Anda di halaman 1dari 37

METODE PENGEMBANGAN

MORAL & NILAI-NILAI


AGAMA
KELOMPOK 1
Disusun oleh :
• Diyah Ayu Utami, NIM 858715269
• Fitri Aruti, NIM 858711431
• Yunia Titis Mayasari, NIM 858709546
MODUL 1
HAKIKAT PERKEMBANGAN
MORALITAS ANAK USIA DINI
Kegiatan Belajar 3
Pola Orientasi Moral pada Anak
Usia Dini
PENGERTIAN ISTILAH
Menurut KBBI 2008 pola dapat diartikan
sebagai sebuah bentuk (struktur) yang
tepat
HAKIKAT PEMBAHASAN

Menurut Peter dalam A.kosasih Djakhiri, (1979:47), orientasi moral


disamakan dengan moral position atau ketetapan hati. Moral position ini
didasari oleh dua landasan yaitu cognitive motivation aspect yang memiliki
makna sebagai suatu perhitungan antisipasif dari seseorang terhadap resiko.
dan affective motivation aspects yang mempunyai makna sebagai suatu
perhitungan emosi yang diakibatkan dari sebuah keputusan yang diambil oleh
seseorang
KAJIAN TEORI PERKEMBANGAN
MORAL
Menurut John Dewey, tahapan perkembangan moral seseorang itu
akan melewati tiga fase sebagai berikut
1. Fase premoral atau preconventional pada level ini sikap dan
perilaku manusia banyak dilandasi oleh impuls biologis dan
sosial
2. Tingkat konvensional perkembangan moral manusia pada
tahapan ini banyak didasari oleh sikap kritis kelompoknya
3. Autonomous pada tahapan ini perkembangan moral manusia
banyak dilandasi pola pikirnya sendiri
Apresiasi pertama untuk teori tersebut adalah manusia pada
dasarnya memiliki kesamaan pola perkembangan moral, seperti
pada awal kehidupannya manusia tidak memiliki konsep
berkehidupan yang mencerminkan nilai moral.

Apresiasi yang kedua untuk teori diatas adalah anak manusia pada
tahapan selanjutnya telah mengalami pertambahan usia dan
menemukan lingkungan baru dalam kehidupannnya.

Anak usia dini (AUD) secara teorities berada pada fase pertama dan
kedua seorang guru AUD perlu memperhatikan kedua karakteristik
tahapan perkembangan moral tersebut
Piaget mengemukakan bahwa seseorang manusia dalam kehidupannya
akan melalui rentangan perkembangan moral sbb :
Heteronomous Autonomous
2-6 tahun 12 tahun

Pada tahapan heteronomous memiliki makna bahwa seseorang pada saat


awal kehidupannya belum memiliki pendirian kuat dalam menentukan
sikap dan perilaku. Dapat dikatakan bahwa dalam menentukan pilihan
Keputusan sebuah perilaku , masih dilandasi oleh aneka ragam serta
sering bertukarnya ketentuan dan kepentingan. Hal ini akan muncul pada
diri seorang anak pada usia 2 sampai 6 tahun.
Tahapan autonomous adalah tahapan pada seorang anak manusia telah
memiliki kemampuan sendiri dalam menentukan segalakeputusan sikap
dan perilaku moralitasnya. Tahapan ini disebut juga agent of just
MORALITAS ANAK USIA DINI
Moralitas anak usia dini dan perkembangannya dalam tataran
kehidupan mereka dapat diuraikan sebagai berikut
• Sikap dan cara berhubungan dengan orang lain (sosialisasi).
Setelah anak berusia 2 tahun, ruang geraknya sudah lebih luas
serta didukung oleh keterampilan berjalan yang semakin baik
dan sempurna. Anak mulai menjalin hubungan dengan orang –
orang diluar rumah yang pernah ditemuinya, dengan anak –
anak sebayanya, ataupun dengan yang lebih tua. Inilah saatnya
orang tua mulai mengajarkan aturan,nilai, dan norma yang
berlaku di Masyarakat sekitar agar anak dapat menjalin
hubungan dan dapat diterima oleh lingkungan social sekitar
dengan baik
• Cara berpakaian dan berpenampilan. Orang tua dan guru anak usia dini
juga perlu menjelaskan bahwa penampilan dan cara berpakaian seorang
dapat memberi kesan tentang perilaku moral seseorang. Individu yang
berpenampilan, berpakaian, ataupun bergaya hidup yang tidak sesua
dengan nilai dan norma yang berlaku dimasyarakat sekitar akan dinillai
sebagai individu yang berperilaku moral kurang baik
• Sikap dan kebiasaan makan. Ada tata cara tertentu yang diatur oleh
lingkungan sekitar dalam melakukan kegiatan makan. Tata cara tersebut
harus sudah dikenalkan dan diajarkan kepada anak usia dini agar menjadi
kebiasaan yang baik dan mengarahkannya pada perilaku moral yang baik
• Sikap dan perilaku anak memperlancar hubungannya dengan orang lain.
Pada bagian ini,masih berkaitan dengan cara berhubungan dengan orang
lain dan lebih dikhususkan pada hubungan tidak langsung. Namun
membawa dampak pada kelancaran hubungan dengan orang lain
POTENSI ANAK SEBAGAI MANUSIA
UTUH
Sebagai anak manusia, sesungguhnya Allah SWT telah melengkapi seorang anak dengan seperangkat
kemampuan yang telah tertanam pada diri manusia, berupa sejumlah kemampuan seperti kemampuan dalam
perkembangan moral dan etika serta kemampuan dalam perkembangan pribadi,social dan kemasyarakatan

KEMAMPUAN ANAK DALAM


MORALITAS
Pendidikan dan pengembangan moral anak menurut Adler (1974), bertujuan untuk
pembentukan kepribadian yang harus dimiliki oleh manusia, yang meliputi hal – hal
berikut ini :
1.Dapat beradaptasi pada berbagai situasi dalam relasinya dengan orang lain dan dalam
hubungan yang kultur.
2.Selalu memahami sesuatu yang berbedadan menyadari bahwa dirinya memiliki dasar
pada identitas kulturnya.
3.Mampu menjaga batas yang tidak kaku pada dirinya, bertanggung jawab terhadap bentuk
Batasan yang dipilihnya sesaat dan terbuka pada perubahan.
SUBSTANSI
PENGEMBANGAN MORAL
PADA
Keputusan Mendiknas NO. 58 Tahun 2009,ANAK USIA
seorang guru PAUD DINI
harus memiliki salah
satu kompetensi,antara lain menguasai strategi pengembangan aspek -aspek
perkembangan anak usia dini.

Terkait dengan pengembangan moralitasnya , anak usia dini pada dasarnya masih
sangat memerlukan bantuan dalam beberapahal, seperti pembentukan karakter
(formation of character), pembentukan kepribadian (shaping of personality)dan
perkembangan social (social development).

Anak yang diajari dengan iklim kerja keras dan tanggung jawab akan cenderung
menunjukkan prestasi yang tinggi. Kebiasaan semacam ini hendaknya telah berakar
sebelum masuk sekolah. Karakter ini akan tertata dalam pikiran dan hati anak usia dini
melalui standar yang tertata dan orang tuanya, harapan mapan, dan contoh yang
konsisten.
MODUL 2
KECERDASAN MORAL
MENURUT AHLI
Kegiatan Belajar 1
Teori Kecerdasan Moral
Menurut Lickona
Pendidikan anak usia dini dalam kapasitas pendidikan moral dan karakter manusia sangat terpengaruh pola
asuh orang tua dan lingkungan keluarga.
Menurut Lickona dkk (2007), terdapat 11 prinsip agar pendidikan karakter dapat berjalan efektif :
1.Kembangkan nilai – nilai etika inti dan nilai – nilai kinerja pendukungnya sebagai fondasi karakter yang aik.
2.Definisikan “karakter” secara komprehensif yang mencakup pikiran, perasaan, dan karakter yang baik.
3.Gunakan pendekatan yang komprehensif, disengaja, dan proaktif dalam pengembangan karakter
4.Ciptakan komunitas sekolah yang penuh perhatian
5.Beri siswa kesempatan untuk melakukan tindakan moral
6.Buat kurikulum akademis yang bermakna, menantang, yang menghormati semua peserta didik.
7.Usahakan mendorong motivasi diri anak
8.Libatkan staf sekolah sebagai komunitas pembelajaran dan moral yang berbagi tanggung jawab dalam
pendidikan karakter dan upaya untuk mematuhi nilai – nilai inti yang sama dan yang membimbing pendidikan
anak.
9.Tumbuh kebersamaan dalam kepemimpinan moral dan dukungan jangka panjang bagi inisiatif pendidikan
karakter.
10.Libatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam upaya pembangunan karakter
11.Evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik karakter, dan sejauh mana peserta didik
memanifestasikan karakter.
PERANAN GURU DALAM MENINGKATKAN
KECERDASAN MORAL BERDASARKAN TEORI
Kita adalah praktisi pendidikan yang hidup diLICKONA
era globalisasi serta
modernisasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Peran dan kedudukan
guru dalam meningkatkan kecerdasan moral anak dapat berbentuk
sebagai model, programmer dan motivator yang baik. Menurut
Lickona perilaku moral, karakter, dan kepribadian manusia
berwujud pada perbuatan manusia sehari – hari.

Barbara K.Given (2007) mengatakan bahwa antusias seorang guru


pada saat mengajar akan menular pada peserta didik. Hal ini
memiliki makna bahwa salah satu peranan guru dalam proses
pendidikan adalah motivator anak dalam belajar.
• Sebagai model
Guru diambil dari suatu istilah “GU”= digugu (dipercaya)
ucapannya dan “RU”=ditiru (diikuti/dicontoh) perbuatannya.
Maknanya bahwa sosok dan profesi guru adalah figur manusia
yang harus dapat dipercaya dan baik perilakunya.

• Sebagai pembimbing
Program pengembangan moral anak usia dini memerlukan program
yang workable (dapat dilaksanakan) dan bukan program muluk dan
berlebihan. Fungsi dan peran pembimbing memiliki makna sebagai
orang yang memberikan arah,memandu, dan mendampaingi anak
dalam pelaksanaan program pembiasaan
• Sebagai Pelatih
Anak usia dini adalah sosok manusia yang masih sangat membutuhkan
latihan, pengulangan, dan perbaikan berbagai macam perilaku dan
perbuatan.
Dengan demikian, peranan dan keberadaan guru dapat berfungsi
sebagai pelatih dalam kaitannya dengan latihan pembiasaan
berperilaku dan perbuatan positif. Guru diharapkan mampu menjadi
pemberi contoh nyata dalam bentuk perilaku dan perbuatan

• Sebagai Motivator
Sebagai pendidik kita harus memelihara motivasi peserta didik selama
mengikuti proses belajar mengajar, guru dapat melakukan refresh
(pengulangan kesegaran) dengan cara –cara, seperti mengajak peserta
didik mengikuti tepuk tangan berpola,bernyanyi bersama, atau tebak –
tebakan lucu.
• Sebagai penilai
Fungsi evaluasi tersebut tentunya untuk mengetahui
tingkat pencapaian keberhasilan program sekaligus untuk
menentukan langkah-langkah perbaikan. Pada tahap ini,
anak – anak mulai diperkenalkan secara terstruktur norma
dan hakikat kehidupan bersosialilasi yang sesungguhnya
MODUL 2
KECERDASAN MORAL
MENURUT AHLI
Kegiatan Belajar 2
Strategi dan Metode dalam
Mengembangkan Kecerdasan
Moral Anak TK Menurut Lickona
Lickona (1991) menyatakan bahwa untuk mendidik moral anak sampai
pada tataran moral action, diperlukan tiga proses pembinaan yang
berkelanjutan yaitu
1.Proses moral knowing
2.More feeling
3.Moral action

Banyak faktor yang terkait dengan proses mengendalikan


kemauan,keinginan,cita-cita,hasrat dan niat seseorang. Faktor pola
asuh keluarga memeri landasan kepriadian saat awal kehidupan
manusia

Ketepatan seseorang dalam menentukan pilihan bersikap, berperilaku,


dan berkepriadian itulah yang sesungguhnya hakikat dari kecerdasan
emosi
Kecerdasan social adalah memiliki kemampuan berkomunikasi senang
menolong, berteman, senang bekerja sama, dan senang berbuat untuk
menyenangkan orang lain.

Kecerdasan spiritual adalah memiliki kemampuan iman yang tangguh,


merasa selalu diawasi oleh Allah SWT,gemar berbuat baik tanpa
pamrih, disiplin beribadah, sabar, ikhtiar,jujur,dan pandai bersyukur
atau berterimakasih.

Kecerdasan kinestetik adalah menciptakan kepedulian terhadap dirinya


dengan menjaga kesehatan jasmani, tumbuh dari rizki yang halal,
mudah trenyuh untuk melakukan peruatan menolong sesame, terbiasa
melakukan hal – hal yang baik.
PENGEMBANGAN METODE DAN PENDEKATAN MORAL
YANG DIKEMBANGKAN SBB DIDASARI OLEH
BEBERAPA PENDAPAT AHLI, DIANTARANYA LICKONA
DAN S.FREUD ADALAH SEBAGAI BERIKUT :

METODE PERTAMA
Metode yang digunakan dengan pendekata Heart Start dikembangkan oleh Indonesia
Heritage Foundation, yaitu memberikan pendidikan karakter secara sistematis selama
20 menit setiap pagi hari dengan menanamkan Sembilan pilar karakter diantaranya :
1.Cinta Tuhan dan segenap Ciptaan-Nya (love Allah,trust,reverence,loyalty)
2.Tanggung jawa, kedisiplinan, dan kemandirian (responsibility, excellence,self
reliance, discipline, and orderliness)
3.Kejujuran/amanah dan arif (trust worthiness, honesty,and tactful)
4.Hormat dan santun (respect,courtesy and obedience)
5.Dermawan,suka menolong, dan gotong
royong/kerjasama(love,compassion,caring,empathy,generosity,moderation, and
cooperation)
6.Percaya diri,kreatif, dan pekerja keras
(confidence,assertiveness,creativity,resourcefulness,courage,determination,and
enthusiasm)
7.Kepemimpinan dan keadilan (justice,fairness,mercy, and leadership)
8.Baik dan rendah hati(kindness,friendliness,humility,and modesty)
9.Toleransi,kedamaian, dan kesatuan (tolerance, flexibility,peacefulness,and unity)

Pilar karakter ini dilengkapi dengan K4 yaitu kebersihan,kerapian,keamanan, dan


kesehatan.
METODE KEDUA

Metode kedua ini adalah mengintegrasikan proses pendidikan pilar –


pilar karakter dalam sentra-sentra. Adapun kurikulum yang
diterapkan dalam kegiatan SBB itu mirip dengan lembaga PAUD
pada umumnya. Menerapkan character based integrated curriculum
system. Sentra – sentra diantaranya adalah sbb:
1.Imjinasi.
2.Rancang bangun
3.Seni kreasi untuk mengem
4.Eksplorasi
5.Kebun,ikan, dan ternak
6.Persiapan
7.Keimanan dan ketakwaan (optional)
Metode kesatu dan kedua diterapkan dengan menggunakan metode
student active learning, contextual learning, joyful learning,
developmentally,appropriate practices, dan whole language. Dengan
demikian dapat diharapkan head,heart, and hand anak sehingga
mereka dapat menjadi manusia keratif, mandiri, dan berpikir kritis.

