Anda di halaman 1dari 77

LAPORAN HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN

DI UPTD LABORATORIUM LINGKUNGAN


DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN PERHUBUNGAN
KABUPATEN TUBAN

Disusun Oleh
1. DITA SAFIRA RAMADHANI (NIS. 19746/153.036)
2. HENI RAHMAWATI (NIS. 19749/156.036)
3. NABILA NURUL BADRIYAH (NIS. 19755/162.036)

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

DINAS PENDIDIKAN

CABANG DINAS PENDIDIKAN BOJONEGORO


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 TUBAN
Jalan Mastrip No. 2 Telp : (0356)321422 – Fax: (0356)329644
TUBAN 62315
E-mail :smkn1tbn@yahoo.co.id- website : smkn-tuban.sch.id
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN
PRAKTIK KERJA INDUSTRI
DI UPTD LABORATORIUM LINGKUNGAN
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN PERHUBUNGAN
KABUPATEN TUBAN

01 JUNI – 31 AGUSTUS
Mengetahui dan Menyetujui :
31 Agustus 2023

Kepala UPTD Laboratorium Lingkungan Pembimbing Kerja Praktik

ANIK SUMARTI.A.Md. Kes HERLIKAH


NIP.198008252000122002 NIP. -

Mengetahui,
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan
Perhubungan Kabupaten Tuban

Ir.BAMBANG IRAWAN, MM
Pembina Utama Muda
NIP.19650805 199303 1 012
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN
PRAKTIK KERJA INDUSTRI
SMK NEGERI 1 TUBAN

Menyetujui dan Mengesahkan :


HASIL LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
DI UPTD LABORATORIUM LINGKUNGAN
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN PERHUBUNGAN
KABUPATEN TUBAN

Disusun Oleh :

1. DITA SAFIRA RAMADHANI (NIS. 19746/153.036)


2. HENI RAHMAWATI (NIS. 19749/156.036)
3. NABILA NURUL BADRIYAH (NIS. 19755/162.036)

Kepala Departemen Kimia Pembimbing

NURANINGSIH,S.Si,M.Si HANI RAKHMAWATI.ST


NIP.19730923 200501 2 009 NIP. -

Kepala SMK Negeri 1 Tuban

SUCIPTO,S.Pd
NIP.19680418 199702 1 002
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-nya kepada kami sehingga kami dapat melaksanakan prakerin
dan juga dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.
Laporan praktikum ini kami susun berdasarkan pengalaman dan data-data yang kami
peroleh selama melaksanakan prakerin di UPTD Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Tuban. Laporan ini disusun sedemikan rupa dengan tujuan dapat diterima dan
dipahami oleh pembimbing serta dapat dipakai sebagai usulan adik-adik kelas yang nantinya juga
akan melaksanakan prakerind dan menyusun laporan.
1. Bapak SUCIPTO,S.Pd Selaku kepala sekolah SMK NEGERI 1 TUBAN
2. Bapak Ir. BAMBANG IRAWAN,MM selaku kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Perhubungan
Kabupaten Tuban
3. Ibu ANIK SUMARTI,A.Md.Kes selaku kepala UPTD Laboratorium lingkungan, yang telah
bersedia membimbing kami untuk melaksanakan Praktik Kerja Industri (PRAKERIND)
4. Ibu NURANINGSIH,S.Si,M.Si selaku kepala Kompetensi Keahlian Analisis Pengujian
Laboratorium
5. Ibu HANI RAKHMAWATI,ST selaku pembimbing
6. Ibu ALIN HIDAYATI,S.Si selaku wali kelas XI Analisis Pengujian Laboratorium
7. Saudara (i) Herlikah, Sylvitria Anggraeni, Izzati Amalia Ahmada, Edi Hariyono, Ahmad Heri,
Hanifah Adami Rahmatul Mila, Prasticha Rosa Noviana dan Farhan Dana selaku pembimbing
yang telah bersedia membimbing kami untuk melaksanakan Praktik Kerja (PRAKERIND) selama
3 bulan dan memberikan masukan pikiran, nasihat dan cara-cara pemecahan masalah sehingga
terselesainya pelaksanaan prakerin dan menyusun laporan.
8. Orang tua kami yang telah mendidik, membesarkan dan telah banyak mencurahkan keringat
dan air mata serta turut berdoa untuk berhasil studi kami.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu keritik
dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini dan sebagai
acuan bagi kami untuk bisa melangkah lebih maju lagi dimasa depan.
Akhir kata, kami harapkan dengan adanya laporan ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan dunia usaha industri/intansi, pemerintah serta bagi pribadi agar kegiatan prakerin
menjadi kegiatan yang bermanfaat secara menyeluruh.

Tuban, 31 Agustus 2023

PENYUSUN
BIODATA SISWA

Nama : Dita Safira Ramadhani

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Tuban, 09 Oktober 2005

NISN : 0057862195

Agama : Islam

Kelas/Program Keahlian : XI-Analisis Pengujian Laboratorium

Tempat PSG : UPTD Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup dan


Perhubungan Kabupaten Tuban

Asal Sekolah : SMK Negeri 1 Tuban

Alamat Sekolah : Jl.Mastrip,No.02 Telp : (0356)321422 – Fax: (0356)329644 Tuban

Alamat Rumah : Dsn.Tarakan,Ds.Tegalrejo,RT/RW.003/001,Kec.Merakurak,


Kab.Tuban

Peserta Prakerind

Dita Safira Ramadhani


BIODATA SISWA

Nama : Heni Rahmawati

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Tuban, 22 November 2004

NISN : 0042927808

Agama : Islam

Kelas/Program Keahlian : XI-Analisis Pengujian Laboratorium

Tempat PSG : UPTD Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup dan


Perhubungan Kabupaten Tuban

Asal Sekolah : SMK Negeri 1 Tuban

Alamat Sekolah : Jl.Mastrip,No.02 Telp: (0356)321422 – Fax: (0356)329644 Tuban

Alamat Rumah : Dsn.Pangklangan,Ds.Mandirejo,RT/RW.001/006,Kec.Merakurak,


Kab.Tuban

Peserta Prakerind

Heni Rahmawati
BIODATA SISWA

Nama : Nabila Nurul Badriyah

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Tuban, 25 Juni 2005

NISN : 0051726586

Agama : Islam

Kelas/Program Keahlian : XI-Analisis Pengujian Laboratorium

Tempat PSG : UPTD Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup dan


Perhubungan Kabupaten Tuban

Asal Sekolah : SMK Negeri 1 Tuban

Alamat Sekolah : Jl.Mastrip,No.02 Telp : (0356)321422 – Fax: (0356)329644 Tuban

Alamat Rumah : Dsn.Tarakan,Ds.Tegalrejo,RT/RW.002/001,Kec.Merakurak,


Kab.Tuban

Peserta Prakerind

Nabila Nurul Badriyah


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................


LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................
KATA PENGANTAR ....................................................................................
BIODATA SISWA PRAKERIND ................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
DAFTAR LABEL ..........................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN ..............................................................................
1.1 LATAR BELAKANG ...................................................................
1.2 TUJUAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI.....................................
1.3 TUJUAN PEMBUATAN LAPORAN ..........................................
1.4 MANFAAT PEMBUATAN LAPORAN ......................................
1.5 WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN ...............................
BAB II PROFIL INSTANSI
2.1 SEJARAH BERDIRINYA PERUSAHAAN/INSTALASI/
LEMBAGA ....................................................................................
2.2 DESKRIPSI ...................................................................................
2.3 STRUKTUR ORGANISASI .........................................................
BAB III SISTEM PENEGASAN KERJA
3.1 SISTEM PENEGASAN KERJA
3.2 PERSIAPAN PENGAMBILAN SAMPEL LINGKUNGAN
3.3 PELAKSANAAN PENGAMBILAN SAMPEL LINGKUNGAN
Peralatan Pengambilan sampel
Pengujian Sempel
Pengujian Parameter Lapangan
pH
Anemometer
Thermometer
DHL (Daya Hantar Listrik)
Kebisingan
Thermohigrometer
Turbidimeter
TSP
Parameter Laboratorium
Phospat
Kesedahan Total
Amonia (NH3)
Klorida
Nitrat
Nitrit
TSS
TDS
Minyak dan Lemak
BOD (Biologycal Oxygen Demand)
COD (Chemical Oxygen Demand)
DO (Dissolved Oxygen)
NO2
O3
SO2
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 SARAN
DAFTAR PUSAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. PH Meter

Gambar 2. Anemometer

Gambar 3. Thermometer

Gambar 4. DHL(Daya Hantar Listrik)

Gambar 5. Kebisingan

Gambar 6. Thermohigrometer

Gambar 7. Turbidimeter

Gambar 8. TSP (Total Suspensed Partical)

Gambar 9. Analisa PHospat

Gambar 10. Analisa Amonia

Gambar 11. Analisa Kesadahan Total

Gambar 12. Analisa Klorida

Gambar 13. Analisa Nitrat & Nitrit

Gambar 14. Analisa TSS & TDS

Gambar 15. Analisa Minyak & Lemak

Gambar 16. Analisa DO/BOD

Gambar 17. Analisa COD

Gambar 18. Sampling Udara & Air


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Personil dan Struktur Organisasi

Tabel 2. Persyaratan Untuk Penyimpanan dan Pengawetan Sampel

Tabel 3. Variasi Daya Hnatar Listrik

Tabel 4. Data Pengamatan Analisa PHospat

Tabel 5. Data Pengamatan Analisa Kesadahan Total

Tabel 6. Data Pengamatan Analisa Amonia

Tabel.7. Data Pengamatan Analisa Klorida

Tabel 8. Dta Pengamatan Analsia Nitrat

Tabel 9. Data Pengamatan Analisa Nitrit

Tabel 10. Data Penagmatan Analisa TSS (Total Suspended Solid)

Tabel 11. Data Pengamatan Analisa TDS (Total Dissloved Solid)

Tabel 12. Data Pengamatan Analisa Minyak Lemak

Tabel 13. Dta Pengamatan Analisa DO (Dissloved Oxygen)

Tabel 14. Data Pengamatan Analisa COD (Chemical Oxygen Demand)


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan Pendidikan yang bertujuan
untuk menghasilkan tamatan yang berpendidikan dan berkompeten dibidangnya. Kesinkronan
antara program pendidikan disekolah sebagai penghasil tamatan dan tuntutan industri selaku
pemakai tamatan sangat diperlukan. Implementasi kebijaksanaan “Link and Match” membuka
peluang bagi pihak pelaksana Pendidikan untuk bekerja sama dengan Dunia Industri/Pelaku Usaha
dalam rangka mempersiapkan mutu pendidikan. Pemberlakuan kurikulum industry di sekolah
,magang guru dan siswa, Guru Tamu, Temu Industri adalah sebagian bentuk kerjasama antara
sekolah dengan industri

1.2 TUJUAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI

Dengan praktik kerja industry siswa-siswi diharapkan :

1. Siswa dapat belajar mengaplikasikan kompetensi/pengetahuan yang diperoleh di


sekolah secara langsung ke industri.

2. Agar siswa-siswi dapat melahirkan sikap bertanggung jawab,disiplin,mental,etika yang


baik serta dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.

3. Siswa dapat pengalaman belajar secara nyata di industri.

4. Agar siswa-siswi dapat mengembangkan bakat yang terdapat didalam dirinya.

5. Melatih siswa-siswi agar dapat membuat/mengerjakan suatu laporan secara terperinci


dari apa saja yang mereka kerjakan selama prakerind.

1.3 TUJUAN PEMBUATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI

Pembuatan laporan yang merupakan karya tulis adalah kewajiban bagi setiap siswa-siswi
SMK NEGERI 1 TUBAN yang telah menyelesaikan Praktik Kerja Indsutri (PRAKERIND).
Laporan ini bertujuan :

1. Siswa/siswi mampu memahami,mengembangkan dan memantapkan pelajaran yang telah


didapatkan dari sekolah dalam penerapan dunia kerja.
2. Siswa/siswi mampu mencari alternative pemecahan masalah kejuruan secara mendalam yang
terungkap dari laporan yang dibuat.

3. Siswa/siswi dapat memahami cara pembuatan suatu laporan Praktik Kerja Indsutri
(PRAKERIND).

4. Agar siswa/siswi dapat menuangkan pikiran dan kemampuan kedalam tulisan.

5. Siswa/siswi dapat menggunakan bahasa dengan baik dan benar sesuai dengan ejaan Bahasa
Indonesia yang sempurna.

6. Sebagai bukti bahwa penulis telah melaksanakan PRAKERIND.

1.4 MANFAAT PRAKTIK KERJA INDUSTRI (PRAKERIND)

Setiap kegiatan pasti ada manfaatnya,demikian pula dengan praktik kerja industri yang
telah dilaksanakan adalah sebagai berikut :

1. Keahlian profesional yang diperoleh dari praktik kerja industry (PRAKERIND) dapat
meningkatkan keahlian professional pada tingkatan yang lebih tinggi.

2. Waktu tempuh untuk mencapai keahlian profesional menjadikan lebih singkat. Setelah lulus
sekolah dengan Praktik Kerja Industri (PRAKERIND), tidak memerlukan waktu latihan untuk
mencapai keahlian siap pakai.

3. Melatih dan disiplin, tanggung jawab, inisiatif, motivasi kerja, kerja sama, tingkah laku, emosi
dan etika.

1.5 WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN PRAKERIND

Waktu : 01 Juni – 31 Agustus 2023

Tempat : UPTD LABORATORIUM LINGKUNGAN DINAS LINGKUNGAN


HIDUP DAN PERHUBUNGAN KABUPATEN TUBAN
BAB II

PROFIL INSTANSI

2.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan/Instansi/Lembaga

Profil Laboratorium

UPTD Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup dan


Perhubungan Kabupaten Tuban berlokasi di Jln. Veteran No. 27 Tuban, Jawa Timur. Berdasarkan
peraturan Bupati Tuban No. 184 Tahun 2021 tentang uraian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas
Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup dan Perhubungan Kabupaten Tuban disebut bahwa UPTD
Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup dan Perhubungan
Kabupaten Tuban mempunyai tugas dan fungsi, sebagaimana disebutkan pasal 29 pada peraturan
Bupati Tuban No.184 Tahun 2021.

2.2 Deskripsi

a) VISI

Menjadi Laboratorium yang profesional, bertanggung jawab secara hukum dan teknis.

b) MISI

1) Meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM)

2) Mewujudkan pengelolaan Laboratorium lingkungan secara profesional

3) Meningkatkan sarana dan prasarana Laboratorium lingkungan sesuai standar SNI


ISO/IEC 17025:2017
TABEL 1 : PERSONIL DAN STRUKTUR ORGANISASI

NO NAMA NIP POSISI DI


LABORATORIUM

1. Ir. BAMBANG 19650905 199303 1012 Manajer Puncak


IRAWAN,MM

2. ANIK SUMARTI, A. 19740204 199901 2002 Manajer Mutu


Md.Kes

3. HERLIKAH NON PNS Manajer Teknis

4. SYLVITRIA ANGGRAENI NON PNS Analis

5. EDI HARIYONO NON PNS Analis

6. AHMAD HERI NON PNS Analis


SETIYAWAN

7. IZZATI AMLIA AHMADA NON PNS Analis

8. FARHAN DANA S. A. Md. 19960905 202204 1001 Teknisi


K.K.K.

9. HANIFAH ADAMI 11960112 202204 2001 Analis


RAHMATUL MILA.S.T

10. PRASTICHA ROSA 11961130 202204 2001 Analis


NOVIANA
2.3 Struktur Organisasi
STRUKTUR ORGANISASI UPTD LABORATORIUM LINGKUNGAN DINAS
LINGKUNGAN HIDUP DAN PERHUBUNGAN KABUPATEN TUBAN

STRUKTUR ORGANISASI LABORATORIUM DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN


PERHUBUNGAN KABUPATEN TUBAN
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Sistem Perencanaan

Perencanaan Pengambilan Sampel Lingkungan

1. Tujuan Perencanaan

a. Memastikan dan menegaskan kembali tujuan pengambilan sampel

b. Memutuskan cara cara mencapai tujuan

c. Mengetahui apa yang harus dilakukan saat mengambil sampel dengan

mempertimbangkan sumber daya dan segala urusan administrasi,misalnya izin untuk

memasuki suatu pabrik

d. Menyiapkan sumber daya yang diperlukan

e. Menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan

sampel dan tahap selanjutnya,yaitu penanganan sampel dilapangan,transportasi,

preparasi,dan Analisa di Laboratorium.

2. Tujuan Pengambilan Sampel

a. Mengumpulkan data rona awal lingkungan

b. Memantau Lingkungan

c. Menegakkan hukum lingkungan

d. Melakukan Penelitian Lingkungan


3. Tipe Sampel

Secara umum tipe sampel lingkungan dibedakan menjadi sampel sesaat (discrete
sampel atau grab sampel),sampel gabungan (composite sampel),dan sampel terpadu (integrated
Sampel).

Sampel sesaat adalah sampel yang dikumpulkan dalam sebuah wadah pada waktu
tertentu,sampel sesaat dapat diambil dari air limbah, tanah air (lumpin/sedimen), atau
Mikroorganisme. Sampel sesaat hanya dapat dilakukan apabila kondisi lokasi pengambilan
diasumsikan homogeny atau konstan. Sampel gabungan merupakan campuran dua atau lebih
sampel sesaat kedalam sebuah wadah untuk diuji di laboratorium. Sampel gabungan umumnya
diambil dari air limbah atau tanah (lumpur/sedimen),selain itu sampel gabungan waktu (time
composite sampel) dan sampel gabungan tempat (location composite sampel). Sampel gabungan
waktu adalah campuran beberapa sampel yang diambil dari titik yang sama dengan volume dari
interval waktu yang sama dan dikumpulkan dalam sebuah wadah dan untuk diuji sampel gabungan
waktu dapat diambil dari tanah (lumpur/sedimen) atau air (air danau, air sungai, atau air limbah
dengan aliran yang relative konstan).

4. Pengamanan Sampel Dilapangan

Ketika sampel selesai diambil, tiap wadah harus siap diberi label identifikasi. Label tersebut
digunakan untuk menelusuri rekaman sehingga kekeliruan dapat dihindari, rekaman pengamanan
sampel dilapangan harus ditulis dengan tinta kedap air begitu juga kertas label harus menggunakan
kertas kedap air. Selain label identifikasi, pengemasan sampel harus diperhatikan karena beberapa
sampel lingkungan mudah menguap hal itu disebabkan pengemasan sampel dapat mengurangi
kontaminasi, degradasi, deteriosasi, dan menghindari kebocoran atau tumpahannya sampel.

5. Penyimpanan Sampel

1. Secara umum, penyimpanan sampel lingkungan dengan pendingin untuk menekan aktivitas
bakteri.

2. Penambahan bahan pembentuk kompleks yang dapat menghasilkan komplek anion untuk
mereduksi hilangnya analit melalui adsorbs atau evaporasi.
3. Filtrasi untuk mencegah reaksi partikel dengan komponen yang dapat melarutkan.

TABEL 2 ; Persyaratan untuk penyimpanan dan pengawetan sampel

NO PARAMETER JENIS PENGAWETAN VOL.CONTOH BATAS WAKTU


BOTOL UJI (ml) PENYIMPANAN

1. BOD P 1000 Didinginkan 1 hari

2. COD P,G 100 Segera 7 hari


dianalisa,tambah
H2SO4 PH<2
dan didinginkan

3. Karbon orgnic, G 100 Segera dianalisa, 7 hari


total tambah H2SO4

4. Karbon P,G 100 Segera dianalisa Dianalisa ditempat


dioksida

5. Klorin 5 500 Segera dianalisa Dianalisa ditempat

6. Warna P,G 500 Didinginkan 2 hari

7. Daya hantar P,G 500 Didinginkan 1 hari


listrik

8. Sianida total P,G 500 Tambahkan 1 hari


NaOH>12
Didinginkan
diruang gelap

9. Fluorida P,G 300 Tidak diperlukan 1 bulan

10. Kesadahan P,G 100 Tambahkan 6 bulan


HnO3 PH<2
11. Logam umum P(A),G(A) - Untuk logam 1 bulan
terlarut saring
segera dan
tambah HnO3
<2

12. Kromium IV P,A 300 Didinginkan 1 hari

13. Amonia V,G 500 Segera analisa 1 hari


tambah H2SO4
PH <2

14. Nitrat P,G 100 Segera analisa, 2 hari


didinginkan

15. Nitrit P 100 Segera analisa, 2 hari


didinginkan

16. Bau G 500 Segera analisa, -


didinginkan

17. Minyak dan G 1000 Tambahkan 28 hari


Lemak H2SO4 PH <2,
didinginkan

18. Fenol P,G 500 Tambahkan 21 hari


H2SO4 PH <2

19. Oksigen terlarut G 300 Segera analisa 0,5 jam

20. PH P,G - Segera analisa Analisa ditempat


atau 2 jam

21. Kegaraman P,G 240 Segera analisa 6 bulan

22. Padatan P,G - Didinginkan 7 hari


23. Sulfat P,G - Didinginkan 28 hari

24. Perasa G 500 Didinginkan, 24 jam


segera analisa

25. Temperatur P,G - Segera analisa Analisa ditempat

26. Kekeruhan P,G - Segera analisa 1 hari

27. Phospat G(A) 100 Didinginkan 48 jam


untuk phospat
terlarut, saring
segera

Keterangan ; (P) Plastik, (G) Gelas, P (A) atau G (A) Dicuci dengan Hno3 1+1, G(B) Gelas

brokosilat, G(S) Dicuci dengan organisas

3.2 Persiapan pengambilan sampel

a) Penugasan pengambilan sampel

Setelah dokumen perencanaan pengembilan sampel lingkungan disahkan, langkah selanjutnya


adalah penugasan personil yang kompeten untuk mengambil sampel. Apabila memungkinkan,
personil yang ditunjuk telah mendapatkan pelatihan dari lembaga sertifikasi pengambilan sampel
lingkungan untuk mengoptimalkan efesiensi pengambilan sampel, petugas harus melakukan
persiapan berdasarkan dokumen tersebut. Langkah-langkah ;

1. Persiapan peralatan pengambilan sampel

2. Persiapan peralatan pengukuran sampel

3. Persiapan peralatan pendukung

4. Persiapan wadah sampel

5. Persiapan kertas saring

6. Persiapan bahan pengawet

7. Persiapan pengendalian mutu lapangan


8. Persiapan rekaman lapangan

9. Lokasi dan titik pengambilan sampel lingkungan

Sebagai tambahan, perawatan peralatan itu harus sederhana dan suku cadangnya pun mudah
diperoleh,

b) Peralatan pendukung

a) Peralatan ukur parameter lapangan seperti, pH meter, DO meter,konduktometer,


thermometer,dll

b) Dokumen terkait berupa surat tugas, surat izin masuk industry (apabila diperlukan),
label sampel, metode acuan pengambilan sampel, peta lokasi pengambilan sampel,dd

c) Alat tulis

d) Perekam apabila diperlukan, misalnya kamera, batrai cadangan, atau GPS untuk
menentukan koordinat lokasi, peralatan pendukung lainnya berupa meteran, tali, gunting,
jam, stopwatch, handphone, dll

e) Peralatan kesehatan dan keselamatan kerja

f) Pakaian dan sepatu but

g) Helm

h) Sarung tangan

i) Masker gas dan debu

j) Pelindung telinga

2. Pengujian sampel

a) Pengujian sampel parameter lapangan

Proses pengukiran ini digunakan untuk parameter yang mudah berubah setelah pengambilan
sampel dan memungkinkan untuk diukur dilapangan. Berikut adalah parameter yang perlu diukur
dilapangan: kebisingan dan kecepatan sampel angin untuk udara; DHL, pH meter,
Termohigrometer, Thermometer, Turbidimeter untuk sampel air

b) Penentuan lokasi dan titik pengambilan sampel air permukaan


Sampel air permukaan berasal dari air sungai, air danau, air waduk, mata air, air rawa, dan
air gua. Pengujian air permukaan bertujuan untuk ;

1) Mengetahui kualitas sehingga dapat ditentukan peruntukannya sebagai, air minum, air
untuk reaksi, air untuk industri, air untuk perikanan, air pertanian, dan sebagainya.

2) Membuktikan dan mengendalikan pencemaran

3) Menetapkan kebijakan pengelolaan air permukaan

c) Penentuan lokasi dan titik pengambilan sampel air permukaan

Penentuan lokasi pengambilan sampel :

Langkah awal dalam menentukan lokasi pengambilan sampel air sungai adalah geografi

Sungai dan aktivitas disekitar daerah aliran sungai. Pada umumnya, lokasi pengambilan :

a) Daerah hulu atau sumber air alamiah

b) Daerah pemanfaatan air sungai

c) Daerah pertemuan dua sungai atau lokasi masuknya anak sungai

e) Daerah hilir atau muara

Penentuan jumlah titik pengambilan sampel :

Apabila lokasi pengambilan telah ditetapkan, langkah selanjutnya adalah


menentukan titik pengambilannya. Jumlah titik tersebut sangat tergantung pada debit rata-
rata tahun dan klarifikasi sungai, semakin banyak titik pengambilan sampel semakin
tergambarkan kualitas sesungguhnya.

3.3 Pelaksanaan pengambilan sampel lingkungan

1) Peralatan pengambilan sampel

a) Peralatan pengukuran pengambilan sampel

Pada saat memilih peralatan yang penting adalah bahwa peralatan tersebut dari bahan yang
tidak mempengaruhi dan mengubah komposisi kimia sampel uji. Selain itu, peralatan
tersebut harus tepat guna, mudah dijangkau, dan mudah dibersihkan untuk menghindari
kontaminasi sampel sebelumnya.
1. pH

Gambar 1. pH Meter

pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau
kebasan yang dimilik oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas hydrogen
(H+) yang terlarut. Uji pH dilapangan dapat tercapai menggunakan pH meter yang telah
dikalibrasi atau dengan pH universal. Namun, pH universal hanya digunakan untuk mengukur pH
contoh uji apabila kisaran ketelitian bacaaan memenuhi persyaratan. Oleh karena itu, penggunaan
alat pH meter yang memiliki resolusi lebih tinggi dianggap lebih efektif dalam pengukuran pH
sampel.

