Anda di halaman 1dari 29

0

Kata Pengantar

Modul ini akan membahas tentang keterbukaan informasi dalam pemilu dan pemilihan
sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik juncto Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2019
tentang Standar Layanan dan Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Pemulu
dan Pemilihan. Keterbukaan informasi sangat penting dalam menjaga integritas
pemilu dan pemilihan yang demokratis. Modul ini akan membahas tentang pentingnya
keterbukaan informasi dalam pemilu dan pemilihan, serta bagaimana keterbukaan
informasi dapat diwujudkan dalam pemilu dan pemilihan. Modul ini juga akan
membahas tentang peran masyarakat dalam menjaga keterbukaan informasi dalam
pemilu dan pemilihan. Modul ini terdiri dari antara lain mengenai:

1. Pentingnya Keterbukaan Informasi dalam Pemilu dan Pemilihan:


Bagian ini membahas tentang pentingnya keterbukaan informasi dalam pemilu
dan pemilihan, serta dampak positif yang dihasilkan dari keterbukaan informasi
tersebut.
2. Mewujudkan Keterbukaan Informasi dalam Pemilu dan Pemilihan:
Bagian ini membahas tentang bagaimana keterbukaan informasi dapat
diwujudkan dalam pemilu dan pemilihan, serta langkah-langkah yang dapat
diambil untuk mewujudkan keterbukaan informasi tersebut.
3. Peran Masyarakat dalam Menjaga Keterbukaan Informasi dalam Pemilu dan
Pemilihan:
Bagian ini membahas tentang peran masyarakat dalam menjaga keterbukaan
informasi dalam pemilu dan pemilihan, serta cara-cara yang dapat dilakukan
oleh masyarakat untuk menjaga keterbukaan informasi tersebut.
4. Mekanisme Memperoleh Informasi Pemilu dan Pemilihan:
Bagian ini membahas tentang bagaimana masyarakat dapat mengajukan
permohonan informasi kepada penyelenggara pemilu sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
5. Mekanisme Permohonan dan Penyelesaian Sengketa Informasi Pemilu dan
Pemilihan:
Bagian ini membahas tentang prosedur permohonan penyelesaian sengketa
informasi dan prosedur beracara dalam sidang penyelesaian sengketa

1
informasi pemilu dan pemilihan hingga, sidang di pengadilan dan permohonan
eksekusi atas putusan sengketa informasi pemilu dan pemilihan.

Modul ini juga membahas tentang penyelesaian sengketa informasi pemilu dan
pemilihan di Komisi Informasi. Komisi Informasi adalah lembaga mandiri yang memiliki
fungsi menjalankan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik (UU KIP) dan peraturan pelaksanaanya, menetapkan Standar
Layanan Informasi Publik serta menyelesaikan sengketa informasi publik melalui
mediasi dan/atau ajudikasi nonlitigasi.

Komisi Informasi melalui putusan ajudikasi nonlitigasi diharapkan mampu mendorong


terwujudnya keterbukaan informasi pada Badan Publik. Pada prinsipnya, kewenangan
ajudikasi nonlitigasi berfungsi untuk menjamin terpenuhinya hak untuk memperoleh
informasi sebagaimana amanat Pasal 28f Undang Undang Dasar Negara RI 1945.

Dengan memberikan akses informasi publik pada masyarakat diharapkan tumbuh


partisipasi masyarakat dalam proses penyelenggaraan pemerintahan yang bersih
demi terwujudnya penyelenggaraan negara yang baik, transparan dan efektif –
efesien, serta akuntabel.

Komisi Informasi Pusat

Ketua,

Donny Yoesgiantoro

2
Kata Penerbit

Alhamdulillah. Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmatnya
sehingga Komisi Informasi Pusat dapat menunstaskan Modul Keterbukaan Informasi dan
Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Pemilu dan Pemilihan sebagai salah satu bentuk
untuk meningkatkan penyelenggaraan pemilu dan pemilihan yang transparan, akubtabel dan
terselenggara saecara demokratis.
Keterbukaan informasi dalam Pemilu dan Pemilihan sangat penting untuk memastikan
bahwa proses Pemilu dan Pemilihan berjalan dengan baik dan tidak terjadi pelanggaran.
Keterbukaan informasi juga dapat membantu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
Pemilu dan Pemilihan. Oleh karena itu, segala tahapan pelaksanaan pemilihan harus
transparan dan akuntabel.
Mendasarkan hal tersebut, Komisi Informasi Pusat Menyusun Modul ini dengan
harapan bahwa Masyarakat memahami pentingnya keterbukaan informasi dalam
penyelenggaraan pemilu, disisi lain, Masyarakat juga dapat menjadi aktor dalam mengawal
pelaksanaan keterbukaan informasi dalam penyelenggaraan pemilu dan pemilihan.
Selain menjaga hak Masyarakat untuk memilih, Modul ini juga memberikan
pemahaman bahwa setiap orang juga mendapat hak untuk mencari, mendapatkan, dan
mengakses informasi pemilu dan pemilihan. Penyelenggara Pemilu dan Pemilihan juga
memilik kewajiban untuk mengumumkan dan menyediakan informasi pemilu dan pemilihan
yang bersifat terbuka kecuali terhadap informasi yang dikecualikan.
Intisari dari Modul ini adalah memberikan pemahaman singkat mengenai Peraturan
Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2019 tentang Standar Layanan dan Prosedur Penyelesaian
Sengketa Informasi Pemilu dan Pemilihan. Adapun muatan yang disajikan dalam Modul ini
berkaitan dengan penjelasan informasi pemilu dan pemilihan,
Atas terbitnya Modul ini, kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak-pihak
yang terlibat dalam Menyusun modul ini. Semoga Modul yang singkat ini dapat memberikan
manfaat dalam penyelenggaraan pemilu dan pemilihan yang transparan, akubtabel dan
terselenggara saecara demokratis.

Plt. Sekretaris Komisi Informasi Pusat

Nunik Purwanti

3
Daftar Isi

A. Pentingnya Keterbukaan Informasi dalam Pemilu dan Pemilihan


B. Mewujudkan Keterbukaan Informasi dalam Pemilu dan Pemilihan
C. Peran Masyarakat dalam Menjaga Keterbukaan Informasi dalam Pemilu dan
Pemilihan
D. Mekanisme Memperoleh Informasi Pemilu dan Pemilihan
E. Mekanisme Permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi Pemilu dan Pemilihan
F. Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Pemilu dan Pemilihan
G. Mekanisme Keberatan atas Putusan Komisi Informasi
H. Mekanisme Permohonan Eksekusi Putusan
I. Lampiran
a) Power Point Keterbukaan Informasi Pemilu dan Pemilihan
b) Power Point Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Pemilu dan
Pemilihan

4
A. Pentingnya Keterbukaan Informasi dalam Pemilu dan Pemilihan

Keterbukaan informasi dalam penyelenggaraan pemilu dan pemilihan memiliki


urgensi dan manfaat yang penting. Keterbukaan informasi publik sangat
dibutuhkan dalam penyelenggaraan pemilu dan pemeilihan. Seluruh tahapan
pelaksanaan pemilihan harus transparan dan akuntabel dan harus diketahui oleh
publik, karena tahapan tersebut memiliki kaitan dengan kepentingan umum.

Penerapan keternukaan informasi publik dalam penyelenggaraan pemilu dan


pemilihan dapat memberikan kepastian hukum dan jaminan terhadap hak
masyarakat atas keterbukaan informasi yang berprinsip cepat, sederhana, tepat
waktu, dan biaya ringan. Dalam hal ini, keterbukaan informasi dapat memberikan
kepercayaan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemilihan umum. Oleh
karena itu, keterbukaan informasi publik sangat penting dalam penyelenggaraan
pemilihan umum dan pemilihan harus diselenggarakan secara transparan dan
akuntabel.

Menurut National Democratic Institute (NDI) (2014) prinisp-prinsip keterbukaan


informasi pada penyelenggaraan pemilu dan pemilihan dikategorikan kedalam 16
(enam belas) data kunci pemilu yang sebaiknya terbuka. Data tersebut antara lain:
1. kerangka hukum pemilu;
2. peta daerah pemilihan;
3. profil penyelenggara pemilu di setiap tingkatan;
4. segala proses yang dijalankan penyelenggara pemilu;
5. keamanan pemilu;
6. partai politik peserta pemilu;
7. profil calon anggota legislatif;
8. kampanye peserta pemilu;
9. dana kampanye peserta pemilu;
10. proses pendaftaran pemilu;
11. daftar pemilih;
12. sosialisasi dan pendidikan pemilih;
13. tempat pemungutan suara;

5
14. hasil pemilu;
15. teknologi pemungutan dan penghitungan suara elektronik; dan
16. pelanggaran dan sengketa pemilu.

B. Mewujudkan Keterbukaan Informasi dalam Pemilu dan Pemilihan

Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2019 tentang Standar Layanan dan
Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Pemilihan Umum dan Pemilihan yang
diundangkan pada 12 Februari 2019, merupakan peraturan yang mengatur
tentang keterbukaan informasi publik dalam penyelenggaraan pemilihan umum
dan pemilihan. Peraturan ini memberikan standar layanan dan prosedur
penyelesaian sengketa informasi pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah
yang berprinsip cepat, sederhana, tepat waktu, dan biaya ringan.

Dalam hal ini, peraturan ini dapat membantu mewujudkan keterbukaan informasi
publik dalam penyelenggaraan pemilihan umum dan pemilihan, apabila
penyelenggara pemilu dan pemilihan dapat mengumumkan dan menyediakan
informasi-informasi Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2019 tentang
Standar Layanan dan Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Pemilihan
Umum dan Pemilihan telah diatur sebagai informasi publik yang bersifat terbuka
yaitu:

1. Informasi yang Wajib Diumumkan Secara Berkala


a) tahapan, program dan jadwal yang berkaitan dengan penyelenggaraan
Pemilu dan Pemilihan;
b) hak, kewajiban, kewenangan, larangan, dan sanksi yang berkaitan
dengan penyelenggaraan Pemilu dan Pemilihan;
c) hasil dari setiap tahapan, program, dan jadwal pada penyelenggaraan
Pemilu dan Pemilihan;
d) prosedur dan sarana partisipasi publik dalam penyelenggaraan Pemilu
dan Pemilihan;
e) syarat calon dan syarat pencalonan Peserta Pemilu dan Pemilihan;
f) laporan setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu dan Pemilihan;

6
g) informasi Pemilu dan Pemilihan lain yang berkaitan dengan tahapan
penyelenggaraan Pemilu dan Pemilihan serta berkaitan dengan
pengawasan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan

2. Informasi yang Wajib Diumumkan Secara Serta-merta


a) informasi yang berkaitan dengan perubahan regulasi sebagai akibat
adanya putusan hukum dari lembaga yang berwenang terkait hak
seseorang untuk dipilih dan/atau memilih atau hak lainnya;
b) informasi yang dapat berdampak pada terganggunya hajat hidup dan
kepentingan orang banyak dalam penyelenggaraan Pemilu dan
Pemilihan;
c) informasi yang dapat berdampak pada terganggunya penyelenggaraan
Pemilu dan Pemilihan; dan
d) informasi Pemilu dan Pemilihan lain yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan.

3. Informasi yang Wajid Disediakan


a) daftar informasi khusus Pemilu dan Pemilihan;
b) peraturan, keputusan, kebijakan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan Pemilu dan Pemilihan;
c) dokumen pendukung dalam penyusun peraturan, keputusan, kebijakan
yang berkaitan dengan penyelenggaraan Pemilu dan Pemilihan;
d) nota kesepahaman, perjanjian dengan pihak ketiga terkait
penylenggaran Pemilu dan Pemilihan; dan
e) informasi Pemilu dan Pemilihan lain yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan.

C. Peran Masyarakat dalam Menjaga Keterbukaan Informasi dalam Pemilu dan


Pemilihan

Partisipasi masyarakat dalam pemilu dan pemilihan sangat penting untuk


menjaga keterbukaan informasi. Masyarakat dapat berperan aktif dalam menjaga
keterbukaan informasi dengan cara:
7
1) Menjadi pemantau pemilu:
Masyarakat dapat menjadi memantau jalannya pemilu dengan cara
memastikan informasi pada setiap tahapan pemilu dan pemilihan
dipublikasikan oleh penyelenggara pemilu secara baik dan sesuai dengan
aturan yang berlaku.
2) Menjadi Pemohon Informasi
Mengajukan permohonan informasi jika terdapat informasi tahapan pemilu
yang tidak diumumkan oleh penyelenggara dan mengajukan sengketa
informasi ke Komisi Informasi yang berwenang jika tidak mendapatkan
informasi.

D. Mekanisme Memperoleh Informasi Pemilu dan Pemilihan

Mekanisme memperoleh informasi pemilu dan pemilihan berdasarkan Peraturan


Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2019 dapat dilakukan dengan cara mengajukan
permohonan informasi ke penyelenggara pemilu atau pemilihan. Permohonan
informasi harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Peraturan Komisi
Informasi Nomor 1 Tahun 2019.

Untuk mengajukan permohonan informasi, Anda dapat menghubungi


penyelenggara pemilu atau pemilihan terdekat. Anda juga dapat mengajukan
permohonan informasi secara langsung atau tidak langsung, baik melalui surat,
email, fax, dan/atau melalui e-PPID. Adapun mekanisme permohonan informasi
pemilu dan pemilihan sesuai dengan Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun
2019, sebagai berikut:

a) Pemohon mengajukan permohonan informasi kepada penyelenggara


pemilu
Pemohon adalah warga negera indoenasi, kelompok orang, atau badan
hukum Indonesia mengajukan permohonan informasi kepada Pejabat
Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) penyelenggara pemilu.
Permohonan dapat diajukan secara tertulis atau mengisi form yang
disedeiakan oleh PPID. Permohonan dapat dikirim secara langsung atau
melalui elektronik. Jika permohonan sudah diajukan, Pemohon menunggu
8
jawaban PPID Penyelenggara Pemilu maksimal 3 (tiga) hari kerja setelah
diterimanya permohonan.

b) Jawaban PPID Penyelenggara Pemilu


PPID Penyelenggara Pemilu wajib memberikan jawaban kepada Pemohon
terhadap permohonan informasi yang disampaikan. Pemberian jawaban
tersebut maksimal 3 hari kerja setelah diterimanya permohonan pemohon.

c) Keberatan oleh Pemohon


Dalam hal, Pemohon tidak mendapat jawaban atau jawaban yang
diberikan tidak sesuai dengan permintaan informasi. Pemohon dapat
menyampaikan keberatan kepada Atasan PPID Penyelengara Pemilu
maksimal 30 (tiga puluh) hari kerja setelah diterimanya jawaban atau
setelah berahirnya jangka waktu pemberian jawaban.

d) Tanggapan Atas Keberatan


Atasan PPID Penyelenggara Pemilu wajib memberikan tanggapan atas
keberatan kepada Pemohon. Tanggakan keberatan maksimal 3 (tiga) hari
kerja setelah diterimanya keberatan dari Pemohon.

e) Permohonan Sengketa Informasi Pemilu dan Pemilihan


Apabila Pemohon, tidak mendapat tanggapan atas keberaran atau
tanggapan Atasan PPID tidak sesuai dengan permintaa informasi.
Pemohon dapat mengajukan permohonan penyelesaian sengketa
informasi pemilu dan pemilihan ke Komisi Informasi yang berwenang.
Permohonan penyelesaian sengketa diajukan maksimal 14 hari kerja
setelah diterimanya tanggapan atas keberatan atau sejak berahirnya
jangka waktu pemberian tanggapan atas keberatan.

E. Mekanisme Permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi Pemilu dan Pemilihan

Berdasarkan Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2019, yang dimaksud


dengan sengketa informasi pemilu dan pemilihan adalah sengketa yang terjadi
antara penyelenggara pemilu dan pemilihan dengan Pemohon Informasi Pemilu
9
dan Pemilihan melalui Mediasi dan/atau Ajudikasi nonlitigasi. Adapun Pemohon
adalah Warga Negara atau Badan Hukum Indonesia yang mengajukan
permintaan Informasi pemilu dan pemilihan tidak termasuk penyelenggara pemilu
dan pemilihan. Sedangkan Termohon adalah penyelenggara pemilu dan
pemilihan.

Permohonan penyelesaian sengketa informasi pemilu dan pemilihan diajukan


kepada Komisi Informasi yang berwenang apabila:
a) Pemohon telah mengajukan permohonan informasi, mengajukan
keberatan kepada penyelenggara pemilu melalui PPID dan Atasan PPID
namun tidak mendapat jawaban dan/atau tanggapan;
b) Pemohon mendapat mendapat jawaban dan/atau tanggapan permintaan
informasi namun jawaban dan/atau tanggapan dari penyelenggara pemilu
tidak sesuai dengan yang diminta dan/atau karena informasi yang diminta
dikecualikan oleh penyelenggara pemilu.

Berdasarkan hal di atas, Pemohon dapat mengajukan permohonan penyelesaian


sengketa informasi publik ke Komisi Informasi yang berwenang. Yang dimaksud
dengan Komisi Informasi yang berwenang adalah apabila Pemohon meminta
informasi kepada penyelenggara pemilu dan pemilihan di Provinsi,
Kabupaten/kota maka permohonan penyelesaian sengketa informasi pemilu dan
pemiliha diajukan ke Komisi Informasi Provinsi.

Apabila pemohon mengajukan permintaan informasi ke penyelenggara pemilu


pada tingkat nasional maka permohonan penyelesaian sengketa informasi pemilu
dan pemilihan diajukan kepada Komisi Informasi Pusat Republik Indonesia.
Berikut adalah tata cara permohonan penyelesaian sengketa informasi pemilu di
Komisi Informasi:

a) Pemohon mengajukan permohonan penyelesaian sengketa informasi


pemilu dan pemilihan dengan membawa dokumen sebagai berikut:
1) Identitas Pemohon
a) Jika individu, melampirkan Kartu Identitas

10
b) Jika Badan Hukum, melampirkan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga serta Pengesahan Badan Hukum
dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
2) Surat Kuasa jika dikuasakan
3) Surta pemintaan informasi kepada penyelenggara disertai dengan
tanda terima, dan jawaban permintaan informasi, jika ada.
4) Surat keberatan kepada kepada penyelenggara disertai dengan
tanda terima, dan tanggapan keberatan, jika ada.
b) Permohonan penyelesaian sengketa informasi publik diajukan secara
tertulis atau dengan cara mengisi form permohonan penyelesaian
sengketa informasi pemilu dan pemilihan yang telah disiapkan oleh Komisi
Informasi.
c) Permohonan penyelesaian sengketa informasi pemilu dan pemilihan dibuat
secara tertulis dan dapat diajukan secara langsung atau melalui elektronik
ke Komisi Informasi.
d) Komisi Informasi akan memberikan tanda terima permohonan dan apabila
dimungkinkan pada saat permohonan penyelesaian sengketa informasi
akan memperoleh Akta Register.
e) Selanjutnya, Pemohon menunggu panggilan sidang penyelesaian
sengketa informasi pemilu dan pemilihan dari Komisi Informasi.

F. Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Pemilu dan Pemilihan

Hukum acara penyelesaian sengketa informasi pemilu dan pemilihan diatur dalam
Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2019 tentang Standar Layanan dan
Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Pemilu dan Pemilihan. Berikut adalah
tahapan penyelesaian sengketa informasi pemilu dan pemilihan:

1) Sidang dengan Agenda Pemeriksaan Pendahuluan


Dalam Pemeriksaan Pendahuluan, Majelis Komisioner Komisi Informasi
akan memeriksa hal-hal sebagai berikut:
a) Kewenangan Komisi Informasi;
b) Kedudukan hukum Pemohon dan Termohon;
c) Jangka waktu permohonan sengketa;
11
d) Alasan permintaan informasi; dan
e) Alasan permohonan sengketa.

2) Mediasi
Proses penyelesaian sengketa informasi pemilu dan pemilihan
diselenggarakan melalui Mediasi dalam hal Majelis Komisioner pada saat
Pemeriksaan Pendahuluan menemukan fakta bahwa permohonan
penyelesaian sengketa informasi pemilu dan pemilihan dikarenakan:

a) tidak disediakannya Informasi Pemilu dan Pemilihan yang wajib


diumumkan secara berkala;
b) tidak diresponnya permintaan Informasi Pemilu dan Pemilihan;
c) permintaan Informasi Pemilu dan Pemilihan ditanggapi tidak
sebagaimana yang dimohonkan;
d) tidak dipenuhinya permintaan Informasi Pemilu dan Pemilihan;
e) pengenaan biaya yang tidak wajar; dan/atau
f) pemberian Informasi Pemilu dan Pemilihan melebihi batas waktu
yang ditentukan.

Putusan Mediasi yang dikeluarkan oleh Komisi Informasi bersifat final dan
mengikat sehingga tidak dapat dilakukan Upaya hukum.

3) Ajudikasi Nonlitigasi

Proses penyelesaian sengketa informasi pemilu dan pemilihan


diselenggarakan melalui Ajudikasi Nonlitigasi dalam hal Majelis Komisioner
pada saat Pemeriksaan Pendahuluan menemukan fakta bahwa
permohonan penyelesaian sengketa informasi pemilu dan pemilihan
dikarenakan:
a) penolakan atas permintaan Informasi Pemilu dan Pemilihan
berdasarkan alasan pengecualian sebagaimana diatur dalam
undang-undang;
b) Mediasi Gagal/Tidak Mencapai Kesepakatan.

12
4) Putusan Komisi Informasi

a) Apabila penyelesaian sengketa melalui Mediasi mencapai


kesepakatan diantara para pihak. Maka Komisi Informasi akan
mengeluarkan Kesepakatan Mediasi dan Putusan Mediasi.
b) Adapun penyelesaian sengketa melalui Ajudikasi Nonlitigasi selesai
dilaksanakan maka akan dikeluarkan Putusan Komisi Informasi.

G. Mekanisme Keberatan atas Putusan Komisi Informasi

Mekanisme Keberatan atas Putusan Komisi Informasi diatur dalam Peraturan


Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2019 tentang Standar Layanan dan Prosedur
Penyelesaian Sengketa Informasi Pemilu dan Pemilihan juncto Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penyelesaian
Sengketa Informasi di Pengadilan. Berikut adalah gamabaran umum mengenai
pengajuan keberatan terhadap putusan Komisi Informasi:

a) Putusan Komisi Informasi yang berasal dari proses penyelesaian sengketa


informasi pemilu dan pemilihan melalui Mediasi tidak dilaksanakan oleh
Termohon. Pemohon dapat mengajukan permohonan eksekusi ke
Pengadilan Tata Usaha Negara.
b) Apabila Putusan Komisi Informasi yang berasal dari proses penyelesaian
sengketa informasi pemilu dan pemilihan melalui Ajudikasi Nonlitigasi tidak
diterima oleh salah satu dan/atau para pihak, maka dapat diajukan Upaya
keberatan/banding ke Pengadilan Tata Usaha Negara. Proses pengajuan
keberatan/banding ke Pengadilan Tata Usaha Negara diajukan paling lama
3 (tiga) hari kerja, sejak putusan diucapkan dalam sidang yang dihadiri oleh
para pihak atau apabila para pihak atau salah satu pihak tidak hadir dalam
pengucapan putusan, keberatan dapat diajukan paling lama 3 (tiga) hari,
sejak putusan diterima oleh para pihak.

H. Mekanisme Permohonan Eksekusi Putusan

13
Putusan Komisi Informasi yang berkekuatan hukum tetap dan/atau putusan
pengadilan yang berkekuatan hukum tetap dapat diajukan Permohonan Eksekusi
di Pengadilan Tata Usaha Negara. Adapun mekanisme dan prosedur permohonan
eksekusi diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Tata Cara Penyelesaian Sengketa Informasi di Pengadilan.

J. Lampiran
a. Power Point Keterbukaan Informasi Pemilu dan Pemilihan
b. Power Point Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Pemilu dan
Pemilihan

14
A. POWER POINT KETERBUKAAN INFORMASI PEMILU DAN PEMILIHAN

15
16
17
18
19
20
21
22
B. POWER POINT PROSEDU PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI
PEMILU DAN PEMILIHAN

23
24
25
26
3. MEKANISME MEMPEROLEH INFORMASI

4. ALUR PERMOHONAN PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI


PEMILUN DAN PEMILIHAN

27
28

Anda mungkin juga menyukai