Anda di halaman 1dari 9

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

PADA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

Muhamad Denny Murappal


denny.murappal@gmail.com
Magister Administrasi Publik Universitas Sriwijaya

ABSTRAK
Dengan terbitnya Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
Nomor KEP-653/K/SU/2010 tentang Standar Prosedur Layanan Informasi di BPKP, sejak saat itu
maka BPKP sebagai badan publik telah melaksanakan amanah UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik dan turunanya dalam PP Nomor 61 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Landasan teori
implementasi kebijakan keterbukaan informasi publik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Model George C. Edward III. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
informan penelitian berasal dari BPKP Provinsi Sumatera Selatan yang ditentukan secara
purposive. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara mendalam dan observasi
dengan teknik analisis reduksi data, penyajian data dan pengambilan kesimpulan. Kesimpulan dari
implementasi kebijakan keterbukaan informasi publik pada BPKP menunjukkan aspek komunikasi,
aspek disposisi (sikap pelaksana) dan aspek struktur birokrasi telah terlaksana dengan baik, namun
aspek sumber daya khususnya sumber daya manusia masih sangat terbatas. Saran kepada BPKP
yaitu melakukan optimalisasi implementasi kebijakan keterbukaan informasi publik pada aspek
sumber daya manusia dengan cara menempatkan pegawai dengan kualifikasi pendidikan minimal
menguasai bidang informasi atau memberikan pelatihan dan pendidikan yang berkaitan dengan
kebijakan keterbukaan informasi publik kepada pelaksana kebijakan yang tersedia saat ini.
Kata kunci: implementasi kebijakan; keterbukaan informasi publik; kebijakan publik.

1. PENDAHULUAN
Terbitnya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
pada tanggal 30 April 2008 merupakan sebuah langkah besar yang diambil pemerintah dalam
mewujudkan komitmen atas tata kelola pemerintahan yang baik yaitu transparan, efektif,
efisien, akuntabel dan dapat dipertanggungjawabkan. Keterbukaan informasi publik ini
diharapkan juga dapat menjadi sarana bagi masyarakat dalam melakukan pengawasan publik
atas kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh penyelenggara pemerintah di pemerintahan.
Pasal 1 ayat (2) dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 menyatakan bahwa informasi
publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh
suatu badan publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau
penyelenggara dan penyelenggaraan badan publik lainnya yang sesuai dengan Undang-Undang
ini serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik.
Sedangkan menurut Suryanto (2006) informasi publik adalah data berupa catatan historis
yang dicatat dan diarsipkan tanpa maksud dan segera diambil kembali untuk pengambilan
keputusan atau data yang telah diletakkan dalam konteks yang lebih berarti dan berguna yang
dikomunikasikan kepada penerima untuk digunakan didalam pembuatan keputusan.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa informasi publik adalah data
historis yang dihasilkan, disimpan dan dikelola oleh suatu organisasi publik yang berkaitan
dengan kepentingan publik dan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan publik.
Salah satu organisasi publik yang memiliki kewajiban menjalankan amanat yang tertuang
dalam UU Nomor 14 Tahun 2008 adalah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP). BPKP terbentuk pada tahun 1983 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun
1983, seiring dengan berjalannya waktu maka tugas dan fungsi BPKP juga telah mengalami
beberapa kali penyesuaian dengan perubahan terakhir diatur dalam Peraturan Presiden Nomor
192 Tahun 2014 tentang BPKP. Perpres tersebut menyebutkan bahwa BPKP mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengawasan keuangan negara/daerah dan
pembangunan nasional. BPKP memiliki peran untuk membantu Presiden dalam mengawasi
pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara/daerah serta pembangunan agar sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, sekaligus memberikan masukan bagi
penyusunan kebijakan yang terkait.
Dengan diterbitkannya Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
Nomor KEP-653/K/SU/2010 tentang Standar Prosedur Layanan Informasi di BPKP maka
BPKP sebagai badan publik mulai melaksanakan amanah UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik dan turunanya dalam PP Nomor 61 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Berdasarkan
latar belakang tersebut maka tulisan ini akan membahas mengenai implementasi kebijakan
keterbukaan informasi publik pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.

2. LANDASAN TEORI
Dalam melaksanakan kebijakan publik berupa keterbukaan informasi publik di BPKP
diperlukan suatu tolak ukur untuk menilai sejauh mana implementasi kebijakan publik tersebut
telah berhasil atau tidak berhasil dilaksanakan. Ada banyak model yang dipakai dalam
melakukan analisis keberhasilan suatu implementasi kebijakan antara lain sebagai berikut:
1) Model Van Meter dan Van Horn
Van Meter dan Van Horn dalam Subarsono (2005), mengemukakan bahwa keberhasilan
implementasi kebijakan dipengaruhi oleh enam variabel, yaitu:
(1) Standar dan sasaran kebijakan
(2) Sumber daya
(3) Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas
(4) Karakteristik pelaksana
(5) Lingkungan ekonomi, sosial dan politik
(6) Sikap para pelaksana
2) Model Jan Merse
Jan Merse dalam Tahir (2015), mengemukakan bahwa keberhasilan implementasi
kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yaitu:
(1) Informasi
(2) Isi kebijakan
(3) Dukungan masyarakat
(4) Pembagian potensi
3) Model George C. Edward III
Edward III dalam Subarsono (2005), mengemukakan bahwa keberhasilan implementasi
kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yaitu:
(1) Komunikasi
(2) Sumber daya
(3) Disposisi (sikap pelaksana)
(4) Struktur birokrasi

2. METODE
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Arikunto (2002)
penelitian kualitatif adalah suatu jenis penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan
informasi mengenai status atau gejala yang ada di lokasi penelitian, menurut kendala apa
adanya pada saat penelitian dilakukan.
Informan penelitian ini adalah pihak BPKP Provinsi Sumatera Selatan yang ditentukan
secara purposive. Menurut Sugiyono (2007) purposive yaitu dipilih dengan pertimbangan dan
tujuan tertentu. Artinya, informan yang dipilih adalah informan yang dianggap mengetahui
permasalahan yang sedang diteliti agar mendapatkan informasi yang relevan dan akurat.
Teknik pengumpulan data ini adalah participant observation dan in depth interview,
sedangkan teknik analisis data yaitu reduksi data, penyajian data dan mengambil kesimpulan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada umumnya keberhasilan implementasi kebijakan keterbukaan informasi publik dapat
dilihat dari kesesuaian antara realisasi tujuan kebijakan publik tersebut saat diciptakan dengan
hasil kegiatan yang telah dilakukan pemerintah terkait keterbukaan informasi.
Dalam mengkaji suatu implementasi kebijakan publik maka perlu diuraikan terlebih dahulu
apa saja variabel yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi kebijakan.
Sehingga, diperlukan model implementasi kebijakan untuk menyederhanakan pemahaman
mengenai konsep suatu implementasi kebijakan. Model George C. Edward III menurut penulis
adalah model yang dapat menjelaskan berhasil atau tidaknya suatu pelaksanaan kebijakan
berupa keterbukaan informasi publik pada BPKP.

3.1. Aspek Komunikasi


Komunikasi adalah penyampaian informasi yang dilakukan oleh komunikator kepada
komunikan, sedangkan komunikasi kebijakan dapat diartikan sebagai penyampaian sebuah
kebijakan (informasi) yang dilakukan oleh pembuat kebijakan (komunikator) kepada pelaksana
kebijakan (komunikan). Dalam komunikasi kebijakan setidaknya terdapat beberapa dimensi
informasi yang diperlukan agar dapat dijalankan dengan baik oleh pelaksana kebijakan
(komunikan) antara lain:
1) Tranformasi informasi
Transformasi informasi menghendaki sebuah kebijakan tidak hanya disampaikan
kepada pelaksana kebijakan tetapi juga disampaikan kepada kelompok sasaran kebijakan
dan pihak lain yang berkepentingan.
Dalam hal transformasi informasi BPKP memiliki website eos.bpkp.go.id yang dapat
diakses oleh pelaksana kebijakan dan semua pihak yang berkepentingan untuk mengelola
maupun memperoleh informasi publik.
Hasil pengamatan pada website tersebut memuat seluruh informasi mulai dari
regulasi, visi dan misi, standar layanan, jenis informasi publik, dan laporan pelaksanaan
penyampaian informasi publik hingga survey kepuasan layanan keterbukaan informasi
publik yang dapat dilakukan oleh masyarakat luas.
2) Kejelasan informasi
Kejelasan informasi menghendaki sebuah kebijakan disampaikan secara jelas
sehingga tidak ada perbedaan substansi pelaksana kebijakan terkait tugas untuk mencapai
tujuan implementasi kebijakan.
Dalam hal kejelasan informasi BPKP sudah menerbitkan beberapa keputusan dan
peraturan tentang keterbukaan informasi publik yaitu:
(1) Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Republik
Indonesia Nomor KEP-653/K/SU/2010 Tentang Standar Prosedur Layanan Informasi
di BPKP.
(2) Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Republik
Indonesia Nomor 29 Tahun 2013 Tentang Standar Pelayanan Informasi Publik pada
BPKP.
(3) Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Republik
Indonesia Nomor KEP-355/K.SU/04/2022 Tentang Pemuktahiran Tim Pertimbangan
Layanan Informasi dan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi pada BPKP.
Hasil pengamatan terhadap keputusan dan peraturan tersebut, telah menjelaskan tugas
dan fungsi dari masing-masing pelaksana kebijakan secara rinci agar tidak terjadi
perbedaan pandangan mengenai tugas dari masing-masing pelaksana kebijakan.
3) Konsistensi informasi
Kejelasan informasi menghendaki sebuah kebijakan tidak membingungkan
pelaksana kebijakan dan para pihak yang berkepentingan.
Dalam hal konsistensi informasi BPKP agar setiap pelaksana kebijakan dan pihak
lain yang berkepentingan mengerti dan sepaham atas proses maupun tahapan yang harus
dilalui untuk mendapatkan informasi publik sehingga tidak membingungkan seluruh pihak,
maka BPKP setidaknya memiliki sembilan SOP yang baku sebagai berikut:
(1) SOP Pelayanan Informasi Publik
(2) SOP Pengelolaan Permohonan Informasi Publik
(3) SOP Pengelolaan Keberatan atas Informasi
(4) SOP Penetapan dan Pemutakhiran Daftar Informasi Publik
(5) SOP Pendokumentasian Informasi Publik yang Dikecualikan
(6) SOP Pendokumentasian Informasi Publik
(7) SOP Penanganan Sengketa
(8) SOP Klasifikasi Informasi yang Dikecualikan
(9) SOP Pengelolaan Permohonan Informasi bagi Penyandang Disabilitas
Hasil pengamatan terhadap kesembilan SOP tersebut telah menampilkan bagan alur
kegiatan yang akan dilalui dalam pemberian informasi publik beserta pelaksana kebijakan,
kelengkapan dokumen, waktu dan output dokumen yang akan dihasilkan di akhir proses
layanan pemberian informasi publik.