Cara penggunaan alat pH meter adalah sebagai berikut :

- Persiapan
a. Hubungkan kabel pH meter ke BNC
b. Untuk menyalakan alat tekan tombol power
- Pengukuran
a. Ambil sampel yang akan diukur, masukkan kedalam gelas kimia (4 cm)
b. Nyalakan dengan menekan tombol power
c. Bilas probe dengan aquades, keringkan dengan tissue
d. Masukkan probe kedalam sampel
e. Tekan read dan nilai pH akan muncul di LCD
f. Tunggu hingga pembacaan stabil
g. Setelah mengukur pH, matikan pH meter dengan menekan tombol power.
2. Anemometer

Gambar 2. Anemometer

Anemometer merupakan alat yang digunakan untuk mengkur arah dan tingkat kecepatan
angin. Kata anemo diambil dari bahasa Yunani yaitu anemos yang berarti angin/udara. Cara kerja
alat ini sangat simple dan hampir sama dengan kincir angin Belanda. Anemometer ini harus
diletkkan di luar ruangan. Lalu alat ini akan bergerak saat tertiup angin, bagian baling-baling akan
berputar sesuai arah mata angin. Jika putaran dari baling-baling semakin besar berarti angina sangat
kencang. Sebaliknya jika anemometer tidak bergerak, maka tidak ada angin sama sekali. Dibagian
bawah anemometer terdapat suatu alat yang berfungsi untuk menghitung tingkat kecepatan angin
dalam 1 detik.

3. Suhu

Gambar 3. Thermometer

Thermometer merupakan sebuah alat yang digunakan untuk menyatakan derajat panas atau
dingin suatu benda.Thermometer ini memanfaatkan sifat termometrik dari suatu zat,yakni
perubahan dari sifat-sifat zat yang disebabkan perubahan suhu dari zat tersebut.Kata Thermometer
berasal dari Bahasa latin thermos yang artinya panas dan meter yang artinya untuk mengukur.Zat
cair termometrik yaitu zat cair yang mudah mengalami suatu perubahan fisik jika dipanaskan atau
didinginkan,misalnya air raksa dan alcohol.Thermometer ini memiliki banyak jenis antara lain,
thermometer air raksa, thermometer digital, thermometer inframerah.

Prosedur penggunaan thermometer

a) Celupkan thermometer air raksa kedalam sampel yang akan diukur


b) Tunggu sampai pembacaan stabil

4. DHL (Daya Hantar Listrik)

Daya Hantar Listrik adalah parameter yang dipengaruhi oleh salinitas tinggi rendahnya
berkaitan erat dengan nilai salinitas. Kemampuan air untuk menghantarkan arus listrik dinyatakan
dalam μmhos/cm

-Prinsip

Daya hantar listrik diukur dengan elektroda konduktometer dengan menggunakan larutan
kalium klorida.KCL sebagai larutan baku pada suhu 25°C

-Bahan dan Alat

Bahan:

a. Air suling dengan DHL <1 μmhos/cm


b. Larutan baku kalium klorida KCL 0,01M

Alat:

a. Timbangan analitik
b. Konduktometer
c. Labu ukur 1000 ml
• Larutan standar KCL 0,01000 M

Pembuatan larutan standar KCL 0,01000 M adalah sebagai berikut:

a. Timbang 0,7456 gram KCL anhidrat


b. Larutkan dengan air suling dan encerkan sampel volume 1000ml

CATATAN: Larutan ini pada suhu 25 akan memberikan Daya Hantar Listrik sebesar 1413
μmhos/cm. Jika diperlukan larutan standar KCL dengan konsentrasi yang bervariasi .dapat
dilakukan dengan pengenceran dan akan memberikan daya hantar listrik yang bervariasi seperti
pada table berikut:

Tabel 3:Variasi Daya Hantar Listrik

NO Konsentrasi KCL(M) Daya Hantar Listrik (cm)pada 25 C

1. 0,1 12900

2. 0,05 6668

3. 0,02 2467

4. 0,01 1413

5. 0,005 717,8

6. 0,001 147,0

Catatan:Larutan KCL sebagaiman disebutkan diatas,dapat juga diperoleh secara komersil


dipasarkan,sehingga tidak perlu membuat sendiri.

• Kalibrasi Konduktometri

Prosedur kalibrasi konduktometer sebagai berikut:

1) Cuci elektroda dengan larutan KCL 0,01 M


2) Atur suhu larutan KCL 0,01 M pada 25
3) Celupkan elektroda kedalam larutan KCL 0,01 M
4) Atur sampai menunjukkan angka 1413 μmhos/cm (sesuai dengan intruksi kerja alat)

Catatan:apabila DHL contoh uji lebih besar dari 1413 μmhos/cm larutkan dengan menggunakan
larutan baku KCL 0,1 M (DHL 12900)μmhos/cm atau KCL 0,5 M(DHL -58460 μmhos/cm)

• Pengukuran Daya Hantar Listrik


Prosedur pengukuran daya hantar listrik adalah sebagai berikut:

a. Bilas elektroda dengan contoh uji sebanyak 3 kali.


b. Celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai konduktometer menunjukkan pembacaan
yang tepat.
c. Catat hasil pembacaan angka pada tampilan konduktometer dan catat suhu contoh uji.

5. Sound Level Meter (Kebisingan)

Gambar 5. SLM

Sound Level Meter adalah suatu perangkat alat uji untuk mengukur tingkat kebisingan suara,
hal tersebut sangat diperlukan terutama untuk lingkungan industri, contoh pada industry
penerbangan dimana lingkungan sekitar harus diuji tingkat kebisingan suara atau tekanan suara
yang ditimbulkan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap lingkungan sekitar. Pengukuran SLM
bertujuan untuk memverifikasi persis berapa banyak tingkat suara berubah.

Cara Kerja:

a. Aktifkan alat ukur sound level meter yang akan digunakan


b. Pilih selector pada posisi fast untuk jenis kebisingan continue tau berkelanjutan atau selector
pada posisi slow untuk jenis kebisingan impulsive atau yang terputus-putus
c. Pilih selector range intensitas kebisingan
d. Tentukan area yang diukur, setiap area pengukuran dilakukan pengamatan selama 1-2 menit
dengan kurang lebih 6 kali pembacaan
e. Hasil pengukuran berupa angka yang ditunjukkan pada monitor
f. Catat hasil pengukuran dan hitung rata-rata kebisingannya, maka akan diketahui hasil
pengukuran dari kebisingan tersebut.
6.Thermohigrometer

Gambar 6. Thermohigrometer

Thermohigrometer merupakan alat yang digunakan untuk nmengukur suhu dan kelembaban
dalam suatu ruangan. Alat ini mempunyai dua indicator pengukuran yaitu thermometer dan
hyhgrometer. Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu (temperatur), ataupun
perubahan suhu. Istilah thermometer berasal dari bahasa latin thermo yang berarti panas dan meter
yang berarti untuk mengukur. Satuan pengukurannya yang paling sering dilihat adalah derajat
Celcius ( C ). Hygrometer adalah alat yang digunakan untuk menghitung persentase uap air (embun)
yang berada di udara, atau lebih mudahnya alat untuk mengukur tingkat kelembaban udara. Satuan
pengukuran untuk Hygrometer adalah Persentase (%). Semakin besar angka persentasenya maka
kelembabannya semakin tinggi, begitupun sebaliknya. Dapat disimpulkan bahwa
thermohygrometer berfungsi untuk mengukur suhu dan kelembaban disuatu tempat baik itu indoor
(dalam ruangan) maupun outdoor (luar ruangan). Pada umumnya, thermohygrometer banyak
terdapat di rumah sakit, laboratorium,dll.

7. Turbidimeter

Gambar 7. Turbidimeter
Turbidimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kekeruhan air atau suatu larutan.
Pengukuran kekeruhan dilakukan berdasarkan sifat optic akibat disperse sinar dan dapat dinyatakan
sebagai perbandingan sinar yang dipantulkan terhadap sinar yang datang. Intensitas sinar atau
cahaya yang dipantulkan oleh suatu suspensi padata merupakan fungsi dari konsentrasi
ketidaklarutan atau tingkat kejernihan cairan yang dinyatakan dalam satuan NepHelometric
Turbidity Units (NTU). Sampel cair yang terlihat keruh atau tidak mampu ditembus sinar tentunya
akan memiliki kadar kekeruhan yang tinggi, begitupun sebaliknya. Tingginya kadar kekeruhan
dalam sampel air dapat disebabkan oleh adanya partikel terlarut dalam air seperti tanah liat, lumpur,
mikroorganisme, dll.

Persiapan :

a. Isi botol sampel dengan sampel


b. Botol sampel dilap dengan kain lembut untuk membersihkan
c. Masukkan cell sampel dalam ruang cell dengan mengorientasikan tanda garis pada bagian
depan ruang cell.
d. Tekan READ. Monitor akan menunjukkan NTU, kemudian angka turbiditas akan muncul
dalam NTU

8. TSP (Total Suspended Particulate)

Gambar 8.TSP

TSP adalah perangkat yang digunakan untuk mengambil sampel udara dalam jumlah besar dan
memungkinkan analisis lebih lanjut dari partikel-partikel yang terdapat dalam sampel tersebut. TPS
digunakan dalam aplikasi yang berkaitan dengan pemantauan kualitas udara dan penelitian ilmu
lingkungan, seperti mengukur tingkat polusi udara di suatu daerah atau mempelajari tipe dan jumlah
partikel yang terdapat dalam udara. Pada dasarnya TSP mengambil sampel udara dengan menyedot
melalui sebuah filter dengan menggunakan system pendinginan dan pengeringan yang
memungkinkan untuk mengukur jumlah partikel dengan tingkat persisi yang tinggi. TSP juga dapat
mengukur suhu dan kelembaban udara saat sampel diambil, yang memungkinkan untuk
mempertimbangkan faktor-faktor tersebut saat menganalisis sampel udara.

Cara Kerja:

a. Menyedot udara melalui sebuah filter dengan system pendinginan dan pengeringan
b. Udara yang disedot kemudian melewati filter dimana partikel-partikel terlarut dalam udara
tersebut terpisah dan tertangkap oleh filter
c. Filter tersebut dapat dianalisa untuk mengukur jumlah dan tipe partikel yang terlarut dalam
udara.

Pengambilan contoh uji

a. Tempatkan alat uji diposisi dan lokasi pengukuran menurut metode penentuan lokasi
pengambilan contoh uji
b. Tempatkan filter pada filter holder
c. Hubungkan alat TSP dengan sumber catu daya. Hdupkan alat pengambil contoh uji selama
1 jam, pantau dan catat laju alir udara serta temperature awal dan akhir pengukuran, ptikan
laju alir udara berada pada rentang 1,1 m3/menit sampai dengan 1,7 m3/menit. Catat lokasi,
tanggal, waktu, dan tekanan barometer.
CATATAN 1 Bila filter sudah penuh dengan partikel, ditandai dengan turunnya laju alir
<1,1 m3/menit, ganti filter segera dan pengambilan contoh uji dilanjutkan.
CATATAN 2 Aerosol cair seperti minyak dan partikel sisa pembakaran yang tertinggal di
filter dapat menyebabkan filter yang digunakan menjadi basah dan rusak serta filtrasi tidak
terjadi dengan baik. Jika hal tersebut terjadi, segera ganti filter, filter lama tetap diperlakukan
sebagai contoh uji.
CATATAN 3 Kemungkinan terjadinya kegagalan voltase atau padamnya listrik pada saat
pengambilan contoh uji akan menyebabkan kesalahan, maka pencatatan laju alir dilakukan
secara berkala.
CATATAN 4 Segera hentikan pengambilan contoh uji apabila kondisi cuaca hujan.
d. Matikan alat TSP, pindahkan filter secara hati-hati jaga agar tidak ada partikel terlepas. Lipat
filter dengan posisi contoh uji berada dibagian dalam lipatan. Simpan filter tersebut ke dalam
wadah penyimpan filter dan beri identitas.
CATATAN 1 Benda selain partikel seperti serangga yang tertangkap dalam filter akan
menambah berat. Pisahkan dengan menggunakan pinset.
CATATAN 2 Bila contoh uji akan dianalisis kandungan logam, maka filter langsung
dimasukan ke dalam wadah penyimpan filter dan tidak boleh dilipat.

B. Parameter Laboratorium

Parameter tidak mudah berubah setelah pengambilan sampel serta membutuhkan perlakuan
khusus, bisa diukur di laboratorium. Parameter yang bisa diukur di dalam laboratorium antara lain:

1. Phospat

Istilah dan Definisi

Phospat atau fosfat adalah sebuah ion poliatomik atau radikal terdiri dari satu atom fosfor
dan empat oksigen dan oksigen. Dalam bentuk ionic, fosfat membawa sebuah -3 muatan formal,
dan dinotasikan PO4 3-. Fosfat merupakan satu – satunya bahan galian (diluar air) yang mempunyai
siklus, unsur fosfor dialam diserap oleh makhluk hidup, senyawa fosfat pada jaringan makhluk
hidup yang telah mati terurai, kemudian terakumulasi dan terendapkan dilautan.

Prinsip

Dalam suasana asam, amonium molibdat dan kalium antimonil tartrat bereaksi dengan
ortofosfat membentuk senyawa asam fosfomolibdat kemudian direduksi oleh asam askorbat
menjadi kompleks biru moliden.

Alat

a. Spektofotometer

b. Labu ukur 100 ml; 250 ml; dan 1000 ml.

c. Pipet ukur 10 ml

d. Pipet volumetric 2 ml; 5 ml; 10 ml; 20 ml; dan 25 ml

e. Pipet tetes

Bahan

a. Larutan asam sulfat (H2SO4) 5N


b. Indikator PP
c. Larutan amonium molibdat
d. Larutan stano klorida
e. Standar PO4

Prosedur Preparasi Sampel

a. Pipet 100 ml contoh uji secara duplo dan masukkan masing-masing kedalam erlenmeyer
b. tambahkan 1 tetes indikator fenolftalin. Jika terbentuk warna merah muda, tambahkan tetes
demi tetes (H2SO4) 5N sampai warba hilang.

Prosedur Pengujian Sampel

a. Masukkan 100 ml sampel kedalam labu ukur


b. Tambahkan 4 ml larutan amonium molibdat, homogenkan
c. Tambahkan 0,5 ml SnCl2, homogenkan
d. Baca setelah 10 menit pada Panjang gelombang 690 nm

Perhitungan

Kadar phospat (mg P/L)=C x fp

Dengan pengertian :

C = kadar yang didapat dari hasil pengukuran (mg/L);

fp = factor pengenceran

TABEL 4 : Data Pengamatan Analisa Phospat

NO Prosedur Data Pengamatan

1. Sampel ditambah larutan ammonium molibdat dan Tidak berwarna


larutan SnCl2

2. Dibiarkan 10 menit Warna biru

3. Dibaca absorbansinya dengan spektrofotometer 690 nm Warna biru

2. Kesadahan Total

Istilah dan Definisi


Kesadahan total adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya ion kalsium
(Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat.

Prinsip

Garam dinatrium etilen diamin tetra asetat (EDTA) akan bereaksi dengan kation logam tertentu
membentuk senyawa kompleks kelat yang larut. Pada pH 10,0 + 0,1, ion-ion kalsium magnesium
dalam contoh uji akan bereaksi dengan indicator Eriochrome Black T (EBT), dan membentuk
larutan berwarna merah keunguan. Jika Na 2EDTA ditambahkan sebagai titran, maka ion-ion
kalsium dan magnesium akan membentuk senyawa kompleks, molekul indikator terlepas Kembali,
dan pada titik akhir titrasi larutan akan berubah warna dari merah keunguan menjadi biru. Dari car
aini akan didapat kesadahan total (Ca + Mg). Kalsium dapat ditentukan secara langsung dengan
EDTA bila pH contoh uji dibuat cukup tinggi (12-13), sehingga magnesium akan mengendap
sebagai magnesium hidroksida dan pada titik akhir titrasi akhir titrasi indikator Eriochrome Black
T (EBT) hanya akan bereaksi dengan kalsium saja membentuk larutan berwarna biru. Dari cara ini
akan didapat kadar kalsium dalam air (Ca). Dari kedua cara tersebut dapat dihitung kadar
magnesium dengan cara mengurungkan hasil kesadahan total dengan kadar kalsium yang diperoleh,
yang dihitung sebagai CaCO3

Peralatan

1. Buret 50 ml atau alat titrasi lain dengan skala yang jelas

2. Erlenmeyer 250 dan 500 ml

3. Labu ukur 250 dan 1000 ml

4. Gelas ukur

5. Pipet volume 10 dan 50 ml

6. Pipet ukur 10 ml

7. Gelas piala 50,250 dan 1000 ml

8. Spantula

9. Alat pengukur pH

10. Pengaduk

11. Pemanas listrik

12. Timbangan analitik


13. Gelas arloji

14. Mortir dan stamfer

15. Botol semprot

16. Botol borosilikat tutup basah

17. Botol borosilikat tutup karet

Bahan

1) Indikator mureksid

2) Indikator Eriochrom Black T (EBT)

3) Larutan natrium hidroksidda (NaOH) 1 N

4) Larutan penyangga pH 10+0,1

5) Bahan pengomplek

6) Larutan standar kalsium karbonat (CaCO3) 0,01 M (1,0 mg/ml)

7) Larutan baku dinatrium etilen diamin tetra asetat dihidrat (Na2EDTA 2H2O=C10H14N2

Na2O8.2H20)

8) Larutan Na2EDTA + 0,01 M

9) Serbuk natrium sianida (NaCN)

10) Air suling atau air bebas mineral yang mempunyai daya hantar listrik (DHL) 0,5

Prosedur

a) Ambil 25 ml contoh uji secara duplo, masukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml, encerkan
dengan air suling sampai dengan volume 50 ml
b) Tambahkan 1 ml sampai 2 ml larutan penyangga pH 10 + 0,1
c) Tambahkan 30 mg sampai 50 mg indikator EBT
d) Lakukan titrasi dengan larutan baku Na2EDTA 0,01 M secara perlahan sampai terjadi
perubahan warna merah keunguan menjadi biru
e) Catat volume larutan baku Na2EDTA yang digunakan
f) Apabila larutan Na2EDTA yang dibutuhkan untuk titrasi lebih dari 15 ml, encerkan
contoh uji dengan air suling dan ulangi Langkah 3.5.1.a). s/d 3.5.1.e).
g) Ulangi titrasi tersebut 2 kali, kemudian rata ratakan volume Na2EDTA yang digunakan
h) Jika spike matrix digunakan sebagai kontrol mutu, maka lakukan dengan cara sebagai
berikut :
Ambil 15 ml contoh uji ditambah 10 ml larutan standar kalsium karbonat 0,01 M dan
encerkan dengan air suling hingga volumenya 50 ml, masukkan kedalam Erlenmeyer
250 ml. Lakukan Langkah 3.5.1 b) sampai dengan 3.5.1 e) dari 3.5
CATATAN 1 Proses titrasi dilakukan dalam waktu 5 menit setelah penambahan larutan
penyangga pH = 10+0,1.
CATATAN 2 Tidak terjadinya perubahan warna pada titik akhir titrasi yang jelas
biasanya harus ditambah inhibitor,atau mungkin indikator telah mengalami kerusakan.
CATATAN 3 Untuk contoh uji dengan kadar kesadahan lebih kecil dari 5 mg/L,
gunakan volume contoh uji yang lebih besar (100 ml sampai dengan 1000 ml). Gunakan
larutan penyangga, indikator dan inhibitor yang porposional. Lakukan pengujian blanko
dengan volume yang sama.
Perhitungan
Mg CaCO3= A x B x 100
mL sampel
Keterangan:
A= adalah volume rata-rata larutan baku Na2EDTA untuk titrasi kesadahan total
(mL)
B= adalah volume rata-rata larutan baku Na2EDTA untuk titrasi kalsium (mL)

TABEL 5 : Data Pengamatan Analisa Kesadahan Total


No. Prosedur Data Pengamatan

1. Ambil 25 ml contoh uji lalu pindah ke dalam labu


ukur 50 ml, lalu tambahkan aquades sampai tanda
batas
2. Tambahkan 1-2 ml larutan buffer Warnanya tetap jernih

3. Tambahkan seujung spatula/setara dengan 30-50 mg Semula warnanya jernih


(larutan EBT) berubah menjadi warna
magenta
4. Lakukan titrasi dengan larutan baku Na2EDTA Dari warna magenta dititrasi
sampai terjadi perubahan warna merahmuda menjadi dengan larutan Na2EDTA
biru menghasilkan warna biru

3. Amonia (NH3)
Istilah dan Definisi
Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Biasanya senyawa ini didapati
berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut bau amonia). Walaupun amonia memiliki
sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi di bumi, amonia sendiri adalah senyawa kaustik
dan dapat merusak Kesehatan.
Prinsip
Amonia bereaksi dengan hipokrolit dan fenol yang dikatalisis oleh natrium nitropusida
membentuk senyawa biru indofenol.

Peralatan
a) Spektrofotometer
b) Timbangan analitik
c) Erlenmeyer 50 ml
d) Labu ukur 100 ml, 500 ml, 1000 ml
e) Gelas ukur 25 ml
f) Pipet volumetric 1 ml, 2 ml, dan 5 ml
g) Pipet ukur
h) Gelas piala 1000 ml

Bahan

a) Amonium klorida (NH4Cl)


b) Larutan fenol (C6H5OH)
c) Natrium nitropusida (C5FeN6Na2O) 0,5%
d) Laurtan alkali sitrat (C6H5Na3O7)
e) Natrium hiproklorit (NaClO) 5%
f) Larutan pengoksidasi
Prosedur

a) Pipet 25 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 50 ml


b) Tambabhkan 1 ml larutan fenol, dihimogenkan
c) Tambahkan 1 ml natrium nitropusid, dihomogenkan
d) Tambahkan 2,5 ml pengoksidasi, dihomogenkan
e) Tutup Erlenmeyer mengunakan plastic atau paraffin film
f) Biarkan selama 1 jam untuk pembentukan warna
g) Masukkan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer, baca dan catat serapannya pada
Panjang gelombang 640 nm

Perhitungan

Kadar amonia (mg N/L)=C x fp

Dengan pengertian :

C adalah kadar yang didapat dari hasil pengukuran (mg/L); fp adalah faktor pengencer

TABEL 6 : Data Pengamatan Analisa Amonia

No. Prosedur Data Pengamatan

1. Pipet 25 ml contoh uji, masukkan kedalam labu ukur Warnanya jernih


50 ml lalu ditambah aquades sampai tanda tera

2. Tambahkan 1 ml fenol lalu homogenkan Warnanya masih tetap


jernih

3. Tambahkan 1 ml larutan natrium nitropusid Warnnya masih tetap jernih

4. Tambahkan 2,5 larutan pengoksidasi Warnanya semula jernih


berubah menjadi kuning
kehijauan

5. Diamkan selama 1 jam Warnanya berubah menjadi


warna biru menunjukkan
adanya kadar ammonia
6. Baca pada spektrofotometer Panjang gelombang 640 Menjadi warnanya biru
nm

4. Klorida

Istilah dan Definisi

Klorida/kloraid/[3] adalah ion yang terbentuk sewaktu unsur klor mendapatkan suatu
elektron untuk membentuk suatu anion (ion bermuatan negatif) Cl-. Garam dari asam
klorida HCl mengandung ion klorida; contohnya adalah garam meja, yang adalah natrium
klorida dengan formula kimia NaCl. Dalam air, senyawa ini terpecah menjadi ion Na+ dan
Cl-.[4]

Prinsip

Dalam larutan netral atau sedikit basa, ion perak bereaksi secara kuantitatif dengan ion
klorida. Titrasi diakhiri dengan pembentukan perak kromat yang berwarna merah hasil
reaksi kelebihan ion perak dengan ion kromat.

Peralatan

a) Buret 50 ml atau alat titrasi lain yang setara


b) Erlenmeyer 250 ml
c) Labu ukur 1000 ml
d) pH meter
e) Pipet ukur 5 ml
f) Pipet volumetric 10 ml, 25 ml
g) Gelas piala 2 L
h) Desikator
i) Oven
j) Timbangan analitik dengan ketelitian o,1 mg

Bahan

a) Air bebas mineral


b) Larutan baku natrium klorida (NaCl) 0,0141 N
c) Larutan baku perak nitrat (AgNO3) 0,0141 N
d) Larutan indikator kalium kromat (K2CrO4) 5 %
e) Larutan asam sulfat (H2SO4) 1 N
f) Larutan natrium hidroksida (NaOH) 1 N
g) Suspensi aluminium hidroksida (Al(OH)3)
h) Hidrogen peroksida (H2O2) 30 %

Prosedur

a) Pipet 100 ml contoh uji atau sejumlah volume contoh uji yang diencerkan menjadi 100
ml masukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml
b) Tambahkan 1 ml larutan indikator K2CrO4
c) Titrasi dengan larutan AgNO3 sampai terbentuk warna kuning kemerahan sebagai titik
akhir, catat kebutuhan larutan AgNO3 (A ml)
d) Lakukan Langkah 3.6 a) sampai c) dengan menggunakan air bebas mineral sebagai
blanko, catat kebutuhan larutan AgNO3 (B ml)

Perhitungan

Kadar klorida (mg Cl-/L):

mgCl=(A-B) x N x 35450

ml sampel

Keterangan:

A adalah volume larutan AgNO3 yang dibutuhkan untuk titrasi contoh uji, dinyatakan dalam
mililiter (ml)

B dinyatakan volume larutan AgNO3 yang dibutuhkan untuk titrasi larutan blanko,
dinyatakan dalam mililiter (ml)

N adalah normalitas larutan AgNO3

V adalah volume contoh uji, dinyatakan dalam mililiter (ml)


TABEL 7 : Data Pengamatan Analisa Klorida

No. Prosedur Data Pengamatan

1. 100 ml sampel di pipet dimasukkan kedalam Sesuai sampel


Erlenmeyer 250 ml

2. Ditambah 1 ml indikator K2CrO4 Larutan berwarna kuning

3. Dititrasi menggunakan larutan AgNO3 Larutan berwarna kuning


kemerahan

5. Nitrat

Istilah dan Definisi

Nitrat adalah ion poliatomik dengan rumus molekul NO3- dan massa molekul 62,0049
g/mol. Nitrat juga mendeskripsikan gugus fungsional organic RONO2. Ester nitrat ini adalah
kelas khusus dari bahan peledak.

Prinsip

Skrining sampel yang memiliki bahan organik rendah, air alami yang tidak
terkontaminasi dan persediaan air minum. kurva kaliberasi NO3 mengikuti hukum bir
sampai 11 mg N/L. pengukuran penyerapan UV pada 220 nm memungkinkan penentuan
NO3 yang cepat. karena bahan organik terlarut dapat menyerap pada panjan ggelombang
220 nm dan NO3 tidak menyerap pada panjang gelombang 275 nm. pengukuran kedua yang
dilakukan pada panjang gelombang 275 nm dapat digunakan untuk memperbaiki nilai NO3.

Peralatan

a) Spektrofotometer UV - VIS
b) Labu ukur 25 ml, 250 ml, 1000 ml
c) Pipet volumetric 10 ml, 50 ml
d) Gelas ukur 100 ml
e) Gelas piala 50 ml, 250 ml, 1000 ml
f) Spatula
g) Alat pengukur pH
h) Pengaduk gelas
i) Pemanas listrik

Bahan

a) Larutan asam klorida (HCL) 1 N


b) Air suling bebas nitrat
c) Standar nitrat 1000 mg /L
Prosedur
1. Pembuatan blanko laboratorium
1. Tambahkan air bebas mineral sampai tanda batas pada labu 50 ml
2. Lalu tambahkan 1 ml HCl, kocok hingga homogen dan ukur serapannya
2. Pembuatan larutan standar
1. Menghitung konsentrasi pengenceran
2. Masukkan larutan standar kedalam labu ukur 50 ml sesuai perhitungan
3. Tambahkan air bebas mineral sampai tanda batas
4. Lalu tambahkan 1 ml HCl kocok hingga homogen dan ukur serapannya
3. Penentuan kadar NO3 pada sampel
a. Sampel dimasukkan ke dalam labu 50 ml sampai tanda tera diberi 1 ml larutan
HCl
b. Pembuatan spike: memipet larutan standar sesuai perhitungan lalu di terakan
dengan sampel. Kemudian tambahkan 1 ml HCl
4. Prosedur pengukuran
a. Membilas kuvet dengan air suling, membilas dengan larutan yang kemudian
kuvet tersebut diisi dengan larutannya dan masukkan kedalam alat
spektrofotometer
b. Baca dan catat serapannya pada Panjang gelombang 200 nm untuk mendapatkan
NO3 dan 275 nm untuk memperbaiki nilai NO3

Perhitungan

Kadar Nitrat (𝑚𝑔


𝐿
) : C x fp
TABEL 8 : Hasil Pengamatan Analisa Nitrat
No. Prosedur Data Pengamatan
1. Sampel diambil 50 ml, dimasukkan kedalam labu Warnanya jernih
ukur 50 ml
2. Ditambah HCl 1 ml Ada yang berwarna jernih
dan ungu
3. Dilakukan pembacaan spektrofotometer Panjang Ada yang berwarna jernih
gelombang 220 nm dan ungu

6. Nitrit
Istilah dan Definisi
Nitrat/nitrit merupakan bentuk umum kombinasi nitrogen yang terdapat di perairan
alam. NO3 dapat menjadi nitrit oleh proses biokimia (denitrikasi) biasanya dibawah kondisi
anaerob. Ion nitrit secara cepat dapat di oksidasi menjadi nitrat. Sumber alamiah nitrat di air
permukaan dapat berasal dari pelarutan batuan beku, drainase lahan, dan tumbuhan. Secara
alamiah kandungan nitrat berkisar 0,1 mg/L apabila melebihi kadar tersebut mungkin
disebabkan oleh polusi domestic, industry, termasuk penelitian dari tempat pembuangan
limbah dan sampah padat (sanitary landfil)
Prinsip
Nitrat dalam suasana asam pada pH 2,0-2,5 akan bereaksi dengan sulfanilamide (SA)
dan N- (1-napHthyl) ethylene diamine dihydrochloride (NED dihydrochloride) membentuk
senyawa azo yang berwarna merah keunguan. Warna yang terbentuk diukur absorbansinya
secara spektrofotometri pada panjang gelombang maksimum 543 nm.
Peralatan
a) Spektrofotometer sinar tampak dengan kuvet silica
b) Labu ukur 50 ml, 250 ml, 50 ml, 1000 ml
c) Pipet volumetric 1 ml, 2 ml, 5 ml, 10 ml dan 50 ml
d) Pipet ukur 5 ml
e) Gelas piala 200 ml dan 400 ml
f) Erlenmeyer 250 ml
g) Timbangan analitik
h) Botol semprot
Bahan
a) Air suling bebas nitrit.
Buat air suling bebas nitrit dengan salah satu cara dibawah ini:
1) Dengan cara ozonisasi terhadap air demineralisasi
2) Ke dalam 1000 ml air suling tambahkan sedikit Kristal KMnO 4 (+ 5 mg) dan Ba (OH)2
atau Ca(OH)2 (+ 5 g).Destilasi dengan menggunakan gelas borosilikat. Buang 50 ml destilat
pertama lalu tampung destilat. Destilat harus bebas permanganate (tes dengan
menambahkan larutan DPD (N,N-Dietil-p-PHenilendiamin), warna merah menunjukkan
adanya permanganat.
3) Ke dalam 1000 ml air suling tambahkan 1 ml H2SO4 p dan 0,2 ml larutan MnSO4 (36,4 g
MnSO4.H2O / 100 ml air suling). Tambahkan 1-3 ml larutan KMnO4 (400 mg KMnO4 /
1000 ml air suling). Destilasi seperti no. 3.2 a) 2) di atas
b) Glass wool
c) Kertas saring bebas nitrit berukuran pori 0,45 mikrometer
d) Larutan sulfanilamida, H2NC6H4SO2NH2
Larutkan 5 gram sulfanilamida dalam campuran 300 ml air suling dan 50 ml HCl pekat.
Encerkan dengan air suling sampai 500 ml
e) Larutan NED Dihidroklorida
Larutkan 500 mg N (1-napHthyl)-ethylene diamine dihydrochloride (NED Dihidroklorida)
dalam 500 ml air suling. Simpan dalam botol gelap dalam refrigerator.Ganti setiap bulan
atau bila berwarna coklat.
f) Larutan natrium oksalat, Na2C2O4 0,05 N
Larutkan 3,350 g , Na2C2O4 dalam air suling bebas nitrit dan tepatkan sampai 1000 ml
g) Larutan ferro ammonium sulfat (FAS) 0,05 N
Larutkan 19,607 g Fe(NH4)2 (SO4)2. 6H2O dalam air suling bebas nitrit, tambahkan 20 ml
H2SO4 pekat dan tepatkan sampai 1000 ml
h) Larutan induk nitrit, 250 mg/L NO2-N
Larutkan 1,232 gram NaNO2 dalam air suling bebas nitrit dan tepatkan sampai 1000 ml.
Awetkan dengan 1 ml CHCl3
i) Larutan kalium permanganate, KMnO4 0,05 N
Larutkan 1,6 g KmNO4 dalam 1000 ml air suling.Biarkan sedikitnya 1 mingguan, saring
dengan glass wool dan simpan dalam botol berwarna coklat.
Prosedur Pembakuan standar NO2
a) Pipet 50 ml larutan KMnO4 0,05 N, masukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml
b) Tambahkan 5 ml H2SO4
c) Pipet 50 ml larutan induk nitrit, masukkan kedalam larutan KMnO 4 dengan cara ujung
pipet berada dibawah permukaan larutan KMnO4
d) Larutan KMnO4 00,05 N sampai berwarna merah muda
e) Hitung kandungan NO2-N dari larutan induk dengan rumus sebagai berikut:
Prosedur Pengujian NO2
1. Pengupasan padatan tersubsensi
Jika sampel mengandung padatan tersuspensi,saring melalui kertas saring yang
berukuran 0,45 mikrometer.
2. Pengembangan warna
Atur pH sampel antara 5-9 dengan menambahkan HCl dan NH4OH.
Untuk sampel 50 ml tambahkan pereaksi warna 2 ml
3. Pengukuran Fotometrik
Ukur absorbansi dalam kisaran waktu 10 menit sampai 2 jam setelah penambahan
larutan pewarna pada panjang gelombang 543 nm.
4. Perhitungan
Siapkan kurva standar dengan membuat absorbansi standar terhadap konsentrasi NO 2-N
Hitung konsentrasi sampel secara langsung dari kurva.

Perhitungan (pindah dibawahe pembakuan)


A : (B x C) – (D x E) x 7
F
TABEL 9 : Hasil Pengamatan Analisa Nitrit
No. Prosedur Hasil Pengamatan
1. Sampel diambil 50 ml, dimasukkan kedalam labu Berwarna Jernih
ukur 50 ml
2. Ditambah reagen warna 2 ml Ada yang berwarna jernih
dan pink matang
3. Dilakukan pembacaan spektrofotometer Ada yang berwarna jernih
dan pink matang
7. TSS (Total Suspended Solid)
Istilah dan Definisi
TSS (Total Suspended Solid) atau total padatan tersuspensi adalah padatan yang
tersuspensi di dalam air berupa bahan-bahan organic dan iorganic yang dapat disaring
dengan kertas milipore berporipori 1,5 μ.
Prinsip
Contoh uji yang telah homogen disaring dengan kertas saring yang telah ditimbang.
Residu yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai mencapai berat konstan pada suhu
103oC sampai dengan 105oC. Kenaikan berat saringan mewakili padatan tersuspensi total
(TSS), Jika padatan tersuspensi menghambat saringan dan memperlama penyaringan,
diameter pori-pori saringan perlu diperbesar atau mengurangi volume contoh uji. Untuk
memperoleh estimasi TSS, dihitung perbedaan anata padatan terlarut total dan padatan total.
Peralatan
a) Desikator yang berisi silica gel
b) Oven, untuk pengoperasian pada suhu 103oC sampai dengan 105oC
c) Timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg
d) Pipet volume
e) Gelas ukur
f) Cawan aluminium
g) Cawan porselen
h) Penjepit
i) Kaca arloji
j) Pompa vacum

Bahan
a) Kertas saring (glass-fiber filter) dengan beberapa jenis
b) Saringan dengan ukuran pori 0,7 μm sampai dengan 1,5 μm
c) Air suling
Prosedur
1) Lakukan penyaringan dengan peralatan vakum. Basahi saringan dengan sedikit air suling
2) Aduk contoh uji dengan pengaduk magnetic untuk memperoleh contoh uji yang lebih
homogen
3) Pipet contoh uji dengan volume tertentu, pada waktu contoh diaduk dengan pengaduk
magnetic
4) Cuci kertas saring atau saringan dengan 3 x 10 ml air suling, biarkan kering sempurna
dan lanjutkan penyaringan dengan vakum selama 3 menit agar diperoleh penyaringan
sempurna. Contoh uji dengan padatan terlarut yang tinggi memerlukan pencucian tambahan.
5) Pindahkan kertas saring secara hati-hati dari peralatan penyaring dan pindahkan ke wadah
timbang aluminium sebagai penyangga. Jika digunakan cawan porselen pindahkan cawan
dari rangkaian alatnya
6) Keringkan dalam oven setidaknya selama 1 jam pada suhu 103 oC sampai 105oC,
dinginkan dalam desikator untuk menyeimbangkan suhu dan timbang
7) Ulangi tahapan pengeringan, pendinginan dalam desikator, dan lakukan penimbangan
sampai diperoleh berat konstan atau sampai perubahan berat lebih kecil dari 4% terhadap
penimbangan sebelumnya atau lebih kecil dari 0,5 mg.
CATATAN 1 Jika filtrasi sempurna membutuhkan waktu lebih dari 10 menit, perbesar
diameter kertas saring atau kurangi volume contoh uji.
CATATAN 2 Ukur volume contoh uji yang menghasilkan berat kering residu 2,5 mg
sampai dengan 200 mg. Jika volume yang disaring tidak memenuhi hasil minimum, perbesar
volume contoh uji sampai 1000 ml.
Perhitungan
TSS (mg /L) : (w1 – w0) x 1000
v
TABEL 10 : Hasil Pengamatan Analisa TSS (Total Suspended Solid)
No. Prosedur Data Pengamatan
1. Letakkan kertas pada alat filtrasi, basahi dengan Kertas saring bersih
aquades secukupnya
2. Kocok sampel,lalu saring dengan pompa vacum Sesuai sampel
3. Bilas kertas saring dengan aquades 30 ml Jernih
4. Pindahkan kertas saring ke cawan dan oven pada Kering
suhu 104oC selama 1 jam dan dinginkan dalam
desikator
5. Timbang kertas saring W1 Mendapatkan hasil akhir
8. TDS (Total Dissolved Solid)
Istilah dan Definisi
Total dissolved solid (TSS) adalah istilah yang digunakan untuk menilai kadar garam
inorganic dan kandungan organic lainnya di dalam air. Kandungan utamanya biasanya
kalsium, magnesium, natrium, dan kalium kation dan karbonat, hidrogencarbonat, klorida,
sulfat, dan anion nitrat. Angka TDS menentukan rasa air minum.
Prinsip
Penguapan contoh uji yang sudah disaring dengan kertas saring berpori 2 mikrometer
pada suhu 180oC kemudian ditimbang sampai berat tetap
Peralatan
a) Neraca analitik
b) Cawan porselen
c) Oven
d) Tanur yang dipakai dapat dipanaskan sampai suhu 550 oC
e) Penjepit kertas saring
f) Penjepit cawan
g) Alat penyaring yang dilengkapi dengan pompa penghisap
h) Penangas air
i) Pipet
j) Desikator

Bahan
a) Air suling dengan daya hantar listrik kurang dari 2 milisiemens/cm
b) Kertas saring bebas abu
Prosedur
Pengujian padatan terlarut total
a) Kocok contoh uji sampai homogeny
b) Pipet 50 ml sampai 100 ml contoh uji, masukkan ke dalam alat penyaring yang telah
dilengkapi dengan alat pompa penghisap dan kertas saring
c) Operasikan alat penyaringnya
d) Setelah contoh tersaring semuanya bilas kertas saring dengan air suling sebanyak 10 ml
dan dilakukan 3 kali pembilasan
e) Lanjutkan penghisapan selama kira-kira 3 menit setelah penyaringan sempurna
f) Pindahkan seluruh hasil saringan termasuk air bilasan ke dalam cawan yang telah
mempunyai berat tetap
g) Uapkan hasil saringan yang ada dalam cawan sehingga kering pada penangas air
h) Masukkan cawan yang berisi padatan terlarut yang sudah kering ke dalam oven pada suhu
180oC+ 2oC selama tidak kurang dari 1 jam
i) Pindahkan cawan dari oven dengan penjepit dan dinginkan dalam desikator
j) Setelah dingin segera timbang dengan neraca analitik
k) Ulangi langkah h) sampai j) sehingga diperoleh berat tetap ( catat sebagai B gram)
Perhitungan
TDS (mg/L) : (w1 – w0) x 1000
v
TABEL 11 : Hasil Pengamatan Analisa TDS (Total Dissolved Solid)
No. Prosedur Data Pengamatan
1. Letakkan kertas saring pada alat filtrasi, basahi Kertas saring bersih
dengan aquades secukupnya
2. Kocok sampel, lalu saring dengan pompa vacum Sesuai sampel
3. Bila kertas saring dengan aquades 30 ml Jernih
4. Masukkan hasil saringan ke cawan yang telah dioven Bening
pada suhu 180oC selama 1 jam
5. Panaskan di hotplate Mengering
6. Oven pada suhu 180oC selama 1 jam Kertas
7. Masukkan desikator hingga dingin, lalu timbang W1 Mendapatkan hasil akhir

9. Minyak dan Lemak


Minyak dan lemak bahan yang dapat terekstrak oleh n-heksana meliputi hidrokarbon,
asam lemak (minyak nabati,minyak hewani)
Definisi dan Istilah
Minyak dan lemak adalah senyawa organic yang terdapat di alam serta tidak larut
dalam air,tetapi larut dalam pelarut organic non-polar,misalnya dietil eter (C2H5OC2H5),
benzena dan hidrokarbon lainnya, lemak dan minyak dapat larut pada bahan diatas karena
minyak dan lemak mempunyai popularitas yang sama dengan pelarut tersebut. Minyak dan
lemak merupakan salah satu dari anggota lipid, yaitu merupakan lipid netral. Lipid itu
sendiri dapat diklarifikasikan menjadi 4 kelas, yaitu: lipid netral, fosfasida, spingolipid,
glikolipid.
Prinsip
Minyak dan lemak dalam contoh uji air diekstrasi dengan pelarut organic dalam
corong pisah dan untuk menghilangkan air yang masih tersisa digunakan NaSO 4
ANHIDRAT. Ekstrak minyak dan lemak dipisahkan dari pelarut organic secara destilasi.
Resido yang tertinggal pada labu destilasi ditimbang sebagai minyak dan lemak.
Peralatan
a) Corong pisah 1000 ml
b) Pemanas/waterbath yang dilengkapi pengatur suhu
Catatan jangan menggunakan hot plate
c) Labu ukur 50 ml, 250 ml, 500 ml, 1000 ml
d) Gelas piala 100 ml
e) Pipet micro
f) Desikator
g) Oven dengan batas temperatue 220+ 5oC
h) Timbangan analitik dengan ketelitian 0,0001 mg
Bahan
a) air bebas organic
b) N-heksana pelarut dari minyak dan lemak yang akan dipisahkan dari sampel air
c) HCL (asam klorida) 1:1 pemberian HCL ini bertujuan untuk memberikan suasana asam
pada sampel air dimana pada suasana asam, lemak dapat larut pada pelarutnya.
CATATAN Setelah pemberian HCL 1:1 dan n-heksana masih terdapat buih/pengotor maka
dapat ditambahkan dengan pemberian NaCl
Prosedur
a) Ukur 250-1000 ml contoh uji dengan labu ukur dan masukkan ke corong pisah.
Tambahkan 1 ml HCL 1:1 dan kocok selama 1 menit
b) Bilas labu ukur dengan 10 ml n-heksana, masukkan bilasan kedalam corong pisah yang
sudah diisi dengan contoh uji lalu tambahkan 30 ml n-heksana
c) Kocok dengan kuat selama 2 menit. Biarkan lapisan memisah, keluarkan lapisan air
d) Tamoing fraksin n-heksana kedalam beaker glass bersih yang telah ditambang
e) Apabila terbentuk emulsi,goyangkan perlahan-lahan selama 5-10 menit
f) Apabila fase pelarut masih mengandung air, tambahkan 1-2 g Na2SO4 kemudian saring
dengan kertas saring yang telah dibasahi n-heksana
g) Contoh uji siap diuji
h) Uapkan pelarut dalam penagas air pada suhu 70+2oc.
i) Saat terlihat kondensasi pelarut berhenti, pindahkan beaker glass dari penagas air.
Dinginkan dalam desikator selama 30 menit(sampai stabil)pastikan beaker glass kering dan
timbang sampai diperoleh berat tetap dengan timbangan analitik.
j) Ulangi timbangan beberapa kali sampai diperoleh berat yang tetap.

Perhitungan

Nilai kadar minyak dan lemak sebagai mg/L: (A-B) x 1000


mL contoh uji
Keterangan:
A=berat cawan + ekstrak,mg
B=berat cawan kosong,mg
TABEL 12: Data pengamatan Analisa Minyak Lemak
No. Prosedur Hasil Pengamatan
1. Contoh uji air diawetkan pH lebih kecil dari Warnanya jernih
2.
2. Contoh uji diambil 1000 ml Warnanya jernih
3. Ditambah n-hexsana 30 ml Warnanya tetap jernih

10.DO(Dissolved Oxygen)
Istilah dan Definisi
Kebutuhan oksigen (oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analis kualitas
air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukkan jumlah oksigen(O 2)
yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut
memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut
telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung
biota air seperti ikan dan mikroorganisme. Selain itu kemampuan air untuk membersihkan
pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air.
Prinsip
Oksigen terlarut bereaksi dengan ion mangan (II)dalam suasana basa menjadi hidroksidamangan
dengan valensi yang lebih tinggi(Mn IV). Dengan adanya ion yodida (I) dalam suasana asam, ion
ion mangan (II) dengan membebaskan yodin yang setara dengan kandungan oksigen terlarut.Yodin
yang terbentuk kemudian dititrasi dengan sodium thiosulfate dengan indikator amilum.

Peralatan
a) Botol winkler
b) Buret mikro 2 ml atau digital buret 25 ml
c) Pipet volume 5 ml 10 ml dan 50 ml
d) Pipet ukur 5 ml
e) Erlenmeyer 125 ml
f) Gelas piala 400 ml
g) Labu ukur 1000 ml

Bahan
a) Mangan sulfat,MnSO4.4H2O.MnSO4.2H2O atau MnSO4.H2O.
b) Air suling
c) Natrium hidroksida,NaOH atau alium hidroksida,KOH
d) Na Iodida, Nal atau Kalium Iodida,KI
e) Amilum/kanji
f) Natrium azida,NaN3
g) Asam salisilat
h) Asam Sulfat ,H2SO4 pekat
i) Sodium thiosulfate,Na2S2O3.5H2O
j) Kalium bi-iodat,KH (IO3)2
k) Kalium dikromat,K2Cr2O7
Prosedur
a) Ambil contoh yang telah disiapkan
b) Tambahkan 1 ml MnSO4 dan 1 ml Alkaliodida Azida dengan ujung pipet tepat diatas
permukaan larutan
c) Tutup segera dan homogenkan hingga terbentuk gumpalan sempurna
d) Biarkan gumpalan mengendap 5 menit sampai dengan 10 menit
e) Tambahkan 1 ml H2SO4 pekat, tutup dan homogenkan hingga endapan larut sempurna
f) Pipet 50 ml, masukkan kedalam Erlenmeyer 150 ml
g) Titrasi dengan Na2S2O3 dengan indikator amilum atau kanji sampai warna biru tepat hilang
CATATAN
Penambahan volume pereaksi diatas berdasarkan botol winkler 250 ml sampai dengan 300 ml, bila
menggunakan botol winkler dengan volume yang lain agar dihiting secara proposional
Perhitungan
Oksigen terlarut (mg/L)= V x N x 8000 x F
50
Dengan pengertian:
V adalah ml Na2O2S3
N adalah normalitas Na2S2O3
F adalah faktor (volume botol dibagi volume botol dikurangi volume pereaksi MnSO 4 dan alkali
iodide azida)
TABEL 13 : Data Pengamatan Analisa DO
No. Prosedur Data Pengamatan
1. Massukan sampel 100 ml kedalam botol winkler Sampel bening
2. Tambahkan MnSO4 dan alkali iodida 0,5 ml Larutan berwarna orange,
ada endapan
3. Tambahkan asam sulfat 05, ml Larutan berwarna orange matang
4. Titrasi dengan Na2S2O3 Larutan berwarna kuning muda
5. Ditambah indikator amilum Larutan berwarna biru
6. Titrasi dengan Na2S2O3 Larutan berwarna jernih

11. BOD (Biologycal Oxygen Demand)


Istilah dan Definisi
Kebutuhan oksigen biokimiawi adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan
zat organic secara biokimiawi dalam 1000 ml air selama inkubasi 5 x 24 jam pada suhu 20
°C
1. oksigen terlarut 0 hari adalah kadar oksigen terlarut dalam ml/L sebelum diinkubasi
2. oksigen terlarut 5 hari adalah kadar oksigen terlarut dalam mg/L sesudah diinkubasi 5 x
24 jama pada suhu 20 ° C
Prinsip
Sejumlah contoh uji ditambahkan kedalam larutan pengencer jenuh oksigen yang telah
ditambah larutan nutrisi dan bibit mikroba, kemudian diinkubasi diruang gelap pada suhu
20°C + 1°C selama 5 hari. Bahan control standar dalam uji BOD ini, digunakan larutan
glukosa-asam glutamat.

Peralatan
a) Botol winkler
b) Buret mikro 2 ml atau digital buret 25 ml
c) Pipet volume 1 ml, 5 ml dan 10 ml
d) Pipet ukur 5 ml
e) Erlenmeyer 125 ml
f) Gelas piala 400 ml
g) Labu ukur 1000 ml
h) Lemari inkubasi, suhu 20°C + 1°C gelap

Bahan
a) Air bebas mineral
b) Larutan buffer
c) Larutan magnesium sulfat (MgSO4)
d) Larutan kalsium klorida (CaCl2)
e) Larutan FeCl3
f) Asam sulfat pekat (H2SO4)
g) Larutan alkali iodida azida
h) Larutan indicator kanji
i) Larutan natrium tiosulfat
j) Air suspense bibit mikroba

Persiapan contoh uji


1) Pengambilan contoh uji
Contoh uji diambil berdasarkan SNI 06-6989.57-2008 untuk metode pengambilan contoh
air permukaan dan SNI 06-6989.59-2008 untuk metode pengambilan contoh air limbah.
2) Penyimpanan contoh
a. Penyimpanan contoh sesaat (grab samples)
Suhu penyimpanan contoh sesaat dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

TABEL 14 : Suhu Penyimpanan Contoh


Lama penyimpanan contoh Suhu penyimpanan
<2 jam Tidak perlu disimpan dilempari pendingin
2-6 jam < 4 °C
6-24 jam < 4 °C dan catat lama waktu penyimpanan
> 24 jam Contoh tidak mewakili BOD

b. Penyimpanan contoh gabungan ( composite samples )


Selama pengumpulan, penyimpanan contoh dilakukan suhu < 4 °C batas periode
pengumpulan contoh maximal 24 jam dari waktu pengambilan contoh terakhir. Gunakan
kriteria lama penyimpanan contoh gabungan, seperti pada pengambilan contoh sesaat.

Persiapan pengujian
1. Pengaturan pH
a. Kondisikan contoh uji pada suhu 20°C 3°C
b. Lakukan pengukuran pH contoh, jika nilainya tidak dalam kisaran 6,0 8,0 atur pH
pada Kisaran tersebut dengan penambahan larutan H₂SO, atau NaOH.
c. Penambahan asam atau basa tidak boleh mengakibatkan pengenceran lebih dari
0,5%.
2. Penghilangan zat pengganggu
contoh uji mengandung senyawa toksik lain.
a. Terhadap contoh uji yang mengandung senyawa toksik, lakukan perlakuan khusus
untuk Menghilangkannya. Salah satu perlakuan adalah dengan cara pengenceran.
b. Hilangkan kelebihan oksigen dengan cara pengocokan atau diaerasi pada suhu 20°C
+3°C
3. Larutan glukosa - asam glutamate
a. Kondisikan larutan glukosa-asam glutamat pada suhu 20°C +3°C
b. Masukkan 2ml larutan glukosa asam glutamat kedalam labu ukur 100 ml
c. Encerkan dengan larutan air pengencer hingga 100ml
d. Aduk sampai homogen

4. Larutan contoh uji


a. kondisikan contoh uji pada suhu 20°C+3°C
b. Dalam labu ukur, lakukan pengenceran contoh uji dengan larutan pengencer hingga
100ml. Jumlah Pengenceran sangat tergantung pada karakteristik contoh uji, dan di
pilih pengenceran yang diper- Kirakan dapat menghasilkan penurunan oksigen
terlarut minimal 20mg/L. dan sisa oksigen terlarut Minimal 1,9 mg/L setelah
inkubasi 5 hari
c. Pengenceran contoh uji dapat dilakukan berdasarkan faktor pengenceran seperti
tabel dibawah ini
TABEL 15 : Jumlah contoh uji
Jenis Contoh Uji Jumlah contoh uji % Faktor Pengenceran
Limbah industri yang sangat pekat 0,01 – 0,1 10000 – 100
Limbah yang diendapkan 1,0 – 5,0 100 – 20
Efluen dari proses biologi 5,0 – 25 20 – 4
Air sungai 25 – 100 4-1

Prosedur
1. Siapkan 2 botol DO, tandai masing-masing botol dengan notasi DO0, DO5
2. Masukkan larutan contoh uji kedalam masing-masing botol DO, DO0 dan DO5 sampai meluap
kemudian tutup masing-masing botol secara hati-hati untuk menghindari terbentuknya gelembung
udara.
3. Simpan botol DO, dalam lemari inkubator 20°C + 1°C selama 5 hari.
4. Lakukan pengukuran oksigen terlarut terhadap larutan dalam botol DO 0 alat DO meter yang
terkalibrasi sesuai dengan standard metods for the examination of water and wastewater 21st edition
2005: membrane electrode method (4500-0 G) atau dengan metode titrasi secara iodometri
(modifikasi azida) sesuai dengan SNI 06-6989.59-2008 pengukuran oksigen terlarut pada nol hari
harus dilakukan paling lama 30 menit setelah pengenceran.
5. Ulangi pengerjaan butir d) untuk botol DO, diinkubasi 5 hari + 6 jam. hasil pengukuran yang
diperoleh merupakan nilai oksigen terlarut 5 ( lima) hari (DO5).
6. Lakukan pengerjaan butir 1) sampai 5) untuk penetapan blanko dengan menggunakan larutan
pengencer tanpa contoh uji hasil pengukuran yang diperoleh merupakan nilai oksigen terlarut nol
hari (B1) dan nilai oksigen terlarut 5 (lima) hari.
7. Lakukan pengenceran butir 1) sampai 5) untuk dan penetapan kontrol nilai oksigen terlarut 5
(lima) hari. standar dengan menggunakan larutan glukosa-asam glutamat pengukuran yang
diperoleh merupakan nilai oksigen terlarut 5 hari (C2).
8. Lakukan pengejaran butir 1) sampai 5) terhadap beberapa macam pengenceran contoh uji.

Perhitungan
BOD5 = (A1-A2) – (B1-B2)
Vb

Dengan pengertian:
BOD5 = adalah nilai BOD5 contoh uji (mg/L);
A1 = adalah kadar oksigen terlarut contoh uji sebelum inkubasi (0 hari) (mg/L);
A2 = adalah kadar oksigen terlarut contoh uji setelah inkubasi 5 hari (mg/L);
B1 = adalah kadar oksigen terlarut blanko sebelum inkubasi (0 hari) (mg/L);
B2 = adalah kadar oksigen terlarut blanko setelah inkubasi 5 hari (mg/L);
VB = adalah volume suspensi mikroba (mL) dalam botol DO blanko;
VC = adalah volume suspensi mikroba dalam botol contoh uji (mL);
P = adalah perbandingan volume contoh uji (V1) per volume total (V2).
CATATAN Bila contoh uji tidak ditambah bibit mikroba VB = 0.
Tabel 16. Hasil pengamatan Analisa BOD
No Prosedur Hasil Pengamatan
1 Masukkan sampel pada botol Sesuai warna sampel
2 Tambahkan air pengencer sampai penuh, pastikan tidak Sampel berwarna bening
ada gelembung
3 Diamankan hingga suhu ruangan Sampel berwarna bening
4 Dimasukkan incubator selama 5 hari pada suhu stabil 20 Sampel berwarna bening
5 Sampel dikeluarkan dan didiamkan dengan suhu ruangan Sampel berwarna bening
6 Ditambahkan 0,5 ml MnSO4 dan alkali iodide azida, lalu Sampel berwarna kuning
homogenkan dan biarkan mengendap
7 Ditambahkan 0,5 ml H2SO4 Larutan berwarna orange
8 Dimasukkan kedalam Erlenmeyer 100ml Larutan berwarna orange
9 Dititrasi dengan natrium thiosulfate Larutan berwarna kuning
muda
10 Ditambahkan 3 tetes indicator amilum sambil digoyang- Larutan berwarna biru gelap
goyangkan
11 Dititrasi sampai TAT Larutan berwarna bening
12 Lakukan hal yang sama untuk pengujian DO5 mulai poin 5- -
11

12. COD ( Chemical Oxygen Demand)


Istilah dan Definisi
Chemical Oxygen Demand (COD) adalah pengukuran oksigen equivalent dari bahan
organic dan anorganik dalam sampel air yang mampu di oxidase oleh bahan kimiawi
pengoksidasi yang kuat seperti misal bichromate.

Peralatan
1) Digestion vessel
Gunakan tabung kultur borosilikat dengan ukuran 16 nm x 100 nm atau 20 nm x 150 nm
atau 25 nm x 150 nm tertutup ulir yang dilapisi dengan bahan inert (contoh PTFE).
Alternatif lain, gunakan ampul borosilikat dengan kapasitas 10 ml (diameter 19 nm sampai
dengan 20 nm)
2) Pemanas dengan lubang lubang penyangga tabung (heating block).
Jangan menggunakan oven untuk pemanasan
3) Mikro buret
4) Labu ukur 50 ml, 100 ml, 250 ml, 500 ml dan 1000 ml
5) Pipet volumetric 5 ml, 10 ml, 15 ml, 20 ml, dan 25 ml
6) Erlenmeyer
7) Gelas piala
8) Magnetic stirrer
9) Timbangan analitik dengan keterbacaan 0,1 mg
Bahan
1) Air bebas organic
2) Larutan baku kalium dikromat (K2Cr2O7) 0,1 N (digestion solution)
3) Larutan pereaksi asam sulfat
4) Larutan indikator ferroin
5) Larutan baku ferro ammonium sulfat (FAS) 0,05 N
6) Asam sulfamat (H3NSO3)
7) Larutan baku kalium hydrogen phatalat (C8H5KO4) setara dengan nilai COD 500 mg O2/L

Prosedur
1) Pipet contoh uji kedalam digestion vessel dan tambahkan berturut-turut digestion solution
serta larutan pereaksi asam sulfat
2) Tutup tabung dan kocok perlahan sampai homogen
3) Letakkan tabung pada pemanas yang telah dipanaskan pada suhu 150 oC, lakukan refluks
selama 2 jam, selalu gunakan alat pelindung diri yang sesuai dan lakukan di ruang asam
4) Dinginkan contoh uji dan larutan kerja yang sudah direfluks sampai suhu ruang
5) Pindahkan secara kuantitatif contoh uji krdalam Erlenmeyer untuk titrasi
6) Tambahkan indikator ferroin 1 sampai 2 tetes dan dititrasi dengan larutan baku FAS
sampai terjadi perubahan warna yang jelas dari hijau-biru menjadi coklat-kemerahan, catat
larutan baku FAS yang digunakan (Vcl ml)
7) Lakukan Langkah 1 sampai dengan 6 terhadap air bebas organic sebagai blanko. Catat
volume larutan FAS yang digunakan (Vbl ml) dan laporkan hasil uji sesuai dengan
lampiran A.

Perhitungan
Nilai COD sebagai mg/l O2:
COD (mg O2/l)=l (Vb-Vc) x NFAS x 8000/Vs

Keterangan:
Vb adalah volume larutan FAS yang dibutuhkan untuk blanko (ml)
Vc adalah volume larutan FAS yang dibutuhkan untuk contoh uji (ml)
Vs adalah volume contoh uji (ml)
NFAS adalah normalitas larutan FAS (N)
8000 adalah berat mili ekivalen oksigen x 1000 ml/L
TABEL 17 : Data Pengamatan Analisa COD ( Chemical Oxygen Demand)
No. Prosedur Data Pengamatan
1. Masukkan sampel 25 ml Sampel bening
2. Ditambahkan larutan ginestil K2Cr2O7 – HgSO4 Larutan berwarna orange
3. Ditambah 3,5 ml campuran Larutan berwarna orange
4. Refluk 2 jam Larutan berwarna orange
5. Dituang kedalam erlenmeyer Larutan berwarna orange
6. Diteteskan 1 – 2 tetes indikator frroin Larutan berwarna hijau
kemerahan
7. Titrasi dengan FAS Larutan berwarna merah
kecoklatan

13. NO2 ( Nitrit Udara)


Nitrit udara digunakan untuk penentuan nitrogen dioksida di udara ambien dengan metode
Griess-Saltzman menggunakan pektrofotometer pada panjang gelombang 550 nm dengan kisaran
konsentrasi 4 mikrogram/Nm3 sampai dengan 500 mikrogram/Nm3 atau 0,002 ppm sampai dengan
5 ppm udara.
Prinsip
Gas nitrogen dioksida dijerap dalam larutan Griess-Saltzman sehingga membentuk suatu
senyawa azo dye berwarna merah muda. Konsentrasi larutan ditentukan segera (kurang dari 1 jam)
secara spektrofotometer pada panjang gelombang 550 nm.
Bahan
a. Hablur asam sulfanilat (H2NC6H4SO3H)
b. Larutan asam asetat glasial (CH3COOH pekat)
c. Air bebas mineral
d. Natrium Nitrit (NaNO2)
e. Larutan induk N-(1-naftll)-etilendiamin dihidroklorida (NEDA, C12H16Cl2N2)
1) Larutkan 0,1 g NEDA dengan air bebas mineral ke dalam labu ukur 100 Ml,
kemudian encerkan dengan air bebas mineral sampai tanda tera lalu homogenkan
2) Larutan tersebut dipindahkan ke dalam botol coklat dan simpan di lemari
pendingin
CATATAN Larutan ini stabil selama 1 bulan yang disimpan dalam lemari
pendingin
f. Aseton (C3H6O)
g. Larutan penjerap Griess-Saltzman,
1) larutkan 5g asam sulfanilat anhidrat (H2NC6H4SO3H) atau 6.5g asam
sulfanilatmonohidrat dalam gelas piala 1.000 mL dengan 140 mL asam asetet
glasial, aduk secara hati-hati dengan stirrer sambil ditambahkan dengan air bebas
mineral hingga kurang lebih 800 mL
2) pindahkan larutan tersebut ke dalam labu ukur 1.000 mL:
3) tambahkan 20 mL larutan induk NEDA, dan 10 mL aseton, tambahkan air
bebas mineral hingga tanda tera, lalu homogenkan.

CATATAN Pembuatan larutan penjerap ini tidak boleh terlalu lama kontak
dengan udara Masukkan larutan penjerap tersebut ke dalam botol berwama gelap
dan simpan dalam leman pendingin Larutan ini stabil selama 2 bulan

h. Larutan induk nitrit (NO2) 2.000 μg/mL:


1) keringkan natrium nitrit (NaNO2) dalam oven selama 2 jam pada suhu 108 °C
dinginkan dalam desikator,
2) timbang 0.246 g natrium nitrit yang tersebut diatas, kemudian larutkan ke
dalam labu ukur 100 mL dengan air bebas mineral. tambahkan air bebas minerai
hinge tanda tera, lalu homogenkan
3) pindahkan larutan tersebut ke dalam botol gelap dan simpan di leman
pendingin

CATATAN 1 Larutan ini stabil selama 3 bulan


CATATAN 2 Dapat digunakan lantan standar nitrit siap pakai yang tersedia
secara komersial
a) larutan standar nitrit (NO2) 20 μg/ml.
b) masukkan 10 mL larutan induk natrium nitrit ke dalam labu ukur 1.000 mL.
tambahkan air bebas mineral hingga tanda tera, lalu homogenkan.
Peralatan
a) Inpinjer
b) labu ukur 25 mL. 100 mL, dan 1.000 mL
c) pipet mikro atau buret mikro;
d) gelas ular 100 mL: e) gelas piala 100 mL, 500 mL dan 1,000 mL;
e) spektrofotometer sinar tampak dilengkapi kuvet
g) neraca analitik dengan ketelitian 0,1 mg
h) oven,
i) botol berwarna gelap
j) barometer,
k) termometer.
l) desikator: dan
m) kaca arloji

Pengambilan contoh uji


a. susun peralatan pengambilan contoh uji dan tempatkan pada posisi dan lokasi
pengukuran menurut metode penentuan lokasi pengambilan contoh uji
b. masukkan larutan penjerap Griess-Saltzman sebanyak 10 mL ke dalam botol
penjerap,atur botol penjerap agar terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung:
c. hidupkan pompa penghisap udara dan atur kecepatan alir 0.4 L/menit. setelah stabil
catat laju alir awal dan pantau laju alir udara sekurang-kurangnya 15 menit sekali
d. lakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam dan catat temperatur dan tekanan udara:

Persiapan pengujian
Pembuatan kurva kalibrasi

a) optimalkan alat spektrofotometer sesuai petunjuk penggunaan atat


b) buat deret larutan kerja dalam labu takar 25 mL dengan 1 (satu) blanko dan minimal 3
(tiga) kadar yang berbeda secara proporsional dan berada pada rentang pengukuran dimana
standar larutan kerja terendah mendekati nilai LoQ (limit of quantitation) merupakan limit
deteksi metode,
c) tambahkan larutan penjerap sampal tanda tera Kocok dengan baik dan biarkan selama
15 menit agar pembentukan warna sempurna.
d) ukur serapan masing-masing larutan standar dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 550 nm:
e) buat kurva kalibrasi antara serapan dengan jumlah NO2, (ug)

Pengujian contoh uji


a) masukkan larutan contoh uji ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer, lalu ukur
intensitas warna merah muda yang terbentuk pada panjang gelombang 550 nm.
b) baca serapan contoh uji kemudian hitung konsentrasi dengan menggunakan kurva
kalibrasi
c) lakukan langkah-langkah 4.6 butir a) sampai b) untuk larutan penjerap yang
diukursebagai larutan blanko.

Perhitungan:
Konsentrasi NO2, dalam larutan standar

Konsentrasi NO2 diudara ambien


13. SO2 (Udara)
Standar ini digunakan untuk penentuan sulfur dioksida (SO2) di udara ambien dengan
metode pararosanilin menggunakan spektrofotometer sinar tampak pada panjanggelombang
550 nm dengan kisaran konsentrasi 25 µg/Nm3 sampai dengan 1.000 µg/Nm3 atau 0,01 ppm
sampai 0,4 ppm

Prinsip
Gas sulfur dioksida (SO2) diserap dalam larutan penjerap tetrakloromerkurat
membentuk senyawa kompleks diklorosulfonatomerkurat. Dengan menambahkan larutan
pararosanilin dan formaldehida ke dalam senyawa diklorosulfonatomerkurat maka
terbentuk senyawa pararosanilin metil sulfonat yang berwarna ungu. Konsentrasi larutan
di ukur pada panjang gelombang 550 nm.

Bahan
1) Larutan penjerap tetrakloromerkurat (TCM) 0,04 M
• larutkan 10,86 g merkuri (II) klorida (HgCl2) dengan 800 mL air bebas mineral ke
dalam gelas piala 1.000 mL;
• Tambahkan berturut-turut 5,96 g kalium klorida (KCl) dan 0,066 g EDTA
[(HOOCCH2)2N(CH2)2N(CH2COONa)2·2H2O], lalu aduk sampai homogen;
• Pindahkan ke dalam labu ukur 1000 mL, encerkan dengan air bebas mineral
hingga tanda tera lalu homogenkan.
2) Larutan induk natrium metabisulfit (Na2S2O5)
• a) larutkan 0,3 g Na2S2O5 dengan air bebas mineral ke dalam gelas piala 100 mL;
• b) pindahkan ke dalam labu ukur 500 mL, encerkan dengan air bebas mineral
hingga
• tanda tera lalu homogenkan.
3) Larutan standar natrium metabisulfit (Na2S2O5)
4) Larutan induk iod (I2) 0,1 N
5) Larutan iod 0,01 N
6) Larutan indikator kanji
7) Larutan asam klorida (HCl) (1+10)
8) Larutan induk natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,1 N
9) Larutan Na2S2O3 0,01 N
10) Larutan asam klorida (HCl) 1 M
11) Larutan asam sulfamat (NH2SO3H) 0,6 %b/v
12) Larutan asam fosfat (H3PO4) 3 M
13) Larutan induk pararosanilin hidroklorida (C19H17N3·HCl) 0,2 %
14) Penentuan kemurnian pararosanilin
15) Larutan kerja pararosanilin
16) Larutan formaldehida (HCHO) 0,2%v/v
17) Larutan penyangga asetat 1 M (pH = 4,74)

Alat
a) peralatan pengambilan contoh uji SO2 sesuai Gambar 2;
b) labu ukur 25 mL; 50 mL; 100 mL; 250 mL; 500 mL dan 1.000 mL;
c) pipet volumetrik;
d) gelas ukur 100 mL;
e) gelas piala 100 mL; 250 mL; 500 mL dan 1.000 mL;
f) spektrofotometer sinar tampak dilengkapi kuvet;
g) timbangan analitik dengan ketelitian 0,1mg;
h) buret 50 mL;i) labu erlenmeyer asah bertutup 250 mL;
j) oven;
k) kaca arloji;
l) termometer;
m) barometer;
n) pengaduk; dan
o) botol reagen.

Prosedur
Penentuan konsentrasi SO2 dalam larutan induk Na2S2O5
a) pipet 25 mL larutan induk Na2S2O5 pada langkah 4.2.2 ke dalam labu erlenmeyer
asah kemudian pipet 50 mL larutan iod 0,01 N ke dalam labu dan simpan dalam ruang
tertutup selama 5 menit;
b) titrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan tiosulfat 0,01 N sampai warna larutan
kuning muda;
c) tambahkan 5 mL indikator kanji, dan lanjutkan titrasi sampai titik akhir (warna biru tepat
hilang), catat volume larutan penitar yang diperlukan (Vc);
d) pipet 25 mL air bebas mineral sebagai blanko ke dalam erlenmeyer asah dan lakukan
langkah – langkah 4.5.2 butir a) sampai c) (Vb);
e) hitung konsentrasi SO2 dalam larutan induk tersebut dengan rumus sebagai berikut:
Pembuatan Kurva Kalibrasi

a) optimalkan alat spektrofotometer sesuai petunjuk penggunaan alat;


b) buat deret larutan kerja dalam labu takar 25 mL dengan 1 (satu) blanko dan minimal
3 (tiga) kadar yang berbeda secara proporsional dan berada pada rentang pengukuran,
dimana sta1ndar larutan kerja terendah mendekati LoQ (limit of Quantitaion);
c) tambahkan larutan penjerap sampai volume 10 mL;
d) tambahkan 1 mL larutan asam sulfamat 0,6 % dan tunggu sampai 10 menit;
e) tambahkan 2 mL larutan formaldehida 0,2 % dan 5 mL larutan pararosanilin, diamkan
selama 30 menit;
f) tepatkan dengan air bebas mineral sampai volume 25 mL, lalu homogenkan;
g) ukur serapan masing-masing larutan standar dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 550 nm paling lama 30 menit setelah proses homogenisasi (butir f);
h) buat kurva kalibrasi antara serapan dengan jumlah SO2 (µg).

Pengujian contoh uji


Perhitungan
Konsentrasi SO2 dalam contoh uji untuk pengambilan contoh uji selama 1 jam dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:

13. O3 (Oksidan)
Standar ini digunakan untuk penentuan oksidan di udara ambien dengan metode neutral
buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 352
nm, dengan kisaran konsentrasi 19,6 µg/Nm3 sampai 500 µg/Nm3 atau 0,01 ppm sampai
dengan 10 ppm (sebagai ozon).
Prinsip
Oksidan dari udara ambien akan bereaksi dengan ion iodida yang ada di dalam larutan
penjerap NBKI dan membebaskan iod (I2) yang berwarna kuning muda. Konsentrasi larutan
ditentukan secara spektrofotometri pada panjang gelombang 352 nm.
Bahan
Peralatan
Prosedur
a) Larutkan 0,35 g kalium iodat yang telah dipanaskan pada suhu 180 °C selama 2 jam ke dalam
labu ukur 100 mL dan tambahkan air bebas mineral sampai tanda tera;
b) Pipet 25 mL larutan KIO3 diatas ke dalam labu erlenmeyer;
c) Tambahkan 1 g KI dan 10 ml HCl (1:10);
d) Titrasi dengan natrium tiosulfat sampai warna larutan kuning muda;
e) Tambahkan 5 mL indikator kanji, dan lanjutkan titrasi sampai titik akhir (warna biru tepat
hilang). Catat volume larutan penitar yang diperlukan;
f) Hitung normalitas natrium tiosulfat dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:
N1 adalah konsentrasi larutan natrium tiosulfat (N);
b adalah bobot KIO3 dalam 100 mL air bebas mineral (g);
Vb adalah volume larutan KIO3 yang digunakan dalam titrasi (mL);
V1 adalah volume larutan natrium tiosulfat hasil titrasi (mL);
35,67 adalah bobot ekivalen KIO3 (BM KIO3/6);
100 adalah volume larutan KIO3 yang dibuat dalam labu ukur;
1.0 adalah konversi liter (L) ke mL.

Contoh uji pengambilan


a) susun peralatan pengambilan contoh uji seperti pada Gambar 2;
b) masukkan larutan penjerap sebanyak 10 mL ke dalam botol penjerap. Atur atau
tempatkan botol penjerap sedemikian rupa sehingga terhalang dari hujan dan sinar
matahari langsung;
c) hidupkan pompa penghisap udara dan atur laju alir pada rentang 0,5 L/menit sampai
dengan 3 L/menit, setelah stabil catat laju alir awal dan pantau laju alir udara sekurang-
kurangnya 10 menit sekali;
d) lakukan pengambilan contoh uji selama 30 menit dan catat temperatur dan tekanan
udara;
e) setelah 30 menit matikan pompa penghisap.
CATATAN : Agar diperoleh konsentrasi oksidan yang optimal, maka pengambilan
contoh uji harus dilakukan pada saat siang hari dengan rentang waktu antara jam 11.00
sampai 15.00
Pembuatan kurva
a) optimalkan alat spektrofotometer sesuai petunjuk penggunaan alat;
b) buat deret larutan kerja dalam tabung uji 10 mL dengan 1 (satu) blanko dan minimal
3 (tiga) kadar yang berbeda secara proporsional dan berada pada rentang pengukuran,
dimana standar larutan kerja terendah merupakan limit deteksi metode;
c) tambahkan larutan penjerap sampai volume larutan 10 mL dan homogenkan;d) ukur serapan
masing-masing larutan standar dengan spektrofotometer pada Panjang gelombang 352 nm;
d) buat kurva kalibrasi antara serapan dengan jumlah oksidan (µg).

Pengujian contoh
a) Dalam jangka waktu 30 menit – 60 menit setelah pengambilan contoh uji, masukkan
larutan contoh uji ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer, lalu ukur intensitas warna
kuning yang terbentuk pada panjang gelombang 352 nm ;
b) baca serapan contoh uji kemudian hitung jumlah oksidan dengan membandingkan
terhadap kurva kalibrasi.

Keterangan
Jumlah (µg) oksidan (dihitung sebagai ozon) dalam 1 mL Iarutan standar Iod yang
digunakan dalam pembuatan kurva kalibrasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan manfaat yang diperoleh selama PKL, dapat disimpulkan sebagai berikut
2) Peserta PKL dapat mempelajari keahlian provisional dengan pengambilan dan analisis
kualitas lingkungan
3) Meningkatkan rasa percaya diri dalam proses pemecahan berbagai masalah atau kendala-
kendala yang ditemui di laboratorium dan lingkungan masyarakat
4) Mampu merealisasikan pengetahuan yang didapat dari sekolah dengan pekerjaan
sebenarnya di laboratorium
5) Adanya peningkatan keterampilan, disiplin kerja serta pengembangan kopetensi
kejuruan.
6) Dapat melatih mental peserta PKL untuk menjadi lebih pekerja keras, jujur dan dapat
bekerja mandiri maupun kelompok.
7) Selama melaksanakan prakerind peserta dapat mengetahui jenis-jenis sampel air yang
bisa dianalisa sesuai dengan parameter yang sudah ditentukan. Seperti uji Sulfida, Nitrit,
Nitrat, Amonia dan PHospat menggunakan metode spektrofotometri. BOD,COD dan
Klorida menggunakan metode titrasi. TSS dan TDS menggunakan ,metode gravimetri.
Logam menggunakan metode AAS

4.2 Saran
1) UPTD Laboratorium lingkungan dinas lingkungan hidup dan perhubungan
kabupaten Tuban merupakan salah satu instansi yang menerima siswa SMKN 1
TUBAN untuk melaksanakan prakerind, hal ini diharapkan terus berlanjut dan saling
bekerja sama dengan baik.
2) Meningkatkan kedisiplinan dan aturan-aturan yang sudah dibuat sebelumnya
3) Memberikan kesempatan lebih lama dalam pelaksanaan prakerind, sera memberikan
pengetahuan lebih luas tentang Analisa atau parameter yang ada di laboratorium
DAFTAR PUSTAKA
http://sainstkim.teknik.ub.ac.id/wp-content/uploads/2016/12/SNI-06-6989_1_.31-
2005_Fosfat_Asam_Askor.pdf
http://sainstkim.teknik.ub.ac.id/wp-content/uploads/2016/12/SNI-06-6989.12-2004-Cara-Uji-
Kesadahan-Ca-danMg-Secara-Titimetri.pdf
http://sainstkim.teknik.ub.ac.id/wp-content/uploads/2016/12/SNI_06-6989_1_30-2005-
Uji_Amonia_Fenat.pdf
http://water.lecture.ub.ac.id/files/2012/05/31968_SNI-6989.19_2009_air-dan-air-limbah_bagian-
19_cara-uji-klor.pdf
http://sainstikm.teknik.ub.ac.id/wp-content/uploads/2016/12/SNI-6989-79-2011-Cara-uji-Nitrat-
dengan-Spektrofotometer-UV-VIS-secara-reduksi-kadmium.pdf
http://water.lecture.ub.ac.id/files/2012/05/15604_SNI-06-6989.9-2004_air-dan-air-
limbah_bagian-9_cara-uji-nitrit-secara-spektrofotometri.pdf
http://sainstkim.teknik.ub.ac.id/wp-content/uploads/2016/12/SNI-06-6989.3-2004-TSS-secara-
gravimetri.pdf
https://id.scribd.com/document/280827538/SNI-TDS-06-6898-27-2005
https://www.academia.edu/7013831/SNI_06_6989_10_2004_Minyak_Lemak_Grav
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/10534/07.12
lampiran12.pdf?sequnce=22&isAllowed=y
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/10534/07.12
lampiran12.pdf?sequnce=22&isAllowed=y
LAMPIRAN
DOKUMENTASI

a) Analisa Phospat

Gambar 9. Analisa Phospat


b) Analisa Amonia (NH3)

Gambar 10. Analisa Amonia (NH3)


c) Analisa Klorida

Gambar 11. Analisa Klorida

d) Analisa Nitrat Nitrit

Gambar 11. Analisa Nitrat Nitrit


e) Analisa TDS dan TSS

Gambar 12. Analisa TDS dan TSS


f) Analisa Minyak Lemak (ML)

Gambar 13. Analisa minyak lemak (ML)


g) Analisa DO dan BOD

Gambar 14. Analisa DO / BOD


h) Analisa COD

Gambar 15. Analisa COD


i) Sampling Udara dan Air

Gambar 16. Sampling Udara dan Air

Anda mungkin juga menyukai