“PENDIDIKAN PANCASILA”
Dosen Pengampu :
Drs. Elizon Nainggolan, M. Pd.
Disusun Oleh :
Kelompok 6
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Critical Book
Review ini yang tepat pada waktunya yang berjudul “Pendidikan Pancasila”.
Makalah review book ini berisikan tentang informasi seputar Pancasila. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ...................................................................................................................
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat...............................................................................................................................
BAB II ISI BUKU
2.1 biligrafi buku/indentitas buku
2.2 Ringkasan Buku
BAB III PEMBAHASAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
BAB 2
PANCASILA DALAM SEJARAH BANGSA INDONESIA
Proses terbentuknya negara dan bangsa Indonesia melalui suatu proses sejarah yang cukup
panjang, yakni sejak zaman batu (prasejarah) hingga kemudian timbulnya kerajaan-kerajaan
pada abad ke-4, ke-5, dan kemudian dasar-dasar kebangsaan Indonesia telah mulai tampak
pada abad ke-7, yaitu saat munculnya kerajaan Sriwijaya dibawah Wangsa Syailendra di
palembang, dan puncaknya pada zaman kerajaan Majapahit abad ke-13 hingga sampai awal
abad ke-16.
Arus sejarah memperlihatkan dengan nyata bahwa semua bangsa memerlukan suatu
konsepsi dan cita-cita. Jika mereka tidak memilikinya atau jika konsepsi dan cita-cita itu
menjadi kabur dan usang, maka bangsa itu adalah dalam bahaya (Soekarno, 1989: 64).
Pentingnya cita-cita ideal sebagai landasan moralitas bagi kebesaran bangsa diperkuat oleh
cendikiawan-politisi Amerika Serikat, John Gardner, “No. nation can achhieve greatness
uncless it believe in something, and uncless that something has moral dimensions to sustain a
great civilization”. Tidak ada bangsa yang mencapai kebesaran kecuali jika bangsa itu
mempercayai sesuatu, dan sesuatu yang dipercayainya itu memiliki dimensi-dimensi moral
guna menopang peradaban besar (Madjid dalam Latif, 201: 42).
Begitu kuat dan mengakarnya Pancasila dalam jiwa bangsa menjadikan Pancasila terus
berjaya sepanjang masa. Hal tersebut disebabkan ideologi Pancasila tidak hanya sekedar
“confirm and deepen” Identitas bangsa Indonesia. Ia lebih dari itu, ia adalah identitas bangsa
Indonesia sendiri sepanjang masa. Sejak Pancasila digali kembali dan dilahirkan kembali
menjadi dasar dan ideologi negara, maka ia membangunkan dan membangkitkan identitas
yang yang dormant, yang “tertidur” dan yang “serius” selama kolonialisme (Abdulgani,
1979: 22).
Oleh karena itu, untuk mewujudkan Indonesia yang bebas dari perpecahan dan peperangan
antar bangsa sendiri, atau setidaknya meminimalisir perpecahan-perpecahan itu, perlu
dilakukan persatuan bangsa Indonesia secara bulat. Dari kalangan Pemuda tampillah tokoh-
tokoh seperti : Muh. Yamin, Wongsonegoro, Kuncoro Purbopranoto, dan tokoh-tokoh lainnya
yang merintis kesatuan nasional, sehingga lahirlah Kongres Pemuda 28 Oktober 1928,
akhirnya melahirkan Sumpah Pemuda, yang berintikan: satu tanah air, satu bangsa, dan satu
bahasa ialah Indonesia. Sumpah Pemuda merupakan ikrar dan janji bangsa Indonesia untuk
menegakkan semangat nasionalisme, menghilangkan sikap fanatisme kedaerahan dan
golongan Sumpah Pemuda juga menjadi awal perjuangan bangsa Indonesia untuk
menunjukkan keberadaannya di dunia internasional, sebagai bangsa yang merdeka dan
berdaulat.
Bangsa Indonesia dewasa ini terus dihantui oleh lunturnya semangat persatuan dan
orang ruangan gejala-gejala disintegrasi bangsa, oleh karena itu sangatlah penting untuk
memeluk dan merenungkan kembali hakikat Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang
dipelopori oleh para pemuda Indonesia masa itu.
Naskah awal “pembukaan hukum dasar” yang dijuluki “Piagam Jakarta” ini di
kemudian hari dijadikan “Pembukaan” UUD 1945, dengan sejumlah perubahan di
sana-sini.
Konferensi Meja Bundar (KMB) antara Belanda dan Belanda yang dilangsungkan
di Den Haag tanggal 23 Agustus - 2 September 1949, hasilnya adalah berdirinya
Republik Indonesia Serikat yang ditandatangani suatu persetujuan antara ratu Belanda
Yuliana dan Wakil pemerintah Republik Indonesia di kota Den Haag pada tanggal 27
Desember 1949 Belanda menyatakan Pengakuan kedaulatan atas Indonesia Belanda
mempergunakan istilah “penyerahan kedaulatan”. sebetulnys hasil KMB memang
kurang memuaskan kita, sebab bentuk negara serikat bukan kehendak rakyat indonesia
akan tetapi risk adalah bentuk maksimum yang dapat dicapai oleh para pemimpin
bangsa demi tegaknya negara Indonesia.
Pelaksanaan Pemilu pertama tahun 1955 ternyata tidak dapat memenuhi harapan
dan keinginan masyarakat, bahkan mengakibatkan semakin tidak stabilnya pada
bidang politik, ekonomi, sosial maupun pertahanan keamanan. Kondisi ini disebabkan
beberapa hal berikut.
Terdapat dua pandangan besar terhadap dasar negara yang berpengaruh terhadap
munculnya dekrit presiden . Pandangan tersebut yaitu mereka yang memenuhi
“anjuran” presiden/ pemerintah untuk “kembali ke Undang-Undang Dasar 1945”
dengan Pancasila sebagaimana dirumuskan dalam piagam Jakarta sebagai dasar
negara. Sedangkan pihak lainnya menyetujui kembali ke undang-undang Dasar 1945
tanpa cadangan, artinya dengan pancasila yang dirumuskan dalam pembukaan
undang-undang dasar yang disahkan PPKI tanggal 18 Agustus 1945 sebagai dasar
negara. Namun kedua usulan tersebut tidak mencapai keputusan sidang konstituante
(Anshari, 1981: 99).
Dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 tersebut Maka UUD 1945 dinyatakan
berlaku kembali di negara Republik Indonesia. Dekrit adalah suatu putusan dari organ
tertinggi kepada negara atau organ lain yang merupakan penjelmaan kehendak yang
bersifat sepihak dekrit terpaksa dilakukan apabila negara dalam kondisi darurat,
keselamatan negara dan bangsa terancam. Dasar hukum Dekrit adalah hukum darurat
yang dapat dibedakan menjadi dua yakni :
1. Hukum Tata negara darurat subjektif, suatu hukum dalam arti subjektif
pengembalian keputusan tindakan-tindakan hukum bahkan bila perlu melanggar
undang-undang hak asasi rakyat, bahkan jika perlu melanggar UUD. Contoh
Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
2. Hukum Tata negara darurat objektif, yaitu suatu keadaan hukum yang
memberikan kewenangan organ tertinggi mengambil tindakan tindakan hukum,
akan tetapi tetap berlandaskan pada konstitusi yang berlaku, contoh : Surat
Perintah 11 Maret 1966.
Nawaksara
Pancasila yang seharusnya sebagai nilai, dasar moral etik bagi negara dan aparat
pelaksana Negara, dalam kenyataan digunakan sebagai alat legitimasi politik. Puncak
dari keadaan tersebut ditandai dengan hancurnya ekonomi nasional, maka timbullah
berbagai gerakan masyarakat yang dipelopori oleh mahasiswa, cendekiawan dan
masyarakat sebagai gerakan moral politik yang menuntut adanya “reformasi” di segala
bidang politik, ekonomi dan hukum (Kaelan, 2000:245)
Saat Orde Baru tumbang, muncul Fobia terhadap Pancasila. Dasar negara itu untuk
sementara waktu Seolah dilupakan karena hampir Selalu identik dengan rezim orde
baru. Dasar negara itu berubah menjadi ideologi bukanlah satu-satunya sumber nilai
serta kebenaran negara menjadi maha tahu mana yang benar dan mana yang salah itu
telah tertanam di benak masyarakat melalui indoktrinasi (Ali, 2009: 50)
Akan tetapi, istilah “Empat Pilar Kebangsaan” ini menurut Kaelan (2012: 249-252
mengandung; 1) lingistic mistake (kesalahan linguistik) atau dapat pula dikatakan
kesalahan terminologi; 2)ungkapan tersebut tidak mengacu pada realitas empiris
sebagaimana terkandung dalam ungkapan bahasa, melainkan mengacu pada suatu
pengertian atau ide, “berbangsa dan bernegara” itu dianalogikan bangunan besar
(gedung yang besar); 3) kesalahan kategori (category mistake) karena secara
epistemologis kategori pengetahuan pancasila, Undang-Undang dasar 1945, Negara
kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika bukanlah merupakan kategori
yang sama. Ketidaksamaan itu berkaitan dengan realitas atau hakikat pengetahuannya,
wujud pengetahuan, kebenaran pengetahuannya serta koherensi pengetahuannya.
Makna penting dari kajian historis pancasila ini ialah untuk menjaga eksistensi
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena itu seluruh komponen bangsa harus
secara imperatif kategoris menghayati dan melaksanakan pancasila baik sebagai Dasar
Negara maupun sebagai Pandangan Hidup Bangsa, dengan berpedoman kepada nilai-
nilai Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dan secara konsisten menaati ketentuan-
ketentuan dalam pasal-pasal UUD 1945.
Nilai-nilai Pancasila sudah ada dalam adat istiadat, kebudayaan, dan agama yang
berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia sejak zaman kerajaan dahulu.
Sebagaimana diketahui bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila
bersumber dan diberikan dari Local Wisdom, budaya, dan pengalaman bangsa
Indonesia, termasuk pengalaman dalam berhubungan dengan bangsa-bangsa lain.
Pancasila sebagai kajian filsafat harus memenuhi syarat-syarat ilmiah, yakni: 1) berobjek,
2) bermetode, 3) bersistem, dan 4) bersifat universal (Kaelan, 1999: 13).
Pengertian Pancasila
Pancasila jika dikaji secara ilmiah memiliki pengertian luas, baik sebagai dasar negara,
pandangan hidup bangsa, ideologi bangsa dan negara, maupun sebagai kepribadian bangsa.
Pancasila merupakan identitas nasional bagi bangsa Indonesia. Pembahasan pancasila secara
ilmiah harus merupakan satu kesatuan yang utuh, oleh karena itu Pancasila merupakan
kesatuan dan keutuhan “majemuk tunggal” yaitu kelima sila secara rumusan, inti dan isi dari
sila-sila Pancasila merupakan satu kesatuan dan kebulatan, yang tidak dapat dipisahkan
maupun diputar balik Tata ke urutannya.
Pancasila sebagai Dasar Filsafat atau Dasar Falsafah Negara (philosofische grondslag) dari
negara, ideologi negara (staats idee). Dalam pengertian ini maka Pancasila merupakan suatu
dasar nilai serta norma untuk mengatur pemerintah negara, dengan kata lain Pancasila
merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara.