Sebagai upaya kerjasama dengan pihak orang tua, perlu juga


diadakan program co-parenting dalam rangka penerapan pendidikan
karakter di rumah (orangtua diberi petunjuk khusus untuk
menerapkan setiap pilar beserta lembar evaluasi).
MODUL 3
PEMAHAMAN DAN
PENANAMAN MORAL PADA
ANAK USIA DINI
Kegiatan Belajar 1
Hakikat Moral Knowing
HAKIKAT MORAL KNOWING
Hakikat moral knowing dapat dimaknai dengan pengetahuan tentang moral
yang harus dipahami terlebih dahulu oleh anak.
Pengetahuan yang telah dipahami secara teori akan mendasari pemikiran yang
disimpan oleh otak manusia.

Pola berpikir, bersikap, dan bertindak anak usia dini masih terbatas dari apa
yang mereka lihat, mereka dengar, dan mereka saksikan sehingga
pembentukan dan pemahaman awal terhadap moralitas kehidupan menjadi
suatu hal yang penting dan esensial bagi pengembangan moral mereka.
NILAI-NILAI KEJUJURAN, TOLERANSI, DAN
SETIA KAWAN PADA ANAK TAMAN KANAK-
KANAK
Nilai –nilai kejujuran sangat erat kaitannya dengan nilai moral dari kehidupan manusia.
Kejujuran bukan sekedar pengetahuan tentang moralitas belaka, tetapi sangat memerlukan
program pembiasaan dan latihan yang intensif.
Sebagai pendidik kita perlu membuat program yang dapat dipraktikkan melalui pendekatan
story telling, role playing atau program simulasi perilaku yang bermisi nilai – nilai kejujuran
dalam kehidupan anak.
Toleransi adalah embrio dari sikap mau menerima dan dapat memahami keberadaan orang
lain yang tentu banyak memiliki perbedaan dengan diri kita.
Menurut UNESCO penyelenggaraan pendidikan yaitu learning to life together, sejak dini
amatlah tepat jika kita menyusun program pengembangan moral melalui pembiasaan sikap
toleran karena secara factual memiliki kebhinekaan dalam berbagai hal.
Pendidikan multikultur bisa kita mulai dengan merintis prinsip dasar penyelenggaraan
pendidikan inklusi.
MODEL PENDIDIKAN YANG TOLERANSI
MODEL AKSI-REFLEKSI-AKSI
Dalam pembelajaran ini, pendekatannya lebih mementingkan pada siswanya.

Paula Freire : lebih mementingkan pembelajaran terhadap masalah (problem


pasing) dengan paradigma kritis. Yaitu menggunakan dialog antara fasilitator
dan pembelajar yang membawa percakapan yang bernilai pengalaman
divergen (meluas), harapan, perspektif(pandangan),dan nilai (value).
Pembelajaran ini bersifat membebaskan diri dari hal – hal yang memiliki
persyaratan (diilhami dari sebuah buku riset partisipatoris riset pembebasan
karya walter Fernandes dan Rajesh Tandon) sbb :

• Pembagian kekuasaan , kedudukan guru, dan peserta didik adalah


seimbang dalam mencari kebenaran ilmu pengetahuan.
• Penggunaan sumber daya setempat (khususnya murid, sumber belajar,
bahan ajar dan lainnya yang terkait dengan pembelajaran).
• Pembelajaran mengakar pada konteks setempat, model rancangan, dan
pelaksanaan model secara sederhana serta relevan berasal dari masukan
siswa.
• Menekankan pada pembelajaran kualitatif dan berorientasi pada proses.
MODEL IGNASIAN
Penerapannya bagi anak usia dini, sebaiknya pendidikan dalam mengenalkan
hakikat sikap toleran mampu menyiapkan diri dengan sikap demokratis,
memandang anak didik sebagai manusia utuh yang memiliki harga diri sikap
demokratis, memandang anak didik sebagai manusia utuh memiliki harga diri,
cita – cita gagasan atau pendapat, serta memberi kebebasan untuk bertanya
berbagai hal yang ditangkap sesuai dengan pemahamannya tentang hakikat
peredaan yang ada.
Nilai setia kawan adalah buah dari kebaikan suasana kebatinan seseorang
yang memiliki moralitas yang tinggi. Hal ini mengingatkan eksistensi anak
sebagai makhluk social yang secara prinsip memiliki kecenderungan untuk
bergaul, ketergantungan, dan saling berkomunikasi dalam kehidupannya.
Manusia memiliki bentuk kepedulian tersebut diantaranya adalah sikap
simpati,empati,dan antipati.
MODUL 3
PEMAHAMAN DAN
PENANAMAN MORAL PADA
ANAK USIA DINI
Kegiatan Belajar 2
Penanaman Nilai-nilai Kejujuran,
Toleransi, dan Setia Kawan pada
Anak Usia Dini
Pengembangan moral pada anak usia dini, bila dikaitkan dengan
penerapan DAP (Developmentally Appropriate Practice), belum
perlu menggunakan kurikulum yang terstruktur secara aku.