3.2. Aspek Sumber daya


Sumber daya adalah kemampuan yang dimiliki pelaksana kebijakan untuk mencapai hasil
atau tujuan kebijakan. Sumber daya tersebut meliputi sumber daya manusia, anggaran,
peralatan dan kewenangan.
1) Sumber daya manusia
Sumber daya manusia berupa kecakapan fisik dan mental yang wajib dimiliki oleh
pelaksana kebijakan.
Berdasarkan hasil pengamatan sumber daya pelaksana kebijakan yang ada pada
BPKP masih sangat terbatas, dimana belum ada pelaksana kebijakan yang memiliki latar
belakang pendidikan ilmu komunikasi. Kondisi ini dapat menjadi salah satu faktor
penghambat implementasi kebijakan keterbukaan informasi publik pada BPKP.
2) Sumber daya anggaran
Sumber daya anggaran adalah kemampuan keuangan atau dana yang dibutuhkan
oleh pelaksana kebijakan untuk melaksanakan suatu kebijakan.
Berdasarkan hasil pengamatan sumber daya anggaran implementasi kebijakan
keterbukaan informasi publik yang ada pada BPKP masih cukup terbatas mengingat
permintaan informasi publik tidak dapat diprediksi atau direncanakan tingkat keterjadian
secara pasti setiap tahunnya, sehingga anggaran tersebut tidak terlalu menjadi perhatian.
3) Sumber daya peralatan
Sumber daya peralatan adalah alat dan tempat yang dibutuhkan untuk melakukan
implementasi sebuah kegiatan.
Berdasarkan hasil pengamatan sumber daya peralatan yang ada pada BPKP sudah
memadai dimana telah tersedia ruang tamu, meja, kursi tamu, pesawat telepon, mesin
faksimile, komputer dan website sebagai sarana penungjang pelaksana kebijakan maupun
sarana publik untuk mendapatkan informasi publik.
4) Sumber daya kewenangan
Sumber daya kewenangan yaitu kekuasaan untuk membuat keputusan sendiri dalam
melaksanakan kebijakan.
Sumber daya kewenangan ini telah ada pada saat diterbitkannya Keputusan Kepala
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Republik Indonesia Nomor
KEP-355/K.SU/04/2022 Tentang Pemuktahiran Tim Pertimbangan Layanan Informasi dan
Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi pada BPKP.
3.3. Disposisi (sikap pelaksana)
Sikap pelaksana kebijakan sangat berperan dalam keberhasilan suatu implementasi
kebijakan, sikap tersebut seperti komitmen dan rasa tanggung jawab.
Berdasarkan pengamatan bahwa sikap pelaksana kebijakan keterbukaan informasi publik
pada BPKP telah merespon kebijakan keterbukaan informasi publik, namun karena sebagian
besar pelaksana kebijakan merupakan pegawai dengan status jabatan fungsional auditor atau
pendidikan akuntansi maka masih diperlukan kegiatan pelatihan atau sosialisasi untuk
memperkaya pengetahuan dibidang keterbukaan informasi publik.

