Pertanyaan Wawancara:
1. Bagaimana Anda memahami konsep keadilan ilahi (retribusi - prinsip pembalasan)
dalam pergulatan manusia dengan Allah dalam konteks keadilan bagi orang benar?
2. Bagaimana tantangan dan penderitaan yang dialami oleh orang benar dapat
diinterpretasikan sebagai bagian dari pergulatan manusia dengan Allah, termasuk
dalam konteks keadilan ilahi kah?
4. Bagaimana penderitaan baik orang baik maupun orang jahat dapat mempengaruhi
pembentukan karakter rohani dan kehidupan rohaniah seseorang dalam pergulatan
dengan Allah?
5. Bagaimana Anda, secara pribadi, memahami hubungan antara penderitaan dan prinsip
keadilan bagi orang benar, terlepas dari latar belakang keagamaan?
No. Pertanyaan Wawancara Jawaban Narasumber
1. Bagaimana Anda memahami IG: Keadilan ilahi dalam konteks keadilan bagi orang benar
konsep keadilan ilahi mengacu pada konsep bahwa Allah sebagai hakim yang adil
(retribusi - prinsip memberikan balasan yang sesuai kepada setiap individu
pembalasan) dalam berdasarkan perbuatan mereka. Dalam pemahaman ini, terdapat
pergulatan manusia dengan beberapa aspek yang ditekankan dalam konsep keadilan ilahi:
Allah dalam konteks keadilan Pertama, penghargaan untuk ketaatan: Orang benar yang hidup
bagi orang benar? dalam ketaatan kepada Allah dan melakukan perbuatan yang benar
diyakini akan menerima penghargaan atas ketaatan mereka. Ini
mencakup pengakuan atas dedikasi, ketekunan, dan kesetiaan
mereka kepada Allah. Kedua, hukuman/disiplin Allah untuk
ketidaktaatan: Sebaliknya, bagi mereka yang melakukan perbuatan
yang jahat atau melawan kehendak Allah, konsep keadilan ilahi
menegaskan bahwa ada hukuman atau konsekuensi atas tindakan
tersebut. Sebab upah dosa ialah maut. Ketiga, Peran Allah sebagai
Hakim yang Adil: Dalam konsep keadilan ilahi, Allah dilihat
sebagai hakim yang adil yang mempertimbangkan semua
perbuatan manusia dengan sempurna dan memberikan balasan
sesuai dengan apa yang layak diterima oleh setiap individu. Ini
mencerminkan keadilan mutlak dan kesucian-Nya.
KG: Yang hidupnya baik dan benar akan menuai hal yang baik
dan benar, sebaliknya yang hidupnya tidak baik dan tidak benar
akan menuai hal yang tidak baik dan benar. Seandainya Pun Allah
mengijinkan masalah/persoalan terjadi dalam hidup manusia, hal
itu memang tidak nyaman bagi manusia secara daging. Namun
saya percaya masalah/persoalan itu pun pasti baik dan benar jika
manusia bisa melihat dari perspektif Allah. Kehendak Allah adalah
yang terbaik bagi manusia, manusia hanya perlu belajar dan
berusaha mengetahui apa maksud Tuhan dari semua masalah dan
persoalan tersebut.
2. Bagaimana tantangan dan IG: Ya. Orang benar yakni mereka yang serius berurusan dengan
penderitaan yang dialami Allah tetap akan mengalami tantangan atau bahkan penderitaan
oleh orang benar dapat dalam hidup. Orang benar tetap akan mengalami pergumulan
diinterpretasikan sebagai dalam hidup oleh karena dosa; barangkali bukan karena dosa yang
bagian dari pergulatan ia perbuat (sebab sudah serius bertobat) namun dunia yang penuh
manusia dengan Allah, dengan dosa/kejahatan akan selalu bersinggungan dengan orang-
termasuk dalam konteks orang benar yang berpotensi mendatangkan tantangan bahkan
keadilan ilahi kah? dukacita. Dalam berurusan dengan Allah, setiap orang benar tidak
akan dihindarkan/diluputkan dari masalah atau tantangan dan
penderitaan (fisik dan non fisik) sama sekali. Tantangan dan
penderitaan yang dialami oleh orang benar bisa datang dari si jahat
yang berusaha menggugurkan iman orang benar, dalam hal ini
orang benar harus berjuang melawan iblis dan tetap teguh pada
ketaatan kepada Allah. Tantangan dan penderitaan bisa jadi karena
kelalaian orang benar, untuk ini ia harus belajar bertanggung
jawab dengan tetap setia kepada Allah dan hidup lebih bijaksana.