1. Konsep Negara
Terdapat 4 (empat) unsur yang menjadi syarat mutlak bagi adanya negara yakni, sebagai
berikut: a) Unsur tempat, atau daerah, wilayah atau territoir; b) Unsur manusia, atau
umat; c) Unsur organisasi, atau tata kerjasama, atau tata pemerintahan; d) Ideologi atau
perundang-undangan.
Berbicara tentang negara dari perspektif tata negara paling tidak dapat dilihat dari 2 (dua)
pendekatan, yaitu:
a. Negara dalam keadaan diam, yang fokus pengkajiannya terutama kepada bentuk dan
struktur organisasi negara.
b. Negara dalam keadaan bergerak, yang fokus pengkajian yang terutama kepada
mekanisme penyelenggaraan lembaga-lembaga negara, baik di pusat maupun di
daerah.
Bentuk negara, sistem pemerintahan, dan tujuan negara seperti apa yang ingin
diwujudkan serta bagaimana jalan atau cara mewujudkan tujuan negara tersebut, akan
ditentukan oleh dasar negara yang dianut oleh negara yang bersangkutan. Dengan kata
lain, dasar negara akan menentukan bentuk negara, bentuk dari sistem pemerintahan, dan
tujuan negara yang ingin dicapai, serta jarak apa yang ditempuh untuk mewujudkan
tujuan suatu negara.
Konsep negara hukum Indonesia merupakan perpaduan 3 (tiga) unsur, yaitu pancasila,
hukum nasional, dan tujuan negara. Apabila dipelajari secara seksama uraian tersebut,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat satu prinsip penting yang dianut, yaitu
Indonesia mengadopsi konsep negara modern yang ideal sebagaimana dikemukakan oleh
CarlSchmidt, yaitu demokratischen Rechtsstaat.
2. Tujuan Negara
Tujuan negara Republik Indonesia apabila disederhanakan dapat dibagi 2 (dua), yaitu:
mewujudkan kesejahteraan umum dan menjamin keamanan seluruh bangsa dan seluruh
wilayah negara. Oleh karena itu, pendekatan dalam mewujudkan fungsi negara tersebut
dapat dilakukan dengan 2 (dua) pendekatan yaitu:
a. Pendekatan kesejahteraan (prosperity approach)
b. Pendekatan keamanan (security approach)
3. Konsep Dasar Negara
Secara etimologis, istilah dasar negara maknanya identik dengan istilah grundnorm
(norma dasar); rechtsidee (cita hukum); staatsidee (cita negara), philosophische (dasar
filsafat negara). Banyaknya istilah dasar negara dalam kosakata bahasa asing
menunjukkan bahwa dasar negara bersifat universal, dalam arti setiap negara memiliki
dasar negara.
Dalam rangka menggali pemahaman Pancasila sebagai dasar negara, Anda akan
dihadapkan pada berbagai sumber Keterangan. Sumber-sumber tersebut meliputi semua
historis, sosiologis, dan politis.
1. Dinamika Pancasila
Pancasila sebagai dasar negara lahir dan berkembang melalui suatu proses yang
cukup panjang. Pada mulanya, adat istiadat dan agama menjadi kekuatan yang membentuk
adanya pandangan hidup. Setelah Soekarno menggali kembali nilai-nilai luhur budaya
Indonesia pada 1 Juni 1945 barulah Pancasila disuarakan menjadi dasar negara yang
diresmikan pada 18 Agustus 1945 dengan dimasukkannya sila-sila pancasila dalam
pembukaan undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Pada saat berdirinya negara Republik Indonesia yang ditandai dengan dibacakannya
teks proklamasi pada 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia sebagai pengaturan kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 .
Pada era globalisasi dewasa ini, banyak hal yang akan merusak mental dan nilai
moral Pancasila yang menjadi kebanggaan bangsa dan negara Indonesia. Tantangan yang
muncul, antara lain berasal dari derasnya arus paham yang bersandar pada otoritas materi,
seperti liberalisme, kapitalisme, komunisme, sekuralisme, pragmatisme, dan hedonisme,
yang menggerus kepribadian bangsa yang berkarakter nilai-nilai Pancasila. Hal inipun
dapat dilihat dengan jelas, betapa paham-paham tersebut telah merasuk jauh dalam
kehidupan bangsa Indonesia sehingga melupakan kultur bangsa Indonesia yang memiliki
sifat religius, santun dan gotong royong.
a. Pancasila sebagai dasar negara adalah sumber dari segala sumber tertib hukum
Indonesia. Dengan demikian, Pancasila merupakan asas kerohanian hukum
Indonesia yang dalam Pembukaan undang-undang Negara Republik Indonesia
terjemahkan ke dalam empat pokok pikiran.
b. Meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945.
c. Mewujudkan cita-cita hukum bagi dasar negara (baik hukum dasar tertulis maupun
tidak tertulis).
d. Mengandung norma yang mengharuskan UUD mengandung isi yang mewajibkan
pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara (termasuk penyelenggara partai dan
golongan fungsional) memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
2. Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara
Soekarno melukiskan urgensi pancasila bagi bangsa Indonesia secara ringkas sebagai
berikut : Pancasila adalah Weltanschauung, satu dasar falsafah, Pancasila adalah satu
alat pemersatu bangsa yang cukup pada hakekatnya suatu alat mempersatukan dalam
perjuangan mereka akan segala penyakit yang telah dilamar berpuluh-puluh tahun,
yaitu terutama imperialisme. Perjuangan suatu bangsa, perjuangan melawan
imperialisme, perjuangan mencapai kemerdekaan, dan perjuangan sesuatu bangsa
membuat corak sendiri-sendiri. Tidak ada dua bangsa yang cara berjalan yang sama.
