Etika Penelitian
Etika Penelitian
1. A. Pengantar
Penelitian bukan pekerjaan sederhana yang bisa dikerjakan sendirian atau tanpa bantuan
orang lain. Sekecil apapun lingkupnya, penelitian selalu melibatkan pihak lain. Apalagi untuk
kepentingan membuat karya ilmiah setingkat tesis atau disertasi, pihak lain tak terhindarkan.
Tingkat keterlibatannya bermacam-macam, mulai yang sangat penting --- seperti menjadi
subjek, informan, dan responden---, hingga membantu peneliti secara teknis, seperti
mengumpulkan data, mentranskrip hasil wawancara, merekam aktivitas subjek, menyediakan
alat-alat pengumpul data dan sebagainya. Semua yang terlibat tersebut wajib dihargai dan
dihormati oleh peneliti. Jangan sampai penelitian, yang merupakan aktivitas ilmiah yang
mestinya menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan rasa tanggung jawab, justru merugikan pihak
lain. Padahal, tanpa pihak lain tersebut penelitian tidak bisa dikerjakan.
Lebih-lebih kepada subjek atau informan penelitian, yang telah dengan suka rela
menyampaikan banyak informasi kepada peneliti --- dan itu sebenarnya untuk kepentingan
peneliti sendiri ---, kehormatan yang bersangkutan dan kemungkinan rahasia informasi yang
bersifat personal harus dijaga dan dijamin keselamatannya. Misalnya, jika subjek atau informan
meminta identitasnya dirahasiakan, peneliti wajib memenuhinya. Kepada teman dekat
sekalipun, seorang peneliti tidak bisa memaksanya menjadi subjek, informan atau responden
penelitian jika yang bersangkutan menolaknya. Idealnya, semua yang terlibat dalam penelitian
dapat menjalankan aktivitasnya dengan suka rela. Sebab, akan menjadi sebuah petaka jika
usai penelitian terjadi keributan, apalagi saling gugat, walau mungkin hasil penelitian tersebut
benar. Oleh karena itu, seorang peneliti dituntut kepiawiannya untuk menyampaikan informasi
dari hasil penelitian dengan bijak tanpa ada satu pihak pun yang dirugikan. Harus terjadi
konsensus atau kesepakatan antara peneliti dan partisipan menyangkut hal-hal apa saja yang
boleh dan tidak boleh dipublikasikan. Dua paragraf pengantar di atas itulah yang dimaksud
dengan etika penelitian.
Menyertai tulisan-tulisan sebelumnya tentang metodologi penelitian, sajian ini secara khusus
disampaikan kepada para mahasiswa saya yang mengikuti perkuliahan metodologi penelitian
(kualitatif), baik di program S1, S2, maupun S3. Kepada para peminat, peneliti dan masyarakat
umum yang tertarik pada metodologi penelitian, sajian pendek ini dimaksudkan untuk tukar
pengalaman dan pengetahuan serta untuk menghindarkan diri dari hal-hal yang tidak perlu
terjadi pasca-penelitian.
1/4
Etika Penelitian
Dari pelacakan literatur mengenai etika penelitian, karya Hopf (dalam Flick et al, 2004: 334-337)
berjudul “Research Ethics and Qualitative Research” dianggap paling komprehensif.
Menurutnya, etika penelitian sebagai suatu seperangkat aturan dan prinsip-prinsip etik yang
disepakati bersama menyangkut hubungan antara peneliti di satu sisi dan sem ua yang terlibat
dalam penelitian atau partisipan penelitian di sisi yang lain. Biasanya, pertanyaan umum
tentang etika penelitian menyangkut tiga hal: a) seberapa tulus atau ikhlas orang terlibat dalam
proyek penelitian, baik sebagai subjek, informan, responden maupun pembantu peneliti, b).
seberapa jauh kerahasiaan informasi dan keselamatan partisipan dapat dijamin oleh peneliti,
dan c) menyangkut boleh tidaknya informasi yang diperoleh dari observasi dipublikasikan.
Secara historis, etika penelitian belum muncul ketika para filsuf awal mengembangkan metode
ilmiah yang melahirkan metodologi penelitian. Malah pada saat itu belum terpikirkan bahwa
suatu saat penelitian memerlukan pedoman bersama agar tidak ada satupun pihak yang
merasa terganggu atau dirugikan dari kegiatan penelitian. Sebab, penelitian bidang apa saja
pada hakikatnya menyangkut hajat dan hidup orang lain. Karena itu, diperlukan satu pedoman
atau ketentuan sebagai dasar berpijak. Pembicaraan tentang etika penelitian secara serius
dimulai ketika para sosiolog Amerika berkumpul dan membincangkannya sebagai bagian tak
terpisahkan dari penelitian baru pada awal 1960-an dengan menerbitkan prinsip dan aturan
etika penelitian dalam bentuk naskah akademik berjudul “Code of Ethics”. Di Jerman etika
penelitian baru muncul pada awal 1990-an juga diawali dengan diskusi di kalangan para
sosiolog Jerman. Hasilnya, mereka menerbitkan naskah berjudul “Ethik-Kodex 1993”. Malah
disepakati bahwa etika penelitian sangat penting dibahas, dan secara simultan menjadi bagian
dari pengajaran metodologi penelitian. Diharapkan, seorang peneliti tidak saja cakap dan
menguasai metodologi penelitian, tetapi juga wajib memiliki pengetahuan etis yang
menyertainya. Ada beberapa prinsip dasar etika penelitian yang perlu diperhatikan oleh setiap
peneliti sebagai berikut:
2/4
Etika Penelitian
Bagi beberapa orang, menjadi partisipan penelitian suatu yang menyenangkan. Sebaliknya,
ada orang yang tidak suka terlibat dalam penelitian, baik sebagai responden maupun informan.
Ada juga yang terlibat karena terpaksa. Apapun bentuk keterlibatan orang lain, penelitian tidak
boleh mengganggu kepentingan mereka sedikitpun. Seorang peneliti harus menghindari
seminimum mungkin gangguan yang muncul dari proses penelitian bagi orang lain. Jika
partisipan pernah memiliki pengalaman pahit dalam hidupnya peneliti bisa bertanya mengapa
terjadi dan meyakinkan hal serupa tidak akan pernah terjadi lagi.
Peneliti wajib menjaga kerahasiaan partisipan penelitian dan informasi yang diperoleh. Bisa
saja terjadi informasi yang disampaikan oleh subjek atau informan penelitian mengganggu
pihak lain. Ini artinya informan bisa diajukan ke pengadilan karena orang lain merasa
terganggu, walau informasi tersebut benar. Jika menyangkut informasi yang sensitif dan kita
tahu bahwa masalah tersebut bisa diperkarakan di pengadilan, perlu disampaikan kepada
informan bahwa peneliti berkewajiban pula mengambil alih dan ikut bertanggungjawab terhadap
masalah tersebut.
2. C. Penutup
3/4
Etika Penelitian
Penelitian bukan aktivitas sederhana yang bisa dikerjakan oleh seorang diri. Karena itu,
penelitian selalu melibatkan orang lain, baik sebagai partisipan penelitian (responden dan
informan), maupun menjadi bagian tim peneliti yang membantu proses penelitian. Semua yang
berperan itu wajib dijaga kehormatan dan keselamatannya. Jika informan atau subjek
mengendaki identitas dirahasiakan, maka peneliti wajib memenuhinya dengan menyebut
inisialnya saja. Seorang peneliti harus berusaha sedemikian rupa meminimalisir hal-hal yang
dapat mengganggu ketenangan partisipan. Sebagai kerja ilmiah, sebaiknya penelitian
dilakukan secara terbuka (overt research), sehingga siapapun bisa mengakses proses dan
hasil penelitian secara terbuka. Semoga bermanfaat!
_____________
Daftar Pustaka
Dawson, Catherine. 2009. Introduction to Research Methods. A pratical guide for anynone
undertaking a research project . Spring Hill House, Spring Hill Road,
Begbroke, Oxford: How To Books Ltd.
Hopf, Christel. 2004. “Research Ethics and Qualitative Research”, in Flick, Uwe et al (eds) “A
Companion to QUALITTATIVE RESEARCH
”. London, Thousand Oaks, New Delhi: SAGE Publications.
4/4