Ada beberapa wilayah pengembangan wilayah anak usia dini :


• Pengembangan pengetahuan (knowledge) untuk kepentingan
peningkatan kecerdasan umum ataupun keagamaan
• Pengembangan bahasa dan seni (speech)
• Pengembangan emosi untuk kepentingan peningkatan
pengendalian dan pengelolaan kecerdasan emosi anak
(emotional quotient)
• Pengembangan kecakapan hidup (life skill)
• Pengemangan gerak tubuh (motoric)
Menurut Yovan P. Putra(2008), pada anak usia sangat dini, seorang individu sangat
rentan terhadap berbagai kondisi emosional sehingga pendampingane itu penting dari
orang tua guna mencegah munculnya trauma ataupun fobia pada anak – anak.

Ruang lingkup bahasan lainnya adalah mengenal peran jenis (rule of gender) dan orang
lain. Bagi anak usia dini bertujuan agar proses transfer norma social yang sesuai dengan
kesepakatan masyarakat akan senantiasa tersampaikan, berkelanjutan, serta terjadinya
tranformasi norma sosia secara berkesinambungan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses
belajar mengajar, kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif,
inspiratif,menyenangkan,menantang,memotivasi peserta didik untuk erpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan akat,minat,dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan tersebut dapat dilakukan secara sistematis adalah sbb :

1. PROSES EKSPLORASI

Eksplorasi adalah kegiatan anak didik dalam upaya menggali informasi/pengetahuan


mengenai materi/topic/tema yang sedang dipelajari.

Adapun bentuk – bentuk aktivitas yang dapat dilakukan pada proses eksplorasi :
a.Melibatkan anak untuk menggali informasi terkait dengan materi/topic/tema
b.Menggunakan strategi/pendekatan/metode pembelajaran yang berpusat pada anak
c.Menggunakan media/alat bantu pembelajaran
d.Menggunakan sumer belajar/pembelajaran
e.Memfasilitasi terjadinya komunikasi antaranak dalam proses pembelajaran
f.Memfasilitasi terjadinya interaksi antaranak dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar
lainnya.
g.Melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran
h.Menguasai materi yang terkait dengan topic
2. PROSES ELABORASI

Proses elaborasi adalah kegiatan anak untuk meyampaikan hasil eksplorasinya

Bentuk aktivitas yang dapat dilakukan sbb :


• Menfasilitasi anak melalui berbagai kegiatan belajar
• Memfasilitasi anak dalam membuat laporan hasil eksplorasi
• Memberi kesempatan kepada anak untuk bertindak tanpa rasa takut dan salah
• Memfasilitasi anak dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif
• Memberi kesempatan kepada anak untuk mempresentasikan hasil kerjanya
3. PROSES KONFIRMASI

Proses konfirmasi adalah kegiatan interaktif antara guru dan anak untuk memberikan
umpan balik.

Bentuk aktivitas yang dapat dilakukan :


a.Memberikan umpan balik yang positif
b.Memberikan penguatan terhadap keberhasilan anak
c.Memberikan informasi yang menantang rasa keingintahuan anak
d.Melakukan penilaian proses pembelajaran

Penerapan penanaman nilai – nilai kejujuran toleransi, dan setia kawan pada anak usia
dini dapat diterapkan dengan beberapa contoh penerapan pembelajaran dengan story
telling,simulasi,atau test case
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai