PROPOSAL TESIS
DOSEN PEMBIMBING
Dr. KARWANTO, M.Pd
Dr. UMI ANUGERAH IZZATI, M.Psi. Psikolog
A. Latar Belakang
Sekolah yang unggul merupakan cerminan kemampuannya dalam
menghasilkan siswa yang unggul. Kurikulum, tenaga kerja di bidang
pendidikan, dan sistem pendidikan merupakan tiga unsur yang mempengaruhi
mutu pendidikan. Namun, guru adalah salah satu prediktor utama kualitas
pendidikan, terlepas dari faktor-faktor lainnya. Menurut Suroso (2002), guru
memegang peranan penting dalam pengelolaan lembaga pendidikan dan
bertanggung jawab atas pengajarannya.
Kepemimpinan efektif yang dapat melakukan perubahan besar diperlukan
dalam kerangka organisasi suatu lembaga pendidikan guna memenuhi tujuan
peningkatan standar mutu pelayanan. Menurut Tavfelin (2013), model
kepemimpinan yang layak untuk mengelola perubahan berkelanjutan di
perusahaan sektor sosial (termasuk pendidikan) adalah kepemimpinan
transformasional.
Pada awal tahun 1980-an, teknik kepemimpinan ini mendapatkan banyak
popularitas dan tanggapan positif dari berbagai akademisi. Paradigma baru
dalam kepemimpinan yang menekankan aspek karismatik dan emosional
dalam kepemimpinan meliputi kepemimpinan transformasional. Karena
menekankan pada membangun pengikut yang sejalan dengan kebutuhan
organisasi dan menginspirasi serta memberdayakan mereka untuk mencapai
prestasi di masa yang tidak terduga, kepemimpinan transformasional menjadi
semakin populer.
Setelah Byrne memperkenalkan konsep kepemimpinan transformasional,
banyak teori yang dikembangkan. Ini termasuk Bass (1985), Bennis dan
Nanus (1985), Sashkin (1988), dan Tichy dan Devanna (1986). Teori
kepemimpinan transformasional yang paling terkenal dan banyak digunakan
1
2
untuk mentaati segala aturan dan konvensi yang ada dalam suatu struktur
sekolah. Sadar adalah mempunyai sikap rela dan tidak dipaksa untuk
mengikuti aturan atau standar sosial apa pun, serta sadar akan kewajiban dan
tugas yang diembannya.
Menurut Suharto (1993) menegaskan bahwa disiplin yang lemah akan
merugikan sistem sekolah secara keseluruhan. Oleh karena itu, agar
organisasi pendidikan dapat berkembang, disiplin harus dijunjung tinggi.
Menurut David & Newstrom (1985), memiliki disiplin yang kuat akan
memotivasi seseorang untuk mengambil kepemilikan atas setiap bagian
pekerjaannya.Menurut Levine dan Lateiner (1985) mengatakan bahwa ada
empat aspek disiplin yaitu:
a) Keteraturan dan ketepatan waktu: Guru diharapkan melapor ke lokasi
kerja yang ditugaskan tepat waktu.
b) Ketaatan pada aturan, yang mengamanatkan agar pendidik mengenakan
pakaian yang pantas dan menggunakan peralatan.
c) Menyelesaikan pekerjaan dalam jumlah dan kaliber secukupnya, dengan
mengikuti tata cara kerja yang ditetapkan oleh lembaga pendidikan.
d) Menyelesaikan tugas dengan etos kerja yang kuat, yaitu melakukan
pekerjaan dengan sungguh-sungguh agar dapat menyelesaikannya sesuai
dengan peraturan organisasi.
Penulis melakukan pengamatan melalui wawancara tidak terstruktur di waka
kesiswaan pada Yayasan X, bahwa ditemukan beberapa masalah yang terjadi
yang berkaitan dengan tindakan indisipliner guru diantaranya guru masuk
kelas tidak tepat waktu, kurangnya kepatuhan terhadap peraturan, ada
beberapa guru yang belum memiliki perangkat pembelajaran pada saat awal
mengajar, belum menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan aturan. Selain itu
kepala sekolah perlu memberikan sanksi secara bertahap berupa teguran lisan,
teguran secara tulisan, teguran berupa tindakan.
Penting untuk diingat bahwa masyarakat memandang guru sebagai panutan
atau teladan dalam hal bagaimana mereka harus memenuhi kewajiban yang
terkait dengan pekerjaan mereka. Semua pendidik harus menyadari hal ini.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dibuat rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh Kepemimpinan Transformasional terhadap
Kedisiplinan Guru di Yayasan X?
2. Apakah ada pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kedisiplinan Guru di
Yayasan X?
3. Apakah ada pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Budaya
Organisasi secara bersama-sama terhadap Kedisiplinan Guru di Yayasan
X?
C. Tujuan Penelitian
5
D. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan yaitu secara
teoretis dan praktis.
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis tentang kepemimpinan transformasional, budaya
organisasi, kedisiplinan guru, penelitian ini diharapkan dapat
memperkaya khazanah keilmuan dalam peningkatan mutu pendidikan
yang secara spesifik akan dijabarkan sebagai berikut:
1.1. Memberikan sumbangan konseptual bagi perkembangan kajian
ilmu manajemen pendidikan.
1.2. Sebagai bahan pertimbangan dalam kajian lanjutan tentang
kepemimpinan transformasional, budaya organisasi, kedisiplinan
guru.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan memiliki manfaat bagi pihak-
pihak sebagai berikut:
2.1. Bagi guru dan kepala sekolah, hasil penelitian ini diharapkan
menambah wawasan dan pengetahuan tentang pentingnya
kepemimpinan transformasional, budaya organisasi, kedisiplinan
guru. Dan sebagai masukan dalam hal meningkatkan kedisiplinan
6
E. Definisi Variabel
Definisi istilah diperlukan untuk memastikan pembahasan penelitian tetap
berada dalam fokus penelitian dan tidak lepas kendali ketika memberikan
informasi penelitian. Konsep berikut memerlukan definisi:
1. Kepemimpinan Transformasional
Untuk mencapai suatu tujuan, seseorang atau sekelompok orang perlu
menjadi sasaran pengaruh, gerakan, dan arah tindakan individu. Hal ini
dikenal sebagai kepemimpinan. Levine dan Lateiner (1985) menegaskan
bahwa seorang kepala sekolah setidaknya melaksanakan tugas dan
tanggung jawab sebagai berikut: a) Keteraturan dan ketepatan waktu:
Guru diharapkan melapor ke lokasi kerja yang ditugaskan tepat waktu. b)
Ketaatan pada aturan, yang mengamanatkan agar pendidik mengenakan
pakaian yang pantas dan menggunakan peralatan. c) Menyelesaikan
pekerjaan dalam jumlah dan kaliber secukupnya, dengan mengikuti tata
cara kerja yang ditetapkan oleh lembaga pendidikan. d) Menyelesaikan
tugas dengan etos kerja yang kuat, yaitu melakukan pekerjaan dengan
sungguh-sungguh agar dapat menyelesaikannya sesuai dengan peraturan
organisasi.
2. Budaya Organisasi
Proses belajar mengajar yang efektif tidak dapat terselenggara tanpa
adanya budaya organisasi yang mendukung secara akademis, baik fisik
maupun non fisik. Budaya organisasi diukur dalam penelitian ini dengan
7
A. Kedisiplinan Guru
1. Pengertian Kedisiplin Guru
Kata Latin "disciplina" (berarti "pengajaran" atau "pelatihan") adalah asal
mula istilah disiplin. Definisi istilah disiplin telah berkembang seiring
berjalannya waktu hingga mencakup berbagai arti. Pada awalnya, disiplin
digambarkan sebagai mengikuti aturan atau berada di bawah pengawasan.
Kedua disiplin tersebut digambarkan sebagai kegiatan pengembangan diri
yang dimaksudkan untuk membantu seseorang agar mampu bertindak
secara disiplin.
Disiplin didefinisikan secara berbeda-beda oleh banyak ahli, namun esensi
istilahnya tetap sama. Mengenai disiplin guru, berikut definisi disiplin
yang dapat dilakukan oleh berbagai ahli:
a. Menurut Levine dan Lateiner (1985), disiplin adalah kualitas yang
terus-menerus dikembangkan oleh karyawan yang memungkinkan
mereka mematuhi aturan dan keputusan yang telah dibuat.
b. Abdurrahmat Fathoni (2006: 126) menyatakan bahwa disiplin
merupakan fungsi operasional MSDM, dengan kepatuhan terhadap
peraturan dan perundang-undangan menjadi hal yang paling krusial
karena kemampuan individu dalam menjaga disiplin meningkat
seiring dengan tingkat produktivitasnya.
c. Singodimedjo menyatakan bahwa disiplin adalah suatu sikap yang
ditandai dengan kesiapsiagaan dan kecenderungan seseorang untuk
mengikuti dan menaati peraturan peraturan yang berlaku disekitarnya
serta introspeksi diri, sebagaimana dikemukakan dalam Edi Sutrisno
(2011:86).
d. Disiplin dalam kata-kata Malayu Hasibuan (2017:193) adalah
kesadaran dan kesediaan untuk menaati semua peraturan dan konvensi
yang ada dalam suatu organisasi sekolah. Sadar adalah memiliki sikap
9
10
rela dan tidak dipaksa untuk mengikuti hukum, aturan, atau adat
istiadat sosial apa pun selain sadar akan tugas dan kewajiban yang
menjadi tanggung jawabnya.
e. Nawawi (1997) menyatakan disiplin kerja pegawai diartikan sebagai
ketepatan waktu, kesadaran, dan ketaatan terhadap aturan dalam
pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pegawai dalam
penelitian Febrianti (2014:11).
Berdasarkan kriteria di atas, dapat disimpulkan bahwa disiplin guru
merupakan suatu keadaan yang dihasilkan melalui proses pelatihan dan
mencakup aspek kesadaran diri, kedisiplinan, dan kesadaran tugas.
Untuk menguraikan disiplin, Sinungan (200:145) mengartikannya sebagai
pola pikir yang merasuki setiap tindakan atau perilaku seseorang,
komunitas, atau masyarakat. Hal ini melibatkan kepatuhan terhadap semua
norma dan peraturan sosial, termasuk yang ditetapkan oleh pemerintah,
untuk mencapai tujuan tertentu. Selain itu, disiplin juga dapat dipahami
sebagai melatih pengendalian diri agar tidak melakukan tindakan yang
bertentangan dengan cita-cita dan falsafah Pancasila. Pendapat ini
menekankan pada adanya mentalitas yang menaati hukum yang telah
ditetapkan, termasuk norma sosial, peraturan pemerintah, dan aturan yang
berlaku dalam masyarakat.
Tiga faktor yaitu: sikap mental, waktu, dan ketelitian sangat penting dalam
disiplin, menurut Heri Gunawan (2011: 43). Lebih lanjut ditegaskan,
pendidik dengan pola pikir disiplin akan datang tepat waktu dan pulang
tepat waktu. Dia akan memikul tanggung jawab penuh saat memberi
instruksi. Ia akan mentaati aturan-aturan yang berlaku di madrasah
tersebut. Ia mampu menjadi teladan baik bagi muridnya maupun bagi
dirinya sendiri. Dia melakukan pekerjaannya dengan sangat antusias.
Hasim Abdul. Menurut Rus Bambang Suwarno (2010:46), apabila guru
datang tepat waktu, maka siswa datang tepat waktu untuk belajar. Hal ini
menunjukkan bahwa situasi tersebut telah ditangani dengan mematuhi
peraturan waktu yang disebut disiplin waktu. Kewajiban-kewajiban ini
11
tidak hanya harus dipenuhi ketika prinsip tersebut masih ada, namun juga
harus dipenuhi karena kebutuhan dan sebagai kewajiban moral.
Karena peraturan perundang-undangan berhubungan langsung dengan
kedisiplinan, maka guru yang disiplin adalah guru yang menaati peraturan
yang ditetapkan sekolah, sedangkan guru yang tidak disiplin sering kali
melanggar peraturan.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan Guru
Diasumsikan bahwa kepala sekolah/pemimpin mempunyai dampak
langsung terhadap pola pikir yang sudah mendarah daging yang dianut
oleh guru dan bawahannya. Pemimpin menetapkan perilaku ini melalui
teladan pribadi atau dengan memupuk budaya kepemimpinan. Oleh karena
itu, untuk mencapai disiplin yang efektif, pemimpin juga harus mampu
memberikan kepemimpinan yang baik.
Singodimedjo menyatakan dalam Edy Sutrisno (2011: 89–92) bahwa
variabel-variabel berikut mempengaruhi disiplin guru:
a) Jumlah bayaran yang diberikan.
b) Jika organisasi memiliki pemimpin yang memberikan contoh untuk
diikuti orang lain.
c) Tersedia atau tidaknya pedoman yang jelas. Penerapan pertumbuhan
disiplin tidak mungkin terjadi tanpa peraturan tertulis yang jelas dan
menjadi pedoman bersama.
d) Keberanian pimpinan untuk bertindak.
e) Ada atau tidaknya pengawasan pemimpin. Waskat (pengawasan
melekat) atau pengawasan langsung adalah istilah yang digunakan
untuk menggambarkan pengawasan yang dilakukan oleh atasan
langsung. Artinya untuk mengawasi dan mengarahkan bawahannya,
atasan harus selalu hadir. Oleh karena itu, diperlukan adanya atasan
dan bawahan yang aktif dalam waskat.
f) Guru mendapat perhatian.
g) Terbentuknya kebiasaan-kebiasaan yang memudahkan
berkembangnya disiplin.
12
mengetahui aturan-aturan ini. Guru tidak akan merasa terbebani jika guru
mempraktikkan manajemen waktu, disiplin mengajar, disiplin berpakaian,
dan segala jenis disiplin lainnya dengan penuh kesadaran.
Guru harus menjadi teladan, khususnya bagi siswanya. Seorang guru perlu
mempraktikkan manajemen waktu, pengendalian kehadiran, disiplin kelas
dengan menggunakan semua sumber daya yang tersedia, disiplin
kehidupan sosial, dan kualitas lain yang menentukan seorang pendidik
ideal. Agar seorang guru dapat mencapai hasil terbaik, disiplin kerja
sangatlah penting. Disiplin kerja sebelumnya diartikan sebagai sikap,
tindakan, dan modifikasi yang mematuhi peraturan perusahaan baik
tertulis maupun tidak tertulis. Oleh karena itu, jika semua orang
menyadarinya, maka seluruh proses pelaksanaan kerja akan berjalan lancar
dan tanpa ada rasa paksaan.
Di sekolahan, disiplin mencakup lebih dari sekedar mengikuti peraturan
dan ketentuan yang terlihat, seperti mengenakan seragam dan
meninggalkan sekolah tepat waktu. Hal ini juga melibatkan kepatuhan
terhadap peraturan dan ketentuan yang tidak kasat mata namun
memerlukan komitmen, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap
organisasi atau kelompok kerja, seperti sekolah. Dalam kaitannya dengan
sekolahan, disiplin kerja pada dasarnya adalah upaya untuk mengikuti
peraturan sekolah untuk mencapai tujuan.
4. Aspek Kedisiplinan Guru
Menurut Levine dan Lateiner (1985) mengatakan bahwa ada empat aspek
disiplin yaitu:
a) Keteraturan dan ketepatan waktu: Guru diharapkan melapor ke lokasi
kerja yang ditugaskan tepat waktu.
b) Ketaatan pada aturan, yang mengamanatkan agar pendidik
mengenakan pakaian yang pantas dan menggunakan peralatan.
c) Menyelesaikan pekerjaan dalam jumlah dan kaliber secukupnya,
dengan mengikuti tata cara kerja yang ditetapkan oleh lembaga
pendidikan.
14
B. Kepemimpinan Transformasional
1. Pengertian Kepemimpinan
Menurut Burns (1978), kepemimpinan didefinisikan sebagai suatu
proses yang memotivasi pengikut untuk mencapai tujuan tertentu yang
15
C. Budaya Organisasi
1. Pengertian Budaya Organisasi
Menurut Robbins, budaya organisasi adalah suatu sistem (lihat
Supardi, 2014: 207). Inisiatif individu, toleransi, arahan, identitas,
sistem, dan pola yang beragam adalah contoh ciri utama budaya
organisasi. Sedangkan mengenai budaya organisasi, Susanto
mengatakan, merupakan nilai-nilai yang harus dimiliki oleh setiap
orang dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dalam
menjalankan suatu organisasi. Namun menurut Mangkunegara (2005:
113), budaya organisasi adalah seperangkat sikap dan keyakinan serta
norma-norma berbeda yang ditetapkan oleh organisasi dan berfungsi
sebagai aturan tentang bagaimana anggota harus berperilaku untuk
menyelesaikan masalah internal dan eksternal.
21
E. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
N Nama Peneliti,
Hasil Persamaan Perbedaan
o Sumber, Tahun
1 Fathonah Al Kedisiplinan Sama-sama Fokus pada
Hadromi (2017) berpengaruh meneliti peningkatan
Analisis positif signifikan kepemimpina kinerja guru
Pengaruh Gaya terhadap kinerja n sebagai
Kepemimpinan guru dan pegawai variabel X
Kepala Sekolah serta Gaya dan
Terhadap kepemimpinan Kedisiplinan
Motivasi, tidak Guru
27
Jyväskyl.
6 Rikha Kurnia Terdapat Sama-sama Penelitian ini
(2021) Pengaruh pengaruh positif meneliti menggunaka
Kepemimpinan dan signifikan budaya n
Kepala Sekolah antara organisasi X, kepemimpina
Dan Budaya kepemimpinan kepemimpina n kepala
Organisasi kepala sekolah n sebagai sekolah
Terhadap dan budaya variabel X
Disiplin Kerja organisasi dan
Guru Sman Kota terhadap disiplin Kedisiplinan
Bengkulu kerja guru Guru
sebesar 46,8% merupakan
variabel Y
7 Ari Kristianto Besar pengaruh Sama-sama Penelitian ini
(2017) Pengaruh kepemimpinan meneliti menggunaka
Kepemimpinan dan budaya budaya n
Kepala organisasi kepala organisasi X, kepemimpina
Madrasah Dan madrasah secara kepemimpina n kepala
Budaya bersama-sama n sebagai madrasah
Organisasi terhadap disiplin variabel X
Terhadap kerja guru dan
Disiplin Kerja diketahui sebesar Kedisiplinan
Guru 98,6% Guru
Pada MTs merupakan
Swasta Se- variabel Y
Kecamatan
Sumberrejo
Kabupaten
Tanggamus
8 Fauzi Taty dkk. Gaya Sama-sama Fokus pada
(2020) Pengaruh kepemimpinan meneliti peningkatan
30
F. Kerangka Berpikir
Menurut Oupen et al. (2021) kapasitas kepala sekolah untuk secara efektif
mentransformasikan pengaruhnya terhadap setiap guru dengan cara
mengidealkan pengaruh karismatik (karismatik), motivasi inspiratif, motivasi
inspiratif, stimulasi intelektual, stimulasi intelektual, dan pertimbangan
individu (perhatian terhadap individu) guna meningkatkan dan memajukan
profesionalismenya. dikenal sebagai kepemimpinan transformasional.
mencakup seberapa besar pengaruh masing-masing unsur tersebut terhadap
disiplin kerja guru di Yayasan X.
34
Kepemimpinan
Transformasional (X1)
Kedisiplinan Guru
(Y)
Budaya Organisasi
(X2)
A. Rancangan Penelitian
Sugiono (2012: 2) mengartikan metode penelitian sebagai suatu pendekatan
ilmiah dalam mengumpulkan data untuk kegunaan dan tujuan tertentu.
Pelaksanan penelitian menjadi lebih mudah dengan bantuan metodologi
penelitian. Anda harus menggunakan pendekatan ilmiah untuk
melaksanakannya. Menurut Suharsimi Arikunto (2010:203), metode
penelitian mengacu pada teknik yang digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data untuk penelitiannya.
Berdasarkan beberapa sudut pandang di atas, pendekatan umum yang
digunakan untuk mengumpulkan informasi dan melakukan analisis yang
diperlukan untuk mengatasi permasalahan yang ada disebut sebagai teknik
penelitian dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, desain penelitian
kuantitatif diadopsi. Selain itu, peneliti menggunakan SPSS Versi 21 untuk
analisis statistik.
36
37
Setelah itu, besar sampel tiap sekolah ditentukan dengan menghitung proporsi
berdasarkan jumlah guru di sekolah yang diteliti. Dengan menggunakan
rumus di bawah ini, ukuran sampel untuk setiap sekolah ditentukan.
n
N= x n
S
Keterangan
N = Jumlah sampel tiap sekolah
n = Jumlah populasi tiap sekolah
S = Jumlah total populasi di semua sekolah
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di sekolahan yang berada pada Yayasan X.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh guru di Yayasan X 2023/2024.
3. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran
2023/2024.
D. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Diperlukan suatu metode yang dapat mengungkap fakta-fakta yang relevan
dengan permasalahan utama agar dapat mengumpulkan data yang obyektif
dan dapat dipertanggungjawabkan dari sudut pandang ilmiah. Menurut
Sugiyono (2010:199), tahapan yang paling krusial dalam proses penelitian
untuk memperoleh data adalah teknik pengumpulan data. Peneliti
menyesuaikan metode pengumpulan datanya dengan arah yang harus
ditetapkan. Pendekatan kuesioner merupakan metodologi pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini.
Kuesioner adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang terdiri
dari serangkaian pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara tertulis oleh
responden. Karena responden dalam penelitian ini banyak, maka kami
mengutamakan teknik kuesioner. Oleh karena itu, tidak mungkin bagi peneliti
38
maksimal
Menyelesaikan a. Ketepatan 27,28,29,30
tugas dengan menyelesaika 31,32
etos kerja yang n pekerjaan
kuat b. Semangat
dalam
bekerja
penting organisasi
g. Mempertimbangka
n konsekuensi
moran dan etika
h. Menekankan pada
pentingnya
memiliki misi
Inspirational a. Meninjau Kembali 9,10,11,12,
Motivation asumsi penting
b. Memberikan sudut
pandang
c. Memberikan saran
d. Menyarankan cara-
cara baru
Intellectual a. Masa depan 13,14,15,16
Stimulation organisasi ,
b. Menyelesaikan
dengan semangat
c. Mengartikulasi visi
masa depan
d. Yankin dengan
tujuan organisasi
Individual a. Menyediakan 17,18,19,20
Consideratio waktu
n b. Memperlakukan
anak buah
c. Memahami
kebutuhan,
kemampuan dan
aspirasi
41
d. Membantu
mengembangkan
bakat
E. Analisi Data
1. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis Regresi Linier Berganda adalah strategi kuantitatif yang
digunakan dalam penelitian ini untuk analisis data. Hubungan linier
antara dua atau lebih variabel bebas (X_1, X_2,... X_n) dan variabel
terikat (Y) disebut dengan analisis regresi linier berganda. Tujuan
analisis ini adalah untuk meramalkan nilai variabel terikat apabila terjadi
kenaikan atau penurunan nilai variabel bebas, serta untuk mengetahui
arah hubungan antara masing-masing variabel bebas dengan variabel
terikat. Biasanya, skala interval atau rasio digunakan untuk menyimpan
data.
44
t h itung=r √ 2
n−2
1−r
Keterangan :
t = nilai uji t
r = koefisien relasi
r2 = koefisien determinasi
n = jumlah sampel yang diobservasi
45