Anda di halaman 1dari 36

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN GADGET DENGAN STATUS


GIZI SISWA SMAN 21 GOWA

THE RELATIONSHIP BETWEEN THE INTENSITY OF GADGET USE AND


THE NUTRITIONAL STATUS OF STUDENTS AT SMAN 21 GOWA

AL FAJRI
210305501014

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
PENGESAHAN PROPOSAL

Judul : Hubungan Intensitas Pengunaan Gadget Dengan Status Gizi


Siswa SMAN 21 GOWA
Nama : Al Fajri
NIM : 210305501014
Program Studi : Gizi

Mengetahui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Nama Dosen Nama Dosen


NIP NIP

Menyetujui,

Ketua Program Studi Gizi

dr. Nurussyariah, M.AppSci, Sp.N(K)


NIP. 19750425 200212 2 001

i
DAFTAR ISI

PROPOSAL PENELITIAN ....................................................................................... 1


PENGESAHAN PROPOSAL ..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 5
BAB II .......................................................................................................................... 7
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 7
A. Kajian Teori ...................................................................................................... 7
1. Intensitas Penggunaan Gadget .................................................................... 7
2. Status Gizi ................................................................................................... 12
3. Hubungan Penggunaan Gadget dengan Status Gizi ................................ 19
B. Kerangka Konsep ........................................................................................... 20
C. Hipotesis Penelitan ......................................................................................... 21
BAB III ....................................................................................................................... 22
METODE PENELITIAN ......................................................................................... 22
A. Jenis Penelitian ............................................................................................... 22
B. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................................... 22
C. Variabel dan Desain Penelitian ..................................................................... 22
D. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................... 23
E. Definisi Operasional ....................................................................................... 24
F. Alur Penelitian ................................................................................................ 25
G. Teknik Pengambilan Data.......................................................................... 26
H. Instrumen Penelitian .................................................................................. 27

ii
I. Teknik Analisis Data ...................................................................................... 27
JADWAL RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN .......................................... 30
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 31

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gadget merupakan alat komunikasi yang memiliki berbagai fungsi

melalui fitur-fitur yang terdapat di dalamnya (Arifin dalam Pratiwi 2019).

Istilah lain mengartikannya sebagai perangkat elektronik dengan fungsi dan

desain yang spesifik dan lebih praktis yang dirancang dengan teknologi yang

canggih seperti, tablet, laptop, notebook, dan smartphone. Keberadaan gadget

sudah tidak asing lagi di kehidupan manusia. Hampir setiap individu

menggunakan perangkat tersebut, anak, remaja, dewasa hingga orang tua.

Kompleksitas perangkat telekomunikasi ini menarik sejumlah orang di

berbagai tempat, seperti rumah, sekolah, kantor, dan tempat lainnya (Frahasini,

Astuti and Atmaja, 2018). Eksistensi perangkat telekomunikasi ini menandakan

bahwa adanya kemajuan teknologi yang memiliki banyak manfaat (Putri,

2019). Dari tahun ke tahun perangkat ini selalu mengalami pembaruan dengan

yang lebih canggih dan praktis (Rosiyanti and Muthmainnah, 2018).

Secara umum gadget memiliki manfaat sebagai alat komunikasi, media

belajar, dan bersosial. Gadget menyediakan berbagai fitur yang disukai banyak

orang termasuk remaja seperti google, youtube, game, dll. Aplikasi tersebut

menyediakan berbagai gambar, video dan hal-hal lain yang menarik perhatian

1
remaja. Adanya berbagai fitur ini penggunaan gadget dapat mempengaruhi

perilaku seseorang (Baharuddin, 2020).

Gizi adalah faktor terpenting dalam parameter kesehatan manusia

(Kemenkes, 2014b). Gizi ialah proses makhluk hidup memanfaatkan pangan

yang dimakan secara alamiah lewat proses pencernaan, penyerapan,

transportasi, penyimpanan, metabolisme, serta ekskresi sisa zat yang tidak

digunakan guna menjaga kehidupan, perkembangan serta fungsi normal organ,

dan menghasilkan energi (Susilowati and Kuspriyanto, 2019). Tubuh

membutuhkan makronutrien dan mikronutrien untuk menunjang pertumbuhan

serta mempertahankan status gizi normal (Parks, Mascarenhas and Goh, 2020).

Malnutrisi masih menjadi masalah yang serius yang belum teratasi di berbagai

negara terutama pada remaja yang merupakan generasi penerus bangsa

(Cholidah et al., 2020). Remaja merupakan individu yang dikategorikan dalam

tahap pertumbuhan dan perkembangan. Pada tahap ini remaja memiliki

masalah gizi yang rentang yang dapat berdampak pada masalah kesehatan

(Susilowati and Kuspriyanto, 2019 (Parks, 2020)).

Peningkatan pemakaian gadget secara keseluruhan di dunia bertambah

terus dari tahun ke tahun, sejumlah 3,2 miliar pemakai gadget di tahun 2019,

naik mencapai 5,6% dibandingkan pada pemakaian tahun-tahun yang lalu.

Apabila di sandingkan dengan pemakaian perangkat aktif yaitu sebanyak 3,8

miliar buah. Sedangkan pada tahun 2022, diprediksi jumlah pemakain

smartphone mencapai 3,9 miliar. Peningkatan jumlah tersebut sebagian besar

2
terjadi pada kawasan berkembang, termasuk Afrika,Timur Tengah, Asia

Tenggara dan Amerika Latin, (Newzoo, 2019). Pada bulan Maret 2022

Kementerian Komunikasi dan Informatika menyatakan tarif internet yang

murah menjadi salah satu penyebab semakin bertambahnya jumlah pemakai

ponsel canggih hingga mencapai 167 juta pengguna atau 76% dari 273.879.750

jumlah penduduk Indonesia.

Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) dari tahun 2021

hingga 2022, Indonesia mengalami penurunan angka stunting sebanyak 2,8%.

Capaian tersebut sesuai dengan target yang dicanangkan oleh Kementerian

Kesehatan, yaitu sekitar 2,7% setiap tahunnya. Sehingga dengan demikian

upaya menurunkan stunting sebanyak 14% pada tahun 2024, diharapkan bisa

tercapai sesuai dengan target RPJMN yang telah dicanangkan (Kemenkes RI,

2022). Indonesia memiliki prevalensi status gizi kurang pada remaja usia 13-

15 tahun sebesar 8,7% (sangat kurus 1,9% dan kurus 6,8%), gizi lebih 16%

(gemuk 11,2% dan obesitas 4,8%) (Kemenkes RI, 2018).

Perubahan gaya hidup (life style), seperti penggunaan gadget pada

remaja dapat mempengaruhi kebiasaan makan yang berdampak pada status gizi

(Kumala, Margawati and Rahadiyanti, 2019). Gadget merupakan salah satu

bentuk perkembangan teknologi yang digemari, namun remaja dengan

penggunaan gadget yang berlebih memicu perilaku sedentari yang dapat

mempengaruhi status gizi lebih karena kurangnya aktivitas fisik. Penggunaan

gadget tidak dikontrol dengan baik dapat memicu kecanduan bagi

3
penggunanya. Dampak kecanduan gadget berakibat pada pertumbuhan dan

perkembangan anak serta remaja (Asif and Rahmadi, 2018). Berdasarkan

penelitian (Mayyoni, 2019) di Kota Denpasar memperoleh hasil adanya

korelasi antara penggunaan gadget dengan status gizi pada siswa SMP. Remaja

cenderung mengikuti arus globalisasi yang memicu kebiasaan hidup

berpengaruh pada budaya luar, seperti pola hidup sedentari karena kemajuan

teknologi serta kebiasaan makan yang kurang tepat seperti junk food sehingga

memiliki dampak kesehatan yang buruk yang dapat mempengaruhi aktivitas

sehari-hari (Kumala, Margawati and Rahadiyanti, 2019).

Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa salah satu alasan

remaja menggunakan gadget adalah untuk mencari identitas diri dengan

menggunakan teknologi canggih pada gadget khususnya penggunaan

smathphone. Dalam proses tersebut biasanya remaja berfokus pada penggunaan

sosial media dari berbagai platform untuk mendapatkan berbagai informasi

serta mengikuti perkembangan dari teknologi atau trend yang sedang terjadi di

dunia. intensitas penggunaan media sosial juga dikaitkan dengan status gizi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat

dijelaskan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Apakah ada hubungan

intensitas penggunaan gadget dengan status gizi siswa SMAN 21 Gowa.

4
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara intensitas penggunaan

gadget dengan status gizi siswa SMAN 21 Gowa.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk menganalisis hubungan status gizi dengan kebiasaan penggunaan

gadget pada siswa SMAN 21 Gowa.

b. Untuk mengetahui pengaruh intensitas penggunaan gadget dengan

status gizi siswa SMAN 21 Gowa.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai perkembangan

ilmu gizi kesehatan masyarakat yang difokuskan pada status gizi bagi

remaja-remaja agar lebih memperhatikan dan menjaga kesehatan yang lebih

baik.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Dapat meningkatkan pengetahuan dan membantu memperbaiki

kebiasaan dalam penggunaan gadget sehingga meningkatkan prestasi

belajar.

b. Bagi Guru

5
Membantu dalam memberikan edukasi dalam peningkatan

prestasi belajar siswa SMAN 21 Gowa.

c. Bagi Sekolah

Sebagai bahan pertimbangan terhadap peningkatan prestasi belajar

siswa dan sebagai upaya peningkatan status gizi siswa agar jauh lebih

baik.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Intensitas Penggunaan Gadget

Intensitas merupakan suatu kekuatan sikap dan identitas setiap

orang yang merupakan keinginan untuk melakukan sesuatu secara sungguh-

sungguh yang diukur dari waktu yang dipergunakan pada suatu aktivitas

yang telah dipilih (Hurlock, 1980). Gadget adalah suatu alat atau instrument

yang memiliki tujuan dan fungsi praktis yang secara spesifik dirancang

lebih canggih dibandingkan dengan teknologi yang diciptakan sebelumnya

(Wijanarko, dkk, 2018). Dalam intensitas penggunaan gadget seseorang,

terdapat dua hal mendasar yang perlu diamati, yakni frekuensi gadget yang

sering digunakan dan lama menggunakan tiap kali mengakses gadget yang

dilakukan oleh pengguna gadget (Noormiyanto,2018).

Gadget merupakan barang canggih yang diciptakan dengan

berbagai aplikasi yang dapat menyajikan berbagai media berita, jejaring

sosial, hobi, bahkan hiburan (Widiawati dan Sugiman, 2019). Gadget

adalah media yang dipakai sebagai alat komunikasi modern dan semakin

mempermudah kegiatan komunikasi manusia. Dalam kamus Bahasa

Indonesia Lengkap, gadget yang dalam bahasa Indonesia yaitu “gawai”

adalah merupakan alat atau perkakas. Jadi, dapat disimpulkan intensitas

7
penggunaan gadget adalah keadaan tingkatan atau ukuran suatu situasi,

kondisi untuk melakukan aktivitas yang dipilih secara berulang ulang dan

memiliki frekuensi tertentu dengan menggunakan gadget yang memiliki

tujuan dengan yang fungsi praktis (Jati dan Herawati, 2021).

a. Aspek-Aspek Intensitas Penggunaan Gadget

Menurut Horrigan (Noormiyanto, 2018), intensitas terdiri dari

dua aspek, yakni :

i. Aspek frekuensi

Merujuk pada tingkatan atau seberapa sering subyek

menggunakan gadget Intensitas menggunakan gadget dengan

frekuensi tinggi adalah lebih dari 10 kali setiap harinya, intensitas

frekuensi menggunkan gadget dengan intensitas sedang adalah

antara 3-10 kali setiap harinya, dan intensitas menggunakan gadget

dengan frekuensi rendah adalah kurang dari 3 kali setiap harinya.

ii. Lama mengakses

Aspek ini mempunyai arti penting karena berapa lama waktu

yang digunakan untuk menggunakan gadget. Durasi tinggi dalam

menggunakan gadget jika dalam sehari lebih dari 10 jam, durasi

sedang jika dalam sehari menggunakan gadget antara 2-10 jam,

durasi rendah jika dalam menggunakan gadget kurang dari 2 jam.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Gadget

8
Beberapa faktor yang mempengaruhi remaja dalam penggunaan

gadget. Menurut Fadhilah (2018) adalah.:

i. Iklan

Iklan yang merajalela di dunia pertelevisian dan di media

sosial Iklan seringkali mempengaruhi remaja untuk mengikuti

perkembangan masa kini. Sehingga hal itu membuat remaja

semakin tertarik bahkan penasaran akan hal baru.

ii. Gadget menampilkan fitur-fitur yang menarik


Fitur-fitur yang ada didalam gadget membuat ketertarikan pada

remaja. Sehingga hal itu membuat remaja penasaran untuk

mengoperasikan gadget.

iii. Kecanggihan dari gadget

Kecanggihan dari gadget dapat memudahkan semua

kebutuhan remaja. Kebutuhan remaja dapat terpenuhi dalam

bermain game, sosial media bahkan sampai berbelanja online.

iv. Keterjangkauan harga gadget

Keterjangkauan harga disebabkan karena banyaknya

persaingan teknologi. Sehingga dapat menyebabkan harga dari

gadget semakin terjangkau. Dahulu hanyalah golongan orang

menengah atas yang mampu membeli gadget, akan tetapi pada

9
kenyataan sekarang orang tua berpenghasilan pas-pasan mampu

membelikan gadget untuk anaknya.

v. Lingkungan

Lingkungan membuat adanya penekanan dari teman sebaya

dan juga masyarakat. Hal ini menjadi banyak orang yang

menggunakan gadget, maka masyarakat lainnya menjadi enggan

meninggalkan gadget. Selain itu sekarang hampir setiap kegiatan

menuntut seseorang untuk menggunakan gadget.

Menurut Kotler (dalam Wati dan Sodik, 2018) faktor-faktor yang

mempengaruhi remaja menggunakan gadget adalah :

i. Faktor budaya

Faktor budaya berpengaruh paling luas dan mendalam terhadap

perilaku remaja. Sehingga banyak remaja mengikuti trend yang

ada didalam budaya lingkungan mereka, yang mengakibatkan

keharusan untuk memiliki gadget.

ii. Faktor sosial

Faktor sosial yang mempengaruhinya seperti kelompok acuan,

keluarga serta status sosial. Peran keluarga sangat penting dalam

faktor sosial, karena keluarga sebagai acuan utama dalam

perilaku remaja.

iii. Faktor Pribadi

10
Faktor pribadi yang memberikan kontribusi terhadap perilaku

remaja seperti usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan dan

lingkungan ekonomi, gaya hidup, dan konsep diri. Kepribadian

remaja yang selalu ingin terlihat lebih dari teman-temannya,

biasanya cenderung mengikuti trend sesuai perkembangan

teknologi.

c. Indikator Penggunaan Gadget

i. Indikator Kebutuhan

Gadget sudah menjadi kebutuhan di era globalisasi ini,

khususnya untuk para remaja, dimana kehidupan yang menuntut

mereka untuk menggunakan gadget. Gadget sangat diperlukan

dalam menunjang aktivitas belajar remaja, karena zaman

sekarang di sekolah maupun universitas menuntut setiap siswa

dan mahasiswanya untuk menggunakan gadget. Laptop, tablet,

dan handphone merupakan gadget yang paling sering digunakan

siswa dan mahasiswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan

ataupun mencari materi-materi pembelajaran. Bisa

dibayangkan, apabila remaja hanya mengandalkan buku saja,

remaja tidak dapat berkembang dengan cepat, informasi yang di

dapat pun terbatas.

11
ii. Ketergantungan. Teori ini diperkenalkan oleh Sandra Ball-

Rokeach dan Melvin Defleur

Ketika seseorang telah memainkan apa yang menurut

mereka itu senang mereka akan ketagihan dan selalu

memainkannya secara terus menerus, sama halnya dengan

gadget, apalagi aplikasi-aplikasi yang ada dalam gadget

membuat yang memainkanya merasa ketergantungan.

Kebanyakan remaja menggunakan gadget menjadi sarana

pembuktian dan penerimaan diri kepada teman-temannya bahwa

dia hebat, sehingga lingkungan pergaulannya mau menerima

dia.

2. Status Gizi

Status Gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan

dan penggunaan zat-zat gizi, dibedakan antara gizi kurang, baik dan lebih

(Setiawan, Luhurningtyas, & Sofia, 2022).

a. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data

yang diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk

menemukan suatu populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi

kurang maupun lebih (Amirullah, Putra & Al Kahar, 2020).

Penilaian status gizi terdiri dari dua jenis yaitu:

12
1) Penilaian Langsung

a) Antropometri

Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status

gizi yang berhubungan dengan ukuran tubuh yang disesuaikan

dengan umur dan tingkat gizi seseorang. Pada umumnya

antropomtri mengukur dimensi dan dan komposisi tubuh

seseorang. Antropometri tidak dapat digunakan untuk

mengidentifikasi zat – zat gizi yang spesifik (Nadila, 2023).

b) Klinis

Pemeriksaan klinis merupakan cara penilaian status gizi

berdasarkan perubahan yang terjadi yang berhubungan erat

dengan kekurangan maupun kelebihan asupan zar gizi.

Pemeriksaan klinis dapat dilihat pada jaringan epitel yang

terdapat di mata, kulit, rambut, mukosa mulut dan organ yang

dekat dengan permukaan tubuh (kelenjer tiroid) (Arni, 2023).

c) Biokimia

Pemeriksaan biokomia disebut juga cara laboratorium.

Pemeriksaan biokimia digunkan untuk mendeteksi adanya

defisiensi zat gizi pada pada kasus yang lebih parah lagi, dimana

dilakukan pemeriksaan dalam suatu bahan biopsi sehingga dapat

diketahui kadar zat gizi atau adanya simpanan dijaringan yang

13
paling sensitif terhadap deplesi, uji ini disebut uji biokimia statis

(Handayani, 2022).

d) Biofisik

Pemeriksaan biofisik merupakan salah satu penilaian

status gizi dengan melihat kemampuan fungsi jaringan dan

melihat perubahan strukrur jaringan yang dapat digunakan

dalam keadaan tertentu seperti kejadian buta senja.

2) Penilaian Tidak Langsung

a) Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan merupakan salah satu

penilaian status gizi dengan melihat jumlah dan jenis makanan

yang dikonsumsi oleh individu maupun keluarga data yang

didapat berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Data

kuantitatif dapat mengetahui jumlah dan jenis pangan yang

dikonsumsi sedangkan data kualitatif dapat diketahui frekuensi

makan dan cara seseorang maupun keluarga dalam memperoleh

pangan sesuai dengan kebutuhan gizi (Arni, 2023).

b) Statistik Vital

Statistik vital merupakan salah satu metode penilaian

status gizi melalui data-data menegenai statistik kesehatan yang

berhubungan dengan gizi seperti angka kematian menuerut

umur tertentu, angka penyebab kesakitan dan kematian, statistik

14
pelayan kesehatan, dan angka penyakit infeksi yang berkaitan

dengan kekurangan gizi (Liambo, 2022).

c) Faktor Ekologi

Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor

ekologi karena masalah gizi dapat terjadi karena interaksi

beberapa faktor ekologi, seperti faktor biologis, faktor fisik dan

lingkungan budaya. Penilaian berdasarkan faktor ekologi

digunakan untuk mengetahui penyebab kejadian gizi salah

(malnutrition) disuatu masyarakat yang nantinya akan sangat

berguna untuk melaksanakan intervensi gizi (Partini, 2022).

b. Indeks Antropometri

Indeks Antropometri bisa merupakan rasio dari suatu pengukuran

terhadap satu atau lebih pengukran yang dihubungkan dengan umur dan

tingkat gizi. Indeks antropometri yang biasanya digunakan adalah rasio

berat badan terhadap umur (BB/BB), tinggi badan terhadap umur (TB/U),

dan berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB). Sejak tahun 1972, indeks

BB/U telah menjadi indikator yang paling banyak digunakan. Juga

disarankan untuk menggunakan indeks TB/U dan Berat/TB untuk

menentukan apakah malnutrisi itu akut atau kronis (Gizi & Laila, 2016).

Berikut merupakan Indeks Antropometri menurut Supariasa

(2016):

1) Berat badan menurut Umur (BB/U)

15
Berat Badan adalah salah satu parameter yang memberikan

gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap

perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang

penyakit infeksi, penurunan nafsu makan, atau jumlah makanan

yang dikonsumsi. Berat badan adalah parameter antropometri yang

sangat labil. Dalam keadaan Normal, yaitu ketika keadaan

kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan

zat gizi terjamin, berat badan berkembang mengikuti pertambahan

umur. Sebaliknya, dalam keadaan yang abnormal terdapat 2

kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang

cepat atau lebih lambat dari normal. Berdasarkan karakteristik berat

badan ini, Indeks Berat badan menurut umur digunakan sebagai

salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik

Berat Badan yang stabil, maka Indeks BB/U lebih menggambarkan

status gizi seseorang saat ini (Current nutritional status) (Gantini,

Putranto, & Muftiah, 2022).

2) Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Tinggi Badan merupakan parameter antropometri yang

menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan

normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan bertambahnya umur.

Pertumbuhan Tinggi Badan tidak seperti Berat Badan, relatif

kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu

16
yang singkat. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan

akan tampak dalam waktu yang relatif lama. Berdasarkan

karakteristik tersebut, indeks antropometri ini menggambarkan

status gizi masa lalu. (Beaton dan Bengoa 1973 dalam Supariasa,

2016) menyatakan bahwa Indeks TB/U selain memberikan

gambaran status gizi masa lampau, juga berkaitan sangat erat

dengan status sosial ekonomi (Rosyida, 2022).

3) Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Berat Badan memiliki hubungan yang linear dengan Tinggi

Badan. Dalam keadaan normal, perkembangan Berat Badan akan

searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan

tertentu. (Jelliffe pada tahun 1966 dalam Supariasa, 2016) telah

memperkenalkan Indeks ini untuk mengidentifikasi status gizi.

Indeks BB/TB merupakan Indikator yang baik untuk menilai status

gizi saat ini (sekarang). Indeks BB/TB adalah indeks yang

independen terhadap umur (Rosyida, 2022).

4) Lingkar Lengan Atas menurut Umur (LILA/U)

Lingkar Lengan atas memberikan gambaran tentang

keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Lingkar

lengan atas berkorelasi dengan Indeks BB/U dan BB/TB. Lingkar

lengan atas merupakan parameter antropometri yang sangat

sederhana dan mudah dilakukan oleh tenaga yang bukan

17
profesional. Kader posyandu dapat melakukan pengukuran ini

(Rosyida, 2022).

c. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan rumus matematis yang

berkaitan dengan lemak tubuh orang dewasa, dan dinyatakan sebagai berat

badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam ukuran

meter). Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan alat ukur sederhana untuk

memantau status gizi orang dewasa khususnya berkaitan dengan

kekurangan atau kelebihan berat badan. Penggunaan IMT hanya berlaku

untuk orang dewasa berumur di atas 18 tahun, di samping itu IMT tidak

dapat diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti Edema,

Asites, dan Hepatomegali. Batasan Berat Badan normal orang dewasa

ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index diterjemahkan menjadi

Indeks Massa Tubuh (IMT). Dengan demikian, mempertahankan Berat

Badan Normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan

hidup lebih panjang (Liambo, 2022). Dua parameter yang berkaitan dengan

pengukuran IMT terdiri dari :

1) Berat Badan

Berat badan merupakan salah satu parameter massa tubuh yang

paling sering digunakan yang dapat mencerminkan junlah dari

beberapa zat gizi seperti protein, lemak, air dan mineral. Untuk

mengukur IMT, berat badan dihubungkan dengan tinggi badan.

18
2) Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan parameter ukuran panjang dan dapat

merefleksikan pertumbahan skeletal (tulang).

3) Indeks Massa Tubuh

Dalam menentukan status gizi remaja dilakukan dengan


membandingkan berat badan (kg) dan tinggi badan (m2). Adapun
rumus perhitungan IMT adalah:
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)
IMT 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)2
Sumber : Kemenkes, 2018

3. Hubungan Penggunaan Gadget dengan Status Gizi


Gadget merupakan salah satu bentuk perkembangan teknologi yang

digemari oleh kebanyakan orang. Meskipun gadget memiliki banyak

manfaat, namun disisi lain gadget juga memberikan dampak negatif bagi

penggunanya. Kecanduan gadget merupakan salah satu dampak negatif

bagi penggunanya jika tidak dikontrol dengan baik (Asif and Rahmadi,

2017). Seseorang dengan penggunaan gadget yang berlebih cenderung

memiliki perilaku sedentari atau kurangnya aktivitas fisik dan dapat

mempengaruhi perilaku termasuk perilaku makan (Baharuddin, 2020).

Menurut penelitian (Kumala, Margawati and Rahadiyanti, 2019),

(Zibethiny, 2021), dan (Mayyoni, 2019) mendapatkan hasil adanya korelasi

terkait penggunaan gadget dengan status gizi. Penelitian oleh (Sarah, 2013)

mengenai risiko obesitas mendapatkan hasil bahwa anak dengan

19
penggunaan gadget >2 jam/hari memiliki risiko obesitas 1,57 kali serta

overweight 1,43 kali. (Jamni, 2019) menyatakan bahwa efek negatif

penggunaan gadget yang berlebihan pada remaja dapat mempengaruhi

status gizi karena lamanya screentime, kurangnya aktivitas fisik, dan

membuat pola makan yang kurang baik sehingga dapat mempengaruhi

status gizi. Bermain gadget termasuk dalam perilaku sedentari yang dapat

memicu meningkatkan asupan energi selama penggunaannya (Jamni,

2019).

B. Kerangka Konsep

Hubungan penggunaan gadget sebagai variabel bebas dan status gizi

sebagai variabel terikat, dapat disajikan dalam kerangka berikut:

Penggunaan Gadget

Responden

Status Gizi

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan intensitas

penggunaan gadget dengan status gizi siswa SMAN 21 Gowa.

20
C. Hipotesis Penelitan

Berdasarkan kerangka konsep diatas, maka pengujian hipotesis dapat

dinyatakan sebagai berikut:

1. H₀ : Tidak ada hubungan antara penggunaan gadget dengan status gizi siswa

SMAN 21 Gowa

2. H₁ : Ada hubungan antara penggunaan gadget dengan status gizi siswa

SMAN 21 Gowa

21
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan

desain penelitian observasional analitik dan pendekatan cross-sectional,

Mengingat tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan

intensitas penggunaan gadget dengan status gizi siswa SMAN 21 Gowa.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMAN 21 Gowa di Kecamatan

Pattallassang, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Pada bulan Oktober-

November 2023, Penelitian ini dilakukan pada siswa SMAN 21 Gowa.

C. Variabel dan Desain Penelitian

1. Variabel Penelitian

Adapun variabel penelitian yang ingin diteliti pada penelitian ini yaitu :

a. Variabel bebas (independent variable) : Penggunaan Gadget

b. Variabel terikat (dependent variable) : Status Gizi

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain

penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional atau

22
potong lintang. Desain ini dipilih karena efektif untuk meninjau korelasi

antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya, mengingat tujuan

dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan intensitas penggunaan

gadget dengan status gizi siswa SMAN 21 Gowa.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah siswa yang

bersekolah di SMAN 21 Gowa Kecamatan Pattallassang, Kabupaten Gowa,

Sulawesi Selatan.

2. Sampel

Besar sampel minimal yang diperlukan pada penelitian ini

menggunakan rumus Slovin:


𝑁
n = 1+𝑁(𝑒)²

keterangan:

n = jumlah sampel minimal yang diperlukan

N = populasi

E = kelonggaran ketelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang

ditolerir 10% (0,1). Berdasarkan rumus diatas, jumlah sampel yang

diperoleh adalah:
76
n = 1+76(0.1)²

23
76
n = 1+0,76

n = 43 Sampel/responden

Jadi, Responden yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebanyak 43

orang dengan kriteria sebagai berikut :

a. Bersedia menjadi sampel penelitian

b. Memiliki gadget (Smartphone)

c. Siswa yang tidak menjalani diet khusus

d. Dapat berkomunikasi dengan baik

E. Definisi Operasional

1. Penggunaan Gadget

Penggunaan smartphone disertai keinginan yang berlebih sehingga

dapat mengganggu kehidupan sehari hari termasuk kesehatan dan status gizi

responden yang diukur dengan form Smartphone Addiction Scale (SAS)

yang diisi oleh siswa SMAN 21 Gowa.

2. Status Gizi

Keadaan gizi responden akibat keseimbangan konsumsi energi

dengan kebutuhan tubuh yang diukur berdasarkan indeks antropometri

(IMT) dan dihitung dengan menentukan zscore berdasarkan jenis kelamin

dan indikator IMT/U yang kemudian diklasifikasikan berdasarkan

Permenkes (2020).

24
F. Alur Penelitian
Pembuatan Proposal

Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Mengajukan surat izin penelitian di SMAN 21 Gowa

Pembagian lembar informed consent, kuesioner mengenai penggunaan

gadget, dan pengetahuan gizi kepada responden

Responden mengisi inform concent dan kuesioner yang di bagikan

Mengukur berat badan dan tinggi badan serta mewawancarai responden

dengan form FFQ kualitatif

Mendapatkan jawaban responden berdasarkan kuesioner

Entri data

Pengolahan dan analisis data

Kesimpulan

Gambar 3.1 Alur Penelitian

25
G. Teknik Pengambilan Data

Pada Teknik pengambilan data, pertama kali dilakukan yaitu menentukan

sampel penelitian. Setelah menentukan sampel maka dapat dilakukan langkah

pengambilan data sebagai berikut :

1. Pengambilan Data Penggunaan Gadget

Prosedur pengambilan data penggunaan gadget dilakukan

sebagaimana berikut:

a. Membagikan kuesioner Smartphone Addiction Scale (SAS) kepada


responden.

b. Menjelaskan tata cara pengisian kuesioner Smartphone Addiction Scale


(SAS).

c. Pengisian kuesioner dilakukan oleh responden secara mandiri.

d. Mengambil kuesioner yang telah selesai diisi oleh responden.

e. Data hasil jawaban responden dihitung dan dianalisa sesuai kategori.

f. Hasil perhitungan dikategorikan berdasarkan rumus: Rendah (Skor <


68), Sedang (68 ≤ Skor < 98), dan Tinggi (Skor ≥ 98)

2. Pengambilan Data Status Gizi

Dalam menentukan status gizi responden dilakukan sebagaimana

berikut:

a. Menentukan IMT dengan membandingkan berat badan (kg) dan tinggi

badan (m2).

26
b. Hasil perhitungan IMT diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin dan

kemudian dihitung Z-score berdasarkan jenis kelamin dan indikator

IMT/U.

c. Kemudian hasil perhitungan Z-score diklasifikasikan berdasarkan

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 2 tahun 2020 dengan kategori gizi

kurang (-3SD sd < 2SD), gizi baik (-2SD sd +1SD), gizi lebih (+1SD sd

+2SD), dan obesitas (> 2SD)

H. Instrumen Penelitian
1. Formulir identitas diri

2. Form Smartphone Addiction Scale (SAS)

3. Microtoice

4. Timbangan digital

I. Teknik Analisis Data


Terdapat beberapa tahap dalam analisis data pada penelitian ini, meliputi:

1. Analisis Univariat (Analisis Deskriptif)

Dalam penelitian ini analisis univariat dilakukan untuk melihat

karakteristik atau distribusi frekuensi penggunaan gadget dan status gizi

siswa di SMAN 21 Gowa. Rumus perhitungan yang digunakan ialah

sebagai berikut:

𝑓
P = 𝑛 𝑥 100%

Keterangan :

27
P = persentase subjek pada kategori tertentu

f = frekuensi subjek dengan kategori tertentu

n = jumlah subjek

2. Analisis Bivariat

Analisa data yang digunakan untuk mengetahui korelasi

penggunaan gadget dengan status gizi menggunakan uji statistic

Spearman rho. Uji statistic Spearman rho merupakan uji statistik yang

digunakan untuk menguji hipotesis asosiatif non parametris dua

variabel dengan data berskala ordinal. Dengan batas kemaknaan 0,05,

maka apabila p0,05 hasil korelasi uji statistik dinyatakan tidak

bermakna. Rumus uji Spearman rho adalah sebagai berikut:

6 ∑ 𝑏𝑖²
P=1-
𝑛 (𝑛2 −1)

Keterangan :

P = koefisien korelasi Spearman rho

bi = rangking data variabel Xi – Yi

n = jumlah responden

Setelah menghitung analisis hubungan menggunakan Spearman

rho, kemudian melakukan pengujian dengan membandingkan nilai ρ

hitung dengan ρ tabel yang dirumuskan: Jika ρ hitung ≤0, maka H0

diterima dan Ha ditolak, sedangkan jika ρ hitung >0, maka H0 ditolak

28
dan Ha diterima. Berikut merupakan interpretasi hasil uji hipotesis

berdasarkan kekuatan korelasi, arah korelasi, dan nilai ρ:

29
JADWAL RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan


Pekan
No Uraian Kegiatan 1 2 3 4

Mengurus surat permohonan izin


1.
penelitian

Melakukan pengisian kuesioner


2. intensitas penggunaan gadget dan
pengukuran status gizi

3. Melakukan penginputan data

30
DAFTAR PUSTAKA

Amirullah, A. A. (2020). Ddeskriosi Status Gizi Anak Usia 3 sampai 5 tahun pada
masa covid. Jurnal Pendidikan Anak Usia DIni, 16-27.
Arifin. (2019). Perilaku Remaja Pengguna Gadget Analisis Teori Sosiologi. Jurnal
Pemikiran Keislaman, 287-316.
Asif, A. R. (2018). Hubungan Tingkat Kecanduan Gadget dengan Gangguan Emosi
dan Perilaku Remaja Usia 11-12 Tahun. Jurnal Kedokteran Diponegoro, 148-
157.
Baharuddin, N. F. (2020). Hubungan Penggunaan Gadget dengan Perubahan
Perkembangan Psikososial Anak Usia 7-12 Tahun di SD Negeri Mangkura 1
Kota Makassar. Stikes Panakkukang Makassar.
Cholidah, R. e. (2020). ) Gambaran Pola Makan, Kecukupan Gizi, dan Status Gizi
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Intisari Sains Medis, 416.
Fadilah, R. (2018). Perilaku Konsumtif Mahasiswa UGM dalam Penggunaan
Gadget. Yogyakarta: UGM.
Frahasini, A. H. (2018). The Impact of The Use of Gadgets in School of School Age
Towards Children’s SocialBehavior in Semata Village. Journal of Educational
Social Studies, 161-168.
Herawati, J. d. (2021). Segmentasi Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi
UAJY dalam Menggunakan Gadget. E-jurnal UAJY.
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Gramedia.
Kemenkes, R. (2014b). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41
Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang. Kemenkes.
Kemenkes, R. (2018). Survei Status Gizi Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes, R. (2022). Kementerian Kesehatan Rilis Hasil Survei Status Gizi
Indonesia (SSGI) tahun 2022. UPK Kemenkes.

31
Kumala, A. M. (2019). Hubungan antara Durasi Penggunaan Alat Elektronik
(Gadget), Aktivitas Fisik dan Pola Makan dengan Status Gizi pada Remaja
Usia 13-15 Tahun. Journal of Nutrition College, 73-79.
Kuspriyanto, S. d. (2019). Gizi dalam Daur Kehidupan. Bandung: PT Refika
Aditama.
Mayyoni, N. P. (2019). Hubungan Penggunaan Gadget, Aktivitas Fisik dengan Status
Gizi Siswa SMP di Kota Denpasar. Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar.
Newzo. (2019). Dampak Penggunaan Gadget Pada Anak Usia Dini Dalam Pandangan
Islam di PAUD Terpadu Mutiara Hati Palu. ECEIJ (Early Childhood
Education Indonesian Journal), 70-78.
Noormiyanto, F. (2018). Pengaruh Intensitas Anak Mengakses Gadget Dan Tingkat
Kontrol Orangtua Anak Terhadap Interaksi Sosial Anak Sd Kelas Tinggi Di Sd
1 Pasuruhan Kidul Kudus Jawa Tengah. Universitas PGRI Yogyakarta.
Parks, E. P. (2020). Nutrient Need and Requirements During Growth. Present
Knowledge in Nutrition.
Parks, E. P. (2020). Nutrient Need and Requirements During Growth . Present
Knowledge in Nutrition, 23.
Putri, D. A. (2019). Pengaruh Lama Penggunaan Gadget terhadap Pencapaian
Perkembangan Sosial Anak Prasekolah di TK dan PAUD Jogodayuh
Kecamatan Geger Kabupaten Madiun. Stikes Bhakti Husada Madiun.
Rosiyanti, H. d. (2018). Penggunaan Gadget sebagai Sumber Belajar Mempengaruhi
Hasil Belajar pada Mata Kuliah Matematika Dasar. Jurnal Pendidikan
Matematika dan Matematika, 25-36.
Setiawan, F. L. (2022). Korelasi Status Gizi Dan Aktivitas Fisik Dengan Tingkat
Kebugaran Jasmani Mahasiswa. Jurnal Olahraga dan Kesehatan Indonesia
(JOKI), 130-136.
Wati, N. R. (2018). Dampak kecanduan gadget di kalangan anak sekolah.
Widiawati, I. d. (2019). Pengaruh Penggunaan Gadget Terhadap Daya Kembang
Anak . E-journal Keperawatan, 1-6.
Wijanako, M. T. (2018). Peran Matematika, Sains, dan Teknologi dalam Mendukung
Gaya Hidup Perkotaan (Urban Lifestyle) yang Berkualitas. Tanggerang
Selatan: Universitas Terbuka.

32

Anda mungkin juga menyukai