Baik dari si jahat atau karena kelalaian manusianya, tantangan
harus dipandang sebagai keadaan yang Tuhan izinkan terjadi untuk
mendewasakan orang benar. Orang benar tetap berpotensi
mengalami tantangan dan penderitaan sebab dengan cara itulah
iman diuji kemurniannya.
Bagaimana pergulatan IG: Menurut saya ya, Bir, manusia sering merasa terdorong untuk
3. manusia dengan Allah mencari keadilan dalam ketaatan mereka terhadap ajaran atau
mencerminkan kesesuaian hukum ilahi. Mereka berusaha untuk hidup sesuai dengan ajaran
dengan hukum ilahi? agama atau perintah Tuhan yang mereka yakini, mengharapkan
kebaikan Allah atau penghargaan yang sesuai dengan perbuatan
baik mereka.Ketika manusia melanggar hukum ilahi, mereka
berhadapan dengan pergulatan batin terkait dengan konsekuensi
perbuatan mereka. Proses ini mencerminkan prinsip retribusi, di
mana mereka mungkin merasa bersalah, menyesal, dan mencari
pengampunan dari Allah sebagai bagian dari penyesalan dan
perbaikan. Pergulatan manusia dengan Allah dapat juga tercermin
dalam keteguhan mereka dalam menghadapi penderitaan atau ujian
yang dihadapi. Dalam hal ini, ada aspek retribusi dalam arti bahwa
pengalaman ini dianggap sebagai ujian atau hukuman yang
menguji iman dan kesetiaan mereka kepada Allah.
IT: Penderitaan, baik yang dialami oleh orang baik maupun orang
jahat, dapat mempengaruhi pembentukan karakter rohani
seseorang karena melalui penderitaan, seseorang diajarkan untuk
merenung, bertumbuh, dan mencari makna dalam pergulatan
hidupnya. Penderitaan menjadi panggilan untuk refleksi dan
pertumbuhan spiritual, memungkinkan individu untuk memahami
arti hidup lebih dalam dan meresponsnya dengan ketenangan,
kebijaksanaan, dan peningkatan karakter rohani.
S: Nah, ini, karena kita sering diperlakukan tidak adil dan harga
diri terinjak, hal tersebut dapat kita gunakan sebagai pembangunan
rohani kita. Membalas kejahatan dengan kebaikan, mengampuni
yang bersalah, sehingga kita akan menjadi orang yang baik dan
diperlukan kasih. Dalam mewujudkan kasih, kita akan
mendapatkan keadilan.
5. Bagaimana Anda, secara IG: Penderitaan adalah bagian dari proses pendewasaan baik
pribadi, memahami hubungan mental, karakter dan juga kerohanian manusia. Sekalipun ada
antara penderitaan dan penderitaan, pasti selalu ada jalan keluar atau kebaikan di
keadilan bagi orang benar, baliknya. Selalu ada pelangi sehabis hujan. Tak selamanya langit
terlepas dari latar belakang gelap, pada waktunya akan terbit pula mentari membawa terang.
keagamaan?
A: Untuk memahami hubungan antara penderitaan prinsip
Keadilan bagi orang adalah benar yang dikatakan Ayat Firman
Tuhan ini: “Bukan itu saja, tetapi kita juga bermegah dalam
kesesakan, karena kita tahu, bahwa kesesakan itu menimbulkan
ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji, dan tahan uji
menimbulkan pengharapan.”
FZ: Secara pribadi, terlepas dari konsep keagamaan ya, kalau saya
memahami hubungan antara penderitaan dan prinsip keadilan bagi
orang benar sebagai sebuah dinamika kehidupan yang kompleks.
Meskipun memiliki latar belakang keagamaan Kristen, saya
melihat bahwa penderitaan bisa menjadi bagian dari kondisi
kemanusiaan yang tidak dapat dihindari. Dalam konteks keadilan
bagi orang benar, mungkin tidak selalu ada hubungan langsung ya
antara penderitaan dan perbuatan seseorang. Penderitaan bisa
menjadi ujian atau pengalaman yang membentuk karakter dan
memberikan peluang untuk pertumbuhan pribadi. Begitu, hehehe
S: Kalau saya ya, karena jika kita melakukan hal yang benar, kita
akan dimanfaatkan, dan orang akan berbuat seenaknya kepada
kita. Sehingga penderitaan tidak akan jauh dari kita apabila kita
berbuat benar dan adil, karena setiap orang baik akan
dimanfaatkan.
Deskripsi Data
Dari pertanyaan pertama, narasumber menyatakan bahwa konsep keadilan ilahi
mencakup prinsip pembalasan yang sesuai dengan perbuatan manusia. IG menekankan
penghargaan untuk ketaatan dan hukuman bagi ketidaktaatan, serta peran Allah sebagai
Hakim yang adil. A menekankan pentingnya memahami dan menerapkan konsep ini sebagai
panduan hidup bagi orang percaya. FZ menggambarkan sifat Allah yang berbuat adil dan
menjanjikan keadilan bagi orang benar, sambil menyoroti kesempatan untuk bertobat. IT
menciptakan analogi hukum tabur tuai sebagai gambaran konsekuensi perbuatan. KG
meyakini bahwa mereka yang hidup baik akan meraih hasil yang baik, sedangkan S
menekankan perlunya menunjukkan belas kasihan dan kesabaran kepada mereka yang
berbuat jahat. Secara keseluruhan, pandangan mereka mencakup aspek teologis, praktis, dan
moral dalam hubungan manusia dengan Allah melalui konsep keadilan ilahi.
Di pertanyaan kedua, para narasumber, meskipun memiliki perspektif yang beragam,
menunjukkan kesamaan dalam melihat tantangan dan penderitaan sebagai bagian tak
terhindarkan dari pergulatan manusia dengan Allah, khususnya dalam konteks keadilan ilahi.
Semua sepakat bahwa orang benar akan menghadapi cobaan, baik sebagai ujian iman, akibat
kejahatan (dosa), atau sarana pendisiplinan dari Allah untuk mendewasakan mereka.
Tantangan dan penderitaan dianggap sebagai aspek integral dalam hidup orang benar, yang
dapat memperkuat iman, menguji ketekunan, dan memurnikan jiwa. Meski begitu, terdapat
perbedaan dalam cara pandang masing-masing narasumber. IG menyoroti kemungkinan
tantangan datang dari si jahat yang berusaha menggugurkan iman, sementara A
memfokuskan pada bagaimana, dengan bantuan Tuhan, tantangan dapat membawa sukacita
sejati melalui perkuatan iman dan ketergantungan pada-Nya. FZ dan IT melihat tantangan
sebagai sarana disiplin dan peluang untuk mencapai kehidupan kekal, sementara KG
menekankan bahwa pergulatan dengan Allah mencakup usaha mencari makna dan kehendak-
Nya dalam menghadapi tantangan. Sementara S, di sisi lain, menyoroti kompleksitas
pemahaman tentang keadilan Allah dalam dunia yang telah jatuh dalam dosa dan mengakui
bahwa orang benar sering menghadapi ketidakadilan dan penderitaan. Secara keseluruhan,
pandangan mereka mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana tantangan
dan penderitaan dapat diartikan sebagai bagian dari pergulatan manusia dengan Allah, sambil
menyoroti nuansa dan fokus yang berbeda dalam setiap perspektif.
Dalam pertanyaan ketiga, para narasumber juga memiliki perspektif yang beragam
mengenai bagaimana pergulatan manusia dengan Allah mencerminkan kesesuaian dengan
hukum ilahi, terdapat kesamaan dalam pengakuan bahwa tantangan, penderitaan, dan ujian
hidup adalah bagian integral dari pergulatan manusia dengan Allah. Semua sepakat bahwa
perbuatan manusia akan mendapatkan konsekuensi sesuai dengan hukum ilahi yang
diterapkan oleh Allah. Pergulatan ini mencerminkan ujian iman, ketaatan, dan keteguhan
dalam menghadapi konsekuensi perbuatan baik maupun buruk. Perbedaan muncul dalam cara
pandang terhadap motivasi dan sifat pergulatan ini. IG dan FZ melihat pergulatan sebagai
respons terhadap pelanggaran hukum ilahi, dengan FZ menyoroti pengaruh disiplin dan
penyucian dalam proses ini. Sementara itu, A memandang pergulatan sebagai sarana untuk
mencerminkan keadilan-Nya dan membawa perubahan bagi dunia. IT menekankan
pentingnya menerima konsekuensi dan mencari pemahaman atas maksud Tuhan dalam setiap
situasi, sementara KG lebih memfokuskan pada upaya mencari kehendak Allah dalam
pergulatan tersebut. Dan S mencermati bahwa pergulatan manusia dengan Allah tidak selalu
berjalan dengan baik di dunia yang penuh dosa, namun ia tetap meyakini bahwa Tuhan akan
memberkati orang benar dalam kehidupan nantinya. Kesamaan terletak pada pengakuan
bahwa hukum ilahi Allah berlaku dalam pergulatan ini, namun perbedaan terdapat dalam
fokus dan motivasi pergulatan tersebut.
Lanjut ke pertanyaan keempat, para narasumber mengakui bahwa penderitaan pasti
selalu dialami oleh orang baik maupun orang jahat, mempengaruhi pembentukan karakter
rohani dan kehidupan rohaniah seseorang dalam pergulatan dengan Allah, terdapat kesamaan
dan perbedaan dalam perspektif mereka. Kesamaannya terletak pada pemahaman bahwa
penderitaan berperan penting dalam membentuk karakter rohani, memotivasi pertumbuhan
spiritual, introspeksi, dan pertobatan. Semua narasumber mengakui bahwa setiap perbuatan
memiliki konsekuensi, baik itu baik maupun buruk, dan penderitaan dapat menjadi sarana
pembelajaran yang mendalam bagi individu. Perbedaan muncul dalam fokus dan nuansa
pandangan mereka. IG dan FZ lebih menekankan di mana penderitaan mendorong setiap
individu untuk bertanggung jawab atas tindakan dan perbaikan diri. A menitikberatkan pada
pembentukan karakter rohani melalui interaksi dengan lingkungan, sedangkan IT lebih
menekankan refleksi dan pertumbuhan spiritual sebagai respons terhadap penderitaan. KG
mencatat bahwa penderitaan membutuhkan respon hati-hati dan kewaspadaan dalam bersikap
dan berbuat. S melihat penderitaan sebagai sarana pembangunan rohani, khususnya dalam
merespons perlakuan tidak adil dengan kebaikan dan kasih.
Pertanyaan kelima, secara umum, narasumber sepakat bahwa penderitaan memiliki
peran penting dalam membentuk karakter dan kehidupan rohaniah seseorang, terlepas dari
latar belakang keagamaan. Persamaan yang muncul adalah pemahaman bahwa penderitaan
dapat menjadi ujian, motivasi pertumbuhan spiritual, serta kesempatan untuk introspeksi dan
pertobatan. Penderitaan juga dianggap sebagai bagian dari dinamika kemanusiaan yang tidak
dapat dihindari. Namun, perbedaan muncul dalam fokus dan nuansa pandangan terhadap
hubungan antara penderitaan dan keadilan bagi orang benar. Beberapa narasumber, seperti IG
dan FZ, menyoroti aspek prinsip retribusi dan bertanggung jawab atas perbuatan sebagai hasil
dari penderitaan jadi orang baik mendapat berkat dan orang fasik mendapat kutuk. Sementara
itu, A lebih menekankan pembentukan karakter rohani melalui interaksi dengan lingkungan.
Hal baik yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan adalah pemahaman bahwa penderitaan
tidak selalu menjadi hukuman, tetapi bisa menjadi peluang untuk pertumbuhan pribadi dan
pencarian makna dalam hidup. Respons positif terhadap penderitaan, seperti introspeksi,
pertobatan, dan pertumbuhan spiritual, dapat diterapkan dalam menjalani kehidupan sehari-
hari. Selain itu, kesadaran akan tanggung jawab pribadi atas tindakan dan keputusan juga
merupakan aspek yang baik untuk diaplikasikan, seperti yang disoroti oleh beberapa
narasumber.
Pendapat Mahasiswa
1. Saya setuju dengan pendapat semua narasumber. Dimana konsep keadilan ilahi,
khususnya prinsip retribusi atau pembalasan, menunjukkan bahwa Allah sebagai
Hakim memberikan balasan sesuai dengan perbuatan manusia. Bagi orang benar yang
taat, mereka dihargai dengan penghargaan dan kebaikan, sementara bagi yang berbuat
jahat, konsep ini menegaskan adanya hukuman atau konsekuensi yang sesuai. Dalam
konteks keadilan bagi orang benar, konsep ini mencerminkan keyakinan bahwa Allah
sebagai Hakim adil memberikan balasan sesuai dengan kebenaran dan keadilan-Nya.
Namun disisi yang lain, seperti kisah Ayub memberikan penegasan bahwa meskipun
sebagai orang benar, ia mengalami penderitaan yang tidak langsung terkait dengan
perbuatannya. Ini mencerminkan kompleksitas konsep keadilan ilahi, di mana
penderitaan bisa menjadi ujian iman atau bagian dari rencana Allah yang tidak
sepenuhnya dimengerti manusia. Tapi yang pasti, Allah berdaulat atas kehidupan
Ayub.
2. Menurut saya, iya. Karena tantangan dan penderitaan yang dialami oleh orang benar
bisa diterjemahkan sebagai ujian iman dalam pergulatan manusia dengan Allah,
sejalan dengan konsep keadilan ilahi ya. Nah, kisah Yusuf dalam Alkitab (Kejadian
37-50) itu menceritakan bahwa meskipun ia mengalami penderitaan dan
pengkhianatan, akhirnya Allah memuliakan kehidupan Yusuf. Hal ini mencerminkan
keyakinan bahwa ujian dan penderitaan dapat menjadi bagian dari rencana Allah yang
lebih besar, dengan keadilan-Nya yang akan terwujud pada akhirnya bagi orang
benar. Yusuf diuji melalui penderitaan, tetapi pada akhirnya Allah memberikan
keadilan dan memuliakan Yusuf di negeri orang. Perspektif ini juga terlihat dalam
pendapat beberapa narasumber. Misalnya, IG menekankan bahwa orang benar akan
mengalami tantangan dan penderitaan sebagai bagian dari pergumulan hidup, baik
karena dosa maupun karena dunia yang penuh dengan kejahatan. FZ menganggap
bahwa penderitaan adalah sarana yang digunakan Allah untuk mendisiplin, menguji,
dan menyucikan orang benar. A menyatakan bahwa tantangan dan penderitaan dapat
membawa sukacita melalui kekuatan Tuhan dan Firman-Nya. IT dan KG juga
menyuarakan pemahaman bahwa tantangan dan penderitaan adalah bagian dari usaha
manusia untuk mencari maksud dan kehendak Allah. Sedangkan pandangan S yang
menyatakan bahwa tidak ada yang memahami sepenuhnya bagaimana keadilan Allah
bekerja dalam dunia yang telah jatuh dalam dosa.
3. Nah, dalam Kitab Ayub, pergulatan manusia dengan Allah menggambarkan
kesesuaian dengan hukum ilahi melalui ujian dan penderitaan yang dialami Ayub.
Yah, meskipun Ayub sebagai orang benar, ia mengalami cobaan yang sangat berat.
Menurut saya, kaitannya dengan hukum ilahi terletak pada kesetiaan Ayub yang tidak
goyah kepada Allah meskipun menghadapi kesulitan. Ayub 1:20-22 mencatat reaksi
Ayub terhadap penderitaannya: "Lalu bangkitlah Ayub, dan dikoyakkannya jubahnya,
mencukur kepalanya, lalu sujudlah ia dan menyembah." Meskipun Ayub menghadapi
penderitaan yang besar, ia tetap patuh dan taat kepada Allah. Ini mencerminkan
kesesuaian dengan hukum ilahi melalui kesetiaan dan kepercayaan yang teguh pada-
Nya, bahkan dalam penderitaan. Kisah Ayub mengajarkan bahwa dalam pergulatan
manusia dengan Allah, kesesuaian dengan hukum ilahi dapat terwujud melalui
keteguhan iman dan ketetapan hati, bahkan dalam cobaan dan penderitaan yang sulit
dipahami. Saya merasa bahwa ada beberapa kesamaan dengan perspektif narasumber
seperti IG dan FZ mendukung konsep ini dengan menekankan bahwa pergulatan
manusia dengan Allah mencerminkan prinsip retribusi, di mana tantangan dan
penderitaan dianggap sebagai ujian atau hukuman yang menguji iman dan kesetiaan.
IT menyoroti bahwa pendekatan terhadap masalah atau tantangan bagi orang yang
berprinsip baik adalah untuk terus mencari dan memahami maksud serta rencana
Tuhan di balik situasi tersebut. KG menekankan bahwa pergulatan manusia dengan
Allah adalah respons terhadap hukum ilahi dan menyatakan pandangan bahwa jemaat
Perjanjian Baru melakukan pergulatan untuk mencari kehendak Allah atas apa yang
telah Ia ijinkan terjadi dalam hidup manusia.
4. Dibagian ini, saya senada dengan perspektif IG, FZ, IT, A, dan S bahwa ada
kesamaan yang terletak pada pemahaman bahwa penderitaan berperan penting dalam
pengembangan karakter, melalui ujian iman, pertumbuhan spiritual, dan pertobatan..
Ini menarik sih menurut saya, bu. Penderitaan itu akan dialami oleh setiap orang baik
maupun orang fasik dan memiliki potensi besar dalam membentuk karakter rohani
dan kehidupan rohaniah seseorang dalam pergulatan dengan Allah. Dalam Kitab
Amsal 3:11-12, menyatakan, "Janganlah engkau membenci didikan dari pada Tuhan,
hai anakku; dan janganlah engkau murung karena teguran-Nya. Sebab orang yang
dikasihi-Nya, diawasi-Nya, seperti bapa anak yang dihargai-Nya." Penderitaan dapat
menjadi sarana pembentukan karakter rohani dengan menguatkan iman, ketekunan,
dan ketaatan seseorang terhadap Firman Tuhan. Bagi orang baik, penderitaan dapat
menjadi ujian iman yang memperkuat hubungan mereka dengan Allah, sementara
bagi orang jahat, penderitaan dapat menjadi panggilan untuk bertobat dan mengubah
hidup mereka. Dalam kedua kasus, penderitaan dapat menjadi jalan yang memimpin
ke arah pertumbuhan spiritual, pemurnian karakter, dan penguatan ikatan dengan
Tuhan dalam pergulatan hidup. Dengan memandang penderitaan sebagai bagian dari
rencana Tuhan, manusia dapat memanfaatkannya untuk memperkaya kehidupan
rohaniah mereka dan melibatkan diri dalam pergulatan yang membentuk karakter
sesuai dengan ajaran hikmat Tuhan.
5. Disini saya setuju dengan pendapat narasumber KG, terutama dalam pandangan
bahwa keadilan harus dipandang dari sudut pandang Allah. Narasumber KG
menekankan bahwa adil menurut manusia belum tentu adil bagi Allah, dan
penderitaan yang Allah ijinkan terjadi dalam hidup manusia seringkali membawa
kebaikan secara rohaniah. Saya setuju dengan pandangan ini karena melihat keadilan
Allah dari perspektif yang lebih luas dan kebijaksanaan-Nya yang mungkin tidak
selalu dapat dimengerti oleh manusia. Eeemmhh, jika terlepas dari latar belakang
keagamaan, tampaknya ini menekankan pada dinamika kehidupan manusia dalam
menghadapi penderitaan. Orang benar boleh dan bisa mengalami penderitaan. Dan
intinya, bu, penderitaan mereka bisa jadi sarana pertobatan dan memperdalam
hubungan spiritual seseorang. Tapi ya, bu, keadilan bagi orang benar mungkin tidak
selalu terwujud secara instan atau terlihat jelas dalam kehidupan sehari-hari, tapi
berproses. Meskipun pandangan narasumber FZ dan IT juga mencerminkan
pemahaman kompleks mengenai hubungan antara penderitaan dan keadilan bagi
orang benar, namun ada bagian yang mungkin tidak sepenuhnya sejalan dengan
pandangan saya. Narasumber FZ, meskipun secara pribadi memahami penderitaan
sebagai bagian dari kondisi kemanusiaan, tidak selalu melihat hubungan langsung
antara penderitaan dan perbuatan seseorang. Narasumber IT lebih menekankan bahwa
prinsip pembalasan berlaku bagi semua orang, tanpa mengaitkannya secara khusus
dengan pengorbanan Kristus.