2
Rudy Joegijantoro
Proses Infeksi
Proses infeksi adalah interaksi mikroorganisme patogen dengan
makroorganisme di bawah kondisi lingkungan dan sosial tertentu. Konsep
“Penyakit infeksi” adalah gangguan yang disebabkan oleh mikroorganisme
-seperti bakteri, virus, jamur, atau parasit. Banyak mikroorganisme hidup
di dalam dan di tubuh kita. Mereka biasanya tidak berbahaya atau bahkan
membantu, tetapi dalam kondisi tertentu, beberapa mikroorganisme dapat
menyebabkan penyakit. Beberapa penyakit menular dapat ditularkan dari
orang ke orang.
Infeksi dapat menimbulkan gejala klinis ataupun mungkin
asimtomatik, yang dikenal sebagai carrier (pembawa parasit, bakteri,
virus). Manifestasi infeksi secara klinis dapat berlangsung dengan cara
yang khas ataupun tidak khas (atipikal). Pasien dengan bentuk infeksi
yang khas menunjukkan semua gejala spesifik untuk penyakit tertentu.
Manifestasi klinis penyakit infeksi biasanya digolongkan sebagai ringan,
sedang, dan berat; dan sesuai dengan durasinya, penyakit bisa
digolongkan ke dalam penyakit akut atau kronis. Infeksi akut (misalnya
cacar, campak) dicirikan oleh singkatnya masa tinggal agen penyebab di
dalam tubuh seseorang atau host. Infeksi kronis (seperti brucellosis,
tuberculosis) dapat berlangsung selama bertahun-tahun.
Seseorang dengan infeksi subklinis (baik akut maupun kronis) terlihat
dalam kondisi sehat, dan penyakit hanya dapat didiagnosis dengan
mendeteksi agen penyebab, antibodi spesifik, serta perubahan fungsional
maupun morfologi dalam organ dan jaringan yang spesifik untuk penyakit
tertentu. Pasien seperti ini (atau Carrier) berisiko menularkan penyakit
pada orang-orang di sekitarnya karena mereka adalah sumber infeksi.
Infeksi subklinis berulang seperti poliomielitis, difteri, influenza, dan
beberapa infeksi akut lainnya dapat mendorong pembentukan imunitas
komunal (herd imunity). Bentuk subklinis baik akut dan kronis (keadaan
karier) lebih sering terjadi pada demam tifoid, paratifoid B, salmonellosis,
virus hepatitis B, dll. Infeksi asimtomatik dapat bersifat subklinis dan laten.
3
Penyakit Infeksi
bisa berupa partikel virus maupun bakteri yang berada dalam bentuk L,
sferoplas dll. Ketika berada di dalam sel host, bentuk-bentuk ini bertahan
untuk jangka waktu yang lama dan tidak dilepaskan ke lingkungan. Di
bawah pengaruh berbagai faktor seperti efek termal, cedera, trauma
psikis,transplantasi, transfusi darah, maupun berbagai kondisi penyakit,
infeksi persisten dapat diaktifkan dan menjadi nyata secara klinis. Agen
penyakit mendapatkan kembali sifat patogeniknya.
Selain persistensi virus yang telah diketahui dengan baik,
pada saat ini persistensiagen patogen lainnya juga dipelajari
secara intensif pula, mis. pada bentuk L streptococci,
staphylococci, meningococci, vibriocholera, bacilli demam tifoid,
serta mikroorganisme yang menyebabkan dipteri, tetanus, dll.
Epidemi
Mikroorganisme yang menyebabkan penyakit infeksi berada pada
tubuh host dan bertahan karena melakukan reproduksi generasi baru
secara terus menerus yang mengubah sifat mereka sesuai dengan
perkembangan kondisi lingkungan. Kemampuan mikroorganisme patogen
untuk dapat bertahan hidup di dalam tubuh inangnya juga melalui cara
mengubah tempat tinggalnya, yaitu dengan berpindah ke host lain melalui
mekanisme transmisi yang sesuai. Rantai penularan infeksi yang terus
menerus ini (Carrier-pasien), dimanifestasikan oleh bentuk-bentuk gejala
atau tanpa gejala penyakit, disebut proses epidemi.
Sumber mikroorganisme patogen adalah obyek yang
menjadi tempat kediaman alami, atau tempat di mana
mikroorganisme patogen bermultiplikasi, serta tempat di mana
mikroorganisme terakumulasi. Karena mikroorganisme patogen
adalah parasit, maka organisme hidup saja yang dapat menjadi
objek seperti itu, misalnya manusia atau hewan.
Fokus epidemi adalah tempat tinggal sumber infeksi termasuk
wilayah sekitarnya di mana dalam kondisi tertentu sumbernya
dapat menularkan penyakit tertentu melalui agen (mikroorganisme
patogen). Fokus infeksi tetap aktif sampai mikroorganisme
patogenik sepenuhnya diberantas, ditambah masa inkubasi
maksimal pada orang yang kontak dengan sumber infeksi.
4
Rudy Joegijantoro
5
Penyakit Infeksi
6
Rudy Joegijantoro
sistem kemih pada demam tifoid dan paratifoid, penyakit kronis nasofaring
pada difteri, helminthiasis pada disentri, dll. Carrier sehat adalah orang
dengan infeksi namun tanpa gejala. Seseorang dalam keadaan “Carrier
transit” ditandai dengan penarikan cepat mikro-organisme patogen dari
tubuh seseorang; fokus di mana mikro-organisme ini dapat berkembang
biak tidak ada. 30 hingga 100 orang carrier dapat dideteksi di antara
orang-orang yang berada di sekitar pasien dengan infeksi meningokokus
poliomielitis. Carrier yang sehat kurang berbahaya bagi mereka yang
berada di sekitarnya ditandai oleh tidak terdeteksinya mikroorganisme
patogen pada mereka selama tes berikutnya. Bahaya dari carrier
tergantung pada kebersihan diri dan jenis pekerjaan carrier. Jika carrier
demam tifoid, paratifoid B, salmonellosis, atau disentri bekerja di industri
makanan atau sekolah anak-anak, ia sangat berbahaya bagi orang-orang
di sekitarnya.
Mekanisme Penularan
Kombinasi rute di mana mikroorganisme patogen ditularkan dari
individu terinfeksi ke individu sehat lainnya disebut mekanisme transmisi
infeksi. Empat mekanisme penularan infeksi dibedakan berdasarkan
lokalisasi primer dari agen patogen dalam tubuh individu: (1) fecal-oral
(lokalisasi intestinal); (2) air-borne (lokalisasi saluran udara); (3) transmisif
(lokalisasi dalam sistem sirkulasi darah);
(4) kontak langsung (transmisi infeksi melalui kontak langsung
dengan orang lain atau objek lingkungan).
Transmisi infeksi dari satu individu ke individu yang lain terjadi dalam
tiga fase: (1) ekskresi dari individu yang terinfeksi; (2) kebera-daan agen
infeksi di lingkungan; (3) masuk ke dalam individu yang sehat. Mekanisme
ketika agen patogen diekskresikan dari individu yang terinfeksi (fase
pertama) tergantung pada lokus infeksi pada individu yang terinfeksi atau
carrier. Jika mikroorganisme patogen hidup di mukosa pernapasan
(influenza, campak, pertussis) mereka dapat dilepaskan dari pasien hanya
dengan udara respirasi atau dengan tetesan lendir nasofaring. Jika infeksi
terlokalisasi di usus, mikroorganisme patogen dapat dikeluarkan bersama
feses (disentri). Sedangkan mikroorganisme patogen dalam darah dapat
menginfeksi arthropoda/ serangga penghisap darah.
7
Penyakit Infeksi
8
Rudy Joegijantoro
Air adalah media lain yang sangat penting dimana infeksi dapat
ditularkan. Mikroorganisme patogenik dapat masuk ke air dengan berbagai
rute: bersama limbah, sampah, bersama air limpasan, karena
pemeliharaan yang tidak benar dari sumur, cucian, penyiraman hewan,
jasad hewan mati yang mencair, dll. Infeksi dapat ditularkan
9
Penyakit Infeksi
10
Rudy Joegijantoro
11
Penyakit Infeksi
12
Rudy Joegijantoro
Imunitas alami aktif kadang-kadang dapat berkembang tanpa penyakit yang jelas. Hal ini
terbentuk sebagai akibat dari penyakit tanpa gejala atau akibat masuknya mikroorganisme
patogen yang tidak sampai menimbulkan gejala klinis penyakit.
Imunitas pasif alami diperoleh oleh janin dari ibunya melalui plasenta (imunitas
intrauterin). Bayi yang baru lahir memperolehnya melalui ASI. Imunitas ini tidak bertahan
lama, hanya selama 6-8 bulan untuk melindungi anak-anak dari beberapa penyakit menular
(campak, rubella, dll.).
Imunitas aktif buatan (postvaccinal) dibuat melalui inokulasi dengan bakteri, toksinnya, atau virus
(antigen) yang dilemahkan atau diaktivasi melalui berbagai teknik. Setelah pemberian ke individu,
merangsang tubuh memproduksi imunitas yang merusak mikro-organisme patogen atau racun mereka
(antibodi, antitoksin). Imunitas aktif buatan berkembang selama 3-4 minggu dan berlangsung dari 6 bulan
hingga 5 tahun. Pengaruh kekebalan postvaccinal terhadap jalannya proses epidemi tergantung pada skala
vaksinasi penduduk, terutama anak-anak (terhadap TBC, difteri, pertusis, campak, po-lio, dan infeksi
lainnya). Vaksinasi dianggap berhasil jika setidaknya 80 persen dari vaksinasi yang diberikan
mengembangkan kekebalan yang memadai (menurut ahli WHO).