Anda di halaman 1dari 21

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden
1. Jumlah Responden
Sesuai dengan jumlah Kuesioner yang dibagikan terhadap
50 orang responden, dimana dalam penelitian ini metode
pengambilan sampel yang digunakan yakni sampel populasi atau
dengan kata lain sampel yang digunakan adalah semua pegawai
Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Cabang Parepare.
Maka setelah dilakukan tabulasi terhadap data yang diterima, dapat
disimpulkan bahwa semua responden telah mengembalikan
kuisionernya dan dinyatakan memenuhi persyaratan untuk
dilakukan analisis dengan menggunakan aplikasi SPSS 29.
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Proporsi Gender saat ini selalu menjadi sorotan dalam
berbagai bentuk aktivitas, demikian pula pada dunia perkantoran.
Hal ini tidak dapat dihindari, karena kehadiran sosok perempuan
terlebih lagi jika mereka memiliki kehandalan akan menjadi hal
yang sangat diharapkan, sebab sesuai dengan karakternya,
pekerja perempuan memiliki ketelitian yang cenderung lebih tinggi
dibanding pekerja laki-laki. Terhadap kondisi gender yang ada pada
Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Cabang Parepare
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.1

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-Laki 29 58.0 58.0 58.0
Perempuan 21 42.0 42.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: Hasil olah data melalui SPSS 29 tahun 2023
Dari tabel 5.1 di atas, dapat dilihat bahwa berdasarkan jenis
kelamin dari 50 orang pegawai, pegawai yang berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 29 orang (58%), sedangkan pegawai yang berjenis kelamin
perempuan sebanyak 21 orang (42%). Pegawai laki-laki lebih banyak
karena perusahaan bank lebih membutuhkan tenaga laki-laki untuk
bekerja di bagian lapangan sebab tenaga laki-laki lebih kuat daripada
tenaga perempuan.
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Hasil analisis terhadap umur pegawai yang menjadi sampel
pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <25 Tahun 4 8.0 8.0 8.0
25-30 Tahun 12 24.0 24.0 32.0
31-35 Tahun 18 36.0 36.0 68.0
36-40 Tahun 10 20.0 20.0 88.0
>40 Tahun 6 12.0 12.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Sumber: Hasil olah data melalui SPSS 29 tahun 2023


Berdasarkan tabel 5.2 di atas, persentase umur pegawai
bank tabungan pensiunan nasional (BTPN) cabang parepare yaitu
kurang dari 25 tahun sebanyak 4 orang (8%), 25-30 tahun
sebanyak 12 orang (24%), 31-35 tahun sebanyak 18 orang (36%),
umur 36-40 tahun sebanyak 10 orang, dan yang berumur lebih dari
40 tahun sebanyak 6 orang (12%). Berdasarkan persentase
tersebut, dapat disimpulkan bahwa mayoritas pegawai bank
tabungan pensiunan nasional (BTPN) cabang pare-pare berumur
31-35 tahun.
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Semua perusahaan, baik milik pemerintah maupun swasta
tentunya memberikan pertimbangan terhadap tingkat pendidikan
dari pegawai yang dimilikinya. Sesuai dengan hasil analisis
terhadap tingkat pendidikan pegawai bank tabungan pensiunan
nasional (BTPN) cabang parepare dapat dilihat pada tabel di
bawah:
Tabel 5.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan Terakhir
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SMA/SMK 14 28.0 28.0 28.0
S1 34 68.0 68.0 96.0
S2 2 4.0 4.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Sumber: Hasil olah data melalui SPSS 29 tahun 2023
Berdasarkan tabel 5.3 di atas, persentase tingkat pendidikan
terakhir pegawai bank tabungan pensiunan nasional (BTPN) cabang
parepare yang dijadikan sampel pada penelitian ini terdiri dari lulusan
SMA/SMK sebanyak 14 orang (28%), S1 sebanyak 34 orang (68%), dan
S2 sebanyak 2 orang (4 %). Persentase tingkat Pendidikan pegawai yang
ada pada bank tabungan pensiunan nasional (BTPN) cabang parepare
mayoritas S1 yakni sebanyak 34 orang dari total 50 responden.
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Terkait pengalaman kerja pegawai bank tabungan pensiunan
nasional (BTPN) cabang parepare yang dijadikan responden dapat
dilihat dari lamanya mereka bekerja sebagaimana yang dituangkan
dalam tabel berikut:
Tabel 5.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Lama Bekerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <2 Tahun 7 14.0 14.0 14.0
2-5 Tahun 12 24.0 24.0 38.0
6-10 Tahun 12 24.0 24.0 62.0
>10 Tahun 19 38.0 38.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Sumber: Hasil olah data melalui SPSS 29 tahun 2023
Dari tabel 5.4 tersebut, menunjukkan bahwa lama bekerja
pegawai bank tabungan pensiunan nasional (BTPN) cabang
parepare yang menjadi responden dalam penelitian ini yakni kurang
dari 2 tahun sebanyak 7 orang (14%), 2-5 tahun sebanyak 12 orang
(24%), 6-10 tahun sebanyak 12 orang juga (24%), dan yang sudah
bekerja lebih dari 10 tahun sebanyak 19 orang (38%).

