Anda di halaman 1dari 19

Laporan Pemicu 1

“Perpindahan Kalor Konveksi Steady State dan Transient”

Oleh :

Fahri Fatoni - 2206060454


Jesslyn Felice K. - 2206060183
Mohammad Torikh - 2206060321
Sondang Angelina S. - 2206027272
Thia Syifa S. P. - 2206060252

PROGRAM STUDI TEKNIK BIOPROSES


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FTUI DEPOK
2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................................1
BAB I...............................................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................... 2
1.2 Tujuan Pembahasan............................................................................................................. 2
1.3 Manfaat Bahasan...............................................................................................................2
BAB II............................................................................................................................................. 3
2.1 Soal Nomor 1....................................................................................................................... 3
2.2 Soal Nomor 2....................................................................................................................... 5
2.3 Soal Nomor 3...................................................................................................................10
2.4 Soal Nomor 4...................................................................................................................13
BAB III..........................................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 17

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam bidang teknik kimia, pemahaman tentang perpindahan panas dan insulasi
termal memegang peranan penting dalam desain dan operasional berbagai sistem dan
peralatan. Dari unit penyimpanan dingin hingga proses industri yang melibatkan
pembakaran bahan bakar dan perlakuan panas pada material, pengendalian suhu
merupakan faktor kunci untuk efisiensi energi, keamanan, dan kinerja optimal. Melalui
serangkaian kasus yang melibatkan freezer, reaktor pembakaran metana, perlakuan panas
pada bantalan bola, dan proses memasak sosis, kita dapat mengeksplorasi aplikasi
prinsip-prinsip perpindahan panas dalam kondisi dan material yang berbeda. Analisis ini
tidak hanya memperkuat pemahaman kita tentang teori dasar perpindahan panas tetapi
juga membantu dalam pengembangan solusi praktis untuk masalah insulasi dan
pengendalian suhu dalam berbagai konteks industri dan sehari-hari.
1.2 Tujuan Pembahasan
Adapun beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini, antara lain:
1. Memahami dan menerapkan prinsip-prinsip perpindahan panas dalam konteks
praktis yang beragam.
2. Menentukan solusi untuk masalah pengendalian suhu dan insulasi termal yang
efektif dalam berbagai aplikasi, dari unit penyimpanan dingin hingga proses
industri.
3. Mengembangkan kemampuan analitis dalam menyelesaikan masalah teknik kimia
melalui studi kasus yang realistis.
1.3 Manfaat Bahasan
Adapun manfaat dari bahasan makalah ini, antara lain:
1. Peningkatan pemahaman tentang pentingnya pengendalian suhu dan insulasi
termal dalam teknologi dan kehidupan sehari-hari.
2. Pengembangan kemampuan untuk menganalisis dan merancang sistem
perpindahan panas yang lebih efisien dan efektif.

2
3. Kontribusi terhadap inovasi dalam teknik insulasi dan pengendalian suhu, yang
dapat mengurangi penggunaan energi dan meningkatkan keamanan operasional.
4. Mendorong pendekatan multidisiplin dalam memecahkan masalah teknik kimia,
yang melibatkan prinsip fisika, kimia, dan rekayasa material.

3
BAB II
SOAL DAN PEMBAHASAN
2.1 Soal Nomor 1
Sebuah unit freezer dirancang untuk beroperasi dengan suhu udara internal -20°C
ketika suhu udara eksternal 25°C, dengan koefisien perpindahan kalor untuk
masing-masing kondisi suhu tersebut berturut-turut adalah 12 W/m²K dan 8 W/m²K.
Dinding dari unit freezer ini merupakan konstruksi komposit yang terdiri dari dinding
lapisan dalam terbuat dari plastik (ketebalan 3 mm) dan dinding luar terbuat dari stainless
steel (1 mm). Diantara kedua lapis material tersebut terdapat material insulasi dengan
nilai k = 0,07 W/mK.
a. Berapa ketebalan insulasi yang diperlukan untuk mengurangi rugi kalor sebesar
15 W/m².
b. Upaya apa saja yang bisa dilakukan untuk meminimalkan rugi kalor yang
terjadi.
c. Pertimbangan apa saja yang perlu diperhatikan untuk pemilihan jenis insulasi
pada kasus di atas?
Rumusan masalah:
- Sebuah freezer dirancang dengan tiga lapis bahan yang salah satu lapisan
di tengahnya merupakan isolator dengan suhu tertentu yang mana panjang
dari insulator tersebut tidak diketahui
- Bagaimana upaya dalam meminimalkan rugi kalor pada freezer tersebut
- Identifikasi pertimbangan dalam memilih jenis insulasi pada freezer
Informasi yang diketahui:
Kondisi di dalam freezer:
𝑇𝑖 = − 20°C
2
ℎ𝑖 = 12 𝑊/𝑚 𝐾
Kondisi di luar freezer:
𝑇0 = 25°C
2
ℎ0 = 8 𝑊/𝑚 𝐾
Informasi tambahan:
𝑘𝑠𝑠 = 16 𝑊/𝑚𝐾

4
𝑘𝑝𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑐 = 0, 17 𝑊/𝑚𝐾
Sumber: https://www.eng-tips.com/viewthread.cfm?qid=243150
Skema dan Asumsi:

1. Sistem tunak
2. Sistem perpindahan kalor konduksi terjadi pada satu dimensi
3. Aliran kalor yang ditinjau hanya ke arah sumbu x (plat datar)
4. Sistem kalor yang ditinjau tanpa sumber kalor
5. Sifat termal benda dan fluida tetap terhadap perubahan suhu
Perhitungan:
a. q = 𝑈𝐴∆𝑇
𝑞 = 𝑈𝐴∆𝑇
𝑞 = 𝑈∆𝑇
𝐴

dimana diketahui batas


pengurangan rugi kalor,
𝑞 2
𝐴
= 15 W/ 𝑚

𝑞 = ∆𝑇

( 1
12𝑊
2
𝑚 𝑘
+
−3
1×10 𝑚
16𝑊
𝑚𝑘
+
−3
1×10 𝑚
0,17𝑊
𝑚𝑘
+
1×10 𝑚
−3

0,07𝑊
𝑚𝑘
+
1
8𝑊
2
𝑚 𝑘
)
15𝑊 = (293𝐾−298𝐾)

( )
2
𝑚 1
−3
1×10 𝑚
−3
3×10 𝑚 𝐿𝑖𝑛𝑠𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 1
12𝑊 + 16𝑊 + 0,17𝑊 + 0,07𝑊 + 8𝑊
2 𝑚𝑘 𝑚𝑘 𝑚𝑘 2
𝑚 𝑘 𝑚 𝑘

𝐿𝑖𝑛𝑠𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 = 0, 00751033 𝑚/7, 51033 𝑚𝑚

b. Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan rugi kalor:

5
i. Pemilihan jenis material insulasi yang tepat dengan meninjau
ketahanan rentang suhu operasional dari unit proses yang diisolasi
ii. Penentuan ketebalan insulasi yang sesuai untuk mendapatkan hasil
rugi kalor yang minimal.
iii. Memperhatikan kualitas pemasangan insulasi.Pemasangan yang
tidak tepat dapat berakibat pada potensi kebocoran yang
meningkatkan rugi kalor
c. Pertimbangan yang diperhatikan dalam pemilihan jenis insulasi:
i. Bahan tidak mudah menghantarkan panas
ii. Bahan bersifat inert
iii. Bahan memiliki ketahanan terhadap rentang suhu operasional dari
unit proses yang di insulasi
iv. Bahan memiliki kekuatan mekanis tinggi
v. Bahan yang dipilih memenuhi kriteria ekonomis (biaya). Artinya
penggunaan bahan yang seminim mungkin namun kemampuan
mengisolasi panasnya maksimal
vi. Bahan yang dipilih perlu mempertimbangkan aspek operasional
dari proses yang dijalani, karena penambahan ketebalan bahan
insulasi berpotensi mempengaruhi berat dari unit yang di insulasi
Landasan teoritis dan analisa perhitungan:
Penghitungan Resistansi Termal Total dengan menambahkan resistansi
konveksi internal dan eksternal dengan resistansi konduksi dari setiap lapisan
∆𝑇
material. Dengan menggunakan rumus dasar 𝑞= 𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
dengan

1 𝐿𝑝𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑐 𝐿𝑖𝑛𝑠𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝐿𝑠𝑠 1


𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = ℎ𝑖
+ 𝐾𝑝𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑐
+ 𝐾𝑖𝑛𝑠𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛
+ 𝐾𝑠𝑠
+ ℎ𝑜
kita dapat menyelesaikan

persamaan untuk 𝐿𝑖𝑛𝑠𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛.

Pustaka: https://www.eng-tips.com/viewthread.cfm?qid=243150

2.2 Soal Nomor 2


Metana merupakan salah satu gas yang dihasilkan dari proses fermentasi anaerob.
Reaksi pembakaran metana berlangsung dalam sebuah reaktor berskala pilot (diameter =

6
0,6 m), menghasilkan energi sebesar 210 W/m³ . Dinding reaktor dapat dianggap sebagai
sebuah plat dengan tebal 5 mm dan k = 0,35 W/m.K. Dinding tersebut dijaga dengan
sistem pendingin khusus sehingga suhu permukaan luar tidak lebih dari 315°C.
a. Berapakah suhu maksimum dari sistem reaktor tersebut?
b. Jika material dinding mampu menahan suhu tinggi hingga 400°C, berapakah
energi tertinggi yang masih diperkenankan dihasilkan dari reaksi pembakaran
metana di dalam reaktor?
Rumusan masalah:
- Bagaimana menghitung energi yang dihasilkan dari proses pembakaran
metana dalam reaktor yang menghasilkan energi sebesar 210 W/m³?
- Jika material dinding reaktor dapat menahan suhu hingga 400°C,
berapakah batas maksimum energi yang masih bisa dihasilkan dari reaksi
pembakaran metana tanpa melebihi batas suhu tersebut?
Informasi yang diketahui:
0,6 𝑚
𝑟1 = 2
= 0, 3 𝑚
𝑡𝑑𝑖𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 = 5 𝑚𝑚 = 0, 005 𝑚
2
𝑞𝑔𝑒𝑛 = 210 𝑊/𝑚
𝑇𝑤 = 315 °𝐶
Skema dan Asumsi:

1. Kondisi tunak
2. Sistem perpindahan kalor konduksi
3. Satu dimensi

7
4. Sistem yang ditinjau melibatkan sumber kalor yang berasal dari panas
reaksi pembakaran
5. Ketebalan dinding sangat tipis sehingga dianggap suhu dinding bagian
dalam dan luar reaktor sama
6. Suhu di dalam reaktor terdistribusi sedemikian rupa sehingga dianggap
suhu maksimum terdapat di sekitar pusat sumbu benda/reaktor
7. Keterlibatan gas di dalam reaktor bersifat media konduktor
8. Sifat termal benda dan fluida tetap terhadap perubahan suhu
Perhitungan:
a. Berapakah suhu maksimum dari sistem reaktor tersebut
Mendapatkan rumus
q = 𝑈𝐴∆𝑇
𝑑𝑇 = 𝑞𝑔𝑒𝑛 𝑉𝑟
− 𝐾𝐴𝑟 𝑑𝑟

𝑑𝑇 = 2
− 𝐾(2π𝑟𝐿) 𝑑𝑟 𝑞𝑔𝑒𝑛(π𝑟 𝐿)

𝑑𝑇 = 𝑞𝑔𝑒𝑛
2𝐾
𝑟 𝑑𝑟

kondisi batas:
r = 0 → T(0) = 𝑇0
r = 𝑟1 → T(𝑟1) = 𝑇𝑊

𝑇0 → 𝑞𝑔𝑒𝑛 2
𝑇𝑊 + 4𝐾
𝑟

Mendapatkan data K milik spesi yang bereaksi pada reaktor, dalam


rentang suhu tertentu (agar bisa dilakukan perbandingan). Diketahui dalam
reaktor tersebut terdapat gas metana dengan reaksi:
𝐶𝐻4(𝑔) + 𝑂2(𝑔) → 𝐶𝑂2(𝑔) + 𝐻2𝑂(𝑔)
Sesuai pada asumsi yang sudah ditetapkan:
● suhu maksimum terdapat di sekitar pusat sumbu benda/reaktor
● keterlibatan gas di dalam reaktor bersifat sebagai media konduktor

Berdasarkan asumsi tersebut, perhitungan menggunakan nilai K


dari gas yang terlibat( 𝐶𝐻4 , 𝑂2, 𝐶𝑂2, 𝐻2𝑂 ) dalam beberapa kondisi
temperatur, yaitu 300 K, 400 K, 500 K, 600 K.
● Karena keempat reaktor menjadi media konduktor panas, maka
dilakukan perhitungan rerata K untuk memperkecil error
perhitungan.

8
● Data konduktivitas termal (spesi) yang dimiliki terbatas, maka
suhu 600K atau 327oC dianggap yang paling mendekati suhu
dalam soal (315oC)

Data K gas didapat dari Thermal Conductivity, Heat Transfer .

Spesi K pada 300 K K pada 400 K K pada 500 K K pada 600 K


(W/mK) (W/mK) (W/mK) (W/mK)

𝐶𝑂2(𝑔) 0,0168 0,0251 0,0335 0,0416

𝐶𝐻4(𝑔) 0,0341 0,0491 0,0665 0,0841

𝑂2(𝑔) 0,0263 0,0337 0,041 0,0481

𝐻2𝑂(𝑔) 0,0187 0,0271 0,0357 0,0471

Rata-Rata K 0,023975 0,03375 0,044175 0,055225


Menghitung suhu maksimum (𝑇0)
𝑞𝑔𝑒𝑛 2
𝑇0 → 𝑇𝑊 + 4𝐾
𝑟 , maka:

𝑘 rerata gas (W/mK) 𝑇0 = 𝑠𝑢ℎ𝑢 𝑚𝑎𝑘𝑠 (oC)

0,023975 512

0,03375 455

0,044175 421,9

0,055225 400,5
b. Berapakah energi tertinggi yang masih diperkenankan dihasilkan dari
reaksi pembakaran metana di dalam reaktor?
Menghitung energi yang dihasilkan pada suhu 𝑇0 = 400°C
4𝐾
𝑞𝑔𝑒𝑛 = − 2 (𝑇𝑠 − 𝑇0) , maka:
𝑟

𝑘 rerata gas (W/mK) 𝑞𝑔𝑒𝑛 (W/m3)

0,023975 90

0,03375 127,5

9
0,044175 166,8

0,055225 208,6

Landasan teoritis dan analisa perhitungan:


Hukum Fourier
Konduktivitas termal yang merupakan sifat bahan yang menunjukkan
jumlah panas yang mengalir melintasi satuan luas jika gradien suhu yang ada satu
Kondisi Tunak Keterlibatan gas di dalam reaktor bersifat sebagai media
konduktor
Dalam perhitungan soal, digunakan data konduktivitas termal rerata spesi
pada rentang suhu 27-337oC. Hal ini bermaksud untuk mendapatkan hasil
perhitungan tidak jauh dari kondisi nyata dan dapat melihat hubungan nilai k
terhadap suhu di tengah reaktor Konduktivitas termal mempengaruhi suhu di
tengah reaktor karena jika reaktor mempunyai konduktivitas termal yang tinggi,
maka panas akan mengalir dengan lebih cepat dan suhu akan terus stabil.
Sebaliknya, jika reaktor mempunyai konduktivitas termal yang rendah, maka
panas akan mengalir dengan lebih lambat dan suhu akan terus berubah.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, bahwa hasil nilai konduktivitas
termal yang cukup tinggi. Hal ini mengakibatkan panas untuk disebarkan lebih
merata di seluruh volume reaktor, mengurangi penumpukan panas di satu titik
tertentu dan suhu maksimal di tengah reaktor menurun. Selain itu, konduktivitas
termal yang tinggi dalam bahan konduktor dapat membantu menyebarkan panas
secara merata di dalam reaktor. Hal ini dapat membantu menjaga suhu operasional
yang konsisten di seluruh reaktor, yang penting untuk efisiensi reaksi kimia
Pustaka:
- Holman J.P. 2010. Heat Transfer (10th ed.) New york: McGraw-Hill
- Matthias T.Agne. 2018. Minimum Conductivity in The Context of
Diffusion-mediated Thermal Transport. Research Gate.
- “Thermal Conductivity of Gases Chart | Engineers Edge |
Www.engineersedge.com”)

10
2.3 Soal Nomor 3
Bantalan bola baja kromium (𝑘 = 50W/𝑚𝐾, 𝛼 = 1,3 × 10-5 𝑚²/𝑠) harus diberi
perlakuan panas sebelum digunakan. Mereka dipanaskan hingga suhu 650°𝐶 dan
kemudian didinginkan dalam minyak yang bersuhu 55°𝐶. Bantalan-bantalan bola
tersebut memiliki diameter 4 cm dan koefisien perpindahan panas konvektif antara
bantalan dan minyak adalah 300𝑤/𝑚²𝐾. Tentukanlah hal berikut:
a. Lamanya waktu yang dibutuhkan bantalan untuk tetap berada di dalam minyak
sebelum suhu turun menjadi 200°𝐶.
b. Total panas yang dihilangkan dari setiap bantalan selama interval waktu ini.
c. Metode apakah yang anda gunakan untuk penyelesaian kasus ini? Jelaskan.
Rumusan masalah:
- Menentukan waktu yang dibutuhkan bantalan untuk tetap berapa di dalam
minyak
- Menentukan total panas yang hilang salama waktu
- Menentukan metode yang digunakan untuk menghitung masalah
Informasi yang diketahui:
𝐷 = 4 𝑐𝑚
𝑘 = 50 𝑊/𝑚𝐾
2
α = 1, 3 𝑥 10 − 5 𝑚 /𝑠
2
ℎ = 300 𝑊/𝑚 𝐾
𝑇𝑜 = 650°𝐶
𝑇∞ = 55°𝐶
Skema dan Asumsi:

11
1. Sistem tak tunak.
2. Distribusi suhu dalam bantalan bola dianggap seragam.
3. Sifat termal benda dan fluida tetap terhadap perubahan suhu.
4. Tahanan termal konduksi diabaikan (karena kecil).
Perhitungan:
a. Lamanya waktu yang dibutuhkan bantalan untuk tetap berada di dalam
minyak sebelum suhu turun menjadi 200𝑜𝐶.
Menguji biot number:
4 3
𝐿 = 𝑣 ( 3 π𝑟 )
𝐴𝑠
= 2
(4π𝑟 )

Bi = ℎ𝐿
𝐾

Bi = 0, 04

Maka, Bi < 0,1 dan pendekatan


kapasitas kalor tergabung dapat
digunakan.

Lama waktu yang diperlukan = (𝑇−𝑇∞) 𝑘𝐴


−|| ρ𝑐𝑉 ||𝑟
(𝑇𝑜−𝑇∞)
=𝑒

𝐹𝑜 = 𝑘
( 2 ) × 𝑇
ρ𝐶ρ𝐿

T = (1,3×10 )
−5

0,02 2
( 3
)

Fo = 0, 2925𝑇

12
θ 𝑘𝐴
= −|| ρ𝑐𝑉 ||𝑟
θ𝑜 𝑒

200−55 = −0,04×0,2925𝑇
650−55 𝑒

145 = − 0, 0117τ
𝑙𝑛( 595 )

τ = 120, 69 𝑠
b. Total panas yang dihilangkan dari setiap bantalan selama interval waktu
ini.
Total panas yang hilang :q’(τ) = hAsθoe-Bi x Fo

𝑞'(τ) = −𝐵𝑖×𝐹𝑜
ℎ𝐴𝑠θ𝑜𝑒

Pada τ = 0
berlaku 𝑞'(τ) = ℎ𝐴𝑠θ𝑜

𝑄(𝑡) = τ=τ
∫ 𝑞'(τ)
τ=0

𝑄(𝑡) = τ=τ
−𝐵𝑖×𝐹𝑜
∫ ℎ𝐴𝑠θ𝑜𝑒
τ=0

𝑄(𝑡) = −𝐵𝑖×𝐹𝑜 τ
ℎ𝐴𝑠θ𝑜(1 − 𝑒 ) 𝐵𝑖×𝐹𝑜

𝑄(𝑡) = 28987, 389 𝐽 = 28, 99 𝑘𝐽


c. Metode apakah yang anda gunakan untuk penyelesaian kasus ini?
Jelaskan.
Setelah melihat parameter Bi < 0,1 seperti yang telah dihitung di
atas, maka pendekatan kapasitas kalor tergabung dapat digunakan
Dengan melihat nilai K logam yang besar (maka tahanan konduksi
kecil), maka dapat digunakan kapasitas kalor tergabung.
Landasan teoritis dan analisa perhitungan:
Metode kapasitas kalor tergabung ini digunakan dengan cara
mengasumsikan bahwa suatu sistem memiliki suhu yang merata di seluruh
bagian. Asumsi ini merupakan pendekatan kepada sistem yang ideal
karena di dalam kenyataannya, bahan selalu memiliki gradien suhu saat
kalor dikonduksikan masuk atau keluar. Semakin kecil ukuran benda,
semakin realistis asumsi tentang suhu seragam.
Pada teori kapasitas kalor tergabung ini, perpindahan secara
konduksi dianggap berlangsung cepat hingga suhu permukaan dan

13
pusatnya sama. Hla tersebut dipengaruhi oleh volume (semakin kecil
volume, maka kapasitas kalor semakin ideal).
Selain itu, pada sistem kapasitas kalor tergabung seperti pada
perhitungan biot’s number > 0,1; tahanan konduktif dianggap tidak ada
karena bernilai sangat kecil.
Pustaka:
- (2015) Bab II Dasar teori. Available at:
http://eprints.undip.ac.id/47329/3/BAB_2.pdf (Accessed: 04
March 2024).
- Holman, J. P. (2014). Heat transfer. Mcgraw-Hill.

2.4 Soal Nomor 4


Sebuah sosis sapi (tanpa menyebutkan merek) berbentuk silinder dengan diameter
dan panjang berturut-turut adalah 5 cm dan 15 cm, dengan nilai difusivitas termal 0,05 m²
/jam. Sebelum dimasak menggunakan oven, sosis tersebut disimpan dalam lemari
pendingin dengan suhu 5°C. Oven beroperasi pada suhu 120°C dengan koefisien
perpindahan kalor konveksi pada seluruh permukaan dalam oven sebesar 300 W/m² .K.
a. Matangkah sosis jika dimasak selama 20 menit? (asumsikan sosis matang bila
suhu di bagian tengah sosis mencapai 70°C). Jelaskan metode yang anda gunakan
untuk penyelesaiannya.
b. Dapatkah sosis tersebut dianggap mengikuti sistem kapasitas kalor tergabung?
Jelaskan alasan anda

𝑒𝑟𝑓
𝑥 = 𝑇(𝑥,τ)−𝑇𝑜
2 ατ 𝑇𝑖−𝑇𝑜

Rumusan masalah:
- Tidak diketahuinya lama waktu 𝑇(𝑥, τ) optimal yaitu pada (70°C pada r =
0) untuk memanggang sosis
- Sistem kapasitas kalor pada sosis
Informasi yang diketahui:
𝑑𝑠𝑜𝑠𝑖𝑠 = 5 𝑐𝑚
𝐿𝑠𝑜𝑠𝑖𝑠 = 15 𝑐𝑚
𝑇𝑜 = 120°𝐶
𝑇𝑖 = 5°𝐶

14
2
ℎ = 300 𝑊/𝑚 𝐾
Informasi tambahan:
−5 2
α = 1, 389 × 10 𝑊/𝑚 𝐾
τ = 1200 𝑠
𝑥 = 𝑟𝑠𝑜𝑠𝑖𝑠 = 0, 025 𝑚
Skema dan Asumsi:

1. Sistem tunak
2. Perpindahan kalor konduksi tidak tunak
3. Bentuk sosis dianggap silinder
4. Aliran kalor hanya ke arah radial (silinder)
5. Sifat termal benda dan fluida tetap terhadap perubahan suhu
Perhitungan:
a. Matangkah sosis jika dibakar selama 20 menit?
Cara 1
𝑇(𝑥, τ)−𝑇𝑜 = 𝑥
𝑒𝑟𝑓
𝑇𝑖−𝑇𝑜 2 ατ

𝑥 = 0, 097
2 ατ

𝑥 = 𝑒𝑟𝑓(0, 097)
𝑒𝑟𝑓( )
2 ατ

𝑒𝑟𝑓(0, 097) = 0, 1125

𝑇(𝑥, τ) = 𝑥
𝑒𝑟𝑓 (𝑇𝑖 − 𝑇𝑜) + 𝑇𝑜
2 ατ

𝑇(0, 025, 1200) = 107, 06°𝐶

15
≫ 70°𝐶
Cara 2: Konsepnya akan mirip dengan cara pertama namun karena kita
menganggap 𝑇(𝑥, τ) = 70°𝐶 sehingga kita harus memainkan nilai τ pada
𝑥
𝑒𝑟𝑓 . Perhitungan ini akan lebih digunakan pada excel:
2 ατ
τ (s) x/2√ατ erf x/2√ατ T (x, τ)
1200 0.097 0.1125 107
700 0.127 0.1459 103
500 0.15 0.1679 101
100 0.335 0.3593 79
67 0.41 0.4379 70
Sehingga dari cara kedua ini kita mengetahui bahwa jika kita menganggap
suhu matang sosis pada bagian tengah yaitu 70°𝐶 maka pada waktu yaitu
67 𝑠 sosis akan matang pada bagian tengahnya.
b. Dapatkah sosis tersebut dianggap mengikuti sistem kapasitas kalor
tergabung?
Sosis tidak dapat dianggap mengikuti sistem kapasitas kalor tergabung,
distribusi suhu tidak seragam, Tahanan termal di dalam sosis tidak dapat
diabaikan.
Landasan teoritis dan analisa perhitungan:
Penghitungan Resistansi Termal Total dengan menambahkan
resistansi konveksi internal dan eksternal dengan resistansi konduksi dari
∆𝑇
setiap lapisan material. Dengan menggunakan rumus dasar 𝑞 = 𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

1 𝐿𝑝𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑐 𝐿𝑖𝑛𝑠𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝐿𝑠𝑠 1


dengan 𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = ℎ𝑖
+ 𝐾𝑝𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑐
+ 𝐾𝑖𝑛𝑠𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛
+ 𝐾𝑠𝑠
+ ℎ𝑜
kita dapat

menyelesaikan persamaan untuk 𝐿𝑖𝑛𝑠𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛.

Pustaka: Holman, J. P. (2014). Heat transfer. Mcgraw-Hill.

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Melalui analisis kasus perpindahan panas pada berbagai aplikasi, mulai dari
desain freezer yang efisien, pengelolaan energi dalam pembakaran metana, hingga proses
perlakuan panas pada bantalan bola dan pemanggangan sosis, kita dapat menyimpulkan
pentingnya pemahaman konsep perpindahan panas dalam pengembangan solusi yang
efektif dan efisien. Kesimpulan utama mencakup kebutuhan akan pemilihan material dan
desain struktural yang tepat untuk meminimalisir rugi kalor, serta pentingnya pengaturan
kondisi operasional yang sesuai untuk memaksimalkan hasil dan memastikan
keselamatan. Pengetahuan mendalam tentang prinsip-prinsip perpindahan panas tidak
hanya memberikan wawasan dalam penyelesaian masalah praktis yang dihadapi dalam
aplikasi industri dan rumah tangga, tetapi juga membuka jalan menuju inovasi dalam
manajemen energi dan pengurangan dampak lingkungan. Kesimpulan ini
menggarisbawahi betapa kritisnya peran perpindahan panas dalam berbagai aspek
kehidupan dan industri, memacu kita untuk terus mengembangkan pemahaman dan solusi
yang lebih baik.

17
DAFTAR PUSTAKA
Cengel, Y. A., & Ghajar, A. J. (2014). Heat and mass transfer: Fundamentals and
applications (5th ed.). McGraw-Hill Professional.

Stainless Steel vs. Plastic Tubing heat loss calculations - Heat Transfer &

Thermodynamics engineering - Eng-Tips. (2009, April 20). Www.eng-Tips.com.

https://www.eng-tips.com/viewthread.cfm?qid=243150

Holman J.P. 2010. Heat Transfer (10th ed.) New york: McGraw-Hill

Matthias T.Agne. 2018. Minimum Conductivity in The Context of Diffusion-mediated


Thermal Transport. Research Gate.

“Thermal Conductivity of Gases Chart | Engineers Edge | Www.engineersedge.com”)

(2015) Bab II Dasar teori. Available at: http://eprints.undip.ac.id/47329/3/BAB_2.pdf


(Accessed: 04 March 2024).

18

Anda mungkin juga menyukai