Laporan PKL Kelompok 95
Laporan PKL Kelompok 95
OLEH:
KELOMPOK: 95
NO NAMA NIT
5 SULAIMAN 22314393
YOGYAKARTA
2022
LEMBAR PERSETUJUAN
Disusun Oleh:
KELOMPOK: 95
NO NAMA NIT
5 SULAIMAN 22314393
Dosen Penguji
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) I Pengenalan
Bentang Lahan dengan lancar dan sesuai dengan waktu yang telah diberikan.
Laporan ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban dan hasil dari kegiatan PKL I
tentang Pengenalan Bentang Lahan. Secara garis besar, pada laporan ini menyampaikan analisis
dari beberapa kondisi bentuk lahan, proses pembentukkannya, struktur fisik maupun
geomorfologinya, jenis tanah, sumber daya air yang didapatkan, pengelolaan, serta pemanfaatan
tanah, permasalahan pertanahan yang ada di dalam laporan ini. Selain itu, menganalisis mengenai
kondisi sosial ekonomi masyarakat dan karakteristik di sekitar bentang lahan.
Dalam penyusunan laporan PKL ini dibuat dengan sebaik-baiknya dan kami menyadari
bahwa dalam penyusunan laporan terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Kami
berharap adanya kritik maupun saran dari pembaca untuk menyempurnakan laporan PKL ini.
Dari penyusunan laporan ini, kami berharap laporan ini dapat bermanfaat untuk menambah
wawasan serta pengetahuan bagi kita maupun pembaca mengenai Bentang Lahan ini. Tidak lupa
penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada para pihak yang terkait dalam PKL ini yang telah
memberikan bimbingan pada kami dan juga terima kasih atas Kerjasama anggota kelompok 95
dalam penyusunan laporan PKL ini.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
BAB 1 ..............................................................................................................................................1
A. Materi PKL ...........................................................................................................................1
B. Lokasi PKL ...........................................................................................................................3
C. Maksud dan tujuan ................................................................................................................2
D. Manfaat Hasil PKL ...............................................................................................................3
BAB II .............................................................................................................................................3
A. Bentang Lahan ......................................................................................................................7
B. Komponen Bentang Lahan ...................................................................................................9
C. Korelasi Antar Komponen Bentang Lahan ...........................................................................9
D. Korelasi Bentang Lahan dengan Pengelolaan Pertanahan..................................................10
BAB IV ..........................................................................................................................................16
A. Hasil PKL ...........................................................................................................................16
B. Interelasi Komponen Bentang Lahan..................................................................................53
C. Permasalahan Kondisi Bentang Lahan ...............................................................................61
BAB V ...........................................................................................................................................69
A. Kesimpulan .........................................................................................................................69
B. Saran ...................................................................................................................................70
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Materi PKL
Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah suatu bentuk Pendidikan dengan cara
memberikan pengalaman bagi taruna untuk penyeimbangan antara teori yang diberikan
dikelas dengan kondisi serta keadaan yang ada dilapangan.Para taruna diharapkan mampu
meningkatkan keahlian dengan pengalaman-pengalaman yang diperoleh pada saat di
lapangan nantinya.PKL bentang lahan/General view adalah materi dasar dalam pengenalan
pengelolaan tanah berkelanjutan dengan cara melakukan pengenalan dan pembentukan
bentuk lahan di berbagai tempat tertentu yang telah di tetapkan. Hal yang diamati dalam PKL
Bentang Lahan meliputi:
6. Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat sekitar daerah PKL Bentang Lahan
PKL bentang lahan atau General View yang dilakukan oleh Sekolah Tinggi
Pertanahan Nasional memiliki tujuan untuk memperkenalkan para taruna tentang kondisi
serta penampakan bentang lahan yang sebenarnya, beserta hubunganya antara berbagai
komponen pembentuk bentang lahan dengan kajian ilmu pertanahan dan akibatnya terhadap
pengelolaan pertanahan. Pengelolaan tersebut baik berupa pemilikan, penguasaan dan
pemanfaatan lahan untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Diketahui bahwa
sumber daya alam dan lingkungan sekitar berkaitan erat dengan kajian pertanahan, yang mana
hal itu penting untuk dilakukan. Kondisi alam dan berbagai komponen geosfer baik yang
terpisah maupun yang sebagai suatu kesatuan akan sangat terkait dengan bentuk kebijakan
pemerintah baik berupa pola penguasaan, pemilikan, dan pemanfaatan tanah, melihat bahwa
kebijakan pertanahan tidak hanya berupa aspek fisik yaitu tanah, melainkan juga terdapat
1
aspek hukum dan sosial. Oleh karena itu perlunya pemahaman yang menyeluruh mengenai
bentang lahan dan sumber daya agraria supaya nantinya dapat menyelesaikan berbagai
permasalahan yang berkaitan dengan pertanahan. Pengelolaan pertanahan tidak terlepas
dari pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang mempunyai dimensi lebih luas. Sumber
daya alam, dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang berasal dari alam yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, baik bersifat biotik, seperti hewan,
tumbuhan, dan mikroorganisme, maupun abiotik, seperti minyak bumi, gas alam, berbagai
jenis logam, air, dan tanah. Adapun lingkup sumberdaya alam secara umum terbagi ke dalam
2 (dua) kelompok besar, yakni SDA yang tidak dapat diperbaharui (non renewable resources)
dan sumberdaya yang dapat diperbarui (renewable resources). Jadi berdasarkan konsep dan
lingkup sumber daya alam di atas, dapat dikatakan bahwa sumber daya alam
mempunyai perspektif lebih luas dibandingkan dengan sumber daya agraria, meskipun
keberadaannya di atas sumber daya agraria.
2
Penggunaan terminologi “sumber daya agraria” yang lebih operasional pada
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, adalah sumber daya
agraria dimaknai sebatas pada pengelolaan pertanahan. Posisi pertanahan dalam sumberdaya
alam ataupun sumberdaya agraria dapat dipahami melalui pegertian bahwa pertanahan adalah
bagian dari sumberdaya alam atau sumberdaya agraria. Sumber Daya alam atau sumber daya
agraria mempunyai perspektif yang lebih luas, karena mencakup fenomena di seluruh
permukaan bumi. Sedangkan pertanahan terbatas pada permukaan bumi yang tampak sebagai
daratan.
B. Lokasi PKL
PKL Pengenalan Bentang Lahan dilaksanakan tanggal 14 – 17 November 2022.
Kegiatan PKL dilaksanakan oleh seluruh kelas DIV Pertanahan Semester I dengan
pembagian 8 kelompok dalam satu kelas. Pada pelaksanaannya PKL Pengenalan Bentang
Lahan dibagi dalam 3 Jalur,yakni ;
Pada tiap tiap Jalur terbagi atas beberapa Stop Site / Daerah Pemberhentian
No Jalur Stop Site
1 I Bulak Kayangan - Waduk Sermo – Pantai Glagah –
SungaBogowonto (mangrove)
2 II Gardu Pandang Gunung Merapi –Spring Belt Pakem
– Kali Code - Pantai Parangkusumo
3
3 III Gunung Api Purba Nglanggeran – Tahura ( Taman
Hutan Rakyat ) – Goa Ngingrong – Pantai Baron
Berikut ini adalah rincian lokasi Stop Site pelaksanaan PKL Pengenalan Bentang Lahan
yang kelompok kami telusuri :
4
C. Maksud dan Tujuan
Praktik Kerja Lapangan Pengenalan Bentang Lahan dimaksudkan sebagai pengenalan
terhadap interrelasi antara komponen sumber daya alam dan dampaknya terhadap
pengelolaan pertanahan. Keterkaitan antara keduanya menjadi penting karena sumber
daya alam merupakan manifestasi dari beberapa komponen geosfer yang mempunyai
korelasi sangat kuat dengan aspek pertanahan sebagai obyek kajian di bidang
pertanahan/agraria. Pola penguasaan, penggunaan dan pengelolaan tanah sangat tergantung
pada kondisi komponen-komponen geosfernya baik secara individu maupun terpadu.
Sehingga dalam mempelajari persoalan-persoalan pertanahan dibutuhkan pemahaman
tentang sumber daya alam secara lengkap yang dijadikan sebagai bekal dasar bagi taruna
dalam memahami fenomena-fenomena pertanahan.
5
D. Manfaat Hasil PKL
Kegiatan PKL ini meningkatkan pengetahuan dan kemampuan praktis bagi Taruna
Program Studi Diploma IV Pertanahan. Hal ini penting dikarenakan sumber daya
agraria merupakan manifestasi dari beberapa komponen geosfer yang mempunyai korelasi
sangat kuat dengan aspek pertanahan sebagai obyek kajian di bidang pertanahan/agraria.
Pola penguasaan, penggunaan dan pengelolaan tanah sangat tergantung pada kondisi
komponen-komponen geosfer yang baik secara individu maupun terpadu. Oleh karena
itu untuk mempelajari persoalan-persoalan pertanahan dibutuhkan pemahaman tentang
sumberdaya agraria secara lengkap untuk dijadikan sebagai bekal dasar bagi taruna dalam
memahami fenomena- fenomena pertanahan dan ilmu yang didapatkan dari kegiatan PKL ini
dapat diaplikasikan taruna ketika sudah terjun ke dunia kerja.
6
BAB II
DASAR TEORI
A. Bentang Lahan
Bentang Lahan mencakup bentang alami dan bentang hudaya yang menekankan keterkaitan
antara komponen boigeofisik dengan manusia di dalamnya dan segala aktivitasnya
(Hidayati, 2020). Ekologi Bentang Lahan merupakan dasar dari lingkungan manusia.
Dimana manusia sendiri dalam kehidupannya rtdak terlepas dari hewan maupun tumbuhan.
Oleh karena itu bentang lahan didefinisikan sebagai karakteristik alami suatu area dari dan
atau dekat permukaan bumi yang terbentuk oleh adanya interaksi antara faktor abiotic
(batuan, air, udara, tanah) dan faktor biotik (tumbuhan, hewan dan manusia) yang saling
mempengaruhi dan dipengaruhi (Soeprobowati, 2019). Berdasarkan pengertian bentang
lahan tersebut, maka dapat diketahui bahwa terdapat 8 (delapan) unsur penyusun bentang
lahan yaitu: udara, batuan, tanah, air, bentuk lahan, fflora, fauna, dan manusia dengan
segala aktivitasnya. Kedelapan unsur bentang lahan tersebut merupakan faktor-faktor
penentu terbentuknya bentang lahan, yang terdiri atas :
Litologi adalah ilmu untuk mendeskripsikan batuan pada singkapan yang didasarkan
pada karakteristiknya, dapat diartikan juga sebagai ilmu yang mempelajari
karakteristik dari batuan.Pada dasarnya mendeskripsikan karakteristik fisik partikel
seperti dari warna, tekstur, butir ukuran, dan komposisi pembentuk partikel batuan
tersebut.
Faktor edafik adalah mengacu pada kondisi tanah pada suatu wilayah, kondisi tanah
berpengaruh secara langsung terhadap kesuburan tanah. Faktor yang menjadi patokan
7
antara lain kandungan humus, unsur hara, tekstur, struktur tanah, dan ketersediaan air
dalam pori-pori tanah.
Faktor klimatik yaitu faktor yaitu faktor iklim yang berpengaruh terhadap persebaran
tumbuhan dan hewan yaitu suhu, kelembapan udara, angin dan curah hujan.Faktor
klimatik terdiri atas suhu udara, tekanan udara, kelembapan udara, angin dan
intensitas cahaya matahari.Perbedaan temperatur pada suatu wilayah dipengaruhi
oleh letak lintang (latitude) selatan dan utara dan ketinggian suatu tempat.
Faktor oseanik merupakan faktor laut yang mempengaruhi persebaran flora dan
fauna. Faktor laut tersebut antara lain: suhu, salinitas (banyaknya kandungan garam),
arus, dan kedalaman laut. Suhu dan salinitas menjadi syarat hidup flora maupun fauna
laut, jenis flora dan fauna bersuhu hangat berbeda dengan suhu flora fauna bersuhu
dingin di laut.
Faktor biotik yang dapat mempengaruhi persebaran flora dan fauna adalah
manusia.Aktivitas manusia bisa berdampak positif maupun negative terhadap
kelestarian flora dan fauna.Contoh aktivitas manusia yang berdampak negatif adalah
penebangan hutan secara liar (illegal logging) dan perburuan hewan secara
sembarangan.Sementara itu, aktivitas manusia yang berdampak positif adalah,
misalnya menetapkan cagar alam untuk melestarikan flora dan menetapkan suaka
margasatwa untuk melestarikan fauna.
8
Antropogenik adalah bahaya yang disebabkan oleh manusia yang dapat berdampak
buruk bagi manusia, organisme lain, bioma dan ekosistem. Sebagai contoh kebakaran
hutan yang terjadi akibat aktivitas manusia yang melakukan pembukaan lahan dengan
cara yang tidak bijak.
9
D. Korelasi Bentang Lahan dengan Pengelolaan Pertanahan
Penggunaan tanah menggambarkan pada aspek biofisik dari tanah yang menggambarkan
fungsi dan tujuan dari tanah tersebut digunakan oleh manusia dan dapat dijelaskan sebagai
aktivitas manusia yang berkaitan langsung dengan tanah. Secara umum penggunaan tanah
merupakan hasil interaksi antara bentang alam dan bentang budaya sehingga membentuk suatu
12 pola yang memiliki karakteristik sendiri-sendiri.
Penggunaan tanah dapat diklasifikasikan secara umum menjadi dua yakni penggunaan tanah
pertanian dan non-pertanian. Sementara apabila mengacu pada penggunaan tanah yang ada
dalam peta rupa bumi beberapa klasifikasi penggunaan tanah diketegorikan menjadi:
permukiman, tanah kering & padang rumput, tambak & kolam, tanah kosong, perkebunan,
sawah, hutan lindung, hutan suaka & hutan wisata, hutan produksi, hutan produksi yang dapat
dikonversi. Dalam pengelolaan dan penggunaannya, tanah memiliki nilai ekonomi yang sering
kali menimbulkan permasalahan dalam hal penguasaan dan pemilikkan tanah. Selain itu
terbatasnya akses terhadap tanah, terutama oleh masyarakat berpenghasilan rendah yang
menggunakan tanah sebagai sumber utama perekonomian mereka, mengakibatkan tanah sering
menjadi alasan terjadinya konflik antar masyarakat dan masyarakat dengan pihak lain. Sistem
pengelolaan pertanahan sebagai salah satu kunci dalam penyelesaian kasus dan sengketa
pertanahan perlu diperbaiki untuk mereduksi jumlah kasus pertanahan serta mendukung
pembangunan yang berkelanjutan. Perbaikan sistem pengelolaan pertanahandilakukan dengan
mengidentifikasi berbagai kasus pertanahan untuk menemukan akar permasalahannya sehingga
dapat dijadikan pembelajaran dan penyelesaian masalah. (modul)
10
BAB III
PELAKSANAAN PKL
A. Umum
Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang diadakan oleh Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional
untuk para Taruna/i diploma IV Tingkat 1, semester 1 dilaksanakan pada tanggal 14 November
– 17 November 2022. Dengan 3 jalur yang diberikan dan masing – masing jalur terdiri dari 4
stop site yang berbeda pula. Kegiatan lapangan ini dilaksanakan di sekitar wilayah Daerah
Istemewa Yogyakarta. Berikut ini 3 jalur yang diberikan:
Dari kegiatan PKL ini Taruna/i mencatat informasi mengenai bentang lahan pada setiap stop
site, mengambil foto pada setiap stop site, mengambil video jika diperlukan sebagai pengajaran
untuk para Taruna/i, serta mengamati atau menganalisis wilayah pada setiap stop site yang
dilakukan oleh para Taruna/I dan juga mengisi form yang telah diberikan oleh instruktur PKL.
11
Kelompok dan Jadwal Pengamatan Lapangan sebagaimana tertuang dalam Panduan PKL.
Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam PKL Bentang Lahan meliputi:
a. Mengisi form isian yang berisi tabel 13 karakteristik bentang lahan untuk tiap-tiap stop
site
b. Melakukan tracking/pelacakan terhadap lokasi lokasi yang akan dikunjungi
c. Merekam dan mencatat setiap penjelasan yang disampaikan oleh dosen atau instruktur
d. Memotret objek bentang lahan pada setiap Stop Site dan melakukan pengambilan video
apabila diperlukan
Data sebagaimana tersebut di atas digunakan untuk menyusun laporan kelompok untuk
diresponsikan kepada Dosen Pembimbing. Beberapa poin yang perlu disampaikan dalam hasil
dan pembahasan menyangkut pendalaman terhadap setiap stopsite diantaranya:
1. Kondisi fisik wilayah, seperti kondisi fisiografi, bentuk lahan, jenis tanah, kemiringan
lereng, ketinggian tempat, dsb (dapat dilengkapi foto);
2. Keterkaitan antara bentuk lahan dengan penggunaan dan pemanfaatan tanah serta kaitannya
dengan kehidupan sosial ekonomi masyarakat;
3. Kebijakan pertanahan yang diterapkan pada stop site yang dikunjungi (apabila ditemukan
ada kondisi sebagaimana tersebut, contoh: kebijakan konsolidasi tanah, pengadaan tanah,
dsb;
4. Penjelasan terkait aspek yuridis kaitannya dengan status tanah, penguasaan dan
pemilikan tanah;
5. Penjelasan permasalahan pertanahan dan bagaimana pengelolaannya termasuk ancaman
bencana dan upaya mitigasi yang dilakukan pemerintah/masyarakat;
6. Pendalaman/pembahasan lain sesuai dengan penjelasan yang
disampaikan oleh instruktur/dosen.
Pada tanggal 17 November 2022 taruna kelas J dikenalkan dengan bentang lahan di
Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Beberapa stop site pada PKL ini meliputi :
12
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan PKL
NO Pukul Kegiatan
Keterangan
Koordinator,
4 10.00 – 10.30 Spring Belt di Pakem
tim dosen &
instruktur
Koordinator,
5 10.30 – 11.30 Perjalanan Menuju Kali Code
tim dosen &
instruktur
Koordinator,
6 11.30 – 12.00 Kali Code
tim dosen &
instruktur
13
Koordinator,
7 12.00 – 13.00 Ishoma
tim dosen &
instruktur
10
15.00 – 16.00 Perjalanan Menuju STPN Panitia
14
Gambar 1
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil PKL
a. Jalur II (Gardu Pandang Gunung Merapi – Kali Code – Spring Belt Pakem – Pantai
Parangtritis)
1. Stop Site 1 Gardu Pandang Gunung Merapi:
Tabel 4.1 Tabel Gardu Pandang gunung Merapi
NO KARAKTERISTIK KETERANGAN
1 Kondisi Bentuk • Ketinggian: ± 925 mdpl.
Lahan • Letak: 7°39‵23,6‶ LS
110°25‵23,3‶ BT
Kaliurang Barat, Hargobinangun, Pakem, Sleman,
Yogyakarta
2 Proses Gaya Endogen melalui proses vulkanik membentuk lereng
pembentukan vulkanik.
bentang lahan
3 Pengolahan Peraturan Presiden nomor 70 Tahun 2014 tentang Rencana
kebijakan Tata Ruang Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi
pertanahan mencakup pelestarian dan pembangunan TNGM.
4 Kelerengan 25 % – 40 % (Curam ).
5 Jenis Tanah Aluvial.
6 Sumber Daya Air Produktivitas akuifer tertekan.
7 Status Penguasaan Tanah Negara dan Sebagian tanah milik Pertambangan.
Pemilikan Tanah
8 Penggunaan dan • Gardu Pandang sebagai Tempat Wisata.
Pemanfaatan Tanah • Gardu Pandang sebagai Tempat Pertambangan.
(Kondiisi Eksiting )
9 Keadaan Sosial Sebagai daerah konservasi pertambangan dan wisata
Ekonomi membuat kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat sekitar
Masyarakat Gardu Pandang Merapi menyesuaikan kondisi alam, hal ini
di buktikan dengan :
16
➢ Kegiatan ekonomi Tersier yaitu banyaknya penginapan
yang dibangun untuk para wisatawan.
➢ Kegiatan ekonomi Primer yaitu banyaknya masyarakat
yang bermata pencarian sebagai penambang.
Sumber: Hasil Pengamatan Langsung di Gardu Pandang Gunung Merapi
18
Status kepemilikan tanah di Gardu Pandang adalah milik pihak kehutanan di
Indonesia bukan milik BPN, dalam hal tersebut perhutani disebut dengan Kemeterian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. Gardu Pandang Gunung Merapi
memiliki kecuraman lahan sebesar 25% - 40% sehingga wilayah tersebut termasuk dalam
daerah yang curam. Jenis tanah yag ada di Gardu Pandang Gunung Merapi adalah jenis
tanah aluvial dengan Sumber Daya Air yang tertekan. Status penguasan kepemilikan tanah
Gambar 2.5 Data Spasial Kepemilikan Tanah Area Gardu Pandang Merapi
Sumber: https://bhumi.atrbpn.go.id/
ini adalah tanah negara yang Sebagian kawasannya dikelola untuk pertambangan.
Selain untuk pertambangan, kawasan Gardu Pandang Gunung Merapi juga digunakan
sebagai area wisata. Hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh dengan keadaan sosial
ekonomi masyarakat baik itu kegiatan ekonomi primer dan kegiatan ekonomi tersier.
Kegiatan ekonomi primer merupakan banyaknya masyarakat yang bermata pencarian
sebagai penambang tanah sedangkan untuk kegiatan ekonomi tersiernya berupa banyaknya
penginapan yang dibangun untuk para wisatawan.
Berlakunya Arahan Penggunaan tanah dalam RT/RW sesuai dengan PeraturanDaerah
(PERDA) Kabupaten Sleman Nomor 12 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Sleman Tahun 2011-2031 dimana area Gardu Pandang diperuntukkan untuk
Pandang mempunyai permasalahan pertanahan dan ancaman bencana yaitu sebagaian
hunian masyarakat desa yang telah masuk dalam wilayah KRB 3 harus direlokasi dan
ditambah dengan Tanah Longsor, Gunung Meletus, dan Gempa Bumi. Kondisi kehidupan
19
dan karakteristiknya Gardu Pandang yaitu masyarakat sekitar yang masih menggunakan
hidupnya pada pertanian, penambangan di wilayah tersebut.
Gambar 2.6
NO KARAKTERISTIK KETERANGAN
1 Kondisi Bentuk • Ketinggian: ± 469 Mdpl.
Lahan • Letak: 7°47‵00,8‶ LS
110°20‵41‶ BT
Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta
2 Proses pembentukan Vulkanik Merapi
bentang lahan
3 Pengolahan Pertanian dan Pemukiman
kebijakan pertanahan
4 Kelerengan 20 % – 30 %
5 Jenis Tanah Aluvial
6 Sumber Daya Air • Suplai air tanah yang melimpah pada akuifer vulkan
muda seperti di bagian selatan Vulkan Merapi seringkali
muncul sebagai mata air.
• Kaki Gunung Merapi
20
7 Status Penguasaan Peralihan dari Tanah Kas Desa menjadi Tanah Masyarakat
Pemilikan Tanah (Hak Milik Pribadi) setelah dilakukan sertifikasi masal oleh
pemerintah
8 Penggunaan dan • Pertanian / Perkebunan
Pemanfaatan Tanah • Penginapan
(Kondiisi Eksiting) • Pemukiman
9 Keadaan Sosial • Nilai pasar
Ekonomi Masyarakat • Nilai biyaya
• Pendapatan
10 Arahan Penggunaan Pada kawasan ini arahan penggunaan tanahnya untuk di
Tanah dalam RTRW peruntukan untuk membuka usaha seperti : kerajinan tangan,
penginapan, cafe, pertanian,dan pemungkiman.
11 Permasalahan Kondisi fisiknya miring, rawan bencana erosi
Pertanahan
12 Ancaman Bencana Erupsi Gunung Merapi
13 Kondisi Kehidupan ( Didominasi oleh pemukiman, penginapan, perdagangan,
Desa atau Perkotaan) sawah, spot wisata, mayoritas mata pencahariannya
dan Karakteristiknya dibidang pertanian, budidaya (tanaman dan ternak),
serta pariwisata
Sumber: Pengamatan secara Langsung di sekitar Kawasan Spring Belt
Gambar 3
21
Gambar 3.1 Lokasi Spring Belt - Stop Site 2 (Kiri)
Spring Belt adalah Kawasan yang mempunyai suplai air tanah melimpah pada
ekuifer vulkanik Merapi yang sering muncul sebagai mata air. Spring belt disebut juga
dengan sabuk air yang ditandai dengan berbagai aktivitas manusia yang banyaknya sawah
disekitar wilayah tersebut. Spring Belt terletak di wilayah Pakem, Yogyakarta berada pada
ketinggian kurang lebih 469 mdpl bentang lahan dan pengelolaan kebijakan pada daerah
spring belt yaitu mengacu Peraturan Daerah ( PERDA ) Kabupaten Sleman No. 12 Tahun
2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sleman Tahun 2011-2031
diperuntukan untuk Pertanian Tanaman Pangan dan Pemukiman .
22
Gambar 3.3 Data Spasial Kepemilikan Tanah Area Spring Belt di Wilayah Pakem
Sumber: https://bhumi.atrbpn.go.id/
Tanah ini digunakan dan dimanfaatkan untuk menjadi lahan pertanian atau
perkebunan, juga terdapat peluang yaitu mendirikan penginapan dan cafe selain itu juga
untuk pemukiman masyarakat. Kegiatan tersebut berpengaruh dengan kegiatan ekonomi
masyarakat yaitu kegiatan ekonomi primer yang merupakan pertanian, orang akan menanam
dan mengambil hasil tani dan kegiatan ekonomi sekunder yaitu melakukan pengolahan
misalnya seperti pengrajin. Kelerengannya 20-30 m, jenis tanahnya adalah aluvial yang
cocok untuk pertanian. Pada daerah ini sangat cocok untuk pertanian karena memiliki
sumber daya air yang langsung dari kaki gunung merapi. Status kepemilikan tanah yaitu Hak
Milik dan milik keraton (Sultan Ground). Wilayah urban aktivitas ekonominya sudah
beragam, permasalahan yang akan terjadi erosi. Dari permasalahan yang ada tentu ada
ancaman yang akan terjadi seperti longsor dan gunung merapi. Berikut ini Tracking dari
Gardu Pandang Merapi menuju Spring Belt menggunakan aplikasi Geo Tracker.
23
Gambar 3.4: Tracking menuju Spring Belt
NO KARAKTERISTIK KETERANGAN
1 Kondisi Bentuk • Ketinggian: ±120 Mdpl.
Lahan • Letak: Hulu sungai: 7°33‵25.86‶ LS, 110°26‵16.42‶ BT
Muara sungai: 7°53‵37.58‶ LS, 110°23‵12.38‶ BT
Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul
2 Proses pembentukan Meletusnya gunung berapi yang aktif,, kemudian di aliri
bentang lahan lahar panas dari gunung sehingga terbentuknya sungai code
yang dimana terbentuknya kubah air.
3 Pengolahan Penataan ruang
kebijakan pertanahan
4 Kelerengan 15 % – 40 %
5 Jenis Tanah • Tanah Aluvial
• Tanah Gambut
6 Sumber Daya Air Belik atau pancuran mata air yang berasal dari tanah
7 Status Penguasaan • Hak Milik Negara
Pemilikan Tanah • Sultan Ground
• Tanah Khas Desa
24
8 Penggunaan dan Pemukiman
Pemanfaatan Tanah
(Kondiisi Eksiting)
9 Keadaan Sosial Sektor wisata
Ekonomi Masyarakat
10 Arahan Penggunaan Permukiman atau bangunan rumah warga.
Tanah dalam RTRW
11 Permasalahan Sebagai hunian masyarakat padat penduduk sungai code
Pertanahan masuk dalam Kawasan kumuh dan masalah penataan ruang
12 Ancaman Bencana • Banjir
• Erosi
13 Kondisi Kehidupan ( Didominasi oleh pemukiman dan kepadatan penduduk yang
Desa atau Perkotaan) tinggi, serta perdagangan.
dan Karakteristiknya
Sumber: Pengamatan secara langsung di kawasan Kali Code
25
Gambar 4.1 Lokasi Kali Code – Stop Site 3 (Kiri)
Kali Code adalah sungai yang membelah dua Kota Yogyakarta menjadi bagian barat dan
timur. Sungai Code merupakan penampung utama aliran Sungai Boyong dari bagian hulu,
sehingga sering dianggap sebagai sungai yang sama. Sungai Boyong sendiri bermata air di
kaki Gunung Merapi yang dimana mata air yang berada di salah satu gunung yang aktif di
dunia, mata airnya dimanfaatkan untuk pengairan persawahan di Sleman dan Bantul serta
dipergunakan juga sebagai sumber air minum. Karena berhulu pada gunung berapi yang
sangat aktif, sungai ini sering terjadi banjir lahar, yang membawa hanyutan lahar dingin
yang mengendap di lereng Gunung Merapi, sebagai akibat dari hujan yang terjadi di wilayah
gunung tersebut. Banjir lahar yang mengalir melalui Sungai Code menimbulkan dampak
besar bagi penduduk di sepanjang bantaran sungai. Banyak rumah yang rusak atau hanyut
terkena terjangan banjir lahar dingin tersebut. Untuk mengantisipasi datangnya banjir lahar,
pemerintah kota telah membuat talud di sepanjang pinggiran Sungai Code yang ada di
wilayah Kota Yogyakarya, dan secara berkala melakukan pengerukan sungai dengan
26
menggunakan ekskavator. Status kepemilikan tanah area bantaran sungai code yang
berjarak lebih dari 5meter dari bantaran sungai adalah hak perseorangan atas tanah yang
berstatus Hak Milik. Sedangkan jika penguasaan tanah kurang dari itu maka hak miliknya
masih dikuasai oleh negara dan tidak diperbolehkan untuk membangun serta mendirikan
bangunan disepanjang sungai tersebut demi menjaga kelestarian sungai atau sering disebut
area sepadan sungai. Selain itu di sekitar bantaran sungai code terdapat area terbuka hijau
berupa taman kota/kecamatan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Yogyakarta
yang diatur dalam Peraturan Daerah Kota Yogyakarta No.2 Tahun 2021.
Berdasarkan data perkembangan ekonomi di sekitar sungai code sendiri terdapt jumlah
penduduk sungai code yang tidak tetap yang merupakan pendatang umumnyamereka bekerja
pada sektor jasa, terutama pada usaha perdagangan. Penduduk dengan mata pencaharian
pegawai swasta/negeri cenderung untuk menetap di daerahurban fringe mencari lahan yang
relatif masih murah dengan kondisi lingkungan yang masih baik. Sedangkan penduduk yang
bergerak di bidang perdagangan dengan sendirinya mencari lahan usaha di tengah kota
dengan pertimbangan ekonomis dan menunjang usahanya. Sedangkan untuk permasalahan
pertanahan yaitu Sungai code termasuk zona bahaya sekunder, sehingga akan bahaya jika
terjadi banjir lahar dingin dari letusan gunung Merapi. Kawasan sungai code juga rawan
terjadi longsor akibat dari gerusan air yang mengalir sepanjang tahun.
Gumuk Pasir Parangkusumo merupakan salah satu tempat wisata di Jogja yang
terletak di Jl.Pantai Parangkusumo RT. 1 Grogol 10, Parangtritis, Kec. Kretek,
Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Gumuk Pasir sendiri merupakan salah
satu bentang alam yang proses pembentukannya dipengaruhi angin, terbentuk karena pasir
yang menumpuk dalam jumlah besar. Gundukan pasir y a n g t e r c i p t a berasal dari hasil
erupsi Gunung Merapi yang endapannya dibawa oleh sungai yang bermuara di Pantai
Selatan, antara lain Sungai Opak dan Sungai Progo. Material yang mengendap kemudian
mengering dan terbawa angin lalu terbang kedaratan sehinggamengalami proses deposisi
menjadi Gumuk Pasir. Gumuk Pasir Parangkusumoberada pada ketinggian 32 mdpl dan
kemiringan 8% tidak curam. Dengan ketinggian tersebut gumuk pasir parangkusumo cocok
digunakan untuk sandboarding.Untuk Pengelolaan kebijakan pertanahan Perda DIY Nomor
3 dan 4 Tahun 2015 menjadi peraturan yang paling detail membahas pengelolaan Gumuk
PasirParangtritis. Dikelola oleh Pemerintah Daerah (DIY), Pemerintah Kabupaten(Bantul)
30
dan Pemerintah Desa (Parangtritis) yang berkewajiban atas pelestarian, konservasi,
rehabilitasi (yang rusak), dan pengembangan Habitat Alami (salah satunya adalah Gumuk
Pasir Parangtritis). Jenis tanah yang ada di daerah gumuk pasir adalah aluvial muda,
gambut, regosol, kambisol pasir serta untuk sumber daya airnya yang dekat dengan air laut
warga sekitar tetap menggunakan air sumur dikarenakan air laut terbatas penggunaannya
sangat terbatas.
Sumber : https://bhumi.atrbpn.go.id/
31
Berikut ini tracking menuju Gumuk Pasir setelah melalui stop site Spring Belt
dan Kali Code dan keadaan sekitar Gumuk Pasir Parangtritis melalui udara.
Gambar 5.4 Tracking dari Kali Code ke Gumuk Pasir
Gambar 5.5 Keadaan di sekitar Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis dari Udara
32
b. Jalur I (Kali Kayangan – Waduk Sermo – Glagah – Sungai Bogowonto dan Hutan Mnagrove)
1. Stop site 1 Lembah Bulak Kayangan
33
Berdasarkan data BPS Kabupaten Kulon Progo,
Kondisi Kehidupan
masyarakat disekitar Sebagian besar menggantungkan
13 (Desa atau perkotaan)
kehidupan sehari-hari dari objek pariwisata, Bertani di
dan Karakteristiknya
lahan sekitar perbukitan, danmengelola perkebunan.
Daerah Bulak Kayangan secara geomorfologis mempunyai bentuk lahan yang kompleks
dengan kelerengan sebesar 30%-40%. Bulak Kayangan merupakan bentang lahan yang
menampakkan keberadaan gunung/pegunungan, lereng pegunungan dan dataran yang di
tengahnya mengalir Kali Kayangan, sebagai salah satu sungai utama di Sub DAS Kayangan
(bagian dari DAS Progo). Proses geomorfologi yang dominan terjadi di sekitar Sungai
Kayangan berupa proses struktural, denudasional dan fluvial. Proses struktural selalu terkait
dengan proses tektonik yang meliputi pengangkatan, penurunan, dan pelipatan kerak bumi
sehingga terbentuk struktur tertentu. Proses denudasional selalu berkaitan dengan proses
pelapukan (weathering), erosi (erosion), gerakan massa batuan (mass wasting), dan proses
pengendapan (deposition). Proses fluvial terjadi akibat aktivitas aliran sungaiyang berupa
pengikisan dan pengendapan (sedimentasi) membentuk bentukan- bentukan deposisional
yang berupa dataran alluvial dan bentukan lain dengan struktur horizontal. Bentukan asal
proses fluvial tersusun oleh material sedimen berbutir halus.
Kondisi dari Bulak Kayangan ini terletak pada ketinggian 187,5 mdpl, pada bujur
07o44’55” S dan lintang 110o11’09” E. Status penguasaan tanah di Bulak Kayangan
yaitu “Sultan Ground” namun dikelola oleh pemerintah dan tidak terdapatHak Milik, namun
masyarakat sekitar boleh memanfaatkan lahan tersebut. Bulak Kayangan memiliki jenis
tanah yaitu tanah latosol dan regosol yang merupakan hasil dari pelapukan sedimen dan
34
metamorf sehingga memiliki sifat yang mampu menyimpan air dan mengandung unsur
organik. Faktor ini berkaitan dengan penggunaan dan pemanfaatan tanah di Bulak Kayangan
sebagai kawasan hutan lindung sehingga di sekitarnya ditumbuhi tanaman-tanaman keras,
kawasan pertanian, dan kawasan wisata. Adapun sumber daya air yang diperoleh
masyarakat ialah aliran sungai, air tanah, dan tadah hujan yang masyarakat kelola untuk
kebutuhan sehari-hari. Menurut data Badan Pusat Statistika Kabupaten Kulon Progo,
masyarakat sekitar daerah Bulak Kayangan sebagian besar menggantungakan kehidupan
sehari-hari dari bertani, berkebun, dan objek wisata.
35
Arahan Penggunaan Kawasan lindung dan kawasan budidaya perikanan air
10
Tanahdalam RTRW tawar.
Status penguasaan pemilikan tanahnya adalah 12“Sultan
Ground” yang telah menjadi Pakualaman Ground. Yang
dimana pengelolaannya diserahkan ke kementrian PU
Permasalahan
11 dalam hal ini Balai BesarWilayah Sungai Serayu Opak
Pertanahan
(BBWS Serayu Opak). Tanah waduk sermo yang
sekarang dilekati dengan Hak Pakai merupakan hasil
dari pengadaan tanah dengan ganti rugi
Ancaman Bencana Potensi akan bencana, salah satunya banjir bandang
12 akibat dari keruntuhan bendungan yang berdampak
sampai kewilayah hilir aliran sungai
Kondisi Kehidupan Berdasarkan data BPS Kabupaten Kulonprogo,
(Desa atau perkotaan) penduduk Desa Hargowilis rata rata bermata
13
dan Karakteristiknya pencaharian sebagai petani sawah dan budidaya ikan air
tawar
Waduk Sermo adalah sebuah waduk yang berada di Desa Hargowilis, Kecamatan
Kokap, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Berdasarkan data BPS
Kabupaten Kulonprogo, penduduk Desa Hargowilis rata rata bermata pencaharian sebagai
petani sawah dan budidaya ikan air tawar. Waduk sermo dibangun mulai tahun 1994 dengan
waktu pelaksanaan 32 bulan. Tujuan pembangunan waduk ini adalah untuk meningkatkan
36
penyediaan irigasi, pengendalibanjir, usaha perikanan, pariwisata dan prasarana olah raga
air. Sistem irigasi tersebut merupakan interkoneksi dari beberapa daerah irigasi. Waduk
Sermo ini terdiri dari bendungan utama yang merupakan tipe urukan batu berzona dengan
inti kedap air.
Jenis tanah pada waduk sermo ialah tanah lempung yang merupakan hasil tanah liat
adalah tanah yang terbentuk karena proses pelapukan kerak bumi dan disusun oleh batuan
feldspatik dan tanah grumusol yang merupakan hasil dari pelapukan batu gamping.
Sedangkan proses pembentukan lahan sendiri berasal dari antropogenik (aktivitas manusia).
Selama ini Waduk Sermo dimanfaatkan sebagai sumber air bersih oleh Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM) dan untuk air irigasi yang mengairi sawah di daerah Wates dan
sekitarnya. Terkadang lokasi Waduk digunakan untuk lomba dayung dan juga sering
dijadikan objek diskusi akademika tentang evaluasi geologi teknik dan kerentanan gerakan
tanah di sekitar waduk tersebut (terutama pada sandaran dinding bendungan sebelah
barat/kanan). Waduk ini juga sering dijadikan masyarakat sebagai tempat wisata, sumber air
pertanian untuk daerah sekitar, budidaya ikan air tawar, sekaligus mencegah banjir.
Waduk sermo sendiri awalnya terbentuk dikarnakan patahan minor yang merupakan
rekahan gunung magma dan terbentuklah cekungan yang berbentuk bendungan yang
membendung kali rancah,namun paada tahun 1994 dikembangkanlah menjadi waduk.
Dalam bidang sosial, pembangunan waduk sermo memiliki dampak kemajuan infrastruktur
(jalan dan listrik) bagi masyarakat sekitar waduk sermo, sedangkan dari aspek ekonomi,
pembangunan objek wisata waduk sermo memiliki dampak positif yaitu menimbulkan
lapangan pekerjaan baru dibidang perdagangan dan persewaan rumah. Status penguasaan
pemilikan tanahnya adalah “Sultan Ground” yang telahmenjadi Pakualaman Ground. Yang
dimana pengelolaannya diserahkan ke kementrian PU atau BPWS. Tanah waduk sermo yang
sekarang dilekati dengan HakPakai merupakan hasil dari pengadaan tanah dengan ganti
rugi, setidaknya terdapat 107 keluarga yang di transmigrasikan karena lahan rumahnya
terdampak pembangunan waduk sermo. Pengadaan tanah bagi pembangunan waduk sermo
dilandaskan pada Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum di transmigrasikan dengan ganti
kerugian.
37
3. Stop site 3 Pantai Glagah
NO KARAKTERISTIK KETERANGAN
4 Kelerengan Dibawah 8°
Permasalahan
11 -
Pertanahan
38
Tabel 9 : Pantai Glagah
Muara Sungai Serang dan Laguna terletak di Pesisir Pantai Glagah di Desa Glagah
Kecamatan Temon Kabupaten Kulonprogo. Laguna merupakan sekumpulan air asin yang
terpisah dari laut oleh penghalang yang berupa pasir, batu karang, dan sebagainya yang
merupakan cekungan di pesisir dan merupakan perairan dangkal tertutup dan agak tertutup
yang memiliki karakteristik perairannya yang dangkal sehingga sangat diperngaruhi oleh
evaporasi yang kemudian menghasilkan fluktuasi temperatur air dan salinitas (Hill 2001).
Sedangkan laguna pada umunya berasal dari proses marine yang sejajar dengan garis
pantai yang terbuka dan jarang terdapat barier/ pegunungan dengan rawan abrasi, dan daerah
patahan yang merupakan zona subduksi. Terdapat dua macam yaitu laguna
penghalang/pesisir dan laguna karang/atol. Laguna penghalang/pesisir memiliki bentuk
yang memanjang, sedangkan laguna karang/atol berbentuk melingkar. Muara Sungai Serang
proses pembentukan bentang lahannya dari marine campuran fluvial, dan eolin, mempunyai
hulu di daerah Pengasih, Girimulyo, dan Kokap, sedangkan bagian tengah membelah
wilayah Wates dan Nanggulan yang merupakan sebagai rencana pembangunan Pelabuhan
Adikarta yang kurang mengindahkan aspek lingkungan. Material pasir dari laut terus
menumpuk di dalam barier dikarenakan angin dari arah tenggara dan mempengaruhi
gelombang air laut. Gelombang air laut inilah yang membawa material pasir menyeberangi
barier sehingga menyebabkan pendangkalan pelabuhan dan membelokkan aliran sungai
serang. Adanya gelombang air laut yang tinggi serta pergeseran lempeng tektonik diwilayah
muara sungai serang mengakibatkan kemungkinan abrasi dan tsunami. Untuk memecah
gelombang abrasi dan tsunami, pemerintah menanami pohon cemara laut.
39
Sempadan pantai digunakan untuk menjaga kehidupan masyarakat diwilayah pesisir dan
rawan bencana alam, akses ruang untuk publik melewati pantai, sekaligus kelestarian fungsi
ekosistem dan segenap sumber daya diwilayah pesisir.
NO KARAKTERISTIK KETERANGAN
Proses
2 Pembentukan Endapan dan buatan
BentangLahan
Pengelolaan/Kebija
3 Perikanan, tambak udang,Ekowisata
kanPertanahan
4 Kelerengan 0%
Status Penguasaan
7 Pakualaman ground yang dikelolamasyarakat, HP.
/PemilikanTanah
Penggunaan dan
Ekosistem budidaya mangrove, konservasi, CBT
8 PemanfaatanTanah
berkembang biak makhluk biota laut
(kondisi eksisting)
Keadaan Sosial
Penambak udang, penambak ikan, nelayan, Warung, sewa
9 Ekonomi
kapal, konsesiditi, Wisata
Masyarakat
Permasalahan
11 -
Pertanahan
Kondisi Kehidupan
(Desaatau
13 Berpartisipasi budidaya mangrove
perkotaan) dan
Karakteristiknya
Kawasan Hutan Mangrove Wanatirta terletak di perbatasan antara Kabupaten Purworejo dan
Kabupaten Kulon Progo, tepatnya berada pada Desa Gedangan, Kecamatan Purwodadi,
Kabupaten Purworejo. Awalnya Kawasan ini diperuntukkan untuk konservasi dan
pencegahan abrasi. Pengelolaan Hutan Mangrove ini sudah dilakukan sejak tahun 2009
oleh kelompok masyarakat yang sekarang berubahmenjadi Lembaga Pelestari Hutan
Mangrove dan Pesisir Wanatirta serta sudah berbadan hukum tetap untuk mengelola
konservasi Hutan Mangrove tersebut. Hutanini memiliki luas sekitar 3 hektar.
41
c. Jalur III (Gunung Nglanggeran – Tahura – Goa Ngingrong -Pantai Baron)
1. Stop site 1 Bukit Pathuk
NO KARAKTERISTIK KETERANGAN
42
Daerah yang terjal dan terasiring berkaitan pengukuran
Permasalahan
11 tanah yang ada didaerah tersebut karena memang lebih
Pertanahan
sulit untuk diukur daripada di dataran yang lebih rata.
12 Ancaman Bencana Tanah Longsor
Teknologi pertanian dapat berkembang dan
berkelanjutan adalah karena secara teknis dapat
Kondisi Kehidupan
dilaksanakan dan aman pada lingkungan serta secara
13 (Desa atau perkotaan)
ekonomi layak (menguntungkan) dan secara sosial
dan Karakteristiknya
dapat diterima oleh masyarakat dan secara administratif
dapat dikelola.
- Tabel 11: Pengamatan Lapangan
43
2. Stop site 2 Gunung Api Purba Nglanggeran
NO KARAKTERISTIK KETERANGAN
Proses Pembentukan
Perbukitan angkatan
2 BentangLahan
4 Kelerengan 40-45%
Status Penguasaan
Tanah Milik Negara
7 /PemilikanTanah
Penggunaan dan
Pemanfaatan Tanah Kawasan Wisata dan Pertanian Tadah Hujan
8
(kondisi eksisting)
Keadaan Sosial
Sektor Pariwisata dan Pertanian
9 EkonomiMasyarakat
Arahan Penggunaan
Pemukiman, Kawasan Lindung
10 Tanahdalam RTRW
44
Gambar 17: Kawasan Sekitar Nglanggeran
Gunung Api Purba Nglanggeran adalah salah satu gunung api purba di kawasan
Pegunungan Selatan Jawa. Kondisi bentuk lahan terletak pada ketinggian 414 mdpl dengan
titik koordinat 7º 50’35” S 110º 32’17” E. Gunung Api Purba Nglanggeran secara
administrasi berada di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul.
Gunung Nglanggeran terbentuk dari gunung berapi bawah laut yang terangkat dan mendarat
jutaan tahun yang lalu. Gunung ini diperkirakan berusia 60- 70 juta tahun. Gunung ini
memiliki bebatuan besar yang menjulang tinggi dan biasanya digunakan sebagai jalur
pendakian atau sebagai tempat pertapaan bagi penduduknya. Reruntuhan gunung api purba
ini dapat ditemukan pada batuan beku, breksi, andesit dan jenis batuan lainnya. Kawasan
tersebut kini menjadi tempat ekowisata oleh Pemerintah Gunung Kidul.
NO KARAKTERISTIK KETERANGAN
45
Adanya tempat wisata yaiutu outbond di sungai oyo
Arahan Penggunaan Sumber daya air dan hutan rakyat (sesuai dengan
Tanah dalam RT/RW RTRW DIY Tahun 2019-2039). LP2B (lahan
10
pertanian pangan berkelanjutan) sehingga tidak boleh
mengkonversi sawah .
46
Gambar 18: Sungai Oyo
Pengatan pertama PKL menuju Sungai Oyo dan Taman Hutan Rakyat Bunder menggunakan
aplikasi Avenza maps dan altimeter dengan ketinggian 132.2Mdpl untuk pinggir Sungai Oyo dan
195 Mdpl untuk Taman Hutan Rakyat Bunder dengan titik koordinat 7°53’29 “ S , 110°32’52’’ E
geografis dari Peta Geomorfologi Daerah Istimewa Yogyakarta dari jurusan teknik geologi
Universitas Gajah Mada, proses pembentukan bentang lahan terindikasi bahwa lokasi ini terbentuk
karena adanya proses struktural, bentuk lahan struktural terbentuk karena adanya proses endogen
atau proses tektonik yang berupa pengangkatan, perlipatan, bersifat konstruktif dan pada
membentuk bentangan lahan yang ada saat ini.
47
Sungai Oyo tercipta dari kekar–kekar yang berasal dari patahan, tektonik, dan
temperatur yang signifikan. Pada stadium awal pembentukan karst di dominasi oleh proses
fluvial tetapi proses pelarutan tetap berlangsung pada saat itu walaupun masih kalah dominan
dengan proses fluvial. Sehingga kenampakan yang terjadi di Sungai Oyo ini menjadi di
dominasi dengan adanya lereng karst yang ada di sisi aliran yang di lalui. Batuan Penyusun
dinding Sungai Oyo adalah batuan gamping yang terbentuk dari pelapukan batuan kapur,
batuan kapur ini juga mengalami pengikisan akibat dari aliran air Sungai Oyo Kawasan Tahura
Taman Hutan Rakyat disebut juga dengan Tahura Bunder, Tahura ini berada di wilayah
administrasi Kabupaten Gunung Kidul tepatnya di Desa Gading, KecamatanPlayen, Kabupaten
Gunung Kidul Provinsi D.I Yogyakarta. Yaitu di tepi jalan raya Yogya-Wonosari. Kawasan
Tahura Bunder memiliki luas sekitar 800 sampai 900 anhektar. Tahura ini memiliki berbagai
macam jenis flora dan fauna sehingga Keragaman hayati disini membuat Tahura Bunder masih
digunakan sebagai tempat konservasi seperti penangkaran Rusa Jawa, perlu diketahuai bahwa
sungai oyo juga mengalir di tengah hutan ini sehingga menambah kesan suasana menjadi
semakin asri. Di tahura ini juga ada Sendang Mole yaitu sebuah tempat penyulingan minyak
kayu putih berdiri sejak tahun 1980an. Selain sebagai tempat konservasi hutan ini juga sering
di gunakan untuk berkemah dan sudah dijadikan sebagai salah destinasi wisata
NO KARAKTERISTIK KETERANGAN
48
Status Penguasaan/Pemilikan Hak milik Kasultanan
7 Tanah
49
Wisata Gua Ngingrong terletak di Desa Mulo, Kecamatan Wonosari,
Kabupaten Gunung Kidul, tepatnya di Lembah Karst Mulo. Gua yang terbentuk
menyerupai dollin atau horizontal akibat dari lahan karst yang lapisan tanahnya atau
bantalan batuannya hilang dan juga bisa akibat dari aliran air. Lahan Gua Ngingrong
terletak pada 8 1'40"S - 110 35'27"E dengan ketinggian 167 m AMSL. Gua Ngingrong
terbentuk dari proses solusional murni tidak ada campur tanganproses vulkanis, karena
terlihat jelas batuan gampingnya. Ada beberapa aspek terjadinya proses solusional yaitu
batuan gamping yang dimiliki sangat tebal, mempunyai banyak vegetasi, curah hujan
yang tinggi, dan mempunyai celah batuan atau bisa disebut dengan kekar. Batuan
gamping yang dimiliki harus berjenis terumbu. Sudah terlihat jelas dari aspek fisik,
warga yang tinggal disekitar Gua Ngingrong masih kesulitan mendapatkan air karena
lapisan yang dimiliki daerah itu kedap dari air yang akibatnya sumber airnya lolos
kebawah. Tetapi warga sekitar mempunyai cara untuk mengatasi permasalahan tersebut
dengan memanfaat air hujan yang di tadah. Geomorfolagi dan jenis tanah Gua Ngingrong
mempunyai jenistanah gromosol karena tanahnya terbentuk atas lapukan batuan gamping
dan batuandolomit. Dari segi kearifan lokal, pada zaman dahulu status tanahnya banyak
berstatus tanah kesultanan. Tanah kesultanan adalah daerah untuk Latihan berburu.
Untuk wilayah sebelah seberang gua Ngingrong, tanah dikuasai oleh masyarakat dan
dapat diberikan pelekatan hak diatasnya. Penguasaan tanah tersebut dapat berupa
pemukiman maupun perkebunan. Di goa ngingrong status tanahnya adalah tanah desa.
Peraturan Daerah No.4 Tahun 1954 meliputi: 1. Tanah kas desa yaitu tanah yang
digunakan untuk operasional, pembiayaan, pelaksanaan, kepentingan urusan
pemerintahan desa. 2. Tanah bengkok, yaitu tanah desa yang difskan untuk penggantigaji
bagi aparat pemerintah desa 3. Tanah pengarem-arem, tanah desa yang difskan untuk
memberikan pension kepada aparat desa yang sudah tidak aktif lagi, jadi yang udah
pension punya hak tanah pengarem-arem baik untuk istri atau suaminya sampai sudah
meninggal, lalu kembali lagi statusnya jadi tanah.
50
2 Proses Pembentukan Bentang Bentang lahan Pantai Baron terbentuk karena
Lahan adanya proses pengangkatan terumbu yang
menyebabkan terjadinya bentuk lahan karst.
Pantai Baron merupakan pantai berupa teluk
yang dengan ekosistem pantai berpasir yang
dikelilingi oleh bukit-bukit karst.
3 Pengelolaan/Kebijakan Pariwisata, permukiman. Pantai Baron ini
Pertanahan sangat unik di Yogyakarta, karena di tempat
tersebut kita bisa menemukan dua jenis air
yang berbeda yaitu air asin dan air tawar. Air
asin ini berasal dari laut, sedangkan air
tawarnya berasal dari aliran sungai bawah
tanah di sebelah Barat Pantai Baron, yang
aliran airnya langsung mengarah ke laut.
Parawisata di tempat ini mempunyai tingkat
pendapatan pengunjung yang lebih tinggi dan
fasilitas yang terdapat di pantai tersebut lebih
bagus dari pantailainnya.
4 Kelerengan Kemiringan lereng pada pantai ini 35°
pantainya datar bergelombang. Hal itu
membuat morfologi pantainya memiliki
dinamika yang cukup tinggi.
Keberadaan muara sungai memberikan
pengaruh yang cukup kuat pada karakteristik
sedimen pada pantai dan aliran sungai yang
menuju samudera. Pengaruh ombak dan tidak
terdapatnya halangan pada pantai (barrier)
membuat Pantai Baron sangat mudah tererosi
walaupun dengan tenaga yang jauh lebih kecil
sebagai akibat lereng gisikpantai yang landai
5 Jenis Tanah Mediteran, Tanah mediteran yang
merupakan tanah yang terbentuk dari
51
pelapukan batuan kapur dan bersifat tidak
subur karena kandungan unsur hara dan
bahan organik rendah serta sifat fisik tanah
yang tidak gembur. Batugamping adalah
batuan sedimen yang utamanya tersusun
oleh kalsium karbonat (CaCO3) dalam
bentuk mineral kalsit. Batugamping
kebanyakan merupakan batuan sedimen
organik yang terbentuk dari akumulasi
cangkang, karang, alga, dan pecahan-
pecahan sisa organisme.
6 Sumber Daya Air Air dari hulu (hilir), laut dan Muara sungai
bawah tanah
7 Status Penguasaan/Pemilikan Sebagian menjadi hak pakai atas nama
Tanah pemerintah daerah dan sebagian menjadi hak
milik kraton Kasultanan Yogyakarta
8 Penggunaan dan
Pemanfaatan Tanah (kondisi Pariwisata, permukiman , dan pelabuhan.
eksisting)
9 Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat sekitar memiliki mata pencaharian
Masyarakat sebagai Nelayan dan sebagian ada yang bekerja
untuk mengelola kawasan Pariwisata di Pantai
Baron.
10 Arahan Penggunaan Tanah Faktor pembatas air untuk wisata, karena di
dalam RTRW pantai baron para masyarakat sekitar juga
berkaitan dengan keterbatasan air bersih untuk
digunakansehari hari,
11 Permasalahan Pertanahan Warga setempat membangun rumah semi-
permanen di area Pantai Baron
12 Ancaman Bencana Tsunami, pergeseran aliran sungai bawah tanah
dari sisi barat dan saat ini bergeser ke sebelah
utara, abrasi air laut
13 Kondisi Kehidupan (Desa Mata pencarian penduduk yaitusebagian besar
52
atau perkotaan) dan menjadi nelayan, Bangunan pemukiman
Karakteristiknya penduduk dengan arsitektur modern. Jalan
aspal yang masih bagus tidak berlubang.
Tabel 15: Pengamatan Lapangan
Pantai Baron merupakan pantai berupa teluk yang dengan ekosistem pantai
berpasir yang dikelilingi oleh bukit-bukit karst. Pada sisi Barat pantai terdapat muara
sungai bawah tanah besar dari sistem hidrologi Karst Wonosari. Besar butiran
sedimen pantai merupakan hasil bentukan dari sedimentasi material yang diendapkan
sungai bawah tanah yang bermuara ke pantai dan hasil pengikisan laut. Oleh karena itu
pula, warna dari material tersebut agak gelap, serta teksturnya halus. Tanah di sekitar
pantai ini relative kurang subur karena rendahnya zat hara yang terkandung di dalam
tanah Jenis batuan yang mendominasi di daerah ini yaitu batuan sedimen non-klastik,
dimana batuan sedimen bawah laut yang mengalami pengangkatan karena proses geologi.
Batuannya antara lain Batu Gamping dengan mineral penyusunnya yaitu CaCO3. Ketika
dilakukan pengukuran, didapati kemiringan lereng di daerah ini sekitar 35°, serta
Strike/Dip batuan di sekitar lokasi itu N160°E/72,5°.
53
ini memiliki koordinat letak 70 39’ 23.6” S, 1100 25’ 23.3” E dengan daerah
pegunungan yang merupakan kawasan hutan dan agroforesting ini yang didominasi
oleh tanaman keras agar menangani masalah erosi serta bencana tanah longsor di
sekitar daerah tersebut. Gardu Pandang Gunung Merapi memiliki bentang lahan yang
berasal dari proses vulkanik dan sedimentasi. Proses vulkanik yang terjadi berasal
dari Gunung Merapi, sehingga di daerah tersebut terbentuk batuan beku. Proses
pelapukan batuan yang berasal dari aktivitas vulkanisme menghasilkan tanah dengan
kandungan organik tinggi sehingga memiliki kesuburan yang bagus.
Spring belt yang terletak di kecamatan pakem merupakan area yang memiliki
ketinggian 460 meter dpl dengan koordinat 7°47’06.5” S 110°22’11.8” E. Dengan
adanya spring di kawasan ini sebagai penyimpan air, maka kawasan ini dimanfaatkan
oleh masyarakat dalam bidang pertanian. Tetapi, lambat laun terjadi perubahan bentuk
fisik dari yang semula pertanian menjadi non pertanian. Proses pembentukanbentang
lahan Spring Belt ini terjadi secara vulkanik karena masih dipengaruhi oleh aktivitas
54
Gunung Merapi. Di kawasan Spring Belt ini banyak ditemukan jenis batuanakuifer yang
menyebabkan terbentuknya spring. Dalam penggunaannya, kawasan Spring Belt
digunakan sebagai pertanian karena ditunjang dengan melimpahnya air yang terdapat
di kawasan tersebut. Sedangkan dalam pemanfaatannya, kawasan tersebut digunakan
sebagai sawah.
Sesuai dengan perda no. 12 tahun 2012 penggunaan dan pemanfaatan daerah di
wilayah pakemn merupakan peruntukan holtikultur. Sedangkan untuk status
kepemilikan tanahnya yaitu dimiliki dan dikuasai oleh sultan ground, yang kemudian
diberikan kepada masyrakat untuk dikelola dan dimanfaatkan sesuai kondisi alam yang
ada.
Sungai code atau yang sering kita sebut sebagai kali code ialah sungai yang
menjadi tempat penampungan utama aliran sungai boyong yang bermata air di
gunung kaki gunung merapi. Dengan mata air yang berada di salah satu gunung yang
aktif di dunia, mata airnya dimanfaatkan untuk pengairan persawahan di Sleman dan
Bantulserta dipergunakan juga sebagai sumber air minum.
Kali Code pada zaman dahulu adalah sungai yang masih belum memiliki tingkat
kependudukan yang padat, hanya terdapat beberapa rumah dan vegetasi hijau di tepi
sungai. Seiring berjalannya waktu, banyak orang yang datang ke kawasan ini dan
mendirikan rumah tanpa izin. Mereka mayoritas adalah masyarakat pekerja dan buruh
kasar. Mereka mendirikan rumah-rumah dengan kondisi lingkungan yang tidak sehat.
Proses penataan rumah-rumah berlangsung tanpa perencanaan.Bangunan berdiri secara
spontan mengikuti aliran sungai sehingga membentuk pola linier. Kali code memiliki
lahan yang berasal dari proses fluvial, karena pembentukan lahan ini terjadi akibat
aktivitas sungai. Sungai code terus mengalir setiap tahun yang berarti air tanah lebih
tinggi dari muka air sungai, karena input air sungai juga berasaldari air tanah. Kawasan
ini digunakan oleh masyrakatnya menjadi kawasan permukiman. Namun sejatinya
dalam pendaftaran tanahnya sendiri disekitaran kali code ialah dimiliki oleh negara dan
dikuasai oleh negara, sehingga sebetulnya tidak diizinkan untuk membangun atau
mendirikan bangunan disepanjang kali code. Larangankepemilikan atas tanah bantaran
sungai oleh perseorangan memeiliki tujuan sebagai bentuk perlindungan bagi kelestarian
sungai dan agar pemanfaatannya semataa-mata untuk kemakmuran rakyat indonesia.
55
Berbeda hal nya dengan daerah di sekitaran kalicode, sesuai dengan RTRW perda no. 4
tahun 2011, daerah disekitaran kali code dalam pemanfaatan dan penggunaan lahannya
dijadikan kawasan pedesaan.
56
areal persawahan umumnya dibuat terasering mengingat daerahnya memiliki
ketinggian yang bervariasi agar terhindar dari tanah longsor. Tanah sawah di Bulak
Kayangan juga subur dan termasuk sawah irigasi yang dialiri oleh Kali Progo sehingga
sawah tersebut bisa dijadikan sebagai sumber mata pencaharian warga sekitar yang
mengandalkan pertanian. Kawasan Bulak Kayangan menurut Peraturan Daerah Provinsi
DaerahIstimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2019 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2019-2039 diperuntukkan untuk kawasan
permukiman, kawasan peruntukan hutan rakyat, kawasan pertanian, maupun kawasan
pariwisata.
Status pemilikan tanah setelah pengadaan tanah Waduk Sermo menjadi milik
Negara, dan dikelola oleh Balai Besar Wilayah Sungai Serayu dan Opak. Setelah
menjadi waduk, persawahan yang ada di bawah wilayah Sermo menjadi teraliri air
dikarenakan fungsi Waduk Sermo digunakan sebagai irigasi. Mata pencaharian di
sekitar Waduk Sermo sangat mengandalkan akan keberadaannya sebagai petani
maupun di sektor perikanan air tawar. Perekonomian masyarakat meninngkat selain
dari petani dan perikanan air tawar, juga dikarenakan Waduk Sermo juga digunakan
sebagai tempat wisata.
57
lingkungan sosial atau karena hal-hal lain yang serupa dengan itu. Menurut Peraturan
Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2019 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2019- 2039 pasal 36 yang
dimaskud kawasan konservasi terdiri dari Suaka Margastwa dan Cagar Alam. Sesuai
dengan kondisinya, Waduk Sermo juga sebagai Suaka Margasatwa yang digunakan
untuk melindungi kelangsungan hidup bagi satwa-satwa yang ada, sehingga termasuk
kawasan konservasi atau kawasanlindung.
58
membuka kios-kios kecil yang target pembeli dari wisatawan berkunjung di Laguna
Pantai Glagah ini.
Kawasan di Muara Sungai Serang dan Laguna menurut Rencana Tata Ruang
Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2019-2039 ialah Kawasan Perlindungan Setempat
yang merupakan Kawasan Lindung mengingat Muara Sungai Serang dan Laguna
merupakan daerah sempadan yang digunakan sebagai pariwisata terdapat pemecah
gelombang berbetuk tetra sangat cantik dan disepanjang Pantai Glagah menuju Pantai
Congot terdapattanaman penahan berfungsi untuk melindungi bandara dari gelombang
tsunami.
59
Gunung Nglanggeran adalah tanah latosol yang cocok ditanami banyak
pephonan.Gunung Nglanggeran dikelola oleh pemerintah daerah sekitar sebagai tempat
pariwisata. Penggunaan tanah di Gunung Nglanggeran digunakan sebagai lahan
pertanian dan perumahan sebagai ekowisata, yaitu melestarikan lingkungan dengan
memanfaatkan penduduk setempat. Disekitar gunung api purba terdapat lahan pertanian
dimiliki oleh masyarakat yang telah bersertifikat pribadi dengan mengikutu program
PTSL.Tanah disekitarnya juga sudah ada perlakuan dari masyarakat supaya subur agar
dapat menjadi lahan produktif dikarenakan susuna batuan yang berbeda dengan daerah
lain.
61
hilangnya daerah tangkap air, sumber mata air, akaerusakan lahan, serta hilangnya batas
kepemilikan lahan. Proses relokasi warga yang tinggal di wilayah KRB III menuju
wilayah KRB II tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan banyak warga yang memiliki mata
pencaharian sebegai peternak sapi ataupun kambing. Banyak pertimbangan dari warga
mengenai bagaimana cara mereka berternak seperti, karena tidak dimungkinkan
mereka berternak dilingkungan dengan kepadatan penduduk yang tinggi tidak mungkin
digunakan untuk pemukiman.
63
Permasalahan besarnya laju sedimen yang masuk ke dalam waduk akibat
longsoran dan erosi lahan, berakibat menurunnya umur manfaatnya. Usaha konservasi
untuk mengurangi erosi permukaan lahan dan sedimentasi telah dilakukan oleh Balai
Pengelolaan Sumber Daya Air (BPSDA) Waduk Sermo, masyarakat sekitar, dan
instansi terkait lainnya . Usaha -usaha tersebut antara lain pembuatan saluran di
sekeliling waduk, pembuatan bendungan di sungai- sungai yang masuk kedalam waduk,
pembuatan ruang terbuka hijau, dan penghijauan di area Waduk Sermo.
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Yogyakarta merupakan daerah yang memiliki berbagai keistimewaan, dari segi
pemerintahan dan tata kelola wisata Yogyakarta secara jelas telah menampilkan ciri
khasnya. Dengan sistem Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten
Pakualaman serta beragam cerita sejarah yang muncul dari Daerah Istimewa Yogyakarta.
Namun tidak hanya tentang hal-hal tersebut, Yogyakarta juga istimewa dari segi alamnya
hingga layak mendapat julukan miniatur Indonesia. Dilihat secara geomorfologiberorientasi
pada aspek genesis pembentukan bentang lahan, Yogyakarta hampir memiliki seluruh
macam bentuk lahan.
Dengan adanya kegiatan PKL 1 Bentang Lahan dapat memberikan pengetahuan
tambahan bagi penulis dan pembaca mengenai berbagai jenis bentang lahan di Yogyakarta.
Ada sembilan macam bentang lahan, pertama bentang lahan asal proses vulkanik yaitu
Gunung api Merapa di Sleman dan Gardu Pandang; bentang lahan asal proses denudasional
yaitu Pegunungan Menoreh di Kulon Progo; bentang lahan asal proses fluvial (aliran sungai)
banyak terdapat di Bantul dan Kulon Progo; bentang lahan asal proses marin (aktivitas laut)
yaitu di pesisir Gunung Kidul, Bantul, dan Kulon Progo; bentang lahan asal proses eolin
(aktivitas angin dan pelapukan) terdapat di sekitar Parangtritis yang berciri berupa gumuk-
gumuk pasir; bentang lahan asal proses solusional (pelarutan batuan) banyak berbentuk
bukit-bukit karst yaitu Gunungsewu di Gunung Kidul; bentang lahan asal proses organik
(hewan dan tumbuhan) seperti adanya terumbu karang teerdapat di pantaipantai Gunung
Kidul dan beberapa di Kulon Progo; bentang lahan asal proses antropogenik (buatan
manusia) dapat berupa bendungan seperti Waduk Sermo dan wilayahperkotaan Yogyakarta
sekitar Malioboro.
Berbagai macam bentang lahan yang ada di Yogyakarta dengan perbedaan di setiap
daerah berdampak pada kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. Kehidupan masyarakat
setiap daerah selalu menyesuaikan bentang lahannya, jika daerah tersebut memiliki tanah
yang subur dan perairan bagus maka warga bekerja pada sektor pertanian, jika masyarakat
tinggal di wilayah pesisir pantai maka banyak yang bekerja menjadi nelayan, sedangkan
pada daerah wisata seperti gardu pandang merapi dan gumuk pasir masyarakat menambah
penghasilan dengan berdagang. Pemanfaatan sumber daya alam yang sesuai dengan
keadaan alam tidak akan merusak lingkungan dan justru dapat mendatangkan keuntungan.
69
B. Saran
Pada saat pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Pengenalan Bentang Lahan, alangkah
baiknya saat pemberhentian di setiap stop site diberikan waktu yang cukup panjang dan
lebih dekat dengan objek pengamatan, sehingga dapat melihat situasi sekitar secara
mendetail terkait bentuk lahan yang dituju dan lebih memahami setiap bentang lahan di
setiap lokasi.
Dalam mengurangi potensi konflik, sengketa maupun perkara di setiap stopsite yang
telah kami singgahi, sebaiknya pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta tetap menjaga
kearifan lokal yang menjadi dasar dari penentuan setiap perubahan penggunaan tanah
khususnya di daerah wisata serta membangun hubungan baik dengan masyarakat dengan
cara mengundang setiap orang yang berbatasan di lokasi yang mungkin akan dibuat menjadi
tempat wisata dan selalu melibatkan masyarakat serta pemerintah desa setempat dalam
setiap adanya pengembangan tempat wisata ataupun yang lainnya. Karena dengan begitu
akan tercipta keharmonisan administrasi pertanahan yang mana asas Kontradiktur disini
secara tidak langsung telah dilaksanakan sesuai dengan amanat yang dimuat dalam Undang-
undang Pokok Agraria.
Adapun saran kami untuk masyarakat dan pemerintah desa setempat agar senantiasa
menjaga cagar alam dan budaya, karena tempat-tempat yang kami kunjungi sebagian besar
itu terbentuk karena alam dan masyarakat disana memiliki mata pencaharian dengan
menysesuaikan bentang lahan yang terbentuk di setiap stopsite yang kami kunjungi.
70
DAFTAR PUSTAKA
Arnowo, H. (2021). PEMANFAATAN PETA BIDANG TANAH UNTUK MEWUJUDKAN PETA
DESA LENGKAP BERBASIS BIDANG TANAH (Studi Kasus di Kantor Pertanahan Kabupaten
Toli-Toli). Seminar Nasional Geomatika. https://doi.org/10.24895/sng.2020.0-0.1200
Astuti, F. A., Sungkowo, A., & Muryani, E. (2020). PENILAIAN RELATIF EKOSISTEM GUMUK
PASIR SEBAGAI KAWASAN KONSERVASI ATAU PERTAMBANGAN DI PANTAI
SELATAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Jurnal Ilmiah Lingkungan Kebumian
(JILK), 1(1). https://doi.org/10.31315/jilk.v1i1.3271
Ayodiya, N. R. P. (2014). Model Kebijakan Permukiman Kampung Code Utara di Tepi Sungai Code.
JURNAL PEMBANGUNAN WILAYAH & KOTA, 10(1). https://doi.org/10.14710/pwk.v10i1.7630
Hidayati, I. (2020). BENTANG LAHAN JAWA BAGIAN TENGAH: Sebuah Catatan Lapangan di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. JURNAL GEOGRAFI Geografi Dan Pengajarannya,
18(2). https://doi.org/10.26740/jggp.v18n2.p145-164
Nuraini, F., Sunarto, S., & Santosa, L. W. (2017). PENGARUH VEGETASI TERHADAP DINAMIKA
PERKEMBANGAN GUMUK PASIR DI PESISIR PARANGKUSUMO. Geomedia: Majalah
Ilmiah Dan Informasi Kegeografian, 14(2). https://doi.org/10.21831/gm.v14i2.13810
Putro, S. T., & Prasetiyowati, S. H. (2020). SEDIMENTASI DI GUMUK PASIR PARANGTRITIS
BERDASARKAN TUTUPAN LAHANNYA. Geomedia: Majalah Ilmiah Dan Informasi
Kegeografian, 18(1). https://doi.org/10.21831/gm.v18i1.30038
Soeprobowati, T. R. (2019). EKOLOGI BENTANG LAHAN. Bioma : Berkala Ilmiah Biologi, 13(2).
71
LAMPIRAN
72
73
74
75
76