Anda di halaman 1dari 2

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.

3
DWI SUCIANTO SETYABUDI, S.Pd
SMP NEGERI 1 KEJOBONG
Calon Guru Penggerak Angkatan 7 Kabupaten Purbalingga

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan adalah salah satu tugas yang perlu disusun oleh peserta
program guru penggerak setelah mengikuti dua minggu program pembelajaran. Sebagai salah satu
calon guru penggerak, saya akan merefleksikan rangkaian kegiatan pembelajaran Modul 1.4 yaitu
Budaya Positif.

Setelah saya menjalani pembelajaran Modul 1.3 ini, berikut adalah hal yang menjadi
pembelajaran bagi saya (model refleksi 4P):
1. Peristiwa : Modul 1.3 ini merupakan modul yang mempelajari tentang Visi Guru
Penggerak. Diawali dengan kegiatan Mulai Dari Diri dan Eksplorasi Konsep Mandiri
tanggal 22 November, dilanjutkan berdiskusi melalui tulisan melalui Eksplorasi
Konsep Forum Diskusi tanggal 23-24 November 2022. Berdiskusi tatap maya melalui
Ruang Kolaborasi tanggal 25 November dan dipresentasikan hasilnya tanggal 28
November 2022. Melaksanakan Demonstrasi Kontekstual tanggal 29-30 November,
mengikuti Elaborasi Pemahaman bersama instruktur tanggal 2 Desember, dan diakhiri
Aksi Nyata mulai tanggal 5 Desember 2022. Momen yang paling penting atau
menantang bagi saya dalam proses pembelajaran Modul 1.3 ini adalah saat berdiskusi
menyusun Visi bersama dan prakarsa perubahan dengan pendekatan Bagja. Menyusun
visi seorang guru berdasarkan impian yang diinginkan tentang murid dan sekolah di
masa yang akan datang. Kemudian visi masing-masing guru/warga sekolah
dikerucutkan menjadi visi yang mewakili semua impian warga sekolah. Selanjutnya
mewujudkan visi tersebut dengan pendekatan inkuiri apresiatif metode Bagja.
2. Perasaan : Saat momen itu terjadi saya merasa sangat tertantang. Ternyata menyusun
visi dari impian tentang murid dan sekolah yang diinginkan di masa yang akan datang
tidak semudah yang dipikirkan. Tantangan lebih besar lagi ketika menyatukan dan
merumuskan visi bersama dari beberapa atau bahkan seluruh warga sekolah.
Tantangan berikutnya adalah bagaimana langkah-langkah merealisasikan visi
tersebut. Saya tertantang untuk lebih meningkatkan kompetensi dalam merumuskan
visi.
3. Pembelajaran : Sebelum momen tersebut terjadi, selama ini tidak terlalu memikirkan
apa itu visi sekolah. Impian pribadi tentu ada, namun merumuskannya ke dalam visi
apalagi menyelaraskan visi pribadi dengan visi bersama seluruh warga sekolah belum
terpikirkan. Dengan mempelajari Modul 1.3 ini saya mendapatkan bekal bagaimana
tugas seorang pendidik sejati yang menginginkan kebaikan murid-muridnya. Yaitu
dengan memiliki visi kedepan yang ideal untuk membantu murid menggapai cita-
citanya. Dalam merumuskan visi, seorang guru menggunakan pendekatan inkuiri
apresiatif, yaitu pendekatan berbasis aset atau kekuatan. Alih-alih memusatkan
pikiran pada permasalahan yang terjadi, pendekatan ini justru berpikir darimana
kekuatan yang ada. Kelebihan atau hal baik apa yang sudah dimiliki, dan bagaimana
mendayagunakannya untuk merealisasikan visi sekolah. Dengan berpikir berdasar
aset tersebut, maka kelemahan atau persoalan yang ada, menjadi tidak relevan untuk
dipikirkan. Kolaborasi seluruh aset akan lebih bermakna dibandingkan dengan
persoalan-persoalan yang selanjutnya akan terposisikan secara otomoatis sebagai
persoalan kecil semacam relasi yang tidak harmonis, pesimis, dan sebagainya.
Pendekatan Bagja membuat tahapan-tahapan untuk mencapai visi menjadi lebih
realistis dan tertata.
4. Penerapan ke depan (Rencana) : melakukan usaha untuk merumuskan visi sekolah
yang dapat membantu murid mengembangkan potensi dan mencapai cita-citanya :
- Melakukan pengembangan diri untuk meningkatkan kompetensi baik
pedagodik maupun kompetensi manajemen sekolah.
- Menerapkan pembelajaran yang dapat mewujudkan murid yang berakhlak
mulia, mandiri dan berwawasan global.
- Menerapkan langkah-langkah prakarsa perubahan yang sudah dibuat.
- Melakukan refleksi, evaluasi dan tindak lanjut dari langkah-langkah yang
sudah dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai