Facts (Peristiwa)
Pada materi modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya. Pada hari Kamis, 15
Februari 2024 saya mulai mempelajari modul 3.2 tentang Pemimpin dalam Pengelolaan
Sumber Daya secara daring di LMS dengan alur M-E-R-D-E-K-A yaitu: mulai dari diri,
eksplorasi konsep, ruang kolaborasi, demonstrasi kontekstual, elaborasi pemahaman, koneksi
antarmateri dan aksi nyata. Diawali dengan mengerjakan alur pertama Modul 3.2 Pemimpin
dalam Pengelolaan Sumber daya yaitu "Mulai dari Diri". Di sini saya diminta untuk menjawab
tujuh pertanyaan pemantik yang bertujuan untuk mengaktifkan ulang pengetahuan awal saya
tentang ekosistem sekolah dan peran pemimpin dalam pengelolaan sumber daya sekolah.
Pada hari Jumat, 16 Februari 2024, saya lanjutkan alur kedua yaitu eksplorasi konsep. pada
alur eksplorasi konsep saya sebagai calon guru penggerak belajar secara mandiri melalui
materi-materi yang disajikan dalam forum LMS, saya juga diminta untuk mendalami materi
pemimpin dalam pengelolaan sumber daya. Disini kami mempelajari sekolah sebagai
ekosistem, Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Approach) dan
Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based Approach), pendekatan ABCD (Asset Based
Community Development), karakteristik komunitas yang sehat dan komunitas, pengalaman
rapat dan mendiskusikan murid. Disini juga kami mempelajari kasus 1 dan kasus 2 tentang
kegiatan rapat guru membahas kegiatan perpisahan kelulusan murid. Kami diajak untuk
melakukan analisa mengenai suasana rapat tersebut.
Setelah kami lanjut 3.2.a.4.1. Eksplorasi Konsep - Pertanyaan Pemantik. disini kami membaca
penjelasan tentang pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset, disini kami diminta
melihat ulang jawaban dari pertanyaan pemantik sebelumnya. Selanjutnya kami menjawab
pertanyaan yang disajikan Eksplorasi Konsep (Forum Diskusi Asinkronus).
Berikut ini hasil tugas saya dalam bentuk ms word dengan link drive
https://docs.google.com/document/d/1K74SVb-
N8akNUFHnRkPFk1wAnOVoIurE/edit?usp=sharing&ouid=112822179759693941622&rtpo
f=true&sd=true
Kegiatan selanjutnya yaitu 3.2.a.4.2. Eksplorasi Konsep - Forum Diskusi. disini kami diminta
untuk mengerjakan 2 studi kasus tentang hubungkan dengan materi pendekatan berbasis
masalah dan pendekatan berbasis aset, serta Pengembangan Komunitas Berbasis Aset.
Pada hari Senin, 19 Februari 2024, kegiatan selanjutnya yaitu alur ketiga ruang kolaborasi
dibagi menjadi dua sesi. sesi satu adalah diskusi dengan anggota kelompok yang dipandu oleh
fasilitator yaitu Ibu Siti Fety Fatimah dan yang kedua adalah bagian presentasi hasil diskusi
kelompok. Semua itu dilakukan melalui room google meet. Pada ruang kolaborasi ini, kami
dibagi menjadi 4 kelompok dan saya berada di kelompok 1 bersama Bapak Retno, dan Ibu
Fitri, disini kami melakukan diskusi untuk membahas kekuatan/aset sumber daya yang dimiliki
di sekolah masing-masing dan daerah kami.
Pada hari Selasa, 20 Februari 2024 lanjut ruang kolaborasi sesi 2 yaitu presentasi hasil
kelompok. Berikut ini hasil diskusi Ruang Kolaborasi kelompok kami pada link drive
https://drive.google.com/file/d/1YPf80fSHdTeeqrdh5VvPQ1Mkgv9hePc6/view?usp=sharing
Pada tanggal 21 Februari 2024 saya mengisi pertanyaan-pertanyaan pada tugas elaborasi pada
LMS, pada tanggal 19 sampai 22 Februari 2024 saya melakukan wawancara Aksi Nyata modul
3.2 tentang identifikasi aset SMA Negeri 1 Kota Lubuklinggau antara lain wawancara kepada
Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru-guru, Aparat Pemerintahan, Komite/Wali
Murid, dan Peserta Didik.
Feeling (perasaan)
Perasaan sebelum mempelajari modul 3.2 ini saya berpikir kekurangan dan masalah yang ada
di sekolah dan saya berpikir bahwa aset yang ada di sekolah hanya berupa sarana dan prasarana
yang di sekolah. Setelah mempelajari modul 3.2 pemimpin dalam pengelolaan sumber daya
akhirnya saya mampu merubah cara berpikir saya bahwa kita harus berpikir berbasis
aset/kekuatan. Dengan cara pandang berbasis aset ini membuat saya mengoptimalkan
aset/modal dan kekuatan yang ada untuk melaksanakan program sekolah. Berpikir berbasis
aset/kekuatan sangat penting dimiliki oleh seorang pemimpin karena pemimpin harus dapat
memaksimalkan potensi yang ada dalam ekosistem sekolahnya. Dengan memaksimalkan
potensi yang ada dapat menggerakan ekosistem sekolah untuk dapat berpikir positif dalam
mengembangkan sekolah.
Perasaan saya setelah mempelajari modul sangat senang, bersemangat, dan optimis bahwa kita
begitu banyak memiliki aset/modal potensi yang belum tergali dan belum dimanfaatkan dengan
optimal. Saya juga senang karena dapat berbagi praktik baik bagaimana kita memetakan
aset/modal yang ada di sekolah. Dengan memetakan aset/modal yang ada kita dapat
memanfaatkannya untuk merencanakan program yang berdampak bagi murid. Hasil pemetaan
aset dan pemanfaatannya membuat kami optimis untuk memanfaatkan aset/modal yang
dimiliki untuk mengembangkan sekolah yang berdampak bagi murid. Saya juga senang dapat
mengajak rekan-rekan sejawat untuk berpikir berbasis kekuatan. Berpikir berbasis kekuatan ini
membuat kita menyadari potensi yang dimiliki dan dimanfaatkan dalam program-program
sekolah.
Findings (pembelajaran)
Pembelajaran yang saya peroleh dalam modul ini yaitu kami diajak untuk mengingat dan
menulis tentang sekolah adalah sebuah ekosistem yang terdiri dari faktor biotik dan abiotik
yang saling berinteraksi untuk menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Faktor biotik
seperti murid, kepala sekolah, guru, staf sekolah, pengawas sekolah, orang tua, masyarakat
sekitar sekolah, dinas terkait, dan pemerintah daerah saling memengaruhi dan membutuhkan
keterlibatan aktif satu sama lainnya. Sedangkan faktor abiotik seperti keuangan, sarana dan
prasarana, dan lingkungan alam juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses
pembelajaran di sekolah. Dengan memahami ekosistem sekolah, diharapkan dapat
meningkatkan koordinasi dan kolaborasi antara semua faktor yang terlibat dalam proses
pendidikan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam pengelolaan sumber daya dapat
dilakukan dengan 2 pendekatan, yaitu
Pendekatan berbasis aset memiliki manfaat yang lebih positif dalam mengembangkan diri dan
mencari peluang, daripada pendekatan berbasis kekurangan yang cenderung menimbulkan
pemikiran negatif. Oleh karena itu, sebaiknya kita mengadopsi pendekatan berbasis aset untuk
melihat sumber daya sekolah agar dapat memanfaatkan kekuatan dan potensi yang ada untuk
mencapai kesuksesan.
Selain itu pengelolaan sumber daya yang ada di sekolahnya juga dapat menggunakan Asset-
Based Community Development (ABCD) kita sebut dengan Pengembangan Komunitas
Berbasis Aset (PKBA) yang dikembangkan oleh John McKnight dan Jody Kretzmann.
Pendekatan PKBA atau Asset-Based Community Development (ABCD) merupakan suatu
kerangka kerja yang membangun kemandirian dari suatu komunitas dengan memfokuskan
pada potensi aset/sumber daya yang dimilikinya.
Pendekatan ini berbeda dengan pendekatan tradisional yang menekankan pada masalah,
kebutuhan, dan kekurangan pada suatu komunitas. PKBA menekankan pada kapasitas,
kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas. Dengan
demikian, pendekatan PKBA mendorong terciptanya kehidupan komunitas yang lebih
berkelanjutan dan berdaya guna. Di dalam sebuah sekolah, pendekatan PKBA dapat diterapkan
dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang dimiliki oleh seluruh warga sekolah agar
kegiatan pendidikan dapat diselenggarakan secara efisien dan efektif. Sekolah bisa kita
pandang sebagai sebuah komunitas. Karena itu, sekolah dapat belajar tentang bagaimana
menjadi komunitas yang sehat dan tangguh. Bank of I.D.E.A.S (2014) menyebut bahwa
karakteristik komunitas yang sehat dan resilien adalah sebagai berikut:
Komunitas sekolah dapat memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya seperti halnya
komunitas pada umumnya dengan menggunakan pendekatan pengembangan komunitas
berbasis aset. Pemanfaatan sumber daya tersebut dapat dilakukan dengan memetakan tujuh aset
utama atau modal utama yang meliputi modal manusia, modal sosial, modal politik, modal
agama & budaya, modal fisik, modal lingkungan/alam dan modal finansial. Dalam
pemanfaatannya, ketujuh aset tersebut dapat saling beririsan satu sama lain.
Pemanfaatan ketujuh modal utama tersebut dapat dilakukan untuk melahirkan kebijakan-
kebijakan yang berorientasi pada peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah.
Kesimpulan dari pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya adalah Sebagai
seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk mengenali, menggali, menganalisis, dan
memetakan potensi sumber daya di sekolah kita dengan menggunakan pendekatan berbasis
aset (asset-based thinking). Dalam menerapkan pendekatan ini, kita harus memanfaatkan dan
memberdayakan aset tersebut secara optimal untuk mewujudkan perubahan dalam
pembelajaran yang berpihak pada murid, sejalan dengan filosofi Ki Hajar Dewantara bahwa
pembelajaran harus berpihak pada murid. Untuk mewujudkan hal tersebut, sebagai pemimpin
pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya, kita juga harus dapat menggali kekuatan-
kekuatan yang dimiliki oleh suatu komunitas dalam ekosistem, baik itu dari komponen abiotik
maupun biotik. Kita harus memandang setiap hal sebagai aset yang menjadi modal utama
dalam mengembangkannya. Ada 7 modal utama atau aset yang harus dikelola, yaitu modal
manusia, modal sosial, modal politik, modal agama dan budaya, modal fisik, modal
alam/lingkungan, dan modal finansial. Hal ini sangat penting dalam mewujudkan perubahan
dalam pembelajaran yang berpihak pada murid. Oleh karena itu, sebagai pemimpin
pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya, kita harus dapat mengimplementasikan
pendekatan berbasis aset ini di kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar kita
Future (penerapan)
Kedepannya dalam penerapan di kelas dan di sekolah bahwa sebagai pemimpin saya harus
mengelola 7 aset utama sebagai kekuatan dalam meningkatan mutu pendidikan sekolah dengan
menggunakan pendekatan berbasis kekuatan/aset dan pendekatan berbasis kekurangan. Saya
memandang guru sebagai aset manusia yang utama dalam melaksanakan pembelajaran harus
berinovasi dan memperkaya diri dalam mengelola sumber daya di kelas dan di sekolah agar
tercipta pendidikan yang berpihak pada murid.
Menuntun segala kodrat yang ada pada anak, memberdayakan nilai dan peran guru, membuat
visi perubahan, menciptakan budaya positif, menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dan
sosial emosional agar pengambilan keputusan tepat, melakukan coach dan supervisi akademik,
pengambilan keputusan yang berbasis nilai kebajikan dapat dilakukan jika pengelolaan sumber
daya dapat dijalankan dengan sungguh-sungguh.
Demikian jurnal refleksi dwi mingguan Modul 3.2 Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber
Daya.
Semoga bermanfaat. Salam Guru Penggerak!