Anda di halaman 1dari 8

SEMINAR MANAJEMEN KEUANGAN

KELAS G

TUGAS ANALISIS KASUS WEEK 2

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2024
CASE: THE HINTZ COMPANY

Latar Belakang Kasus:


Hintz Company merupakan perusahaan yang beroperasi sejak 1959 di kota New York
yang memproduksi seragam olahraga dan menjualnya secara langsung kepada toko retail di
kawasan sekitarnya.
Pelanggan perusahaan sebagian besar adalah toko kecil, dari 450 toko hanya 6
pembelian yang melebihi $10,000 seragam per tahun. Sedangkan yang lainnya membeli
maksimal $100 per pemesanan. Hintz menjual dengan menerapkan kebijakan kredit n/30,
tetapi hanya toko besar yang membayar secara konsisten selama 60 hari penagihan. Pada
1966, terdapat bad debt losses sebesar 2% dari penjualan. Hal ini dikarenakan Hintz
mempercayai banyak dari toko kecil dioperasikan tanpa capital investment yang memadai.
Pada Bulan Juli 1966 perusahaan mempekerjakan mempekerjakan manajer penjualan
n yang baru, yaitu Mr.Katz. Semenjak adanya dia, penjualan perusahaan meningkat. Dan
pada Mei 1967, Mr.Katz menambahkan 50 akun baru pada perusahaan. Pada 10 Mei 1967,
Mr. Samuel Hintz, pemilik dari The Hintz Company, mencatat bahwa saldo piutang naik
naik menjadi $93,000 dari periode 30 April 1967 dan meningkat sebesar $19,000 lebih besar
dari 31 Maret 1967.
Baik Mr. Hintz maupun pegawai yang menangani pembukuan, Mr. Stein tidak
memiliki waktu dalam melakukan credit management. Karenanya, dibentuk kebijakan baru
yang mengatur terkait pemberian kredit ini. Salesman dipertanggungjawabkan untuk menilai
karakter dan kemampuan toko selaku calon debitur berdasarkan hasil observasinya maupun
menilai kondisi keuangan toko tersebut sebaik mungkin. Jika hasilnya memuaskan, maka
toko akan mendapat kredit sebesar $200 dan dimungkinkan kedepannya dapat memperoleh
extend dengan ketentuan pembayaran maksimum pada tenggat waktu tertentu.
Apabila dalam 60 hari pembayaran tidak diterima maka akan dikirimkan surat
peringatan kepada pelanggan atas tagihannya. Setelah 90 hari, surat peringatan dikirim
kembali untuk meminta pembayaran selama 10 hari. Hintz akan menelepon pemilik toko
yang tidak melakukan pembayaran selama 100 hari, dan jika dia tidak menerima janji
pembayaran dan mengancam untuk membawa permasalahan ini kepada pengacaranya.
Apabila dalam pengacaranya. Apabila dalam 120 hari, pembayaran akan ditagih melalui
jalur hukum dan akan ditulis bad debt. Pada 30 April 1967, sebesar $2,200 ditagih melalui
pengacara. Biaya hukum pada kasus ini sebesar 25% dari jumlah yang dikumpulkan atau $50
Mr. Hintz menganggap ini sebagai keberuntungan apabila perusahaan mampu memperoleh
piutangnya setidaknya 50% dari total piutang.

Identifikasi Masalah:
● Kurang efektifnya kebijakan kredit yang diterapkan oleh perusahaan (n/30), karena
hanya toko besar saja sebagai minoritas konsumen Hintz Company yang mampu
membayar secara konsisten dalam 60 hari.
● Pihak manajemen tidak memiliki waktu dalam melakukan credit management,
mayoritas debitur maupun konsumen Hintz Company yaitu toko kecil tidak memiliki
capital investment yang memadai, serta Manajemen tidak memberlakukan kebijakan
yang tegas terhadap salesman apabila terjadinya bad debt sehingga dapat dikatakan
bahwa manajemen kredit perusahaan tidak diterapkan dengan baik.
● Peningkatan saldo piutang perusahaan dapat berimplikasi pada perusahaan akan
membutuhkan lebih banyak pembiayaan dari bank. Hal ini terjadi karena tidak
seimbangnya antara cash inflow dan cash outflow perusahaan. Perusahaan akan
berhutang ke bank untuk memastikan bahwa operasional perusahaan tetap berjalan.

Analisis Kasus
Terdapat 3 permasalahan yang ada dalam kasus ini, yaitu:
1. Apakah peningkatan piutang akan menyebabkan peningkatan risiko kerugian atas
piutang tidak tertagih di masa depan?
2. Apakah kebijakan kredit yang saat ini diterapkan membutuhkan perubahan?
3. Apakah saldo piutang mungkin akan meningkat di masa depan di titik dimana
perusahaan akan membutuhkan pinjaman bank di masa depan?

Sebelum menerapkan kebijakan kredit, perusahaan perlu memperhatikan prosedur dan


kebijakan kredit yang tepat, yaitu:
● Syarat Penjualan: menentukan bagaimana perusahaan menjual barang atau jasanya,
apakah dilakukan secara tunai atau kr n secara tunai atau kredit. Jika dilakukan secara
secara kredit, maka syarat penjualan harus menentukan secara spesifik mengenai
jangka waktu kredit, potongan tunai dan periode potongan, serta jenis kredit.
● Analisis Kredit: Dalam pemberian kredit, perusahaan menentukan berapa banyak
upaya yang dilakukan untuk dapat membedakan antara pelanggan yang akan
membayar dan pelanggan yang tidak membayar. Aspek yang dianalisis biasanya
didasarkan pada five C’s of credit, yaitu:
○ Character: berkaitan dengan histori pinjaman debitur dan hal ini bisa cukup
untuk menggambarkan karakter dari debitur
○ Capacity: Prinsip ini menekankan bahwa peminjam harus memiliki
kemampuan untuk membayar kembali uang yang dipinjam
○ Capital: berkaitan dengan kemampuan pelanggan untuk menyediakan modal
sendiri
○ Collateral: menekankan bahwa perlu adanya jaminan yang disediakan debitur
jika gagal untuk memenuhi kewajibannya
○ Condition: berkaitan dengan kondisi ekonomi secara makro maupun mikro
yang berpengaruh kepada debitur
● Kebijakan Penagihan Piutang: Setelah kredit diberikan, perusahaan mempunyai
masalah yang potensial dalam pengumpulan kas, untuk itu perusahaan harus
menentukan kebjakan penagihan piutang.

Jawaban Kasus:
1. Apakah peningkatan piutang akan menyebabkan peningkatan risiko kerugian
atas piutang tidak tertagih di masa depan?
Bad Debt dalam kasus ini merupakan piutang yang tidak tertagih selama lebih dari
120 hari. Bad debt dapat dihitung dari total bad debt selama setahun dibagi dengan
akun piutang usaha pada akhir tahun. dalam kasus ini, disajikan gambar sebagai
berikut:
Data diatas merupakan ringkasan transaksi piutang perusahaan Hintz selama Januari
1966 - April 1967. Total Bad debts per tahun dapat dihitung seperti dibawah ini:
Bad debts 1966 = 6,3/68,3 = 9,22%
Bad debts 1967 = 2,2/93,3 = 2,36% (dalam 4 bulan).
Bad debts 1967 disetahunkan = 2,36% x 3 = 7,08%

dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa belum tentu piutang yang meningkat
menunjukkan bad debt yang juga meningkat. Terlihat bahwa walaupun pada tahun
1967 piutang perusahaan meningkat secara signifikan, namun bad debts perusahaan
pada tahun 1967 (7,08%) lebih rendah dibandingkan bad debts tahun 1966 (9,22%)
Pengelolaan kredit pada tahun 1967 juga lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya,
hal ini tercermin dari besarnya collection period pada tahun 1966 yang mencapai 73
hari, sedangkan tahun 1967 menurun menjadi 65 hari. Oleh karena itu,

dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kredit pada tahun 1967 lebih baik
dibandingkan tahun sebelumnya walau mengalami kenaikan piutang yang signifikan.

2. Apakah kebijakan kredit yang saat ini diterapkan membutuhkan perubahan?


Kebijakan kredit yang diterapkan perusahaan perlu dikaji ulang dan dilakukan
perubahan. Hal ini dikarenakan perusahaan belum menerapkan manajemen kredit
yang baik.
● Pada prinsip syarat penjualan, terlihat dalam kasus bahwa rata-rata collection
period berada pada rentang 34-65 hari. Hal ini menandakan bahwa kebijakan
kredit n/30 dikatakan tidak efektif karena rata-rata debitur membayar utang di
atas 30 hari. Oleh karena itu, perusahaan perlu untuk menetapkan tenggat
waktu yang lebih efektif agar meminimalisir adanya bad debt. perusahaan juga
dapat memberikan potongan tunai dan periode potongan pada kebijakan
kreditnya. Dengan adanya potongan ini diharapkan dapat mendorong para
debitur dapat membayar tepat waktu dan lebih awal sehingga dapat
menurunkan collection period dan bad debts.
● Perusahaan juga perlu untuk menerapkan prinsip 5C sebelum memberikan
kredit. Terlihat dalam kasus diatas bahwa perusahaan belum menerapkan
sepenuhnya prinsip ini sehingga menyebabkan banyaknya bad debt yang ada.
Untuk itu diperlukan penerapan prinsip ini untuk mengurangi resiko debitur
yang mengalami gagal bayar.
● Dalam kebijakan penagihan piutang terlihat juga bahwa perusahaan kurang
tegas dalam menindak agen penjualan apabila terjadi kasus gagal bayar.
Seharusnya perusahaan membuat aturan yang tegas terhadap hal ini untuk
mengurangi risiko gagal bayar. Jalur hukum untuk menangani piutang tidak
tertagih juga merupakan solusi terakhir dan sebaiknya dihindari karena
memiliki biaya yang tinggi serta prosesnya yang cukup lama.

3. Apakah saldo piutang mungkin akan meningkat di masa depan di titik dimana
perusahaan akan membutuhkan pinjaman bank di masa depan?
Secara teori, perusahaan perlu dana yang memadai seiring perusahaan beroperasi dan
melakukan penjualan secara kredit. Apabila perusahaan mengalami penundaan
penerimaan piutang akibat debitur yang terlambat bayar, maka tentunya hal ini
berdampak pada cash flow perusahaan karena perusahaan tetap harus menjalankan
operasionalnya dan membayar beban-beban yang ada. Apabila ada suatu saat dimana
cash flow perusahaan macet akibat penundaan pembayaran piutang, maka perusahaan
perlu untuk meminjam dari bank untuk memastikan operasionalnya kembali berjalan
dengan lancar.
Terlihat dari gambar di atas bahwa seiring terjadinya kenaikan piutang, maka pinjaman bank
juga mengalami kenaikan secara proporsional dengan kenaikan piutang. Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa perusahaan perlu untuk meminjam dana dari bank untuk tetap
menjalankan operasinya apabila masih banyak piutang yang belum dibayarkan oleh debitur.
Secara jangka panjang, piutang yang meningkat tiap tahunnya akan membuat pinjaman bank
mengalami peningkatan juga untuk menutup biaya operasional yang seharusnya dapat ditutup
oleh piutang yang dibayar tepat waktu.
DAFTAR PUSTAKA

Riwayati, S. (2012). Analisis Pengendalian Piutang Terhadap Resiko Piutang Tak Tertagih
pada PT. XYZ. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim
Raja Ali Haji.

Anda mungkin juga menyukai