Anda di halaman 1dari 43

BAB II

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER


BERDASARKAN USIA SEKOLAH DASAR DI
LINGKUNGAN RUMAH

A. Pengertian Implementasi Pendidikan Karakter Berdasarkan Usia


SD Di Lingkungan Rumah

1. Pengertian Implementasi

Di kutip dari “Jurnal Pendidikan dan Konseling” karya


Anung Siwi Prabandari (hal : 68-71) bahwasannya implementasi
adalah sebuah proses penerapan atau pelaksanaan suatu rencana,
konsep, atau metode ke dalam tindakan nyata. Pada konteks yang
berbeda, implementasi juga bisa diartikan sebagai proses penerapan
solusi, kebijakan, atau program ke dalam praktik di kehidupan
sehari-hari.

Implementasi juga mengacu pada proses atau langkah-


langkah konkret yang dilakukan untuk menerapkan atau menjalankan
suatu rencana atau kebijakan dalam praktik tersebut. Kemudian
dalam konteks yang lebih umum dijelaskan, implementasi adalah
pelaksanaan berbagai jenis proyek, kebijakan pemerintah, program
komputer, atau strategi bisnis.

Tujuan implementasi adalah untuk mengubah konsep atau


rencana menjadi kenyataan yang dapat dijalankan dan diukur
hasilnya. Implementasi juga melibatkan serangkaian tindakan,
alokasi sumber daya, pemantauan, dan pengendalian untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.

Fungsi dari implementasi sendiri merujuk pada sebuah proses


di mana rencana atau keputusan yang telah dibuat itu dapat
dijalankan dan diwujudkan dalam tindakan nyata. Dalam konteks
manajemen atau teknologi, implementasi sering kali memerlukan
koordinasi, sumber daya, juga pengawasan untuk memastikan bahwa
rencana-rencana tersebut dapat berjalan dengan baik.

Konsep dalam implementasi sendiri melibatkan beberapa


langkah konkret untuk menerapkan ide atau rencana tersebut
kedalam tindakan yang akan dijalankan. Implementasi ini mencakup
beberapa hal, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil dari
implementasinya.

Implementasi juga memperhatikan beberapa faktor seperti


alokasi sumber daya, koordinasi tim, juga komunikasi efektif untuk
memastikan penerapan pada konsep atau kebijakan tersebut dapat
berjalan dengan baik dan sukses. Dengan kata lain, implementasi ini
melibatkan transformasi ide menjadi suatu kenyataan melalui segala
rangkaian langkah- langkah yang praktis.

Jadi, bisa dikatakan implementasi merupakan suatu proses


menerapkan atau mengubah suatu rencana, konsep, atau metode
menjadi implementasi aktual (benar-benar terjadi). Adanya
implementasi juga adalah untuk mengukur hasil dari rencana yang
telah di terapkan di kehidupan nyata. Dalam konteks pendidikan,
implementasi ini lebih mengacu pada proses pelaksanaan rencana
atau keputusan yang di ambil dan dilaksanakan tersebut.

2. Pendidikan Karakter

Kemudian, dilansir dari laman jurnal kemdikbud.go.id (hal :


264-271) bahwa pengertian pendidikan karakter sendiri adalah upaya
sistematis untuk mengembangkan dan membentuk sifat-sifat moral,
etika, nilai-nilai, serta perilaku atau sifat yang diinginkan pada
individu tersebut. Tujuan utamanya ialah untuk mempersiapkan
individu agar Siswa memiliki sikap, nilai, dan perilaku yang positif
untuk mengimplementasikannya di kehidupan sehari-hari.

Pendidikan karakter ini tidak hanya menitikberatkan pada


aspek pengetahuan akademis, tetapi juga meliputi aspek moral, sosial
serta emosional individu. Oleh karena itu, hal ini melibatkan
pembelajaran seperti kejujuran, tanggung jawab, kerja sama,
kepedulian, juga tentang etika dalam interaksi sosial.

Di dalam dunia pendidikan, sangat umum kita ketahui tujuan


dari pendidikan karakter yang terdiri dari tiga bidang, yaitu domain
kognitif, domain emosional, dan domain psikomotorik.

Dalam buku ‘Konsep’ karya I Ketut Swarjana, S.K.M.,


M.P.H., DR.PH dijelaskan, domain kognitif adalah yang lebih identik
dengan pengtahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi. Kemudian domain afektif adalah yang lebih identik dengan
sikap, emosional, dan nilai. Ini mencakup hal-hal seperti perasaan,
emosi, motivasi, sikap, juga penilaian seseorang terhadap sebuah
situasi ataupun informasi. Yang terakhir domain psikomotor adalah
semua tindakan atau tingkah laku yang melibatkan saraf dan otot
badan. Aspek ini menyangkut gerakan-gerakan, keterampilan, atau
skill seseorang.

Proses pembelajaran pendidikan karakter ini bertujuan untuk


membentuk dan menumbuhkan hal-hal positif dalam diri anak-anak
sejak dini. Beberapa diantaranya melibatkan moralitas dan etika,
sikap yang positif, rasa tanggung jawab, berintegritas tinggi,
mengatasi konflik dengan baik dan bijak, keterampilan dalam
memimpin, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pendidikan karakter dapat memberikan landasan moral yang


kuat, dapat membantu membentuk perilaku positif terhadap anak,
dan sangat berperan penting dalam menciptakan lingkungan sosial
yang mendukung perkembangan holistik yang baik pada anak.

Pendidikan karakter ini umumnya berpacu dalam beberapa


elemen penting yang mengarahkan implementasinya dalam suatu
lembaga atau sistem pendidikannya. Diantaranya meliputi nilai-nilai
inti yang ditanamkan, standar karakter anak, kurikulum terpadu,
pengaruh dari pendidik, pendekatan holistik, dan pengutan yang
positif.
Pendidikan karakter sangat dibutuhkan oleh anak-anak usia
dini. Jadi, pendidikan karakter ini harus diterapkan sejak anak
memulai masa perkembangannya. Semakin bertambah usia anak,
maka pendidikan karakter harus disesuaikan sesuai usianya.

Secara keseluruhan, pendidikan karakter ini merupakan


sebuah pembelajaran yang penting yang harus diterapkan atau
diberikan pada anak-anak mulai dari usia dini. Tokoh- tokoh di
lingkungan sekitar anak-anak dalam masa penerapan pendidikan
karakter pun harus mendukung seperti peran orang tua, guru, dsb.

3. Implementasi Pendidikan Karakter Usia SD di Lingkungan


Rumah

Cara mengimplementasikan pendidikan karakter ini dapat


dilakukan melalui beberapa cara, seperti:

a. Mencontohkan perilaku positif dalam tindakan sehari-hari,


seperti jujur, disiplin, bertanggung jawab, dan berempati.
b. Komunikasi atau membicarakan dan menjelaskan nilai-nilai
penting pada anak-anak dan berikanlah contoh konkret (nyata)
atau cerita yang dapat mendukung nilai-nilai tersebut.
c. Libatkanlah anak-anak pada kegiatan dalam lingkungan rumah
yang mengajarkan nilai- nilai seperti gotong royong, saling
menghormati, dan bekerja sama. Sehingga mereka mudah
memahami nilai-nilai tersebut secara langsung.
d. Penggunaan pendidikan informal seperti membaca cerita atau
dongeng yang mengandung pesan moral atau nilai positif, serta
memberi tontonan program pendidikan yang dapat mendukung
pendidikan karakter.
e. Memberikan pengakuan, pujian, apresiasi dan dorongan positif
atas perilaku anak yang mencerminkan nilai-nilai yang telah
disebutkan dan diajarkan.

Untuk mengimplementasikan pendidikan karakter di


lingkungan rumah ini membutuhkan konsistensi, kesabaran, dan juga
pendekatan yang inklusif oleh orang tua dan juga guru agar siswa
bisa memahami, memasukkan, dan menerima nilai-nilai ini dalam
kehidupan sehari-hari.

Orang-orang disekitar lingkungan anak tersebut pun harus


menerapkan cara-cara diatas secara konsisten dan berkelanjutan.
Agar anak-anak bisa dengan cepat memahami dan bisa
menerapkannya dalam kehidupan sehari-harinya secara langsung.

4. Lingkungan Rumah

Di kutip dari laman kompas.com bahwa lingkungan rumah


adalah segala sesuatu yang berada disekitar tempat tinggal kita.
Maksudnya adalah wilayah fisik dan sosial di mana terdapat
sekelompok orang yang bermukim (tinggal) dan melakukan interaksi
sehari-hari. Lingkungan rumah bukan hanya terbatas pada aspek
fisik, seperti rumah dan segala fasilitasnya, tetapi yang dimaksud
lingkungan rumah juga meliputi interaksi, norma-norma, nilai,
perilaku, dan hubungan antar individunya di dalam satu
lingkungan tersebut. Oleh karena itu, lingkungan rumah
menjadi satu – satunya pengaruh yang memiliki peranan
penting dalam membantu membentuk perilaku, sikap, dan
perkembangan anak-anak.

Kemudian, anak-anak usia sekolah dasar di lingkungan


rumah biasanya mengalami beberapa fase penting dalam
perkembangan sosial, emosional, dan kognitifnya mereka. Di
rumah, anak-anak perlu mendapatkan hal-hal yang dapat
mempengaruhi mereka, seperti pembentukan karakter,
pendidikan dan dukungan, kenyamanan dan keamanan
emosional, dan konteks sosial dan kultural.

Kondisi lingkungan rumah yang stabil dan mendukung


dapat memberikan landasan yang kuat bagi anak-anak dalam
membangun dan menumbuhkan keterampilan, nilai-nilai, dan
pola pikir yang positif sepanjang masa sekolah dasar mereka.
Hal inilah yang diharapkan terjadi dalam pendidikan karakter
ini.

Terdapat beberapa hal penting yang perlu diperhatikan


dalam pengimplementasian pendidikan karakter pada anak-
anak, diantaranya:

a. Pastikan mereka memiliki akses yang baik terhadap


pendidikan yang sesuai dan membantu mereka dapat
berkembang secara akademis dan non akademis. Berikan
mereka bimbingan yang baik dalam hal pembelajaran.
b. Memperhatikan asupan gizi. Pastikan mereka mendapatkan
makanan seimbang dan menerapkan gaya hidup sehat.
Berikan kegiatan fisik yang sesuai dengan usianya agar
kesehatan mereka terjaga.
c. Pastikan anak-anak dapat memiliki waktu yang cukup
untuk bermain, beristirahat, belajar, dan mengekspresikan
kreatifitas mereka. Tapi jangan lupa untuk memberikan
batasan dan peraturan agar mereka memiliki keseimbangan
yang baik antara aktivitas fisik dan mentalnya serta serta
waktu istirahatnya.
d. Memberi ruang pada anak-anak untuk berbicara dan
mengungkapkan pikiran serta perasaan mereka. Libatkan
diri kita sebagai pelaku di lingkungan rumah dalam
percakapan dan kegiatan mereka agar kita bisa memahami
kebutuhan, minat, bakat, serta permasalahan yang mereka
alami.
e. Berikan batasan dan aturan yang jelas mengenai
penggunaan gadget, aktivitas diluar ruangan, dan waktu
layar.
f. Perhatikan segala aspek pada anak secara keseluruhan,
seperti akademisnya, pertumbuhan sosialnya,
emosionalnya, dan kesejahteraannya.
g. Bantu anak-anak untuk memahami dan mengekspresikan
emosi mereka dengan baik. Bina keterampilan sosial
mereka, seperti kerjasama, komunikasi, dan penyelesaian
masalah dengan baik.

Dengan memperhatikan aspek-aspek diatas, ini dapat


membantu kita dalam membentuk anak-anak sekolah dasar
menjadi individu yang seimbang, berpengetahuan luas,
bersikap sopan santun, berperilaku baik, dan memiliki karakter
yang disenangi.

Jika anak-anak sudah terbentuk karakter-karakter


seperti diatas, maka artinya pengimplementasian pendidikan
karakter ini dapat dikatakan sudah berhasil diterapkan.

Sub bab ini menjelaskan hal-hal mendasar tentang


pendidikan karakter, implementasi, lingkungan rumah, dsb.
Kemudian saat mengimplementasikan pendidikan karakter
dirumah, disitulah peran orang tua sangat berarti dan sangat
dibutuhkan. Para orang tua pun harus memperhatikan cara-cara
mengimplementasikan pendidikan karakter yang benar pada
anak. Jika penerapan implementasi pendidikan pada anak tidak
dilakukan dengan benar dirumah, bisa saja itu maenjadi hal
yang buruk, baik bagi guru, orang tua bahkan anak-anak yang
menjalaninya.

B. Urgensi Implementasi Pendidikan Karakter Pada Usia SD Di


Lingkungan Rumah

Pendidikan karakter telah banyak dibahas di dunia


pendidikan, menurut Jurnal Manajemen Pendidikan oleh Nurul
Dwi Tsoraya (hal: 7-12). Fakta yang menunjukkan bahwa
karakter siswa di usia sekolah dasar di era globalisasi ini
merosot drastis. Era digitalisasi saat ini mengabaikan hal ini.
Krisis moral adalah salah satu dari beberapa kebutuhan
pendidikan karakter yang disebutkan. Dampak dari era
digitalisasi telah sangat memengaruhi moral anak-anak usia
sekolah dasar. Banyak orang tua tidak memperhatikan
penggunaan perangkat elektronik anak mereka saat berada di
rumah. Anak-anak mungkin menghabiskan seluruh hari
bermain perangkat elektronik, terutama selama pandemi
COVID-19. Hal ini menjadi alasan mengapa pembelajaran
karakter mesti diterapkan pada anak sejak dini, baik di sekolah
maupun di rumah.

Selanjutnya, Rony dan Siti Ainun Jariyah dalam jurnal


Urgensi Pendidikan Karakter (hal: 80-100) membahas
pentingnya pendidikan dalam konteks agama. Disebutkan
bahwa masalah pendidikan di Indonesia sangat kompleks
karena sifat dan kepribadian anak.oleh sebab itu,perannya
dalam membentuk akhlak anak sangat penting untuk
menyelesaikan masalah ini. Karena pendidikan adalah aset
terpenting dan paling berharga negara.

Menurut Dwi Noviani, Mustafyanti, Zaimuddin, Aidah,


dan Hilmin dalam jurnal Sosialisasi Urgensi Pendidikan
Karakter (2023 : 119-124), kurangnya implementasi
pendidikan menyebabkan urgensi, seperti kenakalan di sekolah
dasar.
Pendidikan penting ini penting karena hal-hal ini dapat
mempengaruhi kepribadian anak-anak jika tidak ditangani
dengan serius. Anak-anak mungkin semakin berperilaku buruk
dan sulit untuk diatur. Peran orang tua di rumah juga penting
untuk mendukung guru yang mengajarkan pendidikan karakter
di sekolah, peran orang tua dan guru di rumah juga penting.
Jika sosialisasi tidak memahami pentingnya pendidikan
karakter ini, dianggap bahwa generasi muda akan secara
bertahap kehilangan moral. Beberapa contoh yang harus
diperhatikan dalam urgensi pendidikan karakter adalah :

a) Integritas
b) Empati
c) Rasa hormat
d) Tanggung jawab
e) Kejujuran

Pendidikan juga memberi orang bekal untuk


menyongsong masa depan yang cerah dan lebih humanis.
Pendidikan adalah masalah yang sangat penting dan selalu
relevan karena hanya dari pendidikan kita mendapatkan ilmu
dan kemampuan untuk merawat alam yang diberikan Sang
Pencipta pada kita. Ada hal-hal yang harus diamati guna
meningkatkan kualitas pembelajaran,diantaranya:
a) Menciptakan pendidikan integrasi fisik dan nonfisik untuk
meningkatkan kecerdasan intelektual, emosional, dan
spiritual.
b) Menggunakan teknologi globalisasi untuk mengajar, seperti
penggunaan komputer, internet, dan pembelajaran jarak jauh
c) Memperluas jaringan kerjasama global
Dunia pembelajaran juga harus menghadapi tantangan
persaingan pendidikan diera global. Pendidikan berkualitas
tinggi akan muncul dari dalam negeri maupun luar negeri.
Ekonomi dan pembelajaran sekarang sangat terkait. Banyak
institusi pendidikan yang mendapatkan dukungan oleh
keuangan yang kuat akan mendominasi dunia pembelajaran.

Menurut Wibowo, pendapat Lickona ini sebanding


dengan pendapat yang dimiliki Aristoteles bahwa karakter
terkait dengan "kebiasaan" atau rutinitas jangka panjang. Oleh
karena itu, seseorang dapat dianggap berkarakter atau berwatak
jika ia dapat mengadopsi prinsip dan keyakinan yang
diinginkan oleh masyarakat dan menerapkannya dalam
kehidupannya.

Menurut Mohammad Kosim dalam jurnal Urgensi


Pendidikan Karakter (2011 : 86-92), karakter didefinisikan
sebagai watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti
yang membedakan seseorang dari orang lain. Kemudian ia
berbicara tentang pendapat Imam Muhammad Al-Ghazali,
yang menyatakan bahwa karakteristik adalah sifat yang
terdapat dalam jiwa seseorang yang mudah menghasilkan
tindakan sebelum memikirkan.

Memberikan saran atau arahan tidak semudah


membentuk karakter; kesabaran, pembiasaan, dan pengulangan
diperlukan untuk mencapainya. Bahkan selama pendidikan
perguruan tinggi, membangun karakter siswa adalah bagian
dari pendidikan akhlak mulia. Dalam praktik pendidikan di
Indonesia, ilmu agama dan akhlak hanya diberikan dalam
bentuk pengetahuan, untuk diamalkan dengan baik.

Selain itu, istilah "karakteristik" memiliki hubungan


dengan istilah "etika" dan "moral". Ketiga kata ini berbicara
tentang hal-hal yang terpuji dan tercela tentang perilaku serta
tindakan sesorang. Pada dasarnya, karakter mengajarkan cara
seseorang menjalin hubungan dengan Penciptanya, Allah, dan
orang lain. Dalam pendidikan karakter, inti ialah keinginan
yang kuat untuk maupun tidak bertindak sesuai dengan
kehendak Allah. Karakteristik berasal dari penilaian seperti baik
maupun buruk, atau mulia dan tercela. Qur'an dan Sunnah
adalah sumber ajaran akhlak umat islam, seperti halnya
keseluruhan ajaran Islam. Mereka bersumber dari pandangan
masyarakat, tidak seperti konsep etika dan moral.

Perkembangan karakter individu seseorang dapat


menghasilkan pengembangan karakter bangsa, namun karena
manusia hidup dalam lingkungan sosial dan budaya tertentu,
pembentukan karakter bangsa hanya dapat dilakukan dalam
lingkungan sosial dan budaya tersebut.

Dengan kata lain, perkembangan karakter dan budaya


dapat dicapai melalui proses pembelajaran yang tidak
membebaskan anak dari lingkungan sosial, komunitas, dan
budaya negara mereka; sebagai hasilnya, pembelajaran budaya
dan karakteristik bertujuan untuk menanamkan prinsip
Pancasila pada siswa melalui pendidikan rohani, intelektual,
dan fisik.
Oleh karena itu, pendidikan karakter berhubungan
dengan kebiasaan atau rutinitas yang diterapkan secara
konsisten (Agustinus Wibowo, 2011). Pendidikan memberikan
dan menghasilkan sifat mulia pada siswa sehingga mereka
dapat menerapkan sifat-sifat ini dalam kehidupan mereka, baik
lingkungan dalam keluarga, komunitas, atau sebagai penduduk
resmi.

Pembelajaran karakter adalah upaya untuk mengajar seseorang


pada tiga bidang:

a) Ranah pengisian otak (brain), yaitu memberikan perspektif


yang baik dan yang buruk.
b) Ranah pengisian hati (heart), yaitu meningkatkan sikap dan
mental seseorang untuk mencintai kebaikan juga
membenci hal-hal yang tidak baik.
c) Ranah pengisian tindakan (hand), yakni memotivasi
orang untuk melakukan hal-hal baik dan
menghindari hal-hal buruk.
Pendidikan karakter digunakan untuk meningkatkan
kualitas langkah-langkah dan hasil pendidikan. Ini
menghasilkan pembentukan kepribadian dan moralitas yang
konsisten, terintegrasi, dan seimbang sesuai dengan standar
kompetensi lulusan sekolah.
Sistem nilai-nilai karakter yang disebut pendidikan
karakter mencakup pengetahuan, kesadaran, dan
kemauan untuk menerapkan nilai-nilai ini pada orang lain,
lingkungan, dan negara. Perkembangan karakteristik individu
seseorang dapat menghasilkan pengembangan karakter bangsa.
Namun, Individu dapat berkembang hanya dalam
lingkungan sosial dan budaya tertentu. Dalam hal ini,
perkembangan budaya dan kepribadian dapat dicapai melalui
proses pendidikan yang tidak memisahkan siswa dari
lingkungan sosial mereka, budaya komunitas mereka, dan
budaya negara mereka.

Pendidikan moral tidak sama pentingnya dengan


pendidikan karakter karena mencakup pemahaman tentang apa
yang benar dan apa yang salah serta penerapan kebiasaan
(habit) yang baik dalam kehidupan. Pendidikan karakter harus
difokuskan pada membantu siswa berkembang dari sifat
kodratnya menuju peradaban yang manusiawi dan baik.

Menurut Sahrudin, pentingnya pendidikan karakter adalah


sebagai berikut:

a) Mengembangkan kemampuan dasar peserta didik untuk


tumbuh menjadi individu yang berhati baik, berpikiran
positif, dan berperilaku baik.

b) Membangun dan meningkatkan perilaku multikultural dalam


masyarakat.

c) Meningkatkan budaya negara yang kompetitif. Oemar


Hamalik menyatakan bahwa komponen tujuan pembelajaran
termasuk:

1) Sikap
2) Kondisi tes

3) Persyaratan perilaku.

Persyaratan perkurikulum tingkat satuan pendidikan


(KTSP) dan model pengembangan kurikulum lainnya
menggunakan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar
(KD) sebagai dasar untuk menetapkan tujuan pembelajaran.
Tujuan-tujuan ini diukur melalui indikator pencapaian
keberhasilan pembelajaran. Sikap anak juga dinilai melalui
persyaratan indikator yang jelas. Contohnya, memiliki
kemampuan untuk mendefinisikan, mengungkapkan, dan
menerapkan suatu ide atau teori tertentu.
Tujuan pendidikan karakter termasuk, menurut
Kemendiknas:
a) Meningkatkan kemampuan hati, kesadaran, atau perasaan
siswa sebagai individu dan penduduk tetap dengan prinsip-
prinsip budaya dan sifat kebangsaan
b) Menumbuhkan perilaku dan keterbiasaan anak yang baik
yang sesuai dengan prinsip-prinsip religius universal dan
tradisi budaya nasional

c) Mengembangkan rasa tanggung jawab dan kepemimpinan


kepada anak sebagai generasi yang akan datang dari bangsa

d) Meningkatkan kesanggupan anak untuk menjadi seseorang


yang inovatif, mampu berdiri sendiri, dan patriot.

e) Menghargai lingkungan pendidikan sebagai tempat


menuntut ilmu yang nyaman, jujur, kreatif, persahabatan,
serta dengan rasa nasionalisme yang kuat.

Dalam diskusi tentang pendidikan karakter ini, yang


dipublikasikan dalam jurnal pendidikan moral internasional
yaitu, The Journal of Moral Education (volume 36, 2007),
disampaikan bahwa keyakinan spiritual dan prinsip agama
tidak dapat dipisahkan dari pendidikan karakter. Moralitas dan
prinsip spiritual sangat penting untuk menjaga kesejahteraan
setiap komunitas masyarakat. Ketika moralitas dan prinsip
spiritual tidak ada, bagian penting dari kehidupan masyarakat
akan lenyap.

Ada berbagai perspektif tentang pendekatan pendidikan


karakter yang digunakan oleh sekolah di abad ke-21.
Sebagaimana dikutip oleh Masnur Muslich oleh Hersh,para
pakar pendidikan biasanya menggunakan setidaknya lima
pendekatan rasional:

a) Metode pengembangan rasional


b) Metode untuk mempertimbangan,
c) Strategi untuk mengklarifikasi nilai
d) Strategi yang menggunakan kognitif moral
e) Metode untuk perilaku sosial.

Selain itu, seperti yang dikutip Masnur Muslich, Elias


menjelaskan bahwa dia mengkategorikan berbagai teori yang
muncul menjadi tiga pendekatan: pendekatan perilaku
klasifikasi, pendekatan mental, dan pendekatan emosional.
Seluruh pendekatan ini didasarkan pada studi psikologis seperti
perilaku, kognitif, dan afeksi.

Pendidikan karakter adalah bagaimana karakter


seseorang dibentuk. Lingkungan keluarga adalah pendidikan
karakter utama bagi anak-anak. Di sana, mereka akan belajar
dasar-dasar perilaku yang akan mereka gunakan di kemudian
hari. Nilai-nilai karakter dasar manusia—dan juga dikenal
dengan sebutan The Golden Rule— bersumber dari prinsip
moral yang berlaku secara universal (absolut) yang berasal dari
agama. Berdasarkan nilai-nilai ini, Pendidikan karakter
mungkin memiliki maksud yang jelas. Pendidikan karakter
mungkin memiliki maksud yang jelas.

Setelah mengetahui prinsip pendidikan karakter,


sepertinya bahwa pendidikan karakter Indonesia bertujuan untuk
mengembangkan individu yang efektif secara integratif, seperti
yang ditunjukkan oleh nilai-nilai yang diusung, yang mencakup
aspek ketuhanan, sendiri, serta orang lain.

Berdasarkan penjelasan tersebut, menerapkan


pendidikan karakteristik di lingkungan rumah pada usia SD
memiliki besar peluang untuk menanamkan nilai positif pada
seorang anak. Orang tua mampu membantu anak-anak mereka
mengembangkan sikap seperti rasa tanggung jawab, empati, dan
disiplin melalui pendekatan yang konsisten. Selanjutnya, peran
ayah dan ibu dalam mengajar karakteristik anak-anak dalam
rumah juga sangat penting untuk membangun fondasi
karakteristik yang kuat.
Dalam pendidikan karakteristik, seluruh urgensi
pembelajaran perlu menjadi prioritas utama. Karena orangtua
memainkan peran utama dalam menerapkan pendidikan
karakter pada anak-anak, orang-orang dalam lingkungan rumah
harus dapat memperhatikan dan merenungkan kembali
berbagai urgensi pendidikan yang ada.

C. Nilai-nilai Implementasi Pendidikan Karakter Berdasarkan


Usia SD Di Lingkungan Rumah

Cara keluarga memperlakukan anak mempengaruhi


perkembangan perilakunya. “Persepsi yang berbeda mengenai
karakteristik anak ini menciptakan kondisi bagi perilaku yang
berbeda antara anak laki-laki dan perempuan” (Light et al.,
1989: –338).Pernyataan ini menjelaskan bahwa perbedaan
persepsi terhadap karakteristik anak menyebabkan perbedaan
perilaku antara anak laki-laki dan anak perempuan.
Pendapat tersebut licona menekankan bahwa keluarga
adalah sekolah pertama dalam pengembangan Karakter anak:
“Keluarga adalah sekolah kebajikan yang pertama”. "Di sini
kita belajar mengenai dedikasi, pengorbanan, dan keyakinan
pada suatu hal yang lebih besar dari diri kita sendiri. Keluarga
menciptakan landasan moral yang menjadi landasan semua
institusi sosial lainnya dibangun" (Dimerman, 2009: 80).
Dari pernyataan ini jelaslah bahwa keluarga adalah
sekolah kebajikan yang pertama. Keluarga adalah landasan
pendidikan moral, tempat kita belajar tentang cinta, komitmen,
pengorbanan, dan keyakinan pada sesuatu yang lebih besar dari
diri kita sendiri. Sayangnya, tidak semua orang tua menyadari
peran ini.
"Orang tua perlu mengetahui bahwa sekadar meyakinkan
anak-anak mereka tentang fakta-fakta matematika dapat
membuat perbedaan besar dalam kehidupan anak-anak mereka"
(Lickona, 1991: –396). Pernyataan ini menekankan bahwa
orang tua perlu memahami bahwa kehadiran mereka dapat
memberikan perubahan dalam kehidupan anak mereka.
Sehubungan dengan keberadaan keluarga, Armstrong
(2004: 53) menyatakan: “Dalam kedua kasus tersebut, keluarga
menyediakan sumber daya sederhana yang benar dan memiliki
dampak emosional yang kuat pada individu kreatif.
Terdapat anak yang berperilaku acuh tak acuh, agresif,
dan selalu ingin menyakiti orang lain, baik dengan perkataan
maupun perbuatan.” Mereka juga memiliki harga diri yang
rendah, tidak aman, merasa tidak berharga dan tidak berguna,
Beberapa anak terus-menerus merasa tidak mampu. Anak ini
selalu mempunyai pandangan negatif terhadap lingkungan
sekitarnya, merasa cemas, khawatir, rendah diri, tidak percaya
pada orang lain, merasa dikritik oleh orang lain. Di sisi lain,
ada pula anak yang emosinya tidak stabil dan memiliki ciri-ciri
seperti tidak mampu atau tidak mampu menoleransi stres,
mudah tersinggung, dan mudah marah.
Banyak anak yang kurang menghormati orang tua,
guru, dan orang lain. Ada juga anak yang sangat nakal di
sekolah dan selalu ingin menang, namun di rumah terlihat
berperilaku baik dan penurut. Beberapa anak menunjukkan
perilaku menyimpang karena sedang mengalami krisis moral.
Beberapa anak memiliki masalah perilaku dan keterbelakangan
perkembangan emosional dan intelektual. Anak-anak ini cerdas
secara intelektual tetapi memiliki masalah emosional, tidak
stabil dan tidak toleran.
Seperti yang dinyatakan Berkowitz (Dimerman, 2009:
63), dampak terhadap anak-anak ketika orang tuanya bercerai
adalah “salah satu dampak terbesar pada anak-anak adalah
seberapa baik hubungan orang tua mereka setelah perpisahan
mereka”. Jelas bahwa dampak perceraian mempunyai dampak
yang signifikan terhadap tumbuh kembang anak. Perceraian
berdampak pada orang tua dan anak dalam banyak hal.
Di sisi lain, Cummings et.al, Fincham & Hall
(Santrock, 2007: 158) menemukan bahwa hubungan
perkawinan merupakan pendukung penting bagi hubungan
orang tua-anak. Oleh karena itu, jelas bahwa hubungan
perkawinan orang tua mempunyai pengaruh yang besar
terhadap perkembangan anak, termasuk pembentukan
kepribadian.
Menurut Baumrind & Thompson, orang tua melakukan
investasi dan keterlibatan yang berkelanjutan sepanjang
periode perkembangan panjang anak mereka (Brooks, 2011:
10). Teori Piaget (Reimer, et.al., 1983: 38) menyatakan bahwa
“Seperti yang telah kita temukan, interaksi atau adaptasi
manusia ditandai dengan pencarian aktif atas bagian-bagian
lingkungan yang dapat digunakan untuk berinteraksi”.
Dengan demikian, jelas bahwa pendidikan nonformal
di rumah berperan penting dalam membentuk karakter
masyarakat Indonesia masa depan. Kagan berpendapat bahwa
anak-anak dapat mengubah temperamen mereka sampai batas
tertentu melalui pengalaman, namun anak-anak mewarisi
karakteristik fisiologis tertentu yang membuat mereka memiliki
temperamen tertentu (Santrock, 2007: 49).
Tujuan dalam hal ini adalah untuk mengetahui apa
pendapat keluarga terhadap pentingnya pendidikan karakter
dalam tumbuh kembang anak, nilai-nilai karakter apa yang
ditanamkan dalam keluarga, bagaimana cara menanamkannya,
dan bagaimana pendidikan karakter. dan kendala apa saja yang
ditemukan dalam proses pendidikan karakter dalam keluarga.
Proses pendidikan karakter anak di lingkungan rumah baik
keluarga lengkap maupun single parent mempunyai kegunaan
sebagai berikut:
1. Menurut teori Diharapkan penelitian ini dapat
menghasilkan:

a) Menyampaikan ide-ide yang bermanfaat untuk


mengembangkan pengetahuan tentang pendidikan
karakter, khususnya pendidikan karakter di rumah.

b) Berfungsi sebagai referensi penelitian tentang


pendidikan karakter.
2. Kenyataanya, diharapkan bahwa hasil penelitian akan
bermanfaat bagi berbagai kepentingan,, termasuk:
a) Sebagai anggota komunitas pendidikan, kita harus
memperhatikan dan merumuskan kebijakan
mengenai penyelenggaraan pendidikan, khususnya
pengembangan pendidikan karakter.
b) Menjelaskan proses pendidikan karakter yang
sebenarnya di lingkungan keluarga dan meningkatkan
kesadaran akan pentingnya proses pendidikan di
rumah dalam pengembangan karakter anak.
c) Memberikan gambaran nyata mengenai peranan
proses perkembangan kepribadian keluarga dalam
perkembangan kepribadian anak.

Muatan pendidikan terpenting itu harus ditanamkan


untuk anak-anak minimal mencakup pendidikan keimanan,
pendidikan kesehatan, pendidikan moral, pendidikan ekonomi,
dan pendidikan kesehatan (M. Nipan Abdul Halim, 2010: 363-
365). Nilai-nilai inti pendidikan yang ditanamkan pada setiap
keluarga tentu berbeda-beda di antara mereka sendiri dengan
keluarga lainnya. Hal ini dapat menyebabkan pemicu berbagai
alasan, termasuk ekspektasi orang tua dan tujuan orang tua
dalam membesarkan anak.
Beberapa nilai-nilai karakter pendidikan pada anak dan
contoh mengimplementasikannya dirumah oleh orang tua,
sebagai berikut:
1) Nilai kejujuran, contoh: Percaya dan terbuka satu sama lain
dalam keluarga
2) Nilai religius, contoh: Pembiasaan sholat tepat waktu dan
Membaca kitab suci dan saling mengingatkan
3) Nilai demokratis, contoh: Libatkan anak dalam pengambilan
keputusan
4) Nilai komunikatif, contoh: sering mengajak anak mengobrol
5) Nilai kedisiplinan, contoh: pembiasaan Bangun pagi dan
tepat waktu di pagi hari
6) Nilai kerja keras, contoh: orang tua memberi contoh
dan mendorong anak untuk berkontribusi dalam pekerjaan
7) Nilai tanggung jawab, contoh: tanggung jawab apabila ia
melakukan kesalahan
8) Nilai patuh, contoh: Orang tua memberi nasihat dan
memberi contoh.
9) Nilai kemandirian, contoh: dibiasakan untuk
berusaha melakukan sendiri dan menyelesaikan
masalahnya sendiri
10) Nilai empati, contoh: mengajak anak memberi bantuan

Lingkungan keluarga yang positif selama masa kanak-


kanak menyediakan alat untuk meningkatkan perilaku kreatif
dan produktif di masa dewasa. Baik lingkungan keluarga
positif atau negatif, itu adalah pengalaman hidup yang berharga
bagi anak. Pengalaman hidup dan pelajaran yang kita peroleh
darinya seringkali memperkuat kecenderungan kita untuk
mempercayai apa yang kita yakini (Patching, 2007: 30). Jelas
bahwa pengalaman hidup dan pelajaran yang kita peroleh
darinya membentuk nilai-nilai hidup kita.
Perlu diketahui bahwa, “Kompas moral masyarakat
dibentuk oleh berbagai faktor, mulai dari keluarga, keyakinan,
dan persahabatan hingga pengalaman kerja keras, penderitaan,
dan kegembiraan” (Ryan & Bohlin, 1999: 25). bahwa kompas
moral seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari
keluarga, kepercayaan, dan teman hingga pengalaman
seseorang dalam bekerja keras, penderitaan, dan kegembiraan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, semua pihak yang
terlibat dalam pendidikan moral harus menjamin bahwa semua
orang menerima pendidikan moral secara sama, meskipun
ritme perkembangannya berbeda-beda dan setiap orang belum
mencapai tahap perkembangan moral yang tertinggi. Bahwa
anak-anak melewati tahap-tahap perkembangan fisik.
(Kohlberg, Duska & Whelan, 1982: 56).

Namun metode pendidikan karakter akan lebih berhasil


jika pendidik memperhatikan perkembangan moral dan mampu
mengajar dengan cara yang sesuai dengan perkembangan moral
peserta didiknya. Kohlberg menyebutkan tiga tingkatan dan
enam tahap perkembangan moral. tingkat konvensional (tahap
reorientasi hukuman dan ketaatan, reorientasi relativis
instrumental), tingkat konvensional (tahap reorientasi memasuki
kelompok “anak baik” dan “anak baik”, reorientasi hukum dan
ketertiban); tingkat selanjutnya (legalis orientasi sosialis) tahap
orientasi kontrak, orientasi pada prinsip etika
universal) (1995: 81-82).

Penelitian ini menemukan bahwa orang tua yang hanya


memberikan nasehat tetapi tidak memberikan petunjuk yang
baik sebenarnya menerima tentangan dari anaknya. Anak terlihat
taat, padahal sebenarnya durhaka. Oleh karena itu, anak menjadi
keras kepala dan berani terhadap orang tuanya. Misalnya, jika
orang tua menyuruh anaknya belajar sambil menonton TV,
maka anak pasti tidak akan menuruti permintaan tersebut karena
akan menganggap orang tuanya kurang konsisten.

Orang tua yang memberikan teladan melalui sikap dan


tindakannya serta memberikan nasehat pasti akan diikuti.
Anak-anak belajar lebih banyak dari apa yang mereka lihat.
Contoh kata kerja bergerak: trahunt. Perkataan Menggerakkan
orang, namun teladanlah yang memikat hati (Doni Koesoema
A., 2007: 214). Anak yang tumbuh dengan orang tua seperti itu
akan tumbuh menjadi anak yang baik. Tidak jauh berbeda
dengan menghadapi lingkungan moral, anak lebih cenderung
meniru dan mengikuti adat istiadat yang ada di lingkungan
tempat tinggalnya. Mengajarkan anak dengan contoh perilaku
secara langsung lebih efektif dibandingkan hanya memberikan
nasehat dalam bentuk kata-kata (A.Mudjab Mahali, 2012: 533).

D. Contoh-contoh Penanaman Pendidikan Karakter


Berdasarkan Usia SD Di Lingkungan Rumah
1) Religius
Religius adalah sifat yang dimiliki oleh manusia yang
berkaitan secara keagamaan, dari kata "religius" hingga ukuran
dan penerapan kepercayaan seseorang yang taat agama. Nilai-
nilai religius termasuk sikap dan perilaku yang dapat dijadikan
pedoman untuk perilaku pihak terkait dalam bidang keagamaan,
seperti patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianut,
toleransi terhadap perbedaan pendapat, dan menerima kritik.
Dalam situasi seperti ini, diharapkan siswa memiliki
kemampuan untuk memiliki dan berperilaku sesuai dengan
standar dan aturan agama. Penanaman karakter religius melalui
integrasi ke dalam mata pelajaran: dalam hal ini, mata pelajaran
fokus pada penanaman karakter religius di bidang pendidikan
agama sesuai dengan agama yang dianut siswa. Karakter religius
ini sangat penting bagi siswa untuk menghadapi degradasi moral
dan pergeseran zaman.
Diharapkan peserta didik mengembangkan karakter
untuk berkeyakinan, bersikap, berkata-kata, dan berperilaku
sesuai dengan ajaran agama mereka karena mereka diharapkan
dapat membedakan baik dan buruk yang didasarkan pada
keputusan dan aturan agama. Program nilai karakter religius
seperti ibadah, berdoa, patuh pada hukum, peduli pada
lingkungan, dan sopan santun. Dalam budaya sekolah, nilai-nilai
moral seperti peduli lingkungan, kasih sayang, jujur, dan
bersyukur ditanamkan, sementara nilai-nilai religius seperti
bersyukur, taat aturan, peduli lingkungan, ibadah, dan berdoa.
Keyakinan akan selalu memandu ke jalan kebaikan untuk
dirinya sendiri, bangsa, masyarakat, dan bahkan dunia. Sebab
kehidupan ini tidak dapat sesuai dengan ajaran kitab suci seperti
yang diinginkan kaum fundamentalis, menjadi religius tidak
berarti menjadi fundamentalis. Fakta bahwa agama orang lain
berbeda dari agama kita sendiri Tidak ada paksaan dalam
beragama; semua keyakinan religius harus diterima dengan bijak
dalam masyarakat. Jadi, ada istilah "SARA", yang berarti suku,
agama, ras, dan antar golongan.

Menurut Muslimah Oktavia Hasan (2018: hal.2)


pelaksanaan nilai religius dalam pendidikan karakter yang
dilakukan di sekolah yaitu melakukan kegiatan keagamaan
yang dilakukan secara rutin yang dijadikan budaya sekolah
sehingga siswa terbiasa melakukan dan menerapkan tidak
hanya di sekolah namun juga di rumah. Jadi, sangat penting
bagi setiap orang untuk memiliki nilai religius karena banyak
masalah yang terjadi karena tidak memilikinya. Nilai religius
harus ditanamkan pada seseorang agar mereka dapat
mengendalikan perilaku mereka dan tidak menyimpang dari
agamanya.
2) Toleransi

Toleransi adalah ketika orang mengakui, menghormati,


dan menerima perbedaan pendapat, keyakinan, dan kelompok.
Menurut Marpuah (2019. Hal 5) Toleransi juga dapat diartikan
sebagai sikap yang dimiliki manusia sebagai umat beragama dan
mempunyai keyakinan, untuk menghormati serta menghargai
manusia yang beragama lain.
Sangat penting untuk mengajarkan dan mengamalkan
toleransi beragama di negara yang memiliki banyak penganut
agama. Selain itu, negara kita mendeklarasikan "kepada Tuhan
Yang Maha Esa" sebagai sila pertama Pancasila menunjukkan
bahwa kita adalah bangsa yang bertakwa. Artinya, negara
Indonesia sangat menginginkan setiap warganya menganut
kepercayaan atau agama tertentu. Karena Indonesia mengakui
enam agama: Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan
Konghucu, setiap warga negara diharuskan untuk menganut
salah satu agama tersebut.
Orang tua harus mengajarkan anak toleransi dengan cara
yang tidak dibuat-buat. Lingkungan rumah memainkan peran
penting dalam membangun ke mandirian beragama. Anak-anak
akan lebih mampu memahami perbedaan antara agama dan adat
istiadat masing-masing agama jika lingkungan rumah mereka
heterogen. Saat kita memasuki era globalisasi, anak-anak
diharapkan dapat interaksi dengan orang-orang dari berbagai
latar belakang secara khusus.

Menurut Ika (2013. Hal 17) Toleransi antar umat


beragama merupakan penentu kerukunan dan ke harmonisan
kehidupan masyarakat di mana tercipta hubungan sosial yang
dinamis yang menyangkut hubungan orang perorangan maupun
antar kelompok masyarakat. Jenis toleransi yang dilakukan di
rumah. Sangat penting bagi anak-anak untuk diajarkan toleransi
di lingkungan rumah secepat mungkin dan terus
menanamkannya seiring berjalannya waktu. Dengan cara ini,
anak-anak akan menjadi terbiasa dengan toleransi dan
menghargai setiap perbedaan.

3) Jujur
Orang yang jujur dan dapat dipercaya biasanya mendapat
kepercayaan dari orang lain karena mereka memiliki sifat yang
dapat dipercaya. Salah satu rahasia yang paling penting untuk
menarik kepercayaan umum adalah karakter jujur seseorang,
karena orang yang jujur senantiasa berusaha untuk menjaga
amanah.
Jujur adalah perilaku yang dilandasi oleh upaya untuk
selalu menjadi orang yang dapat dipercaya oleh orang lain dan
diri sendiri dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Anda
dapat menjadi orang yang dipercaya orang lain, disukai
keluarga, memiliki banyak teman, dan membahagiakan hati jika
Anda bertindak jujur dan terpelajar.
Untuk membentuk sebuah karakter yang baik atau
menanamkan suatu kebiasaan memang harus didukung oleh
banyak pihak baik lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat
Neneng Sunengsih (2022. Hal 109). Agar kebiasaan baik
ditanamkan pada seorang anak, itu harus dilakukan secara
konsisten atau berkelanjutan. Sebagai orang tua, mereka
memiliki peran yang sangat penting untuk kelangsungan hidup
anak-anaknya, dan mereka harus menjadi contoh dan panutan
bagi anak-anaknya untuk menerapkan prinsip kejujuran dalam
kehidupan sehari-hari. Ini akan membuat anak terbiasa
menjalani kehidupan yang jujur. Akibatnya, mereka akan
tumbuh dan berkembang dengan prinsip kejujuran, yang akan
menanamkan nilai integritas yang baik dalam diri mereka
sendiri.
Kejujuran adalah dasar kehidupan bermasyarakat dan
penting untuk keberhasilan. Jujur memungkinkan kita untuk
belajar, memahami, dan memahami keselarasan dan
keseimbangan. Jujur terhadap peran dan tanggung jawab
seseorang, hak dan tanggung jawab mereka, tatanan yang ada,
pikiran, tindakan, dan perbuatan mereka.
Pengakuan dan pengamalan nilai-nilai moral dan sosial
budaya yang berasal dari kehidupan masyarakat dan pengalaman
belajar membantu membangun nilai karakter jujur dalam
pendidikan karakter. Jangan biarkan guru berperilaku tidak adil
dan subjektif. Pendidik tidak seharusnya melakukan hal-hal
buruk seperti itu tidak hanya selama kegiatan pendidikan, tetapi
juga di rumah.

4) Disiplin

Menurut Dr. Rose Mini (2011. Hal 07) disiplin adalah


proses bimbingan yang bertujuan menanamkan pola perilaku
tertentu, kebiasaan-kebiasaan tertentu atau membentuk manusia
dengan ciri-ciri tertentu. Disiplin berarti mengajarkan orang
untuk mengatasi tantangan tertentu dengan memberi mereka
aturan. Disiplin yang berhubungan dengan hukuman adalah
disiplin yang berkaitan dengan hukuman, yang berarti
konsekuensi yang harus kita hadapi jika kita melanggar aturan
disiplin. Pendidikan adalah sifat baik yang akan sangat
bermanfaat bagi anak-anak di rumah.
Orang-orang yang selalu mematuhi aturan dan tata tertib
pasti akan merasa selamat dan siap untuk situasi apa pun.harus
diterapkan sejak usia muda agar dapat menjadi orang dewasa
yang baik. Memberikan sikap yang teratur dan patuh pada
berbagai peraturan dikenal sebagai disiplin disiplin.
Mendisiplinkan berarti mengajarkan seseorang untuk
mengikuti tatanan tertentu dengan menerapkan aturan tertentu.
Hukuman adalah cara disiplin berhubungan dengan orang lain.
Dalam hal ini, hukuman menunjukkan konsekuensi yang harus
kita hadapi jika kita melakukan pelanggaran aturan disiplin.
Disiplin adalah sifat baik yang sangat bermanfaat bagi
setiap orang. Jika seseorang selalu patuh pada aturan dan tata
tertib, mereka akan selalu merasa selamat dan siap untuk situasi
apa pun. Menurut Ahmad Manshur (2019.hal 20) Disiplin berarti
setiap macam pengaruh yang ditujukan untuk menolong anak
mempelajari cara-cara menghadapi tuntutan yang datang dari
lingkungannya dan juga cara-cara menyelesaikan tuntutan-
tuntutan yang mungkin diajukan terhadap lingkungannya.
Pada usia SD, pendidikan karakter sangat penting untuk
membentuk disiplin pada anak. Penanaman disiplin di rumah
dengan partisipasi orang tua dan keluarga dapat dilakukan.
Faktor pengasuhan, yaitu proses sosialisasi atau pendidikan yang
dilakukan oleh keluarga, guru, dan masyarakat, memiliki peran
penting dalam pembentukan karakter anak. Berikut ini adalah
beberapa cara yang dapat dilakukan di rumah untuk
menanamkan disiplin karakter pendidikan pada usia SD:
1. Model perilaku yang baik: Orang tua dapat menjadi
contoh yang baik dengan menunjukkan disiplin dalam
kehidupan sehari-hari mereka. Karena anak cenderung
meniru perilaku orang tua, penting untuk
menunjukkan keteladanan dan konsistensi dalam hal
disiplin.
2. Tentukan peraturan dan batas: Anak dapat lebih
memahami harapan dan tanggung jawab mereka
dengan menetapkan aturan dan batasan yang jelas di
rumah.
3. Beri penghargaan dan konsekuensi: Meningkatkan
motivasi anak dengan memberikan penghargaan untuk
perilaku yang baik dan disiplin. Memberikan
konsekuensi yang sesuai untuk melanggar aturan juga
penting untuk mengajarkan anak tanggung jawab dan
konsekuensi dari tindakan mereka.
4. Libatkan anak dalam pembuatan keputusan:
Melibatkan anak dalam keputusan sehari-hari, seperti
menentukan jadwal kegiatan atau memilih pakaian,
dapat membantu mereka mengembangkan rasa
tanggung jawab dan disiplin diri.
5. Berkomunikasi dengan anak: Melibatkan anak dalam
keputusan sehari-hari dapat membantu mereka
mengembangkan rasa tanggung jawab dan disiplin
diri. Sangat penting untuk memberi tahu anak tentang
pentingnya disiplin dan bagaimana itu dapat
membantu mereka dalam kehidupan sehari-hari. Anda
juga harus menjelaskan konsekuensi positif dan
negatif dari perilaku disiplin.
6. Kolaborasi dengan sekolah: Kerja sama antara orang
tua dan sekolah juga penting dalam penanaman
disiplin karakter pendidikan pada usia SD.
Komunikasi dengan guru dan keterlibatan dalam
kegiatan sekolah yang mendukung pembentukan
disiplin dan karakter anak adalah penting.
Dalam penanaman disiplin karakter pendidikan
pada usia SD di lingkungan rumah, perlu diingat bahwa setiap
anak memiliki kebutuhan dan kepribadian yang berbeda-beda.
Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan ini, sangat penting untuk
menggunakan pendekatan yang fleksibel dan sesuai dengan
kebutuhan anak.

5 ) Kreatif
Kemampuan untuk mengubah dan membuat sesuatu
yang unik, bermakna, bermanfaat, dan berdampak di definisikan
sebagai kreatif pada anak Sekolah Dasar (SD). Mengembangkan
ide dan tindakan yang unik serta menghasilkan produk dan
tindakan yang unik adalah komponen penting dari kreatif.
Aktivitas anak-anak SD sangat beragam sesuai dengan
kematangan dan perkembangan otak mereka. Oleh karena itu,
pendidikan seni memainkan peran yang sangat penting dalam
membantu perkembangan aktivitas anak untuk tumbuh dengan
baik. Ini karena pendidikan seni memungkinkan anak-anak
untuk mengekspresikan pikiran dan jiwa mereka dengan cara
yang paling efektif. Aktivitas anak adalah kemampuan anak-
anak untuk menggunakan imajinasi dan kemampuan motorik
halus mereka untuk menciptakan sesuatu yang baru.
Kreatifitas pada anak SD juga mencakup kemampuan
untuk membuat barang atau ide baru. Mereka dapat berkembang
secara mandiri atau dengan bantuan guru. Pendidikan di sekolah
dasar adalah pendidikan yang diberikan kepada anak-anak
berusia antara 7 dan 13 tahun sebagai pendidikan tingkat dasar.
Pendidikan ini dikembangkan berdasarkan satuan pendidikan,
potensi dan karakteristik daerah, serta sosial dan budaya
masyarakat setempat siswa. Pendidikan seni sangat penting
karena membantu anak berbicara.
1. Bermain
Bermain dapat menjadi alat untuk meningkatkan
kreativitas anak. Jadi, beri dia banyak mainan. Anda
dapat membuatnya sendiri dengan menggunakan apa
yang Anda miliki atau membelinya, yang tentu saja
tidak harus maha. Kita dapat menemukan ide untuk
membuat mainan di Pinterest dengan kata kunci DIY
atau art and craft dan di Instagram. Beri ia
kesempatan untuk bermain di luar rumah, interaksi
dengan alam, dan bermain dengan teman-teman. Ini
akan memberi anak banyak pengalaman dan
keterampilan interaksi dengan dunia luar, yang akan
membantunya belajar banyak hal, seperti
menyelesaikan masalah.
2. Biarkan Anak Berimajinasi
Membaca buku setiap hari membantu anak
berimajinasi. Beri anak kesempatan untuk memilih
buku mana yang paling ia sukai. Meminta anak
mengira-ngira, mendengarkan suara seorang tokoh
atau karakter, dapat membantu mereka menikmati
membaca. Mendongeng dan membaca buku akan
meningkatkan perbendaharaan bahasa anak selain
mengasah imajinasi mereka. Ajak anak juga bermain
peran. Misalnya, meminta mereka bermain koki atau
dokter dengan mainan mereka. Dengan demikian,
anak akan berusaha menggambarkan hal-hal tersebut
melalui imajinasinya.
3. Pertanyaan Kreatif
Cobalah meminta orang untuk berbicara dan berbicara
secara kreatif. "Coba, nak, beritahu Bunda, bagaimana
kamu memainkan mainan ini?" atau "Apa yang akan
terjadi jika kran air tidak ditutup?" adalah beberapa
contohnya. Perhatikan bahwa jawaban anak adalah
upaya untuk berpikir, meskipun tidak seluruhnya
benar.
4. Hindari kata salah
Anak-anak di kelas tidak selalu memiliki pikiran atau
respons yang sama. Ia menggambar mobil dengan
roda segitiga, misalnya. Jika hal ini terjadi, usahakan
untuk menghindari mengingat kata "SALAH" dalam
pikiran Anda. Anda mungkin mengatakan, "Menarik
sekali. Lihat penjelasannya: "Kira-kira mobilnya bisa
jalan tidak jika rodanya berbentuk seperti itu." Siapa
yang tahu mengapa dia membuat gambar itu?
Misalnya, rodanya rusak.
5. Perhatikan Minat dan Bakat
Coba mulai memperhatikan apa yang disukai balita.
Apakah ia menikmati menggambar, menumpuk
barang, berolahraga, menari, atau aktivitas lain?
Setelah Anda mengetahui apa yang Anda suka,
mulailah mengasahnya sejak dini. Misalnya,
memberikan crayon dan kertas gambar kepada anak
yang senang menggambar, mengajarkan olahraga
kepada anak yang senang berolahraga, dan
memasukkan anak-anak yang menyukai seni ke
sanggar seni. Oleh karena itu, kemampuan siswa akan
terasa dengan baik.
6. Beri Anak Waktu untuk Bereksperimen
Anak-anak secara alami memiliki rasa ingin tahu yang
besar. Biarkan mereka mengeksplorasi lingkungan
mereka. Tentu saja, Anda harus menunjukkan mana
yang berbahaya dan mana yang tidak. Misalnya, Anda
harus memberi tahu orang bahwa api di korek api
panas dan dapat melukai dengan mendekatkan nyala
ke dekatnya. Anda harus siap menjawab
pertanyaannya tentang berbagai hal juga. Oleh karena
itu, Anda juga harus memperoleh banyak
pengetahuan, yang dapat Anda peroleh melalui
berbagai sumber daya online, buku, atau berbagi
pengetahuan dengan teman-teman yang memiliki anak
selanjutnya.
7.Jangan Dipaksa
Jangan Terlalu Memaksa Jika anak Anda tidak
menunjukkan bakat atau kreativitas. Misalnya, dengan
hanya fokus pada area tersebut untuk
mengembangkannya. Semuanya membutuhkan upaya
dan waktu. Untuk mendorong kreativitasnya, Anda
bisa memberinya dorongan dengan bermain. Seiring
berjalannya waktu, pasti akan terlihat. Paling penting,
ia harus melakukannya dengan senang hati dan penuh
semangat.
8. Berikan Pengalaman Baru
Beri waktu khusus untuk anak Anda dengan mengajak
mereka ke museum, kebun binatang, sawah, kebun,
peternakan, pasar tradisional, dan taman rekreasi.
Anak akan menikmati pengalaman baru dengan
melihat, menyentuh, mendengar, dan bahkan
mencium sesuatu yang baru. Anak-anak akan
menggunakan pengalaman ini sebagai modal untuk
menjadi kreatif.
9. Mengurangi Larangan
Apakah kita menyadari bahwa larangan dapat
menghambat kreativitas seseorang. Ini juga berlaku
untuk bayi baru lahir. Sebisa mungkin, kurangi
"melarangnya". Misalnya, Anda melarang anak Anda
memegang kodok atau lumpur hanya karena Anda
khawatir mereka akan kotor, padahal tangan kotor
dapat dicuci. Sebaliknya, jangan melarang dia
melakukan apa pun. Misalnya, sebelum mencuci
tangan, Anda harus memegang lumpur dan bermain
dengannya. Namun, jika terpaksa, Anda tentu saja
harus tegas. Misalnya, anak-anak sering
menginginkan untuk perosotan di pegangan tanggan,
meskipun tahu itu berbahaya. Jika itu terjadi, katakan
kepadanya bahwa Anda tidak ingin ia terluka dan
bahwa ia tidak dapat bermain lagi. Anda bisa
mengajaknya bermain perosotan di taman sebagai
solusinya.
10. Liburan Kreatif
Liburan kreatif yang sesuai dengan minat anak tidak
harus mahal. Ini bahkan dapat dilakukan di rumah
Anda sendiri. Berkebun, mendekorasi kamar,
membuat kreasi "DIY", dan banyak lagi. Anda dapat
mengajaknya bermain permainan di luar rumah.
Anak-anak akan mendapatkan banyak pelajaran
tentang bertoleransi, bekerja sama, bersosialisasi, dan
tentu saja menyenangkan sebagai hasilnya.
11. Beri Pujian
Jika anak melakukan sesuatu yang keratif, selalu pujian
mereka. Misalnya, anak-anak bermain dengan daun mangga atau
piring kertas untuk membuat pesawat terbang. Wah, pesawatnya
luar biasa. Anda dapat bertanya, "Ke mana Anda ingin terbang?"
Dengan cara ini, anak-anak akan didorong untuk berpikir kreatif
dan mencoba hal-hal baru yang akan mencuri perhatian Anda.
Namun, selalu ingatkan anak bahwa tidak masalah jika dia
melakukan kesalahan karena itu akan membuatnya tahu dan
mencoba lagi. Itu semua akan mendorong anak untuk mencoba
hal-hal baru dan tidak takut melakukan kesalahan.

6) Peduli lingkungan
Kita harus melibatkan anak-anak kita dalam menjaga
kebersihan lingkungan rumah untuk menanamkan kepedulian
lingkungan. Langkah penting untuk mempertahankan kualitas
kehidupan adalah menjaga lingkungan sekitar rumah tetap sehat.
mencakup upaya untuk melestarikan dan memelihara
lingkungan.
Pengendalian limbah yang efektif dapat menghemat
sumber daya alam dan mengurangi dampak negatif terhadap
ekosistem. Jika Anda ingin membuat kontribusi positif terhadap
keberlanjutan Bumi, Anda harus mulai menunjukkan kepedulian
terhadap lingkungan di rumah Anda. Ini dapat dicapai dengan
menjaga lingkungan Anda.Salah satu nilai penting yang harus
ditanamkan dalam pendidikan karakter adalah kepedulian
terhadap lingkungan hidup. Karena orang yang berkarakter
memperhatikan lingkungannya, baik fisik maupun sosial.
Sangat penting bagi anak-anak untuk mengembangkan
karakter sadar lingkungan, baik di sekolah maupun di rumah.
Setiap anak harus menumbuhkan kepedulian terhadap
lingkungan mereka dengan meningkatkan kualitas lingkungan
mereka, meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaganya,
dan berusaha mencegah kerusakan.
Pendidikan tentang perlindungan lingkungan hidup
diberikan kepada anak-anak sejak dini agar mereka dapat secara
bijak mengelola sumber daya alam di sekitarnya dan
menumbuhkan rasa tanggung jawab atas manfaatnya bagi
generasi mendatang. Disaat lingkungan bersih dan terjaga maka
kita akan nyaman dalam melakukan aktivitas sehari-hari. M.
Jen Ismail (2021. Hal 62). Anak akan merasa nyaman saat
melakukan aktivitas karena rumah tetap bersih. Oleh karena itu,
kebersihan sangat penting untuk diperhatikan karena berdampak
pada manusia dan makhluk hidup lainnya serta lingkungan
mereka.
Pendidikan karakter di sekolah dasar sangat penting
untuk membangun karakter dan kesadaran anak terhadap
lingkungan mereka. Pengembangan karakter anak dan
masyarakat sekitarnya didasarkan pada penyebaran pengetahuan,
kemampuan, dan perspektif pada pendidikan dasar. Pendidikan
karakter lingkungan di rumah dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Contoh kegiatan yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:
a) Menanam dan merawat tanaman: Menanam dan
merawat tanaman di rumah adalah cara untuk
menunjukkan kecintaan terhadap lingkungan.
Kegiatan ini tidak hanya membantu menjaga
lingkungan rumah tetap hijau, sehat, dan nyaman,
tetapi juga membantu anak-anak menjadi lebih
disiplin dalam hidup mereka.

b) Kurangi penggunaan plastik: Cobalah mengurangi


jumlah plastik yang digunakan sekali pakai dengan
menggunakan botol air isi ulang atau membawa
wadah makanan dan minuman yang dapat digunakan
kembali.

c) Menjaga Kebersihan: Gunakan piket kelas, rencana


bersih-bersih bersama, dan kompetisi kebersihan
lingkungan sekolah untuk mengajarkan anak-anak
untuk menjaga lingkungan sekolah dan sekitarnya
tetap bersih.

d) Menghargai Alam: Ajari anak untuk menghargai alam


dan lingkungan melalui observasi alam, mengetahui
tentang flora dan fauna lokal, dan menjaga
lingkungan.Keluarga, sekolah, dan masyarakat juga
berperan dalam pendidikan karakter peka lingkungan
di sekolah dasar. Keluarga dapat menjadi teladan dan
inspirasi bagi anak-anaknya untuk menjadi orang
yang bertanggung jawab terhadap lingkungan mereka.
Sekolah juga memainkan peran penting dalam
mengajarkan nilai-nilai karakter, termasuk
perlindungan lingkungan hidup, melalui kurikulum
berbasis karakter. Dengan menggabungkan
lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat,
pendidikan tentang perlindungan lingkungan dan
karakter di sekolah dasar dapat berdampak positif
pada perkembangan karakter dan kesadaran
lingkungan anak-anak.

Dari penjelasan di atas, kita dapat dari hasil contoh-


contoh penanaman pendidikan karakter pada usia sd di
lingkungan rumah. Penanaman pendidikan karakter pada anak
usia sekolah dasar dinilai sangat penting karena pendidikan
karakter merupakan proses pendidikan yang bertujuan untuk
mengembangkan nilai, sikap, dan perilaku yang memancarkan
akhlak dan budi pekerti yang luhur.

Anda mungkin juga menyukai