3.4. Struktur birokrasi


Struktur birokrasi dapat diartikan hubungan antara pembagian tugas oleh pembuat kebijakan
kepada para pelaksana kebijakan untuk mencapai tujuan sebuah kebijakan.
Struktur birokrasi kebijakan keterbukaan informasi publik pada BPKP tertuang dalam
Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Republik Indonesia
Nomor KEP-653/K/SU/2010 Tentang Standar Prosedur Layanan Informasi di BPKP, dengan
struktur sebagaimana pada gambar berikut:

Sumber: Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Republik


Indonesia Nomor KEP-653/K/SU/2010 Tentang Standar Prosedur Layanan
Informasi di BPKP
Tim Pertimbangan Layanan Informasi dan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi
telah ditugaskan untuk melaksanakan setidaknya sembilan SOP sebagai berikut:
(1) SOP Pelayanan Informasi Publik
(2) SOP Pengelolaan Permohonan Informasi Publik
(3) SOP Pengelolaan Keberatan atas Informasi
(4) SOP Penetapan dan Pemutakhiran Daftar Informasi Publik
(5) SOP Pendokumentasian Informasi Publik yang Dikecualikan
(6) SOP Pendokumentasian Informasi Publik
(7) SOP Penanganan Sengketa
(8) SOP Klasifikasi Informasi yang Dikecualikan
(9) SOP Pengelolaan Permohonan Informasi bagi Penyandang Disabilitas

4. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


4.1. Kesimpulan
Implementasi kebijakan keterbukaan informasi publik pada BPKP dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1) Aspek komunikasi pada implementasi kebijakan keterbukaan informasi publik pada BPKP
telah dilaksanakan dengan baik.
2) Aspek sumber daya pada implementasi kebijakan keterbukaan informasi publik pada
BPKP khususnya sumber daya manusia masih sangat terbatas, dimana belum ada
pelaksana kebijakan yang memiliki latar belakang pendidikan ilmu komunikasi. Kondisi
ini dapat menjadi salah satu faktor penghambat implementasi kebijakan keterbukaan
informasi publik pada BPKP.
3) Aspek disposisi (sikap pelaksana) pada implementasi kebijakan keterbukaan informasi
publik pada BPKP, merespon kebijakan keterbukaan informasi publik dengan baik, namun
karena sebagian besar pelaksana kebijakan merupakan pegawai dengan status jabatan
fungsional auditor atau pendidikan akuntansi maka hal ini juga dapat menjadi salah satu
faktor penghambat implementasi kebijakan keterbukaan informasi publik pada BPKP.
4) Aspek struktur birokrasi kerjasama antara unit kerja sebagai pejabat pengelola informasi
dan dokumentasi selaku PPID telah berjalan dengan baik.

4.2. Rekomendasi
Saran atas implementasi kebijakan keterbukaan informasi publik pada BPKP adalah sebagai
berikut:
1) Melakukan optimalisasi implementasi kebijakan keterbukaan informasi publik pada aspek
sumber daya manusia dengan cara menempatkan pegawai dengan kualifikasi pendidikan
minimal menguasai bidang informasi.
2) Memberikan pelatihan atau pendidikan yang berkaitan dengan kebijakan keterbukaan
informasi publik yang akan dilaksanakan kepada pelaksana kebijakan yang tersedia saat ini
mengingat pelaksana kebijakan tersebut berlatar belakang pendidikan akuntansi.

5. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktek. Rineka Cipta. Jakarta.
Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Republik Indonesia
Nomor KEP-653/K/SU/2010 Tentang Standar Prosedur Layanan Informasi di BPKP.
Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Republik Indonesia
Nomor KEP-355/K.SU/04/2022 Tentang Pemuktahiran Tim Pertimbangan Layanan Informasi
dan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi pada BPKP.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1983 Tentang Badan Pengawasan
Keuangan Dan Pembangunan.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 Tentang Badan
Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan.
Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Republik Indonesia
Nomor 29 Tahun 2013 Tentang Standar Pelayanan Informasi Publik pada BPKP.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 192 Tahun 2014 Tentang Badan Pengawasan
Keuangan Dan Pembangunan.
Subarsono, AG. (2005). Analisis Kebijakan Publik, Konsep, Teori dan Aplikasi. Pustaka
Pelajar. Jogjakarta.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta. Bandung.
Tahir, A. (2015). Kebijakan Publik dan Transparansi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
Alfabeta. Bandung.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

Anda mungkin juga menyukai