dalam kegiatan perencanaan yang didanai oleh alokasi dana desa harus benar-

benar memperhatikan kebutuhan masyarakat karena alokasi dana desa merupakan


73

sumber pendapatan utama desa Tempeh Kidul, dalam hal ini sudah sesuai dengan

Perbub nomor 7 Tahun 2017 Pasal 1(satu).

Perencanaan yang telah disepakati juga harus transparan dan dapat

diketahui oleh seluruh masyarakat juga harus dapat dipertanggungjawabkan. Jika

tahap pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang bersumber dari dana alokasi dana desa

pada Desa Tempeh Kidul.

5. Pelaksanaan Alokasi Dana Desa

Secara umum pemerintah desa di desa Tempeh Kidul Kecamatan Tempeh

telah menjelaskan dengan baik tentang tujuan penggunaan ADD yaitu digunakan

pada pembiayaan bidang pemerintah desa dan kegiatan untuk pembangunan fisik.

Dalam pelaksanaan anggaran desa sudah ditetapkan sebelum timbulnya

transasksi penerimaan dan pengeluaran desa. Semua penerimaan dan pengeluaran

desa dalam rangka pelaksanaan kewenangan dilaksanakan melalui rekening kas

desa. Semua penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung oleh bukti yang

lengkap dan sah begitu halnya mengenai pengeluaran dana untuk pelaksanaan

pembangunan yang ada di Desa Tempeh Kidul.

Pelaksanaan kegiatan yang pembiayaannya bersumber dari dana alokasi

dana desa sepenuhnya dilaksanakan oleh tim pelaksana desa. Dalam program

pelaksanaan alokasi dana desa dibutuhkan keterbukaan dari tim pelaksana kepada

masyarakat. Salah satu wujud nyata dari tim pelaksana dalam mendukung

keterbukaan kepada masyarakat dengan memasang papan pengumuman yang

berisikan jadwal pelaksanaan kegiatan fisik yang sedang dilaksanakan.


74

Pemerintah Desa Tempeh Kidul sudah menerapkan prinsip transparansi kepada

masyarakat.

Hasil wawancara tersebut sudah sesuai dengan konsep transparansi

(Tjokroamidjojo, 2000) yaitu dapat diketahui oleh banyak pihak (yang

berkepentingan) mengenai perumusan kebijakan (politik) dari pemerintah,

organisasi, badan usaha. Dari sisi prinsip pelaksanaan ADD ditempuh melalui

sistem pelaporan yaitu laporan bulanan dan laporan masing-masing tahapan

kegiatan.

Dibawah ini adalah anggaran pendapatan :

Tabel 4.1
Anggaran Pendapatan

Kode Rek Uraian Anggaran (Rp) Bertambah/


Semula Menjadi Berkurang
1 2 3 4 5 6
1. Pendapatan
4.1 Pendapatan Asli 192.000.000,00 209.214.589,00 17.214.589,00)
Desa
4.1.2 Hasil Aset Desa 192.000.000,00 192.000.000,00 0,00
4.1.4 Lain-lain 0,00 17.214.589,00 17.214.589,00
Pendapatan Asli
Desa
4.2 Pendapatan 1.836.328.367,00 1.805.788.222,00 (30.540.145,00)
Transfer
4.2.1 Dana Desa 1.110.801.000,00 1.099.994.000,00 (10.807.000,00)
4.2.2 Bagi Hasil Pajak 38.429.367,00 26.196.222,00 (12.233.145,00)
dan Retribusi
4.2.3 Alokasi Dana 659.598.000,00 659.598.000,00 0,00
Desa
4.2.5 Bantuan 27.500.000,00 20.000.000,00 (7.500.000,00)
Keuangan
Kabupaten/Kota
4.3 Pendapatan 0,00 0,00 0,00
Lain-lain
4.3.6 Bunga Bank 0,00 0,00 0,00
Jumlah 2.028.328.367,00 2.015.002.811,00 (13.325.556,00)
Pendapatan

Sumber : Pemerintah Desa Tempeh Kidul Tahun 2020.


75

Berdasarkan tabel diatas dapat disampaikan bahwa pendapatan asli desa

bertambah dengan nominal awal berjumlah Rp.192.000.000,00 menjadi

Rp.209.214.589,00, dengan bertambah Rp.17.214.589,00, pertambahan tersebut

berasal dari perolehan dana dari pusat. Tetapi pada dana yang lainnya seperti

pendapatan transfer, dana desa, bagi hasil pajak dan retribusi, dan bantuan

keuangan kabupaten/kota mengalami pengurangan pagu dari pusat, hal tersebut

dikarenakan oleh dampak dari Covid-19. Covid-19 merupakan penyakit yang

disebabkan oleh jenis coronavirus baru yaitu Sars-CoV-2, yang dilaporkan

pertama kali di Wuhan Tiongkok pada tanggal 31 Desember 2019. Maka jumlah

pendapatan dari keseluruhan berjumlah Rp.2.015.002.811,00

6. Penatausahaan Alokasi Dana Desa

Berdasarkan Perbub nomor 7 Tahun 2017 menyatakan bahwa,

penatausahaan dilakukan oleh Bendahara Desa yang wajib melakukan pencatatan

setiap pemasukkan dan pengeluaran kas serta melakukan tutup buku setiap akhir

bulan secara tertib. Bendahara bisa menggunakan Buku Kas Umum, Buku Kas

Pembantu Pajak, Buku Pembantu Kegiatan dan Buku Bank guna membantu

pencatatannya. Semua hasil pencatatan dilaporkan melalui Laporan

Pertanggungjawaban kepada Kepala Desa selaku pemangku tertinggi. Buku kas

umum digunakan untuk mencatat bukti transaksi keuangan desa. Buku kas

pembantu pajak digunakan untuk mencatat bukti transaksi terkait dengan

pemungutan maupun penyetoran pajak oleh Bendahara Desa. Buku pembantu

kegiatan digunakan untuk mencatat penerimaan yang diperoleh bendahara desa

atau dari masyarakat (swadaya) yang telah dirupiahkan. Sedangkan buku bank
76

digunakan untuk mencatat bukti transaksi terkait dengan penerimaan maupun

pengeluaran melalui bank. Pengeluaran dicatat oleh pelaksana kegiatan atas

belanja-belanja yang telah dilaksanakan baik berupa belanja barang atau jasa

maupun modal. Atas saldo yang masih tersisa dan berada di pelaksana kegiatan,

maka dilakukan penyetoran kepada Bendahara Desa. Hal yang perlu menjadi

catatan adalah semua penerimaan dan pengeluaran tersebut didukung dengan

bukti yang sah dan lengkap. Bukti penerimaan yang perlu dibuat oleh pelaksana

kegiatan berupa tanda terima swadaya berupa barang dan daftar hadir untuk

tenaga atau gotong royong.

Penatausahaan Desa Tempeh Kidul telah berpedoman pada Perbub nomor

7 Tahun 2017. Hal tersebut terlihat pada Peraturan Desa mengenai Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) yang telah dibahas dan disepakati oleh

BPD (Badan Permusyawaratan Desa).

Pada saat melakukan penatausahan bendahara sudah menggunakan

komputer dengan Sistem Keuangan Desa (Siekudes).

Hasil wawancara tersebut sudah sesuai dengan pendapat berdasarkan


Hamzah (2015:35), Kepala Desa dalam melaksanakan penatausahaan
keuangan desa harus menetapkan bendahara desa. Penetapan bendahara desa
harus dilakukan sebelum dimulainya tahun anggaran bersangkutan dan
berdasarkan keputusan kepala desa. Bendahara adalah perangkat desa yang
ditunjuk oleh Kepala Desa untuk menerima, menyimpan, menyetorkan,
menatausahakan, membayar, dan mempertanggungjawabkan keuangan desa
dalam rangka pelaksanaan APBDes”.

7. Pelaporan Alokasi Dana Desa

Dalam melaksanakan tugas serta kewajibannya sebagai pengelolaan

keuangan desa, pemerintah desa wajib memberikan laporannya kepada Camat,

maupun Walikota. Disamping itu pemerintah desa dalam


77

mempertanggungjawabkan kegiatannya wajib menyampaikan kepada masyarakat.

Pelaporan Alokasi Dana Desa sebenarnya tidak terpisahkan dengan penyampaian

informasi Dana Desa, hanya saja terdapat laporan khusus yang membedakan

dengan dana-dana lainnya. Laporan ini bernama laporan realisasi alokasi dana

desa.

Pelaporan Alokasi Dana Desa berdasarkan Perbup Nomor 7 Tahun 2017

menyatakan, Kepala Desa menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan kepada

Bupati/Walikota berupa laporan semester pertama berupa laporan realisasi

APBDesa yang disampaikan paling lambat bulan Juli tahun berjalan, dan laporan

semester akhir tahun yang disampaikan paling lambat bulan Januari tahun

berikutnya.

Pelaporan pada desa Tempeh Kidul sudah sesuai Perbup nomor 7 Tahun

2017 dimana Kepala Desa menyampaikan laporan realisasi APBDes kepada

bupati/walikota berupa, laporan semester pertama dan semester akhir. Laporan

realisasi semester pertama APBDes paling lambat dilakukan akhir bulan Juli

tahun berjalan dan laporan semester akhir tahun paling lambat disampaikan bulan

Januari tahun berikutnya.

Tim Pendamping Tingkat Kecamatan yaitu staff dari kecamatan yang

bertugas untuk mendampingi dalam proses penyaluran dana, perencanaan dan

pelaksanaan. Serta pembinaan administrasi keuangan desa, termasuk melakukan

pengawasan, pengendalian, monitoring dan evaluasi. Sedangkan Inpektorat atau

tim fasilitasi kabupaten merupakan unsur pengawas penyelenggaraan

pemerintahan daerah, dalam melaksanakan tugas dan fungsinya yang


78

bertanggungjawab langsung kepada Bupati, secara teknis administratif mendapat

pembinaan dari Sekretaris Daerah. Inspektorat mempunyai tugas membantu

Bupati membina dan mengawasi pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi

kewenangan Daerah dan Tugas Pembantu Oleh Perangkat Daerah.

8. Pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa

Dalam pertanggungjawaban Organisasi Pemerintah Desa terhadap Alokasi

Dana Desa dibuatlah yang namanya Laporan Realisasi dan SPJ, laporan realisasi

adalah bentuk pertanggungjawaban Pemerintahan Desa terhadap pengelolaan

Alokasi Dana Desa yang dilaporkan dua kali dalam setahun atau setiap semester

dalam setahun, dan SPJ atau surat pertanggungjawaban adalah

pertanggungjawaban Pemerintahan Desa terhadap pengelolaan Alokasi Dana Desa

secara terperinci yang ditunjukan kepada pemberi amanah yang tentunya agar

dapat menjadi lebih transparan dan akuntabel mengenai segala aktifitas yang telah

dilaksanakan terhadap dana tersebut.

Pertanggungjawaban ADD di Desa Tempeh Kidul Kecamatan Tempeh

Kabupaten Lumajang terintegrasi dengan pertanggungjawaban APBDes.

Peraturan tersebut di maksudkan untuk memberikan landasan hukum bidang

kekuangan desa, sumber keuangan desa, dan anggaran pendapatan dan belanja

desa. Pengelolaan keuangan desa harus di lakukan secara efisien dan efektif,

transparan dan akuntabel. Add yang merupakan sumber utama pendapatan harus

dipertanggungjawabkan secara transparan kepada masyarakat maupun kepada

pemerintah kabupaten sebagai institusi pemberi kewenangan. Selain itu


79

pertanggungjawaban kepada masyarakat dilakukan secara periodik setiap tahapan

persiapan pelaksanaan alokasi dana desa.

Dari hasi analisis sistem pengelolaan alokasi dana desa dimaksud sebagai

upaya untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Alokasi dana desa

merupakan salah satu sumber utama pendapatan desa dan juga harus

dipertanggungjawabkan secara transparan dan akuntabel kepada masyarakat

maupun kepada pemerintah. Akuntabilitas alokasi dana desa di desa Tempeh

Kidul sudah direncanakan sesuai dengan Peraturan Bupati dan dibahas dalam

rapat BPD dengan Pemerintah Desa.

Sehingga pengelolaan alokasi dana desa Tempeh Kidul dapat

mempertanggungjawabkan kegiatannya dalam SPJ (Surat Pertanggungjawaban)

yang merupakan bentuk laporan penggunaan anggaran atau keuangan yang telah

digunakan maka setiap keuangan dari sumber manapun yang tercantum dalam

APBDes harus dipertanggungjawabkan dan dibuat SPJ nya sesuai ketentuan dan

peraturan yang berlaku dan beberapa bukti kwitansi yang nantinya dapat dilihat

oleh seluruh masyarakat, apakah selama kegiatan di Desa Tempeh Kidul sudah

sesuai dengan peraturan yang ada dan dana yang dipergunakan apakah sudah

dipergunakan sebaik-baiknya dan bisa dipertanggungjawabkan.

Penyaluran Alokasi Dana Desa pada Tahun 2020 sebesar

Rp.659.598.000,00 penggunaan alokasi dana desa yang diterima setiap desa

digunakan untuk 2 (dua) komponen yaitu 60% digunakan untuk gaji perangkat

desa dan 40% digunakan untuk membiayai operasional Pemerintahan Desa.

Keberhasilan penyelesaian permasalahan di desa tentunya hasil dari kerja sama


80

antara Pemerintah Desa dengan masyarakatnya. Masyarakat dengan mengikuti

musyawarah desa ini menunjukkan bahwa masyarakat ingin menyelesaikan

permasalahan di desa masing-masing. Tingkat pengelolaan alokasi dana desa

dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan

pertanggungjawaban.

Sedangkan data sekundernya berupa dokumen tentang pengelolaan

keuangan desa berupa rekapitulasi anggaran Alokasi Dana Desa. Adapun

rinciannya sebagai berikut:

Tabel 4.2
Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan Alokasi Dana Desa
Tempeh Kidul Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang.
1. Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Desa Tahun Anggaran 2020

No. Kegiatan Sumber Jumlah


Dana
1 Penyediaan penghasilan tetap dan ADD 120.000.000
tunjangan Kepala Desa
2 Penyediaan penghasilan tetap dan ADD 391.621.000
tunjangan Perangkat Desa
3 Penyediaan jaminan sosial bagi ADD 34.017.300
Kepala Desa dan Perangkat Desa
4 Penyediaan operasional pemerintah ADD 79.311.760
desa
5 Penyediaan tunjangan BPD ADD 36.000.000
6 Penyediaan operasional BPD ADD 1.000.000
7 Penyediaan insentif/operasional rt/rw ADD 93.600.000
8 Pemeliharaan perlengkapan dan ADD 18.900.000
peralatan kantor
9 Penyusunan dokumen perencanaan ADD 10.850.000
desa
10 Penyusunan dokumen keuangan desa ADD 1.800.000
11 Pengembangan sistem informasi desa ADD 900.000
12 Administrasi pajak bumi dan ADD 66.953.946
bangunan
Jumlah 854.954.006
Sumber : Pemerintahan Desa Tempeh Kidul Tahun 2020.
81

Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui jumlah pada Bidang

Penyelenggaraan Pemerintah Desa berjumlah Rp.854.954.006. Jumlah

paling tinggi yaitu Penyediaan penghasilan tetap dan tunjangan Perangkat

Desa yaitu sebesar Rp. 391.621.000,00. Sedangkan jumlah paling rendah

yaitu pada kegiatan Pengembangan sistem informasi desa yaitu berjumlah

Rp.900.000,00. Alasan pada penyediaan penghasilan tetap dan tunjangan

perangkat desa berjumlah paling tinggi karena ditetapkan dengan

mempertimbangkan efisiensi, jumlah perangkat, kompleksitas tugas

pemerintahan, dan letak geografis. Sedangkan pada penyediaan

penghasilan tetap dan tunjangan Kepala Desa yang berjumlah cukup besar

yaitu Rp.120.000.00,00 karena besaran dan presentase penghasilan tetap

kepala desa ditentukan berdasarkan ADD desa tersebut dan ditentukan

oleh bupati/walikota dalam bentuk peraturan bupati/walikota. Penghasilan

tetap Kepala Desa dan Perangkat Desa bersumber dari dana perimbangan

dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang diterima

oleh kabupaten/kota dan ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) kabupaten/kota.

2. Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa Tahun Anggaran 2020

Tabel 4.3
Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa Tahun Anggaran 2020
No. Kegiatan Sumber Jumlah
Dana
1 Pengelolaan Perpustakaan Desa ADD 3.600.000
3 Penyelenggaraan posyandu ADD 70.425.000
4 Pembangunan /pengerasan jalan desa ADD 130.029.000
5 Pembangunan/peningkatan prasarana ADD 197.120.000
jalan desa
6 Penyusunan dokumen perencanaan ADD 6.000.000
tata ruang desa
82

Jumlah 407.174.000
Sumber : Pemerintahan Desa Tempeh Kidul Tahun 2020.

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui jumlah pada Bidang Pelaksanaan

Pembangunan Desa berjumlah Rp.407.174.000,00. Pada bidang

pelaksanaan pembangunan desa jumlah paling tinggi adalah

pembangunan/pengerasan jalan desa yang berjumlah Rp.197.120.000,00.

Pembangunan jalan yang termasuk jenis dari pengerasan jalan adalah

usaha swadaya masyarakat desa dan bantuan dari Alokasi Dana Desa.

Banyak atau tidaknya jumlah bantuan tergantung dari seberapa rajinnya

desa mengajukan proposal bantuan pembangunan jalan kepada kabupaten,

provinsi dan pusat dan juga kesiapan swadaya masyarakat desa setempat.

Sedangkan jumlah terendah yaitu pengelolaan perpustakaan desa

Rp.3.600.000,00 alasan kenapa lebih rendah dikarenakan keperluan untuk

kebutuhan perpus lebih sedikit dan renovasi pada tempat juga tidak terlalu

memakan biaya banyak, serta SDM yang terbatas dalam mengelola

perpustakaan tersebut. Sudah dikatakan perpustakaan yang baik dan ideal

jika memiliki ruangan/gedung yang memadai, koleksi yang lengkap dan

fasilitas yang cukup. Perlu dipahami bahwa penyediaan gedung/ruangan

perpustakaan merupakan tanggungjawab pemerintah desa, yang dalam hal

ini diwakili oleh Kepala Desa secara fungsional adalah penanggung jawab

pelaksanaan penyelenggaraan perpustakaan.


83

3. Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Tahun Anggaran 2020

Tabel 4.4
Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Tahun Anggaran 2020
No. Kegiatan Sumber Jumlah
Dana
1 Pembinaan PKK ADD 10.000.000
JUMLAH 10.000.000
Sumber : Pemerintahan Desa Tempeh Kidul Tahun 2020.

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui jumlah pada Bidang Pembinaan

Kemasyarakatan berjumlah Rp.10.000.000,00. Yang terdiri hanya

Pembinaan PKK, pembinaan PKK sendiri adalah organisasi masyarakat

yang memberdayakan wanita untuk ikut berpartisipasi dalam

pembangunan indonesia, yang bertujuan untuk mewujudkan keluarga yang

beriman,bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berakhlak

muliadan berbudi luhur. PKK sendiri terdapat banyak kegiatan salah

satunya adalah sandang, yang merupakan kegiatan program pkk dalam

memberikan bimbingan kepada ibu rumah tangga tentang keindahan dan

kepantasan dalam berbusana. Beberapa kegiatan dalam program ini adalah

penyuluhan busana serasi dan pantas pakai, pelatihan menjahit, lomba

busana kartini dalam peringatan hari kartini.

Dengan adanya organisasi PKK dengan program yang disediakan

diharapkan dapat memberikan sumbangsih dan ikut berpartisipasi dalam

pembangunan Desa Tempeh Kidul.


84

4. Bidang Pemberdayaan Masyarakat Tahun Anggaran 2020.

Tabel 4.5
Bidang Pemberdayaan Masyarakat Tahun Anggaran 2020
No. Kegiatan Sumber Jumlah
Dana
1 Peningkatan kapasitas perangkat desa ADD 5.000.000
JUMLAH 5.000.000
Sumber : Pemerintahan Desa Tempeh Kidul Tahun 2020.

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui jumlah pada Bidang Pembinaan

Kemasyarakatan berjumlah Rp.5.000.000,00. Yang hanya terdiri dari

peningkatan kapasitas perangkat desa dengan jumlah dana

Rp.5.000.000,00. Pembinaan kemasyarakatan sendiri merupakan program

pemerintah dalam meningkatkan serta mengelola lembaga dan sumber

daya manusia agar lebih baik dan bekerja sesuai dengan yang diharapkan.

Pembinaan kemasyarakatan dilakukan melalui pelatihan, rapat, lomba, dan

peringatan hari besar dan lain-lain.

Salah satu contoh kegiatan pembinaan kemasyarakatan yaitu kegiatan

pembinaan lembaga kemasyarakatan yang merupakan upaya untuk

meningkatkan kinerja lembaga dibawahnya agar dapat bekerja sesuai yang

diharapkan dan membantu pemerintah dalam memajukan desa. Lembaga

yang dimaksud yaitu RT, RW, karang taruna, PKK, keamanan. Sedangkan

bentuk pembinaannya adalah berupa pelatihan, rapat koordinasi, dan

peningkatan sarana dan prasarana lembaga.


85

5. Bidang Penanggulangan Bencana, Darurat dan Mendesak Desa

Tahun Anggaran 2020

Tabel 4.6
Bidang Penanggulangan Bencana, Darurat dan Mendesak Desa Tahun
Anggaran 2020
No. Kegiatan Sumber Jumlah
Dana
1 Penanganan keadaan darurat ADD 664.673.600
2 Penanganan keadaan mendesak ADD 51.746.400
JUMLAH 716.420.000
Sumber : Pemerintahan Desa Tempeh Kidul Tahun 2020.

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui jumlah pada Bidang Pembinaan

Kemasyarakatan berjumlah Rp.716.420.000,00. Yang terdiri dari 2

kegiatan yang dana tertingginya adalah pada penanganan keadaan darurat

dengan jumlah Rp.664.673.600,00. Penanganan keadaan darurat

contohnya adalah bencana, yang mana adalah sebuah peristiwa yang

mengancam kehidupan yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor

non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan korban jiwa

manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak

psikologis, itulah mengapa dana penanganan darurat cukup tinggi.

Sesuai ketentuan undang-undang terkait penanggulangan bencana, pada

saat tanggap darurat bencana selain didukung dana Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) juga disediakan Dana Siap Pakai. Dana Siap Pakai

tersebut disediakan oleh Pemerintah dalam Anggaran Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB).


86

Berdasarkan dari analisis data di atas dapat diketahui mengenai analisis

pengelolaan alokasi dana desa di Desa Tempeh Kidul dengan rincian

Alokasi Dana Desa senilai Rp. 659.598.000,00 yang terdiri dari bidang

Penyelenggaraan Pemerintah Desa Rp. 854.954.006,00 , Bidang

Pelaksanaan Pembangunan Desa Rp. 407.174.000,00 , Bidang Pembinaan

Kemasyarakatan Rp. 10.000.000,00 , Bidang Pemberdayaan Masyarakat

Rp.5.000.000,00 , Bidang Penanggulangan Bencana, Darurat dan

Mendesak Desa Rp.716.420.000,00 kemudian pembiayaan desa yang

terdiri Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) Rp.17.052.050,46.

Dilihat dari laporan Anggaran dan Pendapatan Belanja Desa (APBDes)

bahwa desa Tempeh Kidul memperoleh Dana Transfer Alokasi Dana Desa

sebesar Rp.659.598.000,00.

9. Pengawasan Alokasi Dana Desa

Pengendalian pelaksanaan ADD dilakukan dalam rangka untuk menjamin

penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.

Tujuan dilakukan pengendalian adalah untuk menjamin setiap proses pelaksanaan

ADD memiliki kesesuaian dengan maksud, tujuan dan sasaran yang akan dicapai

dan efektifitas serta efisiensi anggaran yang akuntabel.

Bentuk dari pengendalian pelaksanaan ADD adalah dengan pengawasan

dan pelaporan. Dengan adanya pengawasan, perencanaan yang dibuat diharapkan

dapat berjalan dan terlaksana dengan maksimal, karena tanpa adanya pengawasan

dari pihak yang bersangkutan maka perencanaan yang telah ditetapkan akan sulit

diterapkan sehingga tujuan yang diharapkan akan sulit terwujud.


87

Pola pengawasan terhadap pengelolaan ADD dilakukan oleh:

1. Pengawasan fungsional dilakukan oleh inspektorat Kabupaten

Lumajang.

2. Pengawasan Teknis dilakukan oleh Tim Fasilitasi Kabupaten dan Tim

Pendamping Kecamatan.

3. Pengawasan Operasional dilakukan oleh masyarakat melalui BPD.

Fungsi dalam bidang pengawasan ini meliputi pengawasan terhadap

pelaksanaan Peraturan Desa,

Berikut adalah hasil wawancara kepada Perangkat Desa Tempeh Kidul

mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pertanggungjawaban

dan pelaporan alokasi dana desa:

Tabel 4.7
Hasil Wawancara Kepada Perangkat Desa Tempeh Kidul.
No. Nama Pertanyaan Hasil
1. Rushayati Apakah pada saat proses perencanaan bukan musrenbangdes tetapi
sebagai Kaur melakukan musrenbangdes terlebih musdus, musdus itu keliling
Keuangan dahulu? perdusun mengadakan
Desa Tempeh perkumpulan aspirasi
Kidul. masyarakat, apa yang
dibutuhkan masyarakat, usulan
masyarakat,berupa
pembangunan, pemberdayaan
masyarakat, lalu setelah musdus
yaitu musdes diadakan didesa
yang dihadiri oleh kelembagaan
desa, tokoh masyarakat, pemuda
yang diwakili oleh beberapa
orang yang membahas tentang
pengelolaan add yang nantinya
diprioritaskan pada
pembangunan yang dibutuhkan
masyarakat yang mendesak, dan
terbentuklah RPJMDes lalu
RKPDes
2. Rushayati a. Dipergunakan untuk apa saja alokasi a. ADD diperuntukkan
sebagai Kaur dana desa di Desa Tempeh Kidul? sebagian dalam pembagian
88

Keuangan b. Pada proses pelaksanaan apakah tim belanja operasional dan


Desa Tempeh pelaksana sudah menerapkan prinsip untuk pembiayaan kegiatan
Kidul. transparansi kepada masyarakat? masyarakat.
b. Sudah, dengan dipasangnya
papan informasi agar
masyarakat bisa mengetahui
pelaksanaan kegiatan yang
didanai dari alokasi dana
desa.
3. Rushayati Apakah proses pencatatan sudah sesuai Untuk proses pencatatan
sebagai Kaur dengan Perbub No. 7 Tahun 2017? sebelum berpedoman pada
Keuangan Perbup No. 7 Tahun 2017 kami
Desa Tempeh pokoknya asal catat saja yang
Kidul. penting jelas, dan jika ditinjau
kami bisa menjelaskannya.
Tetapi setelah berpedoman pada
Perbup itu pencatatannya sudah
sesuai dengan peraturan tersebut
harus ada buku kas umum, buku
kas pembantu pajak, buku
pembantu kegiatan dan buku
bank. Dan kami selalu melihat
caranya dari contoh yang
diberikan oleh pihak kecamatan.
4. Anita Kusuma Bagaimana proses pelaporan add di Untuk laporan realisasi pertama
Wardani, S.H Desa Tempeh Kidul? sudah dilaporkan oleh Kepala
sebagai Desa melalui Tim Pendamping
Sekretaris Tingkat Kecamatan kepada
Desa Tempeh Bupati/Walikota melalui Tim
Kidul. Fasilitasi kabupaten
(Inspektorat) pada bulan Juli,
sedangkan untuk laporan
realisasi semester akhir sudah
dilaporkan pada bulan Januari.
5. Anita Kusuma Bagaimana proses Dalam
Wardani, S.H pertanggungjawaban di Desa Tempeh mempertanggungjawabkan
sebagai Kidul? pengelolaan ADD disini kami
Sekretaris membuat Laporan Realisasi dan
Desa Tempeh SPJ yang merupakan bentuk
Kidul. pertanggungjawaban kami,
kepada pemberi dana, dan
masyarakat yang memerlukan
informasi. Dan untuk laporan
pertanggungajawabannya setiap
desa mempunyai
pertanggungajwaban yang
nantinya akan disampaikan
kepada inspektorat yang
nantinya mereka akan
menyampaikan kepada Bupati
89

6. Anita Kusuma Bagaimana proses dalam penyaluran Penyaluran ADD oleh


Wardani, S.H dananya? pemerintah disalurkan melalui
sebagai Bank Pembangunan Daerah
Sekretaris (BPD) kemudian pemerintah
Desa Tempeh mengirim dana ke rekening
Kidul. desa, kemudian desa mengelola
dana tersebut melalui Tim
Pengelola Kegiatan (TPK) yang
anggarannya sebelumnya sudah
direncanakan di APBDes.
7. Anita Kusuma Bu, untuk penyaluran dana alokasi Bertahap dan tahapan
Wardani, S.H dana desa apakah dilakukan setiap penyaluran dana dilakukan oleh
bulan apa bertahap ya bu? bagian kas daerah dengan cara
mentransfer melalui BPD.
8. Anita Kusuma Bagaimana peran BPD dalam Dibilang tanggung jawab, BPD
Wardani, S.H mengawasi setiap jalannya proses (Badan Permusyawaratan Desa)
pengelolaan ADD disini? kita kalau soal pengawasan
pengelolaan ADD ini cukup
bertanggung jawab. Hal ini kita
lihat dari tanggung jawab
mereka dalam melakukan fungsi
pengawasan yang mereka
lakukan terhadap pengelolaan
ADD ya cukup baik. Karena
disini kami sebagai perangkat
desa dan Pemerintah Desa yang
merasakannya.Kami benar-
benar menjadi lebih berhati-hati
dalam melakukan
penyelanggaran Pemerintah
Desa.Sejauh ini pengelolaan
ADD masih berjalan lancar, ya
ini karena adanya pengawasan
dari pihak BPD juga.
9. Anita Kusuma Apa saja persyaratan pada saat proes Kepala Desa harus
Wardani, S.H pengajuan dana ADD? melengkapi dokumen Berita
Acara Musyawarah yang
dihadiri unsur Pemerintah
Desa, BPD, dan Lembaga
Kemasyarakatan Desa, yang
menyepakati pemberian
kewenangan atas pengajuan
dana ADD.
Sumber: Diolah Peneliti Tahun 2021.
90

4.1.4 Analisis Data

a. Persyaratan Pengajuan Alokasi Dana Desa.

Berdasarkan Perbup Lumajang No. 7 Tahun 2017 syarat untuk pengajuan

ADD meliputi, Permohonon Kepala Desa kepada Bupati dalam hal pengajuan

Kepala Desa harus melengkapi dokumen Berita Acara Musyawarah yang dihadiri

unsur Pemerintah Desa, BPD, dan Lembaga Kemasyarakatan Desa, yang

menyepakati pemberian kewenangan atas pengajuan dana ADD hingga

dilantiknya Kepala Desa. Serta menyerahkan fotocopy rekening kas desa, sk

bendahara desa, rencana penggunaan dana, pakta integritas bermaterai cukup dan

laporan realisasi anggaran tahun sebelumnya.

Berdasarkan data di atas Pemerintah Desa Tempeh Kidul telah melakukan

persyaratan pengajuan sesuai ketentuan yang berlaku, seperti melengkapi

dokumen Berita Acara Musyawarah dan menyerahkan fotocopy rekening kas

Desa sk bendahara desa, rencana penggunaan dana, pakta integritas bermaterai

cukup dan laporan realisasi anggaran tahun sebelumnya.

b. Mekanisme Penyaluran dan Pencairan Alokasi Dana Desa

Alokasi Dana Desa disalurkan Pemerintah kepada Kabupaten yang

kemudian penyalurannya dengan cara pemindah bukuan dari RKUD ke rekening

kas Desa dan penyaluran alokasi dana desa dilakukan secara bertahap. Penyaluran

Alokasi Dana Desa dari kabupaten ke desa yaitu dari rekening RKUD ke rekening

kas Desa baru dapat dilakukan setelah APBDes ditetapkan. Penyaluran dana

dilakukan oleh bagian kas daerah dengan cara transfer melalui Bank

Pembangunan Daerah (BPD). Dalam proses pencairan dana tersebut, apabila


91

ADD di salurkan sudah diterima oleh tim pengelola ADD , maka pengelola ADD

diwajibkan menghimpun semua pertanggungjawab kepada Bupati Lumajang,

dikoordinir oleh pengelola ADD di tingkat Kecamatan.

Dapat disimpulkan bahwa mekanisme penyaluran dan pencairan alokasi

dana desa dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) dilakukan

secara bertahap yang dilengkapi dengan surat rekomendasi dari camat yang

menyatakan surat pertanggungjawaban tahun sebelumnya sudah dilaporkan oleh

Desa ke Kecamatan dan mendapat verifikasi di Kecamatan.

c. Pengelolaan Keuangan Alokasi Dana Desa

Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa Tempeh Kidul Tahun Anggaran

2020 adalah kewajiban Pemerintah Desa Tempeh Kidul untuk memberikan

pertanggungjawaban untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakannya

dalam pengelolaan dan penggunaan Alokasi Dana Desa Tahun Anggaran 2020,

beserta dengan penjelasan tentang kegagalan maupun keberhasilan

pelaksanaannya kepada Pemerintah Kabupaten Lumajang, masyarakat terkait.

Pengelolaan ADD merupakan satu kesatuan dengan pengelolaan

keuangan desa. Dalam hal ini Pengelolaan Alokasi Dana Desa sepenuhnya

dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dengan cara membentuk Tim Pelaksana

Kegiatan dan adanya Persetujuan Badan Permusyawaratan Desa ( BPD )

melalui Musyawarah Desa serta melibatkan Kader Pemberdayaan Masyarakat

Desa ( KPMD) , Lembaga Kemasyarakatan Desa dan unsur masyarakat yang

ada.
92

Pengelolaan Alokasi Dana Desa harus dilaksanakan dengan prinsip

transparan yang diawali dengan musyawarah tersebut sudah tertuai dalam Perbub

nomor 7 Tahun 2017. Ketentuan tersebut menunjukkan adanya komitmen

pemerintah Kabupaten Lumajang memberikan dana ADD untuk memberikan

stimulasi kegiatan operasional dan pemberdayaan masyarakat, semua tidak

terlepas dari pedoman-pedoman menaungi alokasi dana desa. Pengelolaan Alokasi

Dana Desa Tempeh Kidul dilakukan sesuai dengan Peraturan Bupati No. 7 Tahun

2017, yang meliputi pengajuan, penyaluran, pengelolaan, perencanaan,

pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban serta

pengawasan.

Berdasarkan data di atas Pemerintah Desa Tempeh Kidul Pengelolaan

Alokasi Dana Desa harus dilaksanakan dengan prinsip transparan yang diawali

dengan memberikan stimulasi kegiatan operasional dan pemberdayaan

masyarakat, semua tidak terlepas dari pedoman-pedoman menaungi alokasi dana

desa. Pengelolaan Alokasi Dana Desa Tempeh Kidul dilakukan sesuai dengan

Peraturan Bupati No. 7 Tahun 2017, yang meliputi pengajuan, penyaluran,

pengelolaan, perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan

pertanggungjawaban serta pengawasan.

d. Perencanaan Alokasi Dana Desa Tempeh Kidul

Berdasarkan perolehan data mengenai Perencanaan pada Desa Tempeh

Kidul menyebutkan bahwa perencanaan pengelolaan alokasi dana desa merupakan

proses panjang yang mulai dilakukan pada bulan Juni hingga bulan September

tahun berjalan, dalam hal ini tahun 2020. Pada dasarnya perencanaan pengelolaan
93

alokasi dana desa sama dengan perencanaan pengelolaan pendapatan desa lainnya,

dimana hal tersebut diatur dalam Peraturan Bupati Lumajang Nomor 7 Tahun

2017 tentang Pengelolaan Pengelolaan Alokasi Dana Desa.

Berdasarkan hasil analisis tentang perencanaan alokasi dana desa di desa

Tempeh Kidul dalam pengelolaan alokasi dana desa dihadiri oleh Kepala Desa,

Perangkat Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Desa (LPMD) dan tokoh masyarakat setempat dalam membahas

perencanaan tentang dana alokasi dana desa, yang mana agar masyarakat bisa

mengusulkan atau memberi pendapat dan masukkan mengenai apa saja

pembangunan yang akan dibutuhkan khususnya yang berlokasi di tempat mereka.

Dari segi perencanaan pada desa tempeh kidul sudah sesuai dengan Perbub

Nomor 7 Tahun 2017 Pasal 1 (satu) yang mana disebutkan sebagai berikut:

“Badan Permusyawaratan Desa, yang selanjutnya disingkat BPD adalah


lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan
wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan
secara demokratis. Musyawarah Desa adalah musyawarah antara Badan
Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang
diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang
bersifat strategis. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa, yang selanjutnya
disingkat LPMD adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan
kebutuhan dan merupakan mitra Pemerintah Desa dalam memberdayakan
masyarakat”.

Dari perencanaan program kerja diatas kemudian dibahas melalui musdus

terlebih dahulu kemudian musdes yang dihadiri perangkat desa dan tokoh

masyarakat. Musdes merupakan Musyawarah Desa atau yang disebut dengan

nama lain adalah forum musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa,

Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan

Permusyawaratan Desa untuk memusyawarahkan dan menyepakati hal strategis


94

dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa. Prinsip tersebut mengharuskan

keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan dan menentukan

pembangunan yang akan dilaksanakan khusunya berlokasi di desa yang

bersangkutan, sehingga benar-benar dapat merespon kebutuhan atau aspirasi yang

berkembang.

Dapat disimpulkan bahwa proses perencanaan di Desa Tempeh Kidul

dimulai dari tahap yang paling bawah yaitu musyawarah dusun yaitu musyawarah

tingkat dusun kemudian musdes musyawarah di tingkat desa. Musdus merupakan

musyawarah yang dilakukan di tingkat dusun yang dihadiri oleh masyarakat

wilayah dusun yang dihadiri oleh Kepala Kampung. Dalam musyawarah tersebut

masyarakat akan membahas berbagai bidang dan sektor di masing-masing dusun

untuk menemukan program kegiatan yang dirumuskan. Hasil program yang

dirumuskan dalam Musdus tersebut akan dibahas pada Musdes untuk

diprioritaskan program mana saja yang paling dibutuhkan oleh masyarakat sesuai

dengan anggaran yang ada.

e. Pelaksanaan Alokasi Dana Desa Tempeh Kidul

Perbedaan alokasi dana desa dengan pendapatan desa lainnya menurut

Perbub Nomor 7 Tahun 2017 adalah pada pelaksanaan yang diprioritaskan untuk

penggunaan, yaitu untuk kegiatan operasional pemerintah desa, kegiatan

pembangunan fisik desa dan pemberdayaan masyarakat desa. Untuk kegiatan

operasional desa digunakan untuk kegiatan belanja dan operasional desa dan

belanja operasional BPD. Untuk kegiatan pembangunan fisik digunakan untuk

mendanai pengadaan sarana dan prasarana fisik. Untuk pemberdayaan masyarakat


95

digunakan untuk honorarium tim pelaksana ADD, belanja penguatan kelembagaan

dan lainnya. Desa Tempeh Kidul sudah sesuai dengan peraturan yang sudah

ditetapkan.

Hasil dari rincian penggunaan alokasi dana desa menjadi pedoman

pemerintah dalam menyelenggarakan pembangunan desa. Informasi mengenai

pengelolaan ADD dapat diakses oleh seluruh masyarakat di Desa Tempeh Kidul

agar pengelolaan tersebut dapat dipertanggungjawabkan melalui dengan

dipasangkan papan pengumuman yang berisikan jadwal pelaksanaan kegiatan

fisik yang sedang dilaksanakan. Pemerintah Desa Tempeh Kidul sudah

menerapkan prinsip transparansi kepada masyarakat. Prinsip transparansi juga

diwujudkan dimana dalam pelaksanaan ADD melibatkan LPMD (Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Desa) sebagain mitra dalam pengerjaan fisik dan tokoh

masyarakat dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pengelolaan ADD

dan pemerintah desa dengan memberikan informasi yang dipampang pada Balai

Desa Tempeh Kidul sehingga masyarakat dapat mengetahui program apa saja

yang didanai oleh ADD sehingga masyarakat lebih mudah dalam mengawasi

pelaksanaan kegiatan pembangunan desa apabila terjadi penyimpangan dan

kendala-kendala di desa.

Dapat disimpulkan bahwa proses pelaksanaan sudah sesuai dengan

Peraturan Bupati nomor 7 Tahun 2017 Pasal 12. Karena pelaksanaan sudah

digunakan untuk kegiatan operasional pemerintah desa, kegiatan pembangunan

fisik desa dan pemberdayaan masyarakat desa. Meskipun pada dananya sendiri
96

mengalami penurunan pagu dari pusat karena disebabkan oleh adanya dampak

dari Virus Corona-19.

f. Penatausahaan Alokasi Dana Desa Tempeh Kidul

Penatausahaan dilakukan oleh Bendahara Desa yang wajib melakukan

pencatatan setiap pemasukkan dan pengeluaran kas serta melakukan tutup buku

akhir bulan secara tertib. Bendahara juga menggunakan Buku Kas Umum, Buku

Kas Pembantu Pajak, Buku Pembantu Kegiatan dan Buku Bank.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui mengenai prosedur pelaksanaan

penatausahaan alokasi dana desa, yaitu bendahara melaksanakan tahapan sebagai

berikut: 1) melakukan pencatatan setiap pemasukkan dan pengeluaran kas, 2)

pencatatan dilakukan dalam buku kas umum, buku kas pembantu pajak, buku

pembantu kegiatan, dan buku bank, 3) melakukan tutup buku setiap akir bulan

secara tertib, 4) hasil dilaporkan melalui laporan pertanggungjawaban kepada

kepala desa. Pernyataan tersebut sesuai dengan Perbub nomo 7 Tahun 2017 Pasal

15 ayat 6.

Hal ini juga tertuang dalam Permendagri nomor 113 Tahun 2014 pasal 35

menyatakan bahwa, penatausahaan dilakukan oleh bendahara desa yang wajib

melakukan pencatatan setiap pemasukkan dan pengeluaran kas serta melakukan

tutup buku setiap akhir bulan secara tertib. Perbedaan perbup nomor 7 tahun 2017

dengan Permendagri nomor 113 Tahun 2014 jika dalam permendagri

menggunakan buku kas umum, kas pembantu pajak dan buku bank, sedangkan

dalam perbub terdapat buku pembantu kegiatan. Desa. Sesuai tugasnya Bendahara

Desa melakukan pencatatan secara sistematis dan kronologis terhadap


97

transaksitransaksi keuangan yang terjadi baik berupa penerimaan maupun

pengeluaran dengan menggunakan: (1) Buku Kas Umum, dengan format: nomor,

tanggal, kode rekening, uraian, penerimaan, pengeluaran, nomor bukti, jumlah

pengeluaran komulatif, dan saldo; (2) Buku Kas Pembantu Pajak, dengan format;

nomor, tanggal, pemotongan, penyetoran, dan saldo; (3) Buku Pembantu

Kegiatan, dengan format; nomor, tanggal, uraian, debet, kredit, saldo. (4) Buku

Bank, dengan format: nomor, tanggal, uraian transaski, bukti transaksi, setoran,

bunga bank, penarikan, pajak, biaya administrasi, dan saldo. Setelah melakukan

pencatatan terhadap seluruh transaksi, Bendahara Desa melakukan tutup buku

setiap akhir bulan.

Dapat disimpulkan bahwa proses penatausahaan sudah sesuai dengan

Peraturan Bupati Nomor 7 Tahun 2017 Pasal 15 ayat 6 karena dalam proses

pencatatan sudah dilakukan oleh Bendahara Desa dan sudah menggunakan Buku

Kas Umum, Buku Kas Pembantu Pajak, Buku Pembantu Kegiatan dan Buku

Bank.

g. Pelaporan Alokasi Dana Desa Tempeh Kidul

Pelaporan merupakan salah satu bentuk tanggungjawab yang dilakukan

pemerintah desa. Dengan adanya pelaporan akan mempermudah dalam proses

evaluasi atas pelaksanaan program atau kegiatan yang dibiayai oleh alokasi dana

desa. Dalam pelaporan, kepala desa dan bendahara sering berkoordinasi dan

konsultasi dengan tim asistensi yang ada di Kecamatan Tempeh maupun di Badan

Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan Desa (BPMD) di Kabupaten

Lumajang, agar kesalahan yang terjadi dalam hal pelaporan keuangan desa dapat
98

diminimalisir sekecil mungkin sehingga sesuai dengan Peraturan Bupati nomor 7

Tahun 2017.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui mengenai prosedur pelaksanaan

pelaporan alokasi dana desa, yaitu, pelaksanan pelaporan pada desa Tempeh Kidul

sudah sesuai Perbup nomor 7 Tahun 2017 dimana Kepala Desa menyampaikan

laporan realisasi APBDes melalui Tim Pendamping Tingkat Kecamatan kepada

Bupati/Walikota melalui Tim Fasilitasi Kabupaten berupa, laporan semester

pertama dan semester akhir. Laporan realisasi semester pertama APBDes paling

lambat dilakukan akhir bulan Juli tahun berjalan dan laporan semester akhir tahun

paling lambat disampaikan bulan Januari tahun berikutnya. Hal tersebut sudah

sesuai dengan perbub nomor 7 tahun 2014 pasal 21.

Dapat disimpulkan bahwa proses pelaporan sudah sesuai dengan Peraturan

Bupati Nomor 7 Tahun 2017 Pasal 21 yang mana laporan realisasi semester awal

dilakukan akhir bulan Juli dan semester akhir dilakukan pada bulan Januari

dimana Kepala Desa menyampaikan laporan realisasi APBDes melalui Tim

Pendamping Tingkat Kecamatan kepada Bupati/Walikota melalui Tim Fasilitasi

Kabupaten.

h. Pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa Tempeh Kidul

Berdasarkan hasil penelitian diketahui mengenai prosedur pelaksanaan

pertanggungjawaban alokasi dana desa, yaitu, pengelolaan alokasi dana desa

Tempeh Kidul dapat mempertanggungjawabkan kegiatannya dalam SPJ (Surat

Pertanggungjawaban) yang merupakan bentuk laporan penggunaan anggaran atau

keuangan yang telah digunakan maka setiap keuangan dari sumber manapun yang
99

tercantum dalam APBDes harus dipertanggungjawabkan dan dibuat SPJ nya

sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku dan beberapa bukti kwitansi yang

nantinya dapat dilihat oleh seluruh masyarakat, apakah selama kegiatan di Desa

Tempeh Kidul sudah sesuai dengan peraturan yang ada dan dana yang

dipergunakan apakah sudah dipergunakan sebaik-baiknya dan bisa

dipertanggungjawabkan.

Dapat disimpulkan bahwa proses pertanggungjawaban sudah memenuhi

aturan sebagaimana dengan mempertanggungjawabkan pengelolaan alokasi dana

desa dengan dibuatnya SPJ sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku dan

beberapa bukti kwitansi yang nantinya dapat dilihat oleh seluruh masyarakat,

apakah selama kegiatan di Desa Tempeh Kidul sudah sesuai dengan peraturan

yang ada dan dana yang dipergunakan apakah sudah dipergunakan sebaik-baiknya

dan bisa dipertanggungjawabkan., karena hal tersebut merupakan bentuk

pertanggungjawaban kepada pemberi dana dan masyarakat yang memerlukan

informasi hal tersebut sudah sesuai pada Peraturan Bupati Lumajang nomor 7

Tahun 2017 Pasal 23.

i. Pengawasan Alokasi Dana Desa

Dalam pelaksanaan fungsi pengawasan, Badan Permusyawaratan Desa

(BPD) berhak meminta pertanggungjawaban Kepala Desa serta meminta

keterangan kepada Pemerintah Desa. Fungsi BPD dalam pengawasan meliputi

pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dengan cara BPD mengawasi

semua tindakan Pemerintah Desa dalam menjalankan roda Pemerintahan Desa

yang dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Pengawasan terhadap


100

APBDes dengan cara BPD memantau semua pemasukkan dan pengeluaran desa

meminta laporan pertanggungjawaban menyangkut keuangan desa. Pengawasan

terhadap keputusan Kepala Desa yaitu dengan cara BPD melihat dari proses

pembuatan sampai isi keputusan tersebut serta mengawasi pelaksanaan keputusan

yang telah ditetapkan.

Dapat disimpulkan bahwa proses pengawaan sudah menggunakan BPD

sebagai badan pengawasan dalam semua kegiatan yang dilakukan semua tindakan

Pemerintah Desa dalam menjalankan roda Pemerintahan Desa yang dilakukan

secara langsung ataupun tidak langsung. Pengawasan terhadap APBDes dengan

cara BPD memantau semua pemasukkan dan pengeluaran desa meminta laporan

pertanggungjawaban menyangkut keuangan desa.

4.2 PEMBAHASAN

4.2.1 Persyaratan Pengajuan Alokasi Dana Desa.

Pada proses pengajuan ADD desa Tempeh Kidul telah melakukannya

dengan sesuai Perbup No.7 Tahun 2017 yang mana Kepala Desa harus

melengkapi dokumen Berita Acara Musyawarah yang dihadiri unsur Pemerintah

Desa, BPD, dan Lembaga Kemasyarakatan Desa, yang menyepakati pemberian

kewenangan atas pengajuan dana ADD.

4.2.2 Mekanisme Penyaluran dan Pencairan Alokasi Dana Desa.

Adapun tahapan dalam mekanisme penyaluran dan pencairan Alokasi

Dana Desa (ADD) meliputi: Pemerintah Desa membuka rekening pada bank yang

akan ditunjukkan berdasarkan keputusan Kepala Desa. Kepala Desa mengajukan

permohonan penyaluran Alokasi Dana Desa (ADD) beserta kelengkapan lampiran


101

kepada Bupati dan Pejabat Pengelola Keuangan Daerah/Bendahara Umum daerah

melalui camat setelah dilakukan verifikasi oleh Tim Pendamping Kecamatan.

Pejabat Pengelolaan Keuangan Daerah/Bendahara Umum Daerah akan

menyalurkan Alokasi Dana Desa (ADD) langsung/transfer dari rekening kas

umum daerah ke rekening desa. Mekanisme pencairan Alokasi Dana Desa dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) dilakukan secara 4 tahap yang

dilengkapi dengan surat rekomendasi dari camat yang menyatakan surat

pertanggungjawaban tahun sebelumnya sudah dilaporkan oleh Desa ke

Kecamatan dan mendapat verifikasi di Kecamatan

Dalam proses pencairana dana tersebut, apabila Alokasi Dana Desa (ADD)

yang disalurkan sudah diterima oleh pengelola Alokasi Dana Desa (ADD), maka

pengelola Alokasi Dana Desa (ADD) diwajibkan menghimpun semua

pertanggungjawaban dari pelaksana kegiatan untuk membuat pertanggungjawaban

kepada Bupati, dikoordinir oleh Pengelola Alokasi Dana Desa (ADD) Tingkat

Kecamatan. Selain itu pengelola ADD diwajibkan untuk membuat laporan

kemajuan fisik dan keuangan setiap bulan.

4.2.3 Pengelolaan Alokasi Dana Desa.

Pengelolaan ADD dilaksanakan oleh tim pengelola keuangan. Tim

pengelola keuangan tersebut antara lain Kepala Desa selaku pemegang kekuasaan

pengelolaan Alokasi Dana Desa dan mewakili Pemerintah Desa dalam

kepemilikkan kekayaan Desa yang dipisahkan. Selanjutnya Kepala Desa dibantu

oleh (PTKD). Pelaksanaan Teknis Keuangan Desa (PTKD) merupakan Sekretaris


102

Desa, Kepala Seksi, dan Bendahara Desa. Sekretaris Desa bertugas untuk

menyusun semua bukti tertulis atas pengelolaan keuangan Desa

Kepala Seksi bertugas sebagai pelaksanaan kegiatan sesuai bidangnya.

Sedangkan Bendahara Desa mempunyai tugas menerima, menyimpan,

menyetorkan, membayar, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan

penerimaan pendapatan Desa dan pengeluaran pendapatan Desa dalam rangka

pelaksanaan APBDes. Secara keseluruhan Pengelolaan APBDes Desa Tempeh

Kidul sudah sesuai dengan Perbup No. 7 Tahun 2017 Tentang Pedoman

Pengelolaan Alokasi Dana Desa.

4.2.4 Perencanaan Alokasi Dana Desa

Pengelolaan alokasi dana desa dimulai dari titik dusun yang membahas

berbagai bidang dan sektor masing-masing dusun yang ada untuk menemukan

kegiatan yang dapat didanai oleh alokasi dana desa. Dari titik dusun

ditemukannya program kerja dari berbagai bidang dan sektor kemudian dibahas

lewat musdes yang dihadiri oleh Kepala Desa, BPD, LKMD, RT,RW, tokoh

masyarakat. Dalam perencanaan ADD, Pemerintah Desa Tempeh Kidul berupaya

semaksimal mungkin untuk mendengarkan usulan atau aspirasi masyarakat.

Semua usulan masyarakat diakomodir dalam musdes sesuai dengan prinsip skala

prioritas. Hal ini dilakukan agar pembangunan desa terlaksana dengan efektif dan

tepat sasaran.

Proses perencanaan pada Desa Tempeh Kidul ini belum sepenuhnya

memenuhi ketentuan. Karena Musdes hanya dilakukan 1 (satu) kali dalam setahun

dan saat pada pelaksanaan sudah di siapkan draf usulan-usulan perencanaan


103

setelah dilakukannya musdus, sehingga masyarakat cenderung langsung

menyetujui tentang apa yang sudah dipersiapkan.

4.2.5 Pelaksanaan Alokasi Dana Desa

Sedangkan dari tahap pelaksanaan guna untuk mendukung keterbukaan

dan penyampaian informasi secara jelas kepada masyarakat dalam pelaksanaan

kegiatan fisik yang dilaksanakan yang dananya bersumber dari alokasi dana desa,

maka di setiap kegiatan fisik tersebut harus dipasang di papan informasi yang

berisikan jadwal pelaksanaan. Hal ini menjadi penting karena masyarakat Desa

Tempeh Kidul mempunyai hak untuk mengetahui informasi tentang

penyelenggaraan pemerintah desa, kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaan

serta hasil yang dicapai.

Pelaksanaan program kegiatan yang didanai oleh alokasi dana desa seperti

pembangunan fisik serta sarana dan prasarana di desa dilakukan setelah dana

diterima oleh Kepala Desa. Dari sisi prinsip pengelolaan pelaksanaan alokasi dana

desa ditempuh melalui sistem pelaporan yaitu pelaporan bulanan dan laporan

masing-masing tahapan kegiatan.

Pada proses pelaksanaan di desa Tempeh Kidul mendapatkan pengurangan

dana dari pusat, karena terdapat pemotongan anggaran yang disebabkan oleh

dampak dari Virus Corona-19. Sehingga seperti pembangunan terdapat

pengunduran karena terbatasnya dana yang diperoleh.

4.2.6 Penatausahaan Alokasi Dana Desa

Penatausahaan Keuangan Desa adalah seluruh kegiatan keuangan yang

dilakukan oleh pemerintahan desa yakni Bendahara Desa terdiri dari


104

Penatausahaan penerimaan dan Penatausahaan pengeluaran serta pelaporan

pertanggungjawabannya kepada pihak yang berkepentingan. Kepala Desa

memegang kuasa tertinggi dalam pengelolaan keuangan Desa karena jabatannya

sebagai kepala pemerintahan di tingkat Desa. Dalam pelaksanaannya, kepala Desa

dibantu oleh Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD) yang

merupakan perangkat desa yang ditunjuk kepala Desa, PTPKD atau Pelaksana

Teknis Pengelolaan Keuangan Desa merupakan unsur perangkat desa yang

membantu Kepala Desa untuk melaksanakan pengelolaan keuangan desa.

Bendahara di jabat oleh staf pada Urusan Keuangan. Bendahara mempunyai tugas

menerima, menyimpan, menyetorkan atau membayar, menatausahakan, dan

mempertanggung jawabkan penerimaan pendapatan desa dan pengeluaran

pendapatan desa dalam rangka pelaksanaan APBDesa.

Pada proses penatausahaan Bendahara masih belum bisa menguasai tata

cara pencatatannya karena selalu di bimbing oleh staff dari kecamatan, sehingga

memungkinkan terjadinya salah pencatatan dan keuangan desa menjadi tidak

tertib.

4.2.7 Pelaporan Alokasi Dana Desa

Berdasarkan data dokumentasi dan hasil wawancara, pelaporan ADD di

Desa Tempeh Kidul di Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang dilakukan oleh

Kepala Desa dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi

pelaksanaan APBDesa kepada Bupati berupa: (1) Laporan semester pertama, dan

(2) Laporan semester akhir tahun. Laporan semester pertama disampaikan tepat

waktu, yaitu pada akhir bulan Juli tahun berjalan. Laporan semester akhir tahun
105

disampaikan tepat waktu, yaitu pada akhir bulan Januari tahun berikutnya. Kedua

laporan tersebut dibuat oleh Kepala Desa, Sekretaris Desa, dan Bendahara Desa.

Bentuk Pelaporan atas kegiatan-kegiatan dalam APBDesa mempunyai dua

tahap Pelaporan. Pertama, Laporan berkala yaitu Laporan mengenai pelaksanaan

penggunaan Dana ADD yang dibuat secara rutin setiap semester dan atau 6 Bulan

sesuai dengan tahapan pencairan dan pertanggung jawaban yang berisi realisasi

penerimaan ADD dan belanja ADD. Kedua, Laporan akhir dari penggunaan ADD

mencangkup pelaksanaan dan penyerapan dana, masalah yang dihadapi dan

rekomendasi penyelesaian hasil akhir penggunaan ADD. Kedua laporan ini dibuat

oleh Kepala Desa, Sekretaris Desa dan Bendahara Desa.

Laporan berkala dan laporan akhir Penggunaan ADD harus di buat sesuai

dengan Peraturan Bupati. Penyampaian laporan atas realisasi penggunaan dana

yang dibiayai oleh ADD dilaksanakan secara berjenjang oleh Kepala Desa

Kepada Tim Pendamping Kecamatan kemudian Tim Pendamping Kecamatan

membuat Laporan Tingkat Desa. Laporan ini selanjutnya dilaporkan kepada

Bupati melalui BPMPDK Kabupaten Lumajang sebagai dasar untuk melakukan

penyaluran dana. Dalam proses penyampaian laporan penggunaan Alokasi Dana

Desa (ADD), Kepala Desa yang bersangkutan dituntut untuk menyampaikan

laporan tepat waktu. Apabila laporan tersebut tidak tepat waktu atau terlambat

dilaporkan maka Bupati berhak untuk menunda pencairan dana untuk tahap

selanjutnya dan pengurangan dana yang bersumber dari APBD Kabupaten untuk

tahun berikutnya sesuai dengan penelian Tim pengendali Kabupaten dan tim

fasilitasi Kecamatan yang di bentuk dengan Keputusan Bupati. Penerapan proses


106

pelaporan yang telah ditentukan dalam Peraturan Bupati, penulis melakukan

penelitian terhadap proses pelaporan yang dilakukan oleh pemerintah Desa di

Desa Tempeh Kidul.

Pada proses pelaporan di Desa Tempeh Kidul sudah sesuai dengan aturan

yang berlaku dan petunjuk tehnis. Apabila pada proses pelaporan tidak sesuai

maka akan ada penolakan dari Pemerintahan Kabupaten/Kota.

4.2.8 Pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa

Tahap pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa yang merupakan salah

satu sumber utama pendapatan desa juga harus di pertanggungjawabkan secara

transparan kepada masyarakat maupun kepada Pemerintah Kabupaten.

Pengelolaan keuangan desa harus di lakukan secara efisien dan efektif, transparan

dan akuntabel. Dalam pelaksanaan program alokasi dana desa juga membimbing

masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam memberikan masukan dan koreksi

dengan adanya kerja sama untuk saling membantu antara perangkat desa,

sekretaris, tim pelaksanaan agar pelapor Alokasi Dana Desa dapat di selesaikan

dengan cepat dan tepat.

Pada proses pertanggungjawaban Desa Tempeh Kidul dibuat dalam SPJ

(Surat Pertanggungjawaban) yang merupakan bentuk laporan penggunaan

anggaran atau keuangan yang telah digunakan maka setiap keuangan dari sumber

manapun yang tercantum dalam APBDes harus dipertanggungjawabkan dan

dibuat SPJ nya sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku dan beberapa bukti

kwitansi yang nantinya dapat dilihat oleh seluruh masyarakat, apakah selama

kegiatan di Desa Tempeh Kidul sudah sesuai dengan peraturan yang ada dan dana
107

yang dipergunakan apakah sudah dipergunakan sebaik-baiknya dan bisa

dipertanggungjawabkan.

4.2.9 Pengawasan Alokasi Dana Desa.

Berdasarkan data wawancara, BPD Tempeh Kidul menjalankan

mekanisme kerja mereka cukup baik, mereka turut mengawasi pengelolaan ADD

mulai dari penerimaan hingga pengeluaran. Melihat hasil dari pengawasan BPD

Tempeh Kidul lakukan terhadap pengelolaan ADD cukup baik dengan dilihatnya

minim kecurangan yang terjadi dalam pengelolaan ADD dan pengalokasian ADD

yang terarah masa anggaran tahun 2020.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Apriliani (2014) yang

menunjukkan bahwa pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan

pertanggungjawaban ADD di Desa Kedungrejo Kecamatan Muncar Kabupaten

Banyuwangi tahun 2013 telah memenuhi prosedur yang berlaku. Namun masalah

yang muncul adalah kurangnya koordinasi kepada anggota Tim Pelaksana ADD

serta penyampaian laporan pertanggungjawaban yang terlambat. Penelitian lain

oleh Thomas (2012) yang bertujuan untuk mengetahui pengelolaan ADD dan

hambatan-hambatan yang dihadapi oleh pemerintah desa dalam pengelolaan ADD

di Desa Sebawang Kecamatan Sesayap Kabupaten Tana Tidung menunjukkan

bahwa 30 persen dari dana ADD bisa berjalan sesuai dengan petunjuk namun 70%

dari ADD berjalan kurang optimal karena lebih direalisasikan pada pembangunan

fisik dan pengadaan barang. Hambatan yang dihadapi dalam proses pengelolaan

ADD adalah rendahnya sumber daya manusia aparat desa dan kurangnya

koordinasi. Penelitian sebelumnya oleh Subranto (2009) yang bertujuan untuk


108

mendeskripsikan akuntabilitas pengelolaan ADD menunjukkan bahwa untuk

perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ADD sudah menampakkan adanya

pengelolaan yang akuntabel dan transparan. Demikian pula dalam

pertanggungjawaban dilihat secara hasil fisik sudah menunjukkan pelaksanaan

yang akuntabel dan transparan. Namun dari sisi administrasi masih diperlukan

adanya pembinaan lebih lanjut, karena belum sepenuhnya sesuai dengan

ketentuan. Kendala utamanya adalah belum efektifnya pembinaan aparat

pemerintahan desa dan kompetensi sumber daya manusia, sehingga masih

memerlukan pendampingan dari aparat pemerintah daerah secara berkelanjutan.


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Analisi Pengelolaan

Alokasi Dana Desa oleh pemerintah desa Tempeh Kidul Kecamatan Tempeh

Kabupaten Lumajang yang dikemukakan dapat disimpulkan bahwa pengelolaan

ADD yang meliputi: pengajuan, penyaluran, pengelolaan, perencanaan,

pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan

pada Desa Tempeh Kidul Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang telah sesuai

dengan Peraturan Bupati No 7 Tahun 2017 tentang Pengelolaan Alokasi Dana

Desa. Dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Pengelolaan Alokasi Dana Desa oleh pemerintah Desa Tempeh Kidul

Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang sudah sesuai dengan peraturan

Bupati No. 7 Tahun 2017. Karena dalam tahap pengajuan Kades

melakukan surat pengajuan kepada Bupati, tahap penyaluran ADD

dilakukan melalui pemindahan bukudari RKUD ke RKD, tahap

pengelolaan kegiatan ADD dilaksanakandan dievaluasi secara transparan,

tahap perencanaan alokasi dana desa yang mana dalam program

perencanaan dan kegiatannya disusun melalui Musdus (Musyawarah

Dusun) setelah itu Musdes (Musywarah Desa). Hal tersebut sudah sesuai

pada pasal 1 (satu). Sedangkan dari tahap pelaksanaan penggunaan dana

diprioritaskan untuk kegiatan operasional pemerintah desa, kegiatan

109
110

pembangunan fisik dsn pemberdayaan masyarakat desa. Hal tersebut

sudah sesuai pada pasal 12. Pada tahap penatausahaan Alokasi Dana Desa

di Desa Tempeh Kidul sudah sesuai dengan Perbup nomo 7 Tahun 2017

bahwa, penatausahaan dilakukan oleh Bendahara Desa yang wajib

melakukan pencatatan setiap pemasukkan dan pengeluaran kas serta

melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib. Bendahara bisa

menggunakan Buku Kas Umum, Buku Kas Pembantu Pajak, Buku

Pembantu Kegiatan dan Buku Bank guna membantu pencatatannya.

Semua hasil pencatatan dilaporkan melalui Laporan Pertanggungjawaban

kepada Kepala Desa selaku pemangku tertinggi. Hal tersebut sudah sesuai

pada pasal 15 ayat 6. Tahap pelaporan keuangan Desa Tempeh Kidul

untuk semester pertama telah terlaksana tepat waktu, dengan semester

pertama berupa laporan realisasi dan semester akhir berupa laporan

realisasi APBDes. Hal tersebut sudah sesuai pada pasal 21. Tahap

pertanggungjawaban sudah memenuhi aturan sebagaimana dengan

mempertanggungjawabkan pengelolaan alokasi dana desa dengan

membuat mempertanggungjawabkan kegiatannya dalam SPJ (Surat

Pertanggungjawaban) yang merupakan bentuk laporan penggunaan

anggaran atau keuangan yang telah digunakan. maka setiap keuangan dari

sumber manapun yang tercantum dalam APBDes harus

dipertanggungjawabkan dan dibuat SPJ nya sesuai ketentuan dan peraturan

yang berlaku dan beberapa bukti kwitansi yang nantinya dapat dilihat oleh

masyarakat, apakah selama kegiatan di Desa Tempeh Kidul sudah sesuai


111

dengan peraturan yang ada dan dana yang dipergunakan apakah sudah

dipergunakan sebaik-baiknya dan bisa dipertanggungjawabkan. Hal

tersebut sudah sesuai pada pasal 23. Tahap Pengawasan BPD sangat aktif

dalam mengawasi jalannya pengelolaan add di Pemerintah Desa.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis mencoba

memberikan saran-saran sebagai pelengkap terhadap penelitian yang diberikan

sebagai berikut:

1. Bagi penelitian selanjutnya, bisa dijadikan masukan apabila ingin

mengkaji kembali mengenai analisi pengelolaan alokasi dana desa. Peneliti

selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan mengganti atau

menambah variabel lain agar mendapatkan hasil yang beraneka ragam

serta memperkaya teori yang ada.

2. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk memperluas populasi dan

sampel atau pun mengganti objek untuk mendapatkan hasil yang lebih

akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Bahri, S. (2016). Pengantar akuntansi berdasarkan SAK ETAP dan IFRS,.


Penerbit Andi.

Bastian, I. (2010). Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar (Ketiga). Erlangga.

Bastian, I. (2014). Akuntansi untuk Kecamatan dan Desa. Jakarta:Erlangga.

BPKP. (2015). Petunjuk dan Pelaksanaan Bimbingan dan Konsultasi Pengelolaan


Keuangan Desa. Jakarta

Creswell, J. W. (2014). Penelitian Kualitatif dan Desain Riset (Memilih di antara


Lima Pendekatan) Edisi Ketiga. Jakarta:Pustaka Pelajar.

Conyers, Diana. Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga: Suatu Pengantar. (1991).


Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Dari, D. W.,.Warsono, H. (2018). Analisis Pengelolaan Alokasi Dana Desa


(ADD) dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Margomulyo Kecamatan
Juwana Kabupaten Pati. Jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro.

Gregorius, S. (2006). Desentralisasi Kerakyatan : gagasan dan praksis.

Halim, A. (2004). Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat.

Hidayati, N. (2016). Analisis Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa Sidorejo


Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo Tahun 2015. Emprints.
Umpo.ac.id. UPT Perpustakaan. Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas
Muhammadiyah Ponorogo.

Hury, Risti Valentina. 2015. Akuntabilias Pengelolaan dan Pemanfaatan Alokasi


dana desa dalam Proses Pembangunan di desa Dasri Kecamatan Tegalsari
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013. Skripsi; Fakultas Ekonomi Universitas
Jember.

Indriantoro, Supomo. (2002). Metode Penelitian Bisnis. BPFE. Yogyakarta

Karom, A. (2018). Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa


Purwosono Kecamatan Sumbersuko Kabupaten Lumajang Tahun 2017.
Jurnal Unej.

112
113

Kurnia, R., Sebrina, N., dan Halmawati. (2019). Akuntabilitas Pengelolaan Dana
Desa (Studi Kasus pada Desa-Desa di Wilayah Kecamatan Luhak Nan Duo
Kebupaten Pasaman Barat). Jurnal Eksplorasi Akuntansi, 1(1) Seri B, 159-
180. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.

Mamik. 2015. Metodelogi Kulalitatif. Sidoarjo: Zafatama Publisher

Manila, I. GK. (1996). Praktek Manajemen Pemerintahan Dalam Negeri. Jakarta:


PT Gramedia Pustaka Utama.

Mardiasmo. (2007). Akuntansi Sektor Publik. Andi.

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Mulyadi, Y. (2018). Pengelolaan Alokasi Dana Desa oleh Pemerintah Desa di


Desa Pawindan Kecamatan Ciaimis Kabupaten Ciamis. Beranda>Volume 5,
No.2. Jurnal Uniga. Universitas Galuh.

Murtiono Yusuf. Modul Tata Kelola Keuangan Desa. Yogyakarta: Infest


Yogyakarta.

Pemeritahan Desa Tempeh Kidul Tahun Anggaran 2020.

Peraturan Bupati Lumajang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pedoman Pengelolaan


Alokasi Dana Desa.

Peraturan Bupati Bone Nomor 14 Tahun 2015 tentang Besaran Dana Transfer
Pada Setiap Desa di Kabupaten Bone.

Peraturan Bupati Bone Nomor 15 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan


Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang pengelolaan
Keuangan Desa.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 133 Tahun 2014
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.

Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2015 hasil revisi dari PP No 43 tahun 2014


tentang peraturan pelaksanan UU NO 6 Tahun 2014.

Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah


(SAP).
114

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 Tentang


Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Indonesia Nomor 6 tahun 2014
Tentang Desa.

Putra, P.E. (2018). Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Tanjung
kecamatan Koto Kampar Hulu Kabupaten Kampar. JOM FISIP Vol. 5 No.5.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Riau.

Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDes) tahun 2017.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sumarna, A. (2015). Perencanaan Pengelolaan Keuangan Desa. Jurnal


Pengelolaan Keuangan Desa Informasi khusus seputar pengelolaan
keuangan desa.

Syaikul, P. (2018). Kemampuan Pemerintah Nagari dalam Pengelolaan


Keuangan Nagari di Nagari Parik Kecamatan Koto Balingka Kabupaten
Pasaman Barat. E-skripsi; Universitas Andalas

Tamtama, Derro Madya. (2014). Akuntabilitas Pengelolaan ADD (Alokasi Dana


Desa) di Kabupaten Madiun Tahun 2013 (Studi Kasus pada Kecamatan
Kare). Skripsi; Fakultas Ekonomi Universitas Jember.

Tjokroamidjojo, Bintoro. Perencanaan Pembangunan. Cetakan Kelima. (1996).


Jakarta: PT Toko Gunung Agung.

Tumbel, S. M. (2016). Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Dana Desa di


Desa Tumaluntung Satu Kecamatan Tareran Kabupaten Minahasa Selatan.
Tesis; Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pembangunan Universitas
Sam Ratulangi.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa.

Walukow, M.I. (2017). Analisis Perencanaan Pengelolaan Keuangan Desa


sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2014 di
Desa Kauneran I Kecamatan Sonder Kabupaten Minahasa. Jurnal Riset
Akuntansi Going Concern. Universitas Sam Ratulangi.

Wawo, A.A.,.Muthalib, A.A. (2018). Analisis Pengelolaan Keuangan Desa (Studi


Pada Desa Matahoalu Kecamatan Uepai Kabupaten Konawe). Jurnal
Proges Ekonomi Pembangunan (JPEP). Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Halu Oleo.
115

Wida, S.A. (2016). Akuntanbilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa-Desa


Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi. Skripsi; Fakultas Ekonomi
Universitas Jember.

Widjaja, HAW. (2004) Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Bulat dan Utuh.

Wulandari, A. P. A. (2019). Analisis Pengelolaan Alokasi Dana Desa (Studi


Kasus pada Desa Sumberejo Kecamatan Sukodono Kabupaten Lumajang).
Repository STIE Widya Gama Lumajang. Jurusan Akuntansi STIE Widya
Gama Lumajang.
LAMPIRAN – LAMPIRAN

116
117

Lampiran 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tempeh Kidul

Berikut ini Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tempeh Kidul tersaji

dalam tabel 4.8 untuk tahun 2020.

Tabel 4.8
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
Pemerintah Desa Tempeh Kidul
Tahun Anggaran 2020.
Kode Rek Uraian Anggaran (Rp) Bertambah/Berkurang
Semula Menjadi
1 2 3 4 5 6
1. Pendapatan
4.1 Pendapatan Asli Desa 192.000.000,00 209.214.589,00 (17.214.589,00)
4.1.2 Hasil Aset Desa 192.000.000,00 192.000.000,00 0,00
4.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli 0,00 17.214.589,00 17.214.589,00
Desa
4.2 Pendapatan Transfer 1.836.328.367,0 1.805.788.222,0 (30.540.145,00)
0 0
4.2.1 Dana Desa 1.110.801.000,0 1.099.994.000,0 (10.807.000,00)
0 0
4.2.2 Bagi Hasil Pajak dan 38.429.367,00 26.196.222,00 (12.233.145,00)
Retribusi
4.2.3 Alokasi Dana Desa 659.598.000,00 659.598.000,00 0,00
4.2.5 Bantuan Keuangan 27.500.000,00 20.000.000,00 (7.500.000,00)
Kabupaten/Kota
4.3 Pendapatan Lain-lain 0,00 0,00 0,00
4.3.6 Bunga Bank 0,00 0,00 0,00
Jumlah Pendapatan 2.028.328.367,0 2.015.002.811,0 (13.325.556,00)
0 0
kode rek Uraian Anggaran (Rp) Bertambah/Berkurang
Semula
Menjadi
1 2 3 4 5 6
2. Belanja
1. Bidang 870.679.417,85 816.524.639,85 (54.154.778,00)
Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa
1.1 Penyelenggaraan 806.490.060,00 774.450.060,00 (32.040.000,00)
Belanja Siltap,
Tunjangan dan
Operasional
Pemerintahan Desa
1.1.01 Penyediaan Penghasilan 120.000.000,00 120.000.000,00 0,00
Tetap dan Tunjangan
Kepala Desa.
118

1.1.01 5.1 Belanja Pegawai 120.000.000,00 120.000.000,00 0,00


1.1.02 Penyediaan Penghasilan 401.736.000,00 391.621.000,00 (10.115.000,00)
Tetap dan Tunjangan
Perangkat Desa
1.1.02 5.1 Belanja Pegawai 401.736.000,00 391.621.000,00 (10.115.000,00)
1.1.03 Penyediaan Jaminan 38.130.900,00 34.017.300,00 (4.113.600,00)
Sosial Bagi Kepala Desa
dan Perangkat Desa
1.1.03 5.1 Belanja Pegawai 38.130.900,00 34.017.300,00 (4.113.600,00)
1.1.04 Penyediaan Operasional 95.123.160,00 79.311.760,00 (15.811.400,00)
Pemerintah Desa (ATK,
Honor PPKD dan
PPKD)
1.1.04 5.2 Belanja Barang dan Jasa 95.123.160,00 79.311.760,00 (15.811.400,00)
1.1.05 Penyediaan Tunjangan 36.000.000,00 36.000.000,00 0,00
BPD
1.1.05 5.1 Belanja Pegawai 36.000.000,00 36.000.000,00 0,00
1.1.06 Penyediaan Operasional 3.000.000,00 1.000.000,00 (2.000.000,00)
BPD (Rapat, ATK,
Makn Minum, Pakaian
Seragam)
1.1.06 5.2 Belanja Barang dan Jasa 3.000.000,00 1.000.000,00 (2.000.000,00)
1.1.07 Penyediaan 93.600.000,00 93.600.000,00 0,00
Insentif/Operasional
RT/RW
1.1.07 5.2 Belanja Barang dan Jasa 93.600.000,00 93.600.000,00 0,00
1.1.92 Pemeliharaan 18.900.000,00 18.900.000,00 0,00
Perlengkapan dan
Peralatan Kantor Desa
1.1.92 5.2 Belanja Barang dan Jasa 18.900.000,00 18.900.000,00 0,00
1.4 Penyelenggaraan Tata 14.450.000,00 13.550.000,00 (900.000,00)
Praja Pemerintahan,
Perencanaan, Keuangan
dan Pelaporan
1.4.03 Penyusunan dokumen 10.850.000,00 10.850.000,00 0,00
perencanaan desa
(RPJMDesa/RKPDesa
dll)
1.4.03 5.2 Belanja Barang dan Jasa 10.850.000,00 10.850.000,00 0,00
1.4.04 Penyusunan dokumen 1.800.000,00 900.000,00 (900.000,00)
keuangan Desa
(APBDes, APBDes
Perubahan LPJ)
1.4.04 5.2 Belanja Barang dan Jasa 1.800.000,00 900.000,00 (900.000,00)
1.4.08 Pengembangan Sistem 1.800.000,00 900.000,00 (900.000,00)
Informasi Desa
1.4.08 5.2 Belanja Barang dan Jasa 1.800.000,00 900.000,00 (900.000,00)
1.5 Sub Bidang Pertanahan 49.739.357,00 66.953.946,00 17.214.589,00
1.5.06 Administrasi Pajak 49.739.357,00 66.953.946,00 17.214.589,00
119

Bumi dan Bangunan


(PBB)
1.5.06 5.2 Belanja Barang dan Jasa 49.739.357,00 66.953.946,00 17.214.589,00
2. Bidang Pelaksanaan 603.854.600,00 407.174.000,00 (196.680.600,00)
Pembangunan Desa
2.1 Sub Bidang Pendidikan 27.600.000,00 3.600.000,00 (24.000.000,00)
2.1.01 Penyelenggaraan 24.000.000,00 0,00 (24.000.000,00)
PAUD/TK/TPA/TKA/T
PQ/ Madrasah
Nonformal Milik Desa
2.1.01 5.2 Belanja Barang dan Jasa 24.000.000,00 0,00 (24.000.000,00)
2.1.08 Pengelolaan 3.600.000,00 3.600.000,00 0,00
Perpustakaan Milik
Desa (Pengadaan Buku,
Honor, Taman Baca)
2.1.08 5.2 Belanja Barang dan Jasa 3.600.000,00 3.600.000,00 0,00
2.2 Sub Bidang Kesehatan 120.450.000,00 70.425.000,00 (50.025.000,00)
2.2.01 Penyelenggaraan pos 7.500.000,00 0,00 (7.500.000,00)
kesehatan desa/polindes
milik desa (obat,
insentif)
2.2.01 5.2 Belanja Barang dan Jasa 7.500.000,00 0,00 (7.500.000,00)
2.2.02 Penyelenggaraan 112.950.000,00 70.425.000,00 (42.525.000,00)
posyandu (Mkn
Tambahan, Kls Bumil,
Lamsia, Insentif)
2.2.02 5.2 Belanja Barang dan Jasa 96.525.000,00 54.900.000,00 (41.625.000,00)
2.2.02 5.3 Belanja Modal 16.425.000,00 15.525.000,00 (900.000,00)
2.3 Sub bidang pekerjaan 448.004.600,00 333.149.000,00 (114.855.600,00)
umum dan penataan
ruang
2.3.10 Pembangunan/rehabilit 240.379.400,00 130.029.000,00 (110.350.400,00)
as/
peningkatan/pengerasan
jalan desa
2.3.10 5.3 Belanja Modal 240.379.400,00 130.029.000,00 (110.350.400,00)
2.3.14 Pembangunan/rehabilit 204.625.200,00 197.120.000,00 (7.505.200,00)
as/
peningkatan/pengerasan
jalan desa (gorong)
2.3.14 5.3 Belanja Modal 204.625.200,00 197.120.000,00 (7.505.200,00)
2.3.18 Penyusunan dokumen 3.000.000,00 6.000.000,00 3.000.000,00
perencanaan tata ruang
desa
2.3.18 5.2 Belanja Barang dan Jasa 3.000.000,00 6.000.000,00 3.000.000,00
2.6 Sub bidang 7.800.000,00 0,00 (7.800.000,00)
perhubungan,
komunikasi, dan
informatika
120

2.6.02 Penyelenggaraan 7.800.000,00 0,00 (7.800.000,00)


informasi publik desa
(poster, baliho dll)
2.6.02 5.2 Belanja Barang dan Jasa 7.800.000,00 0,00 (7.800.000,00)
3. Bidang Pembinaan 20.000.000,00 10.000.000,00 (10.000.000,00)
Kemasyarakatan
3.4 Sub bidang 20.000.000,00 10.000.000,00 (10.000.000,00)
kelembagaan
masyarakat
3.4.02 Pembinaan 5.000.000,00 0,00 (5.000.000,00)
LKMD/LPM/LPMD
3.4.02 5.2 Belanja Barang dan Jasa 5.000.000,00 0,00 (5.000.000,00)
3.4.03 Pembinaan PKK 15.000.000,00 10.000.000,00 (5.000.000,00)
3.4.03 5.2 Belanja Barang dan Jasa 15.000.000,00 10.000.000,00 (5.000.000,00)
4. Bidang Pemberdayaan 5.000.000,00 5.000.000,00 0,00
Masyarakat
4.3 Sub bidang peningkatan 5.000.000,00 5.000.000,00 0,00
kapasitas aparatur desa
4.3.02 Peningkatan kapasitas 5.000.000,00 5.000.000,00 0,00
perangkat desa
4.3.02 5.2 Belanja Baran dan Jasa 5.000.000,00 5.000.000,00 0,00
5. Bidang Penanggulangan 545.846.400,00 716.420.000,00 170.573.600,00
Bencana, Darurat Dan
Mendesak Desa
5.2 Sub Bidang Keadaan 494.100.00,00 664.673.600,00 170.573.600,00
Darurat
5.2.01 Penanganan Keadaan 494.100.00,00 664.673.600,00 170.573.600,00
Darurat
5.2.01 5.2 Belanja Barang dan Jasa 0,00 5.873.600,00 5.873.600,00
5.2.01 5.4 Belanja tidak terduga 494.100.000,00 658.800.000,00 164.700.000,00
5.3 Sub Bidang Keadaan 51.746.400,00 51.746.400,00 0,00
Mendesak
5.3.01 Penanganan Keadaan 51.746.400,00 51.746.400,00 0,00
Mendesak
5.3.01 5.2 Belanja Barang dan Jasa 51.746.400,00 51.746.400,00 0,00
Jumlah Belanja 2.045.380.417,4 1.993.548.006,4 (51.832.411,00)
6
6
Surplus/Defisit (17.052.050,46) (17.052.050,46) 0,00
3. Pembiayaan
6.1 Penerimaan 17.052.050,46 17.052.050,46 0,00
Pembiayaan
6.1.1 SILPA Tahun 17.052.050,46 17.052.050,46 0,00
Sebelumnya
Pembiayaan Netto 17.052.050,46 17.052.050,46 0,00
Sisa Lebih/ (Kurang) 0,00 0,00 0,00
Pembiayaan Aggaran
Sumber: Pemerintahan Desa Tempeh Kidul Tahun 2020.
121

Lampiran 2. Dokumentasi pada saat wawancara


122
123

Lampiran 3. Dokumentasi setelah proses wawancara:


124

Lampiran 4. Dokumentasi saat pelaksanaan musdes:

Dokumentasi saat pelaksaan musdus:


125
126

Lampiran 5. Hasil Cek Plagiasi

Anda mungkin juga menyukai