Tiap-tiap bangsa mempunyai cara perjuangan sendiri, mempunyai karakteristik
sendiri. Oleh karena itu, pada hakekatnya bangsa sebagai individu mempunyai
kepribadian sendiri. Kepribadian yang terwujud dalam berbagai hal dalam
kenyataannya, dalam perekonomiannya, dalam wataknya, dan lain-lain sebagainya.
Untuk memahami urgensi pancasila sebagai dasar negara, dapat menggunakan 2
(dua) pendekatan, yaitu institusional (kelembagaan) dan human resourses
(personal/sumber daya manusia). Pendekatan institusional yaitu membentuk dan
menyelenggarakan negara yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila sehingga negara
Indonesia memenuhi unsur-unsur sebagai negara modern, yang menjamin
terbentuknya tujuan negara atau terpenuhinya kepentingan nasional, yang bermuara
pada terwujudnya masyarakat adil dan makmur. Sementara, human resources terletak
pada dua aspek, yaitu orang-orang yang memegang jabatan dalam pemerintahan
(aparatur negara) yang melaksanakan nilai-nilai Pancasila secara murni dan konsekuen
di dalam pemenuhan tugas dan tanggung jawabnya sehingga formulasi kebijakan
negara akan menghasilkan kebijakan yang akan mengejawantahkan kepentingan
rakyat.
Ideologi merupakan seperangkat sistem yang diyakini setiap warga negara dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Perlu diketahui bahwa Ketika suatu
ideologi bertitik tolak dari komponen-komponen budaya yang berasal dari sifat dasar bangsa
itu sendiri, maka pelaku-pelaku ideologi, yakni warga negara, lebih mudah melaksanakannya.
Para pelaku ideologi merasa sudah akrab, tidak asing lagi dengan nilai-nilai yang terdapat
dalam ideologi yang diperkenalkan dan diajukan kepada mereka.
Agama dapat menjadi sumber bagi suatu ideologi. Di saat ideologi bersumber dari agama,
maka akan ditemukan suatu bentuk negara teokrasi, yakni sistem pemerintahan negara yang
berlandaskan pada nilai-nilai agama tertentu. Apabila suatu negara bercorak teokrasi, maka
pada umumnya segala bentuk peraturan hukum yang berlaku di negara tersebut berasal dari
doktrin agama tertentu.
Dewasa ini, ideologi berkembang ke dalam bidang kehidupan yang luas, seperti ideologi
pasar dan ideologi agama. Ideologi pasar berkembang dalam kehidupan modren sehingga
melahirkan sikap konsumtif; sedangkan ideologi agama berkembang ke arah radikalisme
agama.
Beberapa tokoh atau pemikir Indonesia yang mendefinisikan odeologi sebagai berikut.
Selanjutnya, untuk melengkapi definisi tersebut perlu diketahui juga beberapa teori
ideologi yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh pemikir ideologi sebagai berikut.
a. Seperangkat prinsip dasar sosial politik yang menjadi pegangan kehidupan sosial
politik yang di inkorporasikan dalam dokumen resmi negara
b. Suatu pandangan hidup yang merupakan cara menafsirkan realitas serta
mengutamakan nilai tertentu yang mempengaruhi kehidupan sosial politik budaya
c. Suatu model atau paradigma tentang perubahan sosial yang tidak dikatakan sebagai
ideologi tetapi berfungsi sebagai ideologi misalnya ideologi pembangunan
d. Berbagai aliran pemikiran yang menonjolkan nilai tertentu yang menjadi pedoman
gerakan suatu kelompok
Beberapa fungsi Ideologi :
a. Unsur ateisme yang terdapat dalam ideologi Marxisme atau komunisme bertentangan
dengan sila ketuhanan Yang Maha Esa.
b. Unsur individualisme dalam liberalisme tidak sesuai dengan prinsip nilai gotong
royong dalam sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
c. Kapitalisme yang memberikan kebebasan individu untuk menguasai sistem
perekonomian negara tidak sesuai dengan prinsip ekonomi kerakyatan.
Salah satu dampak yang dirasakan dari kapitalisme ialah munculnya gaya hidup
konsumtif. Pancasila sebagai ideologi, selain menghadapi tantangan dari ideologi-
ideologi besar dunia juga menghadapi tantangan dari sikap dan perilaku kehidupan yang
menyimpang dari norma-norma masyarakat umum.
2. Penyelenggara Negara Memahami dan Melaksanakan Pancasila sebagai Ideologi
Negara
Pelaksanaan pancasila sebagai ideologi pancasila bagi penyelenggara negara merupakan
suatu orientasi kehidupan konstitusional. Artinya, ideologi pancasila di jabarkan ke dalam
berbagai peraturan perundang-undangan. Ada beberapa unsur penting dalam kedudukan
Pancasila sebagai orientasi kehidupan konstitusional :
a. Kesediaan untuk saling menghargai dalam kekhasan masing-masing
b. Aktualisasi lima sila pancasila
1) Sila ketuhanan Yang Maha Esa dirumuskan untuk menjamin tidak adanya
diskriminasi atas dasar agama sehingga negara harus menjamin kebebasan
beragama dan pluralisme ekspresi keagamaan.
2) Sila kemanusiaan yang Adil dan Beradab menjadi operasional dalam jaminan
pelaksanaan hak-hak asasi manusia karena hal itu merupakan tolak ukur
keberadaban serta solidaritas suatu bangsa terhadap setiap warga negara.
3) Sila persatuan Indonesia menegaskan bahwa rasa cinta pada bangsa Indonesia
tidak dilakukan dengan menutup diri dan menolak mereka yang di luar Indonesia
4) Sila kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan berarti komitmen terhadap demokrasi yang wajib
disuksekan.
5) Sila keadilan sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia berarti pengentasan
kemiskinan dan diskriminasi terhadap minoritas dan kelompok-kelompok lemah
perlu dihapus dari bumi Indonesia.
Sosio Historis Politis tentang Pancasila sebagai Ideologi Negara
Kedudukan pancasila sebagai ideologi oleh para penyelenggara negara yang berkuasa
sepanjang sejarah negara Indonesia, yakni :
a. Sila ketuhanan Yang Maha Esa dapat ditemukan dalam kehidupan beragama
masyarakat Indonesia dalam berbagai bentuk Kepercayaan dan keyakinan terhadap
adanya kekuatan gaib.
b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dapat ditemukan dalam hal saling
menghargai dan menghormati hak-hak orang lain tidak bersikap sewenang-wenang
c. Sila Persatuan Indonesia dapat ditemukan dalam bentuk solidaritas, rasa setia kawan,
rasa cinta tanah air yang berwujud pada mencintai produk dalam negeri
d. Sila kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan dapat ditemukan dalam bentuk menghargai pendapat orang lain, semangat
musyawarah dalam mengambil keputusan.
e. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia tercermin dalam sikap suka
menolong, menjalankan gaya hidup sederhana, tidak mengolok dan berlebihan
3. Sumber Politis Pancasila sebagai Ideologi Negara
Pancasila sebagai ideologi negara dalam kehidupan politik di Indonesia unsur-unsur
politik yang membentuk Pancasila sebagai ideologi negara meliputi hal-hal sebagai
berikut.
a. Sila ketuhanan Yang Maha Esa diwujudkan dalam bentuk semangat toleransi antar
umat beragama
b. Sila kemanusiaan Yang Adil dan Beradab diwujudkan Sebutkan penghargaan
terhadap pelaksanaan hak asasi manusia (HAM) di Indonesia
c. Sila Persatuan Indonesia diwujudkan dalam mendahulukan kepentingan bangsa dan
negara daripada kepentingan kelompok atau golongan termasuk partai
d. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam ermusyawaratan
perwakilan diwujudkan dalam mendahulukan pengambilan keputusan berdasarkan
musyawarah daripada voting
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia diwujudkan dalam bentuk tidak
menyalahgunakan kekuasaan untuk memperkaya diri atau kelompok Karena
penyalahgunaan kekuasaan itu yang menjadi faktor pemicu terjadinya korupsi.
a. Pergantian rezim yang berkuasa melahirkan kebijakan politik yang berorientasi pada
kepentingan kelompok atau partai sehingga ideologi Pancasila sering terabaikan
b. Penyalahgunaan kekuasaan (korupsi) mengakibatkan rendahnya kepercayaan
masyarakat terhadap rezim yang berkuasa sehingga kelihatan hari ini menurun drastis
ketidakpercayaan terhadap partai politik (parpol) juga berdampak terhadap ideologi
negara.
Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan bahan renungan yang menggugah kesadaran
para pendiri negar,a termasuk Soekarno ketika menggagas ide philosophische Grondslag.
Perenungan ini mengalir ke arah upaya untuk menemukan nilai-nilai filosofis yang menjadi
identitas bangsa Indonesia. Perenungan yang berkembang dalam diskusi-diskusi sejak sidang
BPUPKI sampai ke pengesahan Pancasila oleh PPKI termasuk salah satu momentum untuk
menemukan Pancasila sebagai sistem filsafat.
Kelima dasar atau prinsip yang terdapat dalam sila-sila Pancasila tersebut merupakan satu
kesatuan bagian-bagian, sehingga saling berhubungan dan saling bekerja sama untuk suatu
tujuan tertentu sehingga dapat disebut sebagai sistem. Pengertian suatu sistem, sebagaimana
dikutip oleh kaelan (2000: 66) dari Shrode dan Don Voich memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
Menurut Darmodihardjo (1979: 86), pancasila adalah ideologi yang memiliki kekhasan,
yaitu:
1. Kekhasan pertama, Tuhan Yang Maha Esa sebab Ketuhanan Yang Maha Esa
mengandung arti bahwa manusia Indonesia Percaya adanya Tuhan;
2. Kekhasan kedua, penghargaan kepada sesama umat manusia apapun suku bangsa dan
bahasanya;
3. Kekhasan ketika, bangsa Indonesia menjunjung tinggi persatuan bangsa;
4. Kekhasan keempat, kehidupan manusia Indonesia bermasyarakat dan bernegara
berdasarkan atas sistem demokrasi; dan
5. Kekhasan kelima, keadilan sosial bagi hidup bersama.
Kendatipun demikian, sistem filsafat itu sendiri merupakan suatu proses yang berlangsung
secara kontinu sehingga perenungan awal yang dicetuskan para pendiri negara merupakan
bahan baku yang dapat dan akan terus merangsang pemikiran para pemikir berikutnya. Oleh
karena itu, akan dibahas kedudukan Pancasila sebagai sistem filsafat dengan berbagai
pemikiran para tokoh yang bertitik tolak dari teori-teori filsafat.
Filsafat merupakan awal dari ilmu pengetahuan filsafat disebut juga sebagai “mother of
Science”.
Berdasarkan uraian tersebut, maka pengertian filsafat dalam arti informal itulah yang
paling sering dikatakan orang awam.
Mengapa pancasila dikatakan sebagai sistem filsafat? Ada beberapa alasan yang dapat
ditunjukkan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Pertama; dalam sidang BPUPKI, 1
Juni 1945, Soekarno memberi judul pidatonya dengan nama Philosofische Grondslag
dari pada Indonesia Merdeka. Adapun pidato sebagai berikut: “Paduka Tuan Ketua yang
Mulia, saya mengerti apa yang Ketua Kehendaki! Paduka Tuan ketua minta dasar, minta
philosofische Grondslag, atau jika kita boleh memakai perkataan yang muluk-muluk,
Paduka Tuan Ketua yang mulia minta sesuatu Weltanschauung, di atas mana kita
mendirikan Negara Indonesia itu” (Soekarno, 1985: 7)
Noor Bakry menjelaskan bahwa Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan hasil
perenungan yang mendalam dari para tokoh kenegaraan Indonesia. Hasil perenungan itu
semula dimaksudkan untuk merumuskan dasar negara yang akan merdeka. Selain itu,
hasil perenungan tersebut merupakan suatu sistem filsafat karena telah memenuhi ciri-ciri
berfikir filsafat. Beberapa ciri berpikir kefilsafatan meliputi:
(1) Sistem filsafat harus bersifat koheren, artinya berhubungan satu sama lain secara
runtut, tidak mengandung pernyataan yang saling bertentangan didalamnya. Pancasila
sebagai sistem filsafat, bagian-bagiannya tidak saling bertentangan, meskipun
berbeda, bahkan saling melengkapi, dan tiap bagian mempunyai fungsi dan
kedudukan tersendiri ;
(2) Sistem filsafat harus bersifat menyeluruh, artinya mencakup segala hal dan gejala
yang terdapat dalam kehidupan manusia. Pancasila sebagai sistem filsafat hidup
bangsa merupakan suatu pola yang dapat mewadahi semua kehidupan dan dinamika
masyarakat di Indonesia ;
(3) Sistem filsafat harus bersifat mendasar, artinya suatu bentuk perenungan mendalam
yang sampai ke inti mutlak permasalahan sehingga menemukan aspek yang sangat
fundamental. Pancasila sebagai sistem filsafat dirumuskan Berdasarkan inti mutlak
pada kehidupan manusia menghadapi diri sendiri, sesama manusia, dan Tuhan dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara ;
(4) Sistem filsafat bersifat spekulatif, artinya buah pikir hasil perenungan sebagai
pranggapan yang menjadi titik awal yang menjadi pola dasar berdasarkan penalaran
logis, serta pangkal tolak pemikiran tentang sesuatu. Pancasila sebagai dasar negara
pada penggunaannya merupakan buah pikiran dari tokoh-tokoh kenegaraan sebagai
suatu pola dasar yang kemudian di buktikan kebenarannya melalui suatu diskusi dan
dialog panjang dalam sidang BPUPKI dan pengesahan PPKI.
Istilah Philosphische Grondslag dan Weltanschauung merupakan dua istilah yang sarat
dengan nilai-nilai filosofis. Pancasila sebagai dasar filsafat negara (Philosophische
Grondslag) nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam sila-sila pancasila mendasari
seluruh peraturan hukum yang berlaku diindonesia. Artinya, nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan dan keadilan harus mendasari seluruh peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Di dalam zaman modern ini, manusia memerlukan filsafat karena beberapa alasan.
Pertama, manusia telah memperoleh kekuatan baru yang besar dalam sains dan teknologi,
telah mengembangkan bermacam-macam teknik untuk memperoleh ketenteraman (security)
dan kenikmatan (comfort). Akan tetapi, pada waktu yang sama manusia merasa tidak tentram
dan gelisah karena mereka tidak tahu dengan pasti makna hidup mereka harus tempuh dalam
kehidupan mereka.
Kedua, filsafat melalui kerjasama dengan disiplin ilmu lain memainkan peran yang sangat
penting untuk memimpin manusia kepada keinginan-keinginan aspirasi mereka. Dengan
demikian, manusia dapat memahami pentingnya peran filsafat dalam kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
Beberapa faedah filsafat yang perlu diketahui dan dipahami adalah sebagai berikut.
Pertama, faedah terbesar dari filsafat bersama adalah untuk menghalangi kemungkinan
adanya pemecahan-pemecahan terhadap kehidupan manusia. Jika pemecahan itu sudah
diidentifikasikan dan diselidiki, maka menjadi mudahlah bagi manusia untuk mendapatkan
pemecahan persoalan atau untuk meneruskan mempertimbangkan jawab-jawab tersebut.
Kedua, filsafat adalah suatu bagian dari keyakinan-keyakinan yang menjadi dasar perbuatan
manusia. Ide-ide filsafat membentuk pengalaman-pengalaman manusia pada waktu sekarang.
Ketiga, filsafat adalah kemampuan untuk memperluas bidang-bidang kesadaran manusia agar
dapat menjadi lebih hidup, lebih dapat membedakan, lebih kritis, dan lebih pandai.
Urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat atau yang dinamakan filsafat pancasila, artinya
refleksi filosofis mengenai Pancasila sebagai dasar negara. Sastrapratedja menjelaskan makna
Pancasila sebagai berikut. Pengolahan filosofis Pancasila sebagai dasar negara ditunjukkan
pada beberapa aspek
1. agar dapat diberikan pertanggungjawaban rasional rasional dan mendasar mengenai sila-
sila dalam Pancasila sebagai prinsip-prinsip politik
2. agar dapat dijabarkan lebih lanjut sehingga menjadi operasional dalam bidang-bidang
menyangkut hidup bernegara
3. agar dapat membuka dialog dengan berbagai perspektif baru dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara
4. agar dapat menjadi kerangka evaluasi terhadap segala kegiatan yang bersangkut paut
dengan kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat, serta memberikan perspektif
pemecahan terhadap permasalahan nasional. Pertanggungjawaban rasional, penjabaran
operasional, ruang dialog, dan kerangka evaluasi merupakan beberapa aspek yang
diperlukan bagi pengolahan filosofis Pancasila, meskipun masih ada beberapa aspek lagi
masih dapat dipertimbangkan.
Sosio Historis, Sosiologis, dan politis tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Simbol menurut teori Semiotika Peirce adalah bentuk tanda yang didasarkan pada
konvensi. (Berger, 2010: 247). Simbol adalah tanda yang memiliki hubungan dengan
objeknya berdasarkan konvensi, kesepakatan, atau aturan.
Hakikat (esensi) Pancasila sebagai sistem filsafat terletak pada hal-hal sebagai
berikut:
a. Hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa Indonesia bahwa Tuhan
sebagai prinsip utama dalam kehidupan semua makhluk.
b. Hakikat sila kemanusiaan adalah manusia monopluralis, yang terdiri atas 3
monodualis
c. Hakikat sila persatuan terkait dengan semangat kebangsaan.
d. Hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah.
e. Hakikat sila keadilan terwujud dalam tiga aspek, yaitu keadilan distributif, legal,
dan komutatif.
2. Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat
a. Meletakkan pancasila sebagai sistem filsafat dapat memulihkan harga diri bangsa
Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dalam politik, yuridis, dan juga merdeka
dalam mengemukakan ide-ide pemikirannya untuk kemajuan bangsa, baik secara
materi maupun spiritual
b. Pancasila sebagai sistem filsafat membangun alam pemikiran yang berakar dari
nilai-nilai budaya bangsa Indonesia sendiri
c. Pancasila sebagai sistem filsafat dapat menjadi dasar pijakan untuk menghadapi
tantangan globalisasi yang dapat melunturkan semangat kebangsaan
Pancasila sebagai sistem etika di samping merupakan way of life bangsa Indonesia, juga
merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk memberikan tuntunan atau panduan
kepada setiap warga negara Indonesia dalam bersikap dan bertingkah laku.
Pancasila sebagai sistem etika merupakan moral guidance yang dapat diaktualisasikan
ke dalam tindakan konkrit, yang melibatkan berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, sila-
sila Pancasila perlu diaktualisasikan lebih lanjut ke dalam putusan tindakan sehingga mampu
mencerminkan pribadi yang saleh, utuh, dan berwawasan moral-akademis.
Situasi negara Indonesia saat ini begitu memprihatinkan. Begitu banyak masalah menimpa
bangsa ini dalam bentuk krisis yang multidimensional. Krisis ekonomi, politik, budaya, sosial,
hankam, pendidikan danlain-lain, yang sebenarnya berhulu pada krisis moral. Tragisnya,
sumber kritis bisa berasal dari badan-badan yang ada di negara ini, baik eksekutif, legislatif,
maupun yudikatif, yang notabenya badan-badan yang serasi mengembang amanah rakyat.
Setiap hari kita disuruh berita-berita amanah yang dilakukan oleh orang-orang yang dipercaya
rakyat untuk menjalankan mesin pembangunan ini. Sebagaimana telah dikatakan bahwa
moralitas memegang kunci sangat penting dalam mengatasi krisis. Kalau krisis moral sebagai
hulu dari semua masalah, maka melalui moralitas pula dapat diatasi.
Moralitas dapat dianalogikan dengan seorang kurir kereta kuda yang mampu mengarahkan
kemana kereta akan berjalan. Arah perjalanan kereta tentu tidak lepas dari kemana tujuan
hendak dituju. Orang yang bermoral tentu mengerti mana arah yang akan dituju, sehingga
pikiran dan langkahnya akan diarahkan kepada tujuan tersebut, apakah tujuannya hanya untuk
kesenangan duniawi diri sendiri saja atau untuk kesenangan orang lain atau lebih untuk
kebaikan rohaniah yang lebih abadi yaitu pengabdian kepada Tuhan.
Pelajaran yang sangat berharga dapat diteladani dari para pendahulu kita yang berjuang
demi meraih kemerdekaan. Moralitas individu dan sosial yang begitu kuat dengan dipayungi
moralitas yang telah membuahkan hasil dari cita-cita mereka, meskipun mereka banyak tidak
sempat merasakan buah perjuangan sendiri. Dasar moral yang melandasi perjuangan mereka
terabadikan dalam pembukaan undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
termuat dalam alinea-alineanya.
Pancasila sebagai sistem etika diperlukan dalam kehidupan politik untuk mengatur sistem
penyelenggaraan negara. Beberapa alasan mengapa pancasila sebagai sistem etika itu
diperlukan dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara di Indonesia.
Sumber politis pancasila sebagai sistem etika terdapat dala norma-norma dasar
(Grundnorm) sebagai sumber penyusunan berbagai peraturan perundang-undangan di
Indonesia.
Etika politik mengatur masalah perilaku politikus, berhubungan dengan praktik institusi
sosial, hukum komunitas, struktur-struktur sosial, politik, ekonomi. Etika politik memiliki 3
dimensi, yaitu: tujuan, sarana, dan aksi politik itu sendiri.
BAB 8 PANCASILA MENJADI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU
Teknologi telah merambah berbagai bidang kehidupan manusia secara ekstensif dan
mempengaruhi sendi-sendi kehidupan manusia secara insentif, termasuk merubah pola pikir
dan budaya manusia, bahkan nyaris menggoyahkan eksistensi kodrat manusia sendiri
(Iriyanto, 2005).
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dewasa ini mencapai kemajuan
pesat sehingga peradaban manusia mengalami perubahan yang luar biasa. Pengembangan
iptek tidak dapat terlepas dari sifat yang melingkupinya, artinya iptek telah berkembang
dalam suatu ruang budaya. perkembangan iptek pada gilirannya bersentuhan dengan nilai-
nilai budaya dan agama sehingga di satu pihak dibutuhkan semangat objektivitas.
Relasi antara Iptek dan nilai budaya, serta agama dapat ditandai dengan beberapa
kemungkinan sebagai berikut.
1. Iptek yang gayut dengan nilai budaya dan agama Sehingga pengembangan iptek harus
senantiasa didasarkan atas sikap human religius
2. Iptek yang lepas sama sekali dari norma budaya dan agama sehingga terjadi sekularisasi
yang berakibat pada kemajuan iptek tanpa dikawal dan diwarnai nilai human-religius
3. Iptek yang menempatkan nilai agama dan budaya sebagai mitra dialog di saat diperlukan.
Beberapa alasan, pancasila diperlukan sebagai dasar nilai pengembangan iptek dalam
kehidupan bangsa Indonesia meliputi hal-hal sebagai berikut.
Pengertian paradigma pada mulanya dikemukakan oleh Thomas S. Khun dalam bukunya The
Structure of Scientific Revolution, yakni asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoritis yang
bersifat umum (sumber nilai), sehingga sebagai sumber hukum, metode yang dalam
penerapan ilmu pengetahuan akan menentukan sifat, ciri dari ilmu tersebut.
Paradigma dapat diartikan sebagai keutuhan konseptual yang sarat dengan muatan
ajaran, teori, dalil, bahkan juga pandangan itu untuk dijadikan dasar dan arah pengembangan
segala hal. Dalam istilah ilmiah, paradigma kemudian berkembang dalam berbagai bidang
kehidupan manusia dan ilmu pengetahuan lain, misal politik, hukum, ekonomi, budaya, serta
bidang-bidang lainnya. Istilah paradigma kemudia berkembang menjadi terminologi yang
mengandung konotasi pengertian sumber nilai, pola pikir, orientasi dasar, sumber asas serta
arah dan tujuan dari suatu perkembangan, perubahan serta proses pembangunan.
Pengertian Reformasi
Makna reformasi secara etimologis berasal dari kata reformation dari akar kata reform,
sedangkan secara harfiah reformasi mempunyai pengertian suatu gerakan memformat ulang,
menata ulang, menata kembali hal-hal yang menyimpang. Untuk dikembalikan pada format
atau bentuk semula sesuai dengan nilai ideal yang dicita-citakan rakyat.
Suatu gerakan reformasi dapat berjalan jika memenuhi unsur yang memiliki kondisi
sebagai berikut .
Inti reformasi adalah memelihara segala hal yang sudah baik dari kinerja bangsa dan
negara di masa lampau, mengoreksi segala kekurangannya sama merintis pembaharuan untuk
menjawab tantangan masa depan. Melaksanakan kehidupan berbangsa dan bernegara masalah
memerlukan identifikasi, mana yang masih perlu dipertahankan dan mana yang harus
diperbaiki.
Peranan Pancasila dalam era reformasi harus nampak sebagai paradigma ketatanegaraan,
artinya Pancasila menjadi kerangka pikir atau pola pikir bangsa Indonesia, khususnya di
sebagai dasar negara. Ini berarti bahwa setiap gerak langkah bangsa dan negara Indonesia
harus selalu dilandasi oleh sila-sila yang terdapat dalam Pancasila.
Gerak Reformasi
Tujuan reformasi adalah menata kembali kehidupan bangsa dan negara dalam suatu sistem
negara di bawah nilai-nilai Pancasila, bukannya menghancurkan bangsa dan negara Indonesia.
Pada hakekatnya reformasi adalah mengembalikan tatanan kenegaraan kembali kearah
sumber nilai yang merupakan platform kehidupan bersama bangsa Indonesia. Oleh karena itu
Proses reformasi walaupun dalam lingkup reformasi total harus tetap berpedoman pada
tatanan nilai-nilai, arah, tujuan, serta cita-cita seperti yang terkandung dalam Pancasila.
BAB III
PEMBAHASAN CRITICAL BOOK REPORT
Pancasila telah digunakan sebagai alat untuk memaksa rakyat setia kepada pemerintah
yang berkuasa dengan menempatkan Pancasila sebagai satu-satunya asa dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh sebab itu, MPR melalui Sidang Istimewa
tahun 1998 dengan Tap. No. XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Pedoman Penghayatan
dan Pengamalan Pancasila (P4) dan menetapkan Pancasila sebagai dasar negara. Pancasila
sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945 adalah dasar negara dari negara
kesatuan Republik Indonesia harus dilaksanaka secara konsisten dalam kehidupan bernegara.
Pandangan hidup bagi suatu bangsa adalah sesuatu hal yang tidak dapt dipisahkan
dengan kehidupan bangsa itu sendiri. Bangsa tidak memilii pandangan hidup adalah bangsa
yang tidak memiliki kepribadian dan jati diri sehingga bangsa itu mudah terombang-ambing
dari pengaruh yang berkembang dari luar negerinya. Pancasila sebagai kepribadian dan jati
diri bangsa Indonesia merupakan pencerminan nilai-nilai yang telah lama tumbuh dalam
kehidupan bangsa Indonesia.
4.1 Kesimpulan
Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, sebagai pandangan
hidup, dan filsafat dalam arti praktis. Hal ini bersifat filsafat Pancasila mempunyai fungsi
dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap,tingkah laku dan perbuatan dalam
kehidupan sehari-hari, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi
bangsa Indonesia di mana pun mereka berada.
4.2 Saran
Dengan demikian kiranya setiap mahasiswa terutama mahasiswa, kita dapat mewujudkan
apa yang menjadi tuntutan dari pada pendidikan itu dengan memperhatikan setiap kebutuhan
pengetahuan siswa. Setelah membahas mengenai penugasan crirical book report ini marilah kita
melestarikan gemar membaca, meneliti, serta memahami apa maksud dan tujuan dari setiap
buku yang diciptakan.
DAFTAR PUSTAKA
Pembagian Tugas: