Anda di halaman 1dari 12

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 3.

2
3.2

Fasilitator Bapak Anwar Zaini, S.Pd.I,M.Pd.

Pengajar Praktik Ibu Sulastri, S.E., S.Pd.

Assalamualaikum Wr.Wb Salam sehat untuk kita semua

Salam Guru Penggerak...!!!!


Saya Anna Yusmawati, S.Pd.Gr, Calon Guru Penggerak Angkatan 9 Kabupaten Aceh Tengah
Provinsi Aceh, Pada kesempatan kali ini saya akan membuat sebuah catatan mengenai jurnal
refleksi dwimingguan modul 3.2 yang merupakan sebuah pengalama dan pemahaman saya selaku
Calon Guru Penggerak yang mengikuti diklat CGP khususnya di angkatan 9 tahun 2023 ini. Modul 3.2
ini merupakan sebuah modul yang menuntut saya selaku calon guru penggerak untuk lebih memahami
tentang bagaimana upaya kita selaku pendidik yang diberi tugas tambahan sebagai pemimpin
pembelajaran dalam mengelola sumber daya dan aset yang kita miliki di lingkungan yang kita pimpin
khususnya peran sebagai pemimpin pembelajaran dalam memenuhi tuntutan pendidikan yang
berkualitas dilingkungan sekolah yang salah satunya dapat kita penuhi melalui upaya pengambilan
keputusan yang tepat dan kemampuan memanfaatkan sumber daya dan aset yang dimiliki untuk
memenuhi kewajiban dan aturan yang akan diterapkan tidak hanya terhadap guru, siswa dan tenaga
kependidikan di sekolah tetapi juba mencakup implikasi dari sebuah keputusan yang diambil dan
melibatkan banyak fihak. Jurnal dwi mingguan ini adalah tulisan hasil proses belajar yang saya
alami, saya dapatkan dan saya aplikasikan guna menunjang tugas sebagai pendidik yang nantinya
berfungsi sebagai pemimpin pembelajaran terutamanya dalam modul 3.2 tentang bagaimana upaya
saya dalam memanfaatkan aset dan sumber daya dilingkungan sekolah dan sebagaimana pemahaman
awal saya terkait hal tersebut dimana
Kepemimpinan Kepala sekolah memegang peranan penting dalam menciptakan ekosistem sekolah
yang sehat dan produktif yang mengoptimalkan semua sumber daya yang ada, baik yang biotik
maupun yang abiotik. Dengan menggunakan manajemen yang baik, maka pemanfaatan sumber daya
yang di miliki akan berfungsi dalam kemajuan dan pengembangan lingkungan sekolah yang akan
berdampak pada proses pembelajaran yang baik. Kegiatan modul 3.2 terkait 3.2 ini kami mulai sejak
tanggal 15 Februari 2024 tepat sehari selepas hari Pemlihan umum pada tanggal 14 Februari 2024.
Penulisan jurnal ini menggunakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway,
yang mencakup: 1). Fact, 2). Feeling, 3). Findings, dan 4). Future (4F). Yang diterjemahkan
menjadi 4P (1. Peristiwa, 2. Perasaan, 3. Pembelajaran, dan 4. Penerapan).

1. Facts (Peristiwa)

Tanggal 15 Februari 2024 merupakan awal dari sebuah paket modul 3.2 yang saya lalui
dimulai dengan penyampaian informasi bahwa kami telah dapat memulai pembelajaran secara
mandiri dalam modul 3.2 oleh fasilitator Bapak Zaini, S.Pd.I., M.Pd yang kami jalani sebagai bagian
dari upaya memulai pembelajaran di modul baru terkait pemahaman awal kami selaku CGP dalam
memahami sejauh mana pemahaman kami secara mandiri terkait modul 3.2 tentang pemimpin dalam
pengeloaaln sumber daya, utamanya sebagai pemimpin pembelajaran dalam sebuah komunitas yang
bernama SEKOLAH. Setelah itu kami memulai sebuah forum diskusi yang saling menanggapi
penyampaian awal rekan-rekan guru penggerak sejauh mana konsep awal yang kami fahami terkait
Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya. Modul Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber Daya ini
memberikan ruang bagi saya untuk berlatih memberdayakan sebagai Pemimpin Pembelajaran dan
Kepala Sekolah dalam membuat perubahan strategis yang mampu menggerakan komunitas sekolah
pada ekosistem belajar saya. Perubahan strategis yang sejalan semangat Merdeka Belajar untuk
meningkatkan kualitas kurikulum (standar isi-standar proses-standar penilaian) yang bermakna dan
kualitas sumber daya guru dan tenaga kependidikan dalam mewujudkan pendidikan yang berpihak
pada murid pada Satuan Pendidikan di sekolah dan daerah saya dengan memanfaatkan sumber daya
dan asset yang saya miliki di sekolah.

Dalam Modul 3.2 ini, pembahasan akan fokus kepada keterampilan seorang pemimpin dalam
mengemban salah satu perannya, yaitu memanfaatkan sumber daya yang tersedia, khususnya pada
kasus-kasus yang berkaitan dengan nilai-nilai kebajikan atau Etika dalam sebuah pengambilan
keputusan. Selanjutnya keputusan-keputusan yang diambil secara langsung atau tidak, menentukan
arah dan tujuan suatu institusi atau lembaga serta menunjukkan nilai-nilai atau integritas dari
institusi tersebut, yang pada akhirnya berpengaruh kepada mutu pendidikan yang didapatkan
murid-murid saya disekolah.

Bila kita telusuri lebih dalam, modul ini selaras dan sesuai dengan prinsip-prinsip Standar
Nasional Pendidikan, khususnya pada standar pengelolaan. Seorang pemimpin hendaknya memahami
sumber daya dan asset yang tertuang dalam visi dan misi sekolah, berkepribadian serta berkinerja
baik dalam melaksanakan tugas kepemimpinan, khususnya dalam memanfaatkan sumber daya yang
ada,. Pada modul ini juga disajikan beberapa pertanyaan pemantik sebagai awal dari alur M-E-R-D-
E-K-A yang menjadi alur pembelajaran pada materi ini. Diantaranya adalah :

1. Mengingat-ingat ekosistem, bayangkan sekolah atau salah satu sekolah tempat Bapak dan Ibu
bertugas. Apa bagian-bagian yang ada dari sekolah tersebut sebagai sebuah ekosistem?

Sekolah dapat dianggap sebagai sebuah ekosistem yang terdiri dari manusia (guru,
murid, dan pegawai sekolah) dan berbagai elemen fisik seperti gedung, taman, lapangan, dan
fasilitas lainnya, Ekosistem sekolah terdiri dari beberapa bagian yang saling berinteraksi satu
sama lain, di antaranya adalah manusia, sarana prasarana, kurikulum, faktor keuangan, humas,
kepegawaian, lokasi strategis sekolah, dan sumber daya alam dan lingkungan sekitar.

2. Apa saja yang bisa Anda sebut sebagai sumber daya yang dimiliki atau dapat dimanfaatkan oleh
sekolah? Perhatikan untuk tidak terpaku pada hal-hal yang kelihatan.

1. Sumber Daya Manusia : Guru, tenaga kependidikan, dan siswa.


2. Sarana dan Prasarana : Ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, dan fasilitas olahraga.
3. Kurikulum : Materi pelajaran, modul, dan buku teks.
4. Teknologi : Komputer, perangkat lunak pembelajaran, dan akses internet.
5. Sumber Daya Keuangan : Anggaran sekolah, dana hibah, dan sumbangan masyarakat.
3. Refleksikan sosok pemimpin atau kepala sekolah yang memimpin sekolah tersebut.
Apa hal-hal yang paling diingat dari sosok pemimpin tersebut, terkait dengan perannya di
ekosistem sekolah serta pelibatan/pemanfaatan sumber daya yang ada?

Sosok pemimpin yang mampu merencanakan, mengelola, memberdayakan, dan


mengembangkan program -program yang sudah di susun dalam visi dan misi sekolah, serta
selalu memaksimalkan potensi dan memanfaatkan sumber daya yang ada, bermusyawarah
dalam mengambil keputusan untuk kepentingan dan kemajuan sekolah

4. Jadi, seperti apa peran pemimpin yang ideal itu, khususnya dalam hal memanfaatkan semua
bagian dari ekosistem dan mengelola sumberdaya yang ada di dalam dan sekitar sekolah?

Pemimpin yang ideal juga harus mampu mengintegrasikan peran pemimpin, manajer,
dan fasilitator untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, inklusif, dan berfokus
pada kepentingan siswa serta memanfaatkan semua sumber daya yang ada dengan bijak
untuk mendukung pencapaian yang di harapkan.

5. Silakan refleksikan, posisi diri Bapak dan Ibu dalam ekosistem sekolah.
Sejauh mana Bapak Ibu sebagai guru atau peran lainnya telah memanfaatkan sumber daya
sekolah?

Saya merupakan salah satu bagian dari ekosistem sekolah. selaku guru sudah tugas
dan kewajiban saya membawa pengaruh positif pada lingkungan saya terutama anak didik
saya, peran saya sebagai guru harus menjadi contoh baik bagi siswa, rekan sejawat .
contohnya dalam memanfaatkan media ajar yang disediakan oleh sekolah. mengunakan
fasilitas sekolah seperti infokus dan internet dalam menampilkan video- video pembelajaran.
kadang kala lingkungan sekolah menjadi sumber belajar bagi siswa selain buku yang telah
disediakan. seperti menghitung

6. Apa saja harapan pada diri Bapak dan Ibu sebagai seorang pendidik, pemimpin, dan pada
murid setelah mempelajari modul ini?

 Diri Sendiri , Dengan lebih memdalami modul ini, harapan saya lebih mampu mengelola dan
memanfaatkan sumber daya yang dapat meningkatkan potensi dalam diri saya sebagai
pendidik yang berpihak pada murid dan menjadi sumber motivasi bagi rekan sejawat dalam
mengembangkan dan memaksimalkan pemanfaatan aset -aset yang ada di sekitar lingkungan.
 Murid, Dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada, dapat membantu meningkatkan
pemahaman siswa dan berpengaruh dalam pembelajaran peserta didik agar pembelajaran
lebih bermakna.
 Sekolah, Dengan pengetahuan tentang pemimpin dalam pengelolaan Sumber daya, saya akan
menerapkan dan berupaya memetakan, menganalisis kekuatan sumber daya yang ada dalam
pemanfaatannya.dan berbagi pengetahuan pada rekan sejawat.

7. Apa saja kegiatan, materi, manfaat, yang Bapak dan Ibu harapkan ada dalam modul ini?

Dengan mempelajari dan menggali materi tentang pemimpin dalam pengelolaan


sumber daya, kedepannya saya dapat mempraktekkan pengetahuan saya pada lingkungan
sekolah, dan memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana memperbaiki diri
dan meningkatkan kualitas sebagai seorang guru, membantu peserta untuk memperoleh
keterampilan dan pemahaman yang dibutuhkan untuk menjadi guru yang sejati dan efektif,
serta memberikan motivasi dan inspirasi bagi ekosistem saya.

Pada akhirnya, saya menikmati proses perjalanan pembelajaran saya pada modul ini karena
semakin mendalami bahwa proses pembelajaran ini dapat mengantarkan saya menjadi seorang
pemimpin yang lebih baik, berkualitas, dan mandiri.

Selanjutnya, saya melakukan Eksplorasi Konsep terkait Modul 3.2 terkait konsep pemimpin
dalam pengelolan sumber daya dimana pada pembelajara ini kami banyak melakukan eksplorasi
mandiri dengan menelaah konsep dasar tentang sekolah sebagai ekosistem, Pendekatan Berbasis
Kekurangan dan Pendekatan Berbasis Aset, Sejarah Singkat Pendekatan Asset-Based Community
Development, dan aset-aset dalam sebuah komunitas. Dalam hal ini saya berfikir bahwa Media
pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat merangsang fikiran dan keterampilan peserta
didik dalam proses belajar mengajar sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu
media pembelajarannya yaitu lingkungan, karena lingkungan dapat dijadikan media pembelajaran
yang optimal untuk mencapai proses dan hasil pembelajaran, sebab peserta didik dapat
mengetahui secara langsung keadaan yang sebenarnya, dan pembelajaran dapat menjadi lebih
menarik, dengan begitu proses pembelajaran tidak akan membosankan. Pembelajaran dapat
dilakukan dalam lingkungan sekolah maupun luar sekolah, serta dapat pula belajar dari peristiwa
alam yang dialami oleh masyarakat, dan lain sebagainya. Ada beberapa lingkungan yang dapat
dimanfaatkan sebagai media dan sumber pembelajaran yaitu lingkungan masyarakat atau
lingkungan sosial yang mempelajari tentang interaksi antar kehidupan bermasyarakat seperti
adat istiadat yang ada di masyarakat, sistem nilai, perubahan sosial dan lain sebagainya.

Selain itu, dalam Eksplorasi Konsep ini saya dihadapkan dengan beberapa tugas mandiri
yang saya unggah di link Google Drive saya sebagai referensi dan refleksi diri terkait
pemahaman saya tentang pemanfaatan sumber daya oleh seorang pemimpin pada modul 3.2 ini
diantaranya adalah terkait Refleksi Diri Paradigma sekolah sebagai sebuah ekositem
https://docs.google.com/document/d/15M7wH4B8DxCQPTWmaTAO6m4d6lMYuZpwCk1tuwvGB
wI/edit?usp=sharing kemudian terkait Sekolah sebagai sebuah ekosistem yang ditandai dengan
adanya interaksi antara faktor biotik dan faktor abiotik yang saling menunjang. Unsur biotik
dalam ekosistem sekolah terdiri dari murid, kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, pengawas
sekolah, orangtua murid dan masyarakat sekitar. Sedangkan unsur abiotik dalam ekosistem
sekolah terdiri dari keuangan, sarana dan prasarana serta lingkungan sekolah. Sebuah ekosistem
mencirikan satu pola hubungan yang saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan
tertentu. Pada sekolah dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Pada Pendekatan berbasis
kekurangan/masalah (deficit-based approach) akan memusatkan perhatian kita pada apa yang
mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak berfungsi dengan baik. Kekurangan yang dimiliki
mendorong cara berpikir negatif sehingga fokus kita adalah bagaimana mengatasi semua
kekurangan atau apa yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih. Pendekatan
berbasis aset (asset-based approach) adalah sebuah Pendekatan ini merupakan cara praktis
menemukenali hal-hal yang positif dalam kehidupan. Dengan menggunakan kekuatan sebagai
tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang berjalan dengan baik,
yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif. Pendekatan ABCD
(Asset-Based Community Development) atau Pendekatan PKBA menekankan dan mendorong
komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari
aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Pendekatan PKBA menekankan pada nilai,
prinsip dan cara berpikir mengenai dunia. Pendekatan ini memberikan nilai lebih pada kapasitas,
kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas. Dengan demikian
pendekatan ini melihat komunitas sebagai pencipta dari kesehatan dan kesejahteraan, bukan
sebagai sekedar penerima bantuan. menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk
dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang
ada di dalam diri mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih
berkelanjutan. Pada modul ini, saya juga memahami tentang 8 Karakteristik komunitas yang sehat
dan resilien sangat perlu di terapakan dalam ekosistem sekolah karena dapat meningkatkan
kualitas pendidikan dan dapat lebih mudah mengatasi tantangan dan perubahan yang terjadi di
lingkungan sekitarnya. Selain itu, saya semakin memahami bahwa Aset –aset dalam sebuah
komunitas dengan Tujuh modal utama ini merupakan salah satu alat yang dapat membantu
menemukenali sumber daya yang menjadi aset sekolah di antaranya adalah : manusia, sosial,
politik, agama dan budaya, fisik, lingkungan/alam, dan finansial. Selain itu untuk meningkatkan
pemahaman saya dan rekan-rekan dalam modul 3.2 ini terkait pemanfaatan sumber daya, kami
dihadapkan pada beberapa studi kasus yang membtuhukan penelaahn dan konsep yang jelas dan
tepat dalam pemanfaatnnya sebagai upaya peningkatan pembelajaran di sekolah secara efektif
dan efisien.
Pada pembelajaran eksplorasi konsep ini, kami juga melakukan forum diskusi ekspolrasi
konsep sebagai forum diskusi asinkronus dengan beberapa pertanyaan pemantik antara lain:
1. Apakah kita bisa menggunakan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset untuk
mengelola sumber daya sekolah kita? Bisakah kita mengganti kata komunitas menjadi
sekolah, Pendekatan Pengembangan Sekolah Berbasis Aset? Mengapa?

Kita sangat bisa menggunakan penedekatan pengembangan komunitas berbasis aset untuk
mengelola sumber daya sekolah. Kita sangat bisa mengganti kata komunitas menjadi sekolah
karena sekolah juga merupakan komunitas, karena lingkungan sekolah sebetulnya adalah miniatur
sebuah tatanan masyarakat di suatu daerah. Dengena pebdekatan pengembangan sekolah
berbasis aset maka kita lebih menggunakan kekuatan kita sebagai aset untuk mengatasi solusi
yang dihadapi, bukan membicarakan kelemahan, kekurangan yang membuat kita pesimis dan
kurang kreatif.

2. Apa contoh pengelolaan sumber daya sekolah kita dengan pendekatan PKBA?

Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset menekankan kepada kemandirian dari suatu
komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan
dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan
lebih berkelanjutan. Misal pada sekolah, kita harus dapat mendata kekuatan yang dimiliki oleh
sekolah kita, dari sumber daya manusia yaitu Guru dan TU. Kalau kita ingin membangun sekolah
dengan maju maka kita harus mendata potensi- potensi yang dimiliki oleh semua Guru, semua
murid, dan tentunya kita bisa memanfaatkan kelebihan atau muatan lokal untuk mendukung
kemajuan sekolah. Dan aset yang lainnya yang paling berharga adalah keharmonisan dalam
hubungan antara kepala sekola dengan Guru dengan TU dengan murid, sehingga dapt kompak
bersatu membangun sekolah.

3. Bagaimanakah selama ini kita mengelola sumber daya? Apakah sudah menggunakan pendekatan
PKBA?

selama ini yang saya lihat, di sekolah saya masih sering membicarakan kekurangan, kelemahan,
berfokus pada penyelesaian masalah jadi lupa kalau sebenarnya kita mempunyai kekuatan yang
merupakan aset untuk kita bisa bangun. Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis
Aset berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas. Selama ini
komunitas sibuk pada strategi mencari pemecahan pada masalah yang sedang dihadapi. Dalam
menghadapi masalah pun di sekolah lebih mengacu terhadap masalah utama tidak membayangkan
bagaiman masa depan nantinya. Ketika mengahadapi suatu problematika pertanyaan yang muncul
biasanya "ada masalah apa? Pertanyaan yang mengarah terhadap pencarian kekurangan dan
kesalahan. Pertanyaan selanjutnya yang muncul adalah "terus bagaimana cara
menyelesaikannya?". Pertanyaan yang menciptakan kondisi pasif dan hanya menerima tanpa
berusaha terlebih dahulu mengerahkan segala kekuatan untuk menyelesaikannya dan
memaksimalkan segala potensi yang dimiliki, yang menjadikan lingkungan aktif responsive.
Sehingga harus ada usaha mengubah paradigma yang berkembang di lingkungan tatkala
menghadapi problematika dengan mengubah pertanyaan awal. Pertanyaan yang dapat
membangkitkan kekuatan, melejitkan potensi dan memunculkan kreativitas seperti "apa yang
telah berhasil dilakukan?" dan "bagaimana mengupayakan lebih banyak hasil lagi?". Bahkan kita
pun sering disibukkan dengan mencari bala bantuan dan pendukung ketika kita dihadapkan
dengan suatu kondisi yang tidak enak atau terpojok. Sangat jarang berusaha untuk mencoba
menggali potensi dan kekuatan sendiri yang dimiliki untuk menghadapi kondisi yang tidak nyaman.
Berusaha mandiri untuk memaksimalkan kekuatan yang dimiliki untuk merubah keterpojokan dan
ketidaknyaman menjadi situasi yang aman, damai, nyaman dan kondusif. Jadi selama ini yang kita
lakukan belum mengarah terhadap melakukan sebuah upaya dengan menggunakan Pendekatan
Pengembangan Komunitas Berbasis Aset.

4. Jika belum, bagaimana caranya kita mengelola dengan pendekatan pengembangan sekolah
berbasis aset?

Sebagai pembelajar sepanjang hayat dan pemimpin pembelajaran seyogyanya pendidik harus
belajar dan berupaya untuk menggunakan pendekatan sekolah berbasis asset. Begitu pun seluruh
elemen yang terdapat di sekolah harus melakukan Pendekatan Pengembangan Sekolah Berbasis
Aset untuk mengelola sumber daya yang dimiliki dengan cara :

1. Fokus pada aset dan kekuatan


2. Membayangkan masa depan
3. Berpikir tentang kesuksesan yang telah diraih dan kekuatan untuk mencapai kesuksesan
tersebut.
4. Mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya (aset dan kekuatan
5. Merancang sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan
6. Melaksanakan rencana aksi yang sudah diprogramkan
7. Keenam cara tersebut merupakan pendekatan yang dilakukan Sekolah dengan Berbasis Aset
untuk mengelola sumber daya yang tersedia di sekolah.

Keenam cara tersebut merupakan pendekatan yang dilakukan Sekolah dengan Berbasis Aset untuk
mengelola sumber daya yang tersedia di sekolah.

Tahapan selanjutnya pada pembelajaran di modul 3.2 ini adalah alur Ruang Kolaborasi dimana
pada ruang kolaborasi ini, saya dan teman-teman CGP Angkatan 9 dibagi dalam beberapa kelompok
kerja melalui link yang disiapkan oleh Bapak Fasilitator pada link https://meet.google.com/btm-
ttss-ejd dan saat itu saya satu kelompok kerja dengan Bapak Suyatin, S.Pd., Ibu Sri Handayani,
S.Pd., dan Ibu Muji safitri, S.Pd. dimana pada Ruang Kolaborasi ini, kami mempraktekkan dan
menganalisi aset-aset yang dimiliki oleh sekolah sebagai sumber daya yang akan dikelola dengan
tujuan akhir membuat sebuah lingkungan pembelajaran yang berfihak pada murid dan ini kami
lakukan sebagai upaya kolaborasi dan refleksi serta berperan sebagai pemimpin bagi rekan sejawat
dalam menemukan solusi terhadp permasalahan yang dihadapi dimana dalam ruang kolaborasi ini
saya semakin memahami bahwa dalam setiap aset ada sumber daya yang dapat dimaksimalkan
potensinya secara maksimal baik aset tersebut bersifat intrinsik maupun ekstrinsik. Latihan
praktik pada ruang kolaborasi ini kemudian menjadi tugas yang saya upload pada link
https://lms28-gp.simpkb.id/mod/assign/view.php?id=356269 di LMS pembelajaran Diklat Guru
Penggerak Angkatan 9 Kabupaten Aceh Tengah pada tanggal 23 Februari 2024. Alur pembelajaran
selanjutnya pada modul 3.2 ini adalah kegiatan Demonstrasi Kontekstual sebagai implementasi
pemahaman kami pada tugas-tugas sebelumnya yang saya unggah pada link https://lms28-
gp.simpkb.id/mod/assign/view.php?id=356270 .
Mengkoneksikan antar materi pembelajaran pada modul 3.2 terkait Pemimpin dalam
pegelolaan sumber daya yang saya unggah pada link https://lms28-
gp.simpkb.id/mod/assign/view.php?id=356273 pada LMS Diklat Guru Penggerak Angkatan 9.
Tepat dua minggu perjalanan di modul 3.2 ini, tepatnya pada tanggal 29 Februari 2024, kami
mengikuti video conference pembelajaran bersama Ibu Refnita selaku instruktur dalam kegiatan
bertajuk Elaborasi Pemahaman yang merupakan kegiatan lanjutan yang harus kami lakukan sebelum
mempraktekkan kegiatan dan upaya yang kami lakukan dalam pemanfaatan sumber daya. Dalam
kegitan Elaborasi Pemahaman, Ibu Refnita menjelaskan kepada kami bahwa pemanfaatan sumber
daya dan aset yang dilakukan oleh seorang pemimpin sangat penting untuk seorang guru dengan
berbagai alasan yang dapat meningkatkan kualitas pengajaran dan perkembangan profesional.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa pemanfaatn sumber daya dan aset tersebutsangat
penting:
1. Memastikan Keberlanjutan : Pemanfaatan sumber daya dan aset membantu pemimpin
pembelajaran dalam memastikan bahwa sumber daya dan aset yang tersedia dipergunakan
secara efisien dan efektif. Hal ini juga membantu dalam memastikan bahwa sumber daya
dan aset tersebut dapat digunakan untuk jangka panjang.
2. Meningkatkan Keterlibatan : Pemanfaatan sumber daya dan aset yang baik membantu dalam
meningkatkan keterlibatan para peserta didik dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat
mencakup menggunakan teknologi yang relevan dan menarik, memanfaatkan fasilitas yang
memadai, atau menggunakan metode pembelajaran yang inovatif.
3. Mendukung Diversifikasi : Dengan memanfaatkan berbagai sumber daya dan aset yang
tersedia, pemimpin pembelajaran dapat mendukung diversifikasi dalam pembelajaran. Ini
dapat mencakup memanfaatkan berbagai sumber daya yang tersedia di luar kelas, seperti
kunjungan lapangan, pembicara tamu, atau sumber daya online.
4. Mengaktifkan Pembelajaran Kolaboratif : Pemanfaatan sumber daya dan aset yang baik
membantu dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang kolaboratif. Ini dapat
mencakup memanfaatkan sumber daya yang tersedia di luar kelas untuk mendukung
pembelajaran berbasis proyek atau memanfaatkan teknologi untuk mendukung kolaborasi
secara online.
5. Mendorong Inovasi : Pemanfaatn sumber daya dan aset yang baik dapat membantu dalam
mendorong inovasi dalam pembelajaran. Ini dapat mencakup memanfaatkan teknologi yang
baru atau memanfaatkan sumber daya dan aset yang tidak konvensional untuk mendukung
pembelajaran yang kreatif.
6. Mengoptimalkan Hasil : Pemanfaatan sumber daya dan aset yang baik membantu dalam
mengoptimalkan hasil pembelajaran. Hal ini dapat mencakup memastikan bahwa sumber daya
dan aset yang tersedia digunakan secara efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
ditetapkan.

Oleh karena itu, pemanfaatan sumber daya dan aset sangat penting bagi pemimpin
pembelajaran karena hal tersebut membantu dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang
efektif dan produktif.
. Demikianlah kesimpulan yang saya ambil terkait kegiatan elaborasi pemahaman yang
disampaikan oleh Ibu Refnita tersebut yang berlangsung kurang lebih selama 2 jam. Aksi nyata
pemimpin dalam pengelolaan sumber daya merupakan tahapan akhir yang saya lakukan dalam modul
3.2 ini yang juga sebagai refleksi dari praktik dan upaya yang saya lakukan dalam pemanfaatn
sumber daya yang saya ambil dengan efektif dan efisien, dan menciptakan lingkungan belajar yang
berpusat pada murid dari penerapan penggunaan sumber daya tersebut.

2. Feeling (Perasaan)

Perasaan sebelum mempelajari modul 3.2 ini saya berpikir kekurangan dan masalah yang
ada di sekolah dan saya berpikir bahwa aset yang ada di sekolah hanya berupa sarana dan
prasarana yang di sekolah. Setelah mempelajari modul 3.2 pemimpin dalam pengelolaan sumber
daya akhirnya saya mampu merubah cara berpikir saya bahwa kita harus berpikir berbasis
aset/kekuatan. Dengan cara pandang berbasis aset ini membuat saya mengoptimalkan
aset/modal dan kekuatan yang ada untuk melaksanakan program sekolah. Berpikir berbasis
aset/kekuatan sangat penting dimiliki oleh seorang pemimpin karena pemimpin harus dapat
memaksimalkan potensi yang ada dalam ekosistem sekolahnya. Dengan memaksimalkan potensi
yang ada dapat menggerakan ekosistem sekolah untuk dapat berpikir positif dalam
mengembangkan sekolah.

Perasaan saya setelah mempelajari modul sangat senang, bersemangat, dan optimis bahwa
kita begitu banyak memiliki aset/modal potensi yang belum tergali dan belum dimanfaatkan
dengan optimal. Saya juga senang karena dapat berbagi praktik baik bagaimana kita memetakan
aset/modal yang ada di sekolah. Dengan memetakan aset/modal yang ada kita dapat
memanfaatkannya untuk merencanakan program yang berdampak bagi murid. Hasil pemetaan
aset dan pemanfaatannya membuat kami optimis untuk memanfaatkan aset/modal yang dimiliki
untuk mengembangkan sekolah yang berdampak bagi murid. Saya juga senang dapat mengajak
rekan-rekan sejawat untuk berpikir berbasis kekuatan. Berpikir berbasis kekuatan ini membuat
kita menyadari potensi yang dimiliki dan dimanfaatkan dalam program-program sekolah.

3. Findings (Pembelajaran)
Pembelajaran yang saya peroleh dalam modul ini yaitu kami diajak untuk mengingat dan
menulis tentang sekolah adalah sebuah ekosistem yang terdiri dari faktor biotik dan abiotik
yang saling berinteraksi untuk menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Faktor biotik
seperti murid, kepala sekolah, guru, staf sekolah, pengawas sekolah, orang tua, masyarakat
sekitar sekolah, dinas terkait, dan pemerintah daerah saling memengaruhi dan membutuhkan
keterlibatan aktif satu sama lainnya. Sedangkan faktor abiotik seperti keuangan, sarana dan
prasarana, dan lingkungan alam juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses
pembelajaran di sekolah. Dengan memahami ekosistem sekolah, diharapkan dapat meningkatkan
koordinasi dan kolaborasi antara semua faktor yang terlibat dalam proses pendidikan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam pengelolaan sumber daya dapat dilakukan dengan 2
pendekatan, yaitu

 Pendekatan berbasis kekurangan (deficit-based approach) akan memusatkan perhatian pada


masalah dan kekurangan yang ada di sekolah.

 Pendekatan berbasis aset (asset-based approach) akan memusatkan perhatian pada


kekuatan dan potensi yang ada di sekolah.
Pendekatan berbasis aset memiliki manfaat yang lebih positif dalam mengembangkan diri
dan mencari peluang, daripada pendekatan berbasis kekurangan yang cenderung menimbulkan
pikiran negatif. Oleh karena itu, sebaiknya kita mengadopsi pendekatan berbasis aset untuk
melihat sumber daya sekolah agar dapat memanfaatkan kekuatan dan potensi yang ada untuk
mencapai kesuksesan.

Selain itu pengelolaan sumber daya yang ada di sekolahnya juga dapat menggunakan Asset-
Based Community Development (ABCD) kita sebut dengan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset
(PKBA) yang dikembangkan oleh John McKnight dan Jody Kretzmann. Pendekatan PKBA atau
Asset-Based Community Development (ABCD) merupakan suatu kerangka kerja yang membangun
kemandirian dari suatu komunitas dengan memfokuskan pada potensi aset/sumber daya yang
dimilikinya.

Pendekatan ini berbeda dengan pendekatan tradisional yang menekankan pada masalah,
kebutuhan, dan kekurangan pada suatu komunitas. PKBA menekankan pada kapasitas, kemampuan,
pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas. Dengan demikian, pendekatan
PKBA mendorong terciptanya kehidupan komunitas yang lebih berkelanjutan dan berdaya guna. Di
dalam sebuah sekolah, pendekatan PKBA dapat diterapkan dengan memanfaatkan potensi dan
sumber daya yang dimiliki oleh seluruh warga sekolah agar kegiatan pendidikan dapat
diselenggarakan secara efisien dan efektif. Sekolah bisa kita pandang sebagai sebuah komunitas.
Karena itu, sekolah dapat belajar tentang bagaimana menjadi komunitas yang sehat dan tangguh.
Bank of I.D.E.A.S (2014) menyebut bahwa karakteristik komunitas yang sehat dan resilien adalah
sebagai berikut:

 Mempraktikkan dialog berkelanjutan dan partisipasi anggota masyarakat

 Menumbuhkan komitmen terhadap tempat

 Membangun koneksi dan kolaborasi

 Mengenal dirinya sendiri dan membangun aset yang ada

 Membentuk masa depannya

 Bertindak dengan obsesi ide dan peluang

 Merangkul perubahan dan bertanggung jawab

 Menghasilkan kepemimpinan

Komunitas sekolah dapat memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya seperti halnya
komunitas pada umumnya dengan menggunakan pendekatan pengembangan komunitas berbasis aset.
Pemanfaatan sumber daya tersebut dapat dilakukan dengan memetakan tujuh aset utama atau
modal utama yang meliputi modal manusia, modal sosial, modal politik, modal agama & budaya, modal
fisik, modal lingkungan/alam dan modal finansial. Dalam pemanfaatannya, ketujuh aset tersebut
dapat saling beririsan satu sama lain.
1. Modal manusia: dapat diidentifikasi melalui pemetaan individu berdasarkan pengetahuan,
kecerdasan, dan keterampilan yang dimiliki.

2. Modal sosial: terdiri dari norma, aturan, kepercayaan, dan jaringan antar unsur di dalam
komunitas/masyarakat.

3. Modal politik: mencakup kemampuan kelompok untuk memengaruhi distribusi sumber daya di
dalam unit sosial dan merupakan instrumen melalui sumber daya manusia yang dapat
memengaruhi kebijakan.

4. Modal agama dan budaya: Agama berperan dalam mengintegrasikan perilaku individu dalam
sebuah komunitas, sedangkan kebudayaan merujuk pada hasil karya manusia yang lahir dari
serangkaian ide, gagasan, norma, perilaku, serta benda.

5. Modal fisik: terdiri dari bangunan dan infrastruktur.

6. modal lingkungan/alam: mencakup potensi alam yang belum diolah dan memiliki nilai ekonomi
tinggi.

7. modal finansial adalah dukungan keuangan yang dimiliki oleh sebuah komunitas dan dapat
digunakan untuk membiayai pembangunan dan kegiatan.

Pemanfaatan ketujuh modal utama tersebut dapat dilakukan untuk melahirkan kebijakan-
kebijakan yang berorientasi pada peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Kesimpulan dari
pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya adalah Sebagai seorang pemimpin harus
memiliki kemampuan untuk mengenali, menggali, menganalisis, dan memetakan potensi sumber daya
di sekolah kita dengan menggunakan pendekatan berbasis aset (asset-based thinking). Dalam
menerapkan pendekatan ini, kita harus memanfaatkan dan memberdayakan aset tersebut secara
optimal untuk mewujudkan perubahan dalam pembelajaran yang berpihak pada murid, sejalan
dengan filosofi Ki Hajar Dewantara bahwa pembelajaran harus berpihak pada murid. Untuk
mewujudkan hal tersebut, sebagai pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya, kita
juga harus dapat menggali kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh suatu komunitas dalam ekosistem,
baik itu dari komponen abiotik maupun biotik. Kita harus memandang setiap hal sebagai aset yang
menjadi modal utama dalam mengembangkannya. Ada 7 modal utama atau aset yang harus dikelola,
yaitu modal manusia, modal sosial, modal politik, modal agama dan budaya, modal fisik, modal
alam/lingkungan, dan modal finansial. Hal ini sangat penting dalam mewujudkan perubahan dalam
pembelajaran yang berpihak pada murid. Oleh karena itu, sebagai pemimpin pembelajaran dalam
pengelolaan sumber daya, kita harus dapat mengimplementasikan pendekatan berbasis aset ini di
kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar kita

4. Future (Penerapan)

Kedepannya dalam penerapan di kelas dan di sekolah bahwa sebagai pemimpin saya harus
mengelola 7 aset utama sebagai kekuatan dalam meningkatan mutu pendidikan sekolah dengan
menggunakan pendekatan berbasis kekuatan/aset dan pendekatan berbasis kekurangan. Saya
memandang guru sebagai aset manusia yang utama dalam melaksanakan pembelajaran harus
berinovasi dan memperkaya diri dalam mengelola sumber daya di kelas dan di sekolah agar tercipta
pendidikan yang berpihak pada murid.
Menuntun segala kodrat yang ada pada anak, memberdayakan nilai dan peran guru, membuat
visi perubahan, menciptakan budaya positif, menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dan sosial
emosional agar pengambilan keputusan tepat, melakukan coach dan supervisi akademik, pengambilan
keputusan yang berbasis nilai kebajikan dapat dilakukan jika pengelolaan sumber daya dapat
dijalankan dengan sungguh-sungguh.

Salam dan Bahagia, Salam Guru Hebat, Salam Guru Penggerak

AssalamualaikumWarahmatullahi Wabarakatuh.

Anda mungkin juga menyukai