B. Analisis Data Hasil Penelitian


1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
a. Uji Validitas
Dalam uji validasi pernyataan yang ada dalam kuesioner
harus dinyatakan valid, jika data tidak valid maka sangat
berpengaruh dalam penelitian. Teknik yang digunakan untuk
mengukur validitas pernyataan kuesioner adalah kolerasi
Bivariete Pearson (Product Moment Pearson). Adapun dasar
pengambilan keputusan dalam menentukan valid atau tidaknya
kuesioner dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1) Membandingkan Nilai r hitung dengan Nilai r tabel
a) Jika nilai r hitung > r tabel, maka item soal dalam
kuesioner tersebut dinyatakan valid.
b) Jika nilai r hitung < r tabel, maka item soal dalam
kuesioner tersebut dinyatakan tidak valid.
Untuk memperoleh nilai r tabel, maka terlebih dahulu
dilakukan dengan menghitung posisi nilai distribusi r tabel
dengan menggunakan rumus berikut:
Df = (N-2)/ α = 0,05
Df = (N-2)/ α = 0,05 atau df= (50-2)/ α = 0,05
Df = 48/α = 0,05
Sesuai dengan hasil distribusi r tabel di atas, maka untuk
nilai Df = 48/α = 0,05 adalah 0,278.

2) Membandingkan Nilai Sig. (2-tailed) dengan Probabilitas


0,05
a) Jika nilai Sig. (2-tailed) < 0,05 dan Pearson Correlation
bernilai positif, maka item soal kuesioner tersebut valid.
b) Jika nilai Sig. (2-tailed) < 0,05 dan Pearson Correlation
bernilai negatif, maka item soal kuesioner tersebut tidak
valid.
c) Jika nilai Sig. (2-tailed) > 0,05, maka item soal kuesioner
tersebut tidak valid.
Hasil analisis untuk uji validitas pernyataan kuesioner dalam
penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 5.5
Uji Validitas

Variabel Pernyata Sig. (2- Correlation Interpre


r tabel
Penelitian an Tailed (r hitung) tasi
X1.1 < 0,001 0,725** 0,279 Valid
X1.2 < 0,001 0,697** 0,279 Valid
Motivasi X1.3 < 0,001 0,707** 0,279 Valid
X1.4 < 0,001 0,662** 0,279 Valid
X1.5 < 0,001 0,643** 0,279 Valid
X2.1 < 0,001 0,678** 0,279 Valid
X2.2 < 0,001 0,470** 0,279 Valid
Disiplin
X2.3 < 0,001 0,716** 0,279 Valid
Kerja
X2.4 < 0,001 0,580** 0,279 Valid
X2.5 < 0,001 0,737** 0,279 Valid
Y.1 < 0,001 0,847** 0,279 Valid
Y.2 < 0,001 0,602** 0,279 Valid
Kinerja
Y.3 < 0,001 0,623** 0,279 Valid
Pegawai
Y.4 < 0,001 0,688** 0,279 Valid
Y.5 < 0,001 0,781** 0,279 Valid
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber: Hasil Olah Data Melalui SPSS 29 tahun 2023

Berdasarkan Tabel 5.5 tersebut, dapat disimpulkan bahwa


semua indikator pernyataan dari masing-masing variabel dapat
dinyatakan valid, karena telah sesuai dengan dasar
pengambilan keputusan untuk uji validitas. Nilai Sig. (2-tailed)
untuk semua indikator lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05,
sementara nilai r hitung untuk semua indikator berkisar antara
0,615-0,725 lebih besar dari nilai r tabel yakni 0,278.
b. Uji Realibilitas
Dasar dalam pengambilan keputusan suatu item dikatakan
realibel atau tidak menurut Sugiyono (2017), dapat diketahui
dengan cara melihat:
1) Apabila variabel yang diteliti mempunyai Cronbach’s Alpha >
r tabel, maka variabel tersebut dinyatakan reliabel.
2) Sebaliknya Cronbach’s Alpha < r tabel maka variabel
tersebut dinyatakan tidak valid.
Sementara menurut Wiratna Sujarweni (2014), kuesioner
dapat dikatakan reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,6 dan
begitupun sebaliknya, jika nilai Cronbach Alpha < 0,6 maka
kuesioner dinyatakan tidak reliabel.
Pengujian realibilitas pada masing-masing variabel dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.6
Uji Reliabilitas Variabel Motivasi (x1)

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.718 5

Sumber: Hasil Olah Data Menggunakan SPSS 29 Tahun 2023

Dari tabel 5.6 di atas, dapat dilihat bahwa nilai Cronbach’s


Alpha dari variabel Motivasi (X1) adalah sebesar 0,718.
Dengan demikian instrumen pernyataan pada variabel Motivasi
dapat dinyatakan reliabel karena nilai Cronbach’s Alphanya
lebih besar dari 0,6 dan lebih besar dari nilai r hitung yakni
0,279. Hal ini berarti jawaban responden terhadap item-item
pernyataan pada variabel motivasi dapat dikatakan konsisten.
Tabel 5.7
Uji Reliabilitas Variabel Disiplin Kerja (X2)

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.639 5

Sumber: Hasil Olah Data Melalui SPSS 29 Tahun 2023

Berdasarkan data pada tabel 5.7 di atas, dapat dilihat nilai


Cronbach’s Alpha variabel Disiplin Kerja adalah sebesar 0,609.
Dengan demikian instrumen pernyataan variabel Disiplin Kerja
dapat dikatakan reliabel karena nilai Cronbach’s Alphanya lebih
besar dari 0,6 dan lebih besar dari nilai r tabel yakni 0,279. Hal
ini berarti jawaban responden terhadap item-item pernyataan
pada variabel Disiplin Kerja dapat dikatakan konsisten.
Tabel 5.8
Uji Reliabilitas Variabel Kinerja (Y)

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.743 5

Sumber: Hasil Olah Data Melalui SPSS 29 Tahun 2023

Berdasarkan data pada tabel 5.8, nilai Cronbach’s Alpha dari


variabel Kinerja Pegawai adalah sebesar 0,634. Dengan
demikian instrumen pernyataan pada variabel Kinerja Pegawai
dapat dikatakan reliabel karena nilai Cronbach’s Alphanya lebih
besar dari 0,6 dan lebih besar dari nilai r tabel yakni 0,279. Hal
ini berarti jawaban responden terhadap item-item pernyataan
kinerja pegawai dapat dikatakan konsisten.
2. Uji Asumsi Klasik
Menurut Ghozali (2018), uji asumsi klasik merupakan tahap
awal yang dilakukan sebelum analisis regresi linear berganda.
Pengujian ini dilakukan untuk dapat memberikan kepastian agar
koefisien regresi tidak bias, konsisten, serta memiliki ketepatan.
Untuk menentukan ketepatan suatu model regresi, perlu dilakukan
pengujian atas beberapa asumsi klasik antara lain:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan Test of Normality Kolmogorov-Smirnov dalam
program SPSS. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui
apakah nilai residual berdistribusi normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang
berdistribusi normal. Adapun hasil yang diperoleh dari uji
normalitas yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 5.9
Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardiz
ed Residual
N 50
Mean .0000000
Normal Parametersa,b
Std. Deviation .61310836
Absolute .123
Most Extreme
Positive .123
Differences
Negative -.091
Test Statistic .123
Asymp. Sig. (2-tailed)c .058
Sig. .056
Lower
Monte Carlo Sig. (2- .050
99% Confidence Bound
tailed)d
Interval Upper
.062
Bound
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. Lilliefors' method based on 10000 Monte Carlo samples with starting
seed 1314643744.
Sumber: Hasil Olah Data Melalui SPSS 29 Tahun 2023
Dasar dalam pengambilan keputusan apakah suatu data
mengikuti distribusi normal atau tidak, bisa dilakukan dengan
melihat probabilitas (Asymtotic Significance), yaitu jika
probalitas > 0,05 maka distribusi dari model regresi adalah
normal dan sebaliknya jika probabilitas < 0,05 maka distribusi
tidak normal (Singgih Santoso, 2012).
Berdasarkan tabel 5.9 di atas, dapat dilihat bahwa nilai
probabilitas atau Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,058 yang
berarti lebih besar dari nilai signifikansi 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa distribusi data tersebut normal atau asumsi
normalitas dalam model regresi sudah terpenuhi dan
terdistribusi secara normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dilakukan bertujuan untuk mengetahui
apakah pada suatu model regresi ditemukan adanya korelasi
antar variabel bebas (independent) (Ghozali, 2018). Model
regresi yang baik adalah model regresi yang tidak terjadi
multikolinearitas. Kriteria dalam pengambilan keputusan
terhadap uji multikolinearitas adalah sebagai berikut (Ghozali,
2018):
1) Jika nilai VIF < 10,00 dan nilai Tolerance > 0,10 maka
dinyatakan tidak terjadi multikolinearitas.
2) Jika nilai VIF > 10,00 dan nilai Tolerance < 0,10 maka
dinyatakan terjadi multikolinearitas.
Adapun hasil yang diperoleh dari uji multikolinearitas yang
dilakukan melalui program SPSS dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 5.10
Uji Multikolinearitas

Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 Motivasi .404 2.473
Disiplin Kerja .404 2.473
a. Dependent Variable: Kinerja
Sumber: Hasil Olah Data Melalui SPSS 29 tahun 2023
Berdasarkan tabel 5.10 tersebut, bisa dilihat bahwa nilai VIF
dari masing-masing variabel bebas sebesar 2,473 yang berarti
lebih kecil dari 10,00 dan nilai Tolerance sebesar 0,404 yang
berarti lebih besar dari 0,10, sehingga bisa disimpulkan bahwa
tidak terjadi gejala multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas ini bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance (variasi)
dari nilai residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Model regresi yang baik adalah tidak terjadi gejala
heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mengetahui bahwa
ada tidaknya gejala heteroskedastisitas dalam suatu model
regresi adalah dengan melakukan uji glejser dengan dasar
pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai signifikansi (Sig.) > 0,05 maka tidak terjadi gejala
heteroskedastisitas.
2) Sebaliknya jika nilai signifikansi (Sig.) < 0,05 maka terjadi
gejala heteroskedastisitas.
Tabel 5.11
Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Standardize
Unstandardized d
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .649 .598 1.085 .283
Motivasi -.007 .042 -.036 -.159 .874
Disiplin -.001 .041 -.006 -.024 .981
Kerja
a. Dependent Variable: ABRESID
Sumber: Hasil Olah Data Melalui SPSS 29 Tahun 2023
Berdasarkan tabel 5.11 di atas, diketahui nilai signifikansi
(Sig.) untuk variabel Motivasi (X1) adalah 0,874 dan variabel
Disiplin Kerja (X2) adalah 0,981. Karena nilai signifikansi (Sig.)
kedua variabel tersebut lebih besar dari 0,05, maka sesuai
dengan dasar pengambilan keputusan dalam uji glesjer dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas
dalam model regresi.
3. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk
mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas yaitu Motivasi (X1)
dan Disiplin Kerja (X2) terhadap variabel terikat yaitu Kinerja
Pegawai (Y). Hasil analisis regresi linear berganda dengan
menggunakan SPSS dalam penelitian ini bisa dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 5.12
Analisis Regresi Linear Berganda

Coefficientsa
Standardize
Unstandardized d
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1.219 1.003 1.216 .230
MOTIVASI .192 .070 .192 2.756 .008
DISIPLIN .797 .070 .797 11.449 <,001
KERJA
a. Dependent Variable: KINERJA
Sumber: Hasil Olah Data Melalui SPSS 29 Tahun 2023
Berdasarkan tabel 5.12 tersebut, dapat dilihat nilai konstanta
(α) sebesar 1,219 dan untuk Motivasi (β) sebesar 0,192 serta
Disiplin Kerja (β) sebesar 0,797. Sehingga dapat diperoleh
persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:

Y = 1,219 + 0,192X1 + 0,797X2


Yang berarti:
a. Nilai konstanta (α) memiliki nilai positif sebesar 1,219, hal ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif atau searah
antara variabel independent terhadap variabel dependent. Hal
ini menggambarkan bahwa jika semua variabel independent
antara lain Motivasi (X1) dan Disiplin Kerja (X2) sama dengan 0
atau tidak mengalami perubahan, maka variabel dependent
yaitu Kinerja (Y) adalah sebesar 1,219.
b. Nilai koefisien regresi untuk variabel Motivasi (X1) sebesar
0,192. Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan pada
variabel Motivasi (X1) sebesar 1%, maka Kinerja Pegawai (Y)
akan meningkat sebesar 0,192 atau sebaliknya setiap terjadi
penurunan variabel Motivasi (X1) sebesar 1%, maka Kinerja
Pegawai (Y) akan menurun sebesar 0,192.
c. Nilai koefisien regresi untuk variabel Disiplin Kerja (X2) sebesar
0,797. Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan pada
variabel Disiplin Kerja (X2) sebesar 1%, maka Kinerja Pegawai
(Y) akan meningkat sebesar 0,797 atau sebaliknya setiap terjadi
penurunan pada variabel Disiplin Kerja (X2) sebesar 1%, maka
Kinerja Pegawai (Y) akan menurun juga sebesar 0,797.
4. Koefisien Determinasi (R2)
Pengujian koefisien determinasi (R2) ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengukur kemampuan model dalam menerangkan
seberapa besar pengaruh variabel independent secara bersama-
sama (simultan) mempengaruhi variabel dependent yang dapat
diindikasikan oleh nilai adjusted R-Squared (Ghozali, 2018). Jika
nilai koefisien determinasi (R2) mendekati angka 1 dan menjauhi
angka 0, maka variabel-variabel independent memiliki kemampuan
untuk memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel dependent. Sebaliknya, nilai koefisien
determinasi yang kecil atau mendekati angka 0 dan menjauhi
angka 1 memiliki arti bahwa kemampuan variabel-variabel
independent dalam menjelaskan variabel dependent sangat
terbatas.
Hasil yang diperoleh dari uji koefisien determinasi (R 2) dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.13
Koefisien Determinasi (R2)
Model Summary
Std. Error of the
Model R R Square Adjusted R Square Estimate
1 .953a .908 .904 .626
a. Predictors: (Constant), DISIPLIN KERJA (X2), MOTIVASI (X1)

Sumber: Hasil Olah Data Melalui SPSS 29 Tahun 2023


Berdasarkan tabel 5.13 di atas, dapat disimpulkan bahwa
korelasi antara variabel-variabel independent terhadap variabel
dependent pada penelitian ini menurut Ghozali (2018) dapat
dianggap kuat karena nilai Adjusted R Square menunjukkan angka
0,904 dalam hal ini mendekati angka 1. Jika nilai Adjusted R
Square tersebut diubah kedalam bentuk persentase, maka akan
diperoleh angka sebesar 90,4% yang berarti variabel-variabel
independent yaitu Motivasi (X1) dan Disiplin Kerja (X2) secara
bersama-sama (simultan) memiliki pengaruh sebesar 90,4%
terhadap variabel dependent yaitu Kinerja Pegawai (Y). Sedangkan
9,6% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak menjadi
bagian dalam penelitian ini.
5. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk menguji kebenaran hipotesis
yang telah disusun berdasarkan data penelitian. Uji hipotesis yang
digunakan adalah uji statistik t-test dan uji statistik f-test. Berikut
adalah hasil uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini.
a. Uji Statistik t (Persial)
Uji t digunakan untuk mengukur seberapa jauh pengaruh
variabel bebas (X) secara persial (sendiri) dalam menerangkan
variabel terikat (Y). Uji t dilakukan dengan cara membandingkan
nilai t hitung dengan nilai t tabel dan berdasarkan nilai
signifikansi hasil output SPSS. Berikut adalah dasar
pengambilan keputusan dalam uji t:
1) Jika nilai signifikansi (Sig.) < 0,05, atau t hitung > t tabel
maka dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh antara
variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).
2) Jika nilai signifikansi (Sig.) > 0,05, atau t hitung < t tabel
maka dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh
antara variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).
Mendukung pengambilan keputusan dalam uji t, maka untuk
mendapatkan nilai t tabel dapat dilakukan dengan
menggunakan persamaan berikut:

t tabel = t (α/2 ; n-k-1)


Dimana,
α = Nilai signifikansi 0,05
n = Jumlah responden
k = Jumlah variabel bebas (X)
Maka,
t tabel = t (0,05/2;50-2-1)
= t (0,025;47)
= 2,012
Hasil tersebut didapat berdasarkan nilai yang tertuang pada
distrubisi t tabel yang menunjukkan nilai determinan 0,025 pada
titik 47 yakni 2,012. Hasil uji t terhadap hipotesis dari penelitian
ini, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.14
Uji Persial (Uji t)

Coefficientsa
Standardiz
ed
Unstandardized Coefficient
Coefficients s
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1.219 1.003 1.216 .230
Motivasi (X1) .192 .070 .192 2.756 .008
Disiplin Kerja .797 .070 .797 11.449 <,001
(X2)
a. Dependent Variable: Kinerja (Y)
Sumber: Hasil Olah Data Melalui SPSS 29 tahun 2023
Berdasarkan tabel 5.14 di atas, maka sesuai dengan dasar
pengambilan keputusan uji t terhadap masing-masing variabel
bebas (X) dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Motivasi (X1)
Pada tabel 5.14 tersebut, dapat dilihat bahwa nilai t
hitung untuk variabel Motivasi (X1) adalah sebesar 2,756,
lebih besar dari nilai t tabel yaitu 2,012 (t hitung > t tabel).
Sementara nilai signifikansi (Sig.) yang diperoleh sebesar
0,008, lebih kecil dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa
motivasi (X1) berpengaruh positif dan berdampak signifikan
terhadap Kinerja Pegawai (Y). Artinya jika motivasi
meningkat maka kinerja pegawai juga akan meningkat,
sebaliknya jika motivasi menurun maka kinerja pegawai juga
akan menurun dengan tingkat kesalahan sebesar 5%.
Sehingga dapat dinyatakan bahwa hipotesis diterima.
2) Disiplin Kerja (X2)
Pada tabel 5.14, dapat dilihat bahwa nilai t hitung
untuk variabel Disiplin Kerja (X2) adalah sebesar 11,449,
lebih besar dari nilai t tabel yaitu 2,012. Sementara nilai
signifikansinya (Sig.) sebesar <0,001, lebih kecil dari 0,05.
Sesuai dengan dasar pengambilan keputusan dalam uji t,
dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja (X2) berpengaruh
positif dan berdampak signifikan terhadap kinerja pegawai
(Y). Jika Disiplin Kerja meningkat, maka Kinerja juga akan
meningkat. Begitupun sebaliknya, jika Disiplin Kerja
menurun, maka Kinerja juga akan ikut menurun dengan
tingkat kesalahan 5%. Sehingga dapat dinyatakan bahwa
hipotesis diterima.
b. Uji Statistik F (Simultan)
Uji f bertujuan untuk mengetahui apakah semua variabel
bebas yang dimasukkan kedalam model regresi mempunyai
pengaruh secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel
terikat atau tidak. Artinya dalam penelitian ini, uji f bertujuan
untuk mengetahui apakah Motivasi (X1) dan Disiplin Kerja (X2)
mempunyai pengaruh secara simultan terhadap Kinerja
Pegawai Pada Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN)
Cabang Parepare (Y). Dasar dalam pengambilan keputusan
dalam uji f adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai signifikansi (Sig.) < 0,05, atau nilai F hitung > F
tabel maka dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh
variabel bebas (X) secara simultan terhadap variabel terikat
(Y).
2) Jika nilai signifikansi (Sig.) > 0,05, atau nilai F hitung <
Ftabel maka dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat
pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).
Untuk mendukung pengambilan keputusan dalam uji F,
maka untuk mendapatkan nilai F tabel dapat menggunakan
persamaan berikut:

F tabel = F (k ; n-k)
Dimana,
k= Jumlah Variabel Bebas (X)
n= Jumlah Responden
maka,
F tabel = F (2;50-2)
= F (2;48) = 3,19
Hasil uji F terhadap hipotesis dari penelitian ini, dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 5.15
Uji Simultan (Uji F)

ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regressi 181.581 2 90.790 231.669 <,001b
on
Residual 18.419 47 .392
Total 200.000 49
a. Dependent Variable: Kinerja (Y)
b. Predictors: (Constant), Disiplin Kerja (X2), Motivasi (X1)

Sumber: Hasil Olah Data Melalui SPSS 29 Tahun 2023


Berdasarkan tabel 5.15 di atas, dapat dilihat bahwa nilai
signifikansi (Sig.) yang diperoleh adalah sebesar <0,001, lebih
kecil dari 0,05. Sementara nilai F hitung yang diperoleh adalah
sebesar 231,669, lebih besar dari nilai F tabel yaitu 3,19 (F
hitung > F tabel). Maka sesuai dengan dasar pengambilan
keputusan dalam uji F, dapat dinyatakan bahwa variabel
Motivasi (X1) dan Disiplin Kerja (X2) secara simultan (bersama-
sama) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
Kinerja Pegawai pada Bank Tabungan Pensiunan Nasional
(BTPN) Cabang Parepare (Y), yang berarti hipotesis diterima.

C. Pembahasan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pengaruh motivasi dan disiplin kerja terhadap kinerja pegawai pada
Bank Tabungan Pensiun Nasional (BTPN) Cabang Parepare. Berikut
pembahasan masing-masing variabelnya:
1. Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai pada Bank
Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Cabang Parepare.
Berdasarkan hasil uji persial (Uji t), motivasi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Hal ini dibuktikan
dari hasil perhitungan yang diperoleh yakni nilai t hitung untuk
variabel motivasi adalah sebesar 2,756, lebih besar dari nilai t tabel
yaitu 2,012 (t hitung > t tabel). Sementara nilai signifikansi (Sig.)
yang diperoleh sebesar 0,008, lebih kecil dari nilai taraf signifikansi
α yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu 0,05.
Motivasi kerja penting untuk meningkatkan efektivitas kerja.
Orang yang memiliki motivasi kerja yang tinggi akan berusaha
sekuat tenaga untuk membuat pekerjaannya sesukses mungkin
guna mencapai tujuan organisasi atau perusahaan sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan (Rozalia et al, 2015).
Hasil dari penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang
dilakukan oleh Oki Agustian (2019), yang berjudul “Pengaruh
Motivasi dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai pada Kantor
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar”. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara
motivasi terhadap kinerja karyawan. Selain itu, penelitian yang
dilakukan oleh (Susanty & Baskoro, 2018) dan (Ady & Wijono,
2017) juga menunjukkan hal yang sama, yaitu motivasi
berpengaruh terhadap kinerja pegawai.
2. Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai pada Bank
Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Cabang Parepare.
Berdasarkan hasil uji persial (Uji t), disiplin kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Hal ini
dibuktikan dari hasil perhitungan yang diperoleh yakni nilai t hitung
untuk variabel disiplin kerja adalah sebesar 11,449, lebih besar dari
nilai t tabel yaitu 2,012. Sementara nilai signifikansinya (Sig.)
sebesar <0,001, lebih kecil dari nilai taraf signifikansi α yang telah
ditetapkan sebelumnya yaitu 0,05. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa disiplin kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja pegawai pada bank tabungan pensiunan nasional (BTPN)
cabang parepare.
Hasil dari penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Muhammad Ferryal Ramadhan dan Ari Darmawan
(2018) yang berjudul “Pengaruh Kemampuan Kerja, Motivasi,
Disiplin Kerja, dan Pengembangan Karir Dalam Meningkatkan
Kinerja Karyawan PT. Taman Rekreasi Sengkaling”. Hasil dari
penelitian tersebut menunjukkan bahwa disiplin kerja berpengaruh
positif terhadap kinerja. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh
Amalina Robingatul Adawiyah (2020) dan Ella Novalena (2017)
juga menunjukkan hal yang sama, yaitu terdapat pengaruh positif
dan signifikan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan.
Hal ini juga sejalan dengan pernyataan Singodimedjo dalam
buku Edi Sutrisno (2017) bahwa disiplin karyawan yang baik akan
semakin mendekatkan perusahaan pada pencapaian tujuannya,
sedangkan disiplin kerja yang buruk akan menjadi masalah dan
menghambat tercapainya tujuan perusahaan. Ketika disiplin kerja
meningkat maka kinerja karyawan juga akan meningkat, begitu
juga sebaliknya.
3. Pengaruh Motivasi dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja
Pegawai pada Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN)
Cabang Parepare.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel motivasi dan
disiplin kerja berpengaruh positif dan simultan terhadap kinerja
pegawai. Berdasarkan hasil uji simultan (Uji F), nilai F hitung yang
diperoleh adalah sebesar 231,669, lebih besar dari nilai F tabel
yaitu 3,19 (F hitung > F tabel). Sementara nilai signifikansi (Sig.)
yang diperoleh adalah sebesar <0,001, lebih kecil dari taraf
signifikansi α yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu 0,05 (<0,001
< 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel motivasi dan
disiplin kerja secara simultan (bersama-sama) memiliki pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai pada bank
tabungan pensiunan nasional (BTPN) cabang parepare.
Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi (R2), diperoleh
nilai Adjusted R Square sebesar 0,904 atau 90,4%. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel-variabel independent yaitu Motivasi
(X1) dan Disiplin Kerja (X2) secara bersama-sama (simultan)
memiliki pengaruh sebesar 90,4% terhadap variabel dependent
yaitu Kinerja Pegawai (Y). Sedangkan 9,6% sisanya dipengaruhi
oleh variabel lain yang tidak menjadi bagian dalam penelitian ini.
Menurut penelitian Moch Rizki Fitrah (2014), motivasi dan
disiplin kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan
secara bersama-sama (simultan). Hal ini menunjukkan bahwa
motivasi dan disiplin kerja, dua faktor yang dapat mempengaruhi
dan dapat meningkatkan kinerja. Agar suatu perusahaan dapat
menghasilkan kinerja yang baik, membantu perusahaan dalam
mencapai tujuannya, dan memajukan usaha, tidak hanya harus
memiliki disiplin kerja yang baik, melainkan harus memiliki
karyawan yang termotivasi dengan baik. Karyawan yang
termotivasi dengan baik akan dapat bekerja dengan antusiasme
dan efisiensi yang lebih besar, sehingga menghasilkan hasil yang
baik pula.
Hasil penelitian ini juga mendukung pendapat dari Kasmir
(2016) bahwa motivasi dan disiplin kerja berpengaruh terhadap
kinerja pegawai. Pegawai yang produktif perlu dimotivasi dan
disiplin di tempat kerja, sehingga kinerja pegawai akan meningkat.
Bila motivasi dan disiplin kerja ditingkatkan, maka kinerja pegawai
juga akan meningkat. Sebaliknya, apabila motivasi dan disiplin
kerja menurun, kinerja pegawai juga akan menurun.

Anda mungkin juga menyukai