Anda di halaman 1dari 10

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN –

MODUL 3.2 PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

NENY KUSUMAWATI
CALON GURU PENGGERAK ANGKATAN 8
KOTA JAKARTA SELATAN PROVINSI DKI JAKARTA

Assalammualaikum Wr. Wb.


Saya Neny Kusumawati, Calon Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Jakarta Selatan.
Pada kesempatan ini saya akan menulis mengenai Jurnal Refleksi Dwi Mingguan pada
modul 3.2 tentang Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya. Jurnal ini sebagai refleksi
diri setelah selama dua minggu mengikuti kegiatan Pendidikan Calon Guru Penggerak
(CGP) yang kedepannya akan ditulis secara rutin selama dua mingguan sebagai tugas yang
harus dikerjakan oleh calon guru penggerak.
Dalam menulis jurnal refleksi ini saya menggunakan model 1 yaitu model 4F (Fact,
Feeling, Findings, dan Future) yang diprakarsai oleh Dr. Roger Greenaway. 4F dapat
diterjemahkan menjadi 4P yakni : Peristiwa; Perasaan; Pembelajaran; dan Penerapan.

1. Fact (Peristiwa)
Setelah mempelajari modul 3.1, saya melanjutkan ke materi modul 3.2 Pemimpin dalam
Pengelolaan Sumber Daya. Saya mulai mempelajari modul 3.2 tentang Pemimpin dalam
Pengelolaan Sumber Daya secara daring di LMS dengan alur M-E-R-D-E-K-A yaitu: Mulai
dari diri, Eksplorasi konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi
pemahaman, Koneksi ntarmateri dan Aksi nyata. Pada hari Senin, 26 September 2033, saya
membuka alur pertama “Mulai dari Diri”. Di sini saya diminta untuk menjawab tujuh
pertanyaan yang bertujuan untuk mengaktifkan ulang pengetahuan awal tentang ekosistem
sekolah dan peran pemimpin dalam pengelolaan sumber daya sekolah.
Kemudian pada hari Selasa, 27 September 2023, saya melanjutkan alur kedua yaitu
Eksplorasi konsep. Pada alur Eksplorasi konsep, saya sebagai calon guru penggerak
belajar secara mandiri melalui materi-materi yang disajikan dalam forum LMS, saya juga
diminta untuk mendalami materi Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya. Di sini kami
mempelajari sekolah sebagai ekosistem, Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah
(Deficit-Based Approach) dan Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based
Approach), pendekatan ABCD (Asset Based Community Development), karakteristik
komunitas yang sehat, pengalaman rapat dan mendiskusikan murid. Di sini juga kami
mempelajari kasus 1 dan kasus 2 tentang kegiatan rapat guru membahas kegiatan
perpisahan kelulusan murid. Kami diajak untuk melakukan analisis mengenai suasana rapat
tersebut.
Setelah kami lanjut 3.2.a.4.1. Eksplorasi Konsep – Pertanyaan Pemantik. Di sini kami
membaca penjelasan tentang pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset, di sini
kami diminta melihat ulang jawaban dari pertanyaan pemantik sebelumnya. Selanjutnya
kami menjawab pertanyaan yang disajikan Eksplorasi Konsep (Forum Diskusi Asinkron).
Kegiatan selanjutnya yaitu 3.2.a.4.2. Eksplorasi Konsep – Forum Diskusi. Di sini kami
diminta untuk mengerjakan 2 studi kasus dan menghubungkan dengan materi pendekatan
berbasis masalah dan pendekatan berbasis aset, serta pengembangan komunitas berbasis
aset.
Kegiatan selanjutnya yaitu alur ketiga Ruang kolaborasi dibagi menjadi dua sesi. Sesi
satu yaitu pada hari Rabu, 27 September 2023 adalah diskusi dengan anggota kelompok
yang dipandu oleh fasilitator dan yang kedua pada hari Jumat, 29 September 2023 adalah
bagian presentasi hasil diskusi kelompok. Semua itu dilakukan melalui room google meet.
Disini kami melakukan diskusi untuk membahas kekuatan/aset sumber daya yang dimiliki
di sekolah masing-masing dan daerah kami. Dilanjutkan ruang kolaborasi sesi 2 yaitu
presentasi hasil kelompok.
Kegiatan selanjutnya di alur empat Demonstrasi kontekstual, kami ditugaskan untuk
menganalisis video di LMS tentang visi dan prakarsa perubahan, mengidentifikasi kegiatan-
kegiatan yang berhubungan dengan masing-masing tahapan BAGJA, mengidentifikasi
peran pemimpin pembelajaran, dan menganalisis modal utama yang dapat dimanfaatkan.
Kegiatan selanjutnya di alur kelima Elaborasi pemahaman, saya ditugaskan untuk
memberikan pertanyaan yang dapat menguatkan pemahaman saya tentang isi modul 3.2.
Selanjutnya pada hari Rabu, 4 Oktober 2023, saat kegiatan diskusi virtual lewat google meet
bersama instruktur Ibu Rusiati Yo, S.Psi, M.Pd, di sini memberikan penguatan tentang
modul 3.2 ini.
Kegiatan selanjutnya yaitu alur yang keenam adalah Koneksi antar materi, mengaitkan
materi Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya dengan materi yang telah didapatkan
pada modul sebelumnya. Kemudian alur terakhir dari alur merdeka adalah Aksi nyata. Pada
aksi nyata ini kami sebagai calon guru penggerak diminta untuk melakukan aksi nyata
dengan mengidentifikasikan sumber daya sebagai aset/kekuatan yang dimiliki sekolah.
Identifikasi sumber daya sekolah dilakukan secara kolaboratif agar semua warga sekolah
dapat bersama-sama mengetahui dan memanfaatkannya untuk peningkatan kualitas
pendidikan.

2. Feeling (Perasaan)
Perasaan sebelum mempelajari modul 3.2 ini, awalnya saya berpikir bahwa aset yang
ada di sekolah hanya berupa sarana dan prasarana yang di sekolah. Setelah mempelajari
modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya, akhirnya saya mampu mengubah
cara berpikir saya bahwa kita harus berpikir berbasis aset/kekuatan. Dengan cara pandang
berbasis aset ini membuat saya mengoptimalkan aset/modal dan kekuatan yang ada untuk
melaksanakan program sekolah. Berpikir berbasis aset/kekuatan sangat penting dimiliki
oleh seorang pemimpin karena pemimpin harus dapat memaksimalkan potensi yang ada
dalam ekosistem sekolahnya. Dengan memaksimalkan potensi yang ada dapat
menggerakan ekosistem sekolah untuk dapat berpikir positif dalam mengembangkan
sekolah.
Perasaan saya setelah mempelajari modul sangat senang, bersemangat, dan optimis
bahwa kita begitu banyak memiliki aset/modal potensi yang belum tergali dan belum
dimanfaatkan dengan optimal. Saya juga senang karena dapat berbagi praktik baik
bagaimana kita memetakan aset/modal yang ada di sekolah. Dengan memetakan
aset/modal yang ada kita dapat memanfaatkannya untuk merencanakan program yang
berdampak bagi murid. Hasil pemetaan aset dan pemanfaatannya membuat kami optimis
untuk memanfaatkan aset/modal yang dimiliki untuk mengembangkan sekolah yang
berdampak bagi murid. Saya juga senang dapat mengajak rekan-rekan sejawat untuk
berpikir berbasis kekuatan. Berpikir berbasis kekuatan ini membuat kita menyadari potensi
yang dimiliki dan dimanfaatkan dalam program-program sekolah.

3. Findings (Pembelajaran)
Pembelajaran yang saya peroleh dalam modul ini yaitu kami diajak untuk mengingat dan
menulis tentang sekolah adalah sebuah ekosistem yang terdiri dari faktor biotik dan abiotik
yang saling berinteraksi untuk menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Faktor
biotik seperti murid, kepala sekolah, guru, staf sekolah, pengawas sekolah, orang tua,
masyarakat sekitar sekolah, dinas terkait, dan pemerintah daerah saling memengaruhi dan
membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Sedangkan faktor abiotik seperti
keuangan, sarana dan prasarana, dan lingkungan alam juga berperan aktif dalam
menunjang keberhasilan proses pembelajaran di sekolah. Dengan memahami ekosistem
sekolah, diharapkan dapat meningkatkan koordinasi dan kolaborasi antara semua faktor
yang terlibat dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam
pengelolaan sumber daya dapat dilakukan dengan 2 pendekatan, yaitu :
1. Pendekatan berbasis kekurangan (deficit-based approach) akan memusatkan perhatian
pada masalah dan kekurangan yang ada di sekolah.
2. Pendekatan berbasis aset (asset-based approach) akan memusatkan perhatian pada
kekuatan dan potensi yang ada di sekolah.

Pendekatan berbasis aset memiliki manfaat yang lebih positif dalam mengembangkan
diri dan mencari peluang, daripada pendekatan berbasis kekurangan yang cenderung
menimbulkan pikiran negatif. Oleh karena itu, sebaiknya kita mengadopsi pendekatan
berbasis aset untuk melihat sumber daya sekolah agar dapat memanfaatkan kekuatan dan
potensi yang ada untuk mencapai kesuksesan.
Selain itu pengelolaan sumber daya yang ada di sekolahnya juga dapat menggunakan
Asset-Based Community Development (ABCD) kita sebut dengan Pengembangan
Komunitas Berbasis Aset (PKBA) yang dikembangkan oleh John McKnight dan Jody
Kretzmann. Pendekatan PKBA atau Asset-Based Community Development (ABCD)
merupakan suatu kerangka kerja yang membangun kemandirian dari suatu komunitas
dengan memfokuskan pada potensi aset/sumber daya yang dimilikinya.
Pendekatan ini berbeda dengan pendekatan tradisional yang menekankan pada
masalah, kebutuhan, dan kekurangan pada suatu komunitas. PKBA menekankan pada
kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas.
Dengan demikian, pendekatan PKBA mendorong terciptanya kehidupan komunitas yang
lebih berkelanjutan dan berdaya guna. Di dalam sebuah sekolah, pendekatan PKBA dapat
diterapkan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang dimiliki oleh seluruh
warga sekolah agar kegiatan pendidikan dapat diselenggarakan secara efisien dan efektif.
Sekolah bisa kita pandang sebagai sebuah komunitas. Karena itu, sekolah dapat belajar
tentang bagaimana menjadi komunitas yang sehat dan tangguh. Bank of I.D.E.A.S (2014)
menyebut bahwa karakteristik komunitas yang sehat dan resilien adalah sebagai berikut:
1. Mempraktikkan dialog berkelanjutan dan partisipasi anggota masyarakat
2. Menumbuhkan komitmen terhadap tempat
3. Membangun koneksi dan kolaborasi
4. Mengenal dirinya sendiri dan membangun aset yang ada
5. Membentuk masa depannya
6. Bertindak dengan obsesi ide dan peluang
7. Merangkul perubahan dan bertanggung jawab
8. Menghasilkan kepemimpinan

Komunitas sekolah dapat memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya seperti halnya
komunitas pada umumnya dengan menggunakan pendekatan pengembangan komunitas
berbasis aset. Pemanfaatan sumber daya tersebut dapat dilakukan dengan memetakan
tujuh aset utama atau modal utama yang meliputi modal manusia, modal sosial, modal
politik, modal agama & budaya, modal fisik, modal lingkungan/alam dan modal finansial.
Dalam pemanfaatannya, ketujuh aset tersebut dapat saling beririsan satu sama lain.
1. Modal manusia: dapat diidentifikasi melalui pemetaan individu berdasarkan
pengetahuan, kecerdasan, dan keterampilan yang dimiliki.
2. Modal sosial: terdiri dari norma, aturan, kepercayaan, dan jaringan antar unsur di dalam
komunitas/masyarakat.
3. Modal politik: mencakup kemampuan kelompok untuk memengaruhi distribusi sumber
daya di dalam unit sosial dan merupakan instrumen melalui sumber daya manusia yang
dapat memengaruhi kebijakan.
4. Modal agama dan budaya: Agama berperan dalam mengintegrasikan perilaku individu
dalam sebuah komunitas, sedangkan kebudayaan merujuk pada hasil karya manusia
yang lahir dari serangkaian ide, gagasan, norma, perilaku, serta benda.
5. Modal fisik: terdiri dari bangunan dan infrastruktur.
6. Modal lingkungan/alam: mencakup potensi alam yang belum diolah dan memiliki nilai
ekonomi tinggi.
7. Modal finansial : adalah dukungan keuangan yang dimiliki oleh sebuah komunitas dan
dapat digunakan untuk membiayai pembangunan dan kegiatan.

Pemanfaatan ketujuh modal utama tersebut dapat dilakukan untuk melahirkan


kebijakan-kebijakan yang berorientasi pada peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah.
Kesimpulan dari pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya adalah sebagai
seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk mengenali, menggali, menganalisis,
dan memetakan potensi sumber daya di sekolah kita dengan menggunakan pendekatan
berbasis aset (asset-based thinking). Dalam menerapkan pendekatan ini, kita harus
memanfaatkan dan memberdayakan aset tersebut secara optimal untuk mewujudkan
perubahan dalam pembelajaran yang berpihak pada murid, sejalan dengan filosofi Ki Hajar
Dewantara bahwa pembelajaran harus berpihak pada murid. Untuk mewujudkan hal
tersebut, sebagai pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya, kita juga harus
dapat menggali kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh suatu komunitas dalam ekosistem,
baik itu dari komponen abiotik maupun biotik. Kita harus memandang setiap hal sebagai
aset yang menjadi modal utama dalam mengembangkannya. Ada 7 modal utama atau aset
yang harus dikelola, yaitu modal manusia, modal sosial, modal politik, modal agama
dan budaya, modal fisik, modal alam/lingkungan, dan modal finansial. Hal ini sangat
penting dalam mewujudkan perubahan dalam pembelajaran yang berpihak pada murid.
Oleh karena itu, sebagai pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya, kita
harus dapat mengimplementasikan pendekatan berbasis aset ini di kelas, sekolah, dan
masyarakat sekitar kita.

4. Future (Penerapan)
Kedepannya dalam penerapan di kelas dan di sekolah bahwa sebagai pemimpin saya
harus mengelola 7 aset utama sebagai kekuatan dalam meningkatan mutu pendidikan
sekolah dengan menggunakan pendekatan berbasis kekuatan/aset. Saya memandang guru
sebagai aset manusia yang utama dalam melaksanakan pembelajaran sebaiknya
berinovasi dan memperkaya diri dalam mengelola sumber daya di kelas dan di sekolah agar
tercipta pendidikan yang berpihak pada murid.
Menuntun segala kodrat yang ada pada anak, memberdayakan nilai dan peran guru,
membuat visi perubahan, menciptakan budaya positif, menerapkan pembelajaran
berdiferensiasi dan sosial emosional agar pengambilan keputusan tepat, melakukan coach
dan supervisi akademik, pengambilan keputusan yang berbasis nilai kebajikan dapat
dilakukan jika pengelolaan sumber daya dapat dijalankan dengan sungguh-sungguh